BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian
tentang “Hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat
kecemasan anggota keluarga pada pasien yang dirawat di ruang ICU
RSUD Salatiga“. Hasil ini akan dikelompokkan menjadi: jenis kelamin,
umur reponden, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan hubungan dengan pasien. Data khusus meliputi pelaksanaan komunikasi verbal dan non verbal perawat dan tingkat kecemasan. Hubungan antara variabel akan
diuji dengan menggunakan Spearman rho dengan tingkat kemaknaan
= 0,05 artinya bila p < (0,05), maka H0 ditolak, berarti secara signifikan
ada hubungan antara dua variabel yang diukur, tapi bila p> (0,05),
maka H0 diterima, berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara
dua variabel yang diukur
1.1 Hasil penelitian
1.1.1 Karakteristik responden
Table 1: Distribusi frekwensi Jenis Kelamin Responden di ruangICU RSUD Salatiga
Jenis kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 18 51
Perempuan 17 49
Total 35 100
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 18 responden (51%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 17 responden (49%)
Tabel 2: Distribusi frekwensi Umur Responden di ruangICU RSUD
Salatiga
Umur Frekuensi Persentase
20-30 tahun 5 14
31-40 tahun 13 37
41-50 tahun 14 40
51-60 tahun 3 9
Total 35 100
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden berusia 41-50 tahun yaitu sebanyak 14 responden (40%), berusia 31-40 tahun sebanyak 13 responden (37%), berusia 20-30 tahun sebanyak 5 responden (14%) dan yang berusia 51-60 tahun sebanyak 3 responden (9%).
Tabel 3: Distribusi frekwensi pendidikan Responden di ruang ICU
RSUD Salatiga
Pendidikan Frekuensi Persentase
Tidak sekolah 1 3
Lulus SD 8 23
Lulus SMP 2 6
Lulus SMA 17 48
Lulus Akademik 7 20
Total 35 100
reseponden (48%), berpendidikan SD sebanyak 8 responden (23%), berpendidikan Akademik sebanyak 7 responden (20%), berpendidikan SMP sebanyak 12 responden (6%) dan tidak sekolah sebanyak 1 responden (3%)
Table 4: Distribusi frekwensi pekerjaan Responden di ruang ICU
RSUD Salatiga.
Pekerjaan Frekuensi Persentase
Tidak bekerja 3 9
Swasta 12 34
Wiraswata 13 37
PNS/TNI/POLRI 7 20
Total 35 100
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 13 responden (37%), swasta sebanyak 12 responden (34%), PNS/POLRI/TNI sebanyak 7 responden (20%) dan tidak bekerja sebanyak 3 responden.
Table 5: Distribusi frekwensi hubungan dengan pasien
Responden di ruang ICU RSUD Salatiga Hubungan dengan pasien Frekuensi Persentase
Anak 8 23
Istri 3 9
Suami 4 11
Ayah 5 14
Ibu 5 14
Saudara dekat 7 20
Total 35 100
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden adalah anak dari pasien yaitu sebanyak 8 responden (23%), saudara kandung sebanyak 7 responden (20%), ibu dan ayah daari pasien yaitu sebanyak 5 responden (14%), saudara kandung yaitu sebanyak 3 responden (9%) dan istrii sebanyak 3 responden (9%)
1.1.2 Data khusus
Table 6: Distribusi frekwensi pelaksanaan komunikasi verbal perawat di ruang ICU RSUD Salatiga.
Komunikasi verbal Frekuensi Persentase
Kurang 10 29
Cukup 11 31
Baik 14 40
Total 35 100
Tabel 7: Distribusi frekwensi pelaksanaan komunikasi non verbal
perawat di ruang ICU RSUD Salatiga.
Komunikasi non verbal
Frekuensi Persentase
Kurang 6 17
Cukup 13 37
Baik 16 46
Total 35 100
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden mengatakan komunikasi non verbal yang diberikan perawat adalah baik yaitu sebanyak 16 responden (46%), yang mengatakan cukup sebanyak 13 responden (37%) dan yang mengatakan kurang 6 responden (17%).
Table 8: Distribusi frekwensi tingkat kecemasan anggota keluarga
pasien di ruang ICU RSUD Salatiga.
Tingkat kecemasan Frekuensi Persentase
Ringan 10 29
Sedang 20 57
Berat 5 14
Total 35 100
Table 9: Analisa hubungan komuniksai verbal perawat dengan
tingkat kecemasan anggota keluarga yang dirawat di
ruang ICU RSUD Salatiga.
Tingkat Kecemasan Total
Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Komunikasi Verbal
Kurang Count 3 7 0 10
% 8.6% 20.0% 0% 28.6 %
Cukup Count 4 4 3 11
% of Total
11.4% 11.4% 8.6% 31.4 %
Baik Count 3 9 2 14
% of Total
8.6% 25.7% 5.7% 40.0 %
Total Count 10 20 5 35
% of Total
28.6% 57.1% 14.3% 100.0 %
Spearman Correlation P =
0.444
r = 0.134
Berdasarkan penelitian menggunakan uji Spearman rho
menunjukkan tingkat kemaknaan p (0,444) ≥α (0,05), yang artinya
Table 10: Analisa hubungan komuniksai non verbal perawat
dengan tingkat kecemasan anggota keluarga yang
dirawat di ruang ICU RSUD Salatiga.
Tingkat Kecemasan Total
Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Komunikasi Non Verbal
Kurang Count 3 3 0 6
% of Total
8.6% 8.6% .0% 17.1%
Cukup Count 4 7 2 13
% of Total
11.4% 20.0% 5.7% 37.1%
Baik Count 3 10 3 16
% of Total
8.6% 28.6% 8.6% 45.7%
Total Count 10 20 5 35
% of Total
26.6% 57.1% 14.3% 100.0%
Spearman Correlation
P=0.133
r= 0.259
Berdasarkan penelitian menggunakan Spearman rho
menunjukkan tingkat kemaknaan p (0,133) ≥ (0,05), yang artinya
1.2 Pembahasan penelitian
Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian selanjutnya, sebagai berikut:
1. Komunikasi terapeutik perawat
Berdasarkan hasil penelitian di peroleh bahwa dari rata-rata responden mengatakan komunikasi yang diberikan perawat sudah cukup baik. Hal ini terbukti dari 35 responden yang mengatakan komunikasi terapeutik verbal perawat baik adalah 14 responden (40%), yang mengatakan cukup 11 responden (31%), yang mengatakan kurang 10 responden (29%). Responden yang mengatakan komunikasi terapeutik non verbal perawat baik adalah 16 responden (46%), yang mengatakan cukup 13 responden (37%), dan yang mengatakan kurang 8 responden (17%).
Hasil penelitian ini menggambarkan dalam praktek perawatan di ruang ICU RSUD Salatiga dipergunakan komunikasi yang cukup efektif kepada anggota keluarga pasien walaupun masih ada sebagian kecil responden yang menilai komuniksi perawat kurang efektif.
disesuaikan dengan tingkatan umur keluarga pasien. Kesesuaian bahasa dapat mempengaruhi kemampuaan anggota keluarga untuk menerima pesan dari perawat dan berdampak pada penilaian anggota keluarga mengenai kemampuan perawat dalam berkomunikasi selama berinteraksi dengan keluarga pasien (Heri Purwanto, 2003)
Tingkat pendidikan anggota keluarga pasien dapat mempengaruhi proses komunikasi antara perawat dengan anggota keluarga. Orang yang berpendidikan rendah akan berbeda dengan orang berpendidikan tinggi dalam berkomunikasi. Hal ini menyangkut tata bahasa maupun kosa kata atau istilah. Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang yang diajak berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda, sehingga perlu penyesuaian dengan tingkat
pengetahuan yang di ajak bicara(Notoraharjo yang dikutip oleh Nursalam, 2001)
2. Tingkat kecemasan
Anggota keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU paling banyak mengalami kecemasan tingkat sedang dengan prosentase 57% (20 responden).
kecemasan sedang masih dapat melaksanakanaktivitas hidup sehari-hari. Perlu diperhatikan untuk mencegah agar klien tidak berada dalam kecemasan berat maupun panik karena pada tingkat ini wawasan individu terhadap lingkungan sangat menurun dan sudah tidak mampu mengontrol diri (Ibrahim, 2003: 58)
Dari faktor pendidikan menurut Broewer yang dikutip oleh Nursalam (2001), pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan. Klien dengan pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi kecemasan dengan menggunakan koping yang efektif dan konstruktif dari pada seseorang dengan pendidikan rendah. Faktorlainyang dapat menimbulkan kecemasan adalah lingkungan. Lingkungan dapat membantu seseorang mengintegritasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yang berhasil. Hal ini dapat dipahami karena dirawat di rumah sakit merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi tiap individu sehingga dapat menimbulkan suatu kecemasan.
3. Hubungan komunikasi terapeutik perawat dan tingkat
kecemasan anggota keluarga
mempunyai hubungan yang signifikan antara komunikasi verbal perawat dan tingkat kecemasan keluarga. Koefisien korelasi 0.134 artinya mempunyai korelasi lemah.Sedangkan untuk komunikasi terapeutik non verbal dan tingkat kecemasan menunjukkan tingkat kemaknaan kemaknaan 0,133 > 0,05 artinya tidak mempunyai hubungan yang signifikan antara komunikasi nonverbal perawat dan tingkat kecemasan keluarga, dengan koefisien korelasi 0,259 artinya mempunyai korelasi lemah.
Komunikasi verbal dan komunikasi non verbal mempengaruhi tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU, hal ini disebabkan karena keluarga sangat membutuhkan adanya informasi dan penjelasan tentang keadaan anggota keluarganya yang sedang terbaring dan
dirawat di ruang ICU.Selama pasien dirawat di ruang perawatan keluarga tidak boleh menunggu dan hanya boleh melihat pada jam-jam tertentu.Keluarga sangat membutuhkan informasi dan bantuan dari perawat untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan pasien(Intansasri Nurjanah, 2002).
pelaksanaannya proses komunikasi dapat memberikan informasi dan membantu klien untuk mengatasi persoalan yang dihadapi pada tahap perawatan (Heri Purwanto, 2003)
Komunikasi terapeutik perawat mempengaruhi tingkat kecemasan anggota keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU. Hal ini disebabkan karena keluarga pasien di ruang ICU membutuhkan informasi dan penjelasan tentang keadaan keluarganya dan tindakan yang akan dilakukan oleh perawat. Kecemasan yang terjadi pada keluarga pasien yang di rawat di ruang ICU terjadi karena adanya suatu ancaman terhadap anggota keluarganya yang sakit seperti ketidakberdayaan dan kehilangan kendali pada diri dan kecemasan semacam ini akan terus berkelanjutan. Untuk membantu meningkatkan perasaan pengendaliaan diri pada keluarga salah satunya dapat melalui
pemberian informasi dan penjelasan. Pemberian informasi ini dapat dilakukan dengan baik apabila didukung oleh pelaksanaa komunikasi yang efektif oleh perawat(Maramis, 2004)