PASAR NGASEM MULAI DIBONGKAR
NARASI:
Pasar burung yang konon sudah ada sejak tahun 1809 dan berlokasi di
kawasan kraton Yogyakarta itu/ akhir April 2010 ini bakal tak ada
kicauan burung yang bersahut-sahutan// Pemerintah kota Yogyakarta
akan memindahkannya ke lokasi baru/ di perbatasan Yogya - Bantul//
Kondisi pasar Ngasem kini jadi kumuh/ karena sebagian pedagangnya
sudah mulai membongkar bangunan mereka// Sementara/ terlihat ratusan
sangkar yang teronggok di sembarang tempat/ tak tertata rapi//
Meski pasar Ngasem tak lagi sedap dinikmati lingkungannya/ masih juga
ada pelancong asing yang dibawa pemandu wisatanya untuk melihat-lihat
koleksi burung maupun binatang lain yang masih rapi posisi sangkarnya//
Sebagian wisatawan asing itu hanya lewat saja/ namun ada juga yang
membeli sawangan/ yakni peluit yang dipasang di bagian belakang
burung merpati/ sehingga akan berbunyi nyaring ketika terbang di udara//
Sebenarnya/ keberadaan pasar Ngasem selama ini diuntungkan dengan
keberadaannya yang berhimpitan dengan bangunan bersejarah milik
kraton/ yang sekarang tinggal puing-puingnya saja/ yakni Pulo cemeti//
Pulo Cemeti adalah peninggalan budaya/ berbentuk bangunan runtuh
yang terletak di belakang Pasar Ngasem// Karena tempatnya yang itulah/
pulo cemeti menjadi tujuan wisatawan datang ke bangunan yang tinggal
reruntuhan itu// Meski saat ini sudah dipugar/ tetapi pihak kraton sengaja
menyisakan bangunan yang sudah ratusan tahun umurnya itu/ agar
wisatawan masih dapat menyaksikan sejarahnya//
Dari pulo cemeti inilah/ para pelancong dapat melihat sebagian kota
Yogyakarta// Padatnya lalulintas di sisi utara pasar ngasem serta
atap-atap bangunan pasar Ngasem yang sebagian sedang dibongkar/ adalah
pemandangan yang mengasyikkan karena dilihat dari lokasi yang
cukupan tinggi//
Lurah pasar Ngasem/ Didik Agus menjelaskan/ persiapan pindahan
berjalan lancar//
Statement:
Didik Agus (Lurah Pasar Ngasem)
News reader : pasar ngasem mulai dibongkar
Pasar burung yang konon sudah ada sejak tahun 1809 dan berlokasi di
kawasan kraton Yogyakarta itu/ akhir April 2010 ini bakal tak ada
kicauan burung yang bersahut-sahutan// Pemerintah kota Yogyakarta
akan memindahkannya ke lokasi baru/ di perbatasan Yogya - Bantul//
Kondisi pasar Ngasem kini jadi kumuh/ karena sebagian pedagangnya
sudah mulai membongkar bangunan mereka//
PULO CEMETI
Ketika pertama kali mendengar orang menyebut ‘Pulo Cemeti’, Anda mungkin
berpikir itu merupakan sejenis pulau yang bernama Cemeti. Kenyataannya tidak demikian. Pulo Cemeti adalah peninggalan budaya berbentuk bangunan runtuh yang terletak di belakang Pasar Ngasem. Karena tinggi, saat ini orang-orang
menggunakannya untuk melihat keindahan kota Yogyakarta. Anda tinggal menaiki tangganya dan akan terpana bahwa Anda bisa menyaksikan banyak tempat dari atas. Sangat indah. Anda juga bisa menikmati matahari terbit dan terbenam sambil
ditemani oleh angin sepoi-sepoi.
Pulo Cemeti adalah tempat wisata peninggalan sejarah budaya berbentuk bangunan runtuh yang letaknya di belakang Pasar Ngasem. Masyarakat sekitar ataupun wisatawan sering menggunakan Pulo Cemeti untuk melihat keindahan kota Yogyakarta, karena tempatnya cukup tinggi. Anda tinggal menaiki tangga di Pulo Cemeti dan akan terpana bahwa Anda bisa menyaksikan banyak tempat dari atas. Sangat indah lagi jikalau Anda juga menikmati matahari terbit dan terbenam dari atas Pulo Cemeti ini.
Melihat Yogya dari "Pulo Cemeti"
Friday, 19 September 2008 17:07 administrator
Wisatawan dari India sedang menikmati Yogya dari atas Pulo Cemeti
YOGYAKARTA –Ada sebuah
Secara geografis, letak benteng 'Pulo Cemeti' sendiri sejajar dengan ini Gunung Merapi dan Pantai Selatan. Lebih tepatnya terletak di kawasan Tamansari, sekitar 20 menit dari
Malioboro.
Dari 'Pulo Cemeti' kita dapat melihat keindahan kota Yogya dari atas. Selain panorama Yogya, Anda juga dapat melihat aktivitas pasar hewan Ngasem. Dan, jika cuaca cerah Anda akan disuguhi indahnya matahari terbenam di ufuk barat.
Banyak wisatawan domestik maupun mancanegara berkunjung di tempat ini. Di bulan Ramadhan seperti saat, banyak orang yang ngabuburit (menunggu datangnya waktu berbuka-red).
“I love this place, with a good people (saya menyukai tempat ini dan orang-orangnya yang
baik serta ramah),” ucap Ashyizs wisatawan India yang ditemui N-News (19/9).
Untuk sampai di 'Pulo Cemeti', tidaklah sulit. Dari Stasiun Tugu Yogyakarta, Anda dapat naik andong maupun becak. Ongkosnya sekitar Rp10 ribu. Jika dari Terminal bus Giwangan, Anda dapat naik Bus Kota jalur 5 membayar Rp 2.500 saja, dan turun pasar hewan Ngasem.
Dari Ngasem, Anda tinggal berjalan kaki saja sambil melihat-lihat kawasan pemandian Tamansari serta masjid "Sumur Gemuling" yang di bawah tanah. Seluruhnya masih satu komplek dengan Pulo Cemeti. Cobalah sesekali datang ke 'Pulo Cemeti'. danar wulandari
Ngasem, Pasar Burung Tertua di Yogyakarta
Berkelana ke Pasar Ngasem bisa dikatakan keharusan setelah mengunjungi Kraton Yogyakarta. Selain karena lokasinya yang hanya 400 meter barat Kraton, juga karena pasar ini akan memberikan info penting tentang apa yang dianggap bergengsi di masa kerajaan dahulu. Setelah kuda sebagai alat transportasi dan keris sebagai senjata, burung ada di tempat ketiga sebagai pengukur status sosial. Pasar Ngasem
menawarkan berbagai macam burung dengan keindahan kenampakan dan suaranya, serta kegiatan para pecintanya.
Sebuah bukti berupa foto menunjukkan bahwa Pasar Ngasem dengan barang dagangan utamanya berupa burung telah ada sejak tahun 1809. Letaknya yang tak jauh dari Kraton dimaksudkan agar para bangsawan mudah mengaksesnya. Sekitar tahun 1960-an, pasar ini semakin identik dengan burung setelah pedagang burung dari pasar Beringharjo dipindahkan ke tempat ini. Bukan hal mengherankan bila banyak turis menyebut pasar ini dengan bird market karena areal perdagangan burung sepertiga dari luas pasar.
Areal jual beli burung dijumpai dengan berbelok ke kiri dari pintu masuk. Burung perkutut yang dahulu laris dibeli para bangsawan hingga kini masih menjadi salah satu barang dagangan utama pasar ini. Jenis lain yang laris adalah kutilang, kepodang, emprit, prenjak, jalak, dan parkit. Burung yang jarang dibeli namun cukup menarik adalah burung hantu yang anakannya dijual Rp 35.000,-. Salah satu kios burung bahkan menjual burung elang yang kini telah terjual seharga Rp. 350.000,-. Selain binatangnya, kios burung juga menyediakan perlengkapan pemeliharaan seperti kandang dan pakan.
pertunjukan yang digelar oleh para pecinta burung. Misalnya, pertunjukan keahlian burung dara untuk terbang kembali ke kandang dan adu kemerduan suara berbagai macam burung. Dari pertunjukan itulah biasanya ada calon pembeli yang merasa tertarik dan kemudian rela membayar berapa pun harganya. Penjual kadang juga mau mengajari melatih burung agar dapat berkicau atau sekedar bercakap-cakap tentang cara memelihara burung.
Kalau mau berkeliling, anda juga akan mengetahui bahwa Ngasem tak hanya menjual burung, tetapi juga binatang lain. Berbelok ke kanan dari areal penjualan burung, akan dijumpai kios pedagang ular. Menurut penjualnya, ular yang dijualnya langsung ditangkap dari habitatnya. Jenis ular yang dijual mulai dari ular air hingga kobra dan phyton. Bila ingin melihat, penjual akan mengambil peliharaannya agar pembeli dapat melihat detailnya. Selain ular, kios itu juga menjual berbagai reptil seperti iguana dan penyu. Seekor iguana kecil dijual dengan harga Rp 75.000 sementara bila telah besar harganya mencapai ratusan ribu.
Menuju bagian barat pasar, anda akan menjumpai kios yang menawarkan ikan hias. Jenis ikan dan harganya bervariasi. Ikan hias kecil yang suka berkoloni dijual dengan harga Rp. 1000 per ekor. Ikan hias lain yang dijual adalah arwana dan lou han yang dijual seharga ratusan ribu. Perlengkapan pemeliharaan ikan juga banyak dijual. Mulai dari akuarium dengan berbagai bentuk, karang-karangan, tanaman hias untuk akuarium, dan pakan ikan. Beberapa kios juga menyediakan jasa untuk set up pemeliharaan ikan laut.
Selain ikan, burung, dan ular, binatang peliharaan lain yang dijual adalah anjing, kucing, musang, berbagai jenis ayam hingga kelici dengan berbagai warnanya. Salah satu kios juga menjual mencit dengan satu set tempat peliharaannya yang didesain sebagai arena bermain sehingga pembeli dapat menikmati tingkah mencit layaknya sirkus. Di bagian tengah pasar, terdapat pedagang yang menjual jangkrik. Biasanya, jangkrik dibeli para pecinta burung untuk pakan dan anak sekolah yang ingin mendengarkan suaranya.
Pasar Ngasem, Pasar Burung Tertua 13/11/2005 10:39
Burung telah lama menjadi salah satu hobby dan lambang keberadaan seseorang dalam adat Jawa. Bahkan memiliki burung sebagai perlambang hobby telah disejajarkan dengan kepemilikan kuda sebagai alat transportasi, keris sebagai alat pertahanan, wisma sebagai rumah, dan wanita sebagai lambang kehidupan dan penghidupan. Kelimanya adalah syarat untuk menjadi priyayi.
Kebutuhan akan burung inilah yang agaknya menjadi sebab utama didirikannya pasar burung Ngasem. Letaknya yang masih di dalam lingkup kraton, tepatnya sekitar 400 meter di sebelah barat dari Kraton Jogja, memudahkan para priyayi pada masanya untuk dapat membeli burung di pasar ini.
Awal berdirinya pasar Ngasem sendiri tidak diketahui secara pasti, namun sebuah foto dari tahun 1809 telah membuktikan bahwa keberadaan pasar Ngasem ini sendiri sudah ada jauh sebelum foto itu diambil. Sekitar tahun 1960an, pasar burung yang berada di wilayah pasar Bringharjo dipindahkan ke pasar Ngasem, mengakibatkan
perkembangan pasar Ngasem yang menjadi semakin luas.
Sebenarnya Pasar Ngasem tak hanya menjual burung, berbagai hewan peliharaan, seperti ikan hias, reptil, dan kucing, dapat ditemui dalam pajangan di Pasar Ngasem. Berbagai perlengkapan untuk pemeliharaan hewan-hewan tersebut juga
diperdagangkan di Pasar Ngasem. Namun memang prosentase terbesar hewan
dagangan yang dijual adalah berbagai jenis burung, mulai burung lokal hingga burung hasil penangkaran burung mancanegara.
Letak Pasar Ngasem yang berhimpitan dengan Tamansari memberikan keuntungan tersendiri bagi pasar ini. Tak hanya penggemar burung, banyak juga turis yang menyempatkan diri untuk sekedar mampir dan melihat-lihat Pasar Ngasem sebelum mereka mengunjungi Tamansari. Pasar Ngasem yang terletak di area kampung Taman ini buka dari jam 9.00-16.00 WIB.(ind)
Boyongan Pasar Ngasem Akan Digelar
Sebagai salah
Rencananya, kegiatan ini akan dilakukan dengan cara melukis wujud fisik Pasar Burung Ngasem untuk terakhir kalinya sebelum nantinya dipindahkan ke lokasi yang baru di kawasan Busa Agro Jogja (BAJ) Dongkelan pada 7 April mendatang.
Menurut Ketua Penyelenggara kegiatan, Kompi Setyoko, kegiatan tersebut akan diisi dengan lomba melukis pasar burung Ngasem untuk anak pada 28 Maret 2010 dan lomba melukis serta membatik pasar burung Ngasem untuk umum dan seniman pada 11 April 2010.
"Tujuannya adalah untuk mendokumentasikan sudut-sudut dan suasana pasar burung Ngasem sebelum dibongkar. Ini adalah usaha untuk mengenang kembali dalam ingatan kita bahwa dalam perjalanan sejarah kota Yogyakarta khususnya wilayah jeron Beteng itu pernah hadir sebuah pasar dengan segala keunikan dan kekhasan," ujarnya di Water Castle Cafe, Rabu (24/3).
Ditambahkannya, pada tanggal 22 April nanti juga akan dilaksanakan kirab pedagang yang membawa simbol burung beserta kandang dan makanan pelengkapnya.
"Sekitar 300 orang pedagang akan berjalan dari pasar Ngasem menuju lokasi pasar yang baru. Ini menunjukkan wajah-wajah dari pedagang yang akan pindah lokasi tetapi tanpa menimbulkan keributan," tuturnya.
Sementara itu, 10 karya terbaik dalam lomba melukis anak nantinya akan menjadi dokumentasi komunitas kampoeng boedaja Taman Sari untuk disandingkan bersama karya seniman Taman Sari.