• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN ANAK KELUARGA TKI DI DESA TIREMENGGAL KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK : TINJAUAN KONSTRUKSI SOSIAL PETTER L BERGER.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN ANAK KELUARGA TKI DI DESA TIREMENGGAL KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK : TINJAUAN KONSTRUKSI SOSIAL PETTER L BERGER."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN

ANAK KELUARGA TKI DI DESA TIREMENGGAL

KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK

(Tinjauan Konstruksi Sosial Petter L. Berger)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial (S.Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

NURUL LAILIYAH

NIM. B05212009

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Nurul Lailiyah, 2015, Kehidupan Sosial Keagamaan Anak Keluarga TKI di

Desa Tiremenggal Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik (Tinjauan Konstruksi Sosial Petter L. Berger), Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Kehidupan Sosial Keagamaan, Anak dan Keluarga TKI

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini hanyalah satu yakni bagaimana kehidupan sosial keagamaan anak keluarga TKI di desa Tiremenggal Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik. Namun dari satu rumusan masalah tersebut terdapat sub pembahasan didalamnya, antara lain pembahasan mengenai pendidikan agama anak TKI , kedekatan antara anak dan orang tua yang menjadi TKI, delinquency anak TKI di desa Tiremenggal Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam melihat fenomena yang terjadi pada sosial keagamaan anak TKI di desa Tiremenggal ini adalah teori konstruksi sosial Petter L. Berger.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa: (1) anak yang ditinggal orang tuanya sebagai TKI kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian sehingga kehidupan sosial keagamanya tidak terurus, mudah terjebak dalam pergaulan bebas dan menggampangkan masa depanya karena kebutuhan materi tidak pernah kurang. (2) kedekatan anak dan orang tua TKI sangatlah jauh karena jarangnya bertemu membuat anak merasa asing jika orang tuanya pulang ke rumah, bahkan orang tua tidak pernah tau kehidupan pribadi anaknya karena orang tua yang hanya sibuk mengurus pekerjaan. (3) kenakalan anak TKI terjadi ketika orang tua sedang merantau ke luar negeri (Malaysia), kenakalan anak TKI seperti tidak pernah masuk sekolah dan sering melanggar aturan yang ada di desa. Semua itu terjadi karena pengaruh lingkungan sosial masyarakat.

ABSTRACT

Nurul Lailiyah, 2015, the Religious Social Life Family Children TKI Tiremenggal village Dukun District Gresik (Review of Social Construction Petter L. Berger), Thesis Sociology Program Faculty of Social and Political Sciences UIN Sunan Ampel Surabaya.

Keywords: Religious Social Life, Children and Families TKI

(6)

religious education of children TKI, closeness between children and parents who become migrant workers, child delinquency Tiremenggal migrant workers in the village Dukun District Gresik.

The method used is descriptive method qualitative data collection techniques of observation, interviews and documentation. The theory used in viewing the phenomena that occur in religious social Tiremenggal village children of migrant workers is a social construction theory Petter L. Berger.

(7)

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

F. Penelitian Terdahulu ... 10

G. Metode Penelitian ... 11

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 13

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 14

5. Teknik Pengumpulan Data ... 15

6. Teknik Analisis Data ... 17

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 18

H. Sistematika Pembahasan ... 20

BAB II : KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN ANAK KELUARGA TKI A. Kehidupan Sosial Keagamaan ... 46

1. Pengertian Kehidupan Sosial dan Keagamaan ... 22

2. Bentuk-bentuk Sosial Keagamaan ... 22

3. Faktor-faktor Sosial Keagamaan Anak ... 23

4. Dampak Kehidupan Sosial Keagamaaan Anak ... 25

5. Pembagian Fase Anak dan ciri-cirinya... 31

6. Perkembangan Keagamaan Anak... 31

B. Keluarga TKI... 33

1. Pengertian Keluarga dan Fungsi Keluarga ... 33

2. Pengertian Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ... 38

3. Faktor penyebab menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) ... 39

4. Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ... 41

5. Macam-macam Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ... 43

(8)

BAB III : KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN ANAK KELUARGA TKI : TINJAUAN KONSTRUKSI SOSIAL PETTER L. BERGER A. Masyarakat Desa Tiremenggal Kecamatan Dukun

Kabupaten Gresik ... 55 B. Kehidupan Sosial Keagamaan Anak Keluarga TKI ... 63 C. Kehidupan Sosial Keagamaan Anak keluarga TKI dalam Persepektif

Teori Konstruksi Sosial Petter L. Berger ... 76

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 90 B. Saran-saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA

Lampiran-lampiran

1. Pedoman Wawancara 2. Dokumen Lain yang relevan 3. Jadwal Penelitian

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, desa Tiremenggal merupakan sebuah desa terpencil

yang berada di naungan Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik. Kehidupan

masyarakat di desa Tiremenggal awalnya adalah sebagai petani. Sementara

dari hasil petani tersebut secara materi tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Berawal dari itu, para keluarga merubah mata

pencaharian dengan merantau ke luar negeri. Sehingga saat ini warga

masyarakat desa Tiremenggal menjadi TKI di luar negeri (Malaysia) dan

rata-rata berhasil, secara tidak langsung dapat merubah kehidupanya dari

tradisional menjadi modern. Apabila seorang suami berangkat bersama

istrinya maka anaknya ditinggal di rumah bersama kakek, nenek, paman,

dan ada juga yang di titipkan di pesantren. Orang tua tidak memikirkan

apa yang akan terjadi apabila anak-anak yang ditinggalkan, yang

dipikirkan hanyalah untuk mencari ekonomi yang layak untuk menghidupi

keluarganya.

Merantau merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan oleh

orang-orang yang bekerja di luar kota maupun di luar negeri, sebagaimana

pekerjaan merantau telah terjadi di sebuah desa Tiremenggal karena

penghasilan bekerja di luar negeri lebih tinggi dari pada di Indonesia.

Maka tidak hanya laki-laki saja yang bekerja sebagai TKI melainkan

(10)

2

dan disisi lain wanita juga hawatir apabila jauh dari suaminya takut terjadi

perselingkuhan dan perceraian. Oleh karena itu ibu juga rela meninggalkan

keluarga demi kepentingan mencari uang untuk biaya pendidikan dan

kebutuhan sehari-hari keluarganya. Pendidikan anak TKI juga sebagian

ada yang sarjana, lulus SMP dan SMA. Semua itu tergantung keinginan

para anak-anak TKI. Menurut para orang tua TKI Pesantren adalah tempat

yang tidak mudah terjebak dalam pergaulan bebas karena di pesantren itu

tidak boleh keluar. Akan tetapi, pada kenyataanya banyak anak para TKI

yang melanggar peraturan ketika di pesantren dan di keluarkan dari

pesantren, kemudian pulang ke desa menjadi penyebab kerusakan

ditengah-tengah masyarakat. Hal itu disebabkan jauh dari pengawasan

orang tua dan seorang anak juga akan menggampangkan masa depanya

karena setiap bulan kebutuhan selalu tercukupi bahkan berlebihan.

Para TKI yang di luar negeri rata-rata bekerja sebagai proyek

pembangunan gedung dan terbagi di beberapa daerah, di antaranya ada

yang bekerja di Serawak, Kuala Lumpur dan Penang. Meskipun gaji yang

diperoleh lebih tinggi akan tetapi anak-anaknya kurang mendapatkan kasih

sayang dan pengawasan dari orang tua sehingga banyak anak yang

terjerumus dalam pergaulan bebas. Oleh karena itu seorang anak

membutuhkan arahan dari orang tua dengan cara memberikan waktu

kepada anaknya agar tidak merasakan kurangnya kasih sayang dan

(11)

3

Anak, keluarga dan masyarakat merupakan tiga hal yang saling

berkaitan, diantara tiga hal itu, keluarga mempunyai kedudukan kunci dan

central. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga bukan hanya penerus

keturunan, akan tetapi keluarga juga pembentuk kepribadian. Pada

dasarnya setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan untuk

mengembangkan fitrah tersebut dalam upaya untuk mencapai tujuan yang

dicita-citakan, dibutuhkan bimbingan dan pengarahan dari orang tua, yaitu

melalui proses pendidikan. Para ahli didik umumnya menyatakan

pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama.1

Dalam pendidikan keluarga yang paling berperan di dalamnya

adalah kedua orang tua, karena orang tua merupakan manusia yang

terdekat dengan anak baik secara fisik ataupun psikologis. Anak yang

diperhatikan secara terus menerus akan jauh lebih baik perilakunya dari

pada anak yang tidak diperhatikan secara intensif. Di dalam buku

psikologi pendidikan karangan Sumadi Suryabrata dijelaskan bahwa

“aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses

prestasinya dari pada memberikan perhatian secara spontan”.2

Pendidikan anak sangatlah penting dalam membentuk perilaku sosial

seorang anak agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas khususnya pada

usia remaja. Di mana pada usia itu sangatlah mudah terpengaruh pada

lingkungan sekitar atau teman sebaya, keluarga adalah lingkungan yang

paling kuat dalam membesarkan anak. Keluarga merupakan kerabat

1

Nur Uhbiyah, Ilmu Pendidikan Islam Bandung: Pustaka Setia, 1998), 211

2

(12)

4

terdekat seseorang dalam hidup masyarakat dan sebagai tempat sosialisasi

yang pertama.3 Keluarga yang baik akan berpengaruh positif terhadap

perkembangan anak, sedangkan keluarga yang buruk akan berpengaruh

negatif. Peran orang tua yang berinteraksi dengan anak sangat penting

dalam membentuk karakter keluarga. Anak memiliki hubungan yang erat

dengan orang tua, akan tetapi bagaiman sikap dan karakter anak bisa

terbentuk apabila dalam mendidik anak keluarga tidak lagi terlibat,

khususnya pada keluarga yang bekerja merantau ke luar negeri.

Anak merupakan amanat dari Allah. Amanah harus dijalankan

dengan memliharanya secara serius, karena nantinya akan dipertanggung

jawaban. Yang bertindak menjadi tanggung jawab anak adalah kedua

orang tua. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Zakiyah Darojat dalam

bukunya Ilmu Jiwa Agama bahwa, “perkembangan agama pada anak di

tentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada

masa-masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0-12

tahun”.4

Setiap anak dan orang tua menjalin hubungan emosional yang erat

setelah kelahiran bayi, tetapi dunia anak cepat berkembang di dalam

keluarga. Seperti halnya anak laki-laki secara emosional mengikatkan pada

ibunya sedangkan anak perempuan mengikatkan diri pada ayahnya. Kasih

sayang dan perhatian orang tua sangat dibutuhkan oleh anak karena

idealnya orang tua dan anak berjalan secara kesinambungan dan kontiniu.

3

(13)

5

Pada anak yang sedang berkembang mereka memerlukan arahan dan

bimbingan yang biasanya didapatkan dari orang orang dewasa yang dekat

dengan mereka dan bisa mereka percayai salah satu di antaranya adalah

orang tua. Perhatian dan kasih sayang orang tua kepada anak sangatlah

penting karena, rasa aman dan perhatian dari orang tua itu tidak ternilai

harganya.

Orang tua yang penyayang, lemah lembut, adil dan bijaksana akan

menumbuhkan sikap sosial yang menyenangkan pada anak. Ia akan

terlihat ramah, gembira, dan segera akrab dengan orang lain karena ia

merasa diterima dan disayangi oleh orang tuanya, maka akan bertumbuh

rasa percaya diri dan percaya terhadap lingkungannya, hal yang

menunjang terbentuknya pribadinya yang menyenangkan dan suka

bergaul.5

Dengan demikan, peranan orang tua dalam hal ini sangat dominan

dalam perkembangan anak, berhasil tidaknya merupakan tanggung jawab

orang tua karena keluarga merupakan lembaga pendidikan formal dan

bersifat qodrati serta instansi pertama yang dikenal anak sangat

berpengaruh pada pembentukan sikap dan perilaku terhadap pendidikan

anak.

Menurut Bimo Walgito, di era modern seperti sekarang sering pula

terjadi adanya suatu gejala kenakalan remaja ialah kedua orang tuanya

masih utuh tetapi karena masing-masing anggota keluarga memiliki

5

(14)

6

kesibukan masing-masing sehingga orang tua tidak sempat memberikan

perhatian terhadap perilaku anaknya. Sedangkan dalam kenyataaan

menunjukan bahwa anak-anak remaja yang melakukan tindakan

menyimpang dari norma-norma agama dikarenakan didalam keluarga

terjadi disintegarsi. Di antaranya anak yatim piatu, anak yang tidak jelas

asal usul keturunanya karena perceraian kedua orang tuanya, anak yang

ditinggal ayah tanpa perceraian yang sah, anak yang sering ditinggal kedua

orang tuanya karena mencari nafkah.6

Seperti fenomena yang terjadi di Desa Tiremenggal Kecamatan

Dukun Kabupaten Gresik. Desa ini mempunyai daya tarik yang sangat

kuat untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian. Dimana di desa

Tiremenggal ini terdapat beberapa keluarga yang bekerja sebagai TKI ke

luar negeri dan keluarga ini mempunyai daya tarik yang sangat kuat untuk

diteliti disisi kehidupan siosial keagamaan anak keluarga TKI. Kehidupan

sosial keagamaan anakkeluarga TKI tentunya berbeda dengan kehidupan

sosial keagamaan anak pada umumnya maka dari itu peneliti tertarik untuk

meneliti bagaimana kehidupan sosial kegamaaan anak di Keluarga TKI.

B. Fokus Masalah

Bagaimana kehidupan sosial keagamaan anak di keluarga TKI Desa

Tiremenggal Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik?

(15)

7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Ingin mengetahui kehidupan sosial keagamaan anak di keluarga TKI di

desa Tiremenggal kecamatan Dukun kabupaten Gresik.

2. Ingin mengetahui dinamika kehidupan sosial keagamaan anak keluarga

TKI di desa Tiremenggal kecamatan Dukun kabupaten Gresik.

3. Ingin mengetahui dampak sosial keagamaan anak keluarga TKI di desa

Tiremenggal kecamatan Dukun kabupaten Gresik.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti

a. Hasil penelitian ini merupakan proses pendewasaan berpikir dalam

memperluas keilmuan yang telah di peroleh selama Kuliah.

b. Sebagai wahana untuk mempelajari daya kritik dan kepekaan

terhadap kehidupan sosial keagamaan anak di keluarga TKI.

2. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

terhadap pengembangan khazanah keilmuan di bidang Ilmu sosial dan

Politik, khususnya Sosiologi.

3. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat pula menjadi bahan

(16)

8

E. Definisi Konsep

1. Kehidupan Sosial Keagamaan

Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia, kesatuan

manusia yang hidup bersama dalam pergaulan yang kehidupan

sosialnya ditandai oleh: adanya manusia bersama, manusia tersebut

bergaul dan hidup bersama dalam waktu yang lama, adanya

kesadaran bahwa mereka merupakan kesatuan, akhirnya menjadi

system kehidupan bersama (system sosial).7

Dari penjelasan diatas, pada dasarnya menunjukkan bahwa

di dalam kehidupan sosial itu terdapat manusia yang hidup dalam

pergaulan dan dapat dinyatakan bahwa manusia yang hidup dalam

pergaulan itu dapat diartikan sebagai pengorganisasian

kepentingan, pengertian sikap antara yang satu terhadap yang lain

dalam pemusatan orang-orang dalam kelompok tertentu untuk

kepentingan bersama.

Keagamaan adalah segenap kepercayaan kepada tuhan

(Dewa dan sebagainya), serta ajaran kebaktian dan kewajiban

kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan itu. Atau sifat-sifat

yang terdapat dalam agama.8

Dari uraian diatas, maka jelaslah kehidupan sosial

keagamaan adalah kehidupan orang-orang pada daerah yang luas,

di mana antara yang satu dan yang lainya saling berhubungan tanpa

7

(17)

9

membedakan derajat, tingkat ataupun kekayaan sesuai dengan

ajaran-ajaran agama. Dapat dikatakan juga bahwa kehidupan sosial

keagamaan merupakan kehidupan bersama manusia yang hidup

bersama dalam pergaulan yang berkaitan dengan segala sesutau

tentang agama.

2. Keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia)

Keluarga merupakan kelompok manusia terkecil dan

tempat pertama kali individu untuk hidup juga tempat pertama kali

budaya manusia itu terbentuk. Keluarga terbentuk melalui suatu

ikatan perkawinan atau oleh hubungan darah dan keturunan.

Dengan berdasarkan pada keluarga inti, dimana anggotanya terdiri

atas ayah dan ibu beserta anak kandung mereka atau

anak-anak yang diadopsi dan dianggap serta diperlakukan sebagai anak-anak

kandung sendiri. Dan pada keluarga yang sifatnya meluas memiliki

anggota tidak hanya terdiri dari keluarga inti, melainkan

didalamnya masih ada anggota lain seperti kakek-nenek, cucu,

keponakan, tante, sepupu, dan sebagainya. Bagaimanapun bentuk

keluarga yang ada di sekitar kita, keluarga inti merupakan faktor

awal pembentuk kepribadian suatu individu dalam membentuk

budaya yang berkaitan dengan kehidupan sosial.9

Sedangkan fungsi keluarga adalah untuk memenuhi

kebutuhan biologis dan emosional/perasaan, pendidikan sosialisasi,

9

(18)

10

ekonomi dan pengawasan sosial. Fungsi keluarga ini meliputi:

hubungan seks, ekonomi dan edukasi.10

Menurut Payaman J. Simanjuntak, mengartikan tenaga

kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang

mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah

dan mengurus rumah tangga.11 Jadi yang dimaksud dengan tenaga

kerja adalah individu yang sedang mencari atau sudah melakukan

pekerjaan yang menghasilkan barang atau jasa yang sudah

memenuhi persyaratan ataupun batasan usia yang sudah ditetapkan

undang-undang yang bertujuan untuk memperoleh hasil atau upah

untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai kehidupan sosial keagamaan anak di keluarga

TKI Desa Tiremenggal Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik

sebelumnya belum pernah dilakukan, tetapi disini ada penelitian

terdahulu yang relevan dengan judul tersebut.

1. Penelitian Sugiyanti, 2012, tentang “Hubungan antara Kepedulian

Keluarga terhadap Perilaku Sosial Keagamaan Pada Keluarga TKI di

Desa Krandon Lor Kec. Suruh Kab. Semarang”. Fokus penelitian ini

adalah bagaimana kepedulian keluarga TKI terhadap remaja Di Desa

Krandon Lor Kec. Suruh Kab. Semarang. Dalam penelitian ini

kepedulian keluarga TKI berpengaruh terhadap perilaku sosial

10

Hartomo Arnicun Aziz, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), 86.

11

(19)

11

keagamaan remaja pada keluarga TKI. Dalam penelitian tersebut

sama-sama membahas kehidupan sosial keagamaan anak yang tinggal

orang tuanya sebagai TKI. Perbedaan dengan judul diatas adalah

menggunakan metode penelitian kuantitatif sedangkan peneliti

menggunakan metode penelitian kualitatif.

2. Penelitian Abd Rozak, 1999, tentang “ Studi Dampak Tenaga Kerja

Indonesia Terhadap Pendidikan Agama Islam Di SDN Ko’ol

Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan”. Penelitian ini membahas

tentang dampak akan TKI terhadap perilaku keagamaan

anak-anaknya bagi masyarakat di Desa Ko’ol. Penelitian ini sama-sama

membahas sosial keagamaan anak yang ditinggal orang tuanya

sebagai TKI. Perbedaan dengan penelitian ini adalah fokus akan

dampak TKI terhadap kehidupan sosial ekonomi keluarga.

Sedangkan penelitian tentang kehidupan sosial keagaman anak

keluarga TKI yang peneliti lakukan membahas bagaimana kehidupan

sosial keagamaan anak keluarga TKI. Penelitian ini menjadikan agar

anak keluarga TKI tetap berperilaku baik dalam bidang sosial

keagamanya karena anak keluarga TKI kurang pengawasan dari

orang tua.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif

(20)

12

situasi atau kejadian. Jenis penelitian ini memberikan peluang yang besar

akan munculnya interpretasi-interpretasi alternatif. Metode ini juga

mampu mendekatkan antara peneliti dengan objek yang dikaji.

Penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu

masalah atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar

untuk mengungkapkan fakta. Hasil penelitian ini ditekankan pada

memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari

obyek yang diselidiki. Akan tetapi guna mendapatkan manfaat yang lebih

luas dalam penelitian ini.12

Alasan peneliti memilih metode deskriptif kualitatif adalah

pertama, bertujuan untuk mengetahui deskripsi mengenaikehidupan

sosial keagamaan anak di keluarga TKI Desa Tiremenggal Kecamatan

Dukun kabupaten Gresik. Kedua, untuk memperoleh data yang akurat,

peneliti masih perlu untuk terjun ke lapangan langsung dan

memposisikan dirinya sebagai instrumen penelitian, sebagai salah satu

ciri penelitian kualiatif.

2. Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Tiremenggal yang

tergabung dalam kecamatan Dukun, Kota Gresik. Kondisi ini tepat sekali

untuk dijadikan sebagai obyek penelitian penulis. Kedekatan. Secara

geografis, peneliti memliki kedekatan dengan lokasi penelitian karena

peneliti tinggal di wilayah kota Gresik. Sehingga memungkinkan bagi

12

(21)

13

peneliti lebih memahami kondisi Desa tersebut. Dengan demikian

diharapkan hasil penelitian ini akan mampu menjelaskan lebih dalam

realita yang terjadi di Desa Tiremenggal. Secara teknis, faktor kedekatan

geografis ini juga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data.

3. Pemilihan Subjek Penelitian

Untuk mempermudah mengidentifikasi penulis

mengklasifikasikan subyek dalam penelitian ini adalah anak yang

ditinggal orang tuanya sebagai TKI.

(22)

14

4. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model penelitian

Bogdan yaitu Pra Lapangan, Kegiatan Lapangan, dan Analisis Intensif, 13

dengan gambaran penelitian sebagai berikut:

a. Tahap Pra Lapangan

Pada tahap ini peneliti melakukan berbagai persiapan baik

yang berkaitan dengan konsep penelitian maupun persiapan

perlengkapan yang dibutuhkan. Persiapan tersebut berkaitan dengan:

penyususnan perencanaan penelitian, pemilihan lapangan penelitian,

pengurusan pada pihak terkait seperti anak yang ditinggal keluarga

merantau, warga sekitar dan menyiapkan perlengkapan penelitian.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini peneliti lebih banyak berkutat pada pencarian

dan pengumpulan data yang ada di lapangan melalui berbagai teknik

yang digunakan. Pada tahap ini peneliti akan berusaha

mengumpulkan data sebanyak mungkin tentang kehidupan sosial

keagamaan anak di keluarga TKI Desa Tiremenggal Kecamatan

Dukun Kabupaten Gresik dengan memilih dan memanfaatkan

informasi serta mendokumentasi berbagai kegiatan penelitian di

lapang

13

(23)

15

c. Tahap Analisis Intensif

Setelah semua data dari lapangan terkumpul, peneliti akan

melakukan analisis terhadap data yang ada untuk kemudian diambil

data yang tepat sesuai dengan permasalahan penelitian.

5. Teknik pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian,

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode

observasi, interview (wawancara) dan dokumentasi. Dalam hal ini

jelasnya peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai

berikut:

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang utama dan

perlu dimanfaatkan sebesar-besarnya. Artinya penelitian ini terlibat

dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau

digunakan sebagai sumber data penelitian. Dalam pelaksanaan

observasi ini maka peneliti terjun langsung ke lapangan dengan

melibatkan diri langsung pada aktivitas subyek. Jadi selain peneliti

sebagai pengamat juga sebagai kelompok subyek yang diteliti

sehingga hal ini dapat mempermudah proses pengamatan yang

(24)

16

kegiatan yang mereka lakukan tidak dibuat-buat, akhirnya dapat

dijamin keabsahanya.

Pertama, penulis mengamati secara langsung dengan cara

bergaul dan bertanya seputar kehidupan interaksi anak dan orang tua

sehingga dapat mengetahui keadaanya yang terjadi di dalam

keluarga tersebut.

Kedua, setelah proses pengamatan secara langsung dan

memberikan pertanyaan pada sebagian anak yang ditinggal orang

tuanya sebagai TKI, maka penulis mengumpulkan data-data yang

ada untuk dijadikan bahan penulisan skripsi.

b. Wawancara

Wawancara atau interview adalah yang dilakukan peneliti

tidak didasarkan pada struktur yang telah ditentukan sebelumnya.

Akan tetapi dalam pelaksanaan interview peneliti mengajak subyek

berdialog mengenai masalah kehidupan sehari-harinya.

Dalam penelitian ini peneliti mengutamakan wawancara tak

terstruktur yaitu wawancara yang hanya memuat garis besar yang

akan ditanyakan. 14

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

14

(25)

17

monumental dari sesesorang. Maka peneliti akan melakukan kajian

terhadap dokumen-dokumen kehidupan sosial keagamaan anak di

keluarga TKI Desa Tiremenggal. Serta membaca literatur-literatur

yang terkait dengan studi. Teknik ini dilakukan dengan cara

mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip

dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil atau

hukum-hukum dan nilai-nilai yang berhubungan dengan masalah

penelitian.15

6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah teknis analisis

isi (content analisis). Content analisis adalah suatu teknik penelitian

yang membuat irefrensi- irefrensi yang dapat ditiru (replicable) dan

shahih data dengan memperhatikan konteksnya.16

Tujuan dari content analisis adalah untuk menganalis isi pesan

atau mengobservasi dan menganalisis isi prilaku yang terbuka dari

komunikator yang terpilih. Logika dasar dalam setiap komunikasi berisi

dalam sinyal komunikasi itu, baik berupa verbal maupun non verbal.17

Analisis data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan.

Analisis kualitatif hanya berupa kata-kata dan bukan angka. Setalah data

terkumpul tahap selanjutnya adalah analisis data.

15

Ibid., 202

16

Klaus Krippendorf, Analisis Isi (Jakarta: Rajawali Pers, 1991), 15

17

(26)

18

7. Teknik pemeriksaan Keabsahan data

Keabsahan data adalah satu bagian yang sangat penting didalam

penelitian kulitatif, untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil

penelitian yang dilakukan. Apabila peneliti melakukan pemeriksaan

terhadap keabsahan data secara cermat dengan teknik yang tepat dapat

diperoleh hasil penelitian yang benar-benar dapat di pertanggung

jawabkan dari berbagai segi.

Untuk mendapatkan validitas data dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan data.

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik

trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

trianggulasi dengan memanfaatkan penggunan sumber dan metode yaitu

teknik pemeriksaan dan keabsahan data yang membandingkan data hasil

pengamatan dengan data hasil wawancara dan dokumentasi serta dengan

pengecekan penemuan hasil penelitian dari beberapa teknik pengumpulan

data. Kedua teknik trianggulasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berkut:

a. Trianggulasi dengan sumber

Berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan susatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

(27)

19

1) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum

dengan apa yang dilakukan orang secara pribadi.

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi

penelitian denagn apa yang dikatakan sepanjang waktu.

3) Membandingkan keadaan pada persepektif seseorang dengan

berbagai pendapat orang lain.

4) Membandingkan hasil observasi dengan isi sesuatu dokumen

yang berkaitan.

b. Trianggulasi dengan metode terdapat dua strategi yaitu:

1) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

beberapa teknik pengumpulan data.

2) Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dan

metode yang sama.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan proposal

ini, maka penulis akan menyajikan pembahasan ke dalam beberapa bab yang

sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Merupakan tahapan awal dasar dari proposal penelitian ini.

Yang meliputi, latar belakang masalah, focus masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual dan

sistematika pembahasan.

(28)

20

Dalam bagian ini materi menjelaskan tentang objek kajian yang

dikaji, dan kajian Teoretik.

Bab III : Penyajian Data Dan Analisis Data

Pada bab ini berisikan tentang deskripsi umum penelitian,

deskripsi hasil penelitian dan analisis data.

Bab IV : Penutup

Bab ini merupakan bab akhir yang di dalamnya berisi tentang

(29)

BAB II

Kehidupan Sosial Keagamaan Anak Keluarga TKI

A. Kehidupan Sosial Keagamaan

1. Pengertian Kehidupan Sosial dan Keagamaan

Jika dilihat dari kata kehidupan sebenarnya adalah cara atau

keadaan tentang hidup dan arti dari kata sosial adalah yang

berhubungan dengan masyarakat. Sedangkan arti Kehidupan

keagamaan menurut G.W Alport adalah kecenderungan yang relative

stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku atau

mereaksi dengan cara tertentu terhadap pribadi lain, objek lembaga

atau persoalan tertentu.

Kehidupan sosial keagamaan adalah perilaku yang berhubungan

dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat lainya. Sedangkan

saebani berpendapat: perilaku sosial keagamaan ialah mendidik anak

sejak kecil agar terbiasa menjalankan perilaku sosial yang utama,

dasar-dasar kejiwaaan yang mulai dan bersumber pada aqidah

islamiyyah yang kekal dan kesadaran iman yang mendalam agar

ditengah-tengah masyarakat nanti ia mampu bergaul dan berperilaku

sosial yang baik, memiliki keseimbangan akal yang matang dan

tindakan yang bijaksana.18

18

(30)

22

Kehidupan sosial keagamaan didefinisiskan sebagai kehidupan

individu dalam lingkungan sosial dan alamnya supaya bebas dan

bertanggung jawab menjadi pendorong kearah perubahan dan

kemajuan.

Ciri-ciri kehidupan sosial pada dasarnya menunjukkan bahwa di

dalam kehidupan sosial itu terdapat manusia yang hidup dalam

pergaulan dan dapat dinyatakan bahwa manusia yang hidup dalam

pergaulan itu dapat diartikan sebagai pengorganisasian

kepentingan-kepentingan.

Dari pengertian diatas, kehidupan sosial keagamaan bertujuan

agar individu mampu mengimplementasikan hak dan kewajiban

dalam lingkungan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang

dilandasi dengan nilai-nilai agama islam.

2. Bentuk-bentuk Sosial Keagamaan

Adapun bentuk-bentuk sosial keagamaan yang menjadi

perhatian penulis dalam penelitian ini adalah:

a. Aktif dalam organisasi keagamaan

Bentuk-bentuk sosial keagamaan diantaranya yaitu aktif

dalam organisasi keagamaan, dimana pada pembahasan penelitian

ini adalah mengenai tentang sosial keagamaan anak. Seorang anak

yang memiliki perilaku sosial yang baik diantaranya ditandai

dengan seorang tersebut aktif dalam organisasi keagamaan dimana

(31)

23

pembentukan sosial seseorang, dengan berorganisasi seseorang

dapat berlatih bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain

dengan cara yang baik, bersosial, dan berlatih untuk dapat

menghargai sesama.

b. Berakhlak mulia

Seorang yang berakhlak baik, suka memberi, menolong

mudah memafkan kesalahan orang lain, bisa menghargai sesama,

menunjukkan bahwa seorang tersebut memiliki rasa sosial

keagamaan yang tinggi.

c. Menghargai terhadap sesama dan tidak angkuh

Kiranya sudah tidak asing lagi, bahwa manusia dilahirkan

di dunia dengan satu naluri untuk senang biasa hidup dengan

sesamanya. Hal itu terutama disebabkan karena secara mental dan

fisik, manusia tidak dilengkapi dengan sarana-sarana yang

memungkinkan dia untuk hidup sendiri.19

Manusia hidup di muka bumi ini tidaklah hidup sendiri,

melainkan selalu membutuhkan orang lain, maka dari itu dalam

berinteraksi sosial kita harus saling menhargai terhadap sesama,

tidak mudah menyakiti orang lain.

3. Faktor-faktor sosial keagamaan anak

a. Faktor dari dalam (internal)

19

(32)

24

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri

seseorang. Faktor-aktor tersebut dapat berupa insting, motif dari

dalam dirinya, sikap serta nafsu. Faktor internal yang

bermacam-macam berada dalam diri seseorang akan menimbulkan bentuk

perilaku sosial keagaman yang bermacam-macam.

b. Faktor dari luar (eksternal)

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri

seseorang atau individu. Faktor yang timbur dari lingkungan

keluarga, sekolah dan masyarakat. Faktor eksternal ini dapat

berupa pengaruh lingkungan sekitar tempat dimana individu

tersebut hidup dan ditambah dengan adanya hukuman dan hadiah

yang ada dalam komunitas tersebut.

c. Faktor kekuatan dasar dari lingkungan

1) Faktor taraf kepatuhan yang rendah akan agama

2) Faktor taraf gangguan kehidupan keluarga

3) Faktor disorganisasi sosial keagamaan

4) Faktor normalitas yang rendah

5) Faktor kesempatan

Faktor-faktor diatas akan mempengaruhi sosial keagamaan

seorang. Baik dan buruknya perilaku keagamaan seseorang

tergantung dari faktor tersebut, baik dari faktor dalam, luar maupun

dari lingkungan. Seseorang melakukan tindakan keagamaan

(33)

25

membentuk perilaku keagamaan disebabkan seseorang yaitu

pengaruh dari dalam keluarga, bisa dikatakan faktor eksternal atau

faktor dari luar individu, karena seseorang hidup dalam keluarga,

baik dan buruknya perilaku seseorang tergantung baik buruknya

pendidikan pada keluarga dan kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam

keluarga tersebut.

4. Dampak kehidupan sosial keagamaaan anak

Berbicara mengenai masalah tenaga kerja Indonesia, hal ini sama

dengan berbicara masalah orang tua, yang mana mayoritas pelaku dari

pada TKI itu sendiri adalah orang tua. Orang tua menjadi kepala

keluarga dan orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar

terhadap sosial keagamaan anaknya karena karakteristik anak lebih

banyak dipengaruhi keluarga dan orang tua. Tanggung jawab keluarga

terhadap bidang sosial keagamaan anaknya meliputi:

dorongan/motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan

anak. Cinta kasih adalah tali jiwa antara orang tua dan anak.20 Cinta

kasih ini mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung

jawab dan mengabdikan hidupnya untuk sang anak.

1) Dampak positif kehidupan sosial keagamaan anak

a. Terpenuhinya kebutuhan pokok anak

Anak yang orang tuanya menjadi TKI setidaknya

kebutuhan-kebutuhan dasar, terutama yang bersifat fisiologis telah

20

(34)

26

terpenuhi dan pada taraf selanjutnya anak tinggal mewujudkan diri

dengan segala potensi dengan dasar bahwa kebutuhanya telah

terpenuhi, sehingga anak tidak lagi disibukkan dengan pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan tersebut yang nantinya akan memiliki

konsentrasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan

anak-anak yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya.

Hal ini mengacu pada pemikiran ahli ilmu jiwa yang

mengatakan bahwa dalam diri manusia terdapat tuntunan

kebutuhan yang tercantum dalam hirarki kebutuhan, yaitu

kebutuhan-kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keamaanan,

kebutuhan akan cinta dan kasih, kebutuhan untuk mewujudkan diri

sendiri.21

b. Terpenuhinya fasilitas bagi anak

Disamping pemenuhan kebutuhan dasar, secara langsung

anak akan mendapatkan fasilitas belajar yang memadai dan lebih

baik karena kondisi ekonomi yang telah mapan. Anak dengan salah

satu orang tuanya sebagai TKI memiliki kebersamaan lebih sedikit

dibandingkan dengan anak yang kedua orang tuanya berada di

rumah.

Anak memang butuh kebebasan untuk tumbuh, belajar,

menemukan dirinya sendiri serta mengembangkan ketrampilan,

namun ia juga membutuhkan jaminan tata tertib serta batas-batas,

21

(35)

27

suatu kesempatan untuk belajar memahami, mengendalikan,

menyalurkan, mengatasi frustasi, serta belajar mendisiplinkan diri.

Dalam hal ini orang tua yang bekerja sebagai TKI secara tidak

langsung juga memberikan kesempatan pada anak untuk memilih

dan selanjutnya memberikan keleluasan kepada anak untuk

membuat keputusan sendiri dengan segala otoritasnya.22

Dengan demikian kepergian orag tua sebagai TKI ke luar

negeri memberikan kesempatan pada anak untuk menunjukkan

daya kreatifitasnya dan kecenderungan fitrah yang dimiliki.

Kebanyakan dilihat dari beberapa kasus yang ditemukan terdpat

orang tua yang salah dalam menggunakan perilaku dan cara dalam

mendidik anaknya.

Orang tua selalu memanjakan anak, semua permintaan anak

selalu dipenuhi. Sehingga anak akan menggantungkan apapun

kepada orang tuanya, terlebih-lebih pada ibunya dan anak akan

merasa aman berada di dekat orang tuanya, akan tetapi justru

karena itulah anak akan gagal bereksplorasi, berpetualang, belajar

dan berkembang. Alhasil, ketika nanti orang tuanya kembali ke

luar negeri lagi anak tidak bisa mandiri.

Di samping itu cukup banyak data yang menunjukkan

bahwa ketika anaknya melakukan kesalahan orang tua seringkali

melakukan tindakan terhadap anaknya itu, seperti memukul,

22

(36)

28

mencubit, dan sebagainya, bahkan tidak sedikit anak yang sampai

menjerit-jerit akibat pukulan dari orang tuanya. Hal tersebut

dilakukan dengan alasan agar anak tidak melakukan kesalahan

serupa dan memberikan efek jera pada si anak. Padahal mendidik

anak dengan cara seperti itu tidak dianjurkan karena para ahli

berpendapat bahwa hukuman yang kejam akan membuat anak

menjadi penakut, rendah diri dan akibat-akibat lain yang negatif

seperti sempit hati, pemalas, pembohong. Anak berani berbohong

karena bila tidak kekerasan akan menimpanya.23

2) Dampak negatif kehidupan sosial keagamaan anak

Tidak selamanya orang tua yang bekerja menjadi TKI itu

berdampak positif bagi anak-anaknya, dalam hal ini juga terdapat

dampak negatif dari fenomenologi adanya TKI.

Dampak negatif dari adanya TKI pada kehidupan sosial

keagamaan anak dalam hal ini anak kuran mendapatkan kebutuhan

non-material sebab terisah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun

sehingga kasih sayang serta perhatian idak didapat secara langsung.

Anak-anak sangat memrlukan motivasi dari orang tuanya

baik secara moral maupun spritual, begitu pula pada anak TKI,

yang mana motivasi berfungsi sebagai pendorong yang mengubah

energi dalam diri seseorang kedalam bentuk suatu kegiatan nyata

(37)

29

untuk mencapai tujuan tertentu.24 Anak yang kurang motivasi

akibatnya belajar tidak teratur, perilaku sosial keagamaannya tidak

ada, hal itulah yang membuat tingkat sosial keagamaan anak

semakin menurun.

Orang tua yang berada di luar negeri bekerja secara terus

menerus dengan penghasilan tinggi nilai akan dengan mudah

memenuhi kebutuhan pokok dan fasislitas anak. Orang tua dengan

senang hati melengkapi fasilitas tersebut sebagai ganti rasa

sayangnya tanpa memantau pemakaian dan penggunaanya, justru

akan memperlemah semangat anak tersebut karena terlalu

dimanjakan dengan berbagai sarana dan prasarana tanpa diimbangi

dengan perhatian dan bimbingan yang serius dari orang tua.

Selain faktor keluarga, yang berpengaruh dalam kehidupan

sosial keagamaan anak adalah faktor lingkungan. Lingkungan

merupakan bagian dari kehidupan anak. Dalam lingkungan anak

hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut

eksosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotik dan

abiotik dapat dihindari.25

Pengaruh lingkungan luar sekolah dan rumah dilihat dari

frekuensi dan jumlah waktu, serta komprehensifnya masalah sangat

besar dan menjalani pola-pola tertentu.26 Kondisi psikis anak belum

24

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), 96.

25

Ibid., 176

26

(38)

30

mampu berfungsi secara keseluruhan. Anak belum mampu

menfilter budaya yang ada dimasyarakatnya tanpa adanya

bimbingan dan motivasi. Oleh karena itu disini anak masih harus

mendapatkan bimbingan dan arahan dari orang tua.

Fenomena inilah yang nampaknya tidak bisa dihindari oleh

para orang tua yang bekerja sebagai TKI karena orang tua tidak

pernah ada di rumah dan walaupun berada di rumah sangat jarang

sekali ada waktu buat anak-anaknya. Orang tua yang kurang

memperhatikan perkembangan sosial keagamaan anaknya maka

anak bisa terjebak dalam pergaulan bebas, seperti miras, seks

bebas, narkoba dll. Adanya penyebab kenakalan remaja salah

satunya kurang didikan agam didalamnya. Di samping itu, dalam

masalah pengamalan sosial dan keagamaan anak kurang maksimal

karena tidak adanya interaksi dan tauladan secara langsung dari

orang tuanya.

Masa sekarang ini merupakan masa dimana banyak sekali

tantangan dan gangguan yang dihadapi manusia. Sudah tidak

terhitung lagi berapa jumlahnya manusia yang melakukan

kerusakan dibumi. Tugas utama manusia sebagai kholifah tidak

lagi menjadi tujuan utama manusia hidup. Manusia sibuk dengan

kehidupan dunia yang hanya bersifat fana ini. Hal ini menunjukkan

(39)

31

Agama yang seharusnya dijadikan pegangan hidup tidak lagi

dihiraukan.

5. Pembagian Fase Anak dan ciri-cirinya

Anak adalah manusia yang masih kecil. Dalam pengertian lain

bahwa anak adalah orang yang termasuk dalam bagian keluarga.

Imam Ghazali seorang tokoh islam yang terkenal dengan gelar Hujjatul

Islam menegaskan bahwa anak adalah:

Anak itu amanah Allah SWT bagi orang tuanya. Hatnya bersih bagai mutiara yang indah, bersahaja, bersih dari satiap lukisan dan gambar. Ia menerima bagi setiap yang dilukiskan, cenderung kepada arah apa saja yang diarahkan kepadanya. Kedua orangtuanya, semua gurunya, pengajarnya serta yang mendidiknya sama-sama dapat menerima pahala.27

Usia 6-12 tahun termasuk pada perkembangan masa akhir

anak, akhir masa kanak-kanak sering disebut sebagai usia

berkelompok karena ditandai dengan adanya minat terhadap aktifitas

teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima

sebagai anggota suatu kelompok.

Apabila awal masa kanak-kanak akan berakhir konsep moral

anak tidak lagi sesempit dan sekhusus sebelumnya. Anak yang lebih

besar lambat laun memperluas konsep sosial terlibat dalam berbagai

tingkat kesungguhan pada berbagai macam perbuatan.

6. Perkembangan Keagamaan Anak

Menurut penelitian Ernest Harmes perkembangan agama

anak-anak itu melalui beberapa fase (tingkatan). Dalam bukunya “ The

27

(40)

32

Development Of Religions on Children” ia engatakan bahwa

perkembangan agama pada anak-anak melalui 3 tingkatan yaitu:28

a. The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng)

Tingkatan in dimulai pada anak yang berusia 3-6 tahun.

Pada tingkatan ini konsep mengenai tuhan lebih banyak

dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Pada tingkat perkembangan

intelektualnya. Kehidupan masa ini masih dipengaruhi kehidupan

fantasi hingga dalam menanggapi agama pun anak masih

menggunakan konsep fantastis yang diliputi dongeng-dongeng

yang kurang masuk akal.

b. The Realistic Stage ( Tingkat Kenyataan)

Tingkatan ini dimulai sejak anak masuk sekolah dasar

hingga sampai ke usia (masa usia) adolensense. Pada masa ini ide

ketuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang

berdasarkan kepada kenyataan. Konsep ini timbul melalui

lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang

dewasa lainya. Pada masa ini ide keagamaan pada anak

didasarkan atas dorongan emosional hingga mereka dapat

melahirkan konsep Tuhan yang formalis. Berdasarkan hal itu

maka pada masa ini anak-anak tertarik dan senang pada lembaga

keagamaan yang mereka lihat dikelola oleh orang dewasa dalam

(41)

33

lingkungan. Segala bentuk tindak (amal) keagamaan mereka ikuti

dan mempelajarinya dengan penuh minat.

c. The Individual Stage (Tingkat individual)

Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang

paling tinggu sejalan dengan perkembangan usia. Konsep

keagamaan yang individualitas ini terbagi atas tiga golongan:

a) Konsep ketuhanan yang konvensional an konservative

dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi. Hal tersebut

disebabkan pengaruh luar.

b) Konsep ketuhanan yang baik yang murni dinyatakan dalam

pandangan yang bersifat personal (perorangan).

c) Konsep ketuhanan yang bersifat humanistic. Agama telah

menjadi etos humanis pada diri mereka dalam mengahayati

ajaran agama. Perubahan ini setiap tingkatan dipengaruhi

oleh faktor intern yaitu perkembangan usia dan faktor ekstern

berupa pengaruh luar yang dialaminya.

B. Keluarga TKI

1. Pengertian keluarga dan fungsi keluarga

Menurut Agus Sujanto keluarga adalah lingkungan yang

terdekat untuk membesarkan, mendewasakan, dan didalamnya anak

merupakan pendidik yang pertama kali. Keluarga merupakan

kelompok masyarakat terkecil, akan tetapi merupakan lingkungan

(42)

34

memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak.

Keluarga yang baik kan berpengaruh positif dalam perkembangan

anak, sedangkan keluarga yang buruk akan berpengaruh negatif. 29

Keluarga adalah wadah yang sangat penting diantara individdu

dan group, dan merupkan kelompok sosial yang pertama dimana

anak-anak menjadi anggotanya.30

Keluarga adalah lingkungan pertama bagi proses pertumbuhan

sikap sosial dan kemampuan hubungan sosial anak. Dalam keluarga

berlangsung pengembangan sikap sosial awal yang akan menompang

sikap sosial selanjutnya. Kemampuan bergaul yang diperoleh di

lingkungan keluarga akan mendasari kemampuan bergaul lebih luas.31

Jadi keluarga merupakan lembaga utama dan paling utama

yang bertanggung jawab atas terjaminya kesejahteraan sosial,

kelestarian biologis dan terbentuknya kepriadian anak dalam

lingkungan sosial, ditengah keluargalah dilahirkan dan didik hingga

menjadi dewasa.

Piaget dan Kholbreg juga berpendapat bahwa orang tua dan keluarga mempunyai peran besar bagi pembentukan dan perkembangan moral seorang anak. Tanggung jawab orang tua untuk menanmkan nilai-nilai moral, etika, budi pekerti, bahkan nilai religiusitas sejak dini kepada anak-anaknya akan membekas didalam hati sanubarinya. Jhon Locke mengibaratkan bahwa hati dan otak pada diri seorang anak masih berupa lembaran kertas putih yang kosong (tabula rasa). Lembaran itu masih bersifat murni, sehingga apapun yang terisi diatas lembaran itu sangat

29

Sudarsono, Kenakalan Remaja (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 125.

30

(43)

35

tergantung dari orang tua bagaimana menulis, mencoret, menggambar atau mewarnainya.

Menurut Oqbum, keluarga memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi kasih sayang

Dalam keluarga seorang anak membutuhkan kasih

sayang dari orang tuanya, seorang anak yang mendaptkan

kasih sayang yang cukup dari orang tuanya akan memiliki

kepribadian yang baik pula. Saling menyayangi dan saling

mengasihi satu sama lain akan menumbuhkan kerukunan

dan keharmonisan dalma kehidupan keluarga. Penumpahan

kasih sayang lebih ditekankan pada pihak ibu karena dalam

segi memberi kasih sayanng pada keluarga seorang wanita

berbeda dengan laki-laki, seorang ibu lebih lembut dan

halus dalam hal perasaan.

b. Fungsi ekonomi

Dalam kehidupan keluarga faktor ekonomi sangat

berpengaruh didalamnya, dimana kebutuhan hidup dalam

keluarga semuanya bergantung pada ekonomi keluarga

tersebut. Akan tetapi walaupun ekonomi sangat

berpengaruh didalamnya ekonomi bukanlah satu-satunya

faktor kesejahteraan dalam rumah tangga karena kaya atau

miskin bukanlah indikator untuk menilai kesejahteraan

hidup. Buktinya cukup banyak ditemukan keluarga yang

(44)

36

belum mendapatkan kebahagiaan tetapi tidak mustahil

dalam keluarga yang miskin secara ekonomi ditemukan

kebahagiaan.32

c. Fungsi pendidikan

Keluarga juga memiliki fungsi pendidikan dalam

kehidupan seseorang karena keluarga merupakan

lingkungan pertama bagi anak di lingkungan keluarga

pertama mendapatkan pengaruh karena itu keluarga

merupakan lembaga pendidikan tertua yang bersifat

informal. Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang

pertama sangat penting membentuk pola kepribadian anak

karena di dalam keluarga anak pertama kali berkenalan

dengan nilai dan norma.33

Pendidikan keluarga memberikan pengetahuan dan

ketrampilan dasar, agama, dan kepercayaan, nilai-nilai

moral, norma sosial dan pandangan hidup karena seorang

anak lahir dalam keadaan yang tidak berdaya, dalam

keluargalah seorang anak mendapatkan pendidikan yang

pertama, dan dari situlah kebiasaan orang tua dan

kepedulianya akan berpengaruh dalam kehidupan seseorang

dimasa yang akan datang.

32

(45)

37

d. Fungsi perlindungan/penjagaan

Keluarga juga berfungsi sebagai perlindungan bagi

anggotanya, terutama bagi anak karena seorang anak itu

perlu mendapatkan perlindungan dan penjagaan dari pihak

keluarga, apabila seorang anak kurang rasa aman

ditemukan kasus-kasus kecemasan yang tak beralasan:

kurang terpenuhi harga diri bisa mengakibatkan rendah diri,

tidak berani bertindak dan lekas tersinggung serta lekas

marah.34

e. Fungsi agama

Fungsi keuarga yang terakhir yaitu keluarga sebagai

fungsi agama dalam kehidupan manusia karena keluarga

adalah ladang terbaik dalam penyemaian nilai-nilai agama.

Orang tua memiliki peranan yang strategis dalam

mentradisikan ritual keagamaan sehingga nilai-nilai agama

dapat ditanamkan kedalam jiwa anak. Kebiasan orang tua

dalam melaksanakan ibadah, misalnya seperti sholat, puasa,

infaq, dan shodaqoh, menjadi suri tauladan bagi anak

untuk mengikutinya. Disinilah nilai-nilai agama dapat

bersemi dengan suburnya didalam jiwa anak. Kepribadian

34

(46)

38

yang luhur agamis yang ada pada jiwa anak menjadinya

insan-insan yang penuh iman dan takwa kepada Allah.35

2. Pengertian Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

Tenaga kerja Indonesia atau sering kita sebut dengan TKI

adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam

maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.36

Dari definisi diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa yang

dimaksud dengan tenaga kerja Indonesia (TKI) adalah individu yang

mampu bekerja dalam rangka menghasilkan jasa guna untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemudian dengan istilah tenaga kerja

Indonesia (TKI) yang berasal dari istilah tenaga kerja, kemudian diberi

tambahan belakang dengan kalimat Indonesia yang menunjukkan kata

arti khusus yaitu tenaga kerja Indonesia. Namun istilah TKI yang

sering kita dengar dan yang dimaksud disini adalah TKI yang

mempunyai arti sendiri yaitu merupakan jabatan atau predikat

seseorang yang dipekerjakan di luar negeri.

Menurut rancangan Undang-undang Tenaga Kerja Luar Negeri

(Versi Badan Legislatif) adalah setiap orang Indonesia dewasa yang

35

Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua, 20.

36

(47)

39

sedang dan pasca bekerja di luar Negeri di dalam suatu hubungan kerja

dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.37

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah sebutan bagi warga

negara Indonesia yang bekerja di luar negeri (seperti Malasyia,

Timor-Leste, Papua Nugini, Australia dan Filipina) dalam hubungan kerja

untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Namun demikian,

istilah TKI seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar.38

3. Faktor penyebab menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia)

Menjadi keluarga TKI tidak begitu saja semata-mata karena

keinginan saja, akan tetapi karena adanya beberapa faktor yang

memaksa bapak atau ibu kerja menjadi TKI. Keputusan menjadi TKI

didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan

kedua daerah tersebut. Tujuan utama menjadi TKI adalah

meningkatkan taraf hidup dan keluarganya baik dari segi ekonomi

maupun sosial, sehingga umumnya mereka mencari pekerjaan yang

dapat memberikan pendapatan dan status sosial yang lebih baik di

negara tujuan.

Berdasarkan pengelompokanya maka faktor yang mendorong

individu menjadi TKI dibedakan dalam dua kategori, yaitu push faktor

dan full faktor. Faktor push (daya dorong) suatu wilayah dan faktor

full (daya tarik) wilayah lainya. Daya dorong wilayah menyebabkan

37

PSGK TIM, Sepenggal Kisah Kelabu Tenaga Kerja Wanita (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Press dan Mitra Cendekia, 2007), 11.

38 “Kompasiana”, Sosbud Komoditi, diakses 02 Desember 2015

,

(48)

40

orang pergi ke tempat lain, misalnya karean di daerah itu tidak tersedia

sumberdaya yang memadai untuk memberikan jaminan kehidupan bagi

penduduknya. Pada umumnya, hal ini tidak lepas dari persoalan

kemiskinan dan pengangguran yang terjadi di wilayah tersebut.

Sedangkan daya tarik wilayah adalah jika suatu wilayah mampu atau

dianggap mampu menyediakan fasilitas dan sumber-sumber

penghidupan bagi penduduk, baik penduduk di wilayah itu sendiri

maupun penduduk di sekitarnya dan daerah-daerah lain.

Faktor-faktor pendorong (push factor) antara lain adalah:

a) Main berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti

menurunya daya dukung lingkungan, menurunya permintaan

atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin susah

diperoleh seperti hasil tambang, kayu, atau bahan dari pertanian.

b) Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya

tanah untuk pertanian di wilayah perdesaan yang makin

menyempit).

c) Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama dan suku

sehingga menganggu hak asasi penduduk di daerah asal.

d) Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan.

e) Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami,

musim kemaru panjang atau adanya wabah penyakit.39

39

(49)

41

Faktor-faktor penarik (pull factor) antara lain adalah:

a) Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk

memperbaikan taraf hidup.

b) Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih

baik.

c) Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan,

misalnya iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik

lainya.

d) Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan,

pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah

lain untuk bermukim dikota besar.

4. Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

Sejalan dengan semakin meningkatnya tenaga kerja Indonesia

yang ingin bekerja di luar negeri dan besarnya jumlah tenaga kerja

Indonesia yang bekerja di luar negeri, meningkat dan beragam pula

permasalahan yang dihadapi oleh tenaga kerja Indonesia bahkan

berkembang ke arah perdagangan manusia yang dapat dikategorikan

sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Tenaga kerja Indonesia di

luar negeri sering dijadikan obyek perdagangan manusia, termasuk

perbudakan dan kerja paksa, korban kekerasan,

kesewenang-wenangan, kejahatan atas harkat dan martabat manusia serta perlakuan

(50)

42

Berdasarkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, pasal 27 ayat (2) yang menyatakan bahwa “tiap-tiap

warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan”, begitu juga dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1969 BAB IV tentang pembinaan perlindungan kerja tertulis bahwa

tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan,

kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang

sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.40 Maka sejalan

dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 telah diundangkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004

tentang penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar

negeri yang memberikan kesempatan bagi setiap warga negara

Indonesia yang memenuhi syarat utuk bekerja ke luar negeri.

Dalam rangka memberikan perlindungan bagi calon tenaga

kerja Indonesia, pemerataan kesempatan kerja dan untuk kepentingan

ketersediaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhana nasional,

pemerintah dapat menghentikan dan melarang penempatan tenaga

kerja Indonesia di luar negeri untuk negra tertentu atau penempatan

tenaga kerja Indonesia pada jabatan/pekerjaan tertentu di luar negeri.

Selanjutnya dalam peraturan pmerintah ini juga diatur program

pembinaan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia yang

40

(51)

43

dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan untuk lebih

memberikan perlindungan kepada tenaga kerja Indonesia.

Peraturan pemerintah ini kedepan dapat menjadi instrumen

perlindungan tenaga kerja Indonesia mulai dari pra penempatan, mana

penempatan sampai dengan purna penempatan.

5. Macam-macam Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

Tenaga kerja Indonesia ada dua macam:

a) Tenaga Kerja melalui DEPNAKER

Tenaga kerja Indonesia adalah warga negara Indonesia yang

melakukan kegiatan sosial ekonomi di luar negeri dalam jangka

waktu yang tertentu serta memperoleh izin atau penesahan dari

pemerintah yang menangani masalah TKI.

Pemerintah telah mengatur dalam proses pemberangkatan

tenaga kerja Indonesia keluar negeri harus memenuhi beberapa

syarat:

a. Usia minimal 18 tahun, kecuali peraturan negara tujuan

menentukan peraturan lain.

b. Memiliki kartu tanda penduduk (KTP)

c. Sehat mental dan fisik yang dibuktikan dengan surat

keterangan dokter atau lulus tes kesehatan sesuai dengan

ketentuan, sesuai dengan persyaratan jabatan atau pekerjaan

yang diperlukan dan dibuktikan dengan sertifikat

(52)

44

d. Terdaftar di kantor tenaga kerja di daerah tempat tinggalnya,

dibuktikan dengan kartu tanda pendaftaran pencari kerja

(AK-I).

e. Memiliki paspor dari kantor imigrasi terdekat dengan daerah

asal TKI sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

f. Bersedia mematuhi pelaksanaan perjanjian kerja yang telah

disepakati sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

g. Mengikuti program pengiriman uang (remitence) tabungan

serta program kesejahteraan tenaga kerja.41

b) Tenaga Kerja Ilegal

Pemberangkatan tenaga kerja Indonesia yang melalui

pemerintah (DEPNAKER) yang sebenarnya memberi kemudahan

bagi masyarakat untuk bekerja di luar negeri serta membersihkan

kesejahteraan kerja bagi para pekerja di luar negeri, tetapi realitas

yang terjadi di masyarakat mereka berasumsi bekerja sebagai TKI

ikut program dari pemerintah terlalu banyak persyaratan

administratif dan birokrasi yang rumit, sehingga mereka tidak

tertarik pada program pemerintah.

Proses pemberangkatan tenaga kerja Indonesia ke luar

negeri telah diatur dengan tertib oleh pemerintah yang ditangani

langsung oleh DEPNAKER yang tentunya sangat prosedural dan

41

(53)

45

tertib segala sesuatu mengenai administrasinya antara lain mulai

dari persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi sebelum

berangkat ke luar negeri, pendidikan dan pelatihan kerja sebagai

persiapan sebelum sampai di negara orang lain supaya menjadi TKI

yang betul-betul profesional, sampai aturan-aturan tenaga kerja

setelah sampai di sana. Selain peraturan tersebut harus menunggu

panggilan permintaan TKI dari negara yang bersangkutan

dikarenakan tidak mungkin TKI tersebut diberangkatkan apabila

tanpa adanya permintaan dari negara-negara tersebut. Rupanya

prosedur diatas bagi masyarakat pedesaan sekarang dari semua

yang peraturan ditetapkan oleh DEPNAKER, dianggap terlalu

menyulitkan bagi mereka, karena berasumsi berapapun biaya

transportasinya bahkan dua kali lipat tidak menjadi permasalahn

yang terpenting mereka tidak dipersulit dan satu hal yang esensial

mereka tidak ingin menunggu lama, kronologisnya semacam inilah

yang menyebabkan para TKI lebih memilih ikut tekong dari pada

mengikuti program DEPNAKER walaupun biaya transportasinya

lebih murah.

Mengenai biaya transportasinya sangat bervariatif

tergantung jalur mana yang diinginkan oleh para tenaga kerja. Jaur

yang biasa ditempuh bermacam-macam antara lain jalur darat, jalur

(54)

46

C. Teori Konstruksi Sosial Petter L Berger

Untuk menjelaskan kehidupan sosial keagamaan anak TKI ini,

peneliti menggunakan teori berikut:

Konstruksi sosial: Peter L. Berger

Teori konstruksi sosial menurut Peter L. Berger masyarakat adalah

sebuah produk dari manusia. Masyarakat tidak mempunyai bentuk lain

kecuali bentuk yang telah diberikan kepadanya oleh aktivitas dan

kesadaran manusia. Kedua pernyataan tersebut bahwa masyarakat adalah

produk manusia dan manusia adalah produk dari masyarakat, sebaliknya

keduanya menggambarkan sifat dialektik inheren dari fenomena

masyarakat.

Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia pencipta dari dunianya

sendiri. Manusia dalam banyak hal mempunyai kebebasan untuk bertindak

diluar batas control dan pranata sosial lainya, dimana individu itu sendiri

berasal. Manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan dirinya melalui

respon-respon terhadap stimulus atau dorongan dalam dunia kognitifnya.42

Berdasarkan hal terebut Berger berusaha menjelaskan konstruksi

diri yang dibangun dalam dunia sosiokultural dimana kenyataan sosial

yang ada lebih diterima sebagai kenyataan ganda. Kenyataan ganda

diartikan sebagai kehidupan sehari-hari dan kenyataan memiliki dimensi

objektif dan subyektif. Manusia merupakan instrumen dalam menciptakan

realitas sosial yang objektif melalui proses ekternalisasi, sebagaiman ia

Gambar

Tabel 1.1  Subjek Penelitian
 Gambar 1
 Tabel  3.1 Batas Wilayah
 Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Desa Tiremenggal
+5

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat dijelaskan bahwa motivasi karyawan bagian produksi PDAM Tirta Moedal Semarang cukup tinggi dan berpengaruh pada produktifitas kerja karyawan yang dapat

Proses penggunaan robot hydraulic yaitu dengan memanfaatkan tekanan yang dihasilkan akibat dari gerakan fluida atau zat cair yang mendorong tiap komponen sehingga

prediksi cacat perangkat lunak dengan algoritma logistic regression. Hasil percobaan pada penelitian ini mendapatkan nilai akurasi tertinggi sebesar 0,990 pada dataset

Metode Case Based Reasoning (CBR) yang diimplementasikan pada Sistem Pendukung Keputusan Konseling Siswa dapat memberikan solusi untuk masalah perilaku siswa,

Dalam penelitian selanjutnya dilakukan penentuan hubungan antara konsentrasi kalkon dengan arus puncak (Ip). Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 3.. Kalkon berfungsi

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI BANTUL TENTANG PEMBENTUKAN TIM INTENSIFIKASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN TINGKAT KECAMATAN DAN DESA SE KABUPATEN

Wilayah kajian dalam penelitian ini adalah Strategi Belajar Mengajar (SBM) yaitu tentang Penerapan Pembelajaran Individual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

Berlatar dari kondisi diatas, kemudian banyak bermunculan gagasan untuk membuat sebuah stasiun kereta api eksekutif di Kabupaten Gresik, sehingga dapat mengurangi kepadatan penumpang