• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika dakwah di Masjid Al-Hidayah pada masyarakat Siwalankerto Wonocolo Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinamika dakwah di Masjid Al-Hidayah pada masyarakat Siwalankerto Wonocolo Surabaya."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

 

DINAMIKA DAKWAH DI MASJID AL-HIDAYAH PADA MASYARAKAT SIWALANKERTO WONOCOLO SURABAYA

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh : Ullul Azmy

B01213024

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)

 

(3)

 

(4)

 

   

(5)

 

(6)

 

(7)
(8)

ABSTRAK

Ullul Azmy, NIM. B01213024, dinamika kegiatan dakwah di masjid Al-Hidayah pada masyarakat Siwalankertro Wonocolo Surabaya. Skripsi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : dinamika kegiatan dakwah, implikasi pada sholat berjamaah

Fokus masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana perkembangan kegiatan dakwah di masjid Al-Hidayah, apa saja kegiatan dakwah di masjid Al-Hidayah dan bagaimana implikasi dinamika kegiatan dakwah pada sholat berjamaah masyarakat Siwalankerto Wonocolo Surabaya.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang berguna untuk memberikan fakta dan data mengenai pekembangan kegiatan dakwah, apa saja kegiatannya dan implikasi pada sholat berjamaah masyarakat Siwalankerto Wonocolo Surabaya, kemudian data itu dianalisis dengan data analisis deskriptif sehingga diperoleh makna yang mendalam mengenai pekembangan dakwah dan implikasinya pada sholat berjamaah.

Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa pekembangan kegiatan dakwah yang terjadi pada masyarakat Siwalankerto cukup signifikan. Pertambahan jamaah ini disebabkan karena himbauan yang dilakukan pengurus masjid Al-Hidayah yang sering diselipkan ketika kegiatan dakwah ini berlangsung. Secara tidak langsung masyarakat yang mengikuti kegiatan dakwah di masjid Al-Hidayah ini juga sebelumnnya melakukan sholat berjamaah terlebih dahulu. Sedangkan kegiatan dakwahnya dibagi menjadi tiga aspek yakni yang bersifat harian, perayaan hari besar Islam dan taman pendidikan Al-Qur’an. Implikasi pada sholat berjamaah pun juga semakin besar, karena keanggotaan yang selalu diselingi dengan kata-kata motivasi dan ajakan agar terus dapat mengerjakan sholat secara berjamaah.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ..i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... .ii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI...iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ...iv

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN SKRIPSI ... .v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI ... .x

DAFTAR TABEL...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah...10

C. Tujuan Penelitian...10

D. Manfaat Penelitian...11

E. Konseptualisasi...11

F. Sistematika Pembahasan...12

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Dinamika Sosial...15

1. Dinamika Sosial...15

2. Statika Sosial...16

B. Dinamika Dakwah...18

1. Dinamika Dakwah...18

2. Statika Dakwah...20

C. Masyarakat Dalam Dinamika Dakwah...24

D. Kerangka Teoritik...25

E. Penelitian Terdahulu yang Relavan...27

(10)

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian...31

B. Kehadiran Peneliti...32

C. Setting Penelitian...33

D. Sumber Data...33

E. Teknik Pengumpulan Data...34

F. Analisi Data...37

G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data...38

H. Tahap-tahap Penelitian...39

BAB IV PENYAJIAN DAN TEMUAN PENELITIAN A. Setting Penelitian...41

1. Letak Geografis Masjid Al-Hidayah...42

2. Sejarah Masjid Al-Hidayah...43

3. Visi Misi masjid Al-Hidayah...43

4. Struktur takmir masjid Al-Hidayah...44

B. Penyajian Data...48

1. Dinamika di Masjid Al-Hidayah pada Masyarakat Siwalankerto Wonocolo Surabaya...48

C. Analisis Data...64

D. Interpretasi dengan Teori...83

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...84

B. Saran...85

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1...46

Tabel 4.2...61

Tabel 4.3...62

Tabel 4.4...63

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. latar belakang

Islam di Indonesia merupakan mayoritas terbesar ummat Muslim

di dunia. Data Sensus Penduduk 2010 menunjukkan ada sekitar 87,18%

atau 207 juta jiwa dari total 238 juta jiwa penduduk beragama Islam.

Walau Islam menjadi mayoritas, namun Indonesia bukanlah negara yang

berasaskan Islam, karena pada dasarnya negara Indonesia memiliki

kemajemukan masyarakat. Dilihat dari segi kepercayaan masyarakat

Indonesia ada 6 agama yang diakui seperti Kristen, Katolik, Hindu, Budha,

Kong Hu Chu dan agama Islam.1

Islam datang ke Indonesia dengan membawa peradaban baru yang

memiliki corak keisalaman secara khusus. Beberapa bentuk peradaban

Islam mewarnai kehidupan dan pemikiran masyarakat Islam di Indonesia.

Peradaban Islam yang dibawa oleh para mubaligh Islam dari Arab

berakulturasi dengan tradisi dan budaya setempat. Akulturasi antara

peradaban Islam dan peradaban masyarakat setempat menjadi terpadu dan

membawa dampak positif bagi perkembangan budaya Islam di Indonesia. 2

Dakwah Islamiyah adalah perjuangan yang besar dan berat, karena

merupakan pembangunan umat manusia dalam seluruh bidang dan

lapangan kehidupan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan dakwah

memerlukan berbagai bahan dan persiapan yang cukup banyak bagi

1

Wikipedia, Minggu 23 April 2017, 09.55 2 Samsul Munir Amin,

(13)

2

wasilah, dan dapat mengantarkan perjuangan umat kepada tujuannya.

Mengingat Islam adalah agama dakwah, menjadi kewajiban kaum muslim

untuk mempersiapkan segala kelengkapan yang diperlukan bagi

kesempurnaan pelaksananya. Suatu kewabijan tidak sempuna

pelaksanaannya kecuali ada kelengkapan satu sama lain.3

Dakwah pada kenyataannya adalah upaya untuk menumbuhkan

kencenderungan dan keterkaitan masyarakat pada Islam. Targetnya adalah

masyarakat sebagai Mad’u menjadi tertarik dan rela mengikuti ajakan

yang diserukan oleh sang Da’i untuk berkaidah dan beramal sesuai kreteria

Islam. Menyeru masyarakat kepada Islam maknanya Da’i berupaya

dengan metode dan berbagai uslub sesuai dengan ketentuan syariat

bagaimana supaya syariat Islam menjadi kerangka berpikir, perilaku, gaya

hidup dan aturan yang mengatur manusia. 4

Secara terminologi banyak ilmuan yang mengartikan tentang

dakwah yang akan diterangkan sebagai berikut: Muhammad Natsir seperti

yang dikutip dari buku Manajemen Dakwah Islam karya Rosyad Saleh,

mendefinisikan dakwah sebagai usaha-usaha menyerukan dan

menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh konsepsi Islam

tentang pandangan dan tujuan manusia hidup di dunia ini, yang meliputi

amar ma’ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang

diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam peri

3

Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010) Hlm. 15

4 Mastori,

(14)

3

kehidupan perseorangan, peri kehidupan berumah tangga, peri kehidupan

bermasyarakat, dan peri kehidupan bernegara. 5

Sedangkan, Nasarudin Latif menyatakan, bahwa dakwah adalah

setiap usaha aktifitas degan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru,

mengajak, memanggil, manusia lainya untuk beriman dan menaati Allah

SWT sesuai dengan garis –garis akidah dan syariat aklak Islamiah. 6

Dalam konteks dakwah istialah „amar ma’ruf nahy-i munkar secara

lengkap dan popular dipakai adalah yang terekam dalam Al-Qur’an, surat

Ali Imran, ayat 104:

                           

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah

dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ma'ruf:

segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan

Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.”

Ayat di atas, mengandung beberapa esensi dakwah yaitu, pertama,

hendaklah diantara kamu sekelompok umat. Kedua, yang tugas atau

misinya menyeru pada kebajikan. Ketiga, merekalah orang-orang yang

Berjaya. Sementara itu, dalam surat Ali Imran ayat 104 kalimat yang

5 Rosyad Saleh,

Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977) Hlm. 8

6

H.M.S Nasarudin Latif, Teori Dan Praktik Dakwah Islamiah, (Jakarta: PT Firma Dara, Tt) Hlm.

(15)

4

senada, yang mangandung dua komponen dan pengertian yaitu: pertama,

kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan manusia. Kedua, menyeru

kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada

Allah SWT. 7

Islam dan dakwah adalah dua hal yang tidak terpisakan. Islam tidak

mungkin maju dan berkembang bersyi’ar dan bersinar tanpa adanya upaya

dakwah. Semakin gencar upaya dakwah dilaksanakan semakin

bersyi’arlah ajaran Islam, semakin kendor upaya dakwah semakin redup

pula cahaya Islam dalam masyarakat. Ajaran Islam yang disiarkan melalui

dakwah dapat menyelamatkan manusia pada umumnya dan hal-hal yang

dapat membawa pada kehancuran.8

Pada saat ini, dakwah bukanlah hal yang tabu lagi. Kegiatan

dakwah merupakan suatu hal yang bisa langsung secara terang-terangan di

laksanakan. Sudah terasa sekali perbedaan kegiatan dakwah pada zaman

dahulu dan pada masa sekarang. Ditinjau dari segi tempat metode dan

media dakwah yang digunakan. Perkembangan dakwah Islam di Indonesia

akhir-akhir ini menunjukkan perkembangan yang pesat, baik itu yang

terjadi di perkotaan maupun yang terjadi di pedesaan. Juga terjadi

perkembangan dalam hal unsur-unsur dakwah, materi dakwah,

sarana-sarana dakwah hingga objek dakwahnya sendiri. Dalam tataran praktis,

perkembangan dalam praktek dakwah dapat dilihat dengan banyaknya

partai politik yang menggunakan Islam sebagai asasnya, berkurangnya

7 Wahyu Ilaihi,

Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010) Hlm. 15

8 A. Sunarto,

(16)

5

kaum Islam abangan dan meningkatnya pemahaman masyarakat akan

ajaran Islam yang sesungguhnya.

Dakwah sekarang dipahami bukan hanya proses penyampain pesan

Islam dalam bentuk ceramah, khutbah di podium atau mimbar saja, yang

biasa di lakukan para penceramah atau mubaligh akan tetapi dakwah

merupakan berbagai aktivitas keIslaman yang memberikan dorongan,

percontohan, penyadaran baik berupa aktivitas lisan, tulisan, dan perbuatan

dalam rangka merealisasikan nilai-nilai ajaran Islam yang di laksanakan

oleh seluruh umat Islam sesuai dengan kedudukan dan profesinya

masing-masing untuk mewujudkan kehidupan umat manusia meraih keridhoan

Allah, selama di dunia dan di akhirat kelak.

Aktifitas dakwah juga dapat dilakukan dimana saja. Asalkan ada

komunikan dan komunikator. Masjid merupakan tempat yang tidak pernah

terlepas dengan masalah dakwah. Masjid sering dijadikan tempat

berdakwah tetapi sering masjid hanya digunakan untuk solat jama’ah saja. Sehingga masjid tersebut terlihat sepi dari jama’ah.

Perkembangan umat Islam dan dakwah tidak akan terlepas dari

masjid yang sebgai pusat beribadahan dan kegiatan agama Islam. Masjid

merupakan suatu tempat (bangunan) yang didirikan untuk bersujud

menyembah kepada Allah SWT. Seperti dalam firman Allah pada surat

Al-Jin ayat 18:











  

(17)

6

“Dan Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah.

Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping

(menyembah) Allah.”

Masjid mencerminkan seluruh aktifitas umat Islam, masjid menjadi

pengukur dan indikator dari kesejahterhan umat baik lahir maupun batin.

Oleh sebab itu, jika tidak ada lagi masjid diwilayah yang berpenduduk

agama Islam atau ada masjid di tengah penduduk Islam, tetapi tidak

digunakan sebagai pusat kehidupan umat, ini akan menjadi isyarat negatif

timbulnya dis-orentasi kehidupan umat. Dalam dua situasi ini, umat

muslim akan mengalami kebingungan dan menderita berbagai penyakit

mental maupun fisik serta tidak dapat menikmati distribusi aliran ridha dan

energi dari Allah SWT. 9

Fenomena yang terjadi saaat ini, fungsi dan peranannya tidak lagi

terarah sesuai dengan harapan. Masjid tetap sebgai tempat

penyelenggaraan ibadah, artinya berfungsi sebagai pusat pembinaan

mental spiritual, akan tetapi penyelengaraan ibadah semakin sempit.10

Padahal, masjid memiliki fungsi dan peranan strategis untuk berdakwah

dan melakukan aktifitas keagaaman lainnya seperti TPQ atau tepat berlatih

banjari dan lainnya.

Jika berbicara tentang masjid pasti tidak akan terlepas dari jamaah

solat. Solat disyariatkan pelaksanaannya secara jamaah. Dengan jamaah

9 Nana, Rukmana DW,

Masjid Dan Dakwah, Merencanakan, Membangun Dan Mengelola Masjid, Mengemas Subtansi Dakwah Upaya Pemecahan Krisis Moral Dan Spiritual, (Jakarta: Almawardi

Prima, 2002). Hlm 76 10 Robiatul Aulia,

(18)

7

solat ma’mum terhubung dengan solat imamnya. Legalitas syara’ solat

jamaah di tetetapkan dalam Al-qur’an, sunnah dan kesepakatan ulama’

                                                                                                                  

“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu)

lalu kamu hendak mendirikan solat bersama-sama mereka, maka

hendaklah segolongan dari mereka berdiri (salat) besertamu dan

menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang solat bersamamu)

sujut (telah menyempurnakan serakaat), maka hendaklah merekapindah

dari belakangmu (untuk meghadap musuh) dan hendaklah datang

golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah

maka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang

(19)

8

dan harta benda mu, lalu merek menyerbu kamu denga sekaligus, dan

tidak ada dosa atasmu meletakkan senjatamu, jika kamu medapatkan

sesuatu kesusahan karena hujan atau kaerena kamu memang sakit dan

siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang

menghinakan bagi orang-orang kafir itu.“11

Solat merupakan amal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat

kelak, sehingga solat dijadikan induk dari seluruh ibadah, karena salat

merupakan kunci atau penentu dari berbagai amal perbiatan manusia.

Mendirikan solat sama dengan mendirikan rukun Islam. Mendirikan rukun

Islam adalah merupakan tiang agama, dan merupakan amal yang paling

dicintai oleh Allah SWT.12

Disisi lain, banyak masjid yang tersebar di Indonesia masih

menjaga keeksistensinya dalan melakuakan kegiatan dakwah. Seperti salah

satu masjid yang memilki kegiatan dakwah adalah Masjid Agung Jawa

Tengah. Kegiatan yang ada di masjid tersebut antara lain: pengajian rutin

ba’da subuh, dan mujahadah. Selain itu, di Masjid Agung Jawa Tengah

juga merupakan salah satu masjid yang memiliki siaran radio di Jawa

Tengah, sehingga kegiatan dakwah Islam bisa disiarkan di radio tersebut.13

Sedangkan di Surabaya sendiri juga terdapat masjid yang tidak

ingin kehilangan keeksistensinya dalam dunia dakwah yakni masjid

Al-Hidayah yang terletak di desa Siwalankerto Kelurahan Wonocolo. Satiap

11Kamaran As’ad Irsyady, Ahsan Taqwim, Al Hakam Faishol,

Fiqih Ibadah, (Jakarta: Sinar

Grafika Offset, 2009). Hlm 237 12 Fadhla Ilaihi,

Menggugat Kesunatan Solat Berjamaah, (Yogyakarta: Pustaka Fahima, 2004).

Hlm 2

13 M. Muhandi,

(20)

9

hari, di masjid Al-Hidayah hampir memiliki jadwal kegiatan dakwah. Dari

pengajian Ba’da subuh, TPQ, pengajian kitab tematik, belajar tajwid

bersama untuk kalangan wanita, lalu kegiatan yang sifatnya perayaan hari

besar Islam dan lain sebagainya yang sebelumnya beberapa tahun terakhir

kegiatan itu belum terlalu signifikan peningkatannya.

Siwalankerto adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan

Wonocolo, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Terdapat banyak sekali

masjid dan musolah yang tersebar di wilayah tersebut karena memang

siwalankerto didominasi oleh masyarakat beragama Islam. Tetapi hanya

ada satu masjid yang memang dari dulu merupakan pusat kegiatan agama

Islam yakni di masjid Al-Hidayah yang terletak di RT 05 RW 01.

Awalnya, masjid ini mengalami masa vakum dan sepi dari jamaah

sehingga akhirnya ada beberapa ta’mir yang mulai membangunkan lagi

kejayaan masjid tersebut. Masjid Al-Hidayah ini juga semakin terorganisir

dan dilihat dari segi bangunan masjid ini telah mengalami beberapa kali

renovasi.

Masyrakat manyadari bahwa terjadi perkembangan pesat terhadap

masjid tersebut. Jamaah yang shalat di masjid tersebut bertambah banyak

dan sekarang juga di adakan kegiatan bagi para ibu-ibu dirumah yakni

mengaji tajwid. Tidak hanya ibu-ibu yang memang memiliki dasar agama

dan dasar mengaji saja yang mengikuti, tetapi semua dari kalangan ibu-ibu

sangat antusias dengan kegiatan ini. Setiap harinya masjid Al-Hidayah

(21)

10

Kegiatan yang semakin variatif itulah yang menyebabkan

bertambahnya jamaah solat di masjid Al-Hidayah. Selain masjid tertua di

Siwalankerto masjid Al-Hidayah juga adalah masjid yang dijadikan sentra

kegiatan agama dan perayaan hari besar Islam di Siwalankerto. Jadi, tidak

ragu lagi jamaah solat di masjid Al-Hidayah semakin bertambah bahkan

dari luar masyarakat Siwalankerto khususnya warga RT 05 RW 01. Oleh

karena itu, penulis terdorong utuk melakukan penelitian dengan judul

“Dinamika Dakwah pada Jamaah Masjid Al-Hidayah Siwalankerto

Wonocolo Surabaya.”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana dinamika dakwah dalam masyarakat Siwalankerto

Wonocolo Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

1. Ingin mencari kejelasan dinamika dakwah pada jamaah masjid

Al-Hidayah di Siwalankerto Wonocolo Surabaya.

2. Ingin menerangkan hasil penelitian yang kami lakukan pada

dinamika jamaah masjid Al-Hidayah Siwalankerto Wonocolo.

3. Ingin dapat meramal peristiwa apa yang terjadi sebelu penelitian

dan sesudah penelitian kami lakukan.

4. Ingin memanipulasi atau mentransformasi hasil penelitian kami

(22)

11

5. Ingin dapat mengawasi atau mengkontrol dinamika dakwah baik

pada jamaah masjid yang kami teliti maupun yang ingin kami

rencanakan untuk mendinamisir jamaah masjid lainnya.

D. Manfaat Penelitian Secara teoritis

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan, dapat memperluas cakrawala

keilmuan dakwah bagi peneliti pribadi khususnya, maupun dari

berbagai pihak yang memiliki ketertarikan untuk mengkaji mengenai

dinamika keilmuan dakwah.

2. Penelitian ini di harapkan dapat menjadi literatur dan acuan bagi

penelitian selanjutnya yang terkait dengan pengaruh perkembangan

kegiatan dakwah di tempat tinggal masing-masing terhadap perilaku

religius masyarakatnya.

Secara praktis

Dengan adanya penelitian ini mampu menambah wawasan

aktivitas akademi dan praktisi dakwah agar dapat mengembangkan metode

dakwahnya di lapangan serta dakwah yang disampaikan mudah dimengerti

dan diterima mad’u dengan menggunakan metode yang ada.

E. Konseptualisasi

- Dinamika kegiatan dakwah di masjid Masjid Al-Hidayah

Dinamika merupakan bagian dari ilmu fisika yang berhubungan

(23)

12

(dari dalam); tenaga yang menggerakkan; semangat; kelompok gerak

atau kekuatan yang dimiliki sekumpulan orang dalam masyarakat yang

dapat menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyarakat yang

bersangkutan; pembangunan gerak yang penuh gairah dan penuh

semangat dalam melaksanakan pembangunan; sosial gerak masyarakat

yang terus menerus yang menimbulkan perubahan dalam tata hidup

masyarakat yang bersangkutan.

Dalam penelitian ini, yang dimaksudkan adalah pasang surut

kegiatan dakwah di masjid Al-Hidayah meskipun perubahan yang ada

dalam kegiatan dakwah seperti pengajian ba’da subuh ini hanya

terletak pada pergantian da’i, hari maupun tempat.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan dalam skripsi ini, penulis membagi

pembagian sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, dalam bab ini akan dijelaskan tentang Latar

belakang Masalah menceritakan hal-hal yang melatar

belakangi mengapa peneliti memilih judu dinamiaka

kegiatan dakwah dan implikasinya pada intensitas shalat

berjamaah di masjid Al-Hidayah masayrakat Siwalankerto

Wonocolo Surabaya, Rumusan Masalah yang menjadi

usaha untuk menyatakan pertanyaan penelitian seputar

bagaimana dinamika kegiatan dakwah, apa saja kegiatannya

(24)

13

Siwalankerto, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Definisi Konsep yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak dinamika kegiatan dakwah serta intensitas

berjamaah shalat dan Sistematika Pembahasan yang akan

berguna untuk menjelaskan apa saja yang akan dijelaskan

setiap bab yang terdapat dalam skripsi ini.

BAB II Perspektif Teoritik Dakwah, Kegiatan Dakwah Dan Solat

Berjamaah, dalam bab ini akan menjelaskan tentang konsep

dakwah mulai dari pengertian dakwah, tujuan dakwah,

unsur dakwah, dan kegiatan dakwah, setelah itu berisi

tentang konsep shalat berjamaah yang dimaksudkan dalam

penelitian ini serta konsep tentang masjid. Dalam bab ini

juga menjelaskan teori interaksi simbolik yang memuat

tentang kegiatan dakwah serta shalat berjamaah yang di

lakukan di masjid Al-Hidayah.

BAB III Metode Penelitian, dalam bab ini akan menjelaskan

pendekatan dan jenis penelitian yang menggukanan

penelitian kualitatif deskriptif, kehadiran peneliti sebagai

peneliti non partisipan, setting penelitian yang akan

dilaksanakan di masjid Al-Hidayah, sumber data yang akan

diambil dari dokumen-dokumen resmi, serta hasil

wawancara dari narasumber terkait yakni takmir masjid

Al-Hidayah dan pengisi kegiatan di masjid Al-Al-Hidayah, teknik

(25)

14

wawancara dan mendokumentasikan kegiatan dakwah yang

ada di masjid Al-Hidyah, serta teknik analisis data, dan

tahapan penelitian.

BAB IV Penyajian dan Analisis Data, berisi tentang gambaran

umum masjid Al-Hidayah, sejarah dan struktur organisasi

masjd Al-Hidayah Siwalankerto. Setelah itu berisi tentang

deskriptif perkembangan kegiatan dakwah di masjid

Al-Hidayah, macam-macam kegiatannya dan implikasi

dinamika kegiatan dakwah pada shalat berjamaah

masyarakat Siwalankerto. Dalam bab ini peneliti akan

berusaha untuk menganalisis temuan saat penelitian dengan

menggunakan teori yang sudah ada dan menggunakan

teknik analisis data domain dengan mendekati suatu

masalah secara langsung.

BAB V Penutup, sebagai bagian terakhir dalam skripsi ini. Bab ini

berisi tentang kesimpulan yang merupakan hasil dari kajian

dan analisis tentang dinamika kegiatan dakwah dan

implikasinya pada intensitas shalat berjamaah di masjid

(26)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Dinamika Sosial 1. Dinamika Sosial

Dinamika sosial merupakan salah satu penelaahan sosiologi yang

membahas tentang perubahan-perubahan yang terjadi didalam

kehidupan sosial. Objek pembahasan dinamika sosial meliputi:1

a. Pengendalian sosial (social control), Pengendalian sosial

merupakan cara atau proses pengawasan baik yang direncanakan

maupun yang tidak direncanakan untuk mengaja, mendidik,

bahkan memaksa warga masyarakat agar para anggota masyarakat

mematuhi norma dan nilai yang berlaku. Dalam pengendalian

sosial, struktur sosial memiliki alat-alat penegendalian yang berupa

nilai-nilai dan norma yang dilengkapi dengan unsur

kelembagaannya.

b. Penyimpangan Sosial (role expectation), perilaku penyimpangan

adalah perilaku sejumlah besar orang yang dianggap tidak sesuai

dengan nirma dan nilai yang berlaku sehingga penyimpangan

tersebut menimbulkan reaksi-reaksi tertenti seperti celaan,

cemoohan, gunjingan masyarakat hinga menimbulkan hukuman.

c. Mobilitas Sosial (social mobility), mobilitas sosial merupakan

peristiwa sosial dimana individu atau kelompok bergerak atau

1 Elly M. Setiadi, Usman Kolip, “Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala

(27)

2

berpindah kelas sosial satu ke lapisan sosial lainnya baik

pergerakan itu mengarah pada gerak sosial dari lapisan sosial

bawah bergerak keatas atau sebaliknya, yaitu bergerak ke atas.

d. Perubahan Sosial (social change), perubahan sosial adalah

pergeseran nilai-nilai, norma-norma sosial, pola-pola perilaku

organisasi , susunan lembag kemasyarakatan, pelapisan sosial,

kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya.

Perubahan sosial disebut juga mengarah pada pergeseran yang

bersifat dari pola-pola kehidupan yang tradisional ke arah modern

tetapi ada juga yang justru bergeser dari pola-pola peradaban yang

maju ke pola-pola tradisional atau bahkan mengalami kehancuran.

Adapun bentu perubahan yang dapat dilihat dari mekanisme

perubahan itu sendiri, sebab ada perubahan sosial yang disengaja

atau dikehendaki atau direncanakan (planned change) dan ada juga

perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan atau

tidak di sengaja (unplaned change).

2. Statika Sosial

Dalam statika sosial masyarakat diatur oleh tata tertib dan

bahwasannya kedukan masyarakat tidaklah sama. Hal ini yang

menyangkut tentang statika adalah seperti norma kehidupan, dan

nilai-nilai yang sudah diterapkan oleh nenek moyang yang sudah tidak dapat

lagi dirubah: 2

2

(28)

3

a. Nilai Sosial, menurut Horton dan Hunt, nilai adalah gagasan

tentang apakah pengalaman itu berarti apa tidak. Nilai hakikatnya

mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang , tetapi ia tidak

menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu salah satu benar. Nilai

merupakan suatu yang penting dalam kebudayaan. Suatu tindakan

dianggap sah (secara moral dapat diterima) jika harmonis atau

selaras dengan nilai-nilai yang disepakati yang dijunjung oleh

masyarakat diman tindakan tersebut dilakukan.

b. Norma Sosial, lebih spesifik dari nilai-nilai adalah norma sosial

baik yang bersifat formal dan tertulis maupun informal yang tak

tertulis. Norma-norma ini akan menjabarkan nilai-nilai lebih

terperinci kedalam bentik tata aturan atau tata kelakuan yang secara

makro adalah konstitusi undang-undang, peraturan pemerintah,

konvensi, dan aturan tak tertulis lainnya.

Nilai sosial dan norma sosial merupakan sesuatu yang sering kali

disamakan, akan tetapi sebenarnya keduanya berbeda.

Perbedaannya terletak pada orientasi, bahwa nilai lebih merupakan

sikap dan perasaan yang diperlihatkan oleh perorangan maupun

kelompok masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk,

benar salah, suka tidak suka, dan sebagainya terhadap objek

tertentu baik secara material maupun secara immaterial.

(29)

4

Dari satu pihak secara keserba bersamaan (homologal), dan atas

dasar kebersamaan dengan da’i dan mad’u dalam sekarangnya,

permanensi yang berlaku bagi da’i dan mad’u, intinya menuntut

berlakun pula bagi segala pengada-pengada dakwah yang lainnya.

Mereka selalu berhadapan dengan sekaranagnya da’i dan mad’u, dalam

suatu ketetapan. Mereka masing-masing memiliki konsistensi pribadi,

dalam mempertahankan dirinya sendiri di hadapan sekarangnya da’i

dan mad’u. Mustahil bagi pesan dakwah, model dakwah, media

dakwah dan Allah menjadi akan menjadi lainnya , misalnya kemudian

berubah menjadi da’i atau mad’u , atau dari media dakwah berubah

tiba-tiba menjadi pesan dakwah, atau sebagainya. Mereka hanya dapat

menampung dirinya sendiri, dan melanjutkan dirinya sendiri dengan

tetap mempertahankan identitas-identitas diri di depan kininya da’i

mad’u.3

Pada intinya dinamika dakwah adalah seperti kegiatan-kegiatan

dakwah yang sedang berlangsung seperti ceramah, pengajian kitab,

ataupun kegiatan lainnya. Karena dalam kegiatan ini pasti memiliki

pergerakan baik dilihat dari segi waktu, jamaah, materi, dan lain

sebagainya:

a. Ceramah adalah pidato yang bertujuan memberikan nasehat

dan petunjuk-petunjuk sementara ada audiensi yang bertindah

sebagai pendengar. Ceramah dapat dilaksanakan kapan saja,

tidak ada rukun dan syaratnya, tidak ada mimbar tempat khusus

3 Masduqi Affandi, “Ontologi Dasar

-Dasar Filosofis Dakwah Sebagai Disiplin Ilmu”, (Surabaya:

(30)

5

pada pelaksaannya, waktu tidak dibatasi dan siapapun boleh

berdakwah, dapat dilakukan dengan cara kreatif dan inovatif

seperti (seminar, lokakarya, pelatihan, atau sarasehan). Dalam

ceramah juga terdapat istilah ceramah khusus, jadi ceramah

khusus itu sendiri berarti ceramah yang bertujuan untuk

memberikan nasehat-nasehat kepada mad’u atau khalayak

tertentu dan juga abersifat khusus baik itu materi maupun yang

lainnya. Sedangkan dalam ceramah khusus banyak

batasan-batasan yang dibuat mulai dari audiens yang sesuai dengan

yang diinginkan dan materi juga yng menyesuaikan dengan

keadaan. Contoh: Peringatan hari besar islam (PHBI) seperti

Isra’miraj, maulid Nabi Muhammad SAW, bulan puasa dan

lain sebaginya.

b. Pengajian dalam bahasa Arab disebut At-ta’llimu asal kata

ta’allama yata’allamu ta’liiman yang artinya belajar, pengertian

dari makna pengajian atau ta’liim mempunyai nilai ibadah

tersendiri, hadir dalam belajar ilmu agama bersama seorang

Aalim atau orang yang berilmu merupakan bentuk ibadah yang

wajib setiap muslim. Di dalam pengajian terdapat manfaat yang

begitu besar positifnya, didalam pengajian-pengajian manfaat

yang dapat diambinya menambah dari salah satu orang yang

biasa berbuat negatif dengan memanfaatkannya menjadi positif.

(31)

6

memanfatkan pengajian untuk merubah diri atau memperbaiki

diri dari perbuatan yang keji dan mungkar.

2. Statika Dakwah

Statika adalah ilmu yang mempelajari keseimbangan gaya dengan

gaya-gaya tersebut dalam keadaan diam, jadi bisa di bilang statika itu

kesetimbangan suatu struktur. Statika adalah salah satu cabang dari

mekanika teknik yang berhubungan dengan analisis gaya-gaya yang

bekerja pada sistem struktur yang dalam keadaan diam/statis dan

setimbang. Gaya-gaya yang dimaksud disini pada umumnya termasuk

gaya itu sendiri dan juga momen. Di dalam statika, sistem struktur

diidealisasikan/dianggap sangat kaku sehingga pengaruh dari lendutan

tidak diperhatikan, dan struktur itu sendiri adalah gabungan dari

komponen-komponen yang menahan gaya desak dan atau tarik,

mungkin juga momen untuk meneruskan beban-beban dengan aman

(seimbang).

Jika di aplikasiak ststika dakwah ini bisa juga disebut dengan

unsur-unsur dakwah seperti da’i, mad’u, pesan dakwah, metode

dakwah, dan media dakwah. Karena dalam unsur tersebut tidak akan

pernah berubah. Da’i selamaya akan menjadi da’i yang memberikan

nasihat-nasihat kepada mad’unya sebaliknya dengan mad’u selamanya

akan menjadi mad’u yang mendengarkan setiap nasihat dari da’i.

a. Da’i, berasal dari bahasa Arab sebagai isim fa’il dari kata da’a-yad’u -da’watan yang berarti seorang laki-laki sebagai subjek dakwah atau

(32)

7

digunakan istilah da’iyah.4 Da’i atau juru dakwah merupakan poros dari

suatu proses dakwah. Secara etimologi, da’i berarti penyampai, pengajar

dan peneguh ajaran ke dalam diri mad’u. Menurut Muhammad

Al-Ghozali juru dakwah adalah para penasehat, para pemimpin, dan para

pemberi peringatan yang memberi nasehat dengan baik, mangarang dan

berkhutbah.5

Dalam konteks komunikasi, da’i sama dengan komunikator. Maka

disebutlah dengan komunikator dakwah.6 “Komunikator dakwah diakui

sebagai orang yang shaleh. Perilaku dan sikapnya menjadi salah satu

sumber penilaian dan rujuan perilaku masyarakat. Secara umum da’i

seringkali disamakan dengan muballigh (orang yang menyampaikan

ajaran Islam). Namun sebenarnya sebutan tersebut memiliki konotasi

sempit yaitu hanya membatasi da’i sebagai orang yang menyampaikan

ajaran Islam secara lisan saja. Padahal kewajiban dakwah adalah milik

siapa saja yang mengaku sebagai ummat Rasulullah saw. Da’i juga harus

mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah,alam semesta, dan

kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi

terhadap problema yang dihadapi manusia, serta metode yang dihadirkan

menjadikan manusia secara perilaku dan pemikiran tidak melenceng.7

b. Mad’u, adalah sasaran dakwah atau peserta dakwah baik perseorangan

maupun kolektif. Adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau

manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai

kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau

4 Tata Sukayat,

Quantum Dakwah. (Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2009). Hal 25

5 M. Ridho Syabibi,

Metodologi Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2008). Hal 96

6 Moh. Ali Aziz,

Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009). Hal 216

7 Mustafa Malaikah,

(33)

8

dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Dakwah kepada manusia

yang belum beragama Islam adalah dengan maksud unutk mengajak

mereka kpada tauhid dan beriman kepada Allah, sedangkan dakwah

kepada manusia yang telah mendapat cahaya hidayah Islam adalah

untuk meningkatkan kualitas iman, Islam dan ihsan.8

c. Pesan dakwah, Yaitu ajaran Islam dengan berbagai dimensi dan substansinya, yang dapat dikutip, dan ditafsirkan dari sumbernya

(Al-Quran dan Hadits) atau dapat pula dikutip dari rumusan yang telah

disusun oleh para ulama atau da’i. Didalam dakwah pesan illahiyah dapat

disebut juga sebagai materi dakwah, yaitu pesan-pesan yang harus

disampaikan oleh subyek kepada obyek dakwah.Maddah dakwah adalah

pesan-pesan dakwah dalam Islam atau segala sesuatu yang harus

disampaikan subjek kepada objek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam

yang ada didalam Kitābullāh dan Sunnah Rasulullah.9

d. Metode dakwah, Metode adalah cara-cara yang digunakan oleh seorang

mubaligh (komunikator) untuk mencapai tujuan tertentu atas dasar

hikmah dan kasih sayang. Metode memiliki pengertian suatu cara yang

bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai

dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana, sistem, tata pikir manusia.

Sedangkan dalam metodologi pengajaran Islam metode diartikan

sebagai suatu cara yang sistematis dan umum terutama dalam

mencapai kebenaran ilmiah.10

8 Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi,

Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009). Hal 23

9 Hafi Anshari,

Pemahaman dan pengamalan dakwah (Pedoman Untuk Mujahid Dakwah),

(Surabaya: Al Ikhlas, 1993). Hal 145 10 Toto Tasmara,

(34)

9

e. Media dakwah, Yaitu sarana yang digunakan dalam berdakwah. Dapat

berupa sarana langsung tatap muka atau sarana bermedia apabila

dakwah dilakukan jarak jauh, seperti telepon, televisi, radio, surat

kabar, majalah, dan sebagainya. Wasilah atau media dakwah adalah

alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran

Islam) kepada penerima dakwah. Beberapa hal yang dapat digunakan

sebagai media dakwah dianataranya adalah lisan, tulisan, lukisan atau

gambar, audiovisual dan akhlak. Secara bahasa wasīlah merupakan

bahasa arab yang bisa berarti wushlah, al-ittishāl yaitu segala hal yang

dapat mengantarkan tercapainya kepada sesuatu yang di

maksud. sedangkan menurut ibnu mandzur al-wasīlah secara bahasa

merupakan bentuk jama’dari kata al-wasalu dan al-wasailu yang

berarti singgasana raja, derajat, atau dekat, sedangkan secara istilah

adalah segala sesuatu yang dapat mendekatkan kepada suatu lainnya.11

C. Masyarakat dalam Dinamika Dakwah

Masyarakat merupakan kelompok orang yang selalu mengalami

dinamika dalam kehidupan. Dinamika kehidupan yang bergulir di tengah

masyarakat sangat beragam, baik dinamika yang positif maupun negative.

bentuk dinamika kehidupan masyarakat tersebut dipengaruhi oleh berbagai

faktor, di antaranya faktor ekonomi, politik dan teknologi. Faktor ekonomi

bisa membuat gaya hidup masyarakat berbeda, ekonomi yang kuat

membuat sekelompok kalangan bersikap individualis yang berefek kepada

11 Muhammat Abdul Fatah Al-Bayanuni,

Al-Madkh Ila Ilmi Ad-Dakwah, (Bairut: Risalah

(35)

10

kecemburuan sosial bagi kelompok kalangan ekonomi lemah. bentuk

kecemburuan ini akhirnya menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit

masyarakat seperti perampokan, penganiayaan dan pembunuhan. Faktor

politik juga bisa mempengaruhi gejolak dalam dinamika kehidupan

masyarakat, kondisin politik yang tidak stabil bisa menimbulkan

pertengkaran dan pertikaian di tengahmasyarakat.

Kondisi masyarakat yang diserang berbagai penyakit masyarakat ini

telah berlangsung sejak zaman jahiliyah, keadaan inilah yang menjadi

alasan diutusnya nabi Muhammad SAW. sebagai penyempurna akhlak

umat dengan gerakan dakwahnya. Jadi, secara historis dakwah Islam

berangkat dari kondisi masyarakat yang mengalami ketimpangan dalam

prilaku bahkan merusak tatanan kehidupan dan hak asasi manusia.

Dilihat dari fungsi dakwah sebagai agen of change dalam kehidupan

sosial, dakwah mempunyai peran yang sangat penting dalam melakukan

perubahan dari penyimpangan nilai-nilai kemanusian dan norma agama

menuju perbaikan dan fitrah yang suci. Sebenarnya, apabila dikaji lebih

teliti sejarah perjuangan Rasulullah sebagai pembawa Risalah, hasil kajian

itu akan dapat memperlihatkan bahwa betapa dinamikanya dakwah dalam

menghadapi setiap persolan kehidupan.

Dinamika yang dimaksudkan di sini adalah bahwa dakwah itu tidak

bersifat kaku, tetapi mengalami perkembangan sesuai dengan dinamika

yang ada dalam masyarakat. Manusia dengan keragaman jenis, warna,

zaman dan kekuatan serta kelemahan mereka, semuanya sangat

(36)

11

yang dapat mengatur kehidupan mereka. kenyataan bahwa fitrah manusia

terkadang menyimpang dari manhaj yang lurus karena faktor-faktor

tertentu yang menyebabkan Allah untuk memerintahkan dakwah agar

mengembalikan manusia kepada fitrah yang suci.

D. Kajian Teoritik

Teori fungsionalisme struktural adalah suatu bangunan teori yang

paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial pada abad sekarang.

Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August

Comte, Émile Durkheim dan Herbet Spencer. Pemikiran structural

fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari

organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut

merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat

bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan

structural fungsional ini juga bertujuan untuk mencapai keteraturan

sosial. Teori struktural fungsional ini awalnya berangkat dari

pemikiran Emile Durkheim, di mana pemikiran Durkheim ini

dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte dengan

pemikirannya mengenai analogi organismik kemudian dikembangkan

lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari

kesamaan antara masyarakat dengan organisme, hingga akhirnya

berkembang menjadi apa yang disebut dengan requisite functionalism,

di mana ini menjadi panduan bagi analisis substantif Spencer dan

(37)

12

Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut. Durkheim

mengungkapkan bahwa masyarakat adalah sebuah kesatuan di mana di

dalamnya terdapat bagian – bagian yang dibedakan. Bagian-bagian

dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing – masing yang

membuat sistem menjadi seimbang. Bagian tersebut saling

interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika ada yang

tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. Pemikiran

inilah yang menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan

Merton mengenai struktural fungsional. Selain itu, antropologis

fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu

membentuk berbagai perspektif fungsional modern.

Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga

dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber. Secara umum, dua aspek dari

studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat adalah:

- Visi substantif mengenai tindakan sosial dan

- Strateginya dalam menganalisis struktur sosial.

Pemikiran Weber mengenai tindakan sosial ini berguna dalam

perkembangan pemikiran Parsons dalam menjelaskan mengenai

tindakan aktor dalam menginterpretasikan keadaan.12

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

1. Penelitian kualitatif oleh M.Muhadi dengan judul “Masjid Sebagai

Pusat Dakwah (Studi Tentang Aktifitas Dakwah Di Masjid Agung

(38)

13

Jawa Tengah)”. Dalam penelitian ini, M. Muhadi meneliti tentang

aktifitas dakwah yang dilkakukan di masjid Agung Jawa Tengah.

Selain itu, penulis juga memaparkan tentang faktor pendukung dan

faktor penghambat kegiatan dakwah di masjid Aguang Jawa Tengah,

yang dapat menjadi salah sati pembeda dengan penelitian yang akan

dilakukan. Salah satu faktor pengukung dari kegitan dakwah di masjid

Agung Jawa Tengah ini yang sekaligus menjadi daya tarik dari masjid

ini adalah terdapat Menara Al-Husna yang tingginya 99 meter. Bagian

dasar dari menara ini terdapat Studio Radio Dais (Dakwah Islam).

Sedangkan di lantai 2 dan lantai 3 digunakan sebagai Museum

Kebudayaan Islam, dan di lantai 18 terdapat Kafe Muslim yang dapat

berputar 360 derajat. Lantai 19 untuk menara pandang, dilengkapi 5

teropong yang bisa melihat kota Semarang. Pada awal Ramadhan 1427

H lalu, teropong di masjid ini untuk pertama kalinya digunakan untuk

melihat Rukyatul Hilal oleh Tim Rukyah Jawa Tengah dengan

menggunakan teropong canggih dari Boscha.13

2. Penelitian oleh Budianor dengan judul “Masjid Sebagai Pusat Dakwah

Islam (Studi Tentang Aktifitas Dakwah Di Masjid Raya Drussalam

Palangka Raya”. Dalam penelitian Budianor ini juga membahas

berbagai macam kegiatan dakwah yang dibagi menjadi bebebrapa

kegiatann dakwah yaitu kegiatan dalam bentuk ibadah, majelis taklim,

Sosial keagamaan dan pedidikan. Budianor juga membahas terntang

faktor pendukung dalam kegiatan dakwah yang dilakukan di masjid

(39)

14

Raya Darussalam Palangka Raya yakni pendanaan yang didukung

penuh oleh masyarakat dan pemerintah privinsi Kalimantan Tengah,

Pengurus Badan Pengelola Masjid Raya Darussalam Palangka Raya

yang terdiri dari kalangan para tokoh dan para ulama dan masjid

berada di komplek Islamic Center serta di lingkungan kampus IAIN

Palangka Raya. Serta faktor penghambatnya adalah kurangnya

antusuai jamaah untuk megikuti kegiatan dakwah yang dilaksanakan

pada masjid raya darussalam palangka raya.14

3. Penelitian oleh Muhammad Azka Amrullah dengan judul

“Mamajemen Aktifitas Masjid: Kajian Menejemen Kegitan Dakwah

Dan Sosial Keagamaan Di Masjid Baiturrahman Mersi”. Dalam

penelitian ini lebih mengarah bagaiman mengelola dan memenajemeni

kegiatan dakwah yang ada di masjid baiturrahman mersi. Dalam proses

manajemn aktifitas kegiatan sosial keagamaannya di masjid

Baiturrahman Mersi, mengaplikasikan 4 fungsi utama manajemen

yaitu perencanaan (palning), pengorganisasian (organizing),

pengarahan (actuating) dan pengawasan (controlling). 15

Nama Judul penelitian Perbedaan Persamaan

14 Budianor, “Masjid Sebagai Pusat Dakwah

Islam (Studi Tentang Aktifitas Dakwah Di Masjid

(40)

15

M. Muhadi Masjid Sebagai Pusat Dakwah (Studi Tentang Aktifitas Dakwah Di Masjid Agung Jawa Tengah. Semarang, Universitas Islam Negeri Walisongo 2015 Dalam penelitian ini M. Muhadi menambahkan faktor pendukung dan faktor pembangun di majid Agung Jawa Tengah, sedangkan penelitian saya tidak. Persamaannya adalah terletak pada pembahasan kegiatan dakwah yang dilakukan di masjid.

Budianor Masjid Sebagai Pusat Dakwah Islam (Studi Tetntang

Aktifitas Dakwah

Dimasjid Raya Darussalam Palngka Raya

Palangka Raya, Institut Islam Negeri Palangka Raya 2016

Seperti dalam penelitihan M. Muhadi dalam penelitian

Budianor ini juga membahas tentang faktor pendukung dalam kegiatan

dakwah di

masjid.

Jika dilihat dari segi persamaan, dalam

peneliyian ini sama-sam membahas tentang kegiatan dakwah di masjid yang meiliputi aspek sosial, pendidikan dan tentunya dakwah. Muhammad Azka Amrullah Manajemen Aktifitas

Masjid: Kajian Manajemen Kegiatan

Dakwah Dan Sosial

Keagamaan Di Masjid Baiturrahman Mersi. Purwokerto, Institut Agama Islam Negeri Purwokwrto 2015 Dalam penelitian Muhammad Azka Amrullah

ini lebih

membahas masjid dari sisi manajemennnya.

Dibandingkan dari

perbedaannya, jika dilihat dari segi persamaan penelitian ini juga

(41)

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan peneliti adalah metode

penelitian kualitatif, yang didalamnya dapat menghasilkan analisis data

dikriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang

didengar.

Ada tiga pertimbangan mengapa peneliti menggunakan metode

tersebut pertama, menyesuaikan metode penelitian kualitatif lebih mudah

apabila berhadapan dengan menyesuaikan metode jika dihadapkan dengan

pernyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat

hubungan antara peneliti dengan yang diteliti. Ketiga, metode ini lebih

peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh

bersama dan terdapat pola-pola nilai yang dihadapi.1

Selain itu, penelitian kualitatif ini bersifat dikrptif. Penelitian

kualitatif akan melakukan penggambaran secara mendalam tentang situasi

atau proses yang diteliti. Karena sifatnya ini, penelitian kualitatif tidak

berusaha untuk menguji hipotesis. Meskipun demikian, bukan berarti

penelitian ini tidak memiliki asumsi awal yang menjadi permasalahan

penelitian. Penelitian kualitatif tidak bermula dari keinginan untuk

menguji masalah yang terlebih dahulu dihipotesiskan. Tidak ada hipotesis

1 Laxy J Moleong,

Metodeologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),

(43)

2

yang diajukan para peneliti kualitatif sehingga tidak ada upaya untuk

menguji hipotesis.2

Sajian data penelitian ini akan lebih bersifat penggambaran untuk

menjawab rumusan masalah yang sudah ada seperti Bagaimanakah

perkembangangan kegiatan dakwah di masjid Al-Hidayah, Apasaja

kegiatan dakwah yang dilakukan di masjid Al-hidayah dan Bagaimana

implikasi dinamika kegiatan dakwah pada solat berjamaah masyarakat

Siwalankerto.

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti bertindak sebagai

instrument sekaligus pengumpul data. Kehadiran peneliti mutlak

diperlukan, karena disamping itu kehadiran peneliti juga sebagai

pengumpul data. Sebagaimana salah satu ciri penelitian kualitatif dalam

pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti. Sedangkan kehadiran

peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat partisipan atau

berperanserta, artinya dalam proses pengumpulan data peneliti

mengadakan pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin sampai

pada yang sekecil-kecilnya sekalipun.3

Dalam setiap kegiatan dakwah di masjid pasti memiliki banyak

perbedaan. Dalam hal ini peneliti akan terjun langsung ke lapangan agar

mendapatkan data yang akurat. Tetapi, peneliti tidak sepenuhnya terjun

2 Muhamad Idrus,

Metode Penelitain Ilmu Social, (Yogyakarta: Erlangga, 2009) Hlm 24 3

(44)

3

langsung mengikuti kegitan dakwah yang ada di masjid Al-Hidayah

Siwalankerto.

C. Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di sekitar wilayah masjid Al-Hidayah

siwalankerto yakni di RT 05 RW 01 serta beberapa rumah warga untuk

melakukan wawancara yang mendalam sehubungan dengan implikasi

kegiatan dakwah masjid Al-Hidayah.

D. Sumber Data

Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam penelitian.

Kesalah dalam menggunakan atau memehami sumber data, maka yang

diperoleh juga akan meleset dari yang diharapkan. Oleh karena itu, peneliti

harus mampu memahami sumber data mana yang mesti digunakan dalam

penelitiannya itu.4

Sumber data merupakan segala sesuatu yang dapat memberikan

informasi mengenai data. Menurut sumbernya dapat dibagi menjadi dua:

a. Data primer yakni data yang dibuat peneliti dengan maksud

untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya.

Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber

pertama atau objek penelitian. Dalam penelitian ini data primer

akan didapatkan dari wawancara langsung dengan ta’mir

masjid Al-Hidayah serta warga sekitar yang tinggal di sekitar

masjid Al-Hidayah.

4 Burhan Bungin,

Metodologi Penelitian Social Format-Format Kuantitatif Dan Kualitatif,

(45)

4

b. Data skunderyaitu data yang telah dikumpulkan dalam maksud

selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini

dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang dapat

menjadi informai data skunder adalah dokumen-dokumen

resmi, jadwal kegiatan masjid, struktur organisasi, dokumentasi

kegiatan masjid dan data pendukung lainnya.5

E. Pengumpulan Data

Pada setiap pembicaraan mengenai metodologi penelitian

persoalan metode pengumpulan data menjadi amat penting. Metode

pengumpulan data adalah bagian instrument pengumpulan data yang

menentukan berhasil atau tidak suatu penelitian. Kesalahan penggunaan

metode pengumpulan data atau metode pengumpulan data tidak digunakan

semestinya, berakibat fatal terhadap hasil-hasil penelitian yang dilakukan.6

Pada penelitian ini akan menggunakan metode observasi,

wawancara dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian

manusia dengan menggunakan pencaindera mata sebagai alat bantu

utamanya selain panca indera lainnya seperti telinga, penciuman,

mulut, dan kulit. Oleh karena itu, observasi adalah kemampuan

seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja

5

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&G, (Bandung: Alfabeta, 2009) Hlm.

137

6 Burhan Bungin,

Metodologi Social Ekonomi Format-Format Kuantitatif Dsn Kualitatif Untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Public, Komunikasi, Manajemen, Dan Pemasaran, (Jakarta: Kencana,

(46)

5

baik panca indera mata serta dibantu dengan panca indera lainnya.

Didalam pembahasan ini kata observasi dan pengamatan digunakan

secara bergantian. Seseorang yang sedang melakukan pengamatan,

tidak selamanya menggunakan panca indera mata saja, tetapi selalu

mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh

panca indera lainnya; seperti apa yang ia dengar, apa yang ia cicipi,

apa yang ia rasakan dari penciumannya bahkan dari apa yang ia

rasakan dari sentuhn-sentuhan kulitnya.

Dari pemahaman observasi atau pengamatan di atas,

sesungguhnya yang dimaksud oleh metode observasi adalah

metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun

data penelitian, data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti.

Dalam arti data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti

melalui penggunaaan pana indera.7 Dalam hal ini peneliti akan

lebih sering melakukan pengamatan saat solat berjamaah, majelis

ta’lim dan TPQ yang sedang berlangsung di majid Al-Hidayah

Siwalankerto.

b. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap

muka antara pewawancara denga responden atau orang

diwawancarai, denagan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)

wawancara. Inti dan metode wawancara ini di setiap penggunaan

7Burhan Bungin,

Metodologi Penelitian Social Format-Format Kuantitatif Dan Kualitatif,

(47)

6

metode ini selalu mencul beberapa hal, yaitu pewawancara,

responden, materi wawancara dan pedoman wawancara (yang

terakhir ini tidak mesti harus ada).8 Disini peneliti akan melakukan

wawancara kepada pengurus inti masjid Al-Hidayah seperti ketua

takmir yakni pak Abdul Malik, sekretaris takmir yaitu pak Subiono

dan bendahara masjid Al-Hidayah pak Rajiman. Selan itu peneliti

akan melakukan wawancara kepada ustadz atau pengisi majelis

ta’lim dan pegurus TPQ Al-Hidayah.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah salah satu metode

pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian

sosial. Pada intinya metode dokumentasi adalah metode yang

digunakan untuk menelusuri data historis. Dengan demikian, pada

penelitian sejarah, maka bahan dokumenter memegang peran yang

sangat penting.

Walau metode ini terbanyak digunakan pada ilmu

penelitian sejarah namun kemudian ilmu-ilmu social lain secara

serius menggunakan metode dokumentasi sebagai metode

pengumpulan data. Oleh karena sebanarnya sejumlah besar fakta

dan data social tersimpan dalam bahan yang berbentuk

dokumentasi. Dalam penelitian ini dokumentasi akan didapat dari

foto-foto kegiatan di masjid Al-Hidayah selain itu akan mengcopy

beberapa foto lain kerena ada beberapa kegiatan yang sebelumnya

8 Burhan Bungin,

Metodologi Social Ekonomi Format-Format Kuantitatif Dsn Kualitatif Untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Public, Komunikasi, Manajemen, Dan Pemasaran, (Jakarta: Kencana,

(48)

7

peneliti belum sempat untuk ikut mengobservasi seperti kegiatan

yang bersifat peringatan hari besar Islam di masjid Al-Hidayah.

F. Analisis Data

Analisis data dari hasil pengumpulan data, merupakan tahapan

yang penting dalam penyelesaian seuatu kegiatan ilmiah. Data yang telah

terkumpul tanpa dianalisis menjadi tidak bermakna, tidak berarti, menjadi

data yang matidan tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis data ini untuk

memberi arti, makna, dan nilai yang terkandung dalam data.

Suatu penelitian yang efektif dan efisien, bila semua data yang

dapat dikumpulkan dapat dianalasis dengan teknik analisis tertentu. Itulah

kiranya, pada saat merancang penelitian, sudah harus dipikrkan data yang

dikumpulkan dengan teknik analisis data yang digunakan. Dalam

penelitian ini peneliti akan menggukan analisis domain sebagai teknik

analisis data.9

Mendekati suatu masalah secara langsung, dirasakan sulit apabila

tanpa mengenal masalah tersebut secara umum. Analisis domain mampu

mengatasi kesulitan ini. Teknik analisis domain digunakan umtuk

menganalisis gambaran-gambaran objek penelitian secara umum atau

ditingkat permukaan, namun relatif utuh tentang objek penelitian tersebut.

Teknik analisis domain ini amat terkenal sebagai teknik yang dipakai

dalam penelitian yang bertujuan eksplorasi. Artinya, analisis hasil

penelitian ini hanya ditargetkan untuk memperoleh gambaran seutuhnya

9 Moh Kasiram,

(49)

8

dari objek yanng diteliti, tanpa harus diperincikan secara detai unsur-unsur

yang ada dalam keutuhan objek penelitian tersebut.10

Dalam hubungan bagaimana peneliti menggunakan teknik analisis

domain, maka Spradley membuat enam langkah yang saling berhubungan,

sebagai berikut:

1. Memiliki pola hubungan semantik tertentu atas dasar informasi

atau fakta yang tersedia dalam catatan harian peneliti di

lapangan.

2. Menyiapkan kerja analisi domain.

3. Memilih kesamaan-kesamaan data dari catatan harian peneliti

di lapangan.

4. Mencari konsep-konsep induk dan katagori-katagori simboli

dari domain tertentu yang sesuai dengan suatu pola hubungan

semantik.

5. Menyusun pertanyaan-pertanyaan struktural untuk

masing-masing domain

6. Membuat daftar keseluruhan domain dari seluruh data yang

ada.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dapat dilakukan dengan triangulasi pendekatan

dengan kemungkinan melakukan trobosan metodelogis terhadap

masalah-masalah tertentu yang kemungkinan dapat dilakukan seperti apa yang

dikemukakan oleh Burges dengan “strategi penelitian ganda” atau seperti

(50)

9

yang dikataka oleh Denzin dengan “trangulasi”. Istilah penggabungan

metode ini dikenal akrab dikalangan pemula dengan istilah “meta-metode”

atau “mix-method”, yaitu metode campuran, dimana metode kualntitatif

dan metode kualitatif digunakan bersama-sama dalam sebuah penelitian.11

H. Tahap Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang terdahulu dapat digolongkan

kedalam tiga tahap penelitian. Krtiga tahap tersebut adalah tahap:

perencanaan (persiapan), pelaksanaan, dan penulisan laporan penelitian.

1. Tahap perencanaan (persiapan) langkah-langkah penelitian yang

termasuk dalam tahap perencanaan ini adalah:

a. Penentuan atau pemilihan masalah

b. Latar belakan masalah

c. Perumusan atau identifikasi masalah

d. Telaah kepustakaan

e. Tujuan dan kegunaan penelitian

f. Perumusan hipotesis serta metode penelitian

g. Penyusunan administrasif penelitian

Kesemua langkah tersebut kemudian dituliskan kedalam sutu rancngan

penelitian. Jadi, pada dasarnya hasil dari tahap perencanaan ini adalah

rancangan penelitian yang sistematika penulisannya mencangkup langkah

di atas.

11 Burhan Bungin,

Metodologi Social Ekonomi Format-Format Kuantitatif Dsn Kualitatif Untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Public, Komunikasi, Manajemen, Dan Pemasaran”, (Jakarta: Kencana,

(51)

10

Pada tahap perencanaan ini, sikap mental yang harus dimiliki adalah

aktif, kritis, dan skeptik. Aktif dalam mencari data, kritis dalam

menimbang dan membandingkan data dengan masalah, serta skiptis karena

masih ada hal yang diragukan.

2. Tahap pelaksanaan, dalam tahap ini ada empat langkah yang harus

dilakukan yakni:

a. Pengumpulan data

b. Pengelolahan data

c. Analisis data, dan

d. Penafsiran hasil analisis

3. Tahap penulisan laporan penelitian, dalam tahap ini merupakan

tahap terakhir dan penting dalam proses pelaksanaan penelitian.

Oleh karena itu, penulisannya harus memperhaikan beberapa hal

seprti: pembaca, bentuk dan isi, serta cara penyusunan laporan. 12

12 Herman Wasito,

Pengantar Metodologi Penelitia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995)

(52)

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Setelah peneliti mengadakan observasi dan dan wawancara, maka dalam bab ini

akan dipaparkan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan di masjid Al-Hidayah

Siwalankerto Surabaya beserta analisisnya.

A. Setting Penelitian 1. Letak Geografis

Masjid Al-Hidayah ini terletak di Siwalankerto III no 17 Surabaya

Jawa Timur. Luas tanahnya 783m. Masjid Al-Hidayah ini termasuk

golongan masjid jami’ yang dimana masjid ini sudah menjadi pusat

keagamaan di Siwalankerto. Masjid ini mengalamai beberapa pemugaran.

Tetapi, pada kepengurusan 2015-2018 ini tidak melakukan renvasi. Hanya

mempercantik bagian-bagian yang sebelumnya belum tersentuh seperti

tempat imam dan karpet untuk jamaah agar lebih nyaman.

Masjid ini memiliki dua lantai, lantai pertama biasanya digunakan

sebagai kegitan dakwah sehari-hari dan di ruang utama digunakan untuk

pada jamaah laki-laki shalat lima waktu. Sedangkan untuk perempuan

terletak di serambi sebelah kanan ruang utama. Dilantai ke dua juga

digukanan untuk shalat seperti pada hari raya Idul Fitri, Idul Adha dan

shalat jum’at. Di lantai dua juga ada kantor kecil tempet menyimpan

(53)

42

Masjid Al-hidayah ini dapat menampung kurang lebih 800 jamaah

laki-laki dan perempuan. Masjid Al-Hidayah juga bersandingan dengan

Sekolah Dasat Islam Kyai Ibrahim. Biasanya murid serta guru SDI Kyai

Ibrahim ini melakukan shalat Dzuhur berjamaah di masjid Al-Hidayah.

2. Sejarah Berdirinya Masjid Al-Hidayah

Pada zaman dahulu, wilayah Siwalankerto terkenal dengan

daerah-daerah yang kurang dalam artian kurang dalam segi aqidah dan akhlak.

Setiap malamnya di pinggir-pingir jalan sekitar Siwalankerto dijadikan

sebagai pangkalan wanita-wanita pekerja seks komersial. Lalu kemudian

datanglah seorang yang membawa perubahan dan pencerahan bagi

masyarakat Siwalankerto. Beliau merupakan pendakwah yang pertama

membawa masuk ke daerah Siwalankerto beliau adalah Kyai Ibrahim.

Awal mula berdirinya masjid Al-Hidayah tidak lepas dari campur

tangan dari Kyai Ibrahim, seorang pendakwah yang datang untuk

memperbaiki keadaan di Siwalankerto pada saat itu. Dahulu lahan yang

digunakan untuk masjid Al-Hidayah tersebut adalah tempat bagi para

pejuang pada saat zaman penjajahan Belanda.

Saat itu masjid Al-Hidayah bukanlah bangunan besar. Melainkan

hanya sebuah langgar yang jarang terpakai, dan disitulah kyai Ibrahim

melakukan dakwahnya. Hingga pada akhirnya dakwah dari kyai Ibrahim

ini berhasil dan beliau wafat sekitar tahun 70-an. Masjid Al-Hidayah itu

(54)

<

Gambar

Tabel 4.5.................................................................................................................80
TABEL 4.1
 TABEL 4.2
 TABEL 4.3
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini digunakanlah metode deskriptif yang berguna untuk memberikan fakta dan data

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tomia Kabupaten Wakatobi.Jenis metode penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu memberikan gambaran dengan

Apa saja program-program yang dilakukan oleh PESMA Qolbun Salim Walisongo dalam melaksanakan kegiatan dakwah untuk meningkatkan akhlaq al-karimah santrid. Apa saja

Serangkaian kegiatan yang mempunyai tujuan- tujuan tertentu disebut dengan pengkajian tujuan, dimana dalam penelitian ini tujuan dari Strategi Dakwah PERMATA

Pesan dakwah Mubaligh Amrullah Muzayyin melalui pengajian matematika al-Qur’an yaitu mengkaji pada surat al- Qadr yang pemyampaiannya menggunakan operasi hitungan angka dan

Dan tantangan apa saja yang dihadapi oleh unit dakwah JHEAINS dalam menyebarkan dakwah pada non-muslim di negeri Sabah.. Kajian ini

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dimana penelitian ini harus mampu memberikan / membuktikan mengenai fakta- fakta suatu peristiwa yang ada dilapangan

Respon negatif yang ditunjukan oleh beberapa kalangan masyarakat terhadap Gerakan Dakwah Salafi tidak lepas dari adanya stigma pandangan bahwa salafi dan wahabi merupan kelompok paham