DINAMIKA DAKWAH DI MASJID AL-HIDAYAH PADA MASYARAKAT SIWALANKERTO WONOCOLO SURABAYA
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh : Ullul Azmy
B01213024
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Ullul Azmy, NIM. B01213024, dinamika kegiatan dakwah di masjid Al-Hidayah pada masyarakat Siwalankertro Wonocolo Surabaya. Skripsi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : dinamika kegiatan dakwah, implikasi pada sholat berjamaah
Fokus masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana perkembangan kegiatan dakwah di masjid Al-Hidayah, apa saja kegiatan dakwah di masjid Al-Hidayah dan bagaimana implikasi dinamika kegiatan dakwah pada sholat berjamaah masyarakat Siwalankerto Wonocolo Surabaya.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang berguna untuk memberikan fakta dan data mengenai pekembangan kegiatan dakwah, apa saja kegiatannya dan implikasi pada sholat berjamaah masyarakat Siwalankerto Wonocolo Surabaya, kemudian data itu dianalisis dengan data analisis deskriptif sehingga diperoleh makna yang mendalam mengenai pekembangan dakwah dan implikasinya pada sholat berjamaah.
Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa pekembangan kegiatan dakwah yang terjadi pada masyarakat Siwalankerto cukup signifikan. Pertambahan jamaah ini disebabkan karena himbauan yang dilakukan pengurus masjid Al-Hidayah yang sering diselipkan ketika kegiatan dakwah ini berlangsung. Secara tidak langsung masyarakat yang mengikuti kegiatan dakwah di masjid Al-Hidayah ini juga sebelumnnya melakukan sholat berjamaah terlebih dahulu. Sedangkan kegiatan dakwahnya dibagi menjadi tiga aspek yakni yang bersifat harian, perayaan hari besar Islam dan taman pendidikan Al-Qur’an. Implikasi pada sholat berjamaah pun juga semakin besar, karena keanggotaan yang selalu diselingi dengan kata-kata motivasi dan ajakan agar terus dapat mengerjakan sholat secara berjamaah.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ..i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... .ii
PERSETUJUAN TIM PENGUJI...iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ...iv
PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN SKRIPSI ... .v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR...vii
DAFTAR ISI ... .x
DAFTAR TABEL...xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah...10
C. Tujuan Penelitian...10
D. Manfaat Penelitian...11
E. Konseptualisasi...11
F. Sistematika Pembahasan...12
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Dinamika Sosial...15
1. Dinamika Sosial...15
2. Statika Sosial...16
B. Dinamika Dakwah...18
1. Dinamika Dakwah...18
2. Statika Dakwah...20
C. Masyarakat Dalam Dinamika Dakwah...24
D. Kerangka Teoritik...25
E. Penelitian Terdahulu yang Relavan...27
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian...31
B. Kehadiran Peneliti...32
C. Setting Penelitian...33
D. Sumber Data...33
E. Teknik Pengumpulan Data...34
F. Analisi Data...37
G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data...38
H. Tahap-tahap Penelitian...39
BAB IV PENYAJIAN DAN TEMUAN PENELITIAN A. Setting Penelitian...41
1. Letak Geografis Masjid Al-Hidayah...42
2. Sejarah Masjid Al-Hidayah...43
3. Visi Misi masjid Al-Hidayah...43
4. Struktur takmir masjid Al-Hidayah...44
B. Penyajian Data...48
1. Dinamika di Masjid Al-Hidayah pada Masyarakat Siwalankerto Wonocolo Surabaya...48
C. Analisis Data...64
D. Interpretasi dengan Teori...83
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...84
B. Saran...85
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1...46
Tabel 4.2...61
Tabel 4.3...62
Tabel 4.4...63
BAB I PENDAHULUAN
A. latar belakang
Islam di Indonesia merupakan mayoritas terbesar ummat Muslim
di dunia. Data Sensus Penduduk 2010 menunjukkan ada sekitar 87,18%
atau 207 juta jiwa dari total 238 juta jiwa penduduk beragama Islam.
Walau Islam menjadi mayoritas, namun Indonesia bukanlah negara yang
berasaskan Islam, karena pada dasarnya negara Indonesia memiliki
kemajemukan masyarakat. Dilihat dari segi kepercayaan masyarakat
Indonesia ada 6 agama yang diakui seperti Kristen, Katolik, Hindu, Budha,
Kong Hu Chu dan agama Islam.1
Islam datang ke Indonesia dengan membawa peradaban baru yang
memiliki corak keisalaman secara khusus. Beberapa bentuk peradaban
Islam mewarnai kehidupan dan pemikiran masyarakat Islam di Indonesia.
Peradaban Islam yang dibawa oleh para mubaligh Islam dari Arab
berakulturasi dengan tradisi dan budaya setempat. Akulturasi antara
peradaban Islam dan peradaban masyarakat setempat menjadi terpadu dan
membawa dampak positif bagi perkembangan budaya Islam di Indonesia. 2
Dakwah Islamiyah adalah perjuangan yang besar dan berat, karena
merupakan pembangunan umat manusia dalam seluruh bidang dan
lapangan kehidupan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan dakwah
memerlukan berbagai bahan dan persiapan yang cukup banyak bagi
1
Wikipedia, Minggu 23 April 2017, 09.55 2 Samsul Munir Amin,
2
wasilah, dan dapat mengantarkan perjuangan umat kepada tujuannya.
Mengingat Islam adalah agama dakwah, menjadi kewajiban kaum muslim
untuk mempersiapkan segala kelengkapan yang diperlukan bagi
kesempurnaan pelaksananya. Suatu kewabijan tidak sempuna
pelaksanaannya kecuali ada kelengkapan satu sama lain.3
Dakwah pada kenyataannya adalah upaya untuk menumbuhkan
kencenderungan dan keterkaitan masyarakat pada Islam. Targetnya adalah
masyarakat sebagai Mad’u menjadi tertarik dan rela mengikuti ajakan
yang diserukan oleh sang Da’i untuk berkaidah dan beramal sesuai kreteria
Islam. Menyeru masyarakat kepada Islam maknanya Da’i berupaya
dengan metode dan berbagai uslub sesuai dengan ketentuan syariat
bagaimana supaya syariat Islam menjadi kerangka berpikir, perilaku, gaya
hidup dan aturan yang mengatur manusia. 4
Secara terminologi banyak ilmuan yang mengartikan tentang
dakwah yang akan diterangkan sebagai berikut: Muhammad Natsir seperti
yang dikutip dari buku Manajemen Dakwah Islam karya Rosyad Saleh,
mendefinisikan dakwah sebagai usaha-usaha menyerukan dan
menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh konsepsi Islam
tentang pandangan dan tujuan manusia hidup di dunia ini, yang meliputi
amar ma’ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang
diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam peri
3
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010) Hlm. 15
4 Mastori,
3
kehidupan perseorangan, peri kehidupan berumah tangga, peri kehidupan
bermasyarakat, dan peri kehidupan bernegara. 5
Sedangkan, Nasarudin Latif menyatakan, bahwa dakwah adalah
setiap usaha aktifitas degan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru,
mengajak, memanggil, manusia lainya untuk beriman dan menaati Allah
SWT sesuai dengan garis –garis akidah dan syariat aklak Islamiah. 6
Dalam konteks dakwah istialah „amar ma’ruf nahy-i munkar secara
lengkap dan popular dipakai adalah yang terekam dalam Al-Qur’an, surat
Ali Imran, ayat 104:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ma'ruf:
segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan
Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.”
Ayat di atas, mengandung beberapa esensi dakwah yaitu, pertama,
hendaklah diantara kamu sekelompok umat. Kedua, yang tugas atau
misinya menyeru pada kebajikan. Ketiga, merekalah orang-orang yang
Berjaya. Sementara itu, dalam surat Ali Imran ayat 104 kalimat yang
5 Rosyad Saleh,
Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977) Hlm. 8
6
H.M.S Nasarudin Latif, Teori Dan Praktik Dakwah Islamiah, (Jakarta: PT Firma Dara, Tt) Hlm.
4
senada, yang mangandung dua komponen dan pengertian yaitu: pertama,
kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan manusia. Kedua, menyeru
kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada
Allah SWT. 7
Islam dan dakwah adalah dua hal yang tidak terpisakan. Islam tidak
mungkin maju dan berkembang bersyi’ar dan bersinar tanpa adanya upaya
dakwah. Semakin gencar upaya dakwah dilaksanakan semakin
bersyi’arlah ajaran Islam, semakin kendor upaya dakwah semakin redup
pula cahaya Islam dalam masyarakat. Ajaran Islam yang disiarkan melalui
dakwah dapat menyelamatkan manusia pada umumnya dan hal-hal yang
dapat membawa pada kehancuran.8
Pada saat ini, dakwah bukanlah hal yang tabu lagi. Kegiatan
dakwah merupakan suatu hal yang bisa langsung secara terang-terangan di
laksanakan. Sudah terasa sekali perbedaan kegiatan dakwah pada zaman
dahulu dan pada masa sekarang. Ditinjau dari segi tempat metode dan
media dakwah yang digunakan. Perkembangan dakwah Islam di Indonesia
akhir-akhir ini menunjukkan perkembangan yang pesat, baik itu yang
terjadi di perkotaan maupun yang terjadi di pedesaan. Juga terjadi
perkembangan dalam hal unsur-unsur dakwah, materi dakwah,
sarana-sarana dakwah hingga objek dakwahnya sendiri. Dalam tataran praktis,
perkembangan dalam praktek dakwah dapat dilihat dengan banyaknya
partai politik yang menggunakan Islam sebagai asasnya, berkurangnya
7 Wahyu Ilaihi,
Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010) Hlm. 15
8 A. Sunarto,
5
kaum Islam abangan dan meningkatnya pemahaman masyarakat akan
ajaran Islam yang sesungguhnya.
Dakwah sekarang dipahami bukan hanya proses penyampain pesan
Islam dalam bentuk ceramah, khutbah di podium atau mimbar saja, yang
biasa di lakukan para penceramah atau mubaligh akan tetapi dakwah
merupakan berbagai aktivitas keIslaman yang memberikan dorongan,
percontohan, penyadaran baik berupa aktivitas lisan, tulisan, dan perbuatan
dalam rangka merealisasikan nilai-nilai ajaran Islam yang di laksanakan
oleh seluruh umat Islam sesuai dengan kedudukan dan profesinya
masing-masing untuk mewujudkan kehidupan umat manusia meraih keridhoan
Allah, selama di dunia dan di akhirat kelak.
Aktifitas dakwah juga dapat dilakukan dimana saja. Asalkan ada
komunikan dan komunikator. Masjid merupakan tempat yang tidak pernah
terlepas dengan masalah dakwah. Masjid sering dijadikan tempat
berdakwah tetapi sering masjid hanya digunakan untuk solat jama’ah saja. Sehingga masjid tersebut terlihat sepi dari jama’ah.
Perkembangan umat Islam dan dakwah tidak akan terlepas dari
masjid yang sebgai pusat beribadahan dan kegiatan agama Islam. Masjid
merupakan suatu tempat (bangunan) yang didirikan untuk bersujud
menyembah kepada Allah SWT. Seperti dalam firman Allah pada surat
Al-Jin ayat 18:
6
“Dan Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah.
Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping
(menyembah) Allah.”
Masjid mencerminkan seluruh aktifitas umat Islam, masjid menjadi
pengukur dan indikator dari kesejahterhan umat baik lahir maupun batin.
Oleh sebab itu, jika tidak ada lagi masjid diwilayah yang berpenduduk
agama Islam atau ada masjid di tengah penduduk Islam, tetapi tidak
digunakan sebagai pusat kehidupan umat, ini akan menjadi isyarat negatif
timbulnya dis-orentasi kehidupan umat. Dalam dua situasi ini, umat
muslim akan mengalami kebingungan dan menderita berbagai penyakit
mental maupun fisik serta tidak dapat menikmati distribusi aliran ridha dan
energi dari Allah SWT. 9
Fenomena yang terjadi saaat ini, fungsi dan peranannya tidak lagi
terarah sesuai dengan harapan. Masjid tetap sebgai tempat
penyelenggaraan ibadah, artinya berfungsi sebagai pusat pembinaan
mental spiritual, akan tetapi penyelengaraan ibadah semakin sempit.10
Padahal, masjid memiliki fungsi dan peranan strategis untuk berdakwah
dan melakukan aktifitas keagaaman lainnya seperti TPQ atau tepat berlatih
banjari dan lainnya.
Jika berbicara tentang masjid pasti tidak akan terlepas dari jamaah
solat. Solat disyariatkan pelaksanaannya secara jamaah. Dengan jamaah
9 Nana, Rukmana DW,
Masjid Dan Dakwah, Merencanakan, Membangun Dan Mengelola Masjid, Mengemas Subtansi Dakwah Upaya Pemecahan Krisis Moral Dan Spiritual, (Jakarta: Almawardi
Prima, 2002). Hlm 76 10 Robiatul Aulia,
7
solat ma’mum terhubung dengan solat imamnya. Legalitas syara’ solat
jamaah di tetetapkan dalam Al-qur’an, sunnah dan kesepakatan ulama’
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu)
lalu kamu hendak mendirikan solat bersama-sama mereka, maka
hendaklah segolongan dari mereka berdiri (salat) besertamu dan
menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang solat bersamamu)
sujut (telah menyempurnakan serakaat), maka hendaklah merekapindah
dari belakangmu (untuk meghadap musuh) dan hendaklah datang
golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah
maka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang
8
dan harta benda mu, lalu merek menyerbu kamu denga sekaligus, dan
tidak ada dosa atasmu meletakkan senjatamu, jika kamu medapatkan
sesuatu kesusahan karena hujan atau kaerena kamu memang sakit dan
siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang
menghinakan bagi orang-orang kafir itu.“11
Solat merupakan amal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat
kelak, sehingga solat dijadikan induk dari seluruh ibadah, karena salat
merupakan kunci atau penentu dari berbagai amal perbiatan manusia.
Mendirikan solat sama dengan mendirikan rukun Islam. Mendirikan rukun
Islam adalah merupakan tiang agama, dan merupakan amal yang paling
dicintai oleh Allah SWT.12
Disisi lain, banyak masjid yang tersebar di Indonesia masih
menjaga keeksistensinya dalan melakuakan kegiatan dakwah. Seperti salah
satu masjid yang memilki kegiatan dakwah adalah Masjid Agung Jawa
Tengah. Kegiatan yang ada di masjid tersebut antara lain: pengajian rutin
ba’da subuh, dan mujahadah. Selain itu, di Masjid Agung Jawa Tengah
juga merupakan salah satu masjid yang memiliki siaran radio di Jawa
Tengah, sehingga kegiatan dakwah Islam bisa disiarkan di radio tersebut.13
Sedangkan di Surabaya sendiri juga terdapat masjid yang tidak
ingin kehilangan keeksistensinya dalam dunia dakwah yakni masjid
Al-Hidayah yang terletak di desa Siwalankerto Kelurahan Wonocolo. Satiap
11Kamaran As’ad Irsyady, Ahsan Taqwim, Al Hakam Faishol,
Fiqih Ibadah, (Jakarta: Sinar
Grafika Offset, 2009). Hlm 237 12 Fadhla Ilaihi,
Menggugat Kesunatan Solat Berjamaah, (Yogyakarta: Pustaka Fahima, 2004).
Hlm 2
13 M. Muhandi,
9
hari, di masjid Al-Hidayah hampir memiliki jadwal kegiatan dakwah. Dari
pengajian Ba’da subuh, TPQ, pengajian kitab tematik, belajar tajwid
bersama untuk kalangan wanita, lalu kegiatan yang sifatnya perayaan hari
besar Islam dan lain sebagainya yang sebelumnya beberapa tahun terakhir
kegiatan itu belum terlalu signifikan peningkatannya.
Siwalankerto adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan
Wonocolo, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Terdapat banyak sekali
masjid dan musolah yang tersebar di wilayah tersebut karena memang
siwalankerto didominasi oleh masyarakat beragama Islam. Tetapi hanya
ada satu masjid yang memang dari dulu merupakan pusat kegiatan agama
Islam yakni di masjid Al-Hidayah yang terletak di RT 05 RW 01.
Awalnya, masjid ini mengalami masa vakum dan sepi dari jamaah
sehingga akhirnya ada beberapa ta’mir yang mulai membangunkan lagi
kejayaan masjid tersebut. Masjid Al-Hidayah ini juga semakin terorganisir
dan dilihat dari segi bangunan masjid ini telah mengalami beberapa kali
renovasi.
Masyrakat manyadari bahwa terjadi perkembangan pesat terhadap
masjid tersebut. Jamaah yang shalat di masjid tersebut bertambah banyak
dan sekarang juga di adakan kegiatan bagi para ibu-ibu dirumah yakni
mengaji tajwid. Tidak hanya ibu-ibu yang memang memiliki dasar agama
dan dasar mengaji saja yang mengikuti, tetapi semua dari kalangan ibu-ibu
sangat antusias dengan kegiatan ini. Setiap harinya masjid Al-Hidayah
10
Kegiatan yang semakin variatif itulah yang menyebabkan
bertambahnya jamaah solat di masjid Al-Hidayah. Selain masjid tertua di
Siwalankerto masjid Al-Hidayah juga adalah masjid yang dijadikan sentra
kegiatan agama dan perayaan hari besar Islam di Siwalankerto. Jadi, tidak
ragu lagi jamaah solat di masjid Al-Hidayah semakin bertambah bahkan
dari luar masyarakat Siwalankerto khususnya warga RT 05 RW 01. Oleh
karena itu, penulis terdorong utuk melakukan penelitian dengan judul
“Dinamika Dakwah pada Jamaah Masjid Al-Hidayah Siwalankerto
Wonocolo Surabaya.”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dinamika dakwah dalam masyarakat Siwalankerto
Wonocolo Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
1. Ingin mencari kejelasan dinamika dakwah pada jamaah masjid
Al-Hidayah di Siwalankerto Wonocolo Surabaya.
2. Ingin menerangkan hasil penelitian yang kami lakukan pada
dinamika jamaah masjid Al-Hidayah Siwalankerto Wonocolo.
3. Ingin dapat meramal peristiwa apa yang terjadi sebelu penelitian
dan sesudah penelitian kami lakukan.
4. Ingin memanipulasi atau mentransformasi hasil penelitian kami
11
5. Ingin dapat mengawasi atau mengkontrol dinamika dakwah baik
pada jamaah masjid yang kami teliti maupun yang ingin kami
rencanakan untuk mendinamisir jamaah masjid lainnya.
D. Manfaat Penelitian Secara teoritis
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan, dapat memperluas cakrawala
keilmuan dakwah bagi peneliti pribadi khususnya, maupun dari
berbagai pihak yang memiliki ketertarikan untuk mengkaji mengenai
dinamika keilmuan dakwah.
2. Penelitian ini di harapkan dapat menjadi literatur dan acuan bagi
penelitian selanjutnya yang terkait dengan pengaruh perkembangan
kegiatan dakwah di tempat tinggal masing-masing terhadap perilaku
religius masyarakatnya.
Secara praktis
Dengan adanya penelitian ini mampu menambah wawasan
aktivitas akademi dan praktisi dakwah agar dapat mengembangkan metode
dakwahnya di lapangan serta dakwah yang disampaikan mudah dimengerti
dan diterima mad’u dengan menggunakan metode yang ada.
E. Konseptualisasi
- Dinamika kegiatan dakwah di masjid Masjid Al-Hidayah
Dinamika merupakan bagian dari ilmu fisika yang berhubungan
12
(dari dalam); tenaga yang menggerakkan; semangat; kelompok gerak
atau kekuatan yang dimiliki sekumpulan orang dalam masyarakat yang
dapat menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyarakat yang
bersangkutan; pembangunan gerak yang penuh gairah dan penuh
semangat dalam melaksanakan pembangunan; sosial gerak masyarakat
yang terus menerus yang menimbulkan perubahan dalam tata hidup
masyarakat yang bersangkutan.
Dalam penelitian ini, yang dimaksudkan adalah pasang surut
kegiatan dakwah di masjid Al-Hidayah meskipun perubahan yang ada
dalam kegiatan dakwah seperti pengajian ba’da subuh ini hanya
terletak pada pergantian da’i, hari maupun tempat.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan dalam skripsi ini, penulis membagi
pembagian sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, dalam bab ini akan dijelaskan tentang Latar
belakang Masalah menceritakan hal-hal yang melatar
belakangi mengapa peneliti memilih judu dinamiaka
kegiatan dakwah dan implikasinya pada intensitas shalat
berjamaah di masjid Al-Hidayah masayrakat Siwalankerto
Wonocolo Surabaya, Rumusan Masalah yang menjadi
usaha untuk menyatakan pertanyaan penelitian seputar
bagaimana dinamika kegiatan dakwah, apa saja kegiatannya
13
Siwalankerto, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Definisi Konsep yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak dinamika kegiatan dakwah serta intensitas
berjamaah shalat dan Sistematika Pembahasan yang akan
berguna untuk menjelaskan apa saja yang akan dijelaskan
setiap bab yang terdapat dalam skripsi ini.
BAB II Perspektif Teoritik Dakwah, Kegiatan Dakwah Dan Solat
Berjamaah, dalam bab ini akan menjelaskan tentang konsep
dakwah mulai dari pengertian dakwah, tujuan dakwah,
unsur dakwah, dan kegiatan dakwah, setelah itu berisi
tentang konsep shalat berjamaah yang dimaksudkan dalam
penelitian ini serta konsep tentang masjid. Dalam bab ini
juga menjelaskan teori interaksi simbolik yang memuat
tentang kegiatan dakwah serta shalat berjamaah yang di
lakukan di masjid Al-Hidayah.
BAB III Metode Penelitian, dalam bab ini akan menjelaskan
pendekatan dan jenis penelitian yang menggukanan
penelitian kualitatif deskriptif, kehadiran peneliti sebagai
peneliti non partisipan, setting penelitian yang akan
dilaksanakan di masjid Al-Hidayah, sumber data yang akan
diambil dari dokumen-dokumen resmi, serta hasil
wawancara dari narasumber terkait yakni takmir masjid
Al-Hidayah dan pengisi kegiatan di masjid Al-Al-Hidayah, teknik
14
wawancara dan mendokumentasikan kegiatan dakwah yang
ada di masjid Al-Hidyah, serta teknik analisis data, dan
tahapan penelitian.
BAB IV Penyajian dan Analisis Data, berisi tentang gambaran
umum masjid Al-Hidayah, sejarah dan struktur organisasi
masjd Al-Hidayah Siwalankerto. Setelah itu berisi tentang
deskriptif perkembangan kegiatan dakwah di masjid
Al-Hidayah, macam-macam kegiatannya dan implikasi
dinamika kegiatan dakwah pada shalat berjamaah
masyarakat Siwalankerto. Dalam bab ini peneliti akan
berusaha untuk menganalisis temuan saat penelitian dengan
menggunakan teori yang sudah ada dan menggunakan
teknik analisis data domain dengan mendekati suatu
masalah secara langsung.
BAB V Penutup, sebagai bagian terakhir dalam skripsi ini. Bab ini
berisi tentang kesimpulan yang merupakan hasil dari kajian
dan analisis tentang dinamika kegiatan dakwah dan
implikasinya pada intensitas shalat berjamaah di masjid
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Dinamika Sosial 1. Dinamika Sosial
Dinamika sosial merupakan salah satu penelaahan sosiologi yang
membahas tentang perubahan-perubahan yang terjadi didalam
kehidupan sosial. Objek pembahasan dinamika sosial meliputi:1
a. Pengendalian sosial (social control), Pengendalian sosial
merupakan cara atau proses pengawasan baik yang direncanakan
maupun yang tidak direncanakan untuk mengaja, mendidik,
bahkan memaksa warga masyarakat agar para anggota masyarakat
mematuhi norma dan nilai yang berlaku. Dalam pengendalian
sosial, struktur sosial memiliki alat-alat penegendalian yang berupa
nilai-nilai dan norma yang dilengkapi dengan unsur
kelembagaannya.
b. Penyimpangan Sosial (role expectation), perilaku penyimpangan
adalah perilaku sejumlah besar orang yang dianggap tidak sesuai
dengan nirma dan nilai yang berlaku sehingga penyimpangan
tersebut menimbulkan reaksi-reaksi tertenti seperti celaan,
cemoohan, gunjingan masyarakat hinga menimbulkan hukuman.
c. Mobilitas Sosial (social mobility), mobilitas sosial merupakan
peristiwa sosial dimana individu atau kelompok bergerak atau
1 Elly M. Setiadi, Usman Kolip, “Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala
2
berpindah kelas sosial satu ke lapisan sosial lainnya baik
pergerakan itu mengarah pada gerak sosial dari lapisan sosial
bawah bergerak keatas atau sebaliknya, yaitu bergerak ke atas.
d. Perubahan Sosial (social change), perubahan sosial adalah
pergeseran nilai-nilai, norma-norma sosial, pola-pola perilaku
organisasi , susunan lembag kemasyarakatan, pelapisan sosial,
kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya.
Perubahan sosial disebut juga mengarah pada pergeseran yang
bersifat dari pola-pola kehidupan yang tradisional ke arah modern
tetapi ada juga yang justru bergeser dari pola-pola peradaban yang
maju ke pola-pola tradisional atau bahkan mengalami kehancuran.
Adapun bentu perubahan yang dapat dilihat dari mekanisme
perubahan itu sendiri, sebab ada perubahan sosial yang disengaja
atau dikehendaki atau direncanakan (planned change) dan ada juga
perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan atau
tidak di sengaja (unplaned change).
2. Statika Sosial
Dalam statika sosial masyarakat diatur oleh tata tertib dan
bahwasannya kedukan masyarakat tidaklah sama. Hal ini yang
menyangkut tentang statika adalah seperti norma kehidupan, dan
nilai-nilai yang sudah diterapkan oleh nenek moyang yang sudah tidak dapat
lagi dirubah: 2
2
3
a. Nilai Sosial, menurut Horton dan Hunt, nilai adalah gagasan
tentang apakah pengalaman itu berarti apa tidak. Nilai hakikatnya
mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang , tetapi ia tidak
menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu salah satu benar. Nilai
merupakan suatu yang penting dalam kebudayaan. Suatu tindakan
dianggap sah (secara moral dapat diterima) jika harmonis atau
selaras dengan nilai-nilai yang disepakati yang dijunjung oleh
masyarakat diman tindakan tersebut dilakukan.
b. Norma Sosial, lebih spesifik dari nilai-nilai adalah norma sosial
baik yang bersifat formal dan tertulis maupun informal yang tak
tertulis. Norma-norma ini akan menjabarkan nilai-nilai lebih
terperinci kedalam bentik tata aturan atau tata kelakuan yang secara
makro adalah konstitusi undang-undang, peraturan pemerintah,
konvensi, dan aturan tak tertulis lainnya.
Nilai sosial dan norma sosial merupakan sesuatu yang sering kali
disamakan, akan tetapi sebenarnya keduanya berbeda.
Perbedaannya terletak pada orientasi, bahwa nilai lebih merupakan
sikap dan perasaan yang diperlihatkan oleh perorangan maupun
kelompok masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk,
benar salah, suka tidak suka, dan sebagainya terhadap objek
tertentu baik secara material maupun secara immaterial.
4
Dari satu pihak secara keserba bersamaan (homologal), dan atas
dasar kebersamaan dengan da’i dan mad’u dalam sekarangnya,
permanensi yang berlaku bagi da’i dan mad’u, intinya menuntut
berlakun pula bagi segala pengada-pengada dakwah yang lainnya.
Mereka selalu berhadapan dengan sekaranagnya da’i dan mad’u, dalam
suatu ketetapan. Mereka masing-masing memiliki konsistensi pribadi,
dalam mempertahankan dirinya sendiri di hadapan sekarangnya da’i
dan mad’u. Mustahil bagi pesan dakwah, model dakwah, media
dakwah dan Allah menjadi akan menjadi lainnya , misalnya kemudian
berubah menjadi da’i atau mad’u , atau dari media dakwah berubah
tiba-tiba menjadi pesan dakwah, atau sebagainya. Mereka hanya dapat
menampung dirinya sendiri, dan melanjutkan dirinya sendiri dengan
tetap mempertahankan identitas-identitas diri di depan kininya da’i
mad’u.3
Pada intinya dinamika dakwah adalah seperti kegiatan-kegiatan
dakwah yang sedang berlangsung seperti ceramah, pengajian kitab,
ataupun kegiatan lainnya. Karena dalam kegiatan ini pasti memiliki
pergerakan baik dilihat dari segi waktu, jamaah, materi, dan lain
sebagainya:
a. Ceramah adalah pidato yang bertujuan memberikan nasehat
dan petunjuk-petunjuk sementara ada audiensi yang bertindah
sebagai pendengar. Ceramah dapat dilaksanakan kapan saja,
tidak ada rukun dan syaratnya, tidak ada mimbar tempat khusus
3 Masduqi Affandi, “Ontologi Dasar
-Dasar Filosofis Dakwah Sebagai Disiplin Ilmu”, (Surabaya:
5
pada pelaksaannya, waktu tidak dibatasi dan siapapun boleh
berdakwah, dapat dilakukan dengan cara kreatif dan inovatif
seperti (seminar, lokakarya, pelatihan, atau sarasehan). Dalam
ceramah juga terdapat istilah ceramah khusus, jadi ceramah
khusus itu sendiri berarti ceramah yang bertujuan untuk
memberikan nasehat-nasehat kepada mad’u atau khalayak
tertentu dan juga abersifat khusus baik itu materi maupun yang
lainnya. Sedangkan dalam ceramah khusus banyak
batasan-batasan yang dibuat mulai dari audiens yang sesuai dengan
yang diinginkan dan materi juga yng menyesuaikan dengan
keadaan. Contoh: Peringatan hari besar islam (PHBI) seperti
Isra’miraj, maulid Nabi Muhammad SAW, bulan puasa dan
lain sebaginya.
b. Pengajian dalam bahasa Arab disebut At-ta’llimu asal kata
ta’allama yata’allamu ta’liiman yang artinya belajar, pengertian
dari makna pengajian atau ta’liim mempunyai nilai ibadah
tersendiri, hadir dalam belajar ilmu agama bersama seorang
Aalim atau orang yang berilmu merupakan bentuk ibadah yang
wajib setiap muslim. Di dalam pengajian terdapat manfaat yang
begitu besar positifnya, didalam pengajian-pengajian manfaat
yang dapat diambinya menambah dari salah satu orang yang
biasa berbuat negatif dengan memanfaatkannya menjadi positif.
6
memanfatkan pengajian untuk merubah diri atau memperbaiki
diri dari perbuatan yang keji dan mungkar.
2. Statika Dakwah
Statika adalah ilmu yang mempelajari keseimbangan gaya dengan
gaya-gaya tersebut dalam keadaan diam, jadi bisa di bilang statika itu
kesetimbangan suatu struktur. Statika adalah salah satu cabang dari
mekanika teknik yang berhubungan dengan analisis gaya-gaya yang
bekerja pada sistem struktur yang dalam keadaan diam/statis dan
setimbang. Gaya-gaya yang dimaksud disini pada umumnya termasuk
gaya itu sendiri dan juga momen. Di dalam statika, sistem struktur
diidealisasikan/dianggap sangat kaku sehingga pengaruh dari lendutan
tidak diperhatikan, dan struktur itu sendiri adalah gabungan dari
komponen-komponen yang menahan gaya desak dan atau tarik,
mungkin juga momen untuk meneruskan beban-beban dengan aman
(seimbang).
Jika di aplikasiak ststika dakwah ini bisa juga disebut dengan
unsur-unsur dakwah seperti da’i, mad’u, pesan dakwah, metode
dakwah, dan media dakwah. Karena dalam unsur tersebut tidak akan
pernah berubah. Da’i selamaya akan menjadi da’i yang memberikan
nasihat-nasihat kepada mad’unya sebaliknya dengan mad’u selamanya
akan menjadi mad’u yang mendengarkan setiap nasihat dari da’i.
a. Da’i, berasal dari bahasa Arab sebagai isim fa’il dari kata da’a-yad’u -da’watan yang berarti seorang laki-laki sebagai subjek dakwah atau
7
digunakan istilah da’iyah.4 Da’i atau juru dakwah merupakan poros dari
suatu proses dakwah. Secara etimologi, da’i berarti penyampai, pengajar
dan peneguh ajaran ke dalam diri mad’u. Menurut Muhammad
Al-Ghozali juru dakwah adalah para penasehat, para pemimpin, dan para
pemberi peringatan yang memberi nasehat dengan baik, mangarang dan
berkhutbah.5
Dalam konteks komunikasi, da’i sama dengan komunikator. Maka
disebutlah dengan komunikator dakwah.6 “Komunikator dakwah diakui
sebagai orang yang shaleh. Perilaku dan sikapnya menjadi salah satu
sumber penilaian dan rujuan perilaku masyarakat. Secara umum da’i
seringkali disamakan dengan muballigh (orang yang menyampaikan
ajaran Islam). Namun sebenarnya sebutan tersebut memiliki konotasi
sempit yaitu hanya membatasi da’i sebagai orang yang menyampaikan
ajaran Islam secara lisan saja. Padahal kewajiban dakwah adalah milik
siapa saja yang mengaku sebagai ummat Rasulullah saw. Da’i juga harus
mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah,alam semesta, dan
kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi
terhadap problema yang dihadapi manusia, serta metode yang dihadirkan
menjadikan manusia secara perilaku dan pemikiran tidak melenceng.7
b. Mad’u, adalah sasaran dakwah atau peserta dakwah baik perseorangan
maupun kolektif. Adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau
manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai
kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau
4 Tata Sukayat,
Quantum Dakwah. (Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2009). Hal 25
5 M. Ridho Syabibi,
Metodologi Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2008). Hal 96
6 Moh. Ali Aziz,
Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009). Hal 216
7 Mustafa Malaikah,
8
dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Dakwah kepada manusia
yang belum beragama Islam adalah dengan maksud unutk mengajak
mereka kpada tauhid dan beriman kepada Allah, sedangkan dakwah
kepada manusia yang telah mendapat cahaya hidayah Islam adalah
untuk meningkatkan kualitas iman, Islam dan ihsan.8
c. Pesan dakwah, Yaitu ajaran Islam dengan berbagai dimensi dan substansinya, yang dapat dikutip, dan ditafsirkan dari sumbernya
(Al-Quran dan Hadits) atau dapat pula dikutip dari rumusan yang telah
disusun oleh para ulama atau da’i. Didalam dakwah pesan illahiyah dapat
disebut juga sebagai materi dakwah, yaitu pesan-pesan yang harus
disampaikan oleh subyek kepada obyek dakwah.Maddah dakwah adalah
pesan-pesan dakwah dalam Islam atau segala sesuatu yang harus
disampaikan subjek kepada objek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam
yang ada didalam Kitābullāh dan Sunnah Rasulullah.9
d. Metode dakwah, Metode adalah cara-cara yang digunakan oleh seorang
mubaligh (komunikator) untuk mencapai tujuan tertentu atas dasar
hikmah dan kasih sayang. Metode memiliki pengertian suatu cara yang
bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai
dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana, sistem, tata pikir manusia.
Sedangkan dalam metodologi pengajaran Islam metode diartikan
sebagai suatu cara yang sistematis dan umum terutama dalam
mencapai kebenaran ilmiah.10
8 Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi,
Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009). Hal 23
9 Hafi Anshari,
Pemahaman dan pengamalan dakwah (Pedoman Untuk Mujahid Dakwah),
(Surabaya: Al Ikhlas, 1993). Hal 145 10 Toto Tasmara,
9
e. Media dakwah, Yaitu sarana yang digunakan dalam berdakwah. Dapat
berupa sarana langsung tatap muka atau sarana bermedia apabila
dakwah dilakukan jarak jauh, seperti telepon, televisi, radio, surat
kabar, majalah, dan sebagainya. Wasilah atau media dakwah adalah
alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran
Islam) kepada penerima dakwah. Beberapa hal yang dapat digunakan
sebagai media dakwah dianataranya adalah lisan, tulisan, lukisan atau
gambar, audiovisual dan akhlak. Secara bahasa wasīlah merupakan
bahasa arab yang bisa berarti wushlah, al-ittishāl yaitu segala hal yang
dapat mengantarkan tercapainya kepada sesuatu yang di
maksud. sedangkan menurut ibnu mandzur al-wasīlah secara bahasa
merupakan bentuk jama’dari kata al-wasalu dan al-wasailu yang
berarti singgasana raja, derajat, atau dekat, sedangkan secara istilah
adalah segala sesuatu yang dapat mendekatkan kepada suatu lainnya.11
C. Masyarakat dalam Dinamika Dakwah
Masyarakat merupakan kelompok orang yang selalu mengalami
dinamika dalam kehidupan. Dinamika kehidupan yang bergulir di tengah
masyarakat sangat beragam, baik dinamika yang positif maupun negative.
bentuk dinamika kehidupan masyarakat tersebut dipengaruhi oleh berbagai
faktor, di antaranya faktor ekonomi, politik dan teknologi. Faktor ekonomi
bisa membuat gaya hidup masyarakat berbeda, ekonomi yang kuat
membuat sekelompok kalangan bersikap individualis yang berefek kepada
11 Muhammat Abdul Fatah Al-Bayanuni,
Al-Madkh Ila Ilmi Ad-Dakwah, (Bairut: Risalah
10
kecemburuan sosial bagi kelompok kalangan ekonomi lemah. bentuk
kecemburuan ini akhirnya menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit
masyarakat seperti perampokan, penganiayaan dan pembunuhan. Faktor
politik juga bisa mempengaruhi gejolak dalam dinamika kehidupan
masyarakat, kondisin politik yang tidak stabil bisa menimbulkan
pertengkaran dan pertikaian di tengahmasyarakat.
Kondisi masyarakat yang diserang berbagai penyakit masyarakat ini
telah berlangsung sejak zaman jahiliyah, keadaan inilah yang menjadi
alasan diutusnya nabi Muhammad SAW. sebagai penyempurna akhlak
umat dengan gerakan dakwahnya. Jadi, secara historis dakwah Islam
berangkat dari kondisi masyarakat yang mengalami ketimpangan dalam
prilaku bahkan merusak tatanan kehidupan dan hak asasi manusia.
Dilihat dari fungsi dakwah sebagai agen of change dalam kehidupan
sosial, dakwah mempunyai peran yang sangat penting dalam melakukan
perubahan dari penyimpangan nilai-nilai kemanusian dan norma agama
menuju perbaikan dan fitrah yang suci. Sebenarnya, apabila dikaji lebih
teliti sejarah perjuangan Rasulullah sebagai pembawa Risalah, hasil kajian
itu akan dapat memperlihatkan bahwa betapa dinamikanya dakwah dalam
menghadapi setiap persolan kehidupan.
Dinamika yang dimaksudkan di sini adalah bahwa dakwah itu tidak
bersifat kaku, tetapi mengalami perkembangan sesuai dengan dinamika
yang ada dalam masyarakat. Manusia dengan keragaman jenis, warna,
zaman dan kekuatan serta kelemahan mereka, semuanya sangat
11
yang dapat mengatur kehidupan mereka. kenyataan bahwa fitrah manusia
terkadang menyimpang dari manhaj yang lurus karena faktor-faktor
tertentu yang menyebabkan Allah untuk memerintahkan dakwah agar
mengembalikan manusia kepada fitrah yang suci.
D. Kajian Teoritik
Teori fungsionalisme struktural adalah suatu bangunan teori yang
paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial pada abad sekarang.
Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August
Comte, Émile Durkheim dan Herbet Spencer. Pemikiran structural
fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari
organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut
merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat
bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan
structural fungsional ini juga bertujuan untuk mencapai keteraturan
sosial. Teori struktural fungsional ini awalnya berangkat dari
pemikiran Emile Durkheim, di mana pemikiran Durkheim ini
dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte dengan
pemikirannya mengenai analogi organismik kemudian dikembangkan
lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari
kesamaan antara masyarakat dengan organisme, hingga akhirnya
berkembang menjadi apa yang disebut dengan requisite functionalism,
di mana ini menjadi panduan bagi analisis substantif Spencer dan
12
Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut. Durkheim
mengungkapkan bahwa masyarakat adalah sebuah kesatuan di mana di
dalamnya terdapat bagian – bagian yang dibedakan. Bagian-bagian
dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing – masing yang
membuat sistem menjadi seimbang. Bagian tersebut saling
interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika ada yang
tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. Pemikiran
inilah yang menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan
Merton mengenai struktural fungsional. Selain itu, antropologis
fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu
membentuk berbagai perspektif fungsional modern.
Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga
dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber. Secara umum, dua aspek dari
studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat adalah:
- Visi substantif mengenai tindakan sosial dan
- Strateginya dalam menganalisis struktur sosial.
Pemikiran Weber mengenai tindakan sosial ini berguna dalam
perkembangan pemikiran Parsons dalam menjelaskan mengenai
tindakan aktor dalam menginterpretasikan keadaan.12
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
1. Penelitian kualitatif oleh M.Muhadi dengan judul “Masjid Sebagai
Pusat Dakwah (Studi Tentang Aktifitas Dakwah Di Masjid Agung
13
Jawa Tengah)”. Dalam penelitian ini, M. Muhadi meneliti tentang
aktifitas dakwah yang dilkakukan di masjid Agung Jawa Tengah.
Selain itu, penulis juga memaparkan tentang faktor pendukung dan
faktor penghambat kegiatan dakwah di masjid Aguang Jawa Tengah,
yang dapat menjadi salah sati pembeda dengan penelitian yang akan
dilakukan. Salah satu faktor pengukung dari kegitan dakwah di masjid
Agung Jawa Tengah ini yang sekaligus menjadi daya tarik dari masjid
ini adalah terdapat Menara Al-Husna yang tingginya 99 meter. Bagian
dasar dari menara ini terdapat Studio Radio Dais (Dakwah Islam).
Sedangkan di lantai 2 dan lantai 3 digunakan sebagai Museum
Kebudayaan Islam, dan di lantai 18 terdapat Kafe Muslim yang dapat
berputar 360 derajat. Lantai 19 untuk menara pandang, dilengkapi 5
teropong yang bisa melihat kota Semarang. Pada awal Ramadhan 1427
H lalu, teropong di masjid ini untuk pertama kalinya digunakan untuk
melihat Rukyatul Hilal oleh Tim Rukyah Jawa Tengah dengan
menggunakan teropong canggih dari Boscha.13
2. Penelitian oleh Budianor dengan judul “Masjid Sebagai Pusat Dakwah
Islam (Studi Tentang Aktifitas Dakwah Di Masjid Raya Drussalam
Palangka Raya”. Dalam penelitian Budianor ini juga membahas
berbagai macam kegiatan dakwah yang dibagi menjadi bebebrapa
kegiatann dakwah yaitu kegiatan dalam bentuk ibadah, majelis taklim,
Sosial keagamaan dan pedidikan. Budianor juga membahas terntang
faktor pendukung dalam kegiatan dakwah yang dilakukan di masjid
14
Raya Darussalam Palangka Raya yakni pendanaan yang didukung
penuh oleh masyarakat dan pemerintah privinsi Kalimantan Tengah,
Pengurus Badan Pengelola Masjid Raya Darussalam Palangka Raya
yang terdiri dari kalangan para tokoh dan para ulama dan masjid
berada di komplek Islamic Center serta di lingkungan kampus IAIN
Palangka Raya. Serta faktor penghambatnya adalah kurangnya
antusuai jamaah untuk megikuti kegiatan dakwah yang dilaksanakan
pada masjid raya darussalam palangka raya.14
3. Penelitian oleh Muhammad Azka Amrullah dengan judul
“Mamajemen Aktifitas Masjid: Kajian Menejemen Kegitan Dakwah
Dan Sosial Keagamaan Di Masjid Baiturrahman Mersi”. Dalam
penelitian ini lebih mengarah bagaiman mengelola dan memenajemeni
kegiatan dakwah yang ada di masjid baiturrahman mersi. Dalam proses
manajemn aktifitas kegiatan sosial keagamaannya di masjid
Baiturrahman Mersi, mengaplikasikan 4 fungsi utama manajemen
yaitu perencanaan (palning), pengorganisasian (organizing),
pengarahan (actuating) dan pengawasan (controlling). 15
Nama Judul penelitian Perbedaan Persamaan
14 Budianor, “Masjid Sebagai Pusat Dakwah
Islam (Studi Tentang Aktifitas Dakwah Di Masjid
15
M. Muhadi Masjid Sebagai Pusat Dakwah (Studi Tentang Aktifitas Dakwah Di Masjid Agung Jawa Tengah. Semarang, Universitas Islam Negeri Walisongo 2015 Dalam penelitian ini M. Muhadi menambahkan faktor pendukung dan faktor pembangun di majid Agung Jawa Tengah, sedangkan penelitian saya tidak. Persamaannya adalah terletak pada pembahasan kegiatan dakwah yang dilakukan di masjid.
Budianor Masjid Sebagai Pusat Dakwah Islam (Studi Tetntang
Aktifitas Dakwah
Dimasjid Raya Darussalam Palngka Raya
Palangka Raya, Institut Islam Negeri Palangka Raya 2016
Seperti dalam penelitihan M. Muhadi dalam penelitian
Budianor ini juga membahas tentang faktor pendukung dalam kegiatan
dakwah di
masjid.
Jika dilihat dari segi persamaan, dalam
peneliyian ini sama-sam membahas tentang kegiatan dakwah di masjid yang meiliputi aspek sosial, pendidikan dan tentunya dakwah. Muhammad Azka Amrullah Manajemen Aktifitas
Masjid: Kajian Manajemen Kegiatan
Dakwah Dan Sosial
Keagamaan Di Masjid Baiturrahman Mersi. Purwokerto, Institut Agama Islam Negeri Purwokwrto 2015 Dalam penelitian Muhammad Azka Amrullah
ini lebih
membahas masjid dari sisi manajemennnya.
Dibandingkan dari
perbedaannya, jika dilihat dari segi persamaan penelitian ini juga
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan peneliti adalah metode
penelitian kualitatif, yang didalamnya dapat menghasilkan analisis data
dikriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang
didengar.
Ada tiga pertimbangan mengapa peneliti menggunakan metode
tersebut pertama, menyesuaikan metode penelitian kualitatif lebih mudah
apabila berhadapan dengan menyesuaikan metode jika dihadapkan dengan
pernyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat
hubungan antara peneliti dengan yang diteliti. Ketiga, metode ini lebih
peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh
bersama dan terdapat pola-pola nilai yang dihadapi.1
Selain itu, penelitian kualitatif ini bersifat dikrptif. Penelitian
kualitatif akan melakukan penggambaran secara mendalam tentang situasi
atau proses yang diteliti. Karena sifatnya ini, penelitian kualitatif tidak
berusaha untuk menguji hipotesis. Meskipun demikian, bukan berarti
penelitian ini tidak memiliki asumsi awal yang menjadi permasalahan
penelitian. Penelitian kualitatif tidak bermula dari keinginan untuk
menguji masalah yang terlebih dahulu dihipotesiskan. Tidak ada hipotesis
1 Laxy J Moleong,
Metodeologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),
2
yang diajukan para peneliti kualitatif sehingga tidak ada upaya untuk
menguji hipotesis.2
Sajian data penelitian ini akan lebih bersifat penggambaran untuk
menjawab rumusan masalah yang sudah ada seperti Bagaimanakah
perkembangangan kegiatan dakwah di masjid Al-Hidayah, Apasaja
kegiatan dakwah yang dilakukan di masjid Al-hidayah dan Bagaimana
implikasi dinamika kegiatan dakwah pada solat berjamaah masyarakat
Siwalankerto.
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti bertindak sebagai
instrument sekaligus pengumpul data. Kehadiran peneliti mutlak
diperlukan, karena disamping itu kehadiran peneliti juga sebagai
pengumpul data. Sebagaimana salah satu ciri penelitian kualitatif dalam
pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti. Sedangkan kehadiran
peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat partisipan atau
berperanserta, artinya dalam proses pengumpulan data peneliti
mengadakan pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin sampai
pada yang sekecil-kecilnya sekalipun.3
Dalam setiap kegiatan dakwah di masjid pasti memiliki banyak
perbedaan. Dalam hal ini peneliti akan terjun langsung ke lapangan agar
mendapatkan data yang akurat. Tetapi, peneliti tidak sepenuhnya terjun
2 Muhamad Idrus,
Metode Penelitain Ilmu Social, (Yogyakarta: Erlangga, 2009) Hlm 24 3
3
langsung mengikuti kegitan dakwah yang ada di masjid Al-Hidayah
Siwalankerto.
C. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di sekitar wilayah masjid Al-Hidayah
siwalankerto yakni di RT 05 RW 01 serta beberapa rumah warga untuk
melakukan wawancara yang mendalam sehubungan dengan implikasi
kegiatan dakwah masjid Al-Hidayah.
D. Sumber Data
Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam penelitian.
Kesalah dalam menggunakan atau memehami sumber data, maka yang
diperoleh juga akan meleset dari yang diharapkan. Oleh karena itu, peneliti
harus mampu memahami sumber data mana yang mesti digunakan dalam
penelitiannya itu.4
Sumber data merupakan segala sesuatu yang dapat memberikan
informasi mengenai data. Menurut sumbernya dapat dibagi menjadi dua:
a. Data primer yakni data yang dibuat peneliti dengan maksud
untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya.
Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber
pertama atau objek penelitian. Dalam penelitian ini data primer
akan didapatkan dari wawancara langsung dengan ta’mir
masjid Al-Hidayah serta warga sekitar yang tinggal di sekitar
masjid Al-Hidayah.
4 Burhan Bungin,
Metodologi Penelitian Social Format-Format Kuantitatif Dan Kualitatif,
4
b. Data skunderyaitu data yang telah dikumpulkan dalam maksud
selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini
dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang dapat
menjadi informai data skunder adalah dokumen-dokumen
resmi, jadwal kegiatan masjid, struktur organisasi, dokumentasi
kegiatan masjid dan data pendukung lainnya.5
E. Pengumpulan Data
Pada setiap pembicaraan mengenai metodologi penelitian
persoalan metode pengumpulan data menjadi amat penting. Metode
pengumpulan data adalah bagian instrument pengumpulan data yang
menentukan berhasil atau tidak suatu penelitian. Kesalahan penggunaan
metode pengumpulan data atau metode pengumpulan data tidak digunakan
semestinya, berakibat fatal terhadap hasil-hasil penelitian yang dilakukan.6
Pada penelitian ini akan menggunakan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian
manusia dengan menggunakan pencaindera mata sebagai alat bantu
utamanya selain panca indera lainnya seperti telinga, penciuman,
mulut, dan kulit. Oleh karena itu, observasi adalah kemampuan
seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja
5
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&G, (Bandung: Alfabeta, 2009) Hlm.
137
6 Burhan Bungin,
Metodologi Social Ekonomi Format-Format Kuantitatif Dsn Kualitatif Untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Public, Komunikasi, Manajemen, Dan Pemasaran, (Jakarta: Kencana,
5
baik panca indera mata serta dibantu dengan panca indera lainnya.
Didalam pembahasan ini kata observasi dan pengamatan digunakan
secara bergantian. Seseorang yang sedang melakukan pengamatan,
tidak selamanya menggunakan panca indera mata saja, tetapi selalu
mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh
panca indera lainnya; seperti apa yang ia dengar, apa yang ia cicipi,
apa yang ia rasakan dari penciumannya bahkan dari apa yang ia
rasakan dari sentuhn-sentuhan kulitnya.
Dari pemahaman observasi atau pengamatan di atas,
sesungguhnya yang dimaksud oleh metode observasi adalah
metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun
data penelitian, data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti.
Dalam arti data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti
melalui penggunaaan pana indera.7 Dalam hal ini peneliti akan
lebih sering melakukan pengamatan saat solat berjamaah, majelis
ta’lim dan TPQ yang sedang berlangsung di majid Al-Hidayah
Siwalankerto.
b. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara denga responden atau orang
diwawancarai, denagan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara. Inti dan metode wawancara ini di setiap penggunaan
7Burhan Bungin,
Metodologi Penelitian Social Format-Format Kuantitatif Dan Kualitatif,
6
metode ini selalu mencul beberapa hal, yaitu pewawancara,
responden, materi wawancara dan pedoman wawancara (yang
terakhir ini tidak mesti harus ada).8 Disini peneliti akan melakukan
wawancara kepada pengurus inti masjid Al-Hidayah seperti ketua
takmir yakni pak Abdul Malik, sekretaris takmir yaitu pak Subiono
dan bendahara masjid Al-Hidayah pak Rajiman. Selan itu peneliti
akan melakukan wawancara kepada ustadz atau pengisi majelis
ta’lim dan pegurus TPQ Al-Hidayah.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian
sosial. Pada intinya metode dokumentasi adalah metode yang
digunakan untuk menelusuri data historis. Dengan demikian, pada
penelitian sejarah, maka bahan dokumenter memegang peran yang
sangat penting.
Walau metode ini terbanyak digunakan pada ilmu
penelitian sejarah namun kemudian ilmu-ilmu social lain secara
serius menggunakan metode dokumentasi sebagai metode
pengumpulan data. Oleh karena sebanarnya sejumlah besar fakta
dan data social tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Dalam penelitian ini dokumentasi akan didapat dari
foto-foto kegiatan di masjid Al-Hidayah selain itu akan mengcopy
beberapa foto lain kerena ada beberapa kegiatan yang sebelumnya
8 Burhan Bungin,
Metodologi Social Ekonomi Format-Format Kuantitatif Dsn Kualitatif Untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Public, Komunikasi, Manajemen, Dan Pemasaran, (Jakarta: Kencana,
7
peneliti belum sempat untuk ikut mengobservasi seperti kegiatan
yang bersifat peringatan hari besar Islam di masjid Al-Hidayah.
F. Analisis Data
Analisis data dari hasil pengumpulan data, merupakan tahapan
yang penting dalam penyelesaian seuatu kegiatan ilmiah. Data yang telah
terkumpul tanpa dianalisis menjadi tidak bermakna, tidak berarti, menjadi
data yang matidan tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis data ini untuk
memberi arti, makna, dan nilai yang terkandung dalam data.
Suatu penelitian yang efektif dan efisien, bila semua data yang
dapat dikumpulkan dapat dianalasis dengan teknik analisis tertentu. Itulah
kiranya, pada saat merancang penelitian, sudah harus dipikrkan data yang
dikumpulkan dengan teknik analisis data yang digunakan. Dalam
penelitian ini peneliti akan menggukan analisis domain sebagai teknik
analisis data.9
Mendekati suatu masalah secara langsung, dirasakan sulit apabila
tanpa mengenal masalah tersebut secara umum. Analisis domain mampu
mengatasi kesulitan ini. Teknik analisis domain digunakan umtuk
menganalisis gambaran-gambaran objek penelitian secara umum atau
ditingkat permukaan, namun relatif utuh tentang objek penelitian tersebut.
Teknik analisis domain ini amat terkenal sebagai teknik yang dipakai
dalam penelitian yang bertujuan eksplorasi. Artinya, analisis hasil
penelitian ini hanya ditargetkan untuk memperoleh gambaran seutuhnya
9 Moh Kasiram,
8
dari objek yanng diteliti, tanpa harus diperincikan secara detai unsur-unsur
yang ada dalam keutuhan objek penelitian tersebut.10
Dalam hubungan bagaimana peneliti menggunakan teknik analisis
domain, maka Spradley membuat enam langkah yang saling berhubungan,
sebagai berikut:
1. Memiliki pola hubungan semantik tertentu atas dasar informasi
atau fakta yang tersedia dalam catatan harian peneliti di
lapangan.
2. Menyiapkan kerja analisi domain.
3. Memilih kesamaan-kesamaan data dari catatan harian peneliti
di lapangan.
4. Mencari konsep-konsep induk dan katagori-katagori simboli
dari domain tertentu yang sesuai dengan suatu pola hubungan
semantik.
5. Menyusun pertanyaan-pertanyaan struktural untuk
masing-masing domain
6. Membuat daftar keseluruhan domain dari seluruh data yang
ada.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Uji keabsahan data dapat dilakukan dengan triangulasi pendekatan
dengan kemungkinan melakukan trobosan metodelogis terhadap
masalah-masalah tertentu yang kemungkinan dapat dilakukan seperti apa yang
dikemukakan oleh Burges dengan “strategi penelitian ganda” atau seperti
9
yang dikataka oleh Denzin dengan “trangulasi”. Istilah penggabungan
metode ini dikenal akrab dikalangan pemula dengan istilah “meta-metode”
atau “mix-method”, yaitu metode campuran, dimana metode kualntitatif
dan metode kualitatif digunakan bersama-sama dalam sebuah penelitian.11
H. Tahap Penelitian
Langkah-langkah penelitian yang terdahulu dapat digolongkan
kedalam tiga tahap penelitian. Krtiga tahap tersebut adalah tahap:
perencanaan (persiapan), pelaksanaan, dan penulisan laporan penelitian.
1. Tahap perencanaan (persiapan) langkah-langkah penelitian yang
termasuk dalam tahap perencanaan ini adalah:
a. Penentuan atau pemilihan masalah
b. Latar belakan masalah
c. Perumusan atau identifikasi masalah
d. Telaah kepustakaan
e. Tujuan dan kegunaan penelitian
f. Perumusan hipotesis serta metode penelitian
g. Penyusunan administrasif penelitian
Kesemua langkah tersebut kemudian dituliskan kedalam sutu rancngan
penelitian. Jadi, pada dasarnya hasil dari tahap perencanaan ini adalah
rancangan penelitian yang sistematika penulisannya mencangkup langkah
di atas.
11 Burhan Bungin, “
Metodologi Social Ekonomi Format-Format Kuantitatif Dsn Kualitatif Untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Public, Komunikasi, Manajemen, Dan Pemasaran”, (Jakarta: Kencana,
10
Pada tahap perencanaan ini, sikap mental yang harus dimiliki adalah
aktif, kritis, dan skeptik. Aktif dalam mencari data, kritis dalam
menimbang dan membandingkan data dengan masalah, serta skiptis karena
masih ada hal yang diragukan.
2. Tahap pelaksanaan, dalam tahap ini ada empat langkah yang harus
dilakukan yakni:
a. Pengumpulan data
b. Pengelolahan data
c. Analisis data, dan
d. Penafsiran hasil analisis
3. Tahap penulisan laporan penelitian, dalam tahap ini merupakan
tahap terakhir dan penting dalam proses pelaksanaan penelitian.
Oleh karena itu, penulisannya harus memperhaikan beberapa hal
seprti: pembaca, bentuk dan isi, serta cara penyusunan laporan. 12
12 Herman Wasito,
Pengantar Metodologi Penelitia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995)
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Setelah peneliti mengadakan observasi dan dan wawancara, maka dalam bab ini
akan dipaparkan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan di masjid Al-Hidayah
Siwalankerto Surabaya beserta analisisnya.
A. Setting Penelitian 1. Letak Geografis
Masjid Al-Hidayah ini terletak di Siwalankerto III no 17 Surabaya
Jawa Timur. Luas tanahnya 783m. Masjid Al-Hidayah ini termasuk
golongan masjid jami’ yang dimana masjid ini sudah menjadi pusat
keagamaan di Siwalankerto. Masjid ini mengalamai beberapa pemugaran.
Tetapi, pada kepengurusan 2015-2018 ini tidak melakukan renvasi. Hanya
mempercantik bagian-bagian yang sebelumnya belum tersentuh seperti
tempat imam dan karpet untuk jamaah agar lebih nyaman.
Masjid ini memiliki dua lantai, lantai pertama biasanya digunakan
sebagai kegitan dakwah sehari-hari dan di ruang utama digunakan untuk
pada jamaah laki-laki shalat lima waktu. Sedangkan untuk perempuan
terletak di serambi sebelah kanan ruang utama. Dilantai ke dua juga
digukanan untuk shalat seperti pada hari raya Idul Fitri, Idul Adha dan
shalat jum’at. Di lantai dua juga ada kantor kecil tempet menyimpan
42
Masjid Al-hidayah ini dapat menampung kurang lebih 800 jamaah
laki-laki dan perempuan. Masjid Al-Hidayah juga bersandingan dengan
Sekolah Dasat Islam Kyai Ibrahim. Biasanya murid serta guru SDI Kyai
Ibrahim ini melakukan shalat Dzuhur berjamaah di masjid Al-Hidayah.
2. Sejarah Berdirinya Masjid Al-Hidayah
Pada zaman dahulu, wilayah Siwalankerto terkenal dengan
daerah-daerah yang kurang dalam artian kurang dalam segi aqidah dan akhlak.
Setiap malamnya di pinggir-pingir jalan sekitar Siwalankerto dijadikan
sebagai pangkalan wanita-wanita pekerja seks komersial. Lalu kemudian
datanglah seorang yang membawa perubahan dan pencerahan bagi
masyarakat Siwalankerto. Beliau merupakan pendakwah yang pertama
membawa masuk ke daerah Siwalankerto beliau adalah Kyai Ibrahim.
Awal mula berdirinya masjid Al-Hidayah tidak lepas dari campur
tangan dari Kyai Ibrahim, seorang pendakwah yang datang untuk
memperbaiki keadaan di Siwalankerto pada saat itu. Dahulu lahan yang
digunakan untuk masjid Al-Hidayah tersebut adalah tempat bagi para
pejuang pada saat zaman penjajahan Belanda.
Saat itu masjid Al-Hidayah bukanlah bangunan besar. Melainkan
hanya sebuah langgar yang jarang terpakai, dan disitulah kyai Ibrahim
melakukan dakwahnya. Hingga pada akhirnya dakwah dari kyai Ibrahim
ini berhasil dan beliau wafat sekitar tahun 70-an. Masjid Al-Hidayah itu
<