• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Kebutuhan Berprestasi Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2012 UKSW T1 132009009 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Kebutuhan Berprestasi Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2012 UKSW T1 132009009 BAB II"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kebutuhan Berprestasi

2.1.1 Pengertian Kebutuhan Berprestasi

McClelland mengemukakan bahwa individu mempunyai cadangan energi

potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada

kekuatan atau dorongan kebutuhan individu dan situasi serta peluang yang

tersedia. Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli,

berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses.

Ciri-ciri inidividu yang menunjukkan orientasi tinggi antara lain bersedia menerima

resiko yang relatif tinggi, keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang hasil

kerja mereka, keinginan mendapatkan tanggung jawab pemecahan masalah

(Safaria, 2004).

McClelland (Suyanto, 1987) menyatakan kebutuhan berprestasi adalah

individu yang bila dihadapkan pada tugas-tugas yang kompleks cenderung

melakukannya dengan baik, tampak antusias untuk menyelesaikan tugas-tugas

dengan baik, akan banyak melahirkan kegiatan kreatifitas dan memperoleh

kepuasan prestasi tanpa harus memikirkan imbalan yang tidak terkait dengan

prestasi itu sendiri.

McCLelland (Surya, 2003) menyatakan kebutuhan berprestasi adalah

individu yang akan mengerjakan sesuatu dengan gigih dengan resiko pekerjaan

(2)

9 balik atas hasil prestasinya. Kebutuhan berprestasi ini mengarah terhadap

kepentingan masa depan dibandingkan masa lalu atau masa kini dan individu akan

menjadi lebih kuat dalam menghadapi kegagalan karena dirinya akan

memperkirakan situasi yang akan datang untuk memperoleh prestasi yang lebih

baik.

Menurut Murray (dalam Mulyani, 2010) kebutuhan berprestasi adalah

kebutuhan individu untuk berusaha menyelesaikan tugas-tugas yang sulit,

mempertahankan standart yang tinggi, dan mau bekerja mencapai sasaran,

merespon kompetisi secara positif, mau terus berusaha mencapai hal yang sangat

baik.

Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa kebutuhan berprestasi

adalah dorongan yang berasal dari dalam diri individu yang menyukai tantangan

besar dalam setiap pekerjaannya, termasuk dalam studinya, memiliki tanggung

jawab yang tinggi, optimis, suka bekerja keras dan belajar tekun serta

menampilkan performa kerja yang luar biasa dengan tidak mudah merasa puas

dengan apa yang diperolehnya.

2.1.2 Ciri-ciri Kebutuhan Beprestasi

Menurut McClelland (dalam Safaria, 2004) ada tiga ciri utama dari

individu yang memiliki kebutuhan berprestasi :

1) Moderate risk taking (lebih memilih tugas-tugas yang menantang dengan

resiko yang sedang)

Individu dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi ini lebih memilih

(3)

10 mengkalkulasikan tingkat kesuksesannya. Jika tingkat kegagalannya lebih

besar, maka individu berusaha untuk tidak menerima tugas tersebut serta

memiliki sikap yang realistis dalam mencapai tujuan prestasinya.

2) Need for immediate feedback (membutuhkan umpan balik yang segera)

Individu dengan kebutuhan berprestasi tinggi lebih menyukai

tugas-tugas yang memberikan umpan balik segera dan spesifik, sehingga bisa

mengukur kemajuan setiap tindakannya menuju tujuan.

3) Statisfaction with accomplishments (kepuasan secara intrinsik dari

penyelesaian tugas)

Individu dengan kebutuhan berprestasi tinggi lebih puas akan

penyelesaian tugas secara intrinsik daripada kepuasan ekstrinsik. Selain itu

individu mempunyai daya tahan yang lebih tinggi dalam mengejakan tugas.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Berprestasi Menurut McClelland

Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi kebutuhan berprestasi yang

menurut McClelland (1987) dalam Hendry (2011) meliputi:

1) Keinginan unutk mendapatkan pengakuan dari seorang yang ahli.

Individu ingin mengerjakan suatu hal yang menantang, yaitu sesuatu

yang belum dapat dikerjakan oleh orang lain, sehingga hasil kerja yang

di-kerjakannya itu mendapat pengakuan dari orang lain, misalnya dari orang tua

(4)

11

2) Keinginan untuk mendapatkan penghargaan

Individu menginginkan hasil kerjanya dihargai orang lain. Selain status

kehormatan dan materi individu membutuhan penghargaan atas hasil jerih

payahnya. Individu yang memiliki kebutuhan berprestasi cenderung melihat

penghargaan sebagai pengukur kesuksesan.

3) Keinginan untuk sukses karena usaha sendiri

Individu memiliki keinginan untuk sukses dalam berpestasi karena

usaha sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari proses menuju sukses, individu

yang memiliki kebutuhan berprestasi lebih puas atas usaha-usaha yang

dilakukannya sendiri.

4) Keinginan untuk dihormati

Individu memiliki keinginan untuk dihormati oleh orang lain di

sekitarnya seperti orangtua maupun oleh teman-temannya. Pada individu

yang memiliki motivasi berprestasi, individu terfokus untuk memperoleh

hormat dan status dari teman-temannya.

5) Keinginan untuk bersaing

Individu memiliki keinginan untuk bersaing dengan orang lain,

misalnya dalam prestasi di sekolah atau dalam pertandingan olah raga.

(5)

12 2.2 Kecerdasan Emosional

2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional

Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990

oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari

University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional

yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Salovey dan Mayer mendefinisikan

kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai himpunan bagian dari

kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang

melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan

menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan (dalam

Amalia, 2004).

Reuven Bar-On (dalam Meta, 2012) menyatakan bahwa kecerdasan

emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non

kognitif, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi

tuntutan dan tekanan lingkungan. Menurut Goleman (2001) kecerdasan emosional

adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain,

kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan

baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Dengan kecerdasan

emosi, individu mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our

emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan

pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui

keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan

(6)

13 Menurut Goleman (2001) , khusus pada orang-orang yang murni hanya

memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah

yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin

dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat.

Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka

orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila

seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka

cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah

frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi

lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya,

dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki

kecerdasan emosional yang tinggi.

Berdasarkan pengertian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa

kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan, kompetensi dan kecakapan

emosi individu yang terdiri atas kemampuan untuk memahami, merasakan dan

mengelola emosi diri dan kemampuan untuk mengerti perasaan orang lain serta

memahami lingkungannya.

2.2.2 Faktor-Faktor dalam Kecerdasan Emosional

Reuven Bar-On (dalam Stein & Book, 2002) merangkum kecerdasan

emosional ke dalam lima area atau ranah yang menyeluruh, yaitu :

1) Ranah Intra Pribadi

Ranah intra pribadi terkait dengan kemampuan individu untuk

(7)

14 (1) Kesadaran diri yaitu kemampuan untuk mengenal dan memilah-milah

perasaan, memahami hal yang sedang kita rasakan dan mengapa hal itu

dirasakan, dan mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut.

(2) Sikap asertif yaitu kemampuan mengungkap perasaan, mengungkapkan

pemikiran, dan kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadi.

(3) Kemandirian yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan

diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta tidak merasa bergantung

pada orang lain secara emosional.

(4) Penghargaan diri yaitu kemampuan untuk menghormati dan menerima diri

sendiri sebagai pribadi yang baik.

(5) Aktualisasi diri yaitu kemampuan untuk menanggung jawabkan

kemampuan yang potensial.

2) Ranah Antar Pribadi

Ranah antar pribadi berkaitan dengan keterampilan bergaul yaitu

kemampuan individu berinteraksi dan bergaul baik dengan orang lain. Ranah

ini meliputi:

(1) Empati yaitu kemampuan untuk menyadari, memahami, dan menghargai

perasaan dan pikiran orang lain.

(2) Tanggung jawab sosial yaitu kemampuan untuk menunjukkan bahwa

anggota kelompok masyarakat dapat bekerja sama, berperan, dan

(8)

15 (3) Hubungan antarpribadi yaitu kemampuan membina dan memelihara

hubungan yang saling memuaskan yang ditandai dengan keakraban dan

saling memberi serta menerima kasih sayang.

3) Ranah Penyesuaian Diri

Ranah penyesuaian diri berkaitan dengan sikap individu yang lentur

dan realistik dan untuk memecahkan aneka masalah yang muncul. Ranah ini

meliputi:

(1) Pemecahan masalah yaitu kemampuan untuk mengenali dan merumuskan

masalah, serta menemukan dan menerapkan pemecahannya.

(2) Uji realitas yaitu kemampuan menilai kesesuaian antara apa yang dialami

dan apa yang secara objektif terjadi.

(3) Sikap fleksibel yaitu kemampuan menyesuaikan emosi, pikiran, dan

perilaku dengan perubahan situasi dan kondisi.

4) Ranah Pengendalian Stres

Ranah pengendalian stres terkait dengan kemampuan individu untuk

tahan menghadapi stres dan mengendalikan impuls/dorongan nafsu serta

kemampuan untuk menahan atau menunda keinginan untuk bertindak tanpa

menimbang dengan matang/seksama. Ranah ini meliputi:

(1) Ketahanan menanggung stres yaitu kemampuan untuk menghadapi

peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi yang penuh tekanan tanpa

menjadi berantakan, dengan secara aktif dan positif mengatasi stres.

(2) pengendalian impuls/dorongan nafsu yaitu kemampuan menolak atau

(9)

16

5) Ranah Suasana Hati Umum

Ranah suasana hati umum berkaitang dengan pandangan individu

tentang kehidupan, bergembira dalam bersendiri maupun bersama orang lain

serta keseluruhan rasa puas-lega yang dirasakan individu. Ranah ini meliputi:

(1) Kebahagiaan yaitu kemampuan untuk merasa puas dengan kehidupan,

bergembira sendirian dan dengan orang lain, serta bersenang-senang.

(2) Optimisme yaitu kemampuan melihat sisi terang kehidupan dan

me-melihara sikap postif, sekalipun ketika berada dalam kesulitan.

Dari uraian di atas menurut Bar-on kecerdasan emosional terbagi dalam

lima ranah yang menyuluruh, akan tetapi dalam hal ini penulis mengambil hanya

empat ranah saja. Karena menurut Parker (2011) “suasana hati bukan termasuk

kompetensi akan tetapi menunjukkan keadaan saja atau akibat dari sesuatu bukan

menunjukkan kemampuan tetapi menunjukkan keadaan saja dimana ranah

suasana hati umum dapat berubah-ubah atau pasang surut”.

2.3 Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Kebutuhan Berprestasi Setiap tindakan manusia dilatarbelakangi oleh suatu kebutuhan. Pada

dasarnya seseorang yang mempunyai kebutuhan untuk melakukan perbuatan atau

mencapai prestasi dalam memperoleh hasil yang sebaik-baiknya pastilah disertai

oleh dorongan yang kuat dalam memenuhi kebutuhan berprestasi. Dengan

demi-kian setiap manusia mempunyai tingkatan kebutuhan berprestasi yang berbeda

(10)

17 Kecerdasan emosional dijelaskan sebagai kemampuan untuk mengenali

perasaan meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran,

memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara

mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.

Kebutuhan berprestasi dapat diuraiakan sebagai dorongan akan kebutuhan

diri seseorang untuk berprestasi dalam mencapai suatu prestasi yang baik dengan

berkompetisi dengan dirinya dan orang lain yang bertujuan untuk mencapai

keberhasilan.

Dalam beberapa referensi lain, kebutuhan memang tidak pernah dapat

dipisahkan dengan emosional bahkan dianggap janggal ketika membahas

kebutuhan tanpa disertai dengan pembahasan tentang emosional, sebab antara

kebutuhan dan emosional mempunyai hubungan yang sangat erat. Hubungan

antara kecerdasan emosional dan kebutuhan berprestasi menurut McClelland

(1987) tampak nyata dalam hal-hal berikut ini:

1) Kecerdasan emosional seseorang mempunyai kualitas akan seluruh

kecerdasannya sama halnya dengan seseorang yang mempunyai kualitas

tingkatan kebutuhan berprestasi yang tinggi.

2) Individu dalam ranah antar pribadi (dalam kaitan berada dalam kebudayaan

tertentu) yang mempunyai kebutuhan berprestasi kuat otomatis akan

melahirkan kegiatan yang kreatif.

3) Orang yang mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi lebih menyukai keadaan

yang membutuhkan resiko tidak terlalu besar, mampu untuk mempengaruhi

(11)

18 4) Individu yang mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi lebih mementingkan

tujuan pekerjaan dimasa mendatang (ranah intra pribadi yang tergolong dalam

pencapaian aktualisasi diri).

5) Individu yang kebutuhan berprestasinya tinggi lebih giat maju kedepan yakni

mempunyai kesadaran diri untuk meraih status sosial (ranah intra pribadi).

6) Kebutuhan berprestasi ditimbulkan dalam sekelompok individu untuk

mengetahui pengaruh terhadap perilaku yang dilakukan individu tersebut

(ranah antar pribadi).

7) Kebutuhan berprestasi suatu individu mempengaruhi pemikiran artinya

semakin banyak gagasan yang dimiliki oleh individu maka kebutuhan

berprestasinya juga akan semakin kuat (ranah intra pribadi).

8) Individu yang mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi akan dihadapkan pada

tugas-tugas yang kompleks, sehingga individu cenderung melakukan tugasnya

dengan semakin baik. Dalam hal ini individu lebih antusias untuk

menyelesaikan tugasnya (ranah intra pribadi).

9) Individu yang dalam kehidupan diri sendiri (ranah intra pribadi) jika

mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi makan akan kuat mencari situasi

dimana mendapatkan kepuasan pribadi.

10) Pada kehidupan realistik terhadap kesuksesan, individu dalam situasi baru

akan mengandalkan keyakinan diri sendiri sehingga hanya individu yang

mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi yang dapat melakukannya (ranah

(12)

19 11) Individu yang mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi tidak menilai secara

berlebihan kemungkinan untuk menang (ranah pengendalian stress yaitu

mengendalikan dorongan nafsu).

12) Individu yang mempunyai pendirian kuat dan mempunyai kebutuhan

berprestasi tinggi akan mampu mengubah hasil dari situasi yang tidak

menentu melalui prestasi sendiri (ranah penyesuaian diri).

13) Individu yang mempunyai pengendalian stres akan mempunyai kebutuhan

berprestasi tinggi karena individu akan bekerja lebih semangat dan lebih keras

agar membawanya pada prestasi (ranah pengendalian stres).

14) Individu yang mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi akan menuntun pada

kemampuan memecahkan suatu masalah karena hanya dengan jalan tersebut,

individu dapat merasakan kepuasan (ranah penyesuaian diri).

2.4 Penelitian yang Relevan

Penelitian oleh Nurfaizin (2007) dengan judul “Hubungan antara

Kecerdasan Emosi dengan Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa Fakultas

Psikologi UIN Malang”. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa psikologi UIN

Malang yang berjumlah 60 mahasiswa menunjukkan bahwa sebagian besar

mahasiswa memiliki kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi menengah

(sedang). Korelasi dua variabel r xy = 0,847 yang berarti terdapat hubungan yang

positif antara kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi.

Penelitian yang dilakukan Jati (2010) dengan judul “Hubungan antara

(13)

20 Kedokteran UMS 2007” yang berjumlah 78 orang, hasil penelitian menunjukan

ada hubungan yang cukup kuat dan signifikan antara kecerdasan emosional

dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Surakarta Angkatan 2007, karena didapatkan koefisien korelasi

sebesar 0,501 dan untuk signifikansinya didapatkan angka probabilitas sebesar

0,000.

2.5 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan

kebutuhan berprestasi mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2012

Referensi

Dokumen terkait

According to the comparison results, the increasing extent of S-G with sliding window size of 5 (S-G 5) is most significant. The reason can be explained by the

Hipotesa yang diajukan adalah ada hubungan antara persepsi terhadap promosi penjualan “undian berhadiah” dengan keputusan membeli konsumen.. Penelitian dilakukan pada tanggal

Pentingnya peran citra sebuah produk dalam menjaga loyalitas konsumen pada produk perawatan rambut guna meningkatkan penjualan produk, menjaga pangsa pasar

PA/KPA Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi lainnya(K/L/D/I) : RSUD Banyudono Kabupaten Boyolali Alamat :

MENGUMUMKAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG / JASA UNTUK PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2013. CAMAT

Pemimpin serangan itu ialah Pati Unus (1518-1521 M) dan dikenal dengan Pangeran Sabrang Lor. Serangan itu mengalami kegagalan, karena jarak serangan terlalu jauh dan

(2,817) > (1,98932) pada taraf signifikansi 5% , (2) ada pengaruh model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X

Untuk mengimbangi hal-hal tersebut di atas maka dalam pengajaran matematika, diusahakan mencari metode yang sesuai dengan kondisi yang diperlukan yaitu metode pengajaran yang