• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Resepsi Mahasiswa FBS UNY terhadap Budaya Eropa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Resepsi Mahasiswa FBS UNY terhadap Budaya Eropa"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Art ikel dalam Jurnal At avisme (Jurnal Kajian Sast ra), Balai Bahasa Surabaya, edisi no 12, vol.14, 2010/ 2011. Objek penelitiannya adalah aspek-aspek budaya Eropa. Teknik pengum pulan dat anya dengan tes dan angket. Teknik analisis dat anya dilakukan secara deskript if kuantit at if dan kualit atif. Hasil penelitian m enunjukkan bahw a pem aham an m ahasisw a FBS UNY t erhadap budaya Eropa abad ke-21 hanya sebesar 22,0%. Sem ent ara tingkat t ingkat apresiasinya sebesar 37,5%. Berdasarkan rat a-rat a, diperoleh angka t ingkat pem aham an dan tingkat apresiasi t ersebut hanya sebesar 29,75%. Dengan t ingkat pem aham an dan apresiasi yang rendah, diperlukan suat u usaha guna lebih m engenalkan budaya Eropa kepada m ahasisw a FBS UNY m elalui rancangan m odel dan m odul pem belajaran. M odel dan m odul pem belajaran t ersebut t idak hanya pada pengenalan budaya Eropa t et api juga dalam rangka m engukuhkan nasionalisme generasi m uda Indonesia. Sebuah usaha penanam an karakt er nasionalism e.

Kata kunci: t ingkat pem aham an, t ingkat apresiasi, budaya Eropa, nasionalism e.

Abstract: The Recept ion Level of Language and Art Faculty St udent , Yogyakart a St at e University t o European Cult ure. This article aim s t o describe t he level of underst anding and appreciat ing of Language and Art Facult y St udent , Yogyakart a St at e Universit y t o European Cult ure in t he beginning of 21st cent ury. Subject of t his research are st udent of Language and Art Faculty YSU t hat consist of eleven program st udies in 2010/ 2011 academ ic year. Object of t his research is European cult ure’s aspect . Dat a collected by test and quest ioner. Dat a analyzed by quant it ative and qualit ative t echnique. Result of research indicated t hat underst anding level of Language and Art Facult y st udent, YSU t o European cult ure in t he beginning 21st cent ury just only 22.0%. The appreciat ing level is 37.5%. In average, t he level of underst anding and appreciat ing is just only 29.75%. This level is low . To increase t his level, it need som e effort like learning m odel and m odule t o m ore int roduce European cult ure t o st udent of Language and Art Facult y, YSU. Learning m odel and m odule is not only t o int roducing of European cult ure, but also t o st rengt hened nat ionalism for Indonesian young generat ion. This is one effort t o build charact er of nat ionalism .

Key words: underst anding level, appreciating level, European cult ure, nat ionalism .

PENDAHULUAN

(2)

t elepon seluler) m em buat dunia seolah-olah m enjadi kam pung besar t em pat orang-orang dari penjuru belahan dunia dapat berkom unikasi secara bebas.

Dalam penelit ian sebelum nya, (1) “ Resepsi Sast ra Penulis-penulis Prancis dalam M edia Cet ak Indonesia pada Tahun 2000—2005” (Sw andayani, 2007) at aupun dalam penelit ian Sant osa (2007) yang berjudul (2) “ Resepsi at as Pemikir-Pemikir Jerman dalam M edia-m edia Cet ak Indonesia pada Tahun 2000—2005” t elah diperoleh sejumlah t em uan yang t erkait dengan pengaruh penulis-penulis Prancis dan Jerm an di Indonesia lew at m edia-m edia cet ak di Indonesia.

Dalam penelit ian Sw andayani (2007) dit em ukan sejumlah hal. Dari lim a belas penulis Prancis yang dit em ukan, sebagian besar mereka m em baw a pem ikiran-pemikiran baru di bidangnya m asing-m asing dalaasing-m w acana keilasing-m uan di Indonesia. Para penulis Prancis t ersebut diresepsi secara posit if oleh para penulis resensi Indonesia. Bent uk kom unit as int erpret asi yang dilakukan oleh media-media cet ak Indonesia t erhadap karya-karya penulis Prancis t ersebut yait u sebagai “ t rendset t er” pemikiran di Indonesia. Hal it u sekaligus sebagai salah sat u bent uk konst ruksi at au form asi sosial pem bent uk kelas int elekt ual at au m enengah Indonesia sebagai penyokong ut am a pergerakan sejarah Indonesia. Hal yang serupa juga dit em ukan dari penelitian Sant oso (2007) t erhadap ket ujuh belas penulis asal Jerm an.

Art ikel penelit ian kali ini m erupakan t indak lanjut dari kedua penelit ian t ersebut guna m enget ahui pola-pola m ult ikult uralisme. Tindak lanjut t ersebut m erupakan perluasan yang m encakup keseluruhan Eropa, yang t idak hanya berasal dari Prancis dan Jerm an saja, t et api juga penulis-penulis dari Inggris, Belanda, Spanyol, It alia, Skandinavia, negara-negara Eropa Tim ur sepert i Rusia, bahkan hingga Turki. Selain it u, cakupan art ikel penelitian kali ini juga lebih luas, yakni guna m enget ahui tingkat resepsi m ahasisw a Fakult as Bahasa dan Seni Universit as Negeri Yogyakart a t erhadap budaya Barat (Eropa) pada aw al abad ke-21 t ersebut .

Art ikel penelit ian ini sepert i yang t elah dikem ukakan di depan m erupakan kelanjut an dari penelit ian sebelum nya, baik yang dilakukan oleh Sw andayani (2007) yang berjudul “ Resepsi Sast ra Penulis-penulis Prancis dalam M edia Cet ak Indonesia pada Tahun 2000—2005” ) m aupun oleh Sant osa (2007) yang berjudul “ Resepsi at as Pem ikir-Pem ikir Jerm an dalam M edia-m edia Cet ak Indonesia pada Tahun 2000—2005” . Selain diperluas cakupan kajiannya menjadi Eropa, penelit ian ini juga m engkaji resepsinya pada m ahasisw a FBS UNY yang m erupakan bent uk kajian resepsi eksperiment al t erhadap aspek-aspek budaya Eropa.

(3)

(1998:1—35) dalam Dunia yang Dilipat . Seberapa jauh nilai-nilai Eropa (Barat ) it u berebut pengaruh dengan nilai-nilai budaya wilayah lain t erhadap perkem bangan budaya di Indonesia, khususnya dalam pem bent ukan karakt er generasi m uda bangsa Indonesia.

Sebagaimana dikem ukakan oleh William s (1988:88—93), karya sast ra, film , t eat er, m usik, seni rupa, dan unsur budaya lainnya m erupakan sit us hegem oni, yakni t em pat pert arungan ideologi berlangsung. Sebagaim ana dipahami oleh pandangan Gram scian, produk seni budaya m erupakan t em pat refleksi pandangan dunia m asyarakat pendukungnya, t et api sekaligus juga sebagai m edium unt uk m engkonst uksi m asyarakat . Sebuah pandangan dunia, ideologi at aupun gaya hidup m asyarakat seringkali dikonst ruksi oleh sit us-sit us hegem oni yang disebarkan melalui sejumlah inst it usi hegem oni sepert i sekolah, m edia m assa, m asjid/ gereja, dakw ah-dakw ah keagam aan dan lain sebagainya. Dalam proses pert arungan ideologis inilah, pengaruh budaya Barat (Eropa) akan dianalisis lew at sejumlah media cet ak yang beredar di Indonesia yang dit indaklanjut i dengan m enguji seberapa jauh hal t ersebut diresepsi oleh m ahasisw a FBS UNY.

Proses akult urasi budaya Barat (Eropa) t ersebut seringkali t anpa disadari akan m asuk dalam perangkap poskolonial yang m elanggengkan dom inasi nilai-nilai Eropa at as nasionalism e Indonesia. Sebagaimana dinyat akan oleh Anderson (2002:1—15), nasionalism e m erupakan kom unit as imajiner yang harus dikonst ruksi dan dipert ahankan oleh para pendukungnya. Dalam konst elasi nasionalism e Indonesia t ersebut , pengaruh-pengaruh Eropa (sebagai negara dominan) harus dicerm at i secara krit is sehingga t idak t erperangkap prakt ik kelanjut an im perialism e Eropa (Barat ).

Sebagai t indak pem bacaan rubrik-rubrik budaya yang t erkait dengan pengaruh Eropa di m edia cet ak Indonesia, art ikel penelit ian ini t idak dapat m elepaskan diri dari t eori resepsi dan t eori discourse sepert i yang disam paikan oleh Foucault , khususnya m engenai pem aknaan suat u t eks. M enurut Iser (1972:212), dalam m enghasilkan m akna sebuah t eks, pem baca dit unt ut berpart isipasi secara akt if. Konkret isasi sebuah t eks m enunt ut agar im ajinasi pem baca digunakan. Bahkan Iser m enegaskan bahw a fokus dari krit ik sast ra seharusnya bukan m akna sebuah t eks, t et api just ru efeknya.

Lebih lanjut , Jauss (1974:14) m enyat akan bahw a suat u karya sast ra bukan sebuah objek yang berdiri sendirian dan yang m enaw arkan w ajah yang sam a kepada set iap pem baca dalam set iap periode. Teori resepsi berpendapat bahw a int ensi t eks it u sudah ada dalam karya t ersebut bukan sekedar akal-akalan pem baca. Iser menjelaskan bahw a peran pem baca adalah m em bongkar m elalui ant ar-perm ainan ant ara deduksi dan induksi, bagian t idak t erform ulasi dari suat u karya sast ra, unt uk m engungkapkan bagian yang t idak t ert uliskan dari karya t ersebut (Allen, 2004:6-7).

(4)

t ert ent u, m akna it u bukan suat u realit as ekst ernal t ert ent u dan juga bukan sat u salinan dari suat u dunia pem baca sendiri yang diinginkan; ini m erupakan sesuat u yang harus dibayangkan oleh pikiran pem baca. Di pihak lain, Fish m alah t idak m engakui keberadaan t eks objekt if.

M enurut Fish, seorang pem baca t idak “ sekedar” mem baca dalam suat u cara yang sem at a-m at a, asal a-m ea-m baca. Pea-m bacaan it u dilanjut kan berdasarkan pada sejua-m lah keput usan yang m em bent uk cara yang ia pakai unt uk m em baca dan dengan begit u m em bent uk t eks t ersebut . Pem baca t idak m endekat i sebuah t eks t ert ent u dengan kepala kosong; mereka juga m em baw a harapan, asum si, dan pengalam an, baik yang dilakukan secara ideologis (st rat egi int erpret if yang sengaja diam bil) at au m elalui baw ah sadarnya yang berupa “ kopor pem baca” (Allen, 2004:8-9).

“ Kopor pem baca” ini bisa m eliput i sifat , pengalam an, lat ihan, t em peram en, nilai-nilai, bias-bias, at au m ot if unt uk m em baca yang unik dari seorang individu, m aupun harapan-harapan yang dipunyai pem baca dari sebuah t eks berdasarkan respon m ereka kepada judul, ilust rasi sam pul, t anggapan krit ik yang sudah dit erbit kan t erhadap karya it u, kepada apa yang sebelum nya t elah m ereka ket ahui t ent ang pengarang (penerbit ). “ Kopor pem baca” bahkan bisa m eliput i hal-hal yang seakan usang sepert i t anggapan kepada ukuran font dan panjangnya t eks it u. Dat a sem acam it u m erupakan bagian pent ing dari proses m em baca dan t idak bisa disendirikan dan t idak pula bisa dihilangkan (Allen, 2004:9-10).

Dalam pandangan Fish, dua orang yang m em baca dengan rangkaian st rat egi int erpret if yang berbeda, dalam kenyat aan akan “ m enulis t eks” yang berbeda. Pendapat Fish m engenai keput usan int erpret if sebenarnya berdiri di ant ara ide bahw a sebuah t eks secara objekt if dapat dimengert i dan ide bahw a t eks it u sepenuhnya t ak bisa dim engert i. Fish (Allen, 2004:11) lebih lanjut m engakui bahw a “ kom unit as-kom unit as pem baca” dapat sama-sam a menggunakan koherensi kognit if dan linguist ik; dengan begit u, m ereka akan “ m em baca/ m enulis” suat u karya sast ra dalam cara yang kira-kira sam a (karena bersenjat akan st rat egi int erpret if yang sam a).

Walaupun kem ungkinan int erpret asi t idak t erbat as, tet api int erpret asi bukan sepenuhnya m erupakan respon yang subjektif dan individual; melainkan disusun berdasarkan kerangka yang disediakan oleh apa yang disebut sebagai “ kom unit as-kom unit as pem baca” . Pengert ian kom unit as int erpret asi Fish bisa dibandingkan dengan konsep w acana Foucault . Kom unit as int erpret asi m enjadi t em pat pendidikan dan belajar unt uk m engadopsi suat u kerangka berpikir dan cara m elihat yang spesifik.

(5)

m engacu pada isi at au represent asi), m elainkan cara m enghasilkan penget ahuan besert a prakt ik-prakt ik yang secara sist em atis mem bent uk objek yang dibicarakannya (Foucault , 2002:9). M elalui pengert ian w acana yang baru, Foucault m engait kan sist em pem aknaan dengan dua w ilayah yang selam a ini dianggap t elah dilupakan oleh st rukt uralisme, yakni w ilayah sejarah dan polit ik.

Dalam “ The Order of Discourse” , Foucault m enunjukkan bahw a yang dim aksud dengan w acana t idak t erbat as pada pem ikiran dan cara penyam paian pemikiran t ersebut , m elainkan sem ua at uran dan kat egori diskursif yang m erupakan bagian dari sist em penget ahuan yang dem ikian m endasar sehingga t idak lagi dipert anyakan orang. Foucault m engint erogasi berbagai m acam kat egori dan norm a penget ahuan: cara m enent ukan apa yang boleh dipelajari dan dibahas, siapa yang boleh berbicara dan bagaim ana cara m emikirkan dan m enyam paikan objek pem bicaraan.

Di sini w acana dilihat sebagai suat u sist em penget ahuan, dan sist em penget ahuan it u t erkait pula dengan kekuasaan. Wacana (t erm asuk di dalamnya sist em penget ahuan) dalam pem bahasan Foucault sangat erat kait annya dengan konsep kekuasaan. Berbeda dengan konsep kekuasaan yang um um (yakni yang dim iliki oleh pihak-pihak yang kuat t erhadap yang lem ah), kekuasaan bagi Foucualt (sepert i diuraikan dalam Pow er/ Konwledge, 2002) bukanlah suat u ent it as at au kapasit as yang dapat dim iliki oleh sat u orang at au lem baga, m elainkan dapat diibarat kan dengan sebuah jaringan yang t ersebar di m ana-mana.

Kekuasaan t idak dat ang secara vert ikal dari penguasa t erhadap yang dit indas, dari pem erint ah kepada rakyat ; m elainkan dat ang dari sem ua lapisan m asyarakat , ke segala arah. Sem ua jenis hubungan dan int eraksi, bagi Foucault , berkait an dengan kekuasaan. Kekuasaan juga m engejawant ah dalam bent uk-bent uk diskursif, yakni m elalui w acana. Wacana (sebagai m odus unt uk m enyam paikan at au m engakt ualisasikan penget ahuan) secara langsung at au t idak langsung m em produksi kekuasaan, dan kekuasaan t ak m ungkin beroperasi t anpa penget ahuan.

(6)

Sebelum dilakukan t es dan pengam bilan angket t erhadap m ahasisw a FBS UNY at as pem aham an dan tingkat apresiasi m ereka kepada budaya Eropa, t elah dilakukan st udi t ent ang bent uk-bent uk pengaruh budaya Eropa di Indonesia lew at m edia cet ak pada abad ke-21. Penget esan dan penjajagan angket yang diadakan pada t ahun kedua penelitian t ersebut dilakukan berdasarkan t em uan t ahun pert am a. Guna menyam bung apa yang t elah dit em ukan dalam penelit ian t ahun pert am a (Sw andayani, 2009), berikut ini dipaparkan kem bali secara sekilas hasil t em uan penelit ian t ersebut .

Pert ama, bent uk-bent uk pengaruh budaya dalam m edia cet ak Indonesia t am pil dalam sejum lah rubrik yang t erkait dengan aspek budaya. Dalam m ajalah Basis bent uk t ersebut m uncul pada sejum lah rubrik yang berbeda-beda t iap edisinya, nam un m asih t erkait dengan pem bahasan at au ulasan pem ikiran sejumlah filsuf dan pengarang Eropa. Ulasan t ent ang pengaruh Eropa m uncul dalam 115 art ikel dari t ot al 483 art ikel selam a edisi 2000—2007. Dalam m ajalah Tempo, pengaruh Eropa m uncul dalam enam rubrik yang t erdiri at as rubrik: Seni Rupa, Tari, Teat er, M usik, Film , dan Buku. Jumlah keseluruhannya ada 236 art ikel dari t otal 742 art ikel. Dalam koran Kompas, pengaruh Eropa m uncul dalam delapan rubrik yang t erdiri at as rubrik: Seni Rupa, Tari, Teat er, M usik, Film , Buku, Fashion, dan Perjalanan. Jumlah keseluruhannya ada 880 art ikel dari 34.520-an art ikel.

Kedua, nilai-nilai Eropa yang diangkat dalam sejumlah m edia cet ak Indonesia m enunjukkan bagaim ana posisi Eropa dit em pat kan di Indonesia. Basis menem pat kan t okoh-t okoh pem ikir garda depan posm odern, Derrida. Lalu disusul sejum lah nam a sepert i Niet zsche, Arendt , Foucault , Baudrillard, dan t okoh-t okoh lainnya. Eropa dalam konst elasi t ert ent u t elah m enjadi panut an Indonesia dalam bidang budaya, t idak hanya dalam penulisan karya sast ra, pem ikiran, fashion, dan m usik t et api juga pada seni rupa, seni t ari, t eat er, film , dan t raveling (sebagai bagian gaya hidup). Ada keinginan unt uk m enyam ai Eropa, yang sekaligus juga m engisyarat kan rasa ket ert inggalannya dalam bidang-bidang budaya t ersebut .

(7)

Keempat, pola m ult ikult uralism e budaya Indonesia dengan Eropa sebenarnya bukanlah int eraksi budaya dalam art i t ake and give. Pola m ultikult uralisme yang diperlihat kan dalam sejum lah t em uan ini lebih m endeskripsikan adanya pengaruh budaya dari Eropa kepada Indonesia, bukan sebaliknya pengaruh Indonesia kepada Eropa. Indonesia berada dalam posisi sebagai penyerap at au pihak yang m elakukan resepsi nilai-nilai kult ural at au pengaruh Eropa yang diasum sikan sebagai pijakan dalam m em bent uk perkem bangan budayanya. Indonesia m elakukan apa yang oleh Berger (1990) dinam akan sebagai proses int ernalisasi at as budaya Eropa. Tiga besar negara Eropa yang ut am a yait u Inggris, Perancis, dan Jerm an.

M ETODE PENELITIAN

Berdasarkan t em uan t ahun pert am a it ulah disusun sebuah draft at au rancangan penelit ian berupa t es dan angket yang dipergunakan dalam m engeksplorasi t ingkat pem aham an dan pengenalan/ apresiasi m ahasisw a Indonesia yang dalam penelit ian ini difokuskan pada m ahasisw a FBS UNY. Draf inst rum en penelit ian at au kisi-kisi inst rum en ini t erbagi at as dua bagian: t es at au alat evaluasi pengenalan budaya Eropa dan angket pengenalan/ apresiasi budaya Eropa.

Subjek penelit ian ini adalah m ahasisw a FBS UNY yang t erdiri at as 11 pr ogram st udi: (1) Pendidikan Bahasa dan Sast ra Indonesia, (2) Bahasa dan Sast ra Indonesia, (3) Pendidikan Bahasa Inggris, (4) Bahasa Inggris, (5) Pendidikan Bahasa Jerm an, (6) Pendidikan Bahasa Perancis, (7) Pendidikan Bahasa Jawa, (8) Pendidikan Seni M usik, (9) Pendidikan Seni Tari, (10) Pendidikan Seni Rupa, dan (11) Pendidikan Seni Kerajinan. M asing-m asing program st udi disam pel dengan cara m engam bil m ahasisw a pesert a kelas m at a kuliah Apresiasi Budaya.

(8)

HASIL PENELITIAN DAN PEM BAHASAN

Hasil Penelitian

Set elah t es dan angket diedarkan pada bulan M ei 2010, diperoleh hasil penelit ian dari sam pel m asing-m asing program st udi yang ada di FBS UNY sepert i t erdapat dalam t abel-t abel berikut ini. Tabel 1 berupa hasil t es at au t ingkat pemaham an m ahasisw a FBS UNY t erhadap budaya Eropa pada Abad ke-21. Sem ent ara t abel 2 berupa hasil angket at au t ingkat apresiasi at au pengenalan m ahasisw a FBS UNY t erhadap budaya Eropa pada abad ke-21.

Tabel 1

Tingkat Pem aham an (Hasil Tes) M ahasisw a FBS UNY terhadap Budaya Eropa Abad Ke-21

No Program

Tingkat Apresiasi (Hasil Angket) M ahasisw a FBS UNY t erhadap Budaya Eropa Abad Ke-21

(9)

PEM BAHASAN

Dari t em uan sepert i yang t ert era dalam t abel 1 diket ahui bahw a t ingkat pem aham an m ahasisw a FBS UNY t erhadap budaya Eropa pada abad ke-21 hanya sebesar 22,0%. Tingkat ini bisa dikat akan sangat rendah karena t idak m encapai angka 25% at au seperem pat dari peredaran budaya Eropa (yang dim uat m edia cet ak ut am a di Indonesia). Angka rerat a dari m asing-m asing program st udi ini m enem pat kan program st udi Pendidikan Bahasa Jerm an pada peringat t erat as yakni sebesar 36,9%. Sem ent ara pencapaian t erendah dipeoleh program st udi Seni M usik, yakni sebesar 14,6%.

Adapun secara lengkap hasil perolehan dari t es pem aham an t erhadap budaya Eropa m ahasisw a FBS UNY berdasarkan peringkat nya adalah sebagai berikut : (1) PB Jerm an: 36,9%, (2) BS Indonesia: 34,3%, (3) PB Inggris: 23,1%, (4) PB Perancis: 21,8%, (5) B Inggris: 21,2%, (6) PS Kerajinan: 20,5%, (7) PS Rupa: 19,1%, (8) PBS Indonesia: 18,9%, (9) PB Jaw a: 16,3%, (10) PS Tari: 15,0%, dan (11) PS M usik: 14,6%.

Sem ent ara berdasarkan bidang budayanya, bidang film paling banyak dipahami oleh m ahasisw a FBS UNY yakni sebesar 32,1% dan yang t erendah dipaham i yait u bidang filsafat hanya sebesar 12,3%. Secara keseluruhan, m asing-m asing bidang budaya t ersebut jika diurut kan akan diperoleh peringkat dat a sebagai berikut : (1) film : 32,1%, (2) perjalanan: 27,8%, (3) t eat er: 27,7%, (4) m usik: 23,9%, (5) fashion: 20,8%, (6) seni rupa: 20,1%, (7) t ari: 18,1%, (8) sast ra: 14,9%, dan (9) filsafat : 12,3%.

Tem uan ant arbidang budaya ini dilihat dari kesesuaian dengan program st udi t ernyat a m engejut kan ket ika bidang m usik angka t ert inggi malah diperoleh oleh program st udi BS Jerman (42,0%), bukan dari program st udi PS M usik yang hanya m encapai angka 17,8%. Dem ikian halnya pada bidang seni t ari, program st udi PS Tari hanya m em peroleh jum lah 13,7%, jauh di baw ah perolehan program st udi BS Indonesia (33,3%). Bidang seni rupa juga m enunjukkan hal yang serupa. Jum lah yang diperoleh program st udi PS Rupa hanya sebesar 21,5%, jauh di baw ah angka yang diperoleh oleh program st udi BS Indonesia (39,2%).

(10)

Berdasarkan pert anyaan ini, jaw aban m ahasisw a secara bert urut -t urut diket ahui sebagai berikut : PBS Indonesia sebanyak 29 (dari 32 m ahasisw a), BS Indonesia sebanyak 12 (dari 14 m ahasisw a), PB Inggris sebanyak 30 (dari 30 m ahasisw a), B Inggris sebanyak 34 (dari 36 m ahasisw a), PB Perancis sebanyak 29 (dari 31 m ahasisw a), PB Jerm an sebanyak 21 (dari 21 m ahasisw a), PB Jaw a sebanyak 30 (dari 30 m ahasisw a), PS M usik sebanyak 21 (dari 39 m ahasisw a), PS Tari sebanyak 18 (dari 22 m ahasisw a), PS Rupa sebanyak 14 (dari 17 m ahasisw a), PS Kerajinan sebanyak 11 (dari 19 m ahasisw a). Secara keseluruhan, angka ini mencapai 85,57%.

Angka t ersebut t ergolong t inggi. Bahkan ada t iga program st udi yang dapat m enjaw ab benar sem ua t erhadap pert anyaan ini at au t ingkat jaw aban m encapai 100%. Ket iga program st udi t ersebut adalah PB Bahasa Inggris, PB Jerm an, dan PB Jaw a. Bisa dikat akan inform asi t ent ang film Harry Pot t er yang dibuat berdasarkan novel karya J.K. Rowling m erupakan salah sat u penget ahuan budaya Eropa yang dimengert i secara baik oleh m ahasisw a FBS UNY. Harry Pot t er, baik sebagai novel m aupun film m erupakan salah sat u aspek budaya Eropa yang m enjadi penget ahuan paling dipaham i dengan baik oleh m ahasisw a FBS UNY.

Tem uan t ersebut berbanding t erbalik dengan penget ahuan budaya Eropa yang t erkait dengan kelom pok t ari asal Jerm an. Pert anyaan yang t ergolong sulit (dengan indikasi jum lah skor jaw aban t erendah) diperoleh dari pert anyaan no 40. Pert anyaan t ersebut adalah sebagai berikut. “ Folkwang Tanzst udio adalah sekelom pok penari dari Jerm an yang banyak m enghasilkan koreografi bergaya: ....” Kunci jaw abannya C= t eat er t ari. Jaw aban m asing-m asing mahasisw a dari kesebelas program st udi di FBS UNY it u adalah sebagai berikut . PBS Indonesia sebanyak 3 (dari 32 m ahasisw a), BS Indonesia sebanyak 2 (dari 14 m ahasisw a), PB Inggris sebanyak 2 (dari 30 m ahasisw a), B Inggris sebanyak 1 (dari 36 m ahasisw a), PB Perancis sebanyak 14 (dari 31 m ahasisw a), PB Jerm an sebanyak 4 (dari 21 m ahasisw a), PB Jaw a sebanyak 3 (dari 30 m ahasisw a), PS M usik sebanyak 5 (dari 39 m ahasisw a), PS Tari sebanyak 4 (dari 22 m ahasisw a), PS Rupa sebanyak 1 (dari 17 m ahasisw a), PS Kerajinan sebanyak 4 (dari 19 m ahasisw a). Secara keseluruhan angkanya m encapai 14,78%.

Angka t ersebut t erm asuk angka yang t erendah. Bahkan ada dua kelom pok sam pel yang hanya m endapat skor 1, art inya hanya sat u orang saja yang dapat m enjaw ab pert anyaan ini, yakni pada program st udi Bahasa Inggris dan Pendidikan Seni Rupa. Hal ini m engindikasikan bahwa t idak banyak m ahasisw a FBS UNY yang m engenal kelom pok t ari asal Jerm an ini, sebuah kelom pok yang sem pat m enjadi bahan berit a dalam sejum lah m edia m assa Indonesia m engingat soal-soal yang dibuat ini berasal dari sejumlah art ikel at au resensi budaya Eropa.

(11)

sangat asing bagi t elinga m ahasisw a. Akan t et api, berbeda halnya t ent ang karya sast ra yang berjudul Harry Pot t er dan pengarangnya, J.K. Row ling, yang cukup dikenal dengan baik oleh m ahasisw a.

Secara keseluruhan, t em uan t ingkat pem aham an mahasisw a FBS UNY t erhadap budaya Eropa pada abad ke-21 yang hanya sebesar 22,0%. Angka ini adalah t ingkat yang sangat rendah. Tingkat ini dikat akan sangat rendah karena t idak m encapai angka 25% at au seperem pat dari keseluruhan jum lah inform asi budaya Eropa yang dimuat m edia cet ak ut am a di Indonesia pada aw al abad ke-21.

Dari t em uan yang t ert era dalam t abel 2 diket ahui tingkat pengenalan at au apresiasi (hasil angket ) m ahasisw a FBS UNY t erhadap budaya Eropa pada abad ke-21 hanya sebesar 37,5%. Di pihak lain, m ereka m enyat akan t idak m engenal t erhadap budaya Eropa sebesar 62,5%. Angka t ingkat apresiasi sebesar 37,5% ini m em ang lebih t inggi daripada angka hasil t es yang hanya sebesar 22,0%. Jika kedua angka ini diam bil rat a-rat anya, berart i t ingkat pem aham an dan pengenalan/ apresiasi m ahasisw a FBS UNY t erhadap budaya Eropa pada aw al abad ke-21 adalah sebesar 29,75%. Angka ini m asih t ergolong rendah. Art inya, t ingkat pem aham an dan pengenalan/ apresiasi m ahasisw a FBS UNY t erhadap budaya Eropa belum m encapai t ingkat yang baik, apalagi ideal.

Dari dat a t ersebut (t abel 2) secara bert urut -t urut berdasarkan peringkat nya diperoleh t em uan sebagai berikut : (1) B Inggris: 46,3%, (2) PB Perancis: 42,9%, (3) PB Jerm an: 41,6% (4) PB Inggris: 40,4%, (5) PBS Indonesia: 39,3%, (6) PB Jaw a: 35,7%, (7) BS Indonesia: 35,3%, (8) PS M usik: 34,4%, (9) PS Rupa: 33,2%, (10) PS Kerajinan: 32,5%, dan t erakhir (11) PS Tari: 31,4%. Berbeda dari t em uan t abel 1 yang m enem pat kan program St udi PB Jerm an pada peringkat t erat as, t abel 2 m enem pat kan program st udi B Inggris pada peringkat t erat as. Peringkat t erbaw ah dit em pat i PS Tari.

Sebaliknya, berdasarkan t abel 2 ini pula diket ahui t ingkat ket idakt ahuan m ahasisw a yang dit andai dengan m enjaw ab pert anyaan dengan jawaban 0 (yang berart i tidak m engenal budaya Eropa) adalah kebalikan dari jaw aban-jaw aban di at as. Secara bert urut -t urut , jaw aban m ahasisw a FBS UNY m erasa t idak m engenal budaya Eropa adalah sebagai berikut : (1) B Inggris: 53,7%, (2) PB Perancis: 57,1%, (3) PB Jerm an: 58,4% (4) PB Inggris: 59,6%, (5) PBS Indonesia: 60,7%, (6) PB Jaw a: 64,3%, (7) BS Indonesia: 64,7%, (8) PS M usik: 65,6%, (9) PS Rupa: 66,8%, (10) PS Kerajinan: 67,5%, dan t erakhir (11) PS Tari: 68,8%.

(12)

sebesar 17,3%. Angka t ersebut sedikit lebih t inggi dari jaw aban J-4 yang berart i m engenal dengan “ sangat baik” mencapai angka sebesar 13,7%. Angkat ini t am pak t idak konsist en, seharusnya jaw aban J-1 jauh lebih t inggi, baru kem udian J-2, J-3, lalu yang t erakhir J-4. M eski dem ikian, t em uan ini bagaim anapun m erupakan persepsi m ahasisw a FBS UNY t erhadap aspek-aspek budaya Eropa. Sebenarnya, berapakah t ingkat penget ahuan dan pengenalan/ apresiasi mahasisw a FBS UNY secara keseluruhan t erhadap budaya Eropa pada aw al abad ke-21 ini? Lalu bagaim ana peringkat m asing-m asing prograasing-m st udi jika hasil t abel 1 dan t abel 2 dirat a-rat akan?

Berdasarkan penghit ungan, gabungan t abel 1 dan t abel 2 diperoleh jum lah rat a-rat a dengan urut an peringkat sebagai berikut : (1) PB Jerm an: 39,3%, (2) BS Indonesia: 34,4%, (3) Sast ra Inggris: 33,8%, (4) PB Perancis: 32,4%, (5) PB Inggris: 31,8%, (6) PBS Indonesia: 29,1%, (7) PS Kerajinan: 26,5%, (8) PS Rupa: 26,2%, (9) PB Jaw a: 26,0%, (10) PS M usik: 24,5%, dan (11) PS Tari: 23,2%. Jum lah t ot al rat a-rat anya sepert i yang t elah disinggung di depan adalah 29, 75% (kurang dari sepert iga). Lihat t abel 3 berikut ini.

Tabel 3

Tingkat Pem aham an dan Apresiasi M ahasisw a FBS UNY t erhadap Budaya Eropa Abad Ke-21

No Program St udi Angka Pencapaian

Ket arangan

1 PBS Indonesia 29,1%

2 BS Indonesia 34,4%

3 PB Inggris 31,8%

4 B Inggris 33,8%

5 PB Perancis 32,4%

6 PB Jerman 39,3% Peringkat t ert inggi

7 PB Jaw a 26,0%

8 PS M usik 24,5%

9 PS Tari 23,2% Peringkat t erendah

10 PS Rupa 26,2%

11 PS Kerajinan 26,5%

Rerat a 29,75%

(13)

KESIM PULAN

Berdasarkan hasil penelit ian dan pem bahasan di depan, ada beberapa hal yang dapat disim pulkan. Pert ama, t ingkat pem aham an (hasil t es) m ahasisw a FBS UNY t erhadap budaya Eropa abad ke-21 hanya sebesar 22,0%. Sem ent ara t ingkat pengenalan/ apresiasinya (hasil angket ) sebesar 37,5%. Jika kedua angka t ersebut dirat a-rat akan, diperoleh angka t ingkat pem aham an dan t ingkat pengenalan/ apresiasi m ahasisw a FBS UNY t erhadap budaya Eropa hanya sebesar 29,75%. Sebuah t ingkat capaian yang rendah karena t idak m encapai jum lah sepert iga.

Kedua, hasil penelit ian t ahun kedua ini m em ang difokuskan unt uk m enget ahui t ingkat pem aham an dan pengenalan/ apresiasi m ahasisw a FBS UNY t erhadap budaya Eropa pada aw al abad ke-21. Penelitian ini m erupakan t indak lanjut dari penelit ian t ahun pert am a yang m em fokuskan pada bagaim ana m edia-m edia cet ak Indonesia m erespon perkem bangan budaya Eropa dalam sejum lah art ikelnya. Tem uan it u kem udian diujikan t erhadap mahasisw a FBS UNY yang t ernyat a hasilnya t idak m enggem birakan. Art inya, ada ket im pangan t erhadap dat a yang diperoleh di lapangan. Usaha unt uk m engat asi ket im pangan t ersebut kem udian diw ujudkan dalam bent uk rancangan m odel dan m odul pem belajaran. M odel dan m odul pem belajaran ini akan berujung pada penanam an sikap at au karakt er yang krit is t erhadap budaya Eropa yang seringkali dit em pat kan lebih t inggi daripada budaya Indonesia sendiri. Penelit ian ini akan berujung pada sikap kritis t erhadap sindrom poskolonial sehingga dapat m em upuk karakt er generasi bangsa Indonesia yang sadar t erhadap jiw a pat riot ism e at au nasionalism e.

UCAPAN TERIM A KASIH

Tim penelit i mengucapkan t erim a kasih kepada DP2M Dikt i Kement rian Pendidikan Nasional yang t elah m endanai Hibah Kom pet ensi t ahun kedua (2010) yang berjudul “ M ult ikult uralism e Nilai-nilai Barat di Indonesia pada Aw al Abad XXI” . Salah sat u produk dari penelit ian t ersebut adalah art ikel ini. Ucapan t erim a kasih juga disam paikan kepada Lem baga Penelit ian Universit as Negeri Yogyakart a yang t elah mem fasilit asi (yang salah sat unya berupa sem inar hasil penelitian) sehingga diperoleh sejum lah m asukan guna perbaikan t em uan penelit ian. Tak lupa ucapan t erim a kasih juga disam paikan kepada dua review er yang secara anonim m em baca dan m em perbaiki art ikel ini.

Daftar Pustaka

Adian, Donny Gahral. 2002. “ Berfilsafat Tanpa Sabuk Pengam an,” dalam Penget ahuan dan M et ode, Karya-Karya Pent ing Foucault. Yogyakart a: Jalasut ra.

(14)

Anderson, Benedict . 2002. Imagined Communit ies: Komunit as-komunit as Terbayang. Yogyakart a: Insist dan Pust aka Pelajar.

Berger, Pet er L dan Thom as Luckm ann. 1990. Tafsir Sosial at as Kenyat aan, Risalah t ent ang Sosiologi Pengetahuan. Jakart a: LP3ES.

Foucault , M ichel. 2002. Pow er/ Knowledge, Wacana Kuasa/ Penget ahuan. Yogyakart a: Bent ang. Iser, Wolfgang. 1972. “ The Reading Process: A Phenom enological Approach,” dalam M odern

Crit icism and Theory (David Lodge ed.). London: Longm an.

Jauss, Hans Robert . 1974. “ Lit erary Hist ory as a Challenge t o Lit erary Theory,” dalam New Direct ions in Lit erary Hist ory (Ralp Cohen, ed.). London: Rout ledge and Kegan Paul.

Piliang, Yasraf Am ir. 1998. Sebuah Dunia yang Dilipat . Bandung: M izan. Said, Edw ard W. 1994. Orient alisme. Bandung: Pust aka.

Sant oso, Im an dan Dian Sw andayani. 2007. “ Resepsi at as Pem ikir-Pem ikir Jerm an dalam M edia-m edia Cet ak Indonesia pada Tahun 2000—2005,” Laporan Leedia-mbaga Penelit ian. Yogyakart a: Universit as Negeri Yogyakart a.

Sw andayani, Dian dan Nuning Cat ur Sriw ilujeng. 2007. “ Resepsi Sast ra Penulis-penulis Prancis dalam M edia Cet ak Indonesia pada Tahun 2000—2005,” Laporan Lembaga Penelit ian.

Yogyakart a: Universit as Negeri Yogyakart a.

Sw andayani, Dian, Im an Sant oso, dan Nurhadi. 2009. “ M ult ikult uralism e Nilai-nilai Barat di Indonesia pada Aw al Abad XXI,” Laporan Penelit ian Hibah Kompet ensi Tahun I. Yogyakart a: Lem baga Penelit ian Universit as Negeri Yogyakart a.

Toffler, Alvin. 1991. Pergeseran Kekuasaan. Jakart a: Pant ja Sim pat i.

William s, Raym ond. 1988. “ Dom inant , Residual, and Em ergent ,” dalam K.M . New t on, Tw ent iet h Cent ury Lit erary Theory. London: M acM illan Educat ion Lt d.

Gambar

Tabel 2
Tabel 3

Referensi

Dokumen terkait

In a symphony orchestra, four different instrument families combine to make beautiful music together.. We will learn about each instrument family, including the one we have in

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran beras Indonesia dari tahun 1998 hingga tahun 2008 adalah produktifitas padi

Sebenarnya di lokasi ini terdapat potensi air baku yang dapat diolah menjadi sumber air minum masyarakat melalui sistem perpipaan dan gravitasi, Cuma jaraknya yang

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul: “Investigasi Hubungan Indeks Bias dengan Viskositas Larutan Sukrosa Menggunakan Metode Difraksi

 Kawasan konservasi dan resapan air, pada bagian lereng atas dan tengah perbukitan dari kawasan perencanaan (Srimulyo

Pimpinan Per usahan dapat mew akilkan kehadir annya selama pr oses pembuktian kualifikasi kepada pengur us per usahaan yang namanya ter cantum dalam Akte Pendir ian/ Per ubahan

Rumusan masalah: mentransliterasi naskah, merekonstruksi teks yang terdapat didalam naskah no: 07.8, koleksi museum negeri Provinsi Sumatera Utara.. Teori yang digunakan ialah

Agar dihadiri oleh Direktur perusahaan atau penerima kuasa Direktur dengan membawa data-data perusahaan yang asli sesuai dengan isian kualifikasi yang Saudara sampaikan pada