• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Tema besar pada laporan tugas akhir ini adalah tentang Improving Urban

Economic yang dalam terjemahan bahasa Indonesianya berarti

meningkatkan/memperbaiki ekonomi perkotaan. Menurut un–document: Habitat Agenda: Chapter IV (sumber http://un-documents.net/ha-4c yang diakses tanggal 2 maret 2014), salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan/memperbaiki ekonomi perkotaan adalah dengan mengimprovisasi aktifitas yang ada dalam pemukiman masyarakat seperti revitalisasi, pembangunan, peningkatan dan perawatan dari fasilitas infrastruktur, bangunan dan hasil pekerjaan sipil lainnya dalam area perkotaan. Aktifitas yang ada dalam bangunan tersebut menjadi salah satu factor pembangunan yang sangat penting di dalam penciptaan lapangan kerja, pendapatan dan efisiensi sektor lain dalam ekonomi.

Bangunan yang dipilih dalam laporan tugas akhir ini adalah pasar tradisional. Pasar tradisional dipilih karena merupakan salah satu sarana perdagangan yang terdapat di Indonesia dan memiliki keunikan sendiri. Keunikan tersebut adalah saat kegiatan jual beli di tempat ini terjadi, di saat yang bersamaan terjadi pula interaksi sosial antara pedagang dan pembeli yaitu berupa tawar menawar. Pasar tradisional juga merupakan bagian dari sistem perekonomian suatu kota yang berfungsi sebagai sarana penunjang kegiatan sektor perdagangan yang pekerjanya merupakan pekerja dari sektor informal. Sebagai bagian dari sistem perekonomian, maka bangunan pasar tradisional harus dirancang sebaik mungkin agar mendukung kegiatan yang terjadi di dalamnya. Dewasa ini, keberadaan pasar tradisional mulai tersaingi dengan pasar modern termasuk supermarket besar. Hal ini dapat terlihat dari beberapa data seperti survey AC Nielsen, pertumbuhan pasar modern (termasuk Hypermarket) sebesar 31,4%, sementara pertumbuhan pasar tradisional - 8,1 % (SWA, Edisi Desember 2004). Pasar tradisional yang terdapat di DKI jakarta sendiri berjumlah 153 pasar tradisional, namun jumlahnya tidak terus bertambah sejak tahun 19851 (1 sumber: INILAH.com diakses tanggal 27 Februari 2014). Menurut Berthariana Nurhajanti (2013) dalam tulisannya yaitu Kajian Peningkatan Kualitas Layanan Pasar Tradisional menyebutkan bahwa keberadaan pasar

(2)

tradisional semakin tersingkirkan karena citra negatif pasar tradisional yang menyebabkan ketidakpuasan konsumen sehingga konsumen lebih memilih ritel modern. Peranan konsumen sangat penting dalam usaha ritel (eceran), dan dalam tulisan yang sama juga, prioritas utama yang konsumen inginkan dari pasar tradisional adalah kebersihan di dalam dan lingkungan pasar, suasana pasar yang nyaman, ketersediaan toilet yang bersih serta area parkir dan lorong sirkulasi parkir yang luas. Kebersihan lingkungan pasar sangat penting karena menurut data dari Pertemuan Nasional Kota Sehat pada tahun 2006 menyebutkan, diperkirakan 60% kebutuhan pangan bagi penduduk di daerah perkotaan disediakan oleh pasar tradisional2 (2sumber: http://bappeda.pontianakkota.go.id/ diakses tangal 26 Februari 2014). Atas dasar itulah maka pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan mencanangkan adanya pasar tradisional berbasis pasar sehat yang dapat diterapkan oleh pasar tradisional di seluruh wilayah perkotaan Indonesia, termasuk di ibukota negara yaitu DKI Jakarta.

Namun, tidak semua pasar tradisional di Jakarta menerapkan pedoman dan aturan yang sudah ditetapkan oleh departemen kesehatan tersebut. Berdasarkan evaluasi kinerja 2011 Kemenkes RI yang diadakan di Gedung Kementrian Kesehatan, Jakarta, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih menyebutkan sebanyak 10 pasar sehat yang dijadikan proyek percontohan pada proyek Kemenkes 2011, dan dari 10 pasar tradisional di seluruh daerah Indonesia tersebut, DKI jakarta hanya menyumbang 1 pasar yaitu Pasar Cibubur3 (3 sumber :http://health.okezone.com diakses tanggal 27 Februari 2014) Faktor-faktor pemilihan lokasi penelitian adalah sebagai berikut :

1. Pasar tidak sehat

Faktor ini diperlukan merujuk kepada latar belakang dari penelitian ini yaitu tentang revitalisasi yang mendasar kepada pasar sehat.

2. Komoditas yang dijual mayoritas merupakan bahan pangan dan kebutuhan sehari-hari (bukan pasar tematik). Faktor ini dipilih didasarkan pada latar belakang dari penelitian ini yaitu pentingnya kesehatan pada pasar tradisional dikarenakan 60 persen warga kota mendapat bahan pangan di pasar tradisional 3. Pengelolaannya dipercayakan pada PD. Pasar Jaya.

(3)

Terdapat 173 pasar tradisional yang ada di DKI jakarta, 20 pasar dikelola oleh Dinas Koperasi Pasar, sisanya dikelola oleh PD. Pasar jaya yaitu sebanyak 153 pasar.

Pasar Karang Anyar yang terletak di Sawah Besar-Jakarta Pusat ini dipilih karena merupakan salah satu dari 4 perkiraan lokasi pasar tradisional yang menurut penelitian Pemetaan Karakterisitik Permukiman Kumuh di DKI Jakarta tahun 2011 (Kajian Analisis Dampak Kependudukan Terhadap Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan) yang dilakukan oleh Direktorat Analisis Dampak kependudukan BKKBN dan Pusat kajian Biostatistik dan Informatika Kesehatan FKM UI diperkirakan mampu beresiko menyebabkan penyakit berbasis lingkungan bagi lingkungan pemukiman di sekelilingnya. Menurut Penelitian ini 86,84 persen air tanah beresiko tercemar karena jarak dekat dengan MCK, buangan limbah RT, kawasan pabrik dan pasar. Alasan selanjutnya adalah bahwa Pasar Karang Anyar-Jakarta Pusat merupakan satu-satunya pasar dari 4 perkiraan lokasi pasar diatas yang bukan pasar tematik dan dikelola oleh PD. Pasar Jaya (memenuhi kriteria dari faktor-faktor yang dijabarkan sebelumnya)

Sekilas tentang pasar ini dijabarkan sebagai berikut :

Pasar Karang Anyar yang berdiri kurang lebih pada tahun 1970 ini terletak di Jalan Karang Anyar Raya Kel. Karang Anyar Kec. Sawah Besar-Jakarta Pusat. Pasar ini dikelilingi oleh pemukiman padat penduduk.

(4)

Gambar 1.1 Lokasi Pasar Karang Anyar dari skala lingkungan

Ket : : Area Pasar Karang Anyar Gambar 1.2 Lokasi Pasar Karang Anyar

Luas lahan pasar Karang Anyar adalah 4.557 m2 , total luas bangunan sekarang adalah 2.472 m2 . Bangunan pasar tradisional ini menampung 350 pedagang. Pasar ini memiliki 4 macam tempat untuk menampung pedagangnya yaitu kios, los, tenda dan counter. Jumlah kios yang aktif sebanyak 266 buah, los aktif sebanyak 147 buah, tenda aktif sebanyak 132 buah dan counter yang ada berjumlah 6 buah. Kios dan counter

(5)

yang ada di pasar tersebut didominasi oleh pedagang baju,emas dan kebutuhan sehari-hari. Tenda dan los terbuka didominasi oleh pedagang bahan pangan. Biaya retribusi yang ada sekarang yaitu Rp. 250.000,- dengan luasan kios yaitu 7.5 m2. Maka dapat disimpulkan bahwa biaya retribusi permeternya adalah kurang lebih Rp.33.333,-/m2/bulan dengan cakupan biaya keamanan dan kebersihan saja. Biaya listrik tidak ditanggung pihak pasar. Pedagang membayar listrik secara pribadi yaitu sebesar Rp. 30.000-Rp. 40.000/bulan sementara kebutuhan air untuk stan kebutuhan pangan tidak disediakan oleh pihak pasar. Pendapatan kotor pedagang berkisar kurang lebih Rp. 200.000-Rp. 500.000/perhari dengan jam operasional bervariasi untuk setiap stand. Kios pakaian, kelontong dan lain-lain beroperasi rata-rata dari jam 06.00-17.30. Untuk los, counter ataupun tenda yang menjual bahan pangan beroperasi rata-rata dari jam 03.00 pagi-11.00 siang.

Gambar 1.3 Lay-Out Pasar Karang Anyar

(6)

Gambar 1.4 Akses Masuk ke bangunan pasar Gambar 1.5 Kios pakaian dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Sumber : Dokumentasi Pribadi Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 1.6 Los Penjualan Daging Gambar 1.7 Los penjualan buah

Sumber : Dokumentasi Pribadi) Sumber : Dokumentasi Pribadi

1.2Rumusan masalah

Hal-hal yang sudah dipaparkan dalam sub-bab sebelumnya menjadi latar belakang dari permasalahan yang akan diangkat dalam laporan tugas akhir ini, yaitu : Bagaimanakah menerapkan aspek-aspek konsep pasar sehat pada bangunan pasar tradisional milik pemerintah yang ada di Jakarta?

(7)

1.3Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dijelaskan dalam sub-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan tujuan dari laporan tugas akhir ini adalah :

Menerapkan aspek konsep pasar sehat dalam redevelopment bangunan pasar tradisional yang terletak di Karang Anyar, Jakarta Pusat.

1.4Ruang lingkup

Tujuan penelitian dalam pembahasan sebelumnya menjadi dasar dari ruang lingkup yang akan dibahas dalam laporan tugas akhir ini, yaitu :

Konsep pasar sehat dalam bangunan pasar tradisional.

1.5 State of the art

Dalam jurnal ilmiah Isu, Tujuan dan Kriteria Perancangan Pasar Tradisional yang ditulis oleh Agus Ekomadyo dan Sutan Hidayatsah (2012) membahas tentang isu, tujuan dan kriteria perancangan pasar tradisional dengan metode model pemrograman arsitektur berbasis isu dari Duerk (2003). Pemrograman arsitektur adalah salah satu metode dalam perancangan arsitektur di mana permasalahan perancangan dirumuskan di awal dengan sistematis, dengan maksud mengarahkan hasil rancangan pada tujuan yang diinginkan. Dengan model ini, kriteria perancangan pasar tradisional diklasifikasikan ke dalam tiga aspek : 1) arsitektur kota, 2) standar fungsional, dan 3) penciptaan karakter lokal.

Aspek standar fungsional pasar tradisional merupakan permasalahan perancangan yang bersifat umum dan bisa terjadi pada setiap perancangan pasar tradisional. Aspek standar fungsional terutama menyangkut bagaimana pasar bisa digunakan secara nyaman dan hidup oleh aktivitas jual beli. Isu yang termasuk dalam aspek standar fungsional adalah tipe dan luas unit kios, efektivitas pemanfaatan ruang, lebar jalur sirkulasi, zoning, aksesibilitas dan sistem sirkulasi penghawaan, pencahayaan, fasilitas umum, utilitas air bersih, utilitas air kotor, dan persampahan.

Berthariana Nurhajanti (2013) dalam tulisannya yaitu Kajian Peningkatan Kualitas Layanan Pasar Tradisional meneliti tentang atribut-atribut pelayanan dalam pasar tradisional yang menjadi prioritas untuk ditingkatkan dan diperbaiki. Penelitian

(8)

ini mengguanakan metode 10 dimensi kualitas pelayanan dari Eithmal, Parasuraman dan Berry. Metode Sevqual dapat mengidentifikasi atribut pelayanan pasar tradisional yang belum memenuhi harapan konsumen dan dengan metode Quality Function Deployment dapat ditentukan prioritas perbaikan untuk atribut-atribut tersebut.

Hasilnya adalah dari 34 atribut pelayanan yang telah diidentifikasi, terdapat 3 atribut yang termasuk dalam kategori memuaskan, sementara 31 atribut lainnya termasuk dalam kategori tidak memuaskan sehingga perlu ditingkatkan performanya. Atribut yang menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan performansinya adalah kebersihan di dalam dan lingkungan pasar, suasana pasar yang nyaman, ketersediaan toilet atau kamar mandi yang bersih, keamanan pasar, ketersediaan area parkir yang luas serta lorong pasar tradisional yang lebar. Prioritas program peningkatan kualitas pelayanan di pasar tradisional berdasarkan matriks QFD meliputi : peningkatan kompetensi pedagang pasar, penataan layout pasar, penerapan SOP, peningkatan kualitas bangunan pasar, pemeliharaan sarana dan prasarana, penyediaan tempat sampah dan TPS, sistem zoning barang dagangan, penataan PKL serta menyediakan tempat ibadah dan toilet yang memadai.

Menurut Professor of Marketing, EGADE Business School, Monterrey Institute Of Technology and Higher Education (ITESM), Mexico City Campus, Rajagopal (2010) dalam tulisannya Coexistence and conflicts between shopping malls and street markets in growing cities: Analysis of Shoppers’ behaviour, pasar jalanan sebagian besar disukai oleh pembeli karena mereka menunjukkan atribut etnis dan budaya sementara atribut lintas budaya toko dan suasana belanja ditemukan menjadi salah satu penentu utama perilaku belanja. atraksi mall, pengaruh antar-pribadi, etnis, suasana belanja, promosi penjualan dan keuntungan komparatif antara pembeli perkotaan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi preferensi pasar antara pembeli perkotaan mencakup fasilitas rekreasi, lokasi mall, suasana dan menyimpan daya tarik mengacu pada produk dan layanan, nilai merek, dan harga. Artikel ini membahas tentang bagaimana gaya perilaku konsumen dalam berbelanja di pasar modern dan di pasar jalanan (street market) di Mexico City. Metode yang digunakan adalah dengan sampling data, mengumpulkan data dengan interview dan data yang sudah ada diukur dan divalidasi. Spesifikasi model yang dilakukan adalah Structural Equation Modelling (SEM).

(9)

Francis Onyechi Uzuegbunam (2012) dalam jurnalnya Sustainable Development for Traditional Market-Places in South Eastern Nigeria: A case Study of Nkwo-Ozuluogu Market Oraifite, Anambra State Nigeria, mencoba merancang kembali pasar tradisional Nkwo-Ozuluogo yang ada di Onitsha-Owerry di sebelah timur laut. Perancangan kembali ini didasarkan pada keadaan pasar tradisional di tempat tersebut yang tidak terancang dengan baik sehingga memiliki akses jalan yang buruk, struktur yang hampir hancur, fasilitas yang tidak memadai hingga tidak tersedianya peralatan pemadam kebakaran. Metode perancangan yang penulis jurnal ini lakukan adalah dengan dengan pendekatan iklim sebagai acuan dalam perancangan. Perancangan pasar tradisional ini menghasilkan program ruang sebagai berikut :

Dessy Febrianti (2013) dalam jurnalnya yang berjudul Model of Role Strengthening of Traditional Market Based on Social Capital in Indonesia: Study Case Beringharjo Market, Jogjakarta mengatakan bahwa revitalisasi di pasar selalu gagal karena aspek yang selalu diperhatikan adalah dari segi ekonomis dan fisik saja, namun tidak dari segi modal sosial. Jurnal ini membahas tentang bagaimana aspek sosial menjadi bagian penting dari revitalisasi pasar yang lebih optimal dengan menggunakan metode kualitatif. Hasilnya bahwa menguatnya atau melemahnya operasi, fungsi dan peran pasar tergantung dari kapasitas dan kompetensi dari para pelaku utama yang ada di sebuah pasar.

Berdasarkan jurnal yang ada diatas, kita dapat menyimpulkan ada tiga aspek yang dapat dijadikan pertimbangan dalam merancang sebuah pasar sehat yaitu aspek standar fungsional, aspek keinginan dan perilaku konsumen serta sumber daya manusia dalam hal ini pedagang dan pengurus yang ada di dalam pasar tradisional itu sendiri.

(10)
(11)

Gambar

Gambar 1.1 Lokasi Pasar Karang Anyar dari skala lingkungan
Gambar 1.4 Akses Masuk ke bangunan pasar  Gambar 1.5 Kios pakaian dan kebutuhan         rumah tangga lainnya
Tabel 1.1 : Daftar Program Ruang di Pasar Nkwo-Ozuluogu

Referensi

Dokumen terkait

Jika dilihat dari Grafik penjualan emas di PT.ANTAM UBPP Logam Mulia pada tahun 2014-2015 terjadi penurunan penjualan emas, hal tersebut di duga karena menurunnya tingkat

Objek penelitian yang akan diteliti merupakan sasaran penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak keberadaan pasar online terhadap kesejahteraan pedagang untuk mewujudkan

Penelitian yang dilakukan oleh Bintang Justitie Atmoko pada tahun 2009 berjudul relokasi Pedagang Kaki Lima Kawasan Banjarsari ke Pasar Klithikan Notoharjo Semanggi Kota

Bagaimana kendala penerapan karakter kejujuran pada pedagang dalam transaksi jual beli di Pasar Sayur Kabupaten Magetan?. Bagaimana solusi mengatasi kendala penerapan

Dalam penelitian mengenai analisis pengaruh pasar modern terhadap pendapatan pedagang sembako eceran, maka dengan latar belakang yang diuraikan di atas dan agar

- Pengaturan jadwal mobilisasi peralatan reklamasi pada jalur Jalan Pluit Karang Raya, Jalan Pluit Karang Utara, dan Jalan Pluit Karang Ayu dan jaringan jalan yang terhubungkan

Dalam penelitian ini penulis meneliti apa yang menjadi penyebab terjadinya konflik antara Pemerintah Kota Surabaya dengan Pedagang Pasar Pacar Keling dalam

Pengambilan data kondisi terumbu karang dan ikan karang dilakukan secara langsung dengan melakukan penyelaman yang direncanakan pada 6 stasiun selam, namun karena