• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELESAIAN HAK TAGIH BIAYA PERBAIKAN KAPAL MV. EIYOSHI BERDASARKAN PERJANJIAN TIDAK TERTULIS ANTARA PT. UNION YARD DAN PT. BERLIAN SAMUDERA SENTOSA | Nurhayati | LEX CERTA 618 2039 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENYELESAIAN HAK TAGIH BIAYA PERBAIKAN KAPAL MV. EIYOSHI BERDASARKAN PERJANJIAN TIDAK TERTULIS ANTARA PT. UNION YARD DAN PT. BERLIAN SAMUDERA SENTOSA | Nurhayati | LEX CERTA 618 2039 1 SM"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELESAIAN HAK TAGIH BIAYA PERBAIKAN KAPAL MV. EIYOSHI BERDASARKAN PERJANJIAN TIDAK TERTULIS ANTARA

PT. UNION YARD DAN PT. BERLIAN SAMUDERA SENTOSA Nurhayati1

Ikhwan Fahrojih2

ABSTRACT

This study is intended to outline: (1) Why the claim right of PT. Union Yard on Repairing Costs of Eiyoshi Motor Vessel (MV) based on unwritten agreements cannot be implemented?, (2) What legal action can be done by PT. Union Yard on the uncollectible claim right of Eiyoshi Motor Vessel? This study uses normative-legal research through legislation approach and case approach using secondary data consisting of primary legal materials, secondary legal material and tertiary legal materials. The results indicate that (1) the claim right of PT. Union Yard cannot be implemented because to the ship repair is based on unwritten agreement and the domicile of shipping companies / Agent of Eiyoshi Motor Vessel is no longer known to exist and (2) PT. Union Yard may take legal actions through the Civil Court and file for sequestration of 1 (unit) EIYOSH MOTOR VESSEL (MV).

Keywords: Shipyard, unwritten agreement, Default.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini menguraikan pertama: Mengapa Hak Tagih PT. Union Yard atas Biaya Perbaikan Kapal MV. Eiyoshi berdasarkan perjanjian tidak tertulis tidak dapat dilaksanakan? Kedua: Upaya hukum Apakah yang dapat dilakukan oleh PT. Union Yard dengan tidak tertagihnya biaya perbaikan kapal MV. Eiyoshi? Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis normatif melalui pendekatan undang-undang dan pendekatan kasus dengan menggunakan data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Hasil penelitian sebagai berikut, Pertama: Hak Tagih PT. Union Yard tidak dapat dilaksanakan dikarenakan Perjanjian perbaikan kapal berdasarkan perjanjian tidak tertulis dan domisili perusahaan pelayaran/agen kapal MV. Eiyoshi tidak diketahui lagi keberadaannya. Kedua : PT. Union Yard dapat melakukan upaya hukum melalui Pengadilan Perdata dan mengajukan sita jaminan atas 1 (unit) kapal MV. EIYOSHI..

Kata Kunci: Galangan Kapal, Perjanjian tidak tertulis, Wanprestasi.

1Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas 17

Agustus 1945 Jakarta.

(2)

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan kemajuan

ekonomi dan transaksi bisnis di In-donesia yang sangat pesat telah me-ngakibatkan transportasi menjadi hal yang teramat penting nilainya. “tanpa batas” mungkin hal itulah yang se -karang melekat pada transaksi bisnis, dimana berbagai pihak dengan ber-bagai macam cara mencoba untuk menghubungkan dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mencapai tu-juan bisnis mereka.

Dalam mencapai eksistensi

dunia yang “tanpa batasan” tersebut,

transportasi sebagai penghubung adalah hal yang teramat krusial ni-lainya bagi suatu transaksi bisnis. Transportasi tidak dapat berdiri sen-diri, karena harus didukung faktor-faktor lainnya seperti regulasi. Salah satu jenis transportasi yang meme-gang peranan krusial adalah trans-portasi laut, secara khusus yaitu per-kapalan.

Selayaknya alat transportasi lainnya, kapal tentulah membutuh-kan perawatan dan perbaimembutuh-kan secara berkala maupun apabila kapal me-ngalami kerusakan. Untuk mendapat-kan jasa perawatan dan perbaimendapat-kan yang baik, perusahaan pemilik kapal sering membangun hubungan sim-biosis mutualisme dengan perusa-haan galangan kapal. Hubungan yang mana perusahaan kapal dengan rutin menggunakan jasa perusahaan gala-ngan kapal dan perusahaan galagala-ngan kapalpun mendapatkan keuntungan.

Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Ting-gi, Kementerian Perindustrian, Budhi

Dharmadi, mengatakan, ada sekitar 200 perusahaan industri perkapalan/ galangan kapal di Indonesia se-karang ini yang mampu memproduk-si kapal baru ataupun memperbaiki kapal. Industri perkapalan masuk dalam kategori industri strategis dan berprospek cerah di masa depan.1

Sebagai gambaran, Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 menginstruksikan penerapan asas

cabotage secara konsekuen untuk

mengoptimalkan pemberdayaan in-dustri pelayaran nasional. Sektor pe-rindustrian diinstruksikan mendo-rong tumbuh berkembangnya indus-tri perkapalan, termasuk industri perkapalan rakyat, baik usaha besar, menengah, kecil, maupun koperasi.

Pembangunan, pemeliharaan, dan reparasi kapal yang biaya pe-ngadaannya dibebankan kepada APBN/APBD wajib dilaksanakan pada industri perkapalan nasional, dengan tetap memperhatikan keten-tuan peraturan perundangan menge-nai pengadaan barang/jasa pemerin-tah.2

Kapal sebagai alat transporta-si suatu waktu akan mengalami keru-sakan baik itu kondisi konstruksi maupun yang terdapat dikapal terse-but sebagai akibat dari pengoperasi-an maupun pengaruh lain seperti lingkungan ataupun kecelakaan. Un-tuk dapat menjaga operasional kapal tetap optimal serta kondisi konstruksi maupun peralatan yang terdapat

da-1

Industri Galangan Kapal Tumbuh”,

Sumber:http://www.kemenperin.go.id/artikel /4614/Industri-Galangan-Kapal-Tumbuh, diakses pada tanggal 9 Oktober 2014.

(3)

lam kapal tetap baik serta sesuai de-ngan persyaratan yang telah ditetap-kan oleh class atau biro klasifikasi yang digunakan, maka perlu dilaku-kan reparasi serta perawatan dan pe-meliharaan secara berkala. Peran ga-langan kapal untuk melakukan hal-hal tersebut sangatlah besar, terutama galangan kapal yang bergerak dibi-dang reparasi, dalam hal pekerjaan reparasi, perawatan dan pemelihara-an kapal, frekuensi pekerjapemelihara-an ini le-bih tinggi dibandingkan pembangu-nan kapal baru.

Berdasarkan hal tersebut, ma-ka semakin banyak perusahaan pela-yaran dan perkapalan yang membu-tuhkan galangan untuk melakukan perawatan maupun reparasi kapal. Hal ini akan membuat persaingan an-tar galangan kapal, khususnya yang melayani jasa perawatan dan reparasi kapal akan semakin ketat, dimana pemilik kapal tentunya akan memilih galangan-galangan yang dapat mem-berikan proses reparasi kapal yang baik, seperti: kecepatan dan ketepa-tan waktu pengerjaan reparasi kapal, kualitas dari reparasi, serta biaya dari reparasi tersebut.3

Bagaikan dua sisi mata uang, perusahaan galangan kapal memberi-kan begitu banyak keuntungan bagi perusahaan pemilik kapal, namun ti-dak dapat dipungkiri bahwa pada sa-at ini masih banyak terjadi masalah

3 Abdul Rahman dan Heri Supomo,

Analisa Kepuasan Pelanggan Pada Pekerjaan Reparasi Kapal Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD), Jurnal TEKNIS ITS, Vol. 1, No. 1, September 2012, hlm. 1.

dalam hal jasa perbaikan dan pera-watan kapal.

Hubungan hukum tersebut tentunya termuat ke dalam bentuk perjanjian, baik yang bersifat klausu-la baku ataupun dengan tehnik peran-cangan kontrak tersendiri karena adanya permintaan yang bersifat khusus. Di dalam setiap hubungan hukum yang termuat di dalam suatu perjanjian, selalu dimungkinkan munculnya suatu sengketa, baik ka-rena adanya perbedaan penafsiran dari isi perjanjian maupun karena adanya pelanggaran dalam pelaksa-naan perjanjian.

Di dalam penulisan ini, Penu-lis mencoba untuk memulai dengan memunculkan suatu sengketa yang terjadi pada tahun 2006 antara PT. Union Yard sebuah perseroan terba-tas yang didirikan berdasarkan hu-kum Indonesia, dan merupakan peru-sahaan galangan kapal yang membe-rikan jasa pelayanan reparasi kapal, dengan PT. Berlian Samudera Sen-tosa sebuah perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indo-nesia, dan merupakan perusahaan pe-layaran kapal yang mengagenkan ka-pal berbendera asing bernama MV. EIYOSHI yang mengajukan permo-honan tempat untuk perbaikan kapal tersebut, diproyeksikan selama 1 (Sa-tu) bulan pada galangan kapal milik PT. Union Yard selama 1 (satu) bu-lan, berdasarkan perjanjian yang di-buat dan dilaksanakan secara lisan.

(4)

di-sertakan tanda tangan para saksi. Hal ini perlu sebagai salah satu alat bukti terjadinya perikatan dan sekaligus mengikat kedua belah pihak untuk melaksanakan isi perjanjian.

Dalam hukum perdata Indo-nesia, perjanjian sudah dapat diang-gap mengikat ketika tercapai kata se-pakat, dan kesepakatan yang dicapai dalam bentuk lisan cukup untuk me-ngikat para pihak. Karena, dalam KUHPerdata tidak dinyatakan secara eksplisit bentuk dari kesepakatan ter-sebut, apakah harus dalam bentuk tertulis atau cukup lisan. Memang benar adanya ada beberapa perjan-jian yang diharuskan Undang-undang bahwa kesepakatan harus dalam ben-tuk tertulis seperti perjanjian perda-maian, namun pada umumnya per-janjian dengan lisan pun sudah cukup dan mengikat, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Subekti, yang menyatakan sebagai berikut:

“Adakalanya Undang-undang menetapkan, bahwa untuk sah-nya suatu perjanjian diharus-kan perjanjian itu diadadiharus-kan

se-cara tertulis (perjanjian “per

-damaian”) atau dengan akta

notaris (perjanjian penghiba-han barang tetap), tetapi hal yang demikian itu merupakan suatu kekecualian. Yang lazim perjanjian itu sudah sah dalam arti sudah mengikat, apabila sudah tercapai kesepakatan mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian itu.”

Berdasarkan uraian diatas je-las bahwa perikatan yang terjadi an-tara PT. Union Yard dan PT. Berlian Samudera Sentosa pada Agustus

2006 sudah sah dan mengikat, dan oleh karena itu sudah sepatutnya dan selayaknya PT. Union Yard dan PT. Berlian Samudera Sentosa sebagai pihak dalam perjanjian tersebut menghormati dan melaksanakan isi dari perjanjian itu seperti Undang-undang, hal ini sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1338 KUH Perdata, yang menyatakan sebagai berikut:

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”

Kesepakatan bukanlah syarat utama sahnya suatu perjanjian, pada hakekatnya syarat sah suatu perjan-jian diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, dimana untuk dinyatakan sah perjanjian itu harus memenuhi semua unsur dalam pasal tersebut yaitu sepakat, cakap, mengenai hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Seperti yang ditentukan dalam pasal 1320 KUHPerdata bahwa untuk sah-nya suatu perjanjian diperlukan em-pat syarat:

1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya;

2. Cakap untuk membuat perjanjian;

3. Mengenai suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal.

(5)

te-lah selesai dan menagih pembayaran. Namun, PT. Berlian Samudera Sentosa sebagai agen tidak pernah memberikan balasan atas tagihan dan peringatan yang telah diberikan oleh PT. Union Yard. Lambat laun diketa-hui bahwa PT. Berlian Samudra Santosa, sudah tidak berdomisili di tempat kedudukan mereka pada saat mereka menitipkan kapal. Berdasar-kan hal tersebut dapat dianggap me-rugikan pemilik galangan kapal. Ka-rena PT. Union Yard masih harus mengeluarkan biaya perawatan untuk kapal tersebut yang membesar dari hari ke hari.

Dalam hukum perdata peru-sahaan galangan kapal mempunyai hak untuk mendapatkan, biaya, rugi dan/atau bunga atas biaya yang terus dikeluarkan untuk merawat kapal ter-sebut, seperti yang diatur dalam Pasal 1246 KUHPerdata, yang me-nyatakan sebagai berikut:

“Biaya, rugi dan bunga yang oleh si berpiutang bo-leh dituntut akan pengganti-annya, terdirilah pada u-mumnya atas rugi yang te-lah dideritanya dan untung yang sedianya harus dapat dinikmatinya, dengan tak mengurangi pengecualian-pengecualian serta peruba-han-perubahan yang akan disebut dibawah ini.”4

Berdasarkan uraian di atas je-las hukum perdata telah memberikan perlindungan terhadap perusahaan

4Subekti, Hukum Perjanjian, Cet.

Keduabelas (Jakarta: PT Intermasa, 1987), Hlm. 15.

galangan kapal atas kerugian yang dialaminya. PT. UnionYard dapat menuntut biaya yang telah dikeluar-kan dalam melakudikeluar-kan jasa perbaidikeluar-kan dan perawatan kapal dan PT. Union Yard juga mempunyai hak atas bu-nga. Namun, permasalahan hukum yang mendasar adalah, pada saat PT Berlian Samudera Sentosa hilang ke-beradaannya kepada siapa gugatan tersebut ditujukan, mengingat bahwa agen maupun perusahaan pemilik ka-pal tidak dapat ditemukan.

Lebih lanjut, PT. Union Yard telah mencoba segala upaya untuk menghubungi PT. Berlian Samudera Sentosa dengan mendatangi domisili PT. Berlian Samudera Sentosa tetapi diketahui kemudian PT. Berlian Samudera Sentosa sudah tidak bera-da di domisili hukum terakhirnya.

Dengan tidak diketahui domi-sili dari PT. Berlian Samudera Sentosa, PT. Union Yard tidak dapat begitu saja menyatakan kapal itu mi-lik mereka dan menjual untuk menu-tupi kerugian, bagaimana apabila di-kemudian hari agen atau perusahaan pemilik kapal asing yang bernama MV. EIYOSHI tersebut datang untuk mengambil kapal. Namun, pada sisi lain PT. Union Yard tidak dapat me-nemukan keberadaan PT. Berlian Samudera Sentosa yang mengakibat-kan permasalahan hukum ini belum terselesaikan.

B. RUMUSAN MASALAH

(6)

1. Mengapa Hak Tagih biaya perbaikan Kapal MV. EIYOSHI tidak dapat dilaksanakan?

2. Upaya hukum apakah yang dapat dilakukan oleh PT. Union Yard dengan tidak tertagihnya biaya perbaikan kapal MV. Eiyoshi?

C. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang penu-lis gunakan dalam penelitian ini ada-lah metode penelitian yuridis norma-tif. Penelitian hukum normatif menu-rut Soerjono Soekanto merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder saja yang sering disebut dengan metode penelitian hu-kum normatif atau penelitian huhu-kum kepustakaan.5 Dalam rangka metode penelitian yuridis normatif, penulis mengkaji norma-norma hukum, asas-asas hukum dan doktrin-doktrin hu-kum yang terkait dengan permasala-han yang penulis teliti.

Norma-norma, asas-asas hu-kum, dan doktrin-doktrin hukum di-klasifikasikan sebagai bahan hukum primer. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat.6 Bahan hukum primer dalam peneliti-an ini adalah: Undpeneliti-ang-undpeneliti-ang No-mor 17 Tahun 2008 tentang Pelaya-ran; Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan; Pe-raturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 125 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Fasi-5

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 13-14.

6Ibid., hlm. 13.

litas Perbaikan Kapal (Docking) Di Kawasan Balai Teknologi Penangka-pan Ikan Pelabuhan Perikanan Muara Angke Kota Administrasi Jakarta Utara.

Selain itu penulis mengguna-kan bahan hukum sekunder. Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah bahan yang memberikan pen-jelasan mengenai bahan hukum pri-mer.7 Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini seperti: buku-buku il-miah yang berkaitan dengan topik penelitian ini, hasil penelitian yang dipublikasikan lewat jurnal-jurnal penelitian yang berkaitan dengan ju-dul skripsi ini. Disamping itu peneliti juga menggunakan bahan hukum ter-sier. Bahan hukum tersier, yaitu ba-han-bahan yang merupakan petunjuk maupun penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum se-kunder.8 Bahan hukum tersier dalam penelitian ini seperti: kamus bahasa, dan kamus hukum.

Metode pengumpulan data yang penulis gunakan, yaitu studi ke-pustakaan dengan pengumpulan ba-han-bahan hukum. Data kepustakaan tidak hanya terdapat di perpustakaan, tetapi data kepustaka-an bisa terdapat di pengadilan, di kantor-kantor pe-merintah, di lembaga-lembaga nega-ra, melalui media internet atau tem-pat-tempat lain yang berfungsi me-nyimpan data kepustakaan tersebut.

Sebagai upaya untuk dapat menjawab atau memecahkan perma-salahan yang diangkat dalam peneli-tian ini, maka dilakukan suatu

(7)

sis. Data informasi yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif kua-litatif, melalui data sekunder. Peneliti berusaha menggambarkan kondisi yang ada kemudian dengan menggu-nakan teori-teori atau konsep-kon-sep, Peneliti berusaha menguraikan-nya dengan menggunakan kata-kata dan kalimat, sehingga dapat ditarik kesimpulan yang dapat dipertang-gungjawabkan secara ilmiah.9

Adapun metode pendekatan yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah case approach (pendeka-tan kasus) dan statute approach (pendekatan Undang-undang). Pen-dekatan Kasus atau case approach adalah suatu pendekatan dalam pene-litian yuridis normatif yang bertujuan untuk mempelajari penerapan norma-norma atau kaidah-kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hu-kum.10 Sedangkan statute approach atau pendekatan perundang-unda-ngan adalah suatu pendekatan dalam penelitian yuridis normatif yang akan menggunakan berbagai aturan hu-kum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian.11

D. PEMBAHASAN 1. Kasus Posisi

PT. UNION YARD adalah salah satu Perusahaan galangan kapal yang bergerak dalam bidang perbaikan dan pembuatan baru ka-pal laut, yang berlokasi di Pelabu-han Nusantara Tanjung Priok,

Ja-9

Johnny Ibrahim, Teori & Metode Penelitian Hukum Normatif, Malang: Batumedia, 2005, hlm. 241.

10Ibid., hlm. 268. 11Ibid., hlm. 248-249.

karta Utara. Dalam proses produk-sinya material utama yang diguna-kan dalam setiap pekerjaan per-baikan dan pembuatan baru kapal laut menggunakan material plat baja dan ataupun fiber.

Pada saat akan berlang-sungnya suatu pekerjaan perbai-kan ataupun pembuatan baru ka-pal laut, pihak perusahaan pelaya-ran dalam hal ini selaku pemilik Kapal, biasanya selalu menghubu-ngi dan menemui kami terlebih dahulu, untuk membicarakan ten-tang hal yang berkenaan dengan pekerjaan perbaikan kapal, antara lain :

a. Lokasi / Galangan tempat kapal tersebut akan sandar.

b. Perkiraan Biaya dan Waktu Pe-kerjaan.

c. Material apa yang harus digu-nakan.

d. Termin pembayaran

Sebelum Kapal tersebut memasuki area galangan kapal un-tuk diperbaiki dalam hal ini unun-tuk perbaikan kapal, tentunya sudah melalui prosedur melalui pintu masuk pelabuhan Nusantara Tan-jung Priok, karena perusahaan Ga-langan kapal berada di dalam area pelabuhan Nusantara Tanjung Priok.

Pihak-pihak yang biasanya menghubungi dan menemui kami dalam proses memulai nya perbai-kan kapal, antara lain:

a. Pihak Perusahaan Pelayaran se-laku Pemilik Kapal;

(8)

yang ditunjuk oleh pemilik ka-pal;

c. Pihak Keagenan kapal;

d. Pihak Kesyahbandaran pelabu-han;

e. Pihak Otoritas Pelabuhan; Untuk dapat masuk dan memulai pekerjaan perbaikan ka-pal, terdapat beberapa ketentuan yang harus di sepakati antara pe-milik galangan kapal dalam hal ini perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa perbaikan kapal dengan pihak perusahaan pelaya-ran selaku pemilik kapal ataupun pihak yang di tunjuk oleh perusa-haan pelayaran (Keagenan kapal) untuk pekerjaan perbaikan terse-but.

Ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh perusahaan galangan kapal antara lain:

a. Pihak pelayaran menyetujui se-mua peraturan yang di buat oleh pihak galangan, pada saat kapal sudah berada di area ga-langan, seperti:

1) Galangan terima ditempat biaya pada saat masuk & keluar kapal ditanggung OS (Owner Ship),

2) Bersedia kapal diatur tem-patnya jika ada kapal lain yang akan masuk / keluar, juga diharapkan mentaati ta-ta tertib galangan.

3) Menyelesaikan administrasi galangan terlebih dahulu se-belum kapal ditarik keluar.

4) Jasa pengangkatan travo ke atas kapal bukan tanggung jawab galangan dan menjadi tanggung jawab Owner/ Kontraktor (Galangan me-nyediakan unit Travo di pe-lataran gudang travo).

5) Mengisi form kapal masuk yang ditandatangani dan stempel perusahaan.

6) Pekerjaan limit minimal 7 (Tujuh) hari kerja, apabila pekerjaan selesai dalam waktu 3 (Tiga) atau 4 (Em-pat) hari kerja tetap dihitung 7 hari kerja.

7) DP (Down Payment) 10 hari dimuka untuk pekerjaan le-bih dari 10 hari kerja.

8) Untuk Keamanan didalam kapal menjadi tanggung ja-wab ABK (Anak Buah Ka-pal).

9) Harap melampirkan Foto-copy Ship Particullar, Crew

List, Izin gerak, SIUPAL,

Sertifikat Gas/Free Gas (un-tuk Kapal Tanker) sebelum kapal masuk ke area Gala-ngan.

(9)

11) Apabila Tagihan (Per

In-voice) belum diselesaikan

dalam jangka waktu 1 bulan, maka dikenakan denda 2% dari total tagihan.

12) Apabila kapal terlebih dahu-lu masuk sebedahu-lum ditanda-tangani maka kami anggap pihak Owner/Kontraktor su-dah mengetahui & menyetu-jui biaya administrasi gala-ngan tersebut diatas.

b. Pihak Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan, hanya bertugas se-bagai pihak yang menentukan bisa atau tidaknya sebuah kapal memasuki area Pelabuhan, da-lam pelaksanaan bongkar muat ataupun perbaikan kapal, dan karenanya dokumen kapal di-pegang oleh pihak syahbandar apabila kapal tersebut hendak memasuki wilayah Pelabuhan Nusantara Tanjung Priok.

Berkaitan dengan skripsi yang diajukan, kronologi kasus-nya adalah sebagai berikut:

a. Pada bulan Agustus 2006, Pe-rusahaan Pelayaran dengan na-ma PT. Berlian Samudra Sentosa melayangkan surat per-mohonan space dock/penyedia-an tempat (terlampir surat per-mohonan dock MV. EIYOSHI) melalui Fax tertanggal 29 Agustus 2006 untuk perbaikan kapalnya di PT. Union Yard.

b. PT. Berlian Samudera Sentosa adalah salah satu perusahaan yang telah menjalin kerjasama dengan PT. Union yard, sejak tahun 2002, dengan beberapa

kapal yang telah di perbaiki dan telah menyelesaikan selu-ruh administrasi galangan de-ngan baik. (terlampir contoh surat menyurat kapal lainnya).

c. Dikarenakan tersedianya lokasi untuk perbaikan kapal MV. EIYOSHI tersebut, maka PT. UNION YARD memberikan Surat jawaban kepada PT. Berlian Samudera Sentosa (ter-lampir surat jawaban permoho-nan dock MV. EIYOSHI) dan memperbolehkan kapal MV. EIYOSHI memasuki perairan galangan PT. Union Yard.

d. Pada tanggal 5 September 2006, pkl. 16.10 wib, MV. EIYOSHI telah memasuki pe-rairan di galangan PT. UNION YARD dengan tidak melampir-kan Fotocopy Ship Particullar,

Crew List, Izin gerak, SIUPAL,

(10)

Particular), SIUPAL (surat ijin

usaha pelayaran).

e. Sehari setelah MV. EIYOSHI memasuki perairan galangan PT. Union Yard, dari pihak POLAIR Tanjung Priok dengan persenjataan lengkap dan juga anjing pelacak, mendatangi kapal tersebut tanpa sepenge-tahuan pihak galangan, dengan melakukan tindakan menurun-kan seluruh crew kapal, yang memang crew kapal tersebut berkebangsaan Bangladesh, dan membawa crew kapal ter-sebut ke tempat yang kami ti-dak ketahui. Karena permasala-han mengenai crew kapal terse-but bukan menjadi kapasitas kami dalam mengurusnya, di-mana kami hanya mengurus perbaikan kapal saja.

f. Setelah adanya kejadian pada point 5 di atas, kami mengkon-firmasi pada pihak PT. Berlian Samudera Sentosa, perihal su-rat susu-rat kelengkapan kapal pa-da point 4 di atas, namun kami mendapatkan jawaban yang ti-dak memuaskan dari pihak PT. Berlian Samudera Sentosa, yang sampai saat ini mereka ti-dak dapat memberikan atau membuktikan surat surat seper-ti yang kami minta.

g. Pada tanggal 16 September 2006, kapal MV. EIYOSHI mulai diperbaiki bagian-bagian kapalnya yang rusak oleh PT. UNION YARD, yaitu perbai-kan plat lambung, plat deck,

plat anjungan (ruang nakhoda), bagian-bagian palka, perbaikan

relling dengan total

keseluru-han plat yang harus diganti ku-rang lebih 10 Ton. (Foto seba-gian kapal yang sudah diperbai-ki terlampir).

h. Pekerjaan pada Point. 7 di atas yang seharusnya dapat disele-saikan dalam waktu 1 (satu) bulan sesuai dengan kesepaka-tan mengalami penambahan waktu dikarenakan adanya permintaan penambahan Volu-me pekerjaan pada tutup palka dari pihak MV. EIYOSHI yang dalam hal ini diwakili oleh bapak Zaini. (Surat Keterangan Dock Terlampir).

(11)

mesin yang berhubungan lang-sung dengan Lunas atau Bottom Kapal untuk menjaga agar kapal tersebut tidak sam-pai karam / tenggelam. (ter-lampir Foto kapal).

j. Kemudian pada bulan Juni ta-hun 2010, diketahui bahwa PT Berlian Samudera Sentosa ter-sebut telah berpindah ke satu tempat yang tidak di ketahui keberadaannya, dan hal ini su-dah kami sampaikan kepada pi-hak kelurahan tanjung priok (terlampir Surat Keterangan Domisili), tapi tetap tidak men-dapatkan jawaban yang jelas mengenai keberadaan perusa-haan pelayaran tersebut.

k. Dalam ketidak jelasan seperti ini, kami juga mencoba menda-tangi kantor Kesyahbandaran dan mendapatkan jawaban bahwa, kapal tersebut (MV. EIYOSHI) memang terdaftar dalam daftar kapal masuk di Pelabuhan Tanjung Priok, na-mun pihak Syahbandar pun ti-dak mempunyai/memegang do-kumen-dokumen kapal terse-but.

l. Kemudian pada akhir tahun 2010 datanglah pihak keagenan kapal yang menyatakan bahwa PT. Berlian Samudera Sentosa menunjuk pihak keagenan ka-pal yang bernama PT. Andika Buana Lines, namun PT. Andika pun hanya dapat me-nunjukkan fotocopy surat pe-nunjukan Keagenan kapal MV.

EIYOSHI bukan dokumen res-mi kapal tersebut. Bahkan pi-hak keagenan PT. Andika juga meminta klarifikasi tentang pembayaran yang sudah di la-kukan oleh PT. Berlian Samu-dera Sentosa kepada PT. Union Yard dikarenakan pihak kea-genan PT. Andika Buana Lines juga harus membayar biaya la-buh tambat kepada pihak PT. Pelindo II selaku regulator dan operator di pelabuhan Tanjung Priok, dikarenakan PT. Andika

mengagenkan kapal MV.

EIYOSHI tersebut yang ber-bendera asing (ship particular terlampir) masuk ke dalam pe-rairan pelabuhan Tanjung Priok.

2. Pelaksanaan Hak Tagih PT. Union Yard Terhadap PT. Berlian Samudera Santosa tidak bisa dilaksanakan

Sebuah perjanjian sudah selayaknya dicatat dan ditandata-ngani oleh kedua belah pihak yang melakukan perjanjian bah-kan jika perlu disertabah-kan tanda ta-ngan para saksi. Hal ini perlu se-bagai salah satu alat bukti terjadi-nya perikatan dan sekaligus me-ngikat kedua belah pihak untuk melaksanakan isi perjanjian. Na-mun dalam keseharian, kita men-dapati bahwa perjanjian apa pun yang kita lakukan, khususnya per-janjian jual beli, tidak pernah atau amat jarang ditulis meski sekedar dalam bentuk nota sekalipun.

(12)

harus diperhatikan. Beberapa prin-sip inilah yang menentukan sah ti-daknya suatu perjanjian dan dengan demikian berimplikasi pa-da keabsahan perjanjian tipa-dak ter-tulis.

KUH Perdata mempunyai dua sistem, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertu-tup adalah bahwa segala macam hak atas kebendaan adalah terba-tas dan peraturan-peraturan yang mengatur mengenai hak-hak ke-bendaan itu bersifat memaksa, se-bagaimana ditetapkan pada Buku II KUH Perdata. Sedangkan sis-tem terbuka adalah bahwa setiap orang atau sekelompok orang bo-leh membuat perjanjian apa saja asal tidak bertentangan dengan ke-tertiban umum dan kesusilaan. Adapun pasal-pasal yang menga-tur mengenai perjanjian bersifat pelengkap dari perjanjian tersebut, sehingga dimungkinkan untuk ti-dak menggunakan pasal-pasal KUH Perdata.

Dalam KUH Perdata di-tentukan pula persetujuan berna-ma atau khusus yang diatur dalam bab V sampai XVIII. Adapun per-setujuan tidak bernama tidak dia-tur secara khusus, namun pada ke-dua bentuk ini berlaku ketentuan-ketentuan bab I, II, III buku IV KUH Perdata. Sistem terbuka yang mengandung kebebasan membuat suatu perjanjian dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang berbunyi:

“Semua perjanjian yang dibuat

sah berlaku sebagai

undang-un-dang bagi mereka yang

membuat-nya”.

Pasal tersebut di atas me-nunjukkan kepada setiap orang untuk melakukan perjanjian apa saja. Dengan menekankan pada

kata “semua” menunjukkan bah -wa semua orang atau kelompok orang diperbolehkan untuk mem-buat perjanjian yang berisi apa sa-ja dan berupa apa sasa-ja dan persa-jan- perjan-jian tersebut mengikat yang mem-buatnya seperti suatu undang-undang.12

Sistem terbuka dalam hu-kum perjanjian adalah suatu kelu-wesan, tidak kaku, serta memberi kebebasan seluas-luasnya kepada masyarakat. Perjanjian yang diatur dalam undang-undang hanyalah perjanjian yang sudah terkenal se-perti perjanjian jual beli, sewa me-nyewa, dan lain-lain. Dalam per-kembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan masya-rakat, timbul bentuk-bentuk baru dalam perjanjian yang pengatu-rannya menuntut inovasi tersen-diri seperti perjanjian sewa beli yang merupakan percampuran an-tara perjanjian jual beli dan sewa menyewa. Hal ini bisa terjadi mungkin karena pembeli tidak mampu membayar harga barang sekaligus, tetapi hanya mampu membayar dengan mengangsur dalam jangka waktu tertentu. Ten-tunya dengan perjanjian yang di-sepakati bersama. namun hak mi-lik atas benda tersebut baru

ber-12 R. Subekti, Hukum Perjanjian,

(13)

pindah kepada si pembeli apabila angsurannya telah lunas.

Pasal-pasal dalam undang-undang perjanjian berlaku apabila dalam membuat perjanjian itu ti-dak dibentuk suatu peraturan per-janjian baru. Dengan demikian yang berlaku adalah pasal-pasal dalam undang-undang. Jika dalam perjanjian itu dibentuk suatu pera-turan baru mengenai perjanjian itu maka yang berlaku adalah peratu-ran yang telah dibuat bersama itu. Biasanya peraturan yang dibuat tersebut berupa akte, baik akte au-tentik maupun tidak atau berupa anggaran dasar (AD) dan angga-ran rumah tangga (ART).

Menurut hukum perjan-jian, jika terjadi jual beli barang, maka barang yang diperjualbeli-kan itu harus diserahdiperjualbeli-kan di tempat di mana barang itu berada sewak-tu perjanjian jual beli isewak-tu disewak-tusewak-tup. Ini sesuai dengan Pasal 1477

KUH Perdata yang berbunyi: “Pe -nyerahan harus terjadi di tempat di mana barang terjual berada pa-da waktu penjualan, jika tentang itu tidak diadakan persetujuan

lain”.

Dari bunyi Pasal 1477 di atas dapat disimpulkan bahwa pa-ra pihak diberi kebebasan untuk menentukan sendiri tempat penye-rahan barang, tidak harus di tem-pat barang itu berada saat pen-jualan terjadi. Boleh saja penyera-han barang dilakukan di tempat lain seperti di rumah, di gunung dan lain-lain. Asalkan dalam per-janjian jual beli telah disepakati di

mana akan menyerahkan barang yang diperjualbelikan itu.

Sistem terbuka ini juga berpengaruh pada masalah tang-gung jawab penjual terhadap pem-beli sebagaimana tertuang dalam Pasal 1491 KUH Perdata yang berbunyi:

Penanggungan yang men-jadi tanggung jawab si penjual ter-hadap si pembeli adalah untuk menjamin dua hal yaitu pertama, penguasaan benda yang dijual se-cara aman dan tenteram terhadap adanya cacat barang tersebut yang tersembunyi, atau yang sedemiki-an rupa sehingga menerbitksedemiki-an ala-san untuk pembatalan pembelian-nya.

Pasal ini menunjukkan ke-terikatan terhadap undang-undang hukum perjanjian. Namun, pada pasal lain menunjukkan adanya kebebasan bagi si penjual untuk tidak bertanggung jawab atas benda yang diperjualbelikan. Sebagaimana bunyi Pasal 1493 KUH Perdata: Kedua belah pihak diperbolehkan dengan persetuju-an-persetujuan istimewa, memper-luas atau mengurangi kewajiban yang ditetapkan oleh undang-undang. Bahkan mereka itu diper-bolehkan mengadakan persetu-juan-persetujuan bahwa si penjual tidak akan diwajibkan beban pe-nanggungan sesuatu apapun.

(14)

itu tidak dapat membawa rugi pada pihak ketiga, dan pihak ke-tiga tidak dapat mendapat manfaat karenanya. Namun demikian un-dang-undang pun menetapkan ke-tentuan yang memungkinkan pi-hak ketiga mendapatkan sesuatu dari persetujuan itu, seperti bunyi Pasal 1317 KUH Perdata disebut-kan: Lagipun diperbolehkan juga untuk meminta ditetapkannya sua-tu janji guna kepentingan seorang pihak ketiga, apabila suatu peneta-pan janji, yang dibuat oleh seo-rang untuk dirinya sendiri, atau suatu pemberian yang dilakukan-nya kepada orang lain, memuat janji yang seperti itu. Siapa yang telah memperjanjikan sesuatu se-perti itu tidak boleh menariknya kembali, apabila pihak ketiga ter-sebut telah menyatakan hendak mempergunakan.

Benang merah yang dapat ditarik dari pembahasan tentang sistem terbuka yang dianut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia ini adalah bahwa undang-undang tidak mengikat se-cara kaku akan tetapi memperbo-lehkan kepada seluruh subyek hu-kum untuk secara bebas mencapai dan mempertahankan kepenti-ngannya dengan membuat suatu perjanjian yang ketentuannya ti-dak mesti terikat kepada undang-undang.

Dalam hukum acara perda-ta sebagai hukum formil mengatur bagaimana cara menegakkan hu-kum perdata materiil, terdapat 5 (lima) alat bukti yang diatur da-lam Pasal 1866 KUHPerdata dan

Pasal 164 HIR, alat-alat bukti ter-sebut terdiri dari: Bukti tulisan, bukti dengan saksi, persangkaan, pengakuan dan sumpah.

Berdasarkan ketentuan mengenai syarat sahnya suatu per-janjian yang terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang berbunyi: a. Sepakat mereka yang

mengi-katkan dirinya.

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

c. Suatu hal tertentu. d. Suatu sebab yang halal.

Berdasarkan ketentuan mengenai syarat sahnya suatu per-janjian tersebut, tidak ada satupun syarat dalam pasal 1320 KUH Perdata yang mengharuskan suatu perjanjian dibuat secara tertulis dan segenap ketentuannya yang dituangkan dalam sebuah akte au-tentik. Dengan kata lain, suatu perjanjian yang dibuat secara li-san/tidak tertulis juga mengikat secara hukum bagi para pihak yang membuatnya, pacta sunt ser-vanda (vide : Pasal 1338 KUH Perdata). Oleh karena itu, perjan-jian tidak tertulis antara PT. Union Yard dan PT. Berlian Samudera Senrosa adalah sah secara hukum.

(15)

hari terdapat sengketa perdata an-tara pihak-pihak yang terkait. Jadi dalam pembuktian adanya perjan-jian, perusahaan PT. Union Yard dapat saja membuktikan bahwa te-lah terjadinya perjanjian dengan PT. Berlian Samudera Sentosa ka-rena PT. Union Yard memiliki alat bukti seperti yang diatur da-lam Pasal 1866 KUH Perdata.

Permasalahan yang terjadi dalam sengketa ini adalah PT. Berlian Samudera Sentosa yang telah melakukan Wanprestasi de-ngan tidak melaksanakan pemba-yaran kepada PT. Union Yard atas biaya perbaikan kapal MV. Eiyoshi yang kemudian diketahui tidak berdomisili ditempat pada saat PT. Berlian Samudera Sen-tosa menitipkan Kapal. Akan te-tapi PT. Union Yard tidak dapat mengatakan bahwa perusahaan PT. Berlian Samudera Sentosa te-lah tutup atau tidak beroperasi lagi, karena menurut Pasal 142 sampai dengan Pasal 152 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bahwa jika suatu PT. akan menutup usahanya maka se-cara hukum harus melalui proses likuidasi dan akhir dari proses pembubaran tersebut diberitahu-kan kembali kepada Menteri Hu-kum dan HAM.

Hal yang sama juga berla-ku kepada badan usaha lainnya yang tidak berbadan hukum, yaitu diperlukan proses likuidasi guna melindungi pihak ketiga yang ti-dak mengetahui adanya pembuba-ran badan usaha tersebut. Jika hal ini sudah dilakukan, maka demi

hukum badan usaha tersebut su-dah bisa dinyatakan bubar atau tu-tup.

Hal sebaliknya, jika peru-sahaan tersebut belum melakukan proses likuidasi dalam rangka pe-nutupan badan usahanya, maka demi hukum perusahaan tersebut masih hidup meskipun tidak lagi menjalankan kegiatan usahanya.

Dengan keadaan PT. Ber-lian Samudera Sentosa yang tidak diketahui lagi keberadaaannya mengakibatkan PT. Union Yard tidak dapat melaksanakan hak ta-gihnya atas biaya yang sudah di-keluarkan untuk memperbaiki ka-pal MV. Eiyoshi.

3. Upaya Hukum Terhadap Hak Tagih yang tidak dapat dilaksanakn oleh PT. Union Yard atas biaya Perbaikan dan biaya perawatan kapal MV. EIYOSHI.

Bahwa di dalam mencer-mati permasalahan PT. Union Yard terhadap PT. Berlian Samu-dera Sentosa, dalam hal ini de-ngan adanya ingkar janji/cacat janji/wanprestasi, atas pembaya-ran terhadap tpembaya-ransaksi jasa perbai-kan kapal (dock). Maka, Penulis memberikan pandangan terhadap upaya hukum yang patut untuk di-terapkan dalam permasalahan ini, yaitu : Penyelesaian Masalah Me-lalui Gugatan Wanprestasi Yang Disertai Dengan Peletakan Sita Ja-minan. Cara ini merupakan cara yang paling umum dilaksanakan.

(16)

hendaknya PT. Union Yard mela-kukan Somasi terhadap PT. Ber-lian Samudera Sentosa dengan ketentuan sebagi berikut: Somasi diatur dalam Pasal 1238 KUH Perdata dan Pasal 1243 KUH Per-data, somasi adalah teguran dari si berpiutang (kreditur) kepada si berutang (Debitur) agar dapat memenuhi prestasi sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati antara keduanya.

Somasi timbul disebabkan debitur tidak memenuhi prestasi-nya sesuai dengan yang diperjanji-kan. Surat Somasi harus memuat isi atau hal-hal sebagai berikut: a. Apa yang dituntut (Pembayaran

Pokok kredit dan bunganya). b. Dasar tuntutan (Perjanjian

Kre-dit yang dibuat antara KreKre-ditur dan debitur).

c. Tanggal paling lambat untuk melakukan pembayaran

Mengenai akibat hukum bagi debitur bila somasi diabai-kan, menurut J. Satrio, somasi yang tidak dipenuhi tanpa alasan yang sah membawa debitur berada dalam keadaan lalai, dan sejak itu semua akibat kelalaian (wanpres-tasi) berlaku. Sedangkan akibat hukum bagi kreditur, wanpres-tasinya debitur menyebabkan kre-ditur berhak untuk menuntut hal-hal berikut:

a. Pemenuhan perikatan;

b. Pemenuhan perikatan dan ganti rugi;

c. Ganti rugi;

d. Pembatalan persetujuan timbal balik;

e. Pembatalan perikatan dan ganti rugi.

Di dalam mengajukan gu-gatan perdata, khususnya dengan materi pokok perkara wanprestasi, maka PT. Union Yard (sebagai penggugat) dapat secara bersama-an mengajukbersama-an permohonbersama-an ke-pada Pengadilan Negeri tempat kedudukan tergugat dalam hal ini domisili PT. Berlian Samudera Sentosa, untuk diletakan sita jami-nan atas obyek yang dikuasai oleh PT. Union Yard, yang merupakan asset dari PT. Berlian Samudera Sentosa. Pada ayat (1) Pasal 227 HIR / Pasal 261 RBg dinyatakan bahwa:

(17)

Untuk memahami hak ter-sebut maka kita harus melihat ke-tentuan Pasal 1131 KUH Perdata yang menyatakan bahwa setiap kreditur mempunyai hak jaminan atas piutangnya berupa segala ke-bendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun yang tidak ber-gerak, baik yang sudah ada mau-pun yang baru akan ada dikemudi-an hari.

Tindakan sita jaminan me-rupakan upaya hukum dan tinda-kan hukum "pengecualian". Bah-wa tidak selalu suatu proses pe-meriksaan perkara harus diikuti dengan tindakan sita jaminan dan sebagai upaya untuk menjamin hak-hak PT. Union Yard, andai kata gugatan PT. Union Yard di-kabulkan karena dimenangkan, maka akan lebih pasti bahwa pu-tusannya itu dapat dilaksanakan dan ia dapat menikmati kemena-ngannya tersebut.13

Adapun bahwa tujuan uta-manya adalah agar sewaktu-waktu PT. Berlian Samudera Sentosa ti-dak memindahkan atau mengalih-kan harta bendanya kepada pihak lain. Inilah tujuan utama dari sita jaminan, menjaga keutuhan kebe-radaan harta terperkara atau harta kekayaan PT. Berlian Samudera Sentosa selama proses pemeriksa-an perkara berlpemeriksa-angsung sampai perkara mem-peroleh putusan yang berkekuatan hukum tetap. Dengan adanya perintah penyitaan atas harta PT. Berlian Samudera Sentosa atau harta sengketa,

seca-13R. Soeparmono, Loc.cit.

ra hukum telah terjamin keutuhan keberadaan barang yang disita.

Sita jaminan merupakan upaya hukum terjaminnya keutu-han dan keberadaan harta yang di-sita sampai putusan dapat diekse-kusi, agar gugatan PT. Union Yard pada saat gugatannya di-eksekusi tidaklah percuma, karena dengan diletakkan sita jaminan pada harta sengketa atau har-ta kekayaan PT. Berlian Samudera Sentosa, dan pelaksanaan dan pensitaan telah didaftarkan dan telah diumumkan kepada ma-syarakat.

Sebagaimana pula di atur di dalam UU Pelayaran, yang memperbolehkan untuk melaku-kan jual paksa, sebagai pemenu-han hak retensi atas hak biaya perbaikan kapal, sepanjang obyek sengketa berada di dalam wilayah hukum Indonesia.14

E. SIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian ter-sebut di atas, maka Penulis menyampaikan kesimpulan dari beberapa rumusan masalah, yaitu sebagai berikut:

a. PT. Union Yard maupun PT. Berlian Samudera Sentosa, merupakan subyek hukum berbentuk badan hukum yang didirikan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan

14Pasal 66 ayat (3) huruf b

(18)

mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM, kedua perusahaan tersebut memiliki hubungan hukum berdasarkan kesepakatan yang tercapai dalam transak-si jasa perbaikan kapal (dock) berdasarkan keten-tuan dalam Pasal 1338 KUH Perdata. Sehingga PT. Union Yard Memiliki hak tagih terhadap PT. Berlian Samu-dera Sentosa atas prestasi yang telah dilakukannya da-lam perbaikan kapal MV. EIYOSHI. Namun hak tagih tersebut tidak dapat dilaksa-nakan dikaredilaksa-nakan PT. Ber-lian Samudera Sentosa su-dah tidak berdomisili ditem-pat semula.

b. Upaya hukum yang patut untuk diterapkan dalam per-masalahan ini, yaitu: Penye-lesaian Masalah Melalui Gugatan Wanprestasi Yang Disertai Dengan Peletakan Sita Jaminan berdasarkan ketentuan Pasal 227 ayat (1) HIR / Pasal 261 RBg, maka PT. Union Yard (sebagai Penggugat) memiliki hak untuk pula mengajukan per-mohonan peletakan sita ja-minan. Sehingga tujuan dari peletakan sita jaminan terse-but akan lebih pasti bahwa putusannya itu dapat dilak-sanakan dan PT. Union Yard dapat menikmati kemena-ngannya tersebut.

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan-ke-simpulan tersebut, maka Penu-lis menyarankan sebagai beri-kut:

a. Dalam pengikatan kesepaka-tan, di masa yang akan da-tang, hendaknya masyarakat dan khususnya perusahaan yang berbadan hukum telah mempersiapkan terlebih da-hulu perjanjian dengan for-mat klausula baku, atau di-tuangkan ke dalam akta au-tentik.

(19)

Harahap, M. Yahya. Hukum Acara Perdata, Jakarta : Sinar Grafika, 2007

Ibrahim, Johnny.Teori & Metode Penelitian Hukum Normatif, Malang: Batumedia, 2005.

Kuntoro, Penyusunan Kembali Rancangan (redesign) Peraturan

Perundang-Undangan Di Bidang Pelayaran, Jakarta: Dewan Kelautan Indonesia,

2012.

Makarao, Mohammad Taufik Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, Jakarta:

Rineka Cipta, 2004.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perdata Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta : Rajawali Pers, 2013.

B. Peraturan Perundang–Undangan

Indonesia, Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 Tentang Peradilan Umum

Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170/PMK.05/2010 Tentang Penyelesaian Tagihan Atas Beban Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Pada Satuan Kerja

(20)

2008.

D. Internet

“Perkembangan Industri Perkapalan Nasional”, Sumber : http://margonoadi. wordpress. com / 2013 / 05 / 06 / perkembangan-industri-perkapalan-nasional/, diakses pada tanggal 9 Oktober 2014.

“Industri Galangan Kapal Tumbuh”, Sumber: http://www. kemenperin. go. id/ artikel/4614/Industri-Galangan-Kapal-Tumbuh, diakses pada tanggal 9 Oktober 2014

Analisis Penerapan Metode Persentase Penyelesaian dan Metode Kontrak Selesai Terhadap Laba Operasi Perusahaan Studi Kasus PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari, Sumber : http://elib. unikom. ac. id/ download. php?id=119

Referensi

Dokumen terkait

Biasanya Penyakit TBC menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita penyakit TBC batuk, dan  pada

Dalam Ibadah Minggu, tanggal 9 April 2017, PK.10.00 WITA di Gedung Gereja Bukit Sion Balikpapan akan dilaksanakan Sakramen Baptisan dan Peneguhan Sidi bagi :1.

10 Angka penggunaan anestesi general pada prosedur seksio sesaria masih lebih tinggi dibanding pada penelitian sebelumnya oleh Syaifuddin Zuhri di RSUP Dr

1. Taha! !erama adalah  foto-ionisasi aom. 6ek 6oolisrik ini memye)a)kan aom men#adi kehilan&an elekron... Taha! kedua adalah sa)ilisasi aom

Dalam penelitian (Lennox 2002) yang berjudul “Going Concern Opinion in Failing Companies” menemukan bukti adanya pengaruh yang signifikan dalam variabel independen yaitu kualitas

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara

Dalam rangka meningkatkan relevansi Perguruan Tinggi dengan tuntunan dunia kerja, perkembangan ilmu, teknologi dan seni (IPTEKS), keinginan untuk meningkatkan

Di dalam air spermatozoon Sea urchin diaktivasi oleh gynogamone dari selaput telur. Spermatozoon dapat menempel karena reaksi fertilizin dari selaput telur dengan antifertilizin