• Tidak ada hasil yang ditemukan

“DINAMIKA ELIT POLITIK PARTAI DEMOKRAT” (Studi Kasus Pencalonan Rasio-Lucy Dalam Pemilihan Walikota Surabaya 2015 ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“DINAMIKA ELIT POLITIK PARTAI DEMOKRAT” (Studi Kasus Pencalonan Rasio-Lucy Dalam Pemilihan Walikota Surabaya 2015 )."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

“DINAMIKA ELIT POLITIK PARTAI DEMOKRAT”

(Studi Kasus Pencalonan Rasio-Lucy Dalam Pemilihan Walikota Surabaya 2015 )

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:

SOFYAN SAWRI

NIM: E84211052

PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)

“DINAMIKA ELIT POLITIK PARTAI DEMOKRAT”

(Studi Kasus Pencalonan Rasio-Lucy Dalam Pemilihan Walikota Surabaya 2015 )

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Mnyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1) Filsafat Politik Islam

Oleh:

SOFYAN SAWRI

NIM: E84211052

PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

DINAMIKA ELIT POLITIK PARTAI DEMOKRAT

StudiKasus Pencalonan Rasio-Lucy Dalam Pemilihan Walikota Surabaya 2015

Oleh: SOFYAN SAWRI

ABSTRAK

Skripsi ini mengkaji Dinamika elit politik partai Demokrat (study kasus pencalonan Rasio-Lucy dalam pemilihan walikota Surabaya 2015. Dalam penelitian ini difokuskan untuk menjawab dua masalah utama, yakni: Bagaimana dinamika elit politik partai demokrat dalam pencalonan rasio-lusy sebagai walikota Surabaya? Siapa saja aktor/elit yang berkepentingan dan apa saja motif yang dilakukan oleh aktor/elit dalam pencalonan rasio-lusy sebagai calon walikota Surabaya? Dimaksudkan agar dapat mengetahui bagaimana dinamika elit politik partai demokrat dan mengetahui siapa saja aktor dan motifnya dalam dinamika elit politik partai demokrat studi kasus pencalonan Rasio-Lucy dalam pemilihan walikota Surabaya 2015

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif yang menggunakan analisis kualitatif. Tipe penelitian kualitatif deskriptif mencoba menggambarkan fenomena yang terjadi, dan penetuan informan menggunakan teknik purposive sampling merupakan penentuan informan tidak didasarkan atas strata, kedudukan, pedoman, atau wilayah tetapi didasarkan pada adanya tujuan dan pertimbangan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian. Dalam hal ini peneliti menyampaikan hasil yang nyata atau riil terhadap Dinamika elit politik partai Demokrat (study kasus pencalonan Rasio-Lucy dalam pemilihan walikota Surabaya 2015). Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa ada beberapa dinamika kepentingan elit politik satu dengan bakal calon wakil walikota, elit ini berani untuk mengucurkan dana segar dan mekalukan kampanye secara besar-besaran untuk dapat membantu pemenangan walikota Pasangan Rasio-Lusi dengan adanya maksud tertentu seperti simbiosis mutualisme, dimana saling menguntungkan satu antara lainnya

(8)

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi Oleh :

Nama : SOFYAN SAWRI

NIM : E8211052

Judul : DINAMIKA ELIT POLITIK PARTAI DEMOKRAT (Studi

Kasus Pencalonan Rasio-Lucy Dalam Pemilihan Walikota

Surabaya 2015)

Ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Surabaya, 2 Februari 2016 Pembimbing,

(9)

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini oleh Sofyan Sawri telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi

Surabaya,

Mengesahakan,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Dekan,

Dr. Muhid, M.Ag NIP. 196310021993031002

Tim Penguji: Ketua,

Zaky Ismail, M.Si NIP. 198212302011011007

Sekretaris,

M. Fathoni Hakim, M.Si NIP. 198401052011011008

Penguji I,

Dr. Khoirul Yahya, M.Si NIP. 197202062007101003

Penguji II,

(10)

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI

Bismillahirrahmanirrahim

Yang bertanda tangan di bawah ini, penulis:

Nama : Sofyan Sawri

NIM : E84211052

Prodi : Filsafat Politik Islam

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

1. Skripsi ini tidak pernah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan tinggi

manapun untuk mendapatkan gelar akademik apapun.

2. Skripsi ini benar-benar hasil karya penulis secara mandiri dan bukan

merupakan hasil plagiasi atas karya orang lain.

3. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini sebagai hasil

plagiasi, penulis akan bersedia menanggung segala konsekuensi hukum yang

terjadi.

Surabaya, 2 Februari 2016

Penulis,

(11)

MOTTO

“Hidup Itu Tidak

Usah Kau Rencanakan.

Kalau Hatimu Isinya Niat Baik, Niat Baik, Niat Baik

InsyaAllah Jadi”

(12)

PERSEMBAHAN

Tanpa Melupakan rasa syukur yang tiada terkira kepada Allah SWT dan

Nabi Muhammad S.A.W, Skripsi ini saya Persembahkan Untuk :

1. Almamaterku Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.

2. Kedua Orang tuaku, Bapak Drs.H.Suwarso, MM dan Ibu Hj Sufiati SP.d

yang selalu senantiasa mendoakan, memotivasi, mendukung dan selalu

menamani disetiap proses belajar dan kehidupanku setiap harinya.

3. Kakak-kakak ku yang hebat, Nuzulia Qur’ani, Achmad Hadinuddin, Saiful

Anwar Rajab, Ike Testiana dan Ketiga ponakanku Real, Raza dan Qeyla yang

selalu membuat hariku tersenyum.

4. Keluarga baru di Surabaya, Ibu Fatma, Pak Sucipto, Mas Rosidi (Arini Tour

and Travel) Mas Hmandon, Mas Brown, Mas pi’I yang selalu memberikan

siraman tauhid kepada saya.

5. Sahabat-sahabatku Ach Djunaidi, M.Irfan Jauhari, Mas Riza(pentet), M.Fikri

Fahmillah, Fahmi El karim, Mas Mustafid, Prasetya, Mbak Anin, yang selalu

mensupport dalam keadaan sedih maupun senang

6. Teman-Teman Politik Islam ‘11’, Delya Afrida Sari yang telah susah payah

menemani, membantu dan mensupport, Choirun Nisa Izaati, KKN PAR 69

yang senantiasa memperhatikan dan menyayangi saya, ketika dimanapun

kalian berada dan selama KKN di Dusun Drenges, Sugihwaras Bojonegoro

(13)

KATA PENGANTAR

Rangkaian puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran. Penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul Dinamika Elit Politik Partai Demokrat (Studi Kasus Pencalonan Rasio-Lucy Dalam pemilihan Walikota Surabaya 2015) Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Rosulullah SAW. Karena telah memberikan tuntunan dan suri tauladan mulia. Dalam hal mendidik seluruh umat manusia dalam menghadapi kehidupan.

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan, karena adanya bantuan baik moral maupun spiritual. Atas bimbingan dari berbagai pihak penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Abdul A’la, M. Ag, selaku Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya. 2. Dr. Muhid, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Ampel

Surabaya.

3. Ibu Laili Bariroh, M. Si, selaku Ketua Jurusan Prodi Politik Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

4. Bapak Zaky Ismail M,S.I selaku Dosen Pembimbing yang banyak memberikan masukan dan saran yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi. 5. Ibu Laili Bariroh, M. Si, selaku Wali Dosen yang memberikan motivasi

dalam penyusunan judul skripsi.

6. Bapak Dr.Abd. Chalik, M. Ag selaku Dosen Politik Islam yang selalu terus menerus memberikan motivasi dan semangat untuk terus maju dan sukses 7. Segenap Bapak dan Ibu Dosen prodi Politik Islam.

8. Bapak Boni Laksamana sebagai Sekertaris DPD Partai Demokrat Jawa Timur.

(14)

12. Bapak Anam selaku Pengurus Harian DPC Partai Demokrat Kota Surabaya. 13. Bapak Mardi selaku Pengurus Harian DPC Partai Demokrat Kota Surabaya. 14. Kepada para infoman yang terlibat dalam penelitian ini, yang tidak dapat

disebutkan satu persatu namanya. Penulis mengucapkan terima kasih atas kesediaannya dalam memberikan informasi dan data terkait dengan penelitian

Penulis sangat mensadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Penulis senantiasa menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun, demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pembaca.

Surabaya, 2 Februari 2016

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

1.5.Defenisi Oprasional ... 8

1.6.TelaahPustaka ... 10

BAB II KERANGKA TEORI 2.1.Teori Konflik ... 13

2.2.Teori Elit Politik ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Metode Penelitian ... 27

3.1.1. Lokasi dan Alasan Pemilihan ... 29

3.1.2. Metode Pengumpulan Data ... 30

3.1.3. Teknik Analisis Data ... 32

(16)

3.1.5. Sistematika Pembahasan... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian... 36

4.1.1. Gambaran Umum Kota Surabaya ... 36

4.1.2. Komisi Pemilihan Umum ... 40

4.1.3. Partai Demokrat ... 49

4.2.Penyajian Data ... 54

4.2.1. Dinamika Elit Politik Partai Demokrat dalam Pencalonan Rasio-Lucy Sebagai Kandidat Walikota Surabaya ... 56

4.2.2. Aktor/Elit Politik Partai Demokrat dalam Pencalonan Rasio-Lucy sebagai Walikota Surabaya 2015……… ... 58

4.3.Pembahasan ... 66

4.3.1. Dinamika Elit Politik Partai Demokrat dalam Pencalonan Rasio-Lucy Sebagai Kandidat Walikota Surabaya ……… ... 66

4.3.2. Aktor/Elit Politik Partai Demokrat dalam Pencalonan Rasio-Lucy sebagai Walikota Surabaya 2015……… ... 69

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 75

5.2 Saran... 76

(17)

DAFTAR GAMBAR

(18)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

1.5.Defenisi Oprasional ... 8

1.6.TelaahPustaka ... 10

BAB II KERANGKA TEORI 2.1.Teori Konflik ... 13

2.2.Teori Elit Politik ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Metode Penelitian ... 27

3.1.1. Lokasi dan Alasan Pemilihan ... 29

3.1.2. Metode Pengumpulan Data ... 30

3.1.3. Teknik Analisis Data ... 32

(19)

3.1.5. Sistematika Pembahasan... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian... 36

4.1.1. Gambaran Umum Kota Surabaya ... 36

4.1.2. Komisi Pemilihan Umum ... 40

4.1.3. Partai Demokrat ... 49

4.2.Penyajian Data ... 54

4.2.1. Dinamika Elit Politik Partai Demokrat dalam Pencalonan Rasio-Lucy Sebagai Kandidat Walikota Surabaya ... 56

4.2.2. Aktor/Elit Politik Partai Demokrat dalam Pencalonan Rasio-Lucy sebagai Walikota Surabaya 2015……… ... 58

4.3.Pembahasan ... 66

4.3.1. Dinamika Elit Politik Partai Demokrat dalam Pencalonan Rasio-Lucy Sebagai Kandidat Walikota Surabaya ……… ... 66

4.3.2. Aktor/Elit Politik Partai Demokrat dalam Pencalonan Rasio-Lucy sebagai Walikota Surabaya 2015……… ... 69

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 75

5.2 Saran... 76

(20)

DAFTAR GAMBAR

(21)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Setelah sekian lama terpenjara dalam politik sentralisasi oleh pemerintah

pusat, daerah-daerah di Indonesia menjadi bisu terhadap aspirasi masyarakat

lokal. Daerah tidak diberikan kewenangan untuk melaksanakan kontestasi politik

ditingkat lokal. Baru setelah Undang-Undang Nomor. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah digulirkan dan diberikan kewenangan kepada daerah untuk

melaksanakan domokrasi lokal dengan cara memilih Gubernur, Bupati/Walikota

secara langsung. Tahun 2005 untuk pertama kalinya dilaksanakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) “sekarang Pemilukada” secara langsung di Indonesia.

Pemilukada langsung ini merupakan amanat konstitusi dan tentu saja adalah

bagian dari proses penguatan demokrasi lokal dalam rangka mencapai tujuan

otonomi daerah.

Kajian mengenai Pemilukada secara langsung pada dasarnya merupakan

pilar untuk memperkokoh bangunan demokrasi secara nasional. Sebagai mana

dinyatakan oleh Tip O Neiil, ”all politic is local”, yang berarti demokrasi akan

berkembang subur dan terbangun kuat diaras nasioanal apabila tingkatan yang

lebih rendah (Lokal) nilai-nilai demokrasi berakar kuat. Pemilukada secara

langsung adalah perkembangan menarik dalam sejarah perpolitikan lokal di

Negeri ini, karena pemilukada langsung merupakan momentum pelekatan dasar

fondasi kedaulatan rakyat dan sistem politik serta demokrasi di aras lokalKota

(22)

2

penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

serta coraknya materialistis. Masyarakat kota terdiri atas penduduk asli daerah

tersebut dan pendatang. Masyarakat kota merupakan suatu masyarakat yang

heterogen, baik dalam hal mata pencaharian, agama, adat, dan kebudayaan

Pilkada yang akan dilaksanakan di daerah pun diharapkan akan membawa

perubahan yang signifikan terhadap kehidupan berpolitikan di tingkat lokal,

membawa nilai-nilai identitas lokal baik secara sosio-ekonomi, politik, serta

budaya masyarakat. Undang-undang pilkada menghendaki terlaksananya

pemilihan secara tertib berdasarkan peraturan yang ada, akan tetapi sering menjadi

masalah yang muncul adalah para kandidat kurang mendukung, mengikuti

proses secara baik berdasarkan peraturan yang telah dibuat, sehingga yang terjadi

adalah ketimpangan, terkikisnya nilai-nilai demokrasi dengan agenda politik

hitam yang dijalankan untuk memperjuangkan harga suara dalam pemilu

nantinya, tanpa melihat serta mengedepankan nilai-nilai khas lokal yang dijunjung

oleh warga masyarakat lokal.

Sebagai bentuk melaksanakan demokrasi politik lokal dalam pelaksanaan

pilkada untuk memilih kepala daerah yang berkualitas, bermoral, tentunya ke

depan diharapkan Kepala daerah benar-benar mengerti permasalahan masyarakat

lokal dan mampu melaksanakan kebijakan yang bersentuhan dengan kepentingan

warga Negara.

Tidak heran modal sosial yang ada dalam masyarakat lokal digunakan oleh

(23)

3

logika maka modal sosial seperti, munculnya identitas, suku, agama, ras, budaya,

dan lain-lain, yang tentunya merupakan elemen-elemen politik yang tidak bisa

dihindari harus bersentuhan dengan persoalan politik. Politik identitas muncul

akibat bagian dari elemen politik sebagai modal sosial dalam masyarakat lokal.

Tetapi yang menjadi titik fokus ketika politik identitas turut dilibatkan proses

pemilihan kepala daerah oleh elit lokal dijadikan tameng politik dengan muatan

yang tidak logis, tetapi rasional bagi elit yang mempunyai kepentingan,

memperjuangkan apa yang diinginkan.

Indonesia merupakan Negara yang menganut sistem Demokrasi. Negara

yang berdasarkan demokrasi akan mendapatkan kedaulatan rakyat yang dilakukan

melalui proses pemilihan umum. Dalam pelaksanaan demokrasi, Indonesia

mengadakan pemilihan umum baik presiden, legislative, gubernur, walikota dan

bupati serentak dalam lima tahun sekali. Dan semuanya telah diataur sedemikian

rupa oleh komisi pemilihan umum (KPU)

Kota Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur, Indonesia sekaligus

menjadi kota metropolitan terbesar di provinsi tersebut. Surabaya merupakan kota

terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota Surabaya juga merupakan pusat

bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di Jawa Timur serta wilayah

Indonesia bagian timur. Kota ini terletak 796 km sebelah timur Jakarta, atau 415

(24)

4

Jawa dan berhadapan dengan Selat Madura serta Laut Jawa. Surabaya memiliki

luas sekitar 333,063 km² dengan penduduknya berjumlah 2.909.257 jiwa (2015).1

Di akhir tahun 2015 merupahan suhu terpanas dalam perpolitikan di kota

Surabaya, mengapa? Karena kota yang berlambangkan suro (ikan hiu) dan boyo

(buaya) lagi mempunyai hajatan besar yaitu pemilihan Walikota surabaya tanggal

9 Desember 2015. Sebelumnya dalam pembukaan bakal calon walikota Surabaya

yang dibuka oleh KPU Surabaya ada beberapa kandidat yang mendaftar untuk

memperebutkan Surabaya 1 dan 2. Walikota sebelumnya Tri Risma Harini dan

Whisnu Sakti Buana juga telah mendaftar untuk kembali memperebutkan kursi

walikota dan wakil walikota Surabaya periode 2015-2020. Ada beberapa kandidat

yang mendaftar diantaranya Dhiman Abror dan Rasiyo, pasangan ini tidak dapat

mengikuti pilwali Kota Surabaya karena terganjal oleh berkas persyaratan tahap 2

di KPU Surabaya, kembali para koalisi majapahit mengeluarkan nama Rasio-Lusy

sebagai tandingan walikota lama. Dalam pertarungan tersebut ada 2 kandidat yang

harus memperebutkan hati rakyat kota Surabaya yang berjumlah 2 juta lebih DPT

yaitu Dr. H. Rasiyo, M.Si – Dra. Lucy Kurniasari di urutan pertama yang di usung

oleh Partai Amanan Nasional(PAN) dan Partai Demokrat serta koalisi Majapahit

dan DR. (HC). Ir. Tri Rismaharini, M.T. – Whisnu Sakti Buana, ST di urutan

kedua yang hanya diusung Oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

1

Dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surabaya diakses pada Kamis 19 November 2015

(25)

5

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya dalam perpolitikan ada saja

pihak-pihak yang berkepentingan dan selalu bermain di belakang panggung politik yang

tujuannya adalah jabatan dan kekuasaan, hal ini tidak bisa dijauhakan dengan

perubahan para elit politik partai penguasa yang memiliki kepentingan individual

yang hanya ingin menguntungkan diri sendiri tanpa memikirkan kaum

dibawahnya yaitu rakyat yang semakakin hari semakin susah untuk memenuhi

kebutuhan hidup keluarganya.

Dinamika elit politik selalu menjadi hal menarik untuk dibahas, karena

sifatnya selalu berubah sesuai kondisi zaman dan tidak terikat pada ruang dan

waktu. Dimana kemudian persoalan elit politik ini akan selalu berkutar pada

kepentingan dan kekuasaan semata. Dinamika dalam konteks politik adalah gerak

atau kekuatan politik yang dimiliki dan dapat menimbulkaan perubahan dalam

tata hidup masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan elite politik adalah individu

atau kelompok yang secara kuantitas kecil, namun mempunyai akses dan power

yang mana dalam hal ini biasanya menempati lapisan atas dalam lapisan

masyarakat.

Kedudukan elit yang berada pada posisi sosial yang lebih tinggi

dibandingkan masyarakat lainnya, terdapat suatu logika sederhana yang bisa kita

tarik mengapa kemudian mereka yang menanamkan dirinya elite tersebut. Bagi

elit, kelebihan yang mereka miliki, sebagai mana dikemukakan oleh Keller,

membuat elit menjadi magnet kekuasaan yang berpotensi untuk mampu

(26)

6

Dalam konteks perpolitikan yang ada di dunia, elit yang kini banyak

memilih untuk terjun kedalam ranah politik, seyogyanya bukanlah mereka yang

paham akan ilmu-ilmu politik sebagaimana seharusnya dimiliki oleh seorang

politisi guna mengelola tata Negara. Bahkan politik sendiri menjadi magnet yang

memikat seluruh kalangan, meskipun mereka sebelumnya bukanlah termasuk

sebagai kalangan elit.

Politik individu inilah dapat diasumsikan bahwa peran elit dalam hal

pengambilan keputusan maupun kebijakan menjadi salah satu faktor paling

penting bagaimana hal tersebut akan diambil dan berjalan. Budaya seperti inilah

yang kemudian merembet pada kalangan elit yang berda pada kasta terbawah.

Bukan karena ketokohan elit tersebut yang menjadi penentu kenapa kemudian

politik elit tersebut berjalan, namun lebih dikarenakan keyakinan elit daerah

bahwa mereka telah melakukan banyak hal, termasuk pengorbanan financial

untuk mencapai posisi yang menjadikan dirinya sebagai pemegang kekuasaan di

daerah. Disini dapat dilihat bahwa kemudian elit politik yang menjadi bidak

penentu dalam hal bagaimana kemudian sebuah partai politik memainkan peran

mereka dalam peraturan politik.

Peneliti ingin mengambil judul “DINAMIKA ELIT POLITIK PARTAI DEMOKRAT” (Studi Kasus Pencalonan Rasio-Lucy Dalam Pemilihan Walikota

Surabaya 2015 ) karena didalam partai demokrat ini banyak elit politik yang

menggunakan jabatan sebagai kekuasaan demi kepentingan masing-masing elit

(27)

7

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana dinamika elit politik partai demokrat dalam pencalonan Rasio-Lucy

sebagai calon walikota Surabaya 2015 ?

2. Siapa saja Aktor/Elit yang berkepentingan dan apa saja motif yang dilakukan

oleh aktor/elit dalam pencalonan Rasio-Lucy sebagai calon walikota Surabaya

2015?

1.3. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dan memperoleh

informasi yang akurat sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan, adapun

tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui dinamika elit politik partai demokrat dalam pencalonan

Rasio-Lucy sebagai walikota Surabaya 2015

2. Mengetahui siapa saja Aktor/Elit yang berkepentingan dan motif para aktor/elit

dalam pencalonan Rasio-Lucy sebagai walikota Surabaya 2015

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dalam manfaat teoritis, penelitian ini merupakan kegiatan dalam rangka

mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam wacana Dinamika Elit

Politik Partai Demokrat.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapakan mampu memperbanyak bacaan

(28)

8

3. Manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di masa datang seperti : partai

politik, mahasiswa, dan pemerintah. Manfaat lain riset ini bagi masyarakat

adalah memberikan landasan berpikir dalam hal pentingnya pemahaman

dinamika elite politik suatu partai.

1.5. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam memahami judul dalam

karya ilmiah ini dan untuk memperjelas interpretasi/pemberian kesan, pendapat,

atau pandangan teoritis terhadap pokok bahasan proposal yang berjudul “DINAMIKA ELIT POLITIK PARTAI DEMOKRAT” (Studi Kasus Pencalonan

Rasio-Lucy Dalam Pemilihan Walikota Surabaya 2015 )”.maka akan dijelaskan

istilah-istilah yang terangkai pada judul dan konteks kebahasaannya.

Dinamika :. Gerak atau kekuatan politik yang dimiliki dan dapat

menimbulkaan perubahan dalam tata hidup masyarakat yang

bersangkutan.2

Elite politik : individu atau kelompok yang secara kuantitas kecil, namun

mempunyai akses dan power yang mana dalam hal ini biasanya

menempati lapisan atas dalam lapisan masyarakat.3

2

Kamus Besar Bahasa Indonesia

3

Dikutip dari

(29)

9

Partai Demokrat : Sebuah partai politik di Indonesia. Partai ini didirikan pada 9

September 2001 dan disahkan pada 27 Agustus 20034.

DPC Partai Demokrat : lembaga (Organisasi) yang memiliki wewenang tertinggi

di tingkat Kabupaten/Kota dan bertanggung jawab kepada

Musyawarah Cabang (MUSCAB). Dewan Pimpinan

Cabang merupakan lembaga diatas Anak Cabang (Tingkat

Kecamatan).5

4

Arsip partai demokrat

5

(30)

10

1.6. Telaah Pustaka

Berdasarkan penelusuran terhadap penelitian dan penyajian yang telah ada,

ditemukan karya ilmiah baik berupa skripsi, thesis, dan buku yang sealur dengan

tema kajian penelitian ini. Berikut hasil usaha penelusuran tentang karya ilmiah

yang berkaitan dengan tema penelitian ini:

1. Bintang Permana Putra, Dinamika Elite Dalam Politk Surabaya (Study konflik

pemkzulan Walikota Surabaya) 2012. Jurnal. Program Studi Ilmu Politik, FISIP,

Universitas Airlangga Surabaya

Hasil : Dinamika elite dalam suatu masyarakat berjalan dan kemudian terjadi

sebuah wacana pemakzulan seorang elite yang ada dalam daerah tersebut. Dalam

kasus wacana pemakzulan walikota Surabaya, Tri Risma, dinamika elite tarik

menarik kepentingan guna melengserkan walikota perempuan pertama di

Surabaya ini. Hadirnya kepentingan elite tak hanya berasal dari kalangan politisi

semata, namun juga atas desakan dari elite pengusaha yang merasa dirugikan oleh

kebijakan-kebijakan Tri Risma mengingat tak sedikit politisi yang menggugat Tri

Risma, yakni sebagian besar kalangan DPRD Kota Surabaya merupakan elite

pengusaha di sisi lain serta terdapat pula politisi yang memiliki hubungan erat

dengan elite pengusaha. Dalam perjalanannya wacana pemakzulan Tri Risma ini

memiliki dinamika yang sangat menarik setelah di kaji lebih dalam. Dinamika

pemakzulan yang bermula dari salah satu kebijakan risma yang dirasa kurang

menguntungkan bagi sebagian pihak ini, yakni kebijakan pajak reklame sebagai

salah satu contoh, menjadi awal dari kebijakan para politisi DPRD Surabaya yang

(31)

11

tahun 2011 tentang pemberhentian Walikota Surabaya yang kemudian dikirimkan

kepada Mahkamah Agung. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah

pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian bersifat deskriptif. Tipe penelitian

deskriptif ini mencoba menggambarkan fenomena yang terjadi. Dalam hal ini,

peneliti mencoba memberikan gambaran sejelas mungkin mengenai bagaimana

dinamika kepentingan elite politik, baik itu dalam hal kepentingan-kepentingan

yang ada, proses muncul dan berjalannya negosiasi politik antar elite, serta

aktor-aktor yang berperandalam wacana pemakzulan Walikota Surabaya, Tri

Rismaharini.

2. Noviano Suyide, Rekrutmen Politik Kepala Daerah Kota Surabaya 2010 (Studi

Dinamika Rekrutmen Politik Calon Walikota Surabaya di Internal DPC

PDI-Perjuangan) 2013.Skripsi. Program Studi Politik Islam, Ushuluddin IAIN Sunan

Ampel Surabaya

Hasil: Rekrutmen Kepala Daerah Kota Surabaya pada tahun 2010 di internal DPC

PDI Perjuangan. Dalam penelitian ini difokuskan untuk menjawab dua persoalan

utamanya yaitu: Pertama, bagaimana mekanisme rekrutmen calon Kepala Daerah

di internal DPC PDI-Perjuangan Surabaya ? Kedua, bagaimana proses

implementasi rekrutmen calon Kepala Daerah Kota Surabaya periode 2010-2015

oleh PDI-Perjuangan ? Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana

mekanisme dan proses rekrutmen calon walikota Surabaya di internal DPC PDI

Perjuangan . Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan

kualitatif dengan tipe penelitian bersifat deskriptif. Tipe penelitian deskriptif ini

(32)

12

memberikan gambaran sejelas mungkin mengenai bagaimana dinamika

kepentingan elite politik, baik itu dalam hal kepentingan-kepentingan yang ada,

proses muncul dan berjalannya negosiasi politik antar elite, serta aktor-aktor yang

berperan dalam proses rekrutmen calon walikota Surabaya di internal PDI

Perjuangan. Dari rumusan masalah diatas, kesimpulan yang diemukan dalam

penelitian ini adalah: Pertama, adanya oligarki partai yang membuat perbedaan

nama bakal calon dan calon kepala daerah dalam hierarki struktural partai. Kedua,

PDIP mengambil langkah yang tepat dengan mengunakan survei sebagai salah

satu landasan ilmiah dalam penetapan calon kepala daerah yang diusungnya

dalam Pilwali Surabaya 2010, walaupun dengan dinamika partai sebagai

(33)

13

BAB II

KAJIAN TEORI

2.2. Teori Konflik

Konflik berasal dari bahasa latin, conflictus yang artinya pertentangan.1

Defenisi konflik menurut para ahli sangatlah bervariasi karena para ahli melihat

konflik dari berbagai sudut pandang atau perspektif yang berbeda-beda . Akan tetapi

secara umum konflik dapat digambarkan sebagai benturan kepentingan antar dua

pihak atau lebih, di mana salah satu pihak merasa diperlukan secara tidak adil,

kemudian kecewa. Dan kekecewan itu dapat diwujudkan melalui konflik dengan

cara-cara yang legal dan tidak legal. Konflik juga diartikan sebagai hubungan antara

dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki atau merasa

sasaran-sasaran yang tidak sejalan. Proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis

tentang segala dengan menjabarkan relasi di antara variabel untuk menjelaskan dan

meramalkan gejala tersebut. Konflik ini terjadi di antara kelompok-kelompok dengan

tujuan untuk memperebutkan hal-hal yang sama.

Secara umum ada dua tujuan dasar konflik yakni, mendapatkan dan/atau

mempertahankan sumber-sumber. Tujuan konflik untuk mendapatkan sumber-sumber

merupakan ciri manusia yang bersifat materil-jasmaniah untuk maupun

spiritual-rohaniah untuk dapat hidup secara layak dan terhormat dalam masyarakat. Yang ingin

1

(34)

14

diperoleh manusia meliputi hal-hal yang sesuai dengan kehendak bebas dan

kepentinganya. Tujuan konflik untuk mempertahankan sumber-sumber yang selama

ini sudah dimiliki juga merupakan kecenderungan hidup manusia. Manusia ingin

memperoleh sumber-sumber yang menjadi miliknya, dan berupaya mempertahankan

dari usaha pihak lain untuk merebut atau mengurangi sumber-sumber tersebut. Yang

ingin di pertahankan bukan hanya harga diri, keselamatan hidup dan keluarganya,

tetapi juaga wilayah/daerah tempat tinggal, kekayaan, dan kekuasaan yang dimiliki.

Tujuan mempertahankan diri tidak menjadi monopoli manusi saja karena binatang

sekalipun memiliki watak untuk berupaya mempertahankan diri. Maka dengan itu

dirumuskan tujuan konflik politik sebagai upaya untuk mendapatkan dan/atau

mempertahankan sumber-sumber yang dianggap penting.2

Konflik merupakan sebagian dari kehidupan manusia yang tidak lenyap dari

sejarah. Selama manusia masih hidup, konflik terus ada dan tidak mungkin manusia

menghapus konflik dari dunia ini, baik konflik antar individu dengan individu,

individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok yang ada dalam

lingkup masyarakat. Konflik senantiasa mewarnai kehidupan masyarakat yang

mencakup aspek politik, sosial, ekonomi, budaya dan berbagai aspek lainnya.

2

Fera Nugroho, M. A, (dkk), Konflik dan Kekerasan pada Aras Lokal, Turusan Salatiga: Pustaka

(35)

15

Dengan demikian konflik adalah merupakan gambaran dari sebuah

permainan, baik untuk permainan yang memenangkan kedua belah pihak (Non-Zero

Sum Conflict) maupun yang juga mengalahkan pihak lain (Zero- Sum Conflict)

seperti kelas konflik yang terjadi pada masyarakat industri. Menurut Webster, istilah “Conflict” di dalam bahasa aslinya suatu perkelahian, peperangan atau perjuangan

yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Kata ini kemudian berkembang

dengan masuknya ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai

kepentingan, ide, dan lain-lain. Dengan kata lain, istilah tersebut sekarang juga

menyentuh aspek piskologis di balik konfrontasi fisik yang terjadi, selain konfrontasi

itu sendiri. Secara singkat, istilah “conflict” menjadi begitu melus sehingga beresiko

kehilangan statusnya sebagai sebuah konsep.

Dengan demikian konflik di artikan sebagai persepsi mengenai perbedaan

kepentingan ( perceived of interest), atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi

pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat di capai secara simultan.3

Secara umum ada beberapa teori terjadinya konflik antara lain: Pertama,

Konflik adalah merupakan suatu unsur sosial yang alami ( K. Lorenz ).4Kedua, Dari

sudut pandang pisikologi sosial, konflik berasal dari pertentangan antara dorongan

dan motivasi fisik manusia di satu sisi dan tuntutan norma di sisi lain. Ketiga, melihat

3

Ralf Dahrendorf, Class and Class Conflict in Indonesia Sosieity, Standfod: Standfod University Press, 1959, hal. 210-222.

4

(36)

16

bahwa masyarakat terbentuk dan terjaga keberadaanya bukan berdasarkan

kesepakatan melainkan berdasarkan paksaan. Untuk itu, di manapun manusia

membentuk suatu ikatan sosial di situ akan terdapat konflik. Keempat, Dari sisi

Marxism e, konflik di sebabkan oleh kepemilikan harta benda.5 Ada banyak

teori mengenai terjadinya konflik antara lain: Pertama, Teori hubungan masyarakat

yaitu menganggap bahwa konflik disebabkan oleh olarisasi yang terus terjadi,

ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu

masyrakat. Kedua, Teori Negoisasi Prinsip yaitu menganggap bahwa konflik

disebabkan oleh posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang suatu hal

yang oleh. Ketiga, Teori kebutuhan Manusia berasumsi bahwa konflik yang berakar

dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia yang berupa kebutuhan fisik,

mental, sosial, yang tidak terpenuhi atau di halangi. Keempat, Teori identitas

berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang terancam, yang sering

berakar pada hilangnya suatu atau penderitaan di massa lalu yang tidak di selesaikan.

Kelima, Teori kesalahpahaman antara Budaya berasumsi bahwa konflik disebabkan

oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang

berbeda. Keenem, Teori Transformasi konflik berasumsi bahwa konflik disebabkan

oleh masalah-masalah ketidak setiaan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial,

budaya dan ekonomi. Sedangkan menurut Louis Coser konflik adalah perselisihan

mengenai nilai-nilai atau tuntutan yang berkenaan dengan status, kuasa (kekuasaan)

5

(37)

17

dan sumber-sumber kekayaan yang persediaanya tidak mencukupi/memenuhi,

dimana pihak-pihak yang bekonflik tidak hanya bermaksud untuk memperoleh

barang yang diinginkan melainkan juga memojokkan, merugikan atau melemahkan

lawan mereka. Sedangkan penyebab konflik menurut Paul Conn adalah karena dua

hal, Pertama, kemajemukan horizontal yakni masyarakat secara cultural seperti: suku,

ras, agama, antar golongan, dan bahasa dari masyarakat majemuk secara horizontal

sosial dalam arti perbedaan pekerjaan dan profesi. Kedua, Kemajemikan vertikal

seperti struktur masyarakat yang terpolarisasikan menurut pemilikan kekayaan,

pengetahuan, dan kekuasaan.

1. Penyebab Konflik

Timbulnya konflik kepentingan menurut Dahrendorf6, berawal dari

orang-orang yang tinggal bersama dan meletakkan dasar-dasar bagi bentuk-bentuk

organisasi sosial, dimana terdapat posisi-posisi dalam hal mana para penghuni

mempunyai kekuasaan memerintah dalam konteks-konteks tertentu dan menguasai

posisi-posisi tertentu, serta terdapat posisi lain dimana para penghuni menjadi sasaran

perintah demikian itu. Perbedaan ini berhubungan baik sekali dengan ketidak

seimbangan distribusi kekuasaan yang melahirkan konflik kepentingan itu.

Dahrendorf melihat hubungan yang erat antara konflik dengan perubahan

dalam hal ini sejalan dengan pendapat Lewis Coser bahwa seluruh aktifitas, inovasi

6

(38)

18

dan perkembangan dalam kehidupan kelompoknya dan masyarakatnya disebabkan

terjadinya konflik antara kelompok dan kelompok, individu dan individu serta antara

emosi dan emosi didalam diri individu. Dahrendorf juga menjelaskan bahwa konflik

sosial mempunyai sumber struktur, yakni hubungan kekuasaan yang berlaku dalam

struktur organisasi sosial. Dengan kata lain, konflik antar kelompok dapat dilihat dari

sudut konflik tentang keabsahan kekuasaan yang ada.

Menurut Maurice Duverger, penyebab terjadinya konflik adalah: (1)

Sebab-sebab individual. Sebab-Sebab-sebab individual seperti kecendrungan berkompetisi atau

selalu tidak puas terhadap pekerjaan orang lain dapat menyebabkan orang yang

mempunyai ciri-ciri seperti ini selalu terlibat dalam konflik dengan orang lain

dimanapun berada. (2) Sebab-sebab kolektif, adalah penyebab konflik yang terbentuk

oleh kelompok sebagai hasil dari interaksi sosial antara anggota-anggota kelompok.

Penyebab konflik ini dihasilkan oleh adanya tantangan dan masalah yang berasal dari

luar yang dianggap mengancam kelompoknya.

2. Bentuk – Bentuk Konflik

Dalam teori konflik terdapat beberapa bentuk konflik dan tertuju pada

permasalahan konflik, seperti yang dikemukakan oleh para ilmuan barat, masalah

konflik tidak mengenal demokratisasi maupun diktatorisasi dan bersifat universal.

Menurut teori Fisher, pola konflik dibagi ke dalam tiga bentuk : (1) Konflik

(39)

19

sehingga dapat ditangani secara efektif. (2) Konflik manifest atau terbuka yaitu

konflik yang berakar dalam dan sangat nyata, dan memerlukan bebagai tindakan

untuk mengatasi akar penyebab dan berbagai macam efeknya. (3) Sedangkan konflik

permukaan memiliki akar yang dangkal atau tidak berakar dan muncul hanya karena

kesalahpahaman mengenai sesuatu yang dapat diatasi dengan menggunakan

komunikasi.

Menurut Maurice Duverger ada tiga bentuk konflik yang berkaitan dengan

kekuasaan atau politik antara lain 32 (1) Konflik yang sama sekali tidak mempunyai

dasar prisipil, bentuk konflik ini berhubungan langsung dengan masalah praktis

bukan dengan masalah ideologi yang dilakukan baik oleh individu maupun golongan

atau kelompok. (2) Konflik yang lebih menitik beratkan kepada perbedaan pandangan

baik individual maupun kelompok yang menyangkut dengan masalah partai politik

atau yang berhubungan dengan kepentingan partai politik, masyarakat yang dianggap

mewakili rakyat. (3) Konflik yang menitik beratkan kepada permasalahan perbedaan

ideologi, masing-masing memperjuangkan ideologi partainya yang semuanya merasa

benar.

Menurut Coser ada dua bentuk dasar konflik yaitu konflik realistis dan konflik

(40)

20

bersifat material, seperti perebutan wilayah atau kekuasaan, dan konflik ini bisa

teratasi kalau diperoleh dengan merebut tanpa perkelahian dan pertikaian.7

Konflik non-realistis adalah konflik yang didorong oleh keinginan yang tidak

rasional dan cenderung bersifat ideologis, seperti konflik antar agama dan

organisasi-organisasi masyarakat, dan konflik non-realistis adalah satu cara mempertegas atau

menurunkan ketegangan suatu kelompok. Dalam sejarah Indonesia baik pada masa

kolonial maupun pada masa pasca kemerdekaan konflik ini dapat dibedakan menjadi

dua bagian yaitu : (1) Konflik vertikal, yaitu konflik yang terjadi antar negara atau

antara aparat negara dengan warga negara baik secara individual maupun kelompok,

seperti pemberontakan bersenjata yang bertujuan memisahkan diri dari NKRI. (2)

Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjadi antar kelompok-kelompok diberbagai

lokasi biasanya dilandasi oleh suatu sentimen subyektif yang sangat mendalam yang

diyakini warganya seperti sentimen kesukuan atau sentimen organisasi.

3. Dampak Konflik

Menurut Fisher suatu konflik tidak selalu berdampak negatif, tapi ada kalanya

konflik juga memiliki dampak positif. Dampak positif dari suatu konflik adalah

sebagai berikut : (1) Konflik dapat memperjelas berbagai aspek kehidupan yang

masih belum tuntas. (2) Adanya konflik menimbulkan penyesuaian kembali

norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. (3) Konflik dapat

7

(41)

21

meningkatkan solidaritas diantara angota kelompok. (4) Konflik dapat mengurangi

rasa ketergantungan terhadap individu atau kelompok. (5) Konflik dapat

memunculkan kompromi baru. Dampak negatif dari suatu konflik adalah sebagai

berikut : (1) Keretakan hubungan antar individu dan persatuan kelompok. (2)

Kerusakan harta benda bahkan dalam tingkatan konflik yang lebih tinggi dapat

mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang. (3) Berubahnya kepribadian para

individu atau anggota kelompok. (2) Munculnya dominasi kelompok pemenang atas

kelompok yang kalah.

Konflik elit politik terbentuk karena adanyan penguasa politik. Karena tidak

ada masyarakat yang tidak mempunyai penguasa politik artinya, tidak ada masyarakat

yang tidak mempunyai konflik politik. Dalam hal ini konflik politik yang terutama

adalah konflik antar penguasa politik dalam melihat objek kekuasaan politik. Konflik

dapat terjadi karena salah satu pihak memiliki aspirasi tinggi atau karena alternativ

yang bersifat dinilai sulit didapat. Konflik dapat juga didepenisikan sebagai suatu

perbedaan persepsi mengenai kepentingan bermanfaat untuk meramalkan apa yang di

lakukan orang. Hal ini di sebabkan persepsi yang biasanya mempunyai dampak yang

bersifat segera terhadap perilaku.8

8

(42)

22

2.3. Teori Elit Politik

Dalam pengertian yang umum elit menunjuk pada sekelompok orang orang

yang ada dalam masyarakat dan menempati kedudukan tinggi. Dalam pengertian

khusus dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang terkemuka di bidang-bidang

tertentu dan khususnya golongan minoritas yang memegang kekuasaan.

Dalam studi sosial golongan minoritas yang berada pada posisi atas yang

secara fungsional dapat berkuasa dan menentukan dikenal dengan elit. Elit adalah

suatu minoritas pribadi-pribadi yang diangkat untuk melayani suatu kolektivitas

dengan cara yang bernilai sosial.

Elit politik sendiri dibagi menjadi dua bagian diantaranya elit politik lokal dan

elit non politik non lokal, elit politik lokal adalah merupakan seseorang yang

menduduki jabatan-jabatan politik (kekuasaan) di eksekutif dan legislatif yang dipilih

melalui pemilihan umum dan dipilih dalam proses politik yang demokratis ditingkat

lokal. Mereka menduduki jabatan politik tinggi ditingkat lokal yang membuat dan

menjalankan kebijakan politik. Elit politiknya seperti: Gubenur,Bupati, Walikota,

Ketua DPRD, dan pimpinan-pimpinan partai politik.9 Sedangkan Elit Non Politik

Lokal adalah seseorang yang menduduki jabatan-jabatan strategis dan mempunyai

pengaruh untuk memerintah orang lain dalam lingkup masyarakat. Elit non politik ini

seperti: elit keagamaan, elit organisasi kemasyarakatan, kepemudaan, profesi dan lain

sebagainya. Perbedaan tipe elit lokal ini diharapkan selain dapat membedakan ruang

9

(43)

23

lingkup mereka, juga dapat memberikan penjelasan mengenai hubungan antar-elit

politik maupun elit mesyarakat dalam proses Pemilihan Kepala Daerah di tingkat

lokal. Dalam sirkulasi elit, konflik bisa muncul dari dalam kelompok itu sendiri

maupun antarkelompok pengusaha maupun kelompok tandingan. Sirkulasi elit

menurut Pareto terjadi dalam dua kategori yaitu: Pertama, pergantian terjadi antara

kelompok-kelompok yang memerintah sendiri, dan Kedua, pergantian terjadi di

antara elit dengan penduduk lainya. Pergantian model kedua ini bisa berupa

pemasukan yang terdiri atas dua hal yaitu: (a). Individu-individu dari lapisan yang

berbeda kedalam kelompok elit yang sudah ada, dan atau (b). Individu-individu dari

lapisan bawah yang membentuk kelompok elit baru dan masuk kedalam kancah

perebutan kekuasaan dengan elit yang sudah ada.10

Menurut Aristoteles, elit adalah sejumlah kecil individu yang memikul semua

atau hampir semua tanggung jawab kemasyarakatan. Definisi elit yang dikemukakan

oleh Aristoteles merupakan penegasan lebih lanjut dari pernyataan Plato tentang dalil

inti teori demokrasi elitis klasik bahwa di setiap masyarakat, suatu minoritas

membuat keputusan-keputusan besar. Konsep teoritis yang dikemukakan oleh Plato

dan Aristoteles kemudian diperluas kajiannya oleh dua sosiolog politik Italias, yakni

Vilpredo Pareto dan Gaetano Mosca.11

10 ibid

11

(44)

24

Pareto menyatakan bahwa setiap masyarakat diperintah oleh sekelompok kecil

orang yang mempunyai kualitas yang diperlukan dalam kehidupan sosial dan politik.

Kelompok kessil itu disebut dengan elit, yang mampu menjangkau pusat kekuasaan.

Elit adalah orang-orang berhasil yang mampu menduduki jabatan tinggi dalam

lapisan masyarakat. Pareto mempertegas bahwa pada umumnya elit berasal dari kelas

yang sama, yaitu orang-orang kaya dan pandai yang mempunyai kelebihan dalam

matematika, bidang muasik, karakter moral dan sebagainya. Pareto lebih lanjut

membagi masyarakat dalam dua kelas, yaitu pertama elit yang memerintah

(governing elite) dan elit yang tiak memerintah (non governign elit) . Kedua, lapisan

rendah (non- elite) kajian tentang elit politik lebih jauh dilakukan oleh Mosca yang

mengembangkan teori elit politik. Menurut Mosca, dalam semua masyarakat, mulai

adri yang paling giat mengembangkan diri serta mencapai fajar peradaban, hingga

pada masyarakt yang paling maju dan kuat selalu muncul dua kelas, yakni kelas yang

memerintah dan kelas yang diperintah. Kelas yang memerintah, biasanya jumlahnya

lebih sedikit, memegang semua fungsi politik, monopoli kekuasaan dan menikmati

keuntungan-keuntungan yang didapatnya dari kekuasaan. Kelas yang diperintah

jumlahnya lebih besar, diatur dan dikontrol oleh kelas yang memerintah.12

Pareto dan Mosca mendefinisikan elit sebagai kelas penguasa yang secara

efektif memonopoli pos-pos kunci dalam masyarakat. Definisi ini kemduain didukung oleh Robert Michel yang berkeyakinan bahwa ”hukum besi oligarki” tak

(45)

25

terelakkan. Dalam organisasi apapun, selalu ada kelompok kecil yang kuat, dominan

dan mampu mendiktekan kepentingannya sendiri. Sebaliknya, Lasswell berpendapat

bahwa elit sebenarnya bersifat pluralistik. Sosoknya tersebar (tidak berupa sosok

tunggal), orangnya sendiri beganti-ganti pada setiap tahapan fungsional dalam proses

pembuatan keputusan, dan perannya pun bisa naik turun tergantung situasinya. Bagi

Lasswell, situasi itu yang lebih penting, dalam situasi peran elit tidak terlalu menonjol

dan status elit bisa melekat kepada siapa saja yang kebetuan punya peran penting13.

Pandangan yang lebih luwes dikemukakan oleh Dwaine Marvick.

Menurutnya ada dua tradisi akademik tentang elit. Pertama, dalam tradisi yang lebih

tua, elit diperlukan sebagai sosok khusus yang menjalankan misi historis, memenuhi

kebuthan mendesak, melahirkan bakat-bakat unggul, atau menampilkan kualitas

tersendiri. Elit dipandang sebagai kelompok pencipta tatanan yang kemudian dianut

oleh semua pihak. Ke dua, dalam tradisi yang lebih baru, elit dilihat sebagai

kelompok, baik kelompok yang menghimpun yang menghimpun para petinggi

pemerintahan atau penguasa di berbagai sektor dan tempat. Pengertian elit

dipadankan dengan pemimpin, pembuat keputusan, atau pihak berpengaruh yang

selalu menjadi figur sentral.

Field dan Higley menyederhanakan dengan mengemukakan bahwa elit adalah

orang-orang yang memiliki posisi kunci, yang secara awamdipandang sebagai sebuah

13

(46)

26

kelompok. Merekalah yang membuat kebijakan umum, yang satu sama lain

melakukan koordinasi untuk menonjolkan perannya. Menurut Marvick, meskipun elit

sering dipandang sebagai satu kelompok yang terpadu, tetapi sesungguhnya di antara

anggota-anggota elit itu sendiri, apa lagi dengan elit yang lain sering bersaing dan

berbeda kepentingan. Persaingan dan perbedaan kepentingan antar elit itu kerap kali

terjadi dalam perebutan kekuasaan atau sirkulasi elit.

Pandangan ilmuwan sosial di atas menunjukkan bahwa elit memiliki pengaruh

dalam proses pengambilan keputusan. Pengaruh yang memiliki/bersumber dari

penghargaan masyarakat terhadap kelebihan elit yang dikatakan sebagai sumber

kekuasaan. Menurut Miriam Budiardjo, sumber-sumber kekuasaan itu bisa berupa

keududukan, status kekayaan, kepercayaan, agama, kekerabatan, kepandaian dan

keterampilan. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Charles F.14 Andrain yang

menyebutnya sebagai sumber daya kekuasaan, yakni : sumber daya fisik, ekonomi,

normatif, personal dan keahlian.

(47)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni data yang digunakan

merupakan data Kualitatif (data yang tidak terdiri dari angka-angka) melainkan

berupa gambaran dan kata-kata.1 Sedangkan jenis penelitian ini adalah jenis case

study, artinya penelitian ini berangkat dari studi kasus di lapangan, yang bertujuan

untuk memperoleh data yang relevan

2. Sumber Data

Primer

Sumber data yang pertama yaitu primer, dalam hal ini adalah informan, yang

dimaksudkan informan dalam penelitian adalah segenap jajaran kepengurusan DPD

dan DPC Partai Demokrat Kota Surabaya sebagai elit politiknya. Selain itu, informan

yang juga dirasa representatif dalam penelitian ini sesuai dengan pendapat Suzenne

Keller tentang elit politik adalah bukan hanya tentang mereka yang ada pada struktur

penting dalam masyarakat saja melainkan juga mereka yang sekalipun tidak masuk

dalam struktur tetapi berpengaruh penting dalam masyarakat.

1

(48)

28

Adapun informannya adalah:

1. Bapak Boni Laksamana selaku Sekretaris Wilayah DPD Partai Demokrat

Jawa Timur. Informan ini berguna untuk pemenuhan data tentang dinamika elit di

DPD Partai Demokrat Jawa Timur.

2. Bapak Suhartoyo selaku Plt DPC Partai Demokrat Kota Surabaya. Informan

ini berguna untuk pemenuhan data tentang dinamika elit dan Aktor dan Elite

Demokrat yang berkepentingan.

3. Bapak Junaidi selaku Sekertaris DPC Partai Demokrat Kota Surabaya.

4. Bapak Anwar selaku Staff Ahli DPRD F-Demokrat Kota Surabaya.

5. Bapak Anam selaku Pengurus Harian DPC Partai Demokrat Kota Surabaya.

6. Bapak Mardi selaku Pengurus Harian DPC Partai Demokrat Kota Surabaya.

7. Dan beberapa informan lainyan yang berada dilingkungan DPC partai

demokrat Kota Surabaya.

Teknik yang digunakan dalam pemilihan informan menggunakan Purposive

Sampling artinya teknik penentuan sumber data mempertimbangkan terlebih dahulu,

bukan diacak. Artinya menentukan informan sesuai dengan kriteria terpilih yang

relevan dengan masalah penelitian.2

Sekunder

2

(49)

29

Yang kedua ini adalah sumber sekunder, sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.

Jadi data ini berupa bahan kajian yang digambarkan oleh bukan orang yang ikut

mengalami atau hadir dalam waktu kejadian berlangsung. Sehinggal sumber data

bersifat penunjang dan melengkapi data primer. Dan dalam penelitian ini jenis

sumber data yang digunakan adalah literatur dan dokumentasi. Sumber literatur

adalah referensi yang digunakan untuk memperoleh data teoritis dengan cara

mempelajari dan membaca literature yang ada hubungannya dengan kajian pustaka

dan permasalahan penelitian baik yang berasal dari buku maupun internet seperti

jurnal online dan artikel jurnal atau koran yang memuat berita tentang pencalonan

Rasyio-Lucy. Sedangkan untuk dokumentasi sebagai tambahan, dimana bisa berupa

arsip DPC Partai Demokrat Jawa Timur, dan lain sebagainya.

3.1.1. Lokasi dan Alasan Pemilihan

Peneliti mengambil lokasi penelitian di Kota Surabaya atau lebih tepatnya di

DPC Partai Demokrat Kota Surabaya. Alasan memilih lokasi penelitian tersebut

dikarenakan semenjak ditetapkanya pasangan Rasio-Lucy sebagai pasangan calon

walikota Surabaya yang diusung oleh dua partai besar diantaranya Partai Demokrat

dan Partai Amanat Nasional. Disinilah akan banyak sekali informasi mengenai

perubahan(dinamika) para elit partai demokar yang banyak sekali memiliki

kepentingan-kepentingan apabila pasangan Rasio-Lucy menang dalam pilwali Kota

(50)

30

3.1.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data, terkait penelitian ini menggunakan :

1) Metode observasi, adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian melalu pengamatan dan pengindraan.3 Para ilmuwan

hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang

diperoleh melalui observasi.4 Peneliti mengamati fenomena yang relevan dengan

pokok bahasan peneliti, yakni mengenai Dinamika Elite Partai Demokrat di DPD dan

DPC dalam pencalonan Rasio-Lusy dalam pilwali Kota Surabaya

Adapun observasi yang dilakukan peneliti termasuk dalam jenis observasi

partisipatif. Observasi partisipatif adalah observasi dimana peneliti secara langsung

terlibat dalam kegiatan sehari hari informan. Dalam metode observasi ini peneliti

tidak hanya mengamati objek studi tetapi juga mencatat hal hal yang terdapat pada

objek tersebut, sehingga peneliti benar benar mendapatkan data tentang situasi dan

kondisi secara universal dari informan.

2) Metode wawancara, adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam

suatu topik tertentu.5 Peneliti langsung terjun ke lapangan, dengan cara menanyakan

3

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, (Fajar Interpratama Offset, Jakarta: 2007). hal 118.

4

Sugiyono. Metode Penelitian Kombinas “Mixed Method”. Bandung: Alfabeta. 2011. hal226

5

(51)

31

terhadap informan terkait Dinamika Elite Partai Demokrat dalam pencalonan

Rasio-Lusy

Data diperoleh langsung dari informan melalui wawancara. Dalam penelian

kualitatif ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono

purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang

diharapkan, sehingga mempermudah peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial

yang diteliti, yang.6 Dengan teknik purposive sampling ini informan yang dipilih

peneliti sebagai berikut:

1. Bapak Boni Laksamana selaku Sekretaris Wilayah DPD Partai Demokrat

Jawa Timur. Informan ini berguna untuk pemenuhan data tentang Dinamika elit

Politik Partai Demokrat ( Pencalonan Rasio-Lucy dalam pemilihan Walikota

Surabaya)

2. Bapak Suhartoyo selaku Plt DPC Partai Demokrat Kota Surabaya. Informan

ini berguna untuk pemenuhan data tentang Aktor dan Elite Demokrat yang

berkepentingan

3. Bapak Junaidi selaku Sekertaris DPC Partai Demokrat Kota Surabaya.

4. Bapak Anwar selaku Staff Ahli DPRD F-Demokrat Kota Surabaya.

5. Bapak Anam selaku Pengurus Harian DPC Partai Demokrat Kota Surabaya.

6. Bapak Mardi selaku Pengurus Harian DPC Partai Demokrat Kota Surabaya.

6

(52)

32

Dalam penelitian ini wawancara berstruktur, dimana peneliti sudah menyiapkan

instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan. Dengan wawancara terstruktur

ini setiap informan diberi pertanyaan yang sama, dan peneliti mencatatnya.7

Wawancara terstruktur ini dilaksanakan secara bebas dan juga mendalam (in-depth),

tetapi kebebasan ini tetap tidak terlepas dari pokok permasalahan yang akan

ditanyakan kepada informan dan telah dipersiapkan sebelumnya oleh pewawancara.8

Metode dokumentasi, merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.9

3.1.3. Teknik Analisis Data

Analisis data pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran umum

dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti objek penelitian. Analisa data

kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisa berdasarkan data yang

diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang

dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara

berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut

ditolak atau diterima berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang

7

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta CV, 2005, hal 73

8

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, (Fajar Interpratama Offset, Jakarta: 2007). hal 113

9

(53)

33

dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan tehnik triangulasi ternyata hipotesa

diterima maka hipotesis akan berkembang menjadi teori.10

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif dan

dijabarkan secara sistematis nantinya. Adapun dengan menggunakan Reduksi Data,

Kategorisasi, dan Sintesisasi. Yang pertama Reduksi data yakni mengidentifikasi data

yang sesuai dengan fokus dan masalah penelitian, yang kedua Kategorisasi,

merupakan teknik analisis data berupaya memilah-milah kepada bagian data yang

memiliki kesamaan, dan yang ketiga Sintesisasi, setelah data ditemukan kesamaannya

maka data dicari kaitan antara satu kategori dengan kategori yang lainnya, sedangkan

kategori yang satu dengan yang lainnya diberi nama/label11.

3.1.4. Tekhnik Keabsahan Data Uji Validitas Penelitian

Validitas dalam penelitian kualitatif adalah kepercayaan dari data yang

diperoleh dan analisis yang dilakukan peneliti secara akurat mempresentasikan dunia

sosial di lapangan.12 Uji keabsahan data pada penelitian kualitatif meliputi credibility

(validitas internal) dengan cara triangulasi, transverbility (validitas eksternal),

dependability (reliabilitas) dan conformability (objektifitas).13 Pada penelitian ini,

10

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta CV, 2010, hal 245

11

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (PT Remaja Rosdakarya, Bandung: 2009), hal 288-289.

12

Alsa, Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif serta Kombinasi dalam Penilitian Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007).

13

(54)

34

akan digunakan cara triangulasi dalam pengujian data, khususnya triangulasi

metodologis. Triangulasi metodologis yaitu penggunaan metode ganda untuk

mengkaji masalah atau program tunggal, seperti wawancara, pengamatan, daftar

pertanyaan terstruktur, dan dokumen.14

Dependability (Reliabilitas)

Susan Stainback, menyatakan bahwa reliabilitas berkenaan dengan derajat

konsistensi dan stabilitas data atau temuan dalam penelitian kualitatif, uji reliabilitas

dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan prosespenelitian.15

3.1.5. Sistematika Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat sistematika pembahasan yang akan di

bahas dalam penelitian skripsi saya ini, diantaranya sebagai berikut:

Bab satu merupakan pendahuluan yang berisi dari: Latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, telaah

pustaka. Secara umum, setiap sub-bab berisi uraian yang bersifat global, dan juga

sebagai pengantar untuk memahami bab-bab berikutnya.

Bab dua merupakan landasan teori dengan judul dinamika elit partai demokrat

(studi kasus pencalonan Rasio-Lucy dalam pemilihan walikota Surabaya 2015)

Kerangka teori ini terdiri dari: Teori dinamika sosial, dinamika politik dan elit politik

14

Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2009).

15

(55)

35

Bab tiga berisi metodologi penelitian sebagai acuan kegiatan penelitian.

Bagian ini disajikan tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian dan

alasan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik

keabsahan data.

Bab selanjutnya yaitu Bab empat merupakan penyajian dan analisis data

dalam hasil penelitian dan pembahasan tentang dinamika yang terjadi dalam tubuh

partai demokrat Jawa Timur (studi kasus pencalonan Rasio-Lucy dalam pemilihan

walikota Surabaya 2015).

Kemudian yang terakhir pada bagian Bab lima berisi simpulan dan saran

sebagai jawaban atas pertanyaan pada bab pertama yang dianalisis pada bab kedua

dan ketiga ataupun judul yang tertera dalam skripsi penulis yaitu dinamika elit politik

partai demokrat (studi kasus pencalonan Rasio-Lucy dalam pemilihan Walikota

(56)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Kota Surabaya

Melalui beberapa temuan yang dilakukan, maka diperoleh data-data dari

berbagai pihak yang berupa observasi, hasil wawancara, dan data-data tertulis terkait

tema penelitian yang dijelaskan di bawah sebagai berikut:

Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan

kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, dengan jumlah penduduk

metropolitan ± 3.121.276 Jiwa.Jumlah kecamatan ada 31 kecamatan terdiri dari 163

kelurahan dan terdiri dari 1.360 RW (Rukun Warga) dan 8.972 RT (Rukun

Tetangga). Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan

di kawasan Indonesia timur. Surabaya terkenal dangan sebutan Kota Pahlawan karena

sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan

bangsa Indonesia dari penjajah. Kota Surabaya berasal dari cerita mitos pertempuran

antara suro (ikan hiu) dan boyo (buaya) dan akhirnya menjadi kota Surabaya.

Kota Surabaya sebagai Ibukota Propinsi Jawa Timur terletak di wilayah utara Jawa

Timur dan memiliki wilayah pantai dan laut. Kota Surabaya di utara berbatasan

dengan Selat Madura, di timur berbatasan dengan Selat Madura dan Laut Jawa, di

(57)

37

Kabupaten Gresik. Sekarang Kota Surabaya telah terhubung ke pulau madura oleh

jembatan Suramadu.

Kota Surabaya sebagai Ibu Kota Propinsi Jawa Timur terletak Terletak antara

07 21 lintang selatan dan 112 36 s.d 112 54 bujur timur. Wilayahnya merupakan

daratan rendah dengan ketinggian 3 sampai 6 meter diatas permukaan air laut, kecuali

di daerah selatan ketinggian 25 sampai 50 meter diatas permukaan air laut. Selain

menjadi Ibu Kota Provinsi Jawa Timur, Kota Surabaya juga dikenal dengan Kota

Pahlawan, Kota Perdagangan dan Jasa. Kota Surabaya juga menjadi tempat bisnis

yang utama di Indonesia Timur. Penduduk di Surabaya sangat majemuk, ada berbagai

suku dan agama yang hidup dengan damai diantaranya adalah suku jawa, suku sunda,

suku madura, dan lainnya bahkan warga asing (ekspatriat).

Wilayah Kota Surabaya memiliki penduduk hingga akhir tahun 2010

sebanyak 2.938.225 jiwa dengan komposisi 50,20% laki-laki dan 40,80 perempuan.

Komposisi penduduk kota Surabaya berdasarkan kelompok umur/struktur usia pada

tahun 2011 menunjukkan, bahwa proporsi terbanyak adalah pada kelompok usia

35-40 tahun (283.365 jiwa) dan 25-30 tahun (279.668 jiwa). Secara administrasi

pemerintahan Kota Surabaya dikepalai oleh Walikota yang juga membawahi

koordinasi atas wilayah administrasi Kecamatan yang dikepalai oleh Camat

“Menuju Surabaya lebih baik” adalah sebuah amanah. Sampai hari ini Kota

Surabaya telah berevolusi menjadi pusat kegiatan ekonomi, politik, dan budaya yang

senantiasa terus berusaha menjawab tuntutan serta tantangan zaman. Menuju

Gambar

Gambaran Umum Struktur DPC Partai Demokrat
Gambaran Umum Struktur DPC Partai Demokrat
Gambaran Umum Struktur DPC Partai Demokrat Kota Surabaya3

Referensi

Dokumen terkait

Sistem yang berlaku adalah sistem borongan, dalam hal ini upah dihitung berdasarkan banyaknya pekerjaan penyusunan kayu yang bisa dilakukan oleh karyawan selama jam kerja (1

Bagi Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan bagi pihak organisasi dalam hal

Maka kesimpulan yang didapatkan bahwa web server Nginx sangat unggul dalam merespon permintaan dan mempunyai bandwidth lebih besar dibandingkan dengan web server

- Melalui bacaan, siswa dapat mengetahui organ gerak manusia dan hewan.  Selesai membaca, siswa mencari dan menentukan ide pokok tiap paragraf dari bacaan yang telah

 Siswa mengamati secara seksama gambar cerita yang terdapat pada buku siswa..  Fokus pengamatan siswa pada gambar dan rangkaian cerita..  Siswa menyajikan dan

Bersama ini kami sampaikan dengan hormat bahwa setelah dilakukan evaluasi dokumen penawaran sesuai ketentuan yang berlaku, Perusahaan Saudara ditetapkan sebagai pemenang seleksi

Bersama ini kami sampaikan dengan hormat bahwa setelah dilakukan evaluasi dokumen penawaran sesuai ketentuan yang berlaku, Perusahaan Saudara ditetapkan sebagai pemenang

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan juga kemudahan dalam menyelesaikan tugas akhir dengan judul