BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan Nasional yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang melibatkan seluruh potensi bangsa
Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah, yang diorganisir oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Untuk mensinergikan pembangunan kesehatan di daerah dengan pembangunan
kesehatan Nasional, penyelenggaraan pembangunan kesehatan di tingkat Kabupaten
harus diselaraskan dengan penyelenggaraan pembangunan kesehatan di tingkat
Provinsi dan Nasional. Oleh karena itu penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
Kabupaten Batang seyogyanya mengacu pada Sistem Kesehatan Nasional, Sistem
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia 2010-2014, Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
2008-2013, serta berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan.
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah untuk mewujudkan otonomi daerah
yang nyata dan bertanggungjawab di Kabupaten Batang telah menetapkan kebijakan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Pelaksanaan lebih
lanjut Pembangunan Daerah Kabupaten Batang dituangkan dalam Rencana Kerja
Pemerintah daerah (RKPD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja daearah (APBD).
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ini substansi penyusunannya adalah Rencana
Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) dari masing-masing Satuan
Kerja Perangkat Daerah. Dinas Kesehatan sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah
di bidang kesehatan berkewajiban untuk menyususn rencana strategis.
Tahun 2012-2017 yang merupakan acuan dalam penyusunan Rencana Kerja (Renja)
Dinas Kesehatan untuk periode 1 (satu) tahunan.
Renstra Dinas Kesehatan disusun dengan mengacu pada RPJMD Kabupaten Batang
tahun 2012-2017.
Dalam perjalanan pembangunan jangka menengah yang menginjak tahun ke-2 dari
pelaksanaan RPJMD Kabupaten Batang Tahun 2012-2017 telah dilakukan evaluasi dan
dilakukan perubahan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 11 Tahun
2014 tentang Perubahan atas peraturan daerah Kabupaten Batang Nomor 2 tahun
2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Batang
Tahun 2012-2017.
Berdasarkan pasal 9 (2) Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 11 Tahun 2014
bahwa pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Renstra SKPD Kabupaten
Batang tahun 2012-2017 dinyatakan tetap berlaku dan wajib disesuaikan paling lama 1
(satu) bulan setelah Peraturan Daerah ini ditetapkan.
B. LANDASAN HUKUM
Berbagai Peraturan Perundang-undangan yang menjadi landasan hukum dalam
penyusunan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Batang tahun 2012 – 2017,
adalah :
1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II
Batang;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
sebagaimana telah beberapa kali di ubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 ;Tahun
2004 Tentang Pemerintah daerah;
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 tentang Perubahan Batas Wilayah
Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II
Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Batang;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tenteng Pengelolaan Keuangan
Daerah;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota;
12. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014;
13. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
di Kabupaten/Kota.
16. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 13 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Batang 2005 – 2025.
17. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Sususnan Organisasi dan Tatakerja Dinas Daerah Kabupaten Batang.
19. Peraturan Daerah Kabupaten batang Nomor 11 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomorv 2 Tahun 2012 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Batang 2012 – 2017.
20. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor Republik Indonesia Nomor
HK.03.01/160/I/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun
2010-2014.
21. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Nomor:
050/4622/2009/1.1 tentang Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah tahun 2008 – 2013;
22. Peraturan Bupati Batang Nomor 27 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi,
Uraian Tugas dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Batang.
C. MAKSUD DAN TUJUAN
Rencana strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kabupaten Batang 2012-2017 ini
dimaksudkan sebagai acuan dalam merencanakan dan merumuskan rencana program
dan kegiatan pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan Dinas Kesehatan
Kabupaten Batang pada periode 2012 – 2017. Selain itu Renstra Dinas Kesehatan
dimaksudkan untuk memberikan landasan kebijakan operasional bagi seluruh aparat
Dinas Kesehatan, baik di jajaran struktural maupun fungsional dalam melaksanakan
tugas sehari-hari, baik program dan kegiatan sesuai dengan peran, tugas pokok dan
sasaran pembangunan kesehatan serta tujuan dan sasaran pembangunan daerah.
Sedangkan tujuan penyusunan rencana strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Batang
tahun 2012-2017 adalah untuk menguraikan program pembangunan daerah bidang
kesehatan sebagai acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan program dan kegiatan
serta tolok ukur penilaian kinerja Dinas Kesehatan dalam melaksanakan pembangunan
kesehatan di Kabupaten Batang.
D. KEDUDUKAN DAN PERANAN RENSTRA DINAS KESEHATAN DALAM PERENCANAAN
DAERAH
1. Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa setiap Satuan Kerja Perangkat
2. Penentuan program dan kegiatan pokok pada Rancana Strategis Dinas Kesehatan
Kabupaten Batang mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI,
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Batang tahun
2012-2017.
3. Bahwa target Rencana Strategis berdasarkan pada Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Bidang Kesehatan, MDGs, Indikator Kinerja Kunci (IKK).
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan rencana strategis adalah sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang, landasan hukum, maksud
dan tujuan, kedudukan dan peranan rencana strategis Dinas Kesehatan
dalam Perencanaan Daerah.
Bab II. Gambaran Pelayanan Dinas Kesehatan
Bab ini berisi tentang Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi dan Tatakerja
Dinas Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, Kinerja Pelayanan Kesehatan
serta Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Kesehatan.
Bab III. Isu-isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi
Bab ini berisikan tentang identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan
fungsi pelayanan Dinas Kesehatan, Telaah Visi, Misi dan Program Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih, Telaah Renstra K/L dan Renstra
Dinas Kesehatan Provinsi, Telaah Rencana Tata Ruang dan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis serta Penentuan isu –isu strategis
Bab IV. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan.
Bab ini berisikan Visi, Misi, Sasaran, Startegi dan Kebijakan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan untuk tahun (2012 - 2017).
Bab V. Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan
Pendananaan Indikatif
Bab VI. Indikator Kinerja yang Mengacu Pada Tujuan dan Kinerja Daerah
Bab ini berisikan indikator kinerja Dinas Kesehatan yang secara langsung
menunjukkan kinerja yang akan dicapai SKPD dalam lima tahun mendatang
sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD.
Bab VII. Penutup
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN
A. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN
1. Tugas dan Fungsi Unit Kerja
Beradasrkan Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 3 Tahun 2008 Tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Batang
dan Peraturan Bupati Batang Nomor 27 tahun 2008 Tentang Tugas Pokok, Fungsi,
Uraian Tugas dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Batang, maka Dinas
Kesehatan mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :
a. Tugas
Melaksanakan urusan pemerintahan daerah dan tugas pembantuan di bidang
kesehatan.
b. Fungsi
1) Merumuskan kebijakan teknis di bidang kesehatan;
2) Menyusun rencana teknis pelayanan kesehatan masyarakat;
3) Melaksanakan pembinaan dan pengembangan puskesmas, usaha
kesehatan khusus, kefarmasian dan alat kesehatan;
4) Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan tidak menular,
surveilans epidemiologi dan penanggulangan terjadinya wabah;
5) Penyelenggaraan upaya kesehatan lingkungan dan pemantauan dampak
pembangunan terhadap kesehatan;
6) Penyelenggaraan pengumpulan, pengolahan data statistik, penyebaran
7) Penyelenggaraan usaha peningkatan gizi keluarga, perbaikan gizi
masyarakat, pelayanan kesehatan ibu dan anak serta kesehatan usia
lanjut dan kontrasepsi;
8) Pengembangan peran serta masyarakat di bidang kesehatan serta Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM);
9) Pengembangan promosi kesehatan;
10) Penyelenggaraan kegiatan pengembangan kesehatan institusi dan upaya
kesehatan di sekolah (UKS);
11) Pelayanan perizinan profesi tenaga kesehatan, sarana pelayanan
kesehatan, industri rumah tangga, makanan dan minuman;
12) Pembinaan organisasi profesi di bidang kesehatan;
13) Pengembangan sumberdaya kesehatan melalui pendidikan dan latihan
serta pendidikan kesehatan berkelanjutan;
14) Pengawasan obat, makanan dan minuman serta bahan-bahan berbahaya;
15) Penyelenggaraan peningkatan dan pengembangan kegiatan sumberdaya
kesehatan;
16) Pembinaan terhadap UPTD/Unit Pemberi Pelayanan Kesehatan (UPP);
17) Penyelenggaraan ketatausahaan yang meliputi sagala kegiatan dibidang
umum, perlengkapan, kepegawaian dan keuangan;
18) Pengkoordinasian program yang mencakup perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, pengawasan dan evaluasi serta pelaporan di bidang
kesehatan;
19) Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Bupati sesuai tugas
dan fungsinya.
c. Organisasi dan Tata Kerja
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan terdiri dari :
1) Kepala Dinas
2) Sekretariat, membawahkan :
a. Sub Bagian Program;
3) Bidang Pelayanan Kesehatan, membawahkan :
a. Seksi Kesehatan Dasar dan Rujukan;
b. Seksi Perijinan dan Akreditasi;
c. Seksi Bindal, Farmamin dan Alat Kesehatan.
4) Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
membawahkan :
a. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;
b. Seksi Penanggulangan Penyakit dan Bencana;
c. Seksi Penyehatan Lingkungan.
5) Bidang Pemberdayaan dan Promosi Kesehatan, membawahkan :
a. Seksi Promosi Kesehatan;
b. Seksi Pemberdayaan dan Kemitraan Kesehatan;
c. Seksi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan – UKBM.
6) Bidang Kesehatan Keluarga, membawahkan :
a. Seksi Gizi;
b. Seksi KIA – KB;
c. Seksi Kesehatan Reproduksi Remaja, Lansia.
7) Unit Pelaksana Teknis Dinas;
8) Kelompok Jabatan Fungsional.
B. SUMBERDAYA DINAS KESEHATAN
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Batang :
a. Berdasarkan unit eselon/jabatan
Eselon II b : 1 orang
Eselon III a : 1 orang
Eselon III b : 4 orang
Eselon IV a : 16 orang
Eselon IV b : 19 orang
b. Berdasarkan Bagian/Bidang/UPTD
Kepala Dinas : 1 orang
Bidang Pelayanan Kesehatan : 10 orang
Bidang P2 PL : 15 orang
Bidang Pemberdayaan dan Promosi Kesehatan : 10 orang
Bidang Kesga : 11 orang
UPT Dinas Instalasi Gudang Farmasi : 7 orang
UPT Puskesmas (termasuk PTT) : 785 orang
Sumberdaya manusia di Kabupaten Batang (Dinas Kesehatan, Puskesmas dan
RSUD Batang) berdasarkan jenis tenaga kesehatan :
Tenaga Medis :
- Dokter Spesialis : 12 orang
- Dokter Umum : 60 orang
- Dokter Gigi : 8 orang
Tenaga Paramedis :
- Perawat : 523 orang
- Bidan : 470 orang
Tenaga Kefarmasian :
- Apteker : 6 orang
- D III Farmasi/AA : 36 orang
Tenaga Gizi : 28 orang
Tenaga Kesehatan Masyarakat : 12 orang
Tenaga Sanitasi : 15 orang
Tenaga Teknis Medis :
- Analis Laborat : 22 orang
- Penata Rontgen : 13 orang
- Fisioterapi : 1 orang
- Rekam Medik : 13 orang
- Teknisi Elektromedik : 2 orang
- Refraksi optisien : 1 orang
Keberadaan sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Batang hampir telah
merata, hal ini dapat dilihat dari jumlah dan jenis sarana pelayanan kesehatan
yang ada di Kabupaten Batang, yaitu :
a. Rumah Sakit Pemerintah : 1 Swasta : 1
b. Puskesmas dengan Rawat Inap : 5
c. Puskesmas Rawat Jalan : 16
d. Puskesmas Pembantu : 44
e. Puskesmas Keliling : 33
f. Poliklinik Kesehatan Desa : 177
g. Instalasi Farmasi : 1
h. Rumah Bersalin : 2
i. Balai Pengobatan : 11
j. Apotik : 40
k. Toko Obat : 5
l. Praktek Dokter Perorangan : 93
m. Praktek Pengobatan Tradisional : 27
n. Posyandu : 1215
C. KINERJA PELAYANAN DINAS KESEHATAN
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan merupakan suatu
investasi jangka panjang untuk mendukung peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) dan hasil pelaksanaan
pembangunan kesehatan di Kabupaten Batang, memberikan gambaran kualitas hidup
dan kesehatan masyarakat sebagai berikut :
1. Status Kesehatan
a. Derajat Kesehatan
1) Angka Harapan Hidup (UHH) dalam dua tahun terakhir menunjukkan
peningkatan, yaitu 70,48 tahun pada tahun 2012 menjadi 70,57 tahun pada
2) Angka Kematian Ibu (AKI) dalam dua tahun terkhir menunjukkan penurunan,
dari 188,75 per 100.000 kelahiran hidup (25 kasus) pada tahun 2012
menjadi 111,77 per 100.000 kelahiran hidup (14 kasus) pada tahun 2013.
3) Angka Kematian Bayi (AKB) dalam dua tahun terkhir menunjukkan
peningkatan dari 13,14 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 menjadi
14,85 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2013.
4) Angka Kematian Balita (AKABA) dalam dua tahun terakhir menunjukkan
peningkatan dari 14,72 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 menjadi
18,12 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2013.
5) Angka Kelahiran ( Crude Birth Rate ) dalam dua tahun terakhir menunjukkan
peningkatan dari 4,22 per 1.000 penduduk pada tahun 2012 menjadi 5,6 per
1.000 penduduk pada tahun 2011.
6) Angka Kematian Kasar ( Crude Death rate ) dalam dua tahun terakhir
cenderung menurun, dari 1,99 % tahun 2012 menjadi 2,88 % pada tahun
2013.
b. Angka kesakitan dan kematian beberapa penyakit menular.
Penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan di Kabupaten Batang, hal
ini disebabkan masih ditemukannya beberapa kasus penyakit menular, yaitu :
1) Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan peningkatan,
prevalensi penderita DBD tahun 2012 sebesar 3,78 per 100.000 penduduk
naik menjadi 61,66 per 100.000 penduduk. Angka ini jauh diatas target
sebesar < 20 per 100.000 penduduk.
2) Angka kematian (CFR) akibat Demam Berdarah Dengue menunjukkan
perurunan, tahun 2012 sebesar 3,70% turun menjadi 2,48% pada tahun
2013, angka ini diatas target sebesar <1%.
3) Angka kesakitan malaria, meskipun Kabupaten Batang sudah tidak ada
wilayah endemis malaria namun dari tahun ke tahun kasus malaria
menunjukkan peningkatan, pada tahun 2011 masih ditemukan 17 tersangka
penderita malaria, tahun 2012 ditemukan 34 kasus dan tahun 2013 42 kasus.
Kasus ini dimungkinkan dari daerah lain (import).
2013, angka ini sudah dibawah angka nasional sebesar 107 per 100.000
penduduk.
5) Prevalensi penyakit kusta menunjukkan peningkatan tahun 2012 sebesar
0,67 per 10.000 penduduk menjadi 0,85 per 10.000 pada tahun 2013.
6) Penemuan kasus HIV/AIDS menunjukkan peningkatan, tahun 2012
ditemukan sebanyak 30 kasus HIV dan 16 kasus AIDS, meningkat menjadi
104 kasus HIV dan 22 kasus AIDS pada tahun 2013.
c. Status Gizi masyarakat.
1) Persentase Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) menunjukkan penurunan,
tahun 2012 sebesar 6,02% menjadi 5,44% pada tahun 2013.
2) Persentase balita gizi buruk dengan indikator berat badan menurut tinggi
badan menunjukkan peningkatan, yaitu 0,14% pada tahun 2012 menjadi
0,16% pada tahun 2013.
2. Capaian beberapa Program Kesehatan di Kabupaten Batang.
a. Pelayanan Kesehatan Dasar.
1) Cakupan kunjungan ibu hamil K4 di Kabupaten Batang menunjukkan
penurunan, dari 93,93% pada tahun 2012 menjadi 93,66% di tahun 2013.
2) Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan di Kabupaten Batang menunjukkan
penurunan, dari 99,89% pada tahun 2012 menjadi 95,41% di tahun 2013.
3) Cakupan ibu hamil komplikasi kebidanan yang ditangani menunjukkan
peningkatan, dari 110,63% pada tahun 2012 menjadi 120,67% di tahun
2013, angka sudah mencapai target 2013 sebesar 100%.
4) Cakupan kunjungan neonatus (0-28 hari/KN3) menunjukkan peningkatan,
dari 98,85% pada tahun 2012 menjadi 99,39% di tahun 2013.
5) Cakupan kunjungan bayi (1-12 bulan) menunjukkan penurunan, dari
97,35% pada tahun 2012 menjadi 96,36% di tahun 2013.
6) Cakupan bayi berat badan lahir rendah/BBLR yang ditangani tahun 2012
7) Cakupan pemeriksaan kesehatan/penjaringan siswa SD dan setingkat
menunjukkan penurunan, dari 100% pada tahun 2012 menjadi 99,4% di
tahun 2013, angka ini masih dibawah target SPM sebesar 100%.
8) Cakupan peserta KB aktif menunjukkan penurunan, dari 83,03% pada
tahun 2012, menjadi 81,08% di tahun 2013.
9) Cakupan desa/ kelurahan Universal Child Immunization (UCI) menunjukkan
peningkatan, dari 95,16% pada tahun 2012 menjadi 97,58% di tahun 2013.
10) Cakupan kunjungan rawat jalan menunjukkan peningkatan, dari 19% di
tahun 2012 menjadi 21,73% di tahun 2013.
11) Cakupan kunjungan rawat inap menunjukkan peningkatan, dari 0,80%
pada tahun 2012 menjadi 1,34% di tahun 2013.
12) Cakupan pelayanan gangguan jiwa menunjukkan penurunan, dari 7% pada
tahun 2012 menjadi 2,54% di tahun 2013.
b. Perbaikan Gizi masyarakat.
1) Cakupan balita yang datang dan ditimbang (D/S) menunjukkan
peningkatan, dari 80,02% pada tahun 2012 menjadi 81,14% di tahun 2013.
2) Cakupan balita yang naik berat badannya (N/D) menunjukkan sedikit
penurunan, dari 70,62% pada tahun 2012 menjadi 70,42% di tahun 2013.
3) Cakupan balita bawah garis merah (BGM) di Kabupaten Batang
menunjukkan penurunan, dari 1,78% pada tahun 2012 menjadi 1,47% di
tahun 2013.
4) Cakupan bayi (6-11 bulan) mendapatkan kapsul vit A 1 kali per tahun
menunjukkan peningkatan, dari 98,52% pada tahun 2012 menjadi 117,73%
di tahun 2013.
5) Cakupan balita (12-59 bulan) mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahun
menunjukkan penurunan, dari 99,44% pada tahun 2012 menjadi 96,73% di
tahun 2013.
6) Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A menunjukkan penurunan,
dari 100,35% pada tahun 2012 menjadi 95,36% di tahun 2013.
7) Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe menunjukkan peningkatan, dari
8) Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi (6-24 bulan) dari
keluarga miskin di Kabupaten Batang menunjukkan peningkatan, dari
2,53% pada tahun 2012 menjadi 3,19% tahun 2013.
9) Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan dari tahun 2008 sudah
mencapai target SPM sebesar 100%.
c. Pemberantasan Penyakit Menular.
1) Desa/kelurahan mengalami kejadian luar biasa (KLB) yang ditangani <24
jam di Kabupaten Batang dari tahun 2010 sudah mencapai target SPM
sebesar 100%.
2) Cakupan AFP rate menunjukkan sedikit penurunan, dari 2,26 per 100.000
anak usia < 15 tahun pada tahun 2012 menjadi 2,25 per 100.000 anak usia
<15 tahun di tahun 2013, angka ini sudah diatas target SPM sebesar >2 per
100.000 anak usia <15 tahun. Dari jumlah kasus lumpuh layuh yang
ditemukan, berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan
negatif polio (berarti tidak ditemukan virus polio liar).
3) Kesembuhan penderita TBC BTA positif (Cure rate) menunjukkan
penurunan, dari 92,06% pada tahun 2012 menjadi 87,50% di tahun 2013,
meskipun sudah mencapai target sebesar >85%, namun perlu diwaspadai
kerena menunjukkan penurunan.
4) Penemuan kasus TBC BTA positif (Case detektion rate) menunjukkan
penurunan, dari 77,28% pada tahun 2012 menjadi 72,85% pada tahun
2013.
5) Prevalensi Penderita TB menunjukkan penurunan dari 84,32 per 100.000
penduduk pada tahun 2012 menjadi 80,31 per 100.000 penduduk pada
tahun 2013.
6) Cakupan balita dengan pneumoni yang ditangani menunjukkanpenurunan,
dari 25,13% pada tahun 2012 menjadi 14,59% di tahun 2013.
7) Klien yang mendapatkan penanganan HIV/AIDS dari tahun 2010 sudah
mencapai target sebesar 100%.
8) Kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati dari tahun 2010 sudah
9) Penderita DBD yang ditangani, dari tahun 2010 sudah mencapai target
SPM sebesar 100%
10) Incident rate DBD menunjukkan peningkatan, dari 3,78 per 100.000
penduduk pada tahun 2012 menjadi 61,66 per 100.000 penduduk di tahun
2013.
11) Angka kematian DBD (Case fatality rate) menunjukkan penurunan, dari
3,70% pada tahun 2012 menjadi 2,48% pada tahun 2013.
12) Balita diare yang ditangani menunjukkan peningkatan, dari 39,06 pada
tahun 2012 menjadi 43,91 pada tahun 2013.
13) Angka kematian diare (Case fatality rate), dari tahun 2010 tidak ada
kematian (0,0%).
d. Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar.
1) Cakupan institusi yang dibina menunjukkan peningkatan, dari 65,78% pada
tahun 2012 mnjadi 86,80% pada tahun 2013.
2) Cakupan rumah sehat menunjukkan penurunan, dari 61,75% pada tahun
2012 menjadi 59,93% di tahun 2013.
3) Cakupan keluarga yang memiliki jamban sehat menunjukkan peningkatan,
dari 54,73% pada tahun 2012 menjadi 56,55% di tahun 2013.
4) Cakupan rumah yang mempunyai SPAL menunjukkan penurunan, dari
72,74% pada tahun 2012 menjadi 71,86% di tahun 2013.
5) Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk aedes menunjukkan peningkatan,
dari 77,92% pada tahun 2012 menjadi 79,77% pada tahun 2013.
6) Tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan menunjukkan
penurunan, dari 60,78% pada tahun 2012 menjadi 47,92% pada tahun
2013.
e. Promosi Kesehatan.
1) Cakupan rumah tangga sehat menunjukkan peningkatan, dari 74,13% pada
tahun 2012, menjadi 82,63% di tahun 2013.
2) Bayi yang mendapat ASI eksklusif menunjukkan peningkatan, dari 50,70%
pada tahun 2012, menjadi 51,93% di tahun 2013.
4) Cakupan keluarga sadar gizi menunjukkan peningkatan, dari 24,10% pada
tahun 2012, menjadi 30,65% di tahun 2013.
5) Cakupan posyandu purnama menunjukkan peningkatan, dari 35,63% pada
tahun 2012, menjadi 38,93% di tahun 2013.
6) Cakupan posyandu mandiri menunjukkan peningkatan, dari 9,69% pada
tahun 2012 menjadi 16,13% pada tahun 2013.
7) Cakupan desa siaga aktif tahun 2012 dan 2013 sudah mencapai 100%.
f. Penyediaan Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
1) Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan untuk keluarga miskin di
Kabupaten Batang sudah memenuhi target sebesar 100%.
Tabel kinerja pelayanan Dinas Kesehatan kabupaten Batang Tahun 2007 – 2012
terlampir.
D. KEKUATAN DAN KELEMAHAN INTERNAL DINAS KESEHATAN
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan terdapat beberapa
kekuatan yang dimiliki dan beberapa kelemahan yang harus dihadapi, yaitu :
1. Kekuatan (Strenght).
a. Sarana pelayanan kesehatan yang mencukupi.
Sarana pelayanan kesehatan yang ada di Kabupaten Batang terdiri dari 1 Rumah
Sakit Umum Daerah, 1 RS Swasta, 21 Puskesmas 5 diantaranya merupakan
Puskesmas Rawat Inap, 44 Puskesmas Pembantu, 33 Mobil Puskesmas keliling
dan 177 Poliklinik Kesehatan Desa.
b. Pelaksanaan upaya kesehatan yang cukup baik.
Pelaksanaan upaya kesehatan baik upaya kesehatan perorangan maupun upaya
kesehatan masyarakat sudah berjalan cukup baik.
c. Persediaan obat yang cukup.
Persediaan obat sesuai kebutuhan dalam dua tahun terakhir cukup.
a. Menajemen pelayanan kesehatan yang belum optimal.
Dalam pengelolaan manajemen (pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen)
pelayanan kesehatan masih lemah, baik ditingkat kabupaten maupun
kecamatan (puskesmas).
b. Jumlah dan kualitas tenaga kesehatan yang kurang mendukung.
Jumlah tenaga kesehatan dikabupaten Batang masih kurang, apalagi jika
dibandingkan dengan target yang ada di indikator Indonesia Sehat. Jumlah
tenaga kesehatan berdasarkan jumlah dan jenis tenaga kesehatan masih jauh
dibawah target Indonesia Sehat, demikian juga dengan kualitas tenaga
kesehatan yang ada masih kurang.
c. Perencanaan dan pengannggaran belum sepenuhnya menerapkan penyusunan
rencan kerja dan pengganggaran berbasis kinerja dan belum berorientasi pada
pemecahan masalah. Anggaran tidak mencukupi sehingga sistem penganggaran
masih berdasarkan budget oriented.
d. Terbatasnya anggaran kesehatan.
Anggaran kesehatan di Dinas Kesehatan masih berkisar 9 s/d 11% dari seluruh
pembiayaan di kabupaten, angka ini masih di bawah kesepakatan Bupati se
Indonesia sebesar 15%.
e. Sarana pelayanan kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang masih
terbatas, yaitu 23,08% dari jumlah sarana kesehatan yang ada di Kabupaten
Batang.
f. Sistem informasi kesehatan yang belum baik.
Sistem informasi kesehatan di Kabupaten Batang sebagian besar masih
dilakukan secara manual (belum memanfaatkan teknologi informasi).
E. PELUANG DAN TANTANGAN EKSTERNAL DINAS KESEHATAN
Berdasarkan analisa terdapat beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kinerja dan beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Kabupaten Batang yaitu :
1. Peluang (Opportunity).
a. Dukungan kebijakan dari pemerintah (peraturan perundangan)
1) Terdapatnya peraturan perundangan yang terkait dengan kesehatan
diantaranya :
a) Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 ayat (1) mengamanatkan bahwa
fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara; (2) menyebutkan
bahwa negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan dan ayat (3) Negara bertanggung
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Berkaitan dengan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut selanjutnya
dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN), pasal 14 ayat (1) menyebutkan bahwa
Pemerintah secara bertahap mendaftarkan penerima bantuan iuran
sebagai peserta kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dan ayat
(2) bahwa penerima bantuan iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah fakir miskin dan orang tidak mampu.
Peraturan perundangan tersebut merupakan peluang untuk
mengembangkan sistem pembiayaan pemeliharaan kesehatan.
b) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
pasal 14 ayat (1) e, yang menyebutkan bahwa penanganan bidang
kesehatan merupakan salah satu urusan wajib yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah untuk Kabupaten/Kota; Undang
Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah terutama pasal 2 ayat (3), bahwa
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah
merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan
penyelenggaraan azas Desentralisasi, Dekonsentrasi dan Tugas
pembantuan. Kemudian dalam pelaksanaan kedua undang-undang
tersebut dijabarkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005
tentang Dana Perimbangan.
2) Terdapatnya dukungan kebijakan dari Pemerintah Pusat, Provinsi dan
38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
b. Terdapat komitmen global, regional dan nasional yang menyangkut masalah
kesehatan, mewajibkan pemerintah memberi perhatian terhadap pemecahan
masalah kesehatan.
Komitmen Global Millenium Development Goal’s MDG’“ terdiri dari delapa
point komitmen, tiga diantaranya masalah kesehatan yaitu menurunkan
kematian anak, peningkatan kesehatan ibu dan upaya menghentikan
penyebaran terhadap penyakit (khususnya HIV/AIDS, Malaria, Tuberculosa dan
penyakit lainnya).
Komitmen global terhadap dinia bebas penyakit polio. Badan Kesehatan Dunia
(WHO, 1988) mencanangkan program Eradikasi Polio (The Global Polio
Eradication initiative) yaitu pemusnahan polio dari bumi.
Komitmen pemerintah terhadap pembangunan kesehatan diimplementasikan
pada pelaksanaan pembangunan nasional dengan menggunakan konsep
paradigma sehat, yang dicanangkan oleh Presiden RI pada bulan Maret 1999,
sebagai Geraka Pe ba gu a Berwawasa Kesehata . Paradig a sehat
merupakan cara pandang, pola pikir atau model pembangunan kesehatan yang
melihat masalah kesehatan saling terkait dan mempengaruhi dengan banyak
faktor yang bersifat lintas sektor dan upayanya lebih diarahkan pada
peningkatan pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya
penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan. Secara makro berarti
bahwa pembangunan semua sektor harus memperhatikan dampaknya terhadap
kesehatan minimal memberikan sumbangan dalam pengembangan lingkungan
dan perilaku sehat. Secara mikro berarti bahwa pembangunan kesehatan harus
menekankan pada upaya promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitataf.
c. Dukungan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan, hal ini
diwujutkan dengan semakin berkembangnya kelembagaan Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyartakat (UKBM) yang meliputi (Posyandu, Pos UKK,
d. Sedang di kembangkannya system informasi puskesmas berbasis komputerais
(Sistem Informasi Manajemen Puskesmas).
2. Tantangan (Treat)
a. Adanya potensi bencana alam dan musibah masal.
Kondisi geografis wilayah Kabupaten Batang yang terdiri dari perbukitan, hutan,
laut dan kondisi kesehatan lingkungan yang kurang baik memunculkan potensi
terjadinya bencana dan musibah masal.
b. Adanya daerah endemis dan penyakit potensial wabah.
c. Kabupaten Batang merupakan daerah endemis DBD, angka kesakitan DBD
menunjukkan angka yang fluktuatif tiap tahun, sehingga penyakit Demam
Berdarah di Kabupaten Batang masih menjadi masalah dan ancaman bagi
masyarakat.
d. Masih adanya status gizi buruk, berdasarkan hasil penimbangan pada tahun
2013 jumlah gizi buruk dengan indikator berat badan menurut tinggi badan
sebesar 016%, sedangkan angka balita bawah garis merah (BGM) tahun 2013
sebesar 1,47%, meskipun angka ini sudah dibawah target sebesar <5%, namun
perlu kita waspadai agar kasus gizi buruk di Kabupaten Batang tidak meningkat.
e. Masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu.
Angka kematian bayi di Kabupaten Batang tahun tahun 2013 sebesar 14,85 per
1.000 kelahiran hidup, meskipun angka ini sudah dibawah target MDGs tahun
2015 (17 per 1.000 kelahiran hidup) namun masih diatas angka Jawa Tengah
tahun 2013 (10,41 per 1.000 kelahiran hidup). Meskipun angka kematian ibu
menunjukkan penurunan dari 188,75 per 100.000 kelahiran hidup (25 kasus)
pada tahun 2012 menjadi 111,77 per 100.000 kelahiran hidup (14 kasus) pada
tahun 2013, namun angka ini tiap tahun masih fluktuatif, sehingga perlu
mendapatkan perhatian.
f. Masih rendahnya kualitas kesehatan lingkungan.
Sebagai gambaran kualitas kesehatan lingkungan maka dapat dilihat dari
kualitas sanitasi dasar, dimana rumah yang memenuhi syarat kesehatan masih
dibawahb 65%. Tempat Tempat Umum yang memenuhi syarat kesehatan masih
dibawah 55%.
Kemampuan ekonomi masyarakat Batang masih rendah, hal ini mempengaruhi
kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan/mengakses pelayanan kesehatan
rujukan, sehingga masyarakat cenderung mencari pelayanan pengobatan
alternatif yang lebih murah dan tidak dibawah pengawasan tenaga kesehatan,
sementara kesadaran masyarakat terhadap asuransi kesehatan juga belum baik.
h. Perilaku dan kesadaran masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) masih rendah, terutama kebiasaan cuci tangan dengan sabun
sebelum makan dan sesudah buang air besar, kebiasaan merokok, pemberian
ASI Eksklusif pada bayi dan belum membudayanya Pemberantasan Sarang
Nyamuk.
i. Masih tingginya angka kesakitan dan kematian karena penyakit menular.
Mobilitas penduduk di wilayah Kabupaten Batang cukup tinggi , mengingat
Kabupaten Batang terletak di jalur pantura, hal ini mempercepat sebaran
penyakit menular, sehingga mengakibatkan angka kesakitan karena penyakit
menular meningkat, misalnya HIV/AIDS, DBD, Malaria dll.
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
A. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN
KESEHATAN
Berdasarkan hasil pelaksanaan pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan di
Kabupaten Batang, maka masih banyak berbagai permasalah yang dihadapi oleh Dinas
Kesehatan, yaitu diantaranya :
1. Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi dan menunjukkan angka yang
fluktuatif yaitu tahun 2011 sebesar 183,82 per 100.000 kelahirah hidup (23 kasus),
tahun 2012 sebesar 188,75 per 100.000 kelahiran hidup (25 kasus) dan tahun
2013 turun menjadi 111,77 per 100.000 kelahirah hidup (14 kasus). Kebanyakan
kematian ibu disebabkan adanya penyakit bukan karena akibat langsung
kehamilan, melainkan penyakit infeksi dan non infeksi yang sudah ada sebelum
kehamilannya. Kebanyakan kematian ada di tingkat rujukan yaitu rumah sakit.
Masih tingginya angka kematian ibu berkaitan dengan keterlambatan keputusan
keluarga untuk merujuk penderita ke rumah sakit, ketidaksiapan alat transportasi
dan kurangnya tenaga dokter spesialis kebidanan.
2. Angka Kematian Bayi (AKB), dalam dua tahun terakhir menunjukkan peningkatan,
hal ini berhubungan dengan masih tingginya angka Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) yaitu masih diatas 5%.
3. Meskipun cakupan balita Bawah Garis Merah (BGM) menunjukkan penurunan
namun hal ini perlu selalu diwaspadai agar tidak meningkatkan kasus gizi buruk di
kabupaten Batang.
4. Meskipun angka prevalensi penderita TB menunjukkan penurunan dari 84,32 per
100.000 penduduk pada tahun 2012 menjadi 80,31 per 100.000 penduduk pada
tahun 2013, namun hal ini perlu diwaspadai, karena angka kesembuhan penderita
menurun dari 92,06% pada tahun 2012 menjadi 87,50% pada tahun 2013 dan
menurunnya angka penemuan penderita, dari 77,28% pada tahun 2012 menjadi
72,85% pada tahun 2013. Sehingga perlu meningkatkan upaya penemuan
5. Meningkatnya angka prevalensi penyakit kusta dalan dua tahun terakhir dari 0,67
per 1000 penduduk pada tahun 2012 menjadi 0,85 per 1000 penduduk pada
tahun 2013, hal ini perlu diwaspadai.
6. Angka kesakitan dan kematian penyakit demam berdarah meskipun dalam dua
tahun terakhir menunjukkan penurunan namun perlu selalu diwaspadai
mengingat meningkatnya daerah endemis DBD di Kabupaten Batang,
7. Penemuan infeksi HIV dan AIDS tiap tahun cenderung meningkat, hal ini perlu
diwaspadai mengingat Kabupaten Batang terletak dijalur utama transportasi antar
daerah.
8. Penyakit menular/infeksi belum semua dapat diatasi, disisi lain angka kesakitan
dan kematian beberapa penyakit tidak menular dan degeneratif seperti diabetus
melitus (DM), kardiovaskular dan kanker cenderung meningkat.
9. Kualitas lingkungan masih rendah. Cakupan sanitasi dasar seperti cakupan air
bersih, cakupan jamban keluarga, cakupan sarana pembuangan air limbah (SPAL),
serta proporsi rumah sehat masih dibawah angka Jawa Tengah.
10. Meskipun cakupan ruhah tangga sehat menunjukkan peningkatan namun
kebiasaan cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar
belum membudaya dan kebiasaan merokok dimasyarakat masih tinggi, perilaku
pemberian ASI Eksklusif pada bayi masih rendah, Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) belum membudaya.
11. Meskipun cakupan desa/kelurahan mengalami kejadian luar biasa yang ditangani
<24 Jam di Kabupaten sudah mencapai 100% namun belum optimal dalam
penanganannya, hal ini karena terbatasnya sarana dan prasarananya yang ada.
12. Pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu belum
optimal, kondisi ini antara lain disebabkan jumlah dan kualitas sumberdaya
kesehatan belum memadai, seperti jumlah sarana kesehatan yang mempunyai
kemampuan pelayanan gawat darurat masih terbatas, jumlah puskesmas dengan
rawat inap yang masih terbatas, belum semua desa mempunyai Poliklidik
Kesehatan Desa (PKD).
13. Meskipun cakupan desa siaga aktif sudah mencapai 100% pada tahun 2013 manun
masyarakat dalam pembangunan kesehatan juga kurangnya dukungan dan peran
aktif dari stakeholder.
14. Masih banyaknya penggunaan bahan berbahaya pada produk makanan dan
minuman di masyarakat.
15. Terbatasnya jumlah dan kualitas tenaga kesehatan, terutama tenaga dokter
spesialis.
16. Sistem perencanaan dan penganggaran di Dinas Kesehatan belum optimal dan
belum terpadu karena dukungan informasi kesehatan yang kurang memadai, baik
ketepatan, keakuratan maupun kelengkapan.
B. TELAAHAN VISI, MISI DAN PROGRAM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH
TERPILIH.
Dalam menentukan arah kemana Kabupaten Batang dalam lima tahun kedepan, Bupati
dan Wakil Bupati Kabupaten Batang terpilih menyusun Visi dan misi Bupati dan Wakil
Tahun 2012-2017. Adapun visi Bupati dan Wakil Bupati terpilih, yaitu:
Terwujudnya pemerintahan yang bersih, efektif, efisien dan profesional, untuk
penguatan ekonomi daerah, dan pencapaian kesejahteraan masyarakat Batang.
Untuk mewujudkan visi tersebut disusun 4 misi, satu misi yang berkaitan dengan
kesehatan adalah misi ke empat, yaitu :
Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat supaya dapat berpartisipasi aktif
dalam pembangunan.
Tujuan dan sasaran dari misi ke empat yang berkaitan dengan pembangunan
kesehatan adalah :
Meningkatkan derajat kualitas hidup masyarakat dalam bidang kesehatan, dengan
sasaran :
• Tersedianya Pelayanan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu/ lansia; • Meningkatkan gizi masyarakat dan status kesehatan;
• Meningkatkan mutu pelayanan puskesmas dan rumah sakit umum daerah;
C. TELAAHAN RENSTRA KEMENTERIAN KESEHATAN DAN RENSTRA DINAS KESEHATAN
PROVINSI JAWA TENGAH.
Pembangunan kesehatan diarahkan pada peningkatan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup bersih dan sehat untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang optimal.
Arah kebijakan dan strategi Kementeriaan Kesehatan didasarkan pada arah kebijakan
dan strategi nasional sebagaimana tercantum di dalam Rencana Pembangunan jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dengan menperhatikan permasalahan
kesehatan.
Sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan 2010-2014 yaitu :
1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat, dengan :
a. Meningkatnya umur harapan hidup dari 70,7 tahun menjadi 72 tahun;
b. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 228 menjadi 118 per
100.000 kelahiran hidup;
c. Menurunkan angka kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 1.000 kelahiran
hidup;
d. Menurunnya angka kematian neonatal dari 19 menjadi 15 per 1.000 kelahiran
hidup;
e. Menurunnya prevalensi kekurangan gizi (gizi kurang dan gizi buruk) pada anak
balita dari 18,4 % menjadi di bawah 15,0%;
f. Menurunnya prevalensi anak balita yang pendek (stunting) dari 36,8% menjadi
kurang dari 32%;
g. Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (cakupan
PN) sebesar 90%;
h. Persentase Puskesmas Rawat Inap yang mampu PONED sebesar 100%;
i. Persentase Rumah Sakit Kab/Kota yang melaksanakan PONEK sebesar 100%;
j. Cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap) sebesar 90%.
2. Menurunya angka kesakitan akibat penyakit menular, dengan :
a. Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 per 100.000
penduduk;
c. Terkendalinya prevalensi HIV pada populasi dewasa dari 0,2% menjadi 0,5%;
d. Meningkatnya cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia 11 bulan dari 80%
menjadi 90%;
e. Persentase desa yang mencapai UCI dari 80% menjadi 100%;
f. Angka kesakitan DBD dari 55 menjadi 51 per 100.000 penduduk.
3. Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan antar
tingkat sosial ekonomi serta gender, dengan menurunnya disparitas separuh dari
tahun 2009.
4. Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka
mengurangi resiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk,
terutama penduduk miskin.
5. Meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat pada tingkat rumah tangga dari
50% menjadi 70%.
6. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis di daerah tertinggal,
terpencil, perbatasan dan kepulauan terluar (DTPK).
7. Seluruh provinsi melaksanakan program pengendalian penyakit menular.
8. Seluruh Kabupaten/Kota melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008
tentang standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, meliputi
jenis pelayanan, indicator dan target yang harus dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota,
meliputi :
1. Pelayanan Kesehatan Dasar.
a. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 95% pada Tahun 2015.
b. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80% pada Tahun 2015
c. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan 90% pada Tahun 2015.
d. Cakupan pelayanan nifas 90% pada Tahun 2015.
e. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80% pada Tahun 2010.
f. Cakupan kunjungan bayi 90% pada Tahun 2010.
g. Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 100% pada Tahun
h. Cakupan pelayanan anak balita 90% pada Tahun 2010.
i. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6–24 bulan
keluarga miskin 100% pada Tahun 2010.
j. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100% pada Tahun 2010.
k. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100% pada Tahun
2010.
l. Cakupan peserta KB aktif 70% pada Tahun 2010.
m. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit 100% pada Tahun
2010.
n. Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin 100% pada
Tahun 2015.
2. Pelayanan Kesehatan Rujukan.
a. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 100% pada
Tahun 2015.
b. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana
kesehatan (RS) di kabupaten/kota 100% pada Tahun 2015.
3. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa/KLB
Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi
<24 jam 100% pada Tahun 2015.
4. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Cakupan desa siaga aktif 80% pada Tahun 2015.
Komitmen Global Mille iu Develop e t Goal’s MDG’“ terdiri dari delapa poi t
komitmen, tiga diantaranya masalah kesehatan yaitu menurunkan kematian anak,
peningkatan kesehatan ibu dan upaya menghentikan penyebaran terhadap penyakit
(khususnya HIV/AIDS, Malaria, Tuberculosa dan penyakit lainnya).
Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah , menyebutkan bahwa kondisi yang
ingin dicapai oleh segenap komponen masyarakat memalui pembangunan kesehatan
Provinsi Jawa Tengah adalah Jawa Tengah Sehat. Untuk mewujudkannya dilakukan
beberapa hal diantaranya :
a. Menyelenggarakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara merata,
b. Menggerakkan kemitraan dan peran serta masyarakat untuk mewujudkan
kemadirian masyarakat untuk hidup sehat.
c. Mewujudkan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang bermutu, merata,
terjangkau serta pembinaan pengendalian bidang farmasi, makanan minuman dan
perbekalan kesehatan.
d. Peningkatan mutu sumberdaya kesehatan melalui regulasi kesehatan dan
pengembangan profesionalisme.
e. Mendorong terwujudnya kondisi lingkungan sehat dan perilaku hidup sehat dalam
mengendalikan dan mencegah penyakit serta penanggulangan kejadian luar biasa.
f. Mengembangkan system informasi kesehatan terpadu dan penelitian kesehatan
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
g. Mewujudkan system pembiayaan kesehatan masyarakat.
Pelaksanaan perencanaan pembangunan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten
Batang perlu diselaraskan dengan tujuan, sasaran, kebijakan strategi, progran dan
kegiatan kementerian Kesehatan maupun Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
D. PENENTUAN ISU-ISU STRATEGIS
Berdasarkan hasil pelaksanaan pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan di
Kabupaten Batang, maka masih banyak berbagai permasalah yang dihadapi oleh Dinas
Kesehatan, berikut rumusan isu-isu strategis Dinas Kesehatan yaitu :
1. Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), dalam
tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan dan angka ini masih menempati
sepuluh besar tertinggi di Jawa Tengah.
2. Masih adanya kasus gizi kurang pada balita dan ibu hamil.
3. Masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan tidak
menular. Angka kesakitan dan kematian penyakit demam berdarah meskipun
dalam dua tahun terakhir menunjukkan penurunan namun perlu selalu
diwaspadai mengingat meningkatnya daerah endemis DBD di Kabupaten Batang,
penemuan infeksi HIV dan AIDS tiap tahun cenderung meningkat. Penyakit
menular/infeksi belum semua dapat diatasi, disisi lain angka kesakitan dan
kematian beberapa penyakit tidak menular dan degeneratif seperti diabetus
4. Kualitas lingkungan masih rendah. Cakupan sanitasi dasar seperti cakupan air
bersih, cakupan jamban keluarga, cakupan sarana pembuangan air limbah (SPAL),
serta proporsi rumah sehat masih dibawah angka Jawa Tengah.
5. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di masyarakat masih rendah.
Kebiasaan cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar
belum membudaya dan kebiasaan merokok dimasyarakat masih tinggi, perilaku
pemberian ASI Eksklusif pada bayi masih rendah, Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) belum membudaya.
6. Belum optimalnya penanganan kejadian luar biasa (KLB) termasuk bencana.
7. Pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu belum
optimal, kondisi ini antara lain disebabkan jumlah dan kualitas sumberdaya
kesehatan belum memadai, seperti jumlah sarana kesehatan yang mempunyai
kemampuan pelayanan gawat darurat masih terbatas, jumlah puskesmas dengan
rawat inap yang masih terbatas, belum semua desa mempunyai Poliklidik
Kesehatan Desa (PKD).
8. Partisipasi/peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan belum
optimal/masih rendah (posyandu, Pemberantasan Sarang Nyamuk, Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat dan pengembangan desa siaga).
9. Masih banyaknya penggunaan bahan berbahaya pada produk makanan dan
minuman di masyarakat.
10. Terbatasnya jumlah dan kualitas tenaga kesehatan dan non kesehatan (tenaga
berlatar belakang pembangunan fisik gedung dan teknologi informasi).
11. Sistem perencanaan dan penganggaran di Dinas Kesehatan belum optimal dan
belum terpadu karena dukungan informasi kesehatan yang kurang memadai, baik
BAB IV
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN
A. VISI DINAS KESEHATAN
Visi adalah suatu gambaran menantang tentang kedaan masa depan yang berisikan cita
dan citra yang ingin diwujudkan. Visi berkaitan dengan pandangan kedepan
menyangkut kemana Dinas Kesehatan Kabupaten Batang harus dibawa dan diarahkan
agar dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif, inovatif serta
produktif.
Untuk mencapai sasaran pembangunan kesehatan pada tahun 2017 seperti telah
ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Batang dan dengan mempertimbangkan perkembangan masalah serta
berbagai kecenderungan masalah kesehatan ke depan maka ditetapkan Visi Dinas
Kesehatan Kabupaten Batang.
Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Batang adalah Mewujudkan Masyarakat Batang Sehat
Pada Tahun 2017
Ya g di aksud de ga Masyarakat Bata g “ehat adalah asyarakat Kabupate Batang yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan berperilaku hidup bersih dan
sehat serta mampu mengakses palayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata.
B. MISI DINAS KESEHATAN
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Batang, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Misi merupakan
suatu pernyataan yang menetapkan tujuan organisasi dan sasaran yang ingin dicapai.
Dengan adanya misi berarti membawa organisasi pada suatu fokus dan diharapkan
seluruh jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Batang dan pihak lain yang berkepentingan
dapat mengenal instansi Dinas Kesehatan Kabupaten Batang dan mengetahui
Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Batang 2012 - 2017 adalah sebagai berikut :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
Dalam penyelenggaraan pembangunan di Kabupaten Batang harus
memperhatikan/memperhitungkan dampaknya terhadap kesehatan, paling tidak
mempunyai kontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan baik langsung
maupun tidak langsung. Upaya tersebut harus dapat menekan sekecil mungkin
dampak negatif yang merugikan kesehatan masyarakat beserta lingkungannya.
2. Memberdayakan masyarakat dalam upaya pembangunan kesehatan.
Dalam upaya pembangunan kesehatan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh
pemerintah, segala upaya pembangunan kesehatan harus melibatkan semua
elemen masyarakat. Dalam era reformasi masyarakat harus dapat berperan aktif
dalam pembangunan kesehatan, dimulai sejak penyusunan berbagai kebijakan
pembangunan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan
mendorong masyarakat agar mampu secara mandiri menjamin terpenuhinya
kebutuhan kesehatan dan kesinambungan pelayanan kesehatan.
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau bagi
masyarakat.
Dinas Kesehatan Kabupaten Batang sebagai institusi yang mempunyai tugas pokok
melaksanakan urusan pemerintah daerah dan tugas pembantuan dibidang
kesehatan bertanggung jawab terhadap ketersediaan pelayanan kesehatan yang
bermutu, merata dan terjangkau oleh setiap individu, keluarga dan masyarakat di
wilayah Kabupaten Batang.
4. Mewujudkan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan serta melaksanakan
pembinaan, pengendalian dan pengawasan bidang farmasi dan makanan
minuman.
Pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau akan terwujud apabila
ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan terpenuhi. Untuk menghindarkan
masyarakat dari masalah kesehatan akibat penyalahgunaan dan pemalsuan
produk obat dan makanan perlu dilakukan pembinaan dan pengendalian bidang
farmasi, makanan, minuman dan perbekalan kesehatan.
Dalam upaya menurunkan angka kematian dan kesakitan serta menekan dan
mengendalikan kejadian luar biasa maka perlu dilakukan kewaspadaan sedini
mungkin dengan meningkatkan kegiatan surveilans penyakit, pencegahan
penyakit serta mengendalikan foktor resiko terhadap timbulnya suatu penyakit.
6. Mengembangkan sistem informasi kesehatan terpadu.
Perencanaan yang baik adalah perencanaan berdasarkan data/fakta (evidence
based), salah satu upaya untuk mendapatkan data/informasi yang tepat untuk
perencanaan dibidang kesehatan adalah dengan mengembangkan sistem
informasi kesehatan secara terpadu, baik dilingkungan Dinas Kesehatan
Kabupaten Batang maupun Unit Pelaksana Teknis Dinas (Puskesmas).
C. TUJUAN
Tujuan akan mengarahkan perumusan sasaran, strategi, kebijakan, program dan
kegiatan dalam rangka merealisasi misi. Tujuan merupakan penjabaran atau
implementasi dari pernyataan misi. Tujuan adalah hasil akhir yang akan dicapai atau
dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun. Penetapan
tujuan Dinas Kesehatan Kabupaten Batang mengacu pada pernyataan visi dan misi
serta didasarkan pada isu-isu strategis.
Tujuan Dinas Kesehatan Kabupaten Batang adalah :
1. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan.
2. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
3. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
4. Meningkatnya pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan
5. Terpenuhinya kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan
6. Terpantaunya peredaran obat, makanan dan minuman yang beredar di
masyarakat.
7. Mencegah dan memberantas penyakit menular serta mengendalikan
penyebarannya.
D. SASARAN
Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan secara terukur yang akan dicapai atau
dihasilkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Batang dalam jangka waktu lima tahun
terakhir. Sasaran merupakan bagian integral dalam perencanaan strategis. Sasaran
harus bersifat spesifik, dapat dinilai, diukur dan menantang namun dapat dicapai.
Berdasarkan hal tersebut diatas, Dinas Kesehatan Kabupaten Batang menetapkan
sasaran sebagai berikut :
1. Sasaran yang akan dicapai pada akhir tahun 2017 adalah :
a. Meningkatkan kualitas sanitasi dasar, yaitu :
Cakupan rumah yang memenuhi syarat kesehatan, dari 60,90% pada tahun
2012 menjadi 65% pada tahun 2017.
b. Meningkatkan kualitas sanitasi di TTU, yaitu :
Cakupan TTU yang memenuhi syarat kesehatan, dari 70% pada tahun 2012
menjadi 85% pada tahun 2017.
c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM).
Cakupan Posyandu Mandiri, dari 9,69% pada tahun 2012 menjadi 20% pada
tahun 2017
d. Pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat, yaitu :
Cakupan rumah tangga sehat, dari 74,13% tahun 2012 menjadi 88% pada
tahun 2017.
e. Peningkatan mutu pelayanan di puskesmas dan jaringannya
1) Cakupan kunjungan rawat jalan, dari 19% tahun 2012 menjadi 45% pada
tahun 2017.
2) Cakupan kunjungan rawat inap, dari 10,58% pada tahun 2012 menjadi
11% pada tahun 2017.
f. Meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan :
1) Rasio puskesmas per 30.000 penduduk 0,88
2) Rasio Rumah Sakit per 100.000 penduduk, dari 0,28 pada tahun 2012
menjadi 0,41 pada 2017.
4) Rasio dokter umum per 100.000 penduduk, dari 9,51 pada tahun 2012
menjadi 11,5 pada tahun 2017.
5) Rasio dokter gigi per 100.000 penduduk, dari 1,26 pada tahun 2012
menjadi 1,6 pada tahun 2017.
6) Rasio tenaga perawat per 100.000 penduduk, dari 75,1 pada tahun 2012
menjadi 90 pada tahun 2017.
7) Rasio tenaga bidan per 100.000 penduduk, dari 66 pada tahun 2012
menjadi 77 pada tahun 2017.
g. Terjaminnya pelayanan kesehatan masyarakat miskin, dengan indikator :
Masyarakat miskin yang mempunyai jaminan pelayanan kesehatan 100%.
h. Meningkatkan upaya kesehatan pada masyarakat sekolah, dengan indikator :
Jumlah sekolah UKS strata optimal dan paripurna, dari 6% pada tahun 2012
menjadi 25% pada tahun 2017
i. Meningkatkan pelayanan kesehatan khusus ( gangguan kejiwaan dan gigi) dan
pelayanan kesehatan waktu lebaran.
1) Cakupan pelayanan gangguan jiwa, dari 2% pada tahun 2012 menjadi 13%
pada tahun 2017.
2) Cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, dari 2,5% pada tahun 2012
menjadi 9% pada tahun 2017.
3) Tersedianya posko kesehatan pada saat lebaran, dari 5 posko pada tahun
2012 menjadi 6 posko tahun 2017.
j. Meningkatkan status gizi masyarakat, dengan indicator :
1) Cakupan keluarga sadar gizi, dari 24,10% pada tahun 2012 menjadi 40%
pada tahun 2017.
2) Prevalensi kekurangan gizi (gizi buruk dan gizi kurang), dari 12,36% pada
tahun 2012 menjadi 10,50% pada tahun 2017.
k. Meningkatnya status kesehatan masyarakat lanjut usia.
Usia Harapan Hidup, dari 70,57 tahun tahun 2012 menjadi 71 tahun.
l. Menningkatnya status kesehatan ibu dan anak, dengan indicator :
1) Angka Kematian Ibu (AKI), dari 25 kasus tahun 2012 menjadi 16 kasus
2) Angka Kematian Bayi (AKB), dari 13,4 per 1000 lelahiran hidup tahun 2012
menjadi 11,50 per 1000 kelahiran hidup, pada tahun 2017.
8) Angka Kematian Balita (AKABA), dari 18,12 per 1000 lelahiran hidup tahun
2013 menjadi 15,50 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2017.
m. Terpenuhinya kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan di puskesmas dan
jaringannya, yaitu :
1) Ketersediaan jenis dan jumlah obat esensial dari 95% pada tahun 2012
menjadi 100% pada tahun 2017.
2) Ketersediaan jenis dan jumlah obat generik dari 95% pada tahun 2012
menjadi 100% pada tahun 2017.
n. Pemantauan dan pembinaan pengelolaan obat di sarana kesehatan dan
pengawasan makanan dan minuman yang beredar di masyarakat, dengan
indikator :
1) Cakupan Pemantauan dan pembinaan pengelolaan obat di sarana
kesehatan sebesar 100%.
2) Cakupan Pangan Industri Rumah Tangga yang berijin, dari 29,38% pada
tahun 2012 menjadi 90% pada tahun 2017.
o. Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular, meliputi:
1) Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI), dari 95,15%
pada tahun 2012 menjadi 100% pada tahun 2017.
2) AFP rate per 100.000 penduduk <15 tahun sebesar >2 kasus.
3) Inciden Rate kasus Demam Berdarah Dengue, dari 61,48/100.000
penduduk tahun 2013 menjadi <10/100.000 penduduk pada tahun 2017.
4) Prevalensi penderita TB, dari 81/100.000 penduduk pada tahun 2012
menjadi 76/100.000 penduduk pada tahun 2017.
5) Prevalensi penderita kusta, dari 1/10.000 tahun 2012 menjadi <1/10.000
pada tahun 2017.
p. Membangun dan mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan, yaitu :
Terlaksananya system informasi berbasis computer di Puskesmas, dari 11
Puskesmas (53,28%) tahun 2012 menjadi 21 Puskesmas (100%) pada tahun
Tabel 4.1
Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Dinas Kesehatan
VISI : Mewujudkan Masyarakat Batang Sehat Pada Tahun 2017
MISI 1 : Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN
TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Meningkatnya kualitas
kesehatan lingkungan
Meningkatkan kualitas
sanitasi dasar
Cakupan rumah yang
memenuhi syarat kesehatan
60,90% 61% 62% 63% 64% 65%
Meningkatkan kualitas sanitasi di TPUM, TTU, TP3 dan Institusi
Cakupan tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan
70% 71% 72% 75% 80% 85%
MISI 2 : Memberdayakan masyarakat dalam upaya pembangunan kesehatan
TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN
TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Meningkatnya peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan
Meningkatkan kuantitas dan kualitas UKBM
Cakupan posyandu mandiri 9,69% 16,13% 17% 18% 19% 20%
Meningkatnya kesadaran
masyarakat untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat.
hidup bersih dan sehat.
MISI 3 : Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau bagi masyarakat
TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN
TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Meningkatnya pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan.
Peningkatan mutu pelayanan di Puskesmas dan jaringannya
Cakupan Kunjungan rawat jalan
19% 21,73% 30% 35% 40% 45%
Cakupan Kunjungan rawat Inap
10,58% 9,91% 11% 11% 11% 11%
Meningkatkan
pemerataan pelayanan kesehatan
Rasio puskesmas per 30.000 penduduk
0,88 0,88 0,88 0,88 0,88 0,88
Rasio Rumah Sakit per 100.000 penduduk
0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,41
Rasio Dokter Spesialis per 100.000 penduduk
1,82 1,67 2 2 2,1 2,2
Rasio Dokter Umum per 100.000 penduduk
9,51 8,35 10 10,5 11 11,5
Rasio Dokter Gigi per 100.000
penduduk
1,26 1,11 1,3 1,4 1,5 1,6
Rasio Tenaga Perawat per
100.000 penduduk
Rasio Tenaga Bidan per 100.000 penduduk
66 65,6 70 73 75 77
Terjaminnya pelayanan Kesehatan masyakat Miskin
Cakupan masyarakat miskin yang mempunyai jaminan pelayanan kesehatan
100% 100% 100% 100% 100% 100%
Meningkatan upaya kesehatan pada masyarakat Sekolah
Jumlah Sekolah UKS dengan strata optimal dan paripurna
6% 12% 15% 20% 23% 25%
Meningkatkan pelayanan kesehatan khusus (jiwa dan gigi) dan pelayanan kesehatan waktu lebaran
Cakupan pelayanan gangguan jiwa
2% 2,54% 5% 7,5% 10% 13%
Cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
2,5% 5% 6% 7% 8% 9%
Tersedianya posko kesehatan
lebaran
5 posko 5 posko 6 posko 6 posko 6 posko 6 posko
Meningkatnya Status Gizi
masyarakat
Cakupan Keluarga Sadar Gizi 24,10% 30,65% 32% 35% 38% 40%
Prevalensi Kekurangan Gizi
(Gizi Buruk dan gizi kurang)
12,36% 11,83% 11,70% 11% 10,70% 10,50%
Meningkatnya status kesehatan masyarakat
lanjut usia
Meningkatkan Usia Harapan Hidup
70,57 70,97 70,98 70,99 71 71
Meningkatnya status
kesehatan Ibu dan Anak
Angka Kematian Ibu per
kasus
25 14 19 18 17 16
1.000 kelahiran hidup
Angka Kematian Balita per 1.000 kelahirah hidup
14,72 18,12 17 16,50 16 15,50
MISI 4 : Mewujudkan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan serta melaksanakan pembinaan, pengendalian dan pengawasan bidang farmasi dan makanan minuman
TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN
TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Terpenuhinya kebutuhan obat dan perbekalan
kesehatan
Terpenuhinya kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan di puskesmas
dan jaringannya
Ketersesediaan jenis dan jumlah obat esensial
95% 95% 96% 100% 100% 100%
Ketersesediaan jenis dan jumlah obat generik
95% 95% 96% 100% 100% 100%
Terpantaunya peredaran obat, makanan dan minuman yang beredar di masyarakat
Pemantauan dan pembinaan pengelolaan obat di sarana kesehatan dan pengawasan makanan dan minuman yang beredar di masyarakat
Cakupan pemantauan dan pembinaan pengelolaan obat di sarana
kesehatan/Puskesmas
100% 100% 100% 100% 100% 100%
Cakupan PIRT yang berijin 29,38% 83% 83% 85% 87% 90%
MISI 5 : Meningkatkan surveilans, pengendalian dan pencegahan penyakit serta penanggulangan kejadian luar biasa