• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN PENDEKATAN RASIONAL SECARA KIMIAWI-BIOLOGI DALAM PENGUMPULAN TUMBUHAN OBAT DI KABUPATEN SUMBAWA ipi352704

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN PENDEKATAN RASIONAL SECARA KIMIAWI-BIOLOGI DALAM PENGUMPULAN TUMBUHAN OBAT DI KABUPATEN SUMBAWA ipi352704"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 1907-1744

[6] Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link Between Computer-Based Technology and Future Skill Sets. Educational Technology. Ed. November-December 1999.

[7] Dryden, G. & Vos Jeannette, 2000, Revolusi Cara Belajar,edisi Indonesia, Penerbit Kaifa, Bandung Indonesia.

[8] Geremeck, B. 1996. Education For The Twenty-First Century.Interparliamentary Conference on Education, Science, Culture and Communication on the Eve of The 21st Century. Paris: UNESCO. [9] Trilling, B & P. Hood. 1999. Learning Technology and

Education Reform in the Knowledge Age or We’re Wired, Webbed, and Windowed, Now What? Journal of Educational Technology. May-June, p: 5-18. [10] Sastrapratedja, M. 1993. Pendidikan Nilai, dalam

(2)

Studi Bibit Mangrove Rhizophora stylosa Sebagai Bioindikator .... (Surya Hadi & Sucika Armiani)

PENGGUNAAN PENDEKATAN RASIONAL SECARA KIMIAWI-BIOLOGI DALAM

PENGUMPULAN TUMBUHAN OBAT DI KABUPATEN SUMBAWA

Surya Hadi

Program Studi Kimia Fakultas MIPA Universitas mataram

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai tumbuhan obat dari kabupaten

Sumbawa yang dilanjutkan dengan koleksi dan identifikasi botani, serta uji kandungan alkaloid dari bagian tumbuh-tumbuhan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif dan dilanjutkan dengan uji alkaloid di laboratorium. Pengumpulan informasi tumbuhan obat dilakukan dengan teknik wawancara. Bagian-bagian tumbuhan obat yang dikumpulkan adalah daun, batang, akar, biji, umbi, bunga, dan buah yang kemudian dijadikan herbarium untuk keperluan identifikasi tumbuhan berdasarkan kelompok spesies, genus dan familia. Dari 25 jenis tumbuhan obat koleksi, tergolong dalam 24 genus dan 19 famili. Keperawakan atau bentuknya terdiri dari pohon, perdu, semak dan herba. Tumbuhan tersebut diperoleh dari areal sawah, tegalan, pekarangan, kebun dan hutan. Hasil uji alkaloid menunjukkan bahwa dari 25 tumbuhan terdapat 8 jenis (32%) tumbuhan obat yang mengandung alkaloid dengan skala +1 sampai +4.

Kata Kunci: tumbuhan obat, alkaloid, Sumbawa

THE USE OF BIO- AND CHEMO-RATIONAL APPROACH FOR INVENTARIZATION OF

MEDICINAL PLANTS FROM SUMBAWA REGENCY

ABSTRACT: The overall aims of this research are to find information on medicinal plants from Sumbawa

Regency and to collect, indentify and also to test alkaloids of the collected plants. An explorative method followed by alkaloid testing in the laboratory was implemented. The information of medicinal plants was taken by interview technique. The plant parts collected were leaves, steams, roots, seeds, bulbs, fruits and flowers, which were then made as herbarium for plant identification according to species group, genus, family. Of the 25 collected plans species, they consisted of 24 genus and 19 families. The plant’s habitus varied to be grouped into trees, clump, entagle, and herba. The collected medicinal plants were taken from farm areas, non irrigated dry fields, forests and gardens. The alkaloid test results showed that there were 8 species (32%) containing alkaloids with scale of +1 to +4.

Key Words: medicinal plants, alkaloid, Sumbawa

I. PENDAHULUAN

Tumbuhan obat merupakan salah satu kelompok tumbuhan yang secara tradisional digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan mulai dari pemeliharaan, pengobatan maupun proses pemulihan. Masyarakat Indonesia mengenal dan memakai tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan jauh sebelum pelayanan kesehatan secara formal menggunakan obat-obatan modern. Umumnya, pengetahuan tentang tumbuhan obat merupakan warisan budaya bangsa yang secara turun temurun telah diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi berikutnya, termasuk generasi sekarang ini. Informasi ini terbatas pada pengalaman masyarakat di setiap daerah dan kemungkinan manfaat suatu jenis tanaman tersebut dapat beragam antara satu daerah dengan daerah lain .

Pada dasarnya semua tumbuhan mempunyai daya pengobatan. Telaah pustaka mengenai tumbuhan obat memberikan gambaran bahwa hampir setiap gangguan atau penyakit agaknya dapat disembuhkan dengan produk tanaman. Walaupun demikian, masih banyak jenis tumbuhan yang sampai sekarang belum diketahui manfaatnya dalam penyembuhan penyakit. Salah satu upaya untuk mengetahui manfaat tersebut adalah melalui studi fitokimia [1]. Di Indonesia lebih dari ribuan jenis tanaman obat tradisional tersebar di seluruh propinsi. Tumbuhan tersebut mampu menyembuhkan beberapa jenis penyakit, baik yang ringan maupun yang berat. Berbagai jenis ramuan dalam pengobatan alternatif dengan tumbuhan-tumbuhan obat ternyata cukup ampuh dalam mencegah serta melumpuhkan berbagai virus yang mematikan dalam tubuh [2].

(3)

8

penyembuhan penyakit., Pendekatan dan pencarian tumbuhan obat diperlukan untuk memperoleh hasil yang cepat dan optimal. Salah satu pendekatan yang saat ini dikembangkan dalam pencarian tumbuhan obat dikenal dengan istilah pendekatan rasional secara Biologi dan Kimia. Senyawa-senyawa tersebut telah banyak diketahui memiliki bioaktifitas. Selain itu, sifat basa yang dimiliki alkaloid secara teknis sangat memudahkan senyawa ini untuk diisolasi [3].

Kabupaten Sumbawa memiliki lahan yang cukup luas dan potensi alam yang belum banyak di manfaatkan termasuk keberadaan tumbuhan obat. Kecamatan Empang, Plampang dan Maronge merupakan kecamatan yang memiliki potensi tersebut dan sekaligus menjadi daerah tujuan penelitian. Tumbuhan yang dikoleksi secara keseluruhan diperoleh dari beberapa tempat tumbuh yang berbeda, tersebar di kebun, sawah, pekarangan, tegalan dan hutan. Keanekaragaman tempat tumbuh ini menjadi indikasi

keanekaragaman jenis tumbuhan obat yang tinggi di wilayah Kabupaten Sumbawa.

II. BAHAN DAN METODE

(4)

9 Studi Bibit Mangrove Rhizophora stylosa Sebagai Bioindikator .... (Surya Hadi & Sucika Armiani)

pertanian dan masyarakat setempat. Informasi yang dikumpulkan adalah jenis dan bagian tumbuhan yang penggunaannya dapat bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit.

Identifikasi tumbuhan koleksi berdasarkan tingkat klasifikasi, misalnya spesies, genus dan famili. Uji alkaloid dilakukan secara semi kuantitatif dengan mengikuti prosedur Culvenor dan Fitzgeral dalam [3], yaitu dengan mengambil bagian tumbuhan yang telah dikoleksi, kemudian dimasukkan kedalam blender untuk dihaluskan dan ditimbang sebanyak 5 gram. Setelah itu diberikan amoniak (NH3) dan diklorometana (CH2CL2) masing-masing sebanyak 20 ml. Campuran ini diaduk selama satu menit sebelum disaring ke dalam tabung reaksi. Pelarut yang diperoleh dari saringan ditambahkan asam sulfat (H2SO4) encer sebanyak 10 ml lalu dikocok. Fase pelarut cairan dibiarkan terpisah sedangkan fase cairan diambil 2 ml, kemudian dimasukan ke dalam tabung reaksi untuk

ditambahkan reagen Mayer (K2Hg14) 1 ml atau 2 tetes. Intensitas presipitasi yang terbentuk (dari kabut putih sampai berbentuk gumpalan putih) dijadikan tolak ukur pengukuran kandungan konsentrasi alkaloid, dan ditandai dengan skala +1 sampai +4.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

(5)

Tumbuhan hasil koleksi dari Kabupaten Sumbawa, memiliki keanekaragaman tumbuhan obat yang masih relatif tinggi. Hal tersebut dilihat dari 25 jenis tumbuhan obat yang dikumpulkan berasal dari 24 genus dan 19 famili (lihat Tabel 1 dan 2). Sebagian besar tumbuhan yang dikoleksi diperoleh dari kawasan hutan. Pengamatan secara visual menunjukkan keanekaragaman tumbuhan sangat tinggi pada kawasan

tersebut, namun penelitian yang intensif belum banyak dilakukan.

(6)

J. Pijar MIPA, Vol. III, No.1, Maret 2008 : 11 - 16. ISSN 1907-1744

Desa Kerongkeng 4 jenis) dan dari kecamatan Maronge diperoleh 6 jenis (Desa Maronge 3 jenis, Desa Simu 3 jenis). Seluruh jenis tumbuhan hasil koleksi merupakan jenis yang paling banyak digunakan oleh masyarakat setempat sebagai tumbuhan obat. Jenis-jenis penyakit yang dapat disembuhkan dan cara penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Secara umum habitus tumbuhan obat yang dikoleksi terdiri atas herba, semak, perdu dan pohon. Jenis-jenis tumbuhan obat yang mempunyai perawakan herba adalah Kunyit (Curcuma longa L.), Je/Jahe (Zingiber officinale), Eta/Sirih (Piper betle L.) dan Cabe olat/cabai jawa (Piper retrofractum). Dari perawakan semak adalah Terong para/ Tekokak (Solanum torvum), Katuk (Sauropus androgynus), Mariga/Biduri (Calotropis gigantea), Sisir kijang/Meniran (Phyllanthus ninuri L.), Pki/Bandotan (Ageratum conyzoides L.), Ruku/Kemangi hutan (Ocimum santum L.), Salaguri/Sidaguri (Sida rhombifolia L.) dan Balobo (Indigofera sp). Dari perawakan perdu adalah Yamung resa/ Jambu biji (Psidium guajava L.), Jeliti (Kopsia sp.), Kayu kapas (Gossypium purpurascen.). Dari jenis pohon adalah Peko/Pulai (Alstonia scholaris L.), Ketimis (Protium javanicum L.), Goal/Bidara (Ximenia americana L.), Kenanga (Canangium odoratum Baill.), Gelumpung (Sterculia foetida L.), Kemang kuning (Pterocarpus indicus citrifolia L.) dan Kesaming/Kesambi (Schleichera voleasa).

Pengetahuan masyarakat tentang obat tradisional sangat beragam. Pengetahuan ini dapat dijadikan petunjuk untuk memperkirakan tumbuhan tersebut mengandung senyawa-senyawa target atau kandungan bioaktif lainnya [3]. Sebagai contoh, apabila tumbuhan dapat digunakan untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit, misalnya luka baru, demam, bisul dan lain-lain, maka dapat diduga dari jenis tumbuhan tersebut mengandung senyawa aktif anti-mikrobia. Jika ada tanaman yang memiliki morfologi daun, batang, akar yang masih utuh berada diantara populasi tumbuhan yang terserang hama dan penyakit. Hal ini mengindikasikan bahwa tumbuhan tersebut mengandung beberapa senyawa anti serangga dan anti mikrobia.

Upaya untuk menemukan bahan aktif atau bahan kimia yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dapat dilakukan dengan pendekatan yang dikenal dengan istilah Bio and Chemo-Rational Approach. Dengan pendekatan tersebut dilakukan penelusuran informasi kegunaan tumbuhan obat secara tradisional untuk dijadikan dasar untuk memperkirakan senyawa aktif atau senyawa target. Dalam usaha pencarian senyawa aktif, pencarian difokuskan pada kelompok senyawa alkaloid karena senyawa tersebut telah diketahui memiliki bioaktifitas dan mudah untuk didiisolasi karena memiliki sifat basa [4].

Dari 25 jenis yang dikumpulkan, terdapat 8 jenis tumbuhan yang positif mengandung alkaloid dari skala +1 sampai +4. Persentase tumbuhan yang mengandung alkaloid relatif tinggi karena nilainya mencapai 32%, sedangkan 17 jenis lainnya negatif (Tabel 1 dan 2). Dari jenis tumbuhan obat yang tidak mengandung alkaloid tersebut, pada bagian tumbuhan yang tidak diuji dalam penelitian ini seperti bunga dan buah, masih berpeluang mengandung senyawa alkaloid. Pada penelitian ini terdapat beberapa jenis tumbuhan yang pada saat pengujian belum berbunga atau

berbuah. Senyawa alkaloid ditemukan tersebar tidak merata pada organ tumbuhan. Hal ini dapat dilihat dari variasi konsentrasi alkaloid yang terukur dari organ-organ tanaman yang diuji. Penyimpanan kandungan alkaloid yang sudah terbentuk di dalam suatu jaringan ditranslokasikan ke jaringan lain, dapat diduga akibat translokasi alkaloid tersebut di bagian daun lebih banyak mengandung alkaloid [5].

IV. KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT

Berdasarkan hasil inventarisasi, didapatkan 25 jenis tumbuhan yang tergolong kedalam 24 genus dan 19 famili dengan habitus yang bervarisi yaitu pohon, perdu, semak dan herba. Uji alkaloidnya yang dilakukan secara semi kuantitatif menunjukkan bahwa dari 25 jenis tumbuhan obat yang dikoleksi terdapat 8 jenis (32%) yang mengandung alkaloid dengan skala +1 sampai +4.

Penelitian selanjutnya diarahkan untuk identifikasi dan penentuan struktur senyawa alkaloid dan uji bioaktifitas masing-masing senyawa.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Harborne, J. B., 1987. Metode Fitokimia. ITB Press. Bandung.

[2] Kartasapoetra, G., 2004. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Rineka Cipta, Jakarta.

[3] Hadi, S., 2002. Bioactive Alkaloid From Medicinal Plants of Lombok . Department of Chemistry. The University of Wollongong. Wollongong.

[4] Hadi, S dan Beremer, B., 2000, Initial Studies on Alkaloids from Lombok Medicinal Plants, Molecules: 6, 117-129

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan surat penetapan penyediaan barang dan jasa Nomor 04/PPJB.04.03/III/2015 tanggal 27 Maret 2015, dengan ini pejabat pengadaan barang dan jasa Dinas pertanian

Data tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba short term discretionary accrual , karena dengan mayoritas pendanaan

Anggaran untuk PTS dialokasikan oleh Pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau oleh Pemerintah daerah dalam Anggaran dan Pendapatan

Dalam materi senipatung guru mempersiapkan bahan materi selain dari buku juga dari sumber lain berupa gambar-gambar, rangkuman ataupun teoritis lain yang mendukung pada

Pembahasan hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi antara ragam bahan tanam stek dengan lama simpan urin sapi menunjukkan terjadi

Dari nilai tersebut dapat diartikan bahwa besarnya pengaruh pelatihan human factor terhadap kecelakaan kerja karyawan Direktorat Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara

dalam kuadran A, karena semua variabel ini menjadikan jasa Maskapai “Air Asia” Indonesia warga Surabaya tersebut unggul di mata pelanggan, variabel-variabel yang termasuk

Hasil ulasan dan tes yang dimuat di PC Media tidak terkait dengan iklan atau hubungan bisnis perusahaan atau produk tersebut dengan PC Media. Kecuali disebutkan, tes dilakukan PC