KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN
ANAK KELUARGA TKI DI DESA TIREMENGGAL
KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK
(Tinjauan Konstruksi Sosial Petter L. Berger)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Sosial (S.Sos) dalam Bidang Sosiologi
Oleh:
NURUL LAILIYAH
NIM. B05212009
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
JURUSAN ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
ABSTRAK
Nurul Lailiyah, 2015, Kehidupan Sosial Keagamaan Anak Keluarga TKI di
Desa Tiremenggal Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik (Tinjauan Konstruksi Sosial Petter L. Berger), Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Kehidupan Sosial Keagamaan, Anak dan Keluarga TKI
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini hanyalah satu yakni bagaimana kehidupan sosial keagamaan anak keluarga TKI di desa Tiremenggal Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik. Namun dari satu rumusan masalah tersebut terdapat sub pembahasan didalamnya, antara lain pembahasan mengenai pendidikan agama anak TKI , kedekatan antara anak dan orang tua yang menjadi TKI, delinquency anak TKI di desa Tiremenggal Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam melihat fenomena yang terjadi pada sosial keagamaan anak TKI di desa Tiremenggal ini adalah teori konstruksi sosial Petter L. Berger.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa: (1) anak yang ditinggal orang tuanya sebagai TKI kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian sehingga kehidupan sosial keagamanya tidak terurus, mudah terjebak dalam pergaulan bebas dan menggampangkan masa depanya karena kebutuhan materi tidak pernah kurang. (2) kedekatan anak dan orang tua TKI sangatlah jauh karena jarangnya bertemu membuat anak merasa asing jika orang tuanya pulang ke rumah, bahkan orang tua tidak pernah tau kehidupan pribadi anaknya karena orang tua yang hanya sibuk mengurus pekerjaan. (3) kenakalan anak TKI terjadi ketika orang tua sedang merantau ke luar negeri (Malaysia), kenakalan anak TKI seperti tidak pernah masuk sekolah dan sering melanggar aturan yang ada di desa. Semua itu terjadi karena pengaruh lingkungan sosial masyarakat.
ABSTRACT
Nurul Lailiyah, 2015, the Religious Social Life Family Children TKI Tiremenggal village Dukun District Gresik (Review of Social Construction Petter L. Berger), Thesis Sociology Program Faculty of Social and Political Sciences UIN Sunan Ampel Surabaya.
Keywords: Religious Social Life, Children and Families TKI
religious education of children TKI, closeness between children and parents who become migrant workers, child delinquency Tiremenggal migrant workers in the village Dukun District Gresik.
The method used is descriptive method qualitative data collection techniques of observation, interviews and documentation. The theory used in viewing the phenomena that occur in religious social Tiremenggal village children of migrant workers is a social construction theory Petter L. Berger.
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
F. Penelitian Terdahulu ... 10
G. Metode Penelitian ... 11
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11
2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12
3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 13
4. Tahap-Tahap Penelitian ... 14
5. Teknik Pengumpulan Data ... 15
6. Teknik Analisis Data ... 17
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 18
H. Sistematika Pembahasan ... 20
BAB II : KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN ANAK KELUARGA TKI A. Kehidupan Sosial Keagamaan ... 46
1. Pengertian Kehidupan Sosial dan Keagamaan ... 22
2. Bentuk-bentuk Sosial Keagamaan ... 22
3. Faktor-faktor Sosial Keagamaan Anak ... 23
4. Dampak Kehidupan Sosial Keagamaaan Anak ... 25
5. Pembagian Fase Anak dan ciri-cirinya... 31
6. Perkembangan Keagamaan Anak... 31
B. Keluarga TKI... 33
1. Pengertian Keluarga dan Fungsi Keluarga ... 33
2. Pengertian Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ... 38
3. Faktor penyebab menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) ... 39
4. Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ... 41
5. Macam-macam Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ... 43
BAB III : KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN ANAK KELUARGA TKI : TINJAUAN KONSTRUKSI SOSIAL PETTER L. BERGER A. Masyarakat Desa Tiremenggal Kecamatan Dukun
Kabupaten Gresik ... 55 B. Kehidupan Sosial Keagamaan Anak Keluarga TKI ... 63 C. Kehidupan Sosial Keagamaan Anak keluarga TKI dalam Persepektif
Teori Konstruksi Sosial Petter L. Berger ... 76
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 90 B. Saran-saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA
Lampiran-lampiran
1. Pedoman Wawancara 2. Dokumen Lain yang relevan 3. Jadwal Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, desa Tiremenggal merupakan sebuah desa terpencil
yang berada di naungan Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik. Kehidupan
masyarakat di desa Tiremenggal awalnya adalah sebagai petani. Sementara
dari hasil petani tersebut secara materi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Berawal dari itu, para keluarga merubah mata
pencaharian dengan merantau ke luar negeri. Sehingga saat ini warga
masyarakat desa Tiremenggal menjadi TKI di luar negeri (Malaysia) dan
rata-rata berhasil, secara tidak langsung dapat merubah kehidupanya dari
tradisional menjadi modern. Apabila seorang suami berangkat bersama
istrinya maka anaknya ditinggal di rumah bersama kakek, nenek, paman,
dan ada juga yang di titipkan di pesantren. Orang tua tidak memikirkan
apa yang akan terjadi apabila anak-anak yang ditinggalkan, yang
dipikirkan hanyalah untuk mencari ekonomi yang layak untuk menghidupi
keluarganya.
Merantau merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan oleh
orang-orang yang bekerja di luar kota maupun di luar negeri, sebagaimana
pekerjaan merantau telah terjadi di sebuah desa Tiremenggal karena
penghasilan bekerja di luar negeri lebih tinggi dari pada di Indonesia.
Maka tidak hanya laki-laki saja yang bekerja sebagai TKI melainkan
2
dan disisi lain wanita juga hawatir apabila jauh dari suaminya takut terjadi
perselingkuhan dan perceraian. Oleh karena itu ibu juga rela meninggalkan
keluarga demi kepentingan mencari uang untuk biaya pendidikan dan
kebutuhan sehari-hari keluarganya. Pendidikan anak TKI juga sebagian
ada yang sarjana, lulus SMP dan SMA. Semua itu tergantung keinginan
para anak-anak TKI. Menurut para orang tua TKI Pesantren adalah tempat
yang tidak mudah terjebak dalam pergaulan bebas karena di pesantren itu
tidak boleh keluar. Akan tetapi, pada kenyataanya banyak anak para TKI
yang melanggar peraturan ketika di pesantren dan di keluarkan dari
pesantren, kemudian pulang ke desa menjadi penyebab kerusakan
ditengah-tengah masyarakat. Hal itu disebabkan jauh dari pengawasan
orang tua dan seorang anak juga akan menggampangkan masa depanya
karena setiap bulan kebutuhan selalu tercukupi bahkan berlebihan.
Para TKI yang di luar negeri rata-rata bekerja sebagai proyek
pembangunan gedung dan terbagi di beberapa daerah, di antaranya ada
yang bekerja di Serawak, Kuala Lumpur dan Penang. Meskipun gaji yang
diperoleh lebih tinggi akan tetapi anak-anaknya kurang mendapatkan kasih
sayang dan pengawasan dari orang tua sehingga banyak anak yang
terjerumus dalam pergaulan bebas. Oleh karena itu seorang anak
membutuhkan arahan dari orang tua dengan cara memberikan waktu
kepada anaknya agar tidak merasakan kurangnya kasih sayang dan
3
Anak, keluarga dan masyarakat merupakan tiga hal yang saling
berkaitan, diantara tiga hal itu, keluarga mempunyai kedudukan kunci dan
central. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga bukan hanya penerus
keturunan, akan tetapi keluarga juga pembentuk kepribadian. Pada
dasarnya setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan untuk
mengembangkan fitrah tersebut dalam upaya untuk mencapai tujuan yang
dicita-citakan, dibutuhkan bimbingan dan pengarahan dari orang tua, yaitu
melalui proses pendidikan. Para ahli didik umumnya menyatakan
pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama.1
Dalam pendidikan keluarga yang paling berperan di dalamnya
adalah kedua orang tua, karena orang tua merupakan manusia yang
terdekat dengan anak baik secara fisik ataupun psikologis. Anak yang
diperhatikan secara terus menerus akan jauh lebih baik perilakunya dari
pada anak yang tidak diperhatikan secara intensif. Di dalam buku
psikologi pendidikan karangan Sumadi Suryabrata dijelaskan bahwa
“aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses
prestasinya dari pada memberikan perhatian secara spontan”.2
Pendidikan anak sangatlah penting dalam membentuk perilaku sosial
seorang anak agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas khususnya pada
usia remaja. Di mana pada usia itu sangatlah mudah terpengaruh pada
lingkungan sekitar atau teman sebaya, keluarga adalah lingkungan yang
paling kuat dalam membesarkan anak. Keluarga merupakan kerabat
1
Nur Uhbiyah, Ilmu Pendidikan Islam Bandung: Pustaka Setia, 1998), 211
2
4
terdekat seseorang dalam hidup masyarakat dan sebagai tempat sosialisasi
yang pertama.3 Keluarga yang baik akan berpengaruh positif terhadap
perkembangan anak, sedangkan keluarga yang buruk akan berpengaruh
negatif. Peran orang tua yang berinteraksi dengan anak sangat penting
dalam membentuk karakter keluarga. Anak memiliki hubungan yang erat
dengan orang tua, akan tetapi bagaiman sikap dan karakter anak bisa
terbentuk apabila dalam mendidik anak keluarga tidak lagi terlibat,
khususnya pada keluarga yang bekerja merantau ke luar negeri.
Anak merupakan amanat dari Allah. Amanah harus dijalankan
dengan memliharanya secara serius, karena nantinya akan dipertanggung
jawaban. Yang bertindak menjadi tanggung jawab anak adalah kedua
orang tua. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Zakiyah Darojat dalam
bukunya Ilmu Jiwa Agama bahwa, “perkembangan agama pada anak di
tentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada
masa-masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0-12
tahun”.4
Setiap anak dan orang tua menjalin hubungan emosional yang erat
setelah kelahiran bayi, tetapi dunia anak cepat berkembang di dalam
keluarga. Seperti halnya anak laki-laki secara emosional mengikatkan pada
ibunya sedangkan anak perempuan mengikatkan diri pada ayahnya. Kasih
sayang dan perhatian orang tua sangat dibutuhkan oleh anak karena
idealnya orang tua dan anak berjalan secara kesinambungan dan kontiniu.
3
5
Pada anak yang sedang berkembang mereka memerlukan arahan dan
bimbingan yang biasanya didapatkan dari orang orang dewasa yang dekat
dengan mereka dan bisa mereka percayai salah satu di antaranya adalah
orang tua. Perhatian dan kasih sayang orang tua kepada anak sangatlah
penting karena, rasa aman dan perhatian dari orang tua itu tidak ternilai
harganya.
Orang tua yang penyayang, lemah lembut, adil dan bijaksana akan
menumbuhkan sikap sosial yang menyenangkan pada anak. Ia akan
terlihat ramah, gembira, dan segera akrab dengan orang lain karena ia
merasa diterima dan disayangi oleh orang tuanya, maka akan bertumbuh
rasa percaya diri dan percaya terhadap lingkungannya, hal yang
menunjang terbentuknya pribadinya yang menyenangkan dan suka
bergaul.5
Dengan demikan, peranan orang tua dalam hal ini sangat dominan
dalam perkembangan anak, berhasil tidaknya merupakan tanggung jawab
orang tua karena keluarga merupakan lembaga pendidikan formal dan
bersifat qodrati serta instansi pertama yang dikenal anak sangat
berpengaruh pada pembentukan sikap dan perilaku terhadap pendidikan
anak.
Menurut Bimo Walgito, di era modern seperti sekarang sering pula
terjadi adanya suatu gejala kenakalan remaja ialah kedua orang tuanya
masih utuh tetapi karena masing-masing anggota keluarga memiliki
5
6
kesibukan masing-masing sehingga orang tua tidak sempat memberikan
perhatian terhadap perilaku anaknya. Sedangkan dalam kenyataaan
menunjukan bahwa anak-anak remaja yang melakukan tindakan
menyimpang dari norma-norma agama dikarenakan didalam keluarga
terjadi disintegarsi. Di antaranya anak yatim piatu, anak yang tidak jelas
asal usul keturunanya karena perceraian kedua orang tuanya, anak yang
ditinggal ayah tanpa perceraian yang sah, anak yang sering ditinggal kedua
orang tuanya karena mencari nafkah.6
Seperti fenomena yang terjadi di Desa Tiremenggal Kecamatan
Dukun Kabupaten Gresik. Desa ini mempunyai daya tarik yang sangat
kuat untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian. Dimana di desa
Tiremenggal ini terdapat beberapa keluarga yang bekerja sebagai TKI ke
luar negeri dan keluarga ini mempunyai daya tarik yang sangat kuat untuk
diteliti disisi kehidupan siosial keagamaan anak keluarga TKI. Kehidupan
sosial keagamaan anakkeluarga TKI tentunya berbeda dengan kehidupan
sosial keagamaan anak pada umumnya maka dari itu peneliti tertarik untuk
meneliti bagaimana kehidupan sosial kegamaaan anak di Keluarga TKI.
B. Fokus Masalah
Bagaimana kehidupan sosial keagamaan anak di keluarga TKI Desa
Tiremenggal Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik?
7
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Ingin mengetahui kehidupan sosial keagamaan anak di keluarga TKI di
desa Tiremenggal kecamatan Dukun kabupaten Gresik.
2. Ingin mengetahui dinamika kehidupan sosial keagamaan anak keluarga
TKI di desa Tiremenggal kecamatan Dukun kabupaten Gresik.
3. Ingin mengetahui dampak sosial keagamaan anak keluarga TKI di desa
Tiremenggal kecamatan Dukun kabupaten Gresik.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti
a. Hasil penelitian ini merupakan proses pendewasaan berpikir dalam
memperluas keilmuan yang telah di peroleh selama Kuliah.
b. Sebagai wahana untuk mempelajari daya kritik dan kepekaan
terhadap kehidupan sosial keagamaan anak di keluarga TKI.
2. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
terhadap pengembangan khazanah keilmuan di bidang Ilmu sosial dan
Politik, khususnya Sosiologi.
3. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat pula menjadi bahan
8
E. Definisi Konsep
1. Kehidupan Sosial Keagamaan
Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia, kesatuan
manusia yang hidup bersama dalam pergaulan yang kehidupan
sosialnya ditandai oleh: adanya manusia bersama, manusia tersebut
bergaul dan hidup bersama dalam waktu yang lama, adanya
kesadaran bahwa mereka merupakan kesatuan, akhirnya menjadi
system kehidupan bersama (system sosial).7
Dari penjelasan diatas, pada dasarnya menunjukkan bahwa
di dalam kehidupan sosial itu terdapat manusia yang hidup dalam
pergaulan dan dapat dinyatakan bahwa manusia yang hidup dalam
pergaulan itu dapat diartikan sebagai pengorganisasian
kepentingan, pengertian sikap antara yang satu terhadap yang lain
dalam pemusatan orang-orang dalam kelompok tertentu untuk
kepentingan bersama.
Keagamaan adalah segenap kepercayaan kepada tuhan
(Dewa dan sebagainya), serta ajaran kebaktian dan kewajiban
kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan itu. Atau sifat-sifat
yang terdapat dalam agama.8
Dari uraian diatas, maka jelaslah kehidupan sosial
keagamaan adalah kehidupan orang-orang pada daerah yang luas,
di mana antara yang satu dan yang lainya saling berhubungan tanpa
7
9
membedakan derajat, tingkat ataupun kekayaan sesuai dengan
ajaran-ajaran agama. Dapat dikatakan juga bahwa kehidupan sosial
keagamaan merupakan kehidupan bersama manusia yang hidup
bersama dalam pergaulan yang berkaitan dengan segala sesutau
tentang agama.
2. Keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia)
Keluarga merupakan kelompok manusia terkecil dan
tempat pertama kali individu untuk hidup juga tempat pertama kali
budaya manusia itu terbentuk. Keluarga terbentuk melalui suatu
ikatan perkawinan atau oleh hubungan darah dan keturunan.
Dengan berdasarkan pada keluarga inti, dimana anggotanya terdiri
atas ayah dan ibu beserta anak kandung mereka atau
anak-anak yang diadopsi dan dianggap serta diperlakukan sebagai anak-anak
kandung sendiri. Dan pada keluarga yang sifatnya meluas memiliki
anggota tidak hanya terdiri dari keluarga inti, melainkan
didalamnya masih ada anggota lain seperti kakek-nenek, cucu,
keponakan, tante, sepupu, dan sebagainya. Bagaimanapun bentuk
keluarga yang ada di sekitar kita, keluarga inti merupakan faktor
awal pembentuk kepribadian suatu individu dalam membentuk
budaya yang berkaitan dengan kehidupan sosial.9
Sedangkan fungsi keluarga adalah untuk memenuhi
kebutuhan biologis dan emosional/perasaan, pendidikan sosialisasi,
9
10
ekonomi dan pengawasan sosial. Fungsi keluarga ini meliputi:
hubungan seks, ekonomi dan edukasi.10
Menurut Payaman J. Simanjuntak, mengartikan tenaga
kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang
mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah
dan mengurus rumah tangga.11 Jadi yang dimaksud dengan tenaga
kerja adalah individu yang sedang mencari atau sudah melakukan
pekerjaan yang menghasilkan barang atau jasa yang sudah
memenuhi persyaratan ataupun batasan usia yang sudah ditetapkan
undang-undang yang bertujuan untuk memperoleh hasil atau upah
untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai kehidupan sosial keagamaan anak di keluarga
TKI Desa Tiremenggal Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik
sebelumnya belum pernah dilakukan, tetapi disini ada penelitian
terdahulu yang relevan dengan judul tersebut.
1. Penelitian Sugiyanti, 2012, tentang “Hubungan antara Kepedulian
Keluarga terhadap Perilaku Sosial Keagamaan Pada Keluarga TKI di
Desa Krandon Lor Kec. Suruh Kab. Semarang”. Fokus penelitian ini
adalah bagaimana kepedulian keluarga TKI terhadap remaja Di Desa
Krandon Lor Kec. Suruh Kab. Semarang. Dalam penelitian ini
kepedulian keluarga TKI berpengaruh terhadap perilaku sosial
10
Hartomo Arnicun Aziz, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), 86.
11
11
keagamaan remaja pada keluarga TKI. Dalam penelitian tersebut
sama-sama membahas kehidupan sosial keagamaan anak yang tinggal
orang tuanya sebagai TKI. Perbedaan dengan judul diatas adalah
menggunakan metode penelitian kuantitatif sedangkan peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif.
2. Penelitian Abd Rozak, 1999, tentang “ Studi Dampak Tenaga Kerja
Indonesia Terhadap Pendidikan Agama Islam Di SDN Ko’ol
Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan”. Penelitian ini membahas
tentang dampak akan TKI terhadap perilaku keagamaan
anak-anaknya bagi masyarakat di Desa Ko’ol. Penelitian ini sama-sama
membahas sosial keagamaan anak yang ditinggal orang tuanya
sebagai TKI. Perbedaan dengan penelitian ini adalah fokus akan
dampak TKI terhadap kehidupan sosial ekonomi keluarga.
Sedangkan penelitian tentang kehidupan sosial keagaman anak
keluarga TKI yang peneliti lakukan membahas bagaimana kehidupan
sosial keagamaan anak keluarga TKI. Penelitian ini menjadikan agar
anak keluarga TKI tetap berperilaku baik dalam bidang sosial
keagamanya karena anak keluarga TKI kurang pengawasan dari
orang tua.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
12
situasi atau kejadian. Jenis penelitian ini memberikan peluang yang besar
akan munculnya interpretasi-interpretasi alternatif. Metode ini juga
mampu mendekatkan antara peneliti dengan objek yang dikaji.
Penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu
masalah atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar
untuk mengungkapkan fakta. Hasil penelitian ini ditekankan pada
memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari
obyek yang diselidiki. Akan tetapi guna mendapatkan manfaat yang lebih
luas dalam penelitian ini.12
Alasan peneliti memilih metode deskriptif kualitatif adalah
pertama, bertujuan untuk mengetahui deskripsi mengenaikehidupan
sosial keagamaan anak di keluarga TKI Desa Tiremenggal Kecamatan
Dukun kabupaten Gresik. Kedua, untuk memperoleh data yang akurat,
peneliti masih perlu untuk terjun ke lapangan langsung dan
memposisikan dirinya sebagai instrumen penelitian, sebagai salah satu
ciri penelitian kualiatif.
2. Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Tiremenggal yang
tergabung dalam kecamatan Dukun, Kota Gresik. Kondisi ini tepat sekali
untuk dijadikan sebagai obyek penelitian penulis. Kedekatan. Secara
geografis, peneliti memliki kedekatan dengan lokasi penelitian karena
peneliti tinggal di wilayah kota Gresik. Sehingga memungkinkan bagi
12
13
peneliti lebih memahami kondisi Desa tersebut. Dengan demikian
diharapkan hasil penelitian ini akan mampu menjelaskan lebih dalam
realita yang terjadi di Desa Tiremenggal. Secara teknis, faktor kedekatan
geografis ini juga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data.
3. Pemilihan Subjek Penelitian
Untuk mempermudah mengidentifikasi penulis
mengklasifikasikan subyek dalam penelitian ini adalah anak yang
ditinggal orang tuanya sebagai TKI.
14
4. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model penelitian
Bogdan yaitu Pra Lapangan, Kegiatan Lapangan, dan Analisis Intensif, 13
dengan gambaran penelitian sebagai berikut:
a. Tahap Pra Lapangan
Pada tahap ini peneliti melakukan berbagai persiapan baik
yang berkaitan dengan konsep penelitian maupun persiapan
perlengkapan yang dibutuhkan. Persiapan tersebut berkaitan dengan:
penyususnan perencanaan penelitian, pemilihan lapangan penelitian,
pengurusan pada pihak terkait seperti anak yang ditinggal keluarga
merantau, warga sekitar dan menyiapkan perlengkapan penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini peneliti lebih banyak berkutat pada pencarian
dan pengumpulan data yang ada di lapangan melalui berbagai teknik
yang digunakan. Pada tahap ini peneliti akan berusaha
mengumpulkan data sebanyak mungkin tentang kehidupan sosial
keagamaan anak di keluarga TKI Desa Tiremenggal Kecamatan
Dukun Kabupaten Gresik dengan memilih dan memanfaatkan
informasi serta mendokumentasi berbagai kegiatan penelitian di
lapang
13
15
c. Tahap Analisis Intensif
Setelah semua data dari lapangan terkumpul, peneliti akan
melakukan analisis terhadap data yang ada untuk kemudian diambil
data yang tepat sesuai dengan permasalahan penelitian.
5. Teknik pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian,
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode
observasi, interview (wawancara) dan dokumentasi. Dalam hal ini
jelasnya peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut:
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang utama dan
perlu dimanfaatkan sebesar-besarnya. Artinya penelitian ini terlibat
dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau
digunakan sebagai sumber data penelitian. Dalam pelaksanaan
observasi ini maka peneliti terjun langsung ke lapangan dengan
melibatkan diri langsung pada aktivitas subyek. Jadi selain peneliti
sebagai pengamat juga sebagai kelompok subyek yang diteliti
sehingga hal ini dapat mempermudah proses pengamatan yang
16
kegiatan yang mereka lakukan tidak dibuat-buat, akhirnya dapat
dijamin keabsahanya.
Pertama, penulis mengamati secara langsung dengan cara
bergaul dan bertanya seputar kehidupan interaksi anak dan orang tua
sehingga dapat mengetahui keadaanya yang terjadi di dalam
keluarga tersebut.
Kedua, setelah proses pengamatan secara langsung dan
memberikan pertanyaan pada sebagian anak yang ditinggal orang
tuanya sebagai TKI, maka penulis mengumpulkan data-data yang
ada untuk dijadikan bahan penulisan skripsi.
b. Wawancara
Wawancara atau interview adalah yang dilakukan peneliti
tidak didasarkan pada struktur yang telah ditentukan sebelumnya.
Akan tetapi dalam pelaksanaan interview peneliti mengajak subyek
berdialog mengenai masalah kehidupan sehari-harinya.
Dalam penelitian ini peneliti mengutamakan wawancara tak
terstruktur yaitu wawancara yang hanya memuat garis besar yang
akan ditanyakan. 14
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
14
17
monumental dari sesesorang. Maka peneliti akan melakukan kajian
terhadap dokumen-dokumen kehidupan sosial keagamaan anak di
keluarga TKI Desa Tiremenggal. Serta membaca literatur-literatur
yang terkait dengan studi. Teknik ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip
dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil atau
hukum-hukum dan nilai-nilai yang berhubungan dengan masalah
penelitian.15
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah teknis analisis
isi (content analisis). Content analisis adalah suatu teknik penelitian
yang membuat irefrensi- irefrensi yang dapat ditiru (replicable) dan
shahih data dengan memperhatikan konteksnya.16
Tujuan dari content analisis adalah untuk menganalis isi pesan
atau mengobservasi dan menganalisis isi prilaku yang terbuka dari
komunikator yang terpilih. Logika dasar dalam setiap komunikasi berisi
dalam sinyal komunikasi itu, baik berupa verbal maupun non verbal.17
Analisis data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan.
Analisis kualitatif hanya berupa kata-kata dan bukan angka. Setalah data
terkumpul tahap selanjutnya adalah analisis data.
15
Ibid., 202
16
Klaus Krippendorf, Analisis Isi (Jakarta: Rajawali Pers, 1991), 15
17
18
7. Teknik pemeriksaan Keabsahan data
Keabsahan data adalah satu bagian yang sangat penting didalam
penelitian kulitatif, untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil
penelitian yang dilakukan. Apabila peneliti melakukan pemeriksaan
terhadap keabsahan data secara cermat dengan teknik yang tepat dapat
diperoleh hasil penelitian yang benar-benar dapat di pertanggung
jawabkan dari berbagai segi.
Untuk mendapatkan validitas data dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan data.
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
trianggulasi dengan memanfaatkan penggunan sumber dan metode yaitu
teknik pemeriksaan dan keabsahan data yang membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara dan dokumentasi serta dengan
pengecekan penemuan hasil penelitian dari beberapa teknik pengumpulan
data. Kedua teknik trianggulasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berkut:
a. Trianggulasi dengan sumber
Berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan susatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
19
1) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum
dengan apa yang dilakukan orang secara pribadi.
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi
penelitian denagn apa yang dikatakan sepanjang waktu.
3) Membandingkan keadaan pada persepektif seseorang dengan
berbagai pendapat orang lain.
4) Membandingkan hasil observasi dengan isi sesuatu dokumen
yang berkaitan.
b. Trianggulasi dengan metode terdapat dua strategi yaitu:
1) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengumpulan data.
2) Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dan
metode yang sama.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan proposal
ini, maka penulis akan menyajikan pembahasan ke dalam beberapa bab yang
sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Merupakan tahapan awal dasar dari proposal penelitian ini.
Yang meliputi, latar belakang masalah, focus masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual dan
sistematika pembahasan.
20
Dalam bagian ini materi menjelaskan tentang objek kajian yang
dikaji, dan kajian Teoretik.
Bab III : Penyajian Data Dan Analisis Data
Pada bab ini berisikan tentang deskripsi umum penelitian,
deskripsi hasil penelitian dan analisis data.
Bab IV : Penutup
Bab ini merupakan bab akhir yang di dalamnya berisi tentang
BAB II
Kehidupan Sosial Keagamaan Anak Keluarga TKI
A. Kehidupan Sosial Keagamaan
1. Pengertian Kehidupan Sosial dan Keagamaan
Jika dilihat dari kata kehidupan sebenarnya adalah cara atau
keadaan tentang hidup dan arti dari kata sosial adalah yang
berhubungan dengan masyarakat. Sedangkan arti Kehidupan
keagamaan menurut G.W Alport adalah kecenderungan yang relative
stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku atau
mereaksi dengan cara tertentu terhadap pribadi lain, objek lembaga
atau persoalan tertentu.
Kehidupan sosial keagamaan adalah perilaku yang berhubungan
dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat lainya. Sedangkan
saebani berpendapat: perilaku sosial keagamaan ialah mendidik anak
sejak kecil agar terbiasa menjalankan perilaku sosial yang utama,
dasar-dasar kejiwaaan yang mulai dan bersumber pada aqidah
islamiyyah yang kekal dan kesadaran iman yang mendalam agar
ditengah-tengah masyarakat nanti ia mampu bergaul dan berperilaku
sosial yang baik, memiliki keseimbangan akal yang matang dan
tindakan yang bijaksana.18
18
22
Kehidupan sosial keagamaan didefinisiskan sebagai kehidupan
individu dalam lingkungan sosial dan alamnya supaya bebas dan
bertanggung jawab menjadi pendorong kearah perubahan dan
kemajuan.
Ciri-ciri kehidupan sosial pada dasarnya menunjukkan bahwa di
dalam kehidupan sosial itu terdapat manusia yang hidup dalam
pergaulan dan dapat dinyatakan bahwa manusia yang hidup dalam
pergaulan itu dapat diartikan sebagai pengorganisasian
kepentingan-kepentingan.
Dari pengertian diatas, kehidupan sosial keagamaan bertujuan
agar individu mampu mengimplementasikan hak dan kewajiban
dalam lingkungan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
dilandasi dengan nilai-nilai agama islam.
2. Bentuk-bentuk Sosial Keagamaan
Adapun bentuk-bentuk sosial keagamaan yang menjadi
perhatian penulis dalam penelitian ini adalah:
a. Aktif dalam organisasi keagamaan
Bentuk-bentuk sosial keagamaan diantaranya yaitu aktif
dalam organisasi keagamaan, dimana pada pembahasan penelitian
ini adalah mengenai tentang sosial keagamaan anak. Seorang anak
yang memiliki perilaku sosial yang baik diantaranya ditandai
dengan seorang tersebut aktif dalam organisasi keagamaan dimana
23
pembentukan sosial seseorang, dengan berorganisasi seseorang
dapat berlatih bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain
dengan cara yang baik, bersosial, dan berlatih untuk dapat
menghargai sesama.
b. Berakhlak mulia
Seorang yang berakhlak baik, suka memberi, menolong
mudah memafkan kesalahan orang lain, bisa menghargai sesama,
menunjukkan bahwa seorang tersebut memiliki rasa sosial
keagamaan yang tinggi.
c. Menghargai terhadap sesama dan tidak angkuh
Kiranya sudah tidak asing lagi, bahwa manusia dilahirkan
di dunia dengan satu naluri untuk senang biasa hidup dengan
sesamanya. Hal itu terutama disebabkan karena secara mental dan
fisik, manusia tidak dilengkapi dengan sarana-sarana yang
memungkinkan dia untuk hidup sendiri.19
Manusia hidup di muka bumi ini tidaklah hidup sendiri,
melainkan selalu membutuhkan orang lain, maka dari itu dalam
berinteraksi sosial kita harus saling menhargai terhadap sesama,
tidak mudah menyakiti orang lain.
3. Faktor-faktor sosial keagamaan anak
a. Faktor dari dalam (internal)
19
24
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang. Faktor-aktor tersebut dapat berupa insting, motif dari
dalam dirinya, sikap serta nafsu. Faktor internal yang
bermacam-macam berada dalam diri seseorang akan menimbulkan bentuk
perilaku sosial keagaman yang bermacam-macam.
b. Faktor dari luar (eksternal)
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri
seseorang atau individu. Faktor yang timbur dari lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Faktor eksternal ini dapat
berupa pengaruh lingkungan sekitar tempat dimana individu
tersebut hidup dan ditambah dengan adanya hukuman dan hadiah
yang ada dalam komunitas tersebut.
c. Faktor kekuatan dasar dari lingkungan
1) Faktor taraf kepatuhan yang rendah akan agama
2) Faktor taraf gangguan kehidupan keluarga
3) Faktor disorganisasi sosial keagamaan
4) Faktor normalitas yang rendah
5) Faktor kesempatan
Faktor-faktor diatas akan mempengaruhi sosial keagamaan
seorang. Baik dan buruknya perilaku keagamaan seseorang
tergantung dari faktor tersebut, baik dari faktor dalam, luar maupun
dari lingkungan. Seseorang melakukan tindakan keagamaan
25
membentuk perilaku keagamaan disebabkan seseorang yaitu
pengaruh dari dalam keluarga, bisa dikatakan faktor eksternal atau
faktor dari luar individu, karena seseorang hidup dalam keluarga,
baik dan buruknya perilaku seseorang tergantung baik buruknya
pendidikan pada keluarga dan kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam
keluarga tersebut.
4. Dampak kehidupan sosial keagamaaan anak
Berbicara mengenai masalah tenaga kerja Indonesia, hal ini sama
dengan berbicara masalah orang tua, yang mana mayoritas pelaku dari
pada TKI itu sendiri adalah orang tua. Orang tua menjadi kepala
keluarga dan orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar
terhadap sosial keagamaan anaknya karena karakteristik anak lebih
banyak dipengaruhi keluarga dan orang tua. Tanggung jawab keluarga
terhadap bidang sosial keagamaan anaknya meliputi:
dorongan/motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan
anak. Cinta kasih adalah tali jiwa antara orang tua dan anak.20 Cinta
kasih ini mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung
jawab dan mengabdikan hidupnya untuk sang anak.
1) Dampak positif kehidupan sosial keagamaan anak
a. Terpenuhinya kebutuhan pokok anak
Anak yang orang tuanya menjadi TKI setidaknya
kebutuhan-kebutuhan dasar, terutama yang bersifat fisiologis telah
20
26
terpenuhi dan pada taraf selanjutnya anak tinggal mewujudkan diri
dengan segala potensi dengan dasar bahwa kebutuhanya telah
terpenuhi, sehingga anak tidak lagi disibukkan dengan pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan tersebut yang nantinya akan memiliki
konsentrasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan
anak-anak yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya.
Hal ini mengacu pada pemikiran ahli ilmu jiwa yang
mengatakan bahwa dalam diri manusia terdapat tuntunan
kebutuhan yang tercantum dalam hirarki kebutuhan, yaitu
kebutuhan-kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keamaanan,
kebutuhan akan cinta dan kasih, kebutuhan untuk mewujudkan diri
sendiri.21
b. Terpenuhinya fasilitas bagi anak
Disamping pemenuhan kebutuhan dasar, secara langsung
anak akan mendapatkan fasilitas belajar yang memadai dan lebih
baik karena kondisi ekonomi yang telah mapan. Anak dengan salah
satu orang tuanya sebagai TKI memiliki kebersamaan lebih sedikit
dibandingkan dengan anak yang kedua orang tuanya berada di
rumah.
Anak memang butuh kebebasan untuk tumbuh, belajar,
menemukan dirinya sendiri serta mengembangkan ketrampilan,
namun ia juga membutuhkan jaminan tata tertib serta batas-batas,
21
27
suatu kesempatan untuk belajar memahami, mengendalikan,
menyalurkan, mengatasi frustasi, serta belajar mendisiplinkan diri.
Dalam hal ini orang tua yang bekerja sebagai TKI secara tidak
langsung juga memberikan kesempatan pada anak untuk memilih
dan selanjutnya memberikan keleluasan kepada anak untuk
membuat keputusan sendiri dengan segala otoritasnya.22
Dengan demikian kepergian orag tua sebagai TKI ke luar
negeri memberikan kesempatan pada anak untuk menunjukkan
daya kreatifitasnya dan kecenderungan fitrah yang dimiliki.
Kebanyakan dilihat dari beberapa kasus yang ditemukan terdpat
orang tua yang salah dalam menggunakan perilaku dan cara dalam
mendidik anaknya.
Orang tua selalu memanjakan anak, semua permintaan anak
selalu dipenuhi. Sehingga anak akan menggantungkan apapun
kepada orang tuanya, terlebih-lebih pada ibunya dan anak akan
merasa aman berada di dekat orang tuanya, akan tetapi justru
karena itulah anak akan gagal bereksplorasi, berpetualang, belajar
dan berkembang. Alhasil, ketika nanti orang tuanya kembali ke
luar negeri lagi anak tidak bisa mandiri.
Di samping itu cukup banyak data yang menunjukkan
bahwa ketika anaknya melakukan kesalahan orang tua seringkali
melakukan tindakan terhadap anaknya itu, seperti memukul,
22
28
mencubit, dan sebagainya, bahkan tidak sedikit anak yang sampai
menjerit-jerit akibat pukulan dari orang tuanya. Hal tersebut
dilakukan dengan alasan agar anak tidak melakukan kesalahan
serupa dan memberikan efek jera pada si anak. Padahal mendidik
anak dengan cara seperti itu tidak dianjurkan karena para ahli
berpendapat bahwa hukuman yang kejam akan membuat anak
menjadi penakut, rendah diri dan akibat-akibat lain yang negatif
seperti sempit hati, pemalas, pembohong. Anak berani berbohong
karena bila tidak kekerasan akan menimpanya.23
2) Dampak negatif kehidupan sosial keagamaan anak
Tidak selamanya orang tua yang bekerja menjadi TKI itu
berdampak positif bagi anak-anaknya, dalam hal ini juga terdapat
dampak negatif dari fenomenologi adanya TKI.
Dampak negatif dari adanya TKI pada kehidupan sosial
keagamaan anak dalam hal ini anak kuran mendapatkan kebutuhan
non-material sebab terisah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
sehingga kasih sayang serta perhatian idak didapat secara langsung.
Anak-anak sangat memrlukan motivasi dari orang tuanya
baik secara moral maupun spritual, begitu pula pada anak TKI,
yang mana motivasi berfungsi sebagai pendorong yang mengubah
energi dalam diri seseorang kedalam bentuk suatu kegiatan nyata
29
untuk mencapai tujuan tertentu.24 Anak yang kurang motivasi
akibatnya belajar tidak teratur, perilaku sosial keagamaannya tidak
ada, hal itulah yang membuat tingkat sosial keagamaan anak
semakin menurun.
Orang tua yang berada di luar negeri bekerja secara terus
menerus dengan penghasilan tinggi nilai akan dengan mudah
memenuhi kebutuhan pokok dan fasislitas anak. Orang tua dengan
senang hati melengkapi fasilitas tersebut sebagai ganti rasa
sayangnya tanpa memantau pemakaian dan penggunaanya, justru
akan memperlemah semangat anak tersebut karena terlalu
dimanjakan dengan berbagai sarana dan prasarana tanpa diimbangi
dengan perhatian dan bimbingan yang serius dari orang tua.
Selain faktor keluarga, yang berpengaruh dalam kehidupan
sosial keagamaan anak adalah faktor lingkungan. Lingkungan
merupakan bagian dari kehidupan anak. Dalam lingkungan anak
hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut
eksosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotik dan
abiotik dapat dihindari.25
Pengaruh lingkungan luar sekolah dan rumah dilihat dari
frekuensi dan jumlah waktu, serta komprehensifnya masalah sangat
besar dan menjalani pola-pola tertentu.26 Kondisi psikis anak belum
24
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), 96.
25
Ibid., 176
26
30
mampu berfungsi secara keseluruhan. Anak belum mampu
menfilter budaya yang ada dimasyarakatnya tanpa adanya
bimbingan dan motivasi. Oleh karena itu disini anak masih harus
mendapatkan bimbingan dan arahan dari orang tua.
Fenomena inilah yang nampaknya tidak bisa dihindari oleh
para orang tua yang bekerja sebagai TKI karena orang tua tidak
pernah ada di rumah dan walaupun berada di rumah sangat jarang
sekali ada waktu buat anak-anaknya. Orang tua yang kurang
memperhatikan perkembangan sosial keagamaan anaknya maka
anak bisa terjebak dalam pergaulan bebas, seperti miras, seks
bebas, narkoba dll. Adanya penyebab kenakalan remaja salah
satunya kurang didikan agam didalamnya. Di samping itu, dalam
masalah pengamalan sosial dan keagamaan anak kurang maksimal
karena tidak adanya interaksi dan tauladan secara langsung dari
orang tuanya.
Masa sekarang ini merupakan masa dimana banyak sekali
tantangan dan gangguan yang dihadapi manusia. Sudah tidak
terhitung lagi berapa jumlahnya manusia yang melakukan
kerusakan dibumi. Tugas utama manusia sebagai kholifah tidak
lagi menjadi tujuan utama manusia hidup. Manusia sibuk dengan
kehidupan dunia yang hanya bersifat fana ini. Hal ini menunjukkan
31
Agama yang seharusnya dijadikan pegangan hidup tidak lagi
dihiraukan.
5. Pembagian Fase Anak dan ciri-cirinya
Anak adalah manusia yang masih kecil. Dalam pengertian lain
bahwa anak adalah orang yang termasuk dalam bagian keluarga.
Imam Ghazali seorang tokoh islam yang terkenal dengan gelar Hujjatul
Islam menegaskan bahwa anak adalah:
Anak itu amanah Allah SWT bagi orang tuanya. Hatnya bersih bagai mutiara yang indah, bersahaja, bersih dari satiap lukisan dan gambar. Ia menerima bagi setiap yang dilukiskan, cenderung kepada arah apa saja yang diarahkan kepadanya. Kedua orangtuanya, semua gurunya, pengajarnya serta yang mendidiknya sama-sama dapat menerima pahala.27
Usia 6-12 tahun termasuk pada perkembangan masa akhir
anak, akhir masa kanak-kanak sering disebut sebagai usia
berkelompok karena ditandai dengan adanya minat terhadap aktifitas
teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima
sebagai anggota suatu kelompok.
Apabila awal masa kanak-kanak akan berakhir konsep moral
anak tidak lagi sesempit dan sekhusus sebelumnya. Anak yang lebih
besar lambat laun memperluas konsep sosial terlibat dalam berbagai
tingkat kesungguhan pada berbagai macam perbuatan.
6. Perkembangan Keagamaan Anak
Menurut penelitian Ernest Harmes perkembangan agama
anak-anak itu melalui beberapa fase (tingkatan). Dalam bukunya “ The
27
32
Development Of Religions on Children” ia engatakan bahwa
perkembangan agama pada anak-anak melalui 3 tingkatan yaitu:28
a. The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng)
Tingkatan in dimulai pada anak yang berusia 3-6 tahun.
Pada tingkatan ini konsep mengenai tuhan lebih banyak
dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Pada tingkat perkembangan
intelektualnya. Kehidupan masa ini masih dipengaruhi kehidupan
fantasi hingga dalam menanggapi agama pun anak masih
menggunakan konsep fantastis yang diliputi dongeng-dongeng
yang kurang masuk akal.
b. The Realistic Stage ( Tingkat Kenyataan)
Tingkatan ini dimulai sejak anak masuk sekolah dasar
hingga sampai ke usia (masa usia) adolensense. Pada masa ini ide
ketuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang
berdasarkan kepada kenyataan. Konsep ini timbul melalui
lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang
dewasa lainya. Pada masa ini ide keagamaan pada anak
didasarkan atas dorongan emosional hingga mereka dapat
melahirkan konsep Tuhan yang formalis. Berdasarkan hal itu
maka pada masa ini anak-anak tertarik dan senang pada lembaga
keagamaan yang mereka lihat dikelola oleh orang dewasa dalam
33
lingkungan. Segala bentuk tindak (amal) keagamaan mereka ikuti
dan mempelajarinya dengan penuh minat.
c. The Individual Stage (Tingkat individual)
Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang
paling tinggu sejalan dengan perkembangan usia. Konsep
keagamaan yang individualitas ini terbagi atas tiga golongan:
a) Konsep ketuhanan yang konvensional an konservative
dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi. Hal tersebut
disebabkan pengaruh luar.
b) Konsep ketuhanan yang baik yang murni dinyatakan dalam
pandangan yang bersifat personal (perorangan).
c) Konsep ketuhanan yang bersifat humanistic. Agama telah
menjadi etos humanis pada diri mereka dalam mengahayati
ajaran agama. Perubahan ini setiap tingkatan dipengaruhi
oleh faktor intern yaitu perkembangan usia dan faktor ekstern
berupa pengaruh luar yang dialaminya.
B. Keluarga TKI
1. Pengertian keluarga dan fungsi keluarga
Menurut Agus Sujanto keluarga adalah lingkungan yang
terdekat untuk membesarkan, mendewasakan, dan didalamnya anak
merupakan pendidik yang pertama kali. Keluarga merupakan
kelompok masyarakat terkecil, akan tetapi merupakan lingkungan
34
memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak.
Keluarga yang baik kan berpengaruh positif dalam perkembangan
anak, sedangkan keluarga yang buruk akan berpengaruh negatif. 29
Keluarga adalah wadah yang sangat penting diantara individdu
dan group, dan merupkan kelompok sosial yang pertama dimana
anak-anak menjadi anggotanya.30
Keluarga adalah lingkungan pertama bagi proses pertumbuhan
sikap sosial dan kemampuan hubungan sosial anak. Dalam keluarga
berlangsung pengembangan sikap sosial awal yang akan menompang
sikap sosial selanjutnya. Kemampuan bergaul yang diperoleh di
lingkungan keluarga akan mendasari kemampuan bergaul lebih luas.31
Jadi keluarga merupakan lembaga utama dan paling utama
yang bertanggung jawab atas terjaminya kesejahteraan sosial,
kelestarian biologis dan terbentuknya kepriadian anak dalam
lingkungan sosial, ditengah keluargalah dilahirkan dan didik hingga
menjadi dewasa.
Piaget dan Kholbreg juga berpendapat bahwa orang tua dan keluarga mempunyai peran besar bagi pembentukan dan perkembangan moral seorang anak. Tanggung jawab orang tua untuk menanmkan nilai-nilai moral, etika, budi pekerti, bahkan nilai religiusitas sejak dini kepada anak-anaknya akan membekas didalam hati sanubarinya. Jhon Locke mengibaratkan bahwa hati dan otak pada diri seorang anak masih berupa lembaran kertas putih yang kosong (tabula rasa). Lembaran itu masih bersifat murni, sehingga apapun yang terisi diatas lembaran itu sangat
29
Sudarsono, Kenakalan Remaja (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 125.
30
35
tergantung dari orang tua bagaimana menulis, mencoret, menggambar atau mewarnainya.
Menurut Oqbum, keluarga memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi kasih sayang
Dalam keluarga seorang anak membutuhkan kasih
sayang dari orang tuanya, seorang anak yang mendaptkan
kasih sayang yang cukup dari orang tuanya akan memiliki
kepribadian yang baik pula. Saling menyayangi dan saling
mengasihi satu sama lain akan menumbuhkan kerukunan
dan keharmonisan dalma kehidupan keluarga. Penumpahan
kasih sayang lebih ditekankan pada pihak ibu karena dalam
segi memberi kasih sayanng pada keluarga seorang wanita
berbeda dengan laki-laki, seorang ibu lebih lembut dan
halus dalam hal perasaan.
b. Fungsi ekonomi
Dalam kehidupan keluarga faktor ekonomi sangat
berpengaruh didalamnya, dimana kebutuhan hidup dalam
keluarga semuanya bergantung pada ekonomi keluarga
tersebut. Akan tetapi walaupun ekonomi sangat
berpengaruh didalamnya ekonomi bukanlah satu-satunya
faktor kesejahteraan dalam rumah tangga karena kaya atau
miskin bukanlah indikator untuk menilai kesejahteraan
hidup. Buktinya cukup banyak ditemukan keluarga yang
36
belum mendapatkan kebahagiaan tetapi tidak mustahil
dalam keluarga yang miskin secara ekonomi ditemukan
kebahagiaan.32
c. Fungsi pendidikan
Keluarga juga memiliki fungsi pendidikan dalam
kehidupan seseorang karena keluarga merupakan
lingkungan pertama bagi anak di lingkungan keluarga
pertama mendapatkan pengaruh karena itu keluarga
merupakan lembaga pendidikan tertua yang bersifat
informal. Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang
pertama sangat penting membentuk pola kepribadian anak
karena di dalam keluarga anak pertama kali berkenalan
dengan nilai dan norma.33
Pendidikan keluarga memberikan pengetahuan dan
ketrampilan dasar, agama, dan kepercayaan, nilai-nilai
moral, norma sosial dan pandangan hidup karena seorang
anak lahir dalam keadaan yang tidak berdaya, dalam
keluargalah seorang anak mendapatkan pendidikan yang
pertama, dan dari situlah kebiasaan orang tua dan
kepedulianya akan berpengaruh dalam kehidupan seseorang
dimasa yang akan datang.
32
37
d. Fungsi perlindungan/penjagaan
Keluarga juga berfungsi sebagai perlindungan bagi
anggotanya, terutama bagi anak karena seorang anak itu
perlu mendapatkan perlindungan dan penjagaan dari pihak
keluarga, apabila seorang anak kurang rasa aman
ditemukan kasus-kasus kecemasan yang tak beralasan:
kurang terpenuhi harga diri bisa mengakibatkan rendah diri,
tidak berani bertindak dan lekas tersinggung serta lekas
marah.34
e. Fungsi agama
Fungsi keuarga yang terakhir yaitu keluarga sebagai
fungsi agama dalam kehidupan manusia karena keluarga
adalah ladang terbaik dalam penyemaian nilai-nilai agama.
Orang tua memiliki peranan yang strategis dalam
mentradisikan ritual keagamaan sehingga nilai-nilai agama
dapat ditanamkan kedalam jiwa anak. Kebiasan orang tua
dalam melaksanakan ibadah, misalnya seperti sholat, puasa,
infaq, dan shodaqoh, menjadi suri tauladan bagi anak
untuk mengikutinya. Disinilah nilai-nilai agama dapat
bersemi dengan suburnya didalam jiwa anak. Kepribadian
34
38
yang luhur agamis yang ada pada jiwa anak menjadinya
insan-insan yang penuh iman dan takwa kepada Allah.35
2. Pengertian Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Tenaga kerja Indonesia atau sering kita sebut dengan TKI
adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.36
Dari definisi diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan tenaga kerja Indonesia (TKI) adalah individu yang
mampu bekerja dalam rangka menghasilkan jasa guna untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemudian dengan istilah tenaga kerja
Indonesia (TKI) yang berasal dari istilah tenaga kerja, kemudian diberi
tambahan belakang dengan kalimat Indonesia yang menunjukkan kata
arti khusus yaitu tenaga kerja Indonesia. Namun istilah TKI yang
sering kita dengar dan yang dimaksud disini adalah TKI yang
mempunyai arti sendiri yaitu merupakan jabatan atau predikat
seseorang yang dipekerjakan di luar negeri.
Menurut rancangan Undang-undang Tenaga Kerja Luar Negeri
(Versi Badan Legislatif) adalah setiap orang Indonesia dewasa yang
35
Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua, 20.
36
39
sedang dan pasca bekerja di luar Negeri di dalam suatu hubungan kerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.37
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah sebutan bagi warga
negara Indonesia yang bekerja di luar negeri (seperti Malasyia,
Timor-Leste, Papua Nugini, Australia dan Filipina) dalam hubungan kerja
untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Namun demikian,
istilah TKI seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar.38
3. Faktor penyebab menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia)
Menjadi keluarga TKI tidak begitu saja semata-mata karena
keinginan saja, akan tetapi karena adanya beberapa faktor yang
memaksa bapak atau ibu kerja menjadi TKI. Keputusan menjadi TKI
didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan
kedua daerah tersebut. Tujuan utama menjadi TKI adalah
meningkatkan taraf hidup dan keluarganya baik dari segi ekonomi
maupun sosial, sehingga umumnya mereka mencari pekerjaan yang
dapat memberikan pendapatan dan status sosial yang lebih baik di
negara tujuan.
Berdasarkan pengelompokanya maka faktor yang mendorong
individu menjadi TKI dibedakan dalam dua kategori, yaitu push faktor
dan full faktor. Faktor push (daya dorong) suatu wilayah dan faktor
full (daya tarik) wilayah lainya. Daya dorong wilayah menyebabkan
37
PSGK TIM, Sepenggal Kisah Kelabu Tenaga Kerja Wanita (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Press dan Mitra Cendekia, 2007), 11.
38 “Kompasiana”, Sosbud Komoditi, diakses 02 Desember 2015
,
40
orang pergi ke tempat lain, misalnya karean di daerah itu tidak tersedia
sumberdaya yang memadai untuk memberikan jaminan kehidupan bagi
penduduknya. Pada umumnya, hal ini tidak lepas dari persoalan
kemiskinan dan pengangguran yang terjadi di wilayah tersebut.
Sedangkan daya tarik wilayah adalah jika suatu wilayah mampu atau
dianggap mampu menyediakan fasilitas dan sumber-sumber
penghidupan bagi penduduk, baik penduduk di wilayah itu sendiri
maupun penduduk di sekitarnya dan daerah-daerah lain.
Faktor-faktor pendorong (push factor) antara lain adalah:
a) Main berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti
menurunya daya dukung lingkungan, menurunya permintaan
atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin susah
diperoleh seperti hasil tambang, kayu, atau bahan dari pertanian.
b) Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya
tanah untuk pertanian di wilayah perdesaan yang makin
menyempit).
c) Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama dan suku
sehingga menganggu hak asasi penduduk di daerah asal.
d) Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan.
e) Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami,
musim kemaru panjang atau adanya wabah penyakit.39
39
41
Faktor-faktor penarik (pull factor) antara lain adalah:
a) Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk
memperbaikan taraf hidup.
b) Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih
baik.
c) Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan,
misalnya iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik
lainya.
d) Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan,
pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah
lain untuk bermukim dikota besar.
4. Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Sejalan dengan semakin meningkatnya tenaga kerja Indonesia
yang ingin bekerja di luar negeri dan besarnya jumlah tenaga kerja
Indonesia yang bekerja di luar negeri, meningkat dan beragam pula
permasalahan yang dihadapi oleh tenaga kerja Indonesia bahkan
berkembang ke arah perdagangan manusia yang dapat dikategorikan
sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Tenaga kerja Indonesia di
luar negeri sering dijadikan obyek perdagangan manusia, termasuk
perbudakan dan kerja paksa, korban kekerasan,
kesewenang-wenangan, kejahatan atas harkat dan martabat manusia serta perlakuan
42
Berdasarkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, pasal 27 ayat (2) yang menyatakan bahwa “tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”, begitu juga dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1969 BAB IV tentang pembinaan perlindungan kerja tertulis bahwa
tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang
sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.40 Maka sejalan
dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 telah diundangkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004
tentang penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar
negeri yang memberikan kesempatan bagi setiap warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat utuk bekerja ke luar negeri.
Dalam rangka memberikan perlindungan bagi calon tenaga
kerja Indonesia, pemerataan kesempatan kerja dan untuk kepentingan
ketersediaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhana nasional,
pemerintah dapat menghentikan dan melarang penempatan tenaga
kerja Indonesia di luar negeri untuk negra tertentu atau penempatan
tenaga kerja Indonesia pada jabatan/pekerjaan tertentu di luar negeri.
Selanjutnya dalam peraturan pmerintah ini juga diatur program
pembinaan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia yang
40
43
dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan untuk lebih
memberikan perlindungan kepada tenaga kerja Indonesia.
Peraturan pemerintah ini kedepan dapat menjadi instrumen
perlindungan tenaga kerja Indonesia mulai dari pra penempatan, mana
penempatan sampai dengan purna penempatan.
5. Macam-macam Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Tenaga kerja Indonesia ada dua macam:
a) Tenaga Kerja melalui DEPNAKER
Tenaga kerja Indonesia adalah warga negara Indonesia yang
melakukan kegiatan sosial ekonomi di luar negeri dalam jangka
waktu yang tertentu serta memperoleh izin atau penesahan dari
pemerintah yang menangani masalah TKI.
Pemerintah telah mengatur dalam proses pemberangkatan
tenaga kerja Indonesia keluar negeri harus memenuhi beberapa
syarat:
a. Usia minimal 18 tahun, kecuali peraturan negara tujuan
menentukan peraturan lain.
b. Memiliki kartu tanda penduduk (KTP)
c. Sehat mental dan fisik yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter atau lulus tes kesehatan sesuai dengan
ketentuan, sesuai dengan persyaratan jabatan atau pekerjaan
yang diperlukan dan dibuktikan dengan sertifikat
44
d. Terdaftar di kantor tenaga kerja di daerah tempat tinggalnya,
dibuktikan dengan kartu tanda pendaftaran pencari kerja
(AK-I).
e. Memiliki paspor dari kantor imigrasi terdekat dengan daerah
asal TKI sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
f. Bersedia mematuhi pelaksanaan perjanjian kerja yang telah
disepakati sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g. Mengikuti program pengiriman uang (remitence) tabungan
serta program kesejahteraan tenaga kerja.41
b) Tenaga Kerja Ilegal
Pemberangkatan tenaga kerja Indonesia yang melalui
pemerintah (DEPNAKER) yang sebenarnya memberi kemudahan
bagi masyarakat untuk bekerja di luar negeri serta membersihkan
kesejahteraan kerja bagi para pekerja di luar negeri, tetapi realitas
yang terjadi di masyarakat mereka berasumsi bekerja sebagai TKI
ikut program dari pemerintah terlalu banyak persyaratan
administratif dan birokrasi yang rumit, sehingga mereka tidak
tertarik pada program pemerintah.
Proses pemberangkatan tenaga kerja Indonesia ke luar
negeri telah diatur dengan tertib oleh pemerintah yang ditangani
langsung oleh DEPNAKER yang tentunya sangat prosedural dan
41
45
tertib segala sesuatu mengenai administrasinya antara lain mulai
dari persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi sebelum
berangkat ke luar negeri, pendidikan dan pelatihan kerja sebagai
persiapan sebelum sampai di negara orang lain supaya menjadi TKI
yang betul-betul profesional, sampai aturan-aturan tenaga kerja
setelah sampai di sana. Selain peraturan tersebut harus menunggu
panggilan permintaan TKI dari negara yang bersangkutan
dikarenakan tidak mungkin TKI tersebut diberangkatkan apabila
tanpa adanya permintaan dari negara-negara tersebut. Rupanya
prosedur diatas bagi masyarakat pedesaan sekarang dari semua
yang peraturan ditetapkan oleh DEPNAKER, dianggap terlalu
menyulitkan bagi mereka, karena berasumsi berapapun biaya
transportasinya bahkan dua kali lipat tidak menjadi permasalahn
yang terpenting mereka tidak dipersulit dan satu hal yang esensial
mereka tidak ingin menunggu lama, kronologisnya semacam inilah
yang menyebabkan para TKI lebih memilih ikut tekong dari pada
mengikuti program DEPNAKER walaupun biaya transportasinya
lebih murah.
Mengenai biaya transportasinya sangat bervariatif
tergantung jalur mana yang diinginkan oleh para tenaga kerja. Jaur
yang biasa ditempuh bermacam-macam antara lain jalur darat, jalur
46
C. Teori Konstruksi Sosial Petter L Berger
Untuk menjelaskan kehidupan sosial keagamaan anak TKI ini,
peneliti menggunakan teori berikut:
Konstruksi sosial: Peter L. Berger
Teori konstruksi sosial menurut Peter L. Berger masyarakat adalah
sebuah produk dari manusia. Masyarakat tidak mempunyai bentuk lain
kecuali bentuk yang telah diberikan kepadanya oleh aktivitas dan
kesadaran manusia. Kedua pernyataan tersebut bahwa masyarakat adalah
produk manusia dan manusia adalah produk dari masyarakat, sebaliknya
keduanya menggambarkan sifat dialektik inheren dari fenomena
masyarakat.
Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia pencipta dari dunianya
sendiri. Manusia dalam banyak hal mempunyai kebebasan untuk bertindak
diluar batas control dan pranata sosial lainya, dimana individu itu sendiri
berasal. Manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan dirinya melalui
respon-respon terhadap stimulus atau dorongan dalam dunia kognitifnya.42
Berdasarkan hal terebut Berger berusaha menjelaskan konstruksi
diri yang dibangun dalam dunia sosiokultural dimana kenyataan sosial
yang ada lebih diterima sebagai kenyataan ganda. Kenyataan ganda
diartikan sebagai kehidupan sehari-hari dan kenyataan memiliki dimensi
objektif dan subyektif. Manusia merupakan instrumen dalam menciptakan
realitas sosial yang objektif melalui proses ekternalisasi, sebagaiman ia