.
184
NUMBER CARD MEDIA FOR IMPROVING ABILITY OF SORTING NUMBERS BETWEEN 101 TO 500 FOR ELEMENTARY SCHOOL
STUDENTS
by: Marsiti (2nd grade students of Gedongkiwo Elementary school Yogyakarta) marsiti3a@gmail.com
ABSTRACT
Classroom action research with research subjects grade II SD Gedongkiwo Yogyakarta were 30 students in the academic year 2015/2016 concluded that after two cycles of improvement:(1) the percentage of completeness learning students who graduated KKM reached 82.67%. (2) The quality ofthe learning process has increased from66.04% to 83.54%. (3) The average valueof student learning outcomes also increased from 69.33 at 82.67 inthe first cycle tothe second cycle. (4) The findings in this studyis the use can improve student learning outcomes, but needed 3 additional learning activities that either: (a) the application ofa lecture in both directions,(b) the application of the method of discussion guided, c) evaluation modelof the envelope of the matter.
Key words:Sorting numbers, number 101-500, numbers card media
MEDIA KARTU BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGURUTKAN BILANGAN ANTARA 101 SAMPAI DENGAN 500 PADA SISWA SEKOLAH DASAR
Abstrak
Penelitian tindakan kelasdengan subjek penelitiansiswa kelas II SD Gedongkiwo Yogyakarta berjumlah 30 siswa pada tahun pelajaran 2015/2016 menyimpulkan bahwa setelah melalui dua siklus perbaikan: (1) prosentase ketuntasan hasi belajar siswa yang lulus KKM mencapai 82,67%. (2) Kualitas proses pembelajaran mengalami peningkatan dari 66,04% menjadi 83,54%. (3) Nilai rerata hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari 69,33 pada siklus I menjadi 82,67pada siklus II. (4) Temuan dalam penelitian ini adalah penggunaan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, namun diperlukan 3 tambahan aktifitas pembelajaranyang berupa : (a) penerapan metode ceramah dua arah, (b) penerapan metode diskusi terbimbing, c) model evaluasi satu amplop satu soal.
Kata kunci: menyortir, nomor, 101-500, media, kartu,
A. Pendahuluan
Pentingnya pendidikan tercermin dalam UUD 1945, yang mengamanat-kan bahwa pendidimengamanat-kan merupamengamanat-kan hak setiap warga negara yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini kemudian dirumuskan dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang menye-butkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemam-puan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
185 Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
berhitung diperoleh dalam mata pelajaran matematika
Pendidikan matematika di SD menduduki peranan yang sangat penting karena matematika merupakan salah satu mata pelajaran USDA di tingkat SD dan sebagai mata pelajaran UNAS di tingkat selanjutnya. Di samping itu juga sebagai bekal peserta didik agar memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika di SD khususnya kelas II SD Negeri Gedongkiwo pada materi mengurutkan bilangan umumnya masih didominasi oleh guru dengan metode yang masih konvensional yaitu metode ceramah tanpa menggunakan media sehingga pembelajaran berpusat pada guru. Hal ini diperparah lagi dengan tanpa adanya perhatian yang cukup terhadap pemahaman siswa. Proses pembel-ajaran tersebut menyebabkan pema-haman konsep siswa dalam pembel-ajaran tidak berkembang secara optimal, akibatnya siswa menjadi pasif dalam belajar dan kurang termotivasi.
Proses pembelajaran tersebut berimbas pada hasil pembelajaran yang diikuti oleh 30 siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar khususnya dalam mengurutkan bilangan. Siswa yang memperoleh nilai 7 hanya 2 (6%) siswa, yang memperoleh nilai 6,5 hanya 2 (6%) siswa, yang memperoleh nilai 6 ada 9 (30%) siswa, yang memperoleh nilai 5 ada 4 (13%) siswa, dan yang memperoleh nilai kurang dari 4,5 berjumlah 13 (43%) siswa. Hasil ini sangat jauh dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pelajaran matematika yang telah ditetapkan yaitu 66.
Berdasarkan dari uraian masalah di atas, penyebab utama kurang ber-hasilnya pembelajaran mengurutkan bilangan pada siswa kelas II adalah karena guru tidak menggunakan media yang bervariatif sehingga sebagian
besar siswa kurang termotivasi dalam belajar. Hal tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa yang ditandai dengan capaian nilai siswa yang masih dibawah nilai KKM yang ditentukan.
Salah satu media alternatif yang memungkinkan digunakan pada pel-ajaran matematika kelas II pada materi mengurutkan bilangan dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa adalah media kartu bilangan. Penggunaan kartu bilangan akan mempermudah guru dalam menanam-kan konsep bilangan dan akan
mempermudah siswa dalam
memahami dan meningkatkan ketrampilan siswa dalam mengurutkan bilangan antara 101 sampai dengan 500. Hal ini disebabkan karena penggunaan media kartu bilangan
didasarkan pada prinsip “belajar
sambil bermain”, sehingga dengan
teknik ini memungkinkan murid belajar sambil bermain, sehingga siswa dapat mempelajari materi secara santai tanpa merasa tertekan, sehingga akan lebih mempermudahkan siswa dalam memahami materi.
Dari uraian diatasrumusan per-masalahan penelitian dapat dinyatakan sebagai berikut: (1) Apakah pembel-ajaran Matematika dengan mengguna-kan media kartu bilangan dapat meningkatkan kemampuan mengurut-kan bilangan dan hasil belajar Matematika kelas II SD Gedongkiwo Yogyakarta? (2) Bagaimana peng-gunaan media kartu bilangan pada pembelajaran materi mengurutkan bilangan antara 101 sampai 500 padamata pelajaran Matematika kelas II SD Gedongkiwo Yogyakarta ?
.
186
pada pelajaran Matematika materi mengurutkan bilangan pada siswa kelas II SD Gedongkiwo.
Pembelajaran matematika menurut Russefendi (1993: 109) adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan untuk memperoleh penge-tahuan dengan memanipulasi simbol-simbol dalam matematika sehingga memperoleh perubahan tingkah laku.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika SD merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan induktif dan menggunakan obyek yang konkrit sebagai sarana yang tepat untuk membelajarkan matematika.Hal ini sejalan dengankemampuan berpikir siswa Sekolah Dasar masih dalam tahap operasional konkrit, sehingga dalam rangka mencapai tujuan yang telah diamanatkan dalam standar isi kurikulum 2006, pembelajaran matematika di Sekolah Dasar sebaik-nya menggunakan media agar mem-permudah siswa dalam memahami konsep matematika.
Sudjana & Rivai dalam Azhar Arsyad (1997: 25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar, yaitu:(1) pembelajaran dengan menggunakan media akan lebih menarik perhatian anak sehingga anak menjadi termotivasi untuk belajar;(2) bahan pembelajaran yang akan disampaikan lebih jelas maksud dan maknanya sehingga anak lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan;(3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak hanya komuni-kasi secara verbal dengan penuturan yang disampaikan guru sehingga anak tidak cepat bosan dan guru juga tidak terlalu menghabiskan tenaga; dan (4) anak diberi banyak kesempatan untuk melakukan kegiatan belajar dan tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Anak terlibat aktif dalam
mengamati, melakukan, mendemons-trasikan, memamerkan, dan lain-lain
Media berperan penting dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Salah satu jenis media pembelajaran adalah kartu bilangan.
Menurut Soedjadi (2000) “kartu
bilangan merupakan suatu media yang berbentuk bilangan yang diperlihatkan kepada siswa. Dengan kartu bilangan siswa dapat mengetahui atau mengenal suatu bilangan serta cara menulis dan mengurutkan suatu bilangan. Kartu bilangan merupakan bagian penunjang dari proses pembelajaran dalam hal ini media kartu bilangan bertujuan untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan didalam kelas, yang bertempat di SD Negeri Gedongkiwo Kota Yogyakarta. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri Gedongkiwo yang berjumlah 30 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian yang dikembang-kan oleh Stephen Kemmis dan Taggart, dalam Kasihani Kasbolah (1998:113). Tahapan dalam penelitian tindakan kelas ini disebut siklus, dan setiap siklusnya mencakup kegiatan perencanaan (planning), tindakan
(action), pengamatan (observation),
dan refleksi (reflection).
187 Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
bilangan dari yang terbesar dengan menggunakan kartu bilangan.
Target keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan mengurutkan bilangan, setelah menggunakan media kartu bilangan, yang ditandai dengan minimal 75% dari jumlah siswa mampu mengurutkan bilangan dengan skor KKM 66, dan meningkatnya nilai rata-rata kelas dalam mengurutkan bilangan.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2
siklus,tiap siklus terdiri dari 4 kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Berikut ini deskripsi kedua siklus dalam penelitian ini. Pra Siklus
Pada tahap Pra Siklus, hanya 10 siswa (33%) yang sudah tuntas, sedangkan 20 siswa (67%) belum mencapai nilai ketuntasan minimal dalam mengurutkan bilangan. Rata-rata hasil belajar hanya mencapai skor 56.
Deskripsi Siklus Pertama
Pada tahap perencanaan, siklus Pertama, ada beberapa hal yang disiapkan, yaitu: 1) lembar observasi, 2) lembar kegiatan siswa, 3) alat peraga media, yaitu: papan bilangan, dan kartu bilangan.
Pada tahap pelaksanaan, siklus Pertama, dilakukan pendokumen-tasian proses pembelajaran meng-urutkan bilangan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan. Adapun tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran mengurutkan bilangan, secara garis besar adalah sebagai berikut: 1) Guru menjelaskan cara mengurutkan bilangan, 2) Guru menampilkan media, 3) Guru mendemontrasikan cara
menggunakan media dan mengurutkan bilangan, 4) Siswa diminta berlatih mengurutkan bilangan sesuai tahapan yang telah dijelaskan oleh guru, (5) Siswa menggerjakan soal tes evaluasi.
Pada tahap Observasi, siklus Pertama, kegiatan siswa dicatat selama proses pembelajaran. Hasil observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran menggunakan media kartu bilangan adalah sebagai berikut:
Tabel 1.Skor indikator proses pembelajaran media Kartu Bilangan
Dari keempat indikator diatas, indikator D (mengurutkan bilangan dari yang terbesar dengan mengguna-kan kartu bilangan), ternyata masih sangat rendah, sedangkan ketiga indikator lainnya juga masih belum sesuai target yang dikehendaki. Adapun deskripsi skor yang diperoleh siswa dari hasil tes mengurutkan bilangan antara 101–500 adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Data Nilai dan Ketuntasan Siswa
Sumber: data primer, 2015
Dari tabel 2, diketahui bahwa jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar baru mencapai 17 siswa (57%) dan 30 siswa (43%) belum mencapai nilai ketuntasan. Kondisi ini masih
No. Indikator
A
Indikator B
Indikator C
Indikator D
Rerata
1 Skor Indikator
75 78 78 70
2 Skor Maksimum
120 120 120 120
3 Prosentase keberhasilan
62,50% 65,00% 65,00% 58,33% 66,04%
No Aspek Skor / Jumlah
1. Nilai Tertinggi 100
2. Nilai Terendah 20
3. Rerata 69,33
.
188
jauh dari target pencapaian tindakan sebesar 80% siswa mencapai nilai KKM. Rerata nilai hasil belajar sudah menacapai 69,33 yang berarti sudah melampai KKM, namun demikian ketuntasan siswa masih belum tercapai. Pada tahap refleksi, dihasilkan beberapa kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran pada siklus pertama ini. Kelebihan proses pembelajaran pada siklus ini adalah meningkatkan rerata hasil belajar siswa dari 56 pada tahap pra siklus menjadi 69,33 pada siklus I. Namun demikian, indikator pembelajaran ini masih perlu untuk ditingkatkan lagi.
Sedangkan kekurangan proses pembelajaran, terlihat dari indikator D, yaitu: mengurutkan bilangan dari yang terbesar (58,33%). Hal ini mungkin disebabkan karena angka disajikan dalam satu amplop disajikan secara acak. Disamping itu, ada indikator yang masih perlu ditingkatkan, yaitu: 1) rendahnya perhatian siswa terhadap penjelasan guru, 2) rendahnya partisipasi siswa dalam menyampaikan pendapat.
Berdasarkan kelemahan proses belajar pada siklus I, maka diajukan rekomendasi untuk perbaikan pada siklus berikutnya yaitu: 1) menerapkan metode ceramah duaarah dalam mendemontrasikan cara mengurutkan bilangan, 2) menerapkan metode diskusi terbimbing untuk mengaktifkan siswa dalam menyampaikan pendapat-nya, 3) model evaluasi satu amplop untuk satu soal, dengan
cara guru menyiapkan satu amplop untuk tiap satu soal, sehingga siswa tidak kebingungan dalam menentukan angka yang sesuai dengan soal yang diberikan.
Pada tahap
perencana-an, disiapkan instrumen yang diperlu-kan yaitu, media kartu bilangan, RPP,
lembar pengamatan, lembar diskusi, dan soal evaluasi yang dimasukkan kedalam amplop tiap soal.
Pada tahap pelaksanaan, dicatat kegiatan siswa selama proses perbaikan pembelajaran dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan.
Pada tahap pelaksanaan siklua kedua ini ada beberapa perubahan strategi yang dilakukan guru, sesuai pada hasil rekomendasi dari refleksi siklus pertama. Langkah-langkah pembelajaran pada siklus kedua secara garis besar, adalah: 1) Guru menjelaskan materi mengurutkan bilangan dengan metode ceramah 2 arah, 2) Guru mendemonstrasikan cara mengurutkan bilangan melalui komunikasi dua arah, 3) Guru melakukan diskusi terbimbing dengan tujuan untuk mengaktifkan siswa dalam mengemukakan pendapat, 4) Guru meminta beberapa siswa secara bergantian mengurutkan bilangan dengan kartu bilangan yang diacak, 5) Guru membagi lembar kegiatan dan membimbing tiap kelompok untuk mengerjakan lembar kegiatan tersebut, 6) Tes evaluasi dengan menggunakan model satu amplop untuk satu soal.
Pada tahap Observasi, hasil pengamatan proses pembelajaran terhadap kagiatan belajar siswa, dapat dilihat pada tabel 4, berikut ini.
Tabel 3.Skor indikator proses pembelajaran media Kartu Bilangan
No. Indikator
A %
Indikator B %
Indikator C %
Indikator D %
Rerata %
1 Skor Indikator
101 92 110 98
2 Skor Maksimum
120 120 120 120
3 Prosentase keberhasilan
189 Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
Berdasarkan data proses pembel-ajaran siklus kedua, dapat diketahui peningkatan kualitas kegiatan belajar da-ri 30 siswa kelas II.Hal ini dapat dilihat dari capaian indikator-indikator pembelajaran, yaitu: indikator A mencapai keberhasilan 84,17%, indik-ator B mencapai keberhasilan 76,67%, indikator C mencapai keberhasilan 91,67%, dan indikator D mencapai keberhasilan 81,67%. Rata-rata keber-hasilan indikator proses pembelajaran mencapai 83,54%. Data skor rerata dan ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada table 4.
Tabel 4. Data nilai dan ketuntasan belajar siswa
No Aspek Keterangan
1. Nilai Tertinggi 100
2. Nilai Terendah 20
3. Rerata 82,67
4. Tuntas belajar (nilai > 75)
24 siswa (80%)
5. Tidak Tuntas Belajar (nilai < 75)
6 siswa (20%)
6. Rata-Rata Ketuntasan 80% Sumber: data primer, 2015
Dari tabel nilai hasil dan ketuntasan belajar siswa diatas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mencapai nilai ketuntasan mencapai 24 siswa (80%), dan hanya 6 (20%) siswa yang tidak tuntas. Rerata nilai hasil belajar juga sudah mencapai 82,67% atau naik sebanyak 13,34% dari kondisi 69,33% pada siklus I. Hal Ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dan hasil belajar pada siklus II mengalami kenaikan, sehingga target perbaikan yang ingin dicapai yaitu 80%, sudah tercapai pada siklus II ini.
Pencapain peningkatan proses pembelajaran dapat dilihat dari indikator-indikatornya, yaitu:1) keaktifan memperhatikan penjelasan guru mencapai 84,17%, dan 2) keaktifan menyampaikan pendapat
mencapai 76,67%,3) keaktifan mengurutkan bilangan dari yang terkecil mencapai (91,67%), 4) mengurutkan dari bilangan terbesar mencapai 81,67%. Hal ini dikarenakan:a) menerapkan metode
ceramah duaarah dalam
mendemontrasikan cara mengurutkan bilangan, b) guru menerapkan metode diskusi terbimbing, c)guru melakukan evaluasi dengan model satu amplop untuk satu soal.
Selama penelitian ini, kualitas proses pembelajaran menggunakan media kartu bilangan mengalami kenaikan pada setiap siklus, yang dapat dilihat pada diagram pada gambar di bawah ini.
Gambar 1. Histogram Nilai Reratakeaktifan siswa
Berdasarkan histogram proses pembelajaran menggunakan media kartu bilangan menunjukkan adanya kenaikan kualitas proses pembelajaran pada setiap siklus. Rerata proses pembelajaran mencapai 66,04% pada siklus I, menjadi 83,54% pada siklus II atau mengalami kenaikan sebanyak 17,5%.
.
190
Gambar 2. Histogram Rerata Hasil Belajar Tiap Siklus
Berdasarkan histogram di atas dapat dilihat kenaikan peningkatan rerata hasil belajar siswa. Dari pra siklus rerata hasil belajar siswa baru mencapai 56 menjadi 69,33 pada siklus I, dan 82,67 pada siklus II atau mengalami peningkatan sebesar 13,34 dari siklus I ke siklus II. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan hasil belajar siswa mengalami kenaikan yang memuaskan. Data kenaikan ketuntasan siswa juga mengalami kenaikan, prosentase kenaikan ketuntasan siswa tersebut dapat dilihat pada histrogram berikut.
Gambar 3. Histogram Pencapaian KKM Tiap Siklus
Berdasarkan histogram ketuntasan belajar siswa menggunakan media kartu bilangan menunjukkan adanya kenaikan pada setiap siklus. Ketuntasan siswa yang dicapai pada pra siklus baru 10 siswa atau (33%),
kemudian naik menjadi 17 siswa (57%) pada siklus I atau mengalami kenaikan sebanyak 24%. Sedangkan pada siklus II naik dari 17 siswa (57%) menjadi 24 Siswa atau (80%) atau mengalami kenaikan 23%. Jadi pembelajaran mengurutkan bilangan menggunakan media kartu bilangan dapat dikatakan berhasil karena bisa menaikkan kompetensi siswa dan jumlah ketuntasan siswa.
Temuan penting dalam penelitian ini, adalah bahwa dalam pembelajaran mengurutkan bilangan bagi siswa SD kelas II dengan media kartu bilangan diperlukan empat kegiatan belajar utama, yaitu: a) keaktifan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru tentang teori bilangan, b) keaktifan siswa dalam kerja kelompok, c) mengurutkan bilangan dari yang terkecil dengan menggunakan kartu bilangan, dan d) mengurutkan bilangan dari yang terbesar dengan menggunakan kartu bilangan. Selain itu, perlu dilakukan kegiatan tambahan untuk mendukung kegiatan utama diatas, yaitu: 1) menerapkan metode ceramah duaarah dalam mendemon-trasikan cara mengurutkan bilangan, 2) guru menerapkan metode diskusi terbimbing, 3) guru melakukan evaluasi dengan model satu amplop untuk satu soal.
Peningkatan hasil belajar meng-urutkan bilangan dengan bantuan kartu bilangan ini sesuai dengan teori-teori belajar, salah satunya adalah teori media pembelajaran. Menurut Soedjadi
(2000) “kartu bilangan merupakan
suatu media yang berbentuk bilangan yang diperlihatkan kepada siswa. Dengan kartu bilangan siswa dapat mengetahui atau mengenal suatu bilangan serta cara menulis dan mengurutkan suatu bilangan. Dengan menggunakan kartu bilangan siswa yang dapat melampui KKM dalam mengurutkan bilangan mencapai 80%. 0%
20% 40% 60% 80%
Pra Siklus Siklus I Siklus II
33%
57%
80%
67%
43%
20%
Ketuntasan Belajar Siswa
Tuntas
191 Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
Hasil penelitian ini selaras dengan teori tersebut di atas.
Dalam penelitian ini, media kartu bilangan dapat digunakan untuk membantu siswa kelas II Sekolah Dasar Gedongkiwo, kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta untuk memiliki kemampuan mengurutkan bilangan. Sebanyak 24 siswa atau 80% mampu mencapai nilai KKM sebesar 66, dari target keberhasilan sebanyak 75%. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan kartu bilangan dikatakan berhasil meningkatkan kompetensi dan ketuntasan siswa.
C. Simpulan
Telampauinya target keberhasilan KKM sebesar 80%. Hal ini lebih besar dari target keberhasilan perbaikan pembelajaran sebesar 75%.
Rerata hasil belajar siswa dalam mengurutkan bilangan pada tahap pra siklus baru mencapai skor 56 menjadi 69,33 pada siklus I, dan mencapai skor 82,67 pada siklus II. Kompetensi mengurutkan bilangan mengalami kenaikan sebanyak 13,34%.
Indikator proses pembelajaran dengan menggunakan media kartu bilangan mengalami peningkatan sebesar 17,5%, yaitu sebesar 66,04% pada siklus I menjadi sebesar 83,54% pada siklus II.
Temuan penelitian, bahwa pembelajaran mengurutkan bilangan dengan media kartu bilangan berhasil meningkatkan kualitas proses pem-belajaran dan kompetensi siswa dengan menggunakan 3 aktifitas pendukung yaitu (a) menggunakan metode ceramah dua arah, (b) guru menerapkan metode diskusi terbimbing, (c) model evaluasi satu amplop satu soal.
D. Daftar Rujukan
Arikunto, S.dkk. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas.Jakarta, Bumi
Aksara
Depdikbud, 1996/1997. Media Dalam
Proses Pembelajaran I, Jakarta,
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kasihani Kasbolah. (1998). Penelitian
Tindakan Kelas.Jakarta :
Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi
Radyastuti, W. dkk. 2000. Pedoman
Pelaksanaan Tindakan Kelas.
Malang, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Badan Pengkajian Penerapan Teknologi. Russeffendi, 1998. Pengantar Kepada
Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam
Pembelajaran Matematika,
Bandung, Tarsito.
Soedjadi, R. 1999. Kiat Pendidikan
Matematika di Indonesia, Jakarta,
Dirjen Dikti, Depdikbud.