• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Investasi Trayek Bus Kota Ditinjau dari Aspek Finansial (Studi Kasus di PO. Prasojo) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Investasi Trayek Bus Kota Ditinjau dari Aspek Finansial (Studi Kasus di PO. Prasojo) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Investasi Trayek Bus Kota

Perusahaan Otobus (PO) Prasojo merupakan salah satu perusahaan angkutan umum swasta yang berinvestasi untuk angkutan umum jenis bus dalam kota Semarang. PO. Prasojo akan melakukan penambahan ataupun pengurangan armada. Untuk saat ini PO. Prasojo memiliki 3 trayek yang beroperasi, antara lain jurusan Mangkang – Pudak Payung, Terboyo – Pudak Payung, dan Mangkang – Penggaron. Setiap trayek tersebut memiliki nilai investasi yang berbeda-beda, maka dari itu perlu untuk melakukan evaluasi investasi pada setiap trayek yang telah dilakukan oleh PO. Prasojo. Kemudian dari keempat trayek tersebut akan dianalisis dengan mencari kriteria kelayakan investasi yang meliputi Payback Period, NPV, IRR dan Profitability Index.

Dari evaluasi tersebut akan dianalisis pemilihan trayek yang dinilai layak secara ekonomis dengan membandingkan hasil analisis aspek finansial setiap trayek guna memberikan rekomendasi untuk penambahan dan atau pengurangan jumlah armada yang beroperasi pada setiap trayek. Dari setiap kriteria investasi mempunyai prioritas kelayakan yang berbeda-beda. Untuk PayBack Period, mempunyai urutan prioritas dari Terboyo – Pudak Payung mempunyai tingkat pengembalian paling cepat, diikuti trayek Mangkang – Penggaron dan yang terakhir trayek Mangkang – Pudak Payung. Nilai NPV untuk setiap trayek positif, dari hasil tersebut mempunyai urutan prioritas dari NPV yang paling besar, yaitu trayek Mangkang – Penggaron, trayek Terboyo – Pudak Payung dan yang terakhir trayek Mangkang Pudak – Payung. Nilai IRR yang didapat untuk investasi masing-masing trayek ini secara urutan prioritas yaitu trayek Mangkang Pudak – Payung, trayek Mangkang – Penggaron dan trayek Terboyo – Pudak Payung yang mempunyai nilai prosentase yang sama. Nilai indeks yang didapatkan dari seluruh trayek lebih dari 1 (PI>1), maka dengan urutan prioritas mulai dari indeks yang terbesar yaitu trayek Mangkang – Penggaron, trayek Terboyo – Pudak Payung dan yang terkecil trayek Mangkang Pudak – Payung.

(2)

Referensi

Dokumen terkait

Nilai indeks putih telur didapatkan dengan cara memecahkan 2 butir telur sebagai sampel dari setiap unit percobaan pada kaca datar, dilakukan pengukuran lebar dan panjang

Dari hasil analisa perhitungan susut non-teknik ini didapatkan nilai susut non tenik total di PT PLN (Persero) UPJ Kendal pada range 3,29 % s/d 3,58 % dengan nilai susut

Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES(j), adalah sama dengan angka terbesar dari jumlah angka kegiatan terdahulu ES(i) atau EF(i) ditambah konstrain

Pada kelompok perlakuan 1, tidak didapatkan peningkatan enzim Gamma GT serum akibat pemberian kloramfenikol maka hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya

Hasil: Dari 173 sampel yang diolah, didapatkan ibu hamil yang mengalami abortus, yaitu 76,9% tidak mengalami anemia, 67,6% mempunyai indeks massa tubuh yang normal, 82,1%

Dari tabel normalitas dengan uji Shapiro Wilk didapatkan pada. kelompok K, P1, P2 dan P3 mempunyai nilai p > 0,05 dan dari uji levene

Dari analisis kestabilan diketahui titik kesetimbangan bebas penyakit stabil jika < 1 dan titik kesetimbangan endemik virus stabil.. jika

( ) < ( ) , > 1 , > 0 sehingga Ranked Set Sampling konkomitan lebih baik dari pada Simple Random Sampling dan untuk analisis regresi linier sederhana diperoleh (