ABSTRAKSI
ANALISIS LINIER PROGRAMMING DENGAN METODE SIMPLEKS DALAM PENENTUAN KOMBINASI PRODUK YANG OPTIMAL UNTUK
MENINGKATKAN LABA PADA PT SULAWESI AGUNG JAYA SURABAYA
Oleh :
INDIRA SURYADEWI 0642010092
Pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisa, mengetahui tujuan dari penelitian yang dirumuskan, dimana tujuannya dalah untuk meningkatkan laba perusahaan dengan metode linier programming, dimana perusahaan dipilih untuk penelitian ini adalah PT. Sulawesi Agung Jaya.
PT. Sulawesi Agung Jaya adalah perusahaan industri yang bertujuan untuk menciptakan atau menghasilkan peroduk jadi berupa meubel rotan yang berkualitas, dimana untuk proses produksinya PT. Sulawesi Agung Jaya membutuhkan sumber daya yang terdiri dari : bahan baku, tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Oleh karena itu penggunaannya dilakukan secara optimal agar dicapai hasil produksi yang optimal sehingga nantinya diperoleh laba yang seperti yang diharapkan, untuk melaksanakan perencanaan tersebut perlu dukungan perencanaan pengalokasian sumberdaya secara optimal sehingga menghasilkan produk meubel rotan yang tepat. Untuk menyusun rencana pengalokasian sumberdaya dan hasil produk yang tepat dapat digunakan metode kuantitatif yang sering disebut linier programming, yaitu suatu teknik matematika yang memungkinkan perusahaan dapat menentukan kombinasi produk yang optimal dengan memperhatikan sumberdaya yang tersedia dan merupakan alat bantu yang bermanfaat bagi manajemen karena menyediakan prosedur yang sistematis dan efisien yang dapat dijadikan pedoman pengambilan keputusan.
Ternyata dari hasil perhitungan dengan metode linier programming hasil yang diperoleh dari ketiga jenis produk yang ditawarkan, produk meubel kursi yang dapat meningkatkan laba, dengan laba sebesar Rp 970.197.500. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program linier programming digunakan sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan untuk memaksimalkan laba.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayahnya yang diberikan-Nya maka penulis dapat melaksanakan
dan menyusun laporan skripsi ini dengan judul :“Analisis Linier Programming Dengan Metode Simplek Dalam Penentuan Kombinasi Produk Yang
Optimal Untuk Meningkatkan Laba Pada PT. Sulawesi Agung Jaya.
Sejujurnya penulis mengakui bahwa pendapat sulit ada benarnya, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri kita sendiri. Oleh karena itu,
kebanggaan penulis bukanlah pada selesainya skripsi ini melainkan kemenangan atas berhasilnya menundukkan diri sendiri.
Skripsi ini dapat selesai atas bantuan dan bimbingan dari dosen
pembimbing Dra.Sonja Andarini, Msi yang telah mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar - besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis, yaitu kepada :
1. Ibu Dra.Ec.Hj.Suparwati,Msi sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Drs.Sadjudi,MSi selaku Ketua Progdi Administrasi Bisnis UPN
“Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak dan Ibu dosen Progdi Ilmu Administrasi Bisnis yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.
5. Orang tua Tercinta, serta Kakak-Adik yang tak pernah berhenti memberikan kasih sayang, dukungan dan semangat kepada penulis.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi teknis maupun materi. penulis senantiasa membuka diri
dalam menerima saran dan kritik dari semua pihak yang dapat menyempurnakan skripsi ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan harapan besar semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Surabaya, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI...i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL …...viii
DAFTAR GAMBAR ………..ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan... 1
1.2 Rumusan Masalah... 6
1.2 Tujuan Penelitian... 6
1.4 Kegunaan Penelitian... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu... 8
2.2 Landasan Teori ... 9
2.2.1 Pengertian Perencanaan Produk dan Perencanaan Produksi... 9
2.3 Pengambilan Keputusan ……….. 11
2.4 Produksi...12
2.4.1 Pengertian Produksi... 12
2.4.3 Pengertian Proses Produksi ……….. 16
2.5 Bahan Baku ... 17
2.5.1 Pengertian Bahan Baku ... 17
2.5.2 Pengendalian Bahan Baku ………. 19
2.6 Tenaga Kerja ……… 22
2.6.1 Pengertian Tenaga Kerja ………22
2.6.2 Pengendalian Tenaga Kerja ………... 22
2.6.3 Penentuan Jumlah Tenaga Kerja ……...24
2.6.4 Pengolahan Tenaga Kerja ………...26
2.7 Mesin …... 27
2.7.1 Pengertian Mesin ………... 27
2.7.2 Jenis – Jenis Mesin ………. 28
2.7.3 Pengendalian Mesin……….29
2.7.4 Pengertian Jam Kerja Mesin ………31
2.7.5 Tujuan Pengendalian Kapasitas Mesin ………32
2.8 Luas Produksi …...32
2.8.1 Pengertian Luas Produksi ………32
2.8.2 Faktor – Faktor Yang Menentukan Luas Produksi …………..34
2.9 Kombinasi Produk Optimum ... 34
2.10 Linier Programming ………...………….. 35
2.10.2 Asumsi Dasar Linier Programming………36
2.10.3 Model Linier Programming ………...38
2.10.4 Dasar – Dasar Linier Programming ……….. 42
2.10.5 Syarat dan Karakteristik Linier Programming …………. .43
2.10.6 Metode Penyelesaian Linier Programming ……….. 44
2.11 Kerangka Berpikir ……….. ..48
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasi dan Pengukuran Variabel...52
3.2 Teknik Penarikan Sampel...53
3.3 Teknik Pengumpulan Data... 54
3.3.1 Jenis Data... 54
3.3.2 Sumber Data...55
3.3.3 Pengumpulan Data…... 55
3.4 Teknik Analisis Data ………... 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Diskripsi Obyek Penelitian ………60
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ………....60
4.1.2 Lokasi Perusahaan ………..61
4.1.3 Tujuan Perusahaan ………..62
4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan ………..63
4.2.1 Bahan Yang Digunakan ………..67
4.2.2 Tenaga Kerja Dan Jam Yang Berlaku ………67
4.2.3 Tahap – Tahap Proses Produksi ……….67
4.3 Penyajian Data ………...73
4.3.1 Langkah Pemecahan Dengan Metode Simpleks……….80
4.4 Analisis Data………..82
4.5 Pembahasan ………...85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..88
5.2 Saran ………...88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Permintaan Produk PT Sulawesi Agung Jaya……….……4
Tabel 2.1 Model Program Linier ………..…..41
Tabel 2.2 Metode Simpleks dalam bentuk simbol ……….…....49
Tabel 4.1 Hasil Penjualan Produk PT Sulawesi Agung Jaya………….……73
Tabel 4.2 Biaya Bahan Baku Produk PT Sulawesi Agung Jaya..…….…….73
Tabel 4.3 Biaya Tenaga Kerja Langsung PT Sulawesi Agung Jaya…………74
Tabel 4.4 Biaya Overhead Produk PT Sulawesi Agung Jaya….……….75
Tabel 4.5 Pendapatan Tiap Jenis Produk Tahun 2008 ….………..…….76
Tabel 4.6 Pendapatan / Laba Produk per unit ….………….…………..…….77
Tabel 4.7 Tabel Korbanan...…..…….80
Tabel 4.8 Tabel Simplek………...…..…….81
Tabel 4.9 Realisasi laba dan laba maksimum setelah linier
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir...51
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Sulawesi Agung Jaya………...64
Gambar 4.2 Bagan Proses Produksi PT Sulawesi Agung Jaya ………..68
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia usaha dewasa ini semakin pesat, ditandai dengan banyaknya
perusahaan yang bermunculan dengan berbagai macam usaha bahkan dengan usaha sejenis sehingga persaingan yang terjadi diantara pengusaha semakin ketat. Pada dasarnya setiap perusahaan baik perusahaan besar maupun
perusahaan kecil bertujuan untuk mencari keuntungan yang sebesar – besarnya dalam menjalankan kegiatan perusahaan, lebih – lebih dalam era
globalisasi sekarang ini., maka setiap organisasi dalam dunia bisnis dituntut untuk senantiasa memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki seoptimal mungkin.
Ketatnya persaingan pada perusahaan yang memproduksi produk yang sejenis akan membuat perusahaan tersebut terpacu untuk menciptakan
inovasi – inovasi yang lebih menarik dan beragam serta selektif dalam kualitas produk yang diproduksi. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk semakin tanggap dalam melihat apa yang diinginkan konsumen.
Pada umunya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah perusahaan memperoleh laba yang cukup dan semaksimal mungkin dari
mereasisasikan tujuan tersebut dan kelangsungan hidupnya terjamin. Dalam
perusahaan industrial yang sedang berkembang selalu memproduksi produk sesuai dengan keinginan pasar sehingga perusahaan memiliki berbagai pilihan produk.
Dari berbagai produk atau memiliki kombinasi produk maka perusahaan harus memiliki produk yang menjadi suatu unggulan didalam
proses produksi, dimana hal tersebut diupayakan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Hal – hal yang perlu perusahaan perhatikan didalam faktor – faktor produksi yang ada seperti rotan, kulit, dan jam kerja.
Faktor – faktor produksi ini tersedia dalam jumlah terbatas sehingga pengalokasiannya harus direncanakan sebaik mungkin.
Namun seringkali pada kenyataanya, perusahaan mengalami banyak hambatan atau masalah yang merintanginya dalam pencapaian tujuan perusahaan, sehingga perusahaan tersebut mengerahkan berbagai usahanya
untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Persoalan yang dihadapi oleh perusahaan pada umumnya adalah bagaimana mengkombinasikan faktor
– faktor produksi atau sumberdaya – sumberdaya yang dimiliki secara bersama dengan tepat agar diperoleh keuntungan maksimal dengan biaya yang minimal.
Dengan adanya tuntutan itu membuat perusahaan harus merencanakan dan mengelola perusahaannya dengan baik agar perusahaan dapat
sumberdaya yang terbatas secara efektif dan efisien serta tercapainya tujuan
perusahaan.
Dalam penelitian ini, menitik beratkan pada masalah penentuan
kombinasi produk yang paling tepat di suatu perusahaan, dalam hal ini adalah perusahaan industri rotan di Surabaya, sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimal kepada perusahaan tersebut, selain itu juga
manajemen perusahaan harus dapat menggunakan kapasitas produksi sebaik – baiknya agar dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan konsumen, maka dengan demikian laba atau keuntungan yang optimal dapat ditentukan oleh
kombinasi produk sesuai dengan kapasitas yang ada dalam perusahaan. Sebab dengan mengetahui seberapa besar produksi yang harus dihasilkan
dalam kombinasi produk maka perusahaan dapat merencanakan laba yang akan diperolehnya.
PT Sulawesi Agung Jaya merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang industri meubel dari rotan dengan variasi produk, yaitu kursi, meja, rak. Pemasaran produknya tidak hanya di dalam negeri tetapi sudah sampai
mancanegara, yaitu Negara Rusia, Polandia dan Jepang, dengan permintaan tahun 2008 untuk Rusia: 15.079 unit, Polandia: 10.680 unit, Jepang: 5.168 unit.
Khusus untuk permintaan luar negeri PT Sulawesi Agung Jaya hanya melayani berdasarkan pesanan, sedangkan untuk permintaan dalam negeri
secara kontinue. Hal ini dapat dilihat dalam tabel jumlah permintaan produk
di bawah ini.
Tabel 1.1
Jumlah Permintaan Produk PT Sulawesi Agung Jaya
Tahun 2008
Jenis Produk Jumlah Produk (unit) Harga Produk (unit)
Kursi 21.500 352.900
Meja 5.590 373.600
Rak 3.775 266.000
Sumber : PT. Sulawesi Agung Jaya
Dari tabel tersebut diatas jumlah permintaan akan produk dari PT
Sulawesi Agung Jaya, yaitu kusi, meja dan rak berbeda - beda. Jumlah permintaan untuk produk kursi adalah yang paling banyak, untuk meja dan
rak meskipun diminati konsumen namun jumlah permintaan produknya sangat jauh dengan permintaan kursi. Meskipun produknya bervariasi tetapi dengan melihat jumlah permintaan produk tersebut diatas, maka pihak
perusahaan dalam mengkombinasikan variasi produknya dapat diasumsikan kurang maksimal sehingga optimalisasi laba yang diinginkan tidak terpenuhi.
Oleh karena itu pihak manajemen perusahaan dalam perolehan labanya dengan melalui variasi produk (kombinasi produk) diharapkan dapat
Dengan melihat kondisi dan situasi diatas, maka PT Sulawesi Agung
Jaya perlu menggunakan teknik yang disebut dengan Linier Programming dalam pengambilan keputusan, mengingat PT Sulawesi Agung Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri meubel dari rotan yang
mempunyai kombinasi produk, dimana setiap kombinasi produk yang dihasilkan mempunyai karakteristik dan tambahan laba yang tidak sama,
sehingga perusahaan perlu menggunakan teknik Linier Programming untuk mengetahui dan menentukan dari kombinasi produk mana yang dapat menghasilkan laba optimal dengan mempertimbangkan kendala – kendala
yang ada pada perusahaan.
Untuk menyusun rencana kombinasi produk yang optimal, dapat
dugunakan suatu metode kuantitatif yang sering disebut Linier Programming. Linier Programming adalah suatu teknik matematika yang memungkinkan perusahaan untuk menentukan bauran program optimal dengan
memperhatikan sumber daya yang tersedia dan merupakan alat bantu yang bermanfaat bagi manajemen karena menyediakan prosedur yang sistematik
dan efisien yang dapat dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan. Jadi Linier Programming merupakan suatu model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber – sumber yang
terbatas secara optimal beberapa aktivitas yang bersaing dengan cara terbaik yang mungkin dilakukan.
meningkatkan laba, salah satu alat untuk menguji apakah laba yang dicapai
telah meningkat ataukah belum, maka dilakukan analisis teknik Linier Programming dengan menggunakan metode simplek sehingga rencana kombinasi produk dapat terlaksana secara optimal sehingga laba yang didapat
meningkat. Linier programming merupakan alat bantu dalam meningkatkan laba ditinjau dari kombinasi produk.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dihadapi oleh PT Sulawesi Agung Jaya Surabaya, maka penulis mencoba merumuskan masalah tersebut
diatas, yaitu :
“ Bagaimana kombinasi produk yang optimal dapat meningkatkan laba ?”
1.3 Tujuan Penelitian
“ Untuk menganalisis kombinasi produk yang optimal dalam menentukan jumlah produksi untuk meningkatkan laba “.
1.4 Manfaat Penelitian
Sebagaimana layaknya karya ilmiah ini, hasil yang diperoleh
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan agar dapat menentukan
kombinasi produk yang optimal untuk meningkatkan laba dari perusahaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Dwi Ferdiansar dengan judul “ Memaksimalkan laba melalui
kombinasi produk yang optimal pada CV Sumber Rejeki, Surabaya “.
Rumusan masalah adalah bagaimana kombinasi produk yang
optimal dalam rangka memaksimalkan laba dan bagaimana tingkat
sensitivitas pada kombinasi produk yang optimal. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan menganalisa kombinasi produk yang optimal
guna memaksimalkan laba dan untuk mengetahui tingkat sensitivitas pada
kombinasi produk yang optimal. Metode penelitian yang digunakan
adalah linier programming dengan metode simplek serta menggunakan
analisis sensitivitas.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebelum menggunakan linier
programming perusahaan belum mengetahui produk optimal dari variasi
produk yang terbagi dalam tiga karakteristik yaitu air mineral dalam
kemasan ukuran 19 liter ( X1), air mineral dalam kemasan ukuran 1500
mili liter (X2) dan air mineral dalam kemasan ukuran 600 mili liter (X3).
Sehingga dengan penggunaan linier programming dapat membantu
perusahaan, agar perusahaan dapat terhindar dari kerugian dana atau
tenaga yang dikeluarkan akibat kurang tepat dalam pengambilan
keputusan dalam perencanaan produksi.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Perencanaan Produk dan Perencanaan Produksi
Sebelum perusahaan melakukan operasionalnya atau sebelum
perusahaan tersebut akan didirikan, perlu diketahui dan ditentukan produk
apa yang akan diproduksi oleh perusahaan. Pengambilan keputusan
penting tentang produk apa yang akan dioperasikan oleh perusahaan perlu
dipertimbangkan dan diteliti terlebih dahulu karena keputusan tentang
produk yang aka diproduksikan untuk digunakan dalam jangka waktu
yang panjang di dalam perusahaan.
Menurut Agus Ahyari ( 1994 ; 2 ), produk yang diproduksikan oleh
perusahaan pada umumnya tidak mengalami perusahaan dalam jangka
waktu yang pendek, karena perubahan produk memerlukan perubahan dari
berbagai macam system di dalam perusahaan yang bersangkutan. Hal ini
akan semakin jelas kelihatan apabila terjadi perubahan produk secara total
dari semua yang diproduksinya, dimana anatara produk yang lama dengan
yang baru tidak ada kaitannya atau hubungan sama sekali.
Produk yang diproduksikan oleh perusahaan pada umumnya tidak
mengalami perubahan dalam jangka waktu yang pendek, karena perubahan
apabila terjadi perubahan produk secara total dari semua yang
diproduksinya, dimana antara produk yang lama dengan yang baru tidak
ada kaitannya atau hubungan sama sekali.
Menuru Assauri ( 1993 : 167 ) perencanaan produk berbeda dengan
perencanaan produksi, karena titik berat perencanaan produk berbeda
dengan perencanaan produksi. Perencanaan produk lebih banyak
menyangkut masalah – masalah teknik produksi, sedangkan perencanaan
produksi membicarakan jumlah dan jenis produk yang akan segera
diproduksikan pada periode yang akan datang. Demikian pula tentang
pemakaian jangka waktu dari perencanaan produk akan digunakan jangka
waktu yang panjang, sedangkan untuk perencanaan produksi digunakan
jangka waktu yang pendek. Dan perencanaan produk disusun untuk satu
periode saja, namun untuk perencanaan produksi akan disusun untuk
dipergunakan pada periode berikutnya, walaupun produk yang
diproduksikan sama, baik dalam ukuran maupun bentuknya.
Menurut Assauri ( 1999 : 129 ) perencanaan produksi adalah
perencanaan dan pengorganisasian sebelumnya mengenai orang – orang,
bahan – bahan, mesin – mesin dan peralatan lain serta modal yang
diperlukan untuk memproduksi barang – barang pada suatu periode
2.3 Pengambilan Keputusan
Dalam pengambilan keputusan maka perlu mengetahui sifat atau
pola masing – masing alternatif yang ada. Perkiraan terhadap sifat atau
model alternatif tersebut dapat menggunakan suatu model. Model ini
merupakan suatu abstraksi keadaan sesungguhnya yang akan dicari dan
diperkirakan sifat – sifat dan polanya. Agar model dapat dipercaya
kebenarannya maka harus dicari korelasi antara model dan kenyataan.
Beberapa jenis model, yaitu :
1. Model Grafis
Adalah penggambaran masalah secara visual.
2. Model Matematik
Adalah penggambaran masalah dengan menggunakan tanda – tanda
matematik yang menunjukkan hubungan – hubungan.
3. Model Skematif
Adalah penggambaran secara skema, contoh : bentuk model skematik
2.4 Produksi
2.4.1 Pengertian Produksi
Pengertian Produksi menurut Agus Ahyari ( 1996 : 6 ) adalah
kegiatan yang dapat menghasilakan tambahan manfaat penciptaan faedah
baru, faedah itu dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya : faedah
bentuk, faedah waktu, faedah tempat.
Menurut Assauri ( 1999 : 12 ) produksi adalah segala kegiatan
dalam menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa,
dimana untuk kegiatan tersebut dibutuhkan faktor – faktor produksi.
Faktor – faktor produksi terdiri dari :
a. Bahan baku atau bahan mentah ( material )
Bahan yang digunakan sebagai dasar dalam pembuatan suatu produk
yang kemudian dari bahan tersebut diproses dan sampai ke proses akhir
tercipta suatu produk baru yang bermanfaat. Bahan penolong adalah
bahan yang melekat di dalam produksi suatu produk sehingga tercipta
suatu produk baru yang bermanfaat.
b. Dana atau modal
Modal dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Modal skill adalah modal yang berupa barang – barang yang akan
2. Modal uang adalah dana yang dikeluarkan untuk membeli barang –
barang dan faktor produksi lainnya.
c. Tenaga kerja
Tenaga kerja adalah kemampuan manusiawi yang dapat sumbangkan
untuk memungkinkan dilakukannya produksi barang – barang dan jasa
– jasa.
d. Mesin
Mesin adalah suatu peralatan yang digerakkan oleh suatu kekuatan atau
tenaga yang digunakan untuk membantu manusia dalam proses
produksi dimana mesin ini dapat mengerjakan atau memproduksi suatu
barang yang dihasilkan dalam waktu yang lebih pendek, jumlah yang
lebih banyak dan kualitas yang lebih baik.
Dari pengertian – pengertian di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa produksi adalah suatu kegiatan untuk menambah nilai guna,
manfaat dari suatu barang dan jasa menggunakan fasilitas produksi yang
ada.
2.4.2 Fungsi Poduksi
Menurut Assauri ( 2003 : 11) yang dimaksud dengan fungso
produksi merupakan penekanan terstentu dari tanggung jawab atau
produksi ada 5 ( lima ) tanggung jawab keputusan utama yang harus
dilakukan, yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan mutu.
Dimana secara umum fungsi produksi terkait dengan tanggung jawab
dalam pengolahan dan pentransformasikan masukan atau input menjadi
keluaran atau out put berupa barang atau jasa yang akan dapat memberikan
hasil pendapatan bagi perusahaan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut
diperlukan rangkaian kegiatan yang merupakan keterkaitan dan menyatu
serta menyeluruh sebagai suatu system. Berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan fungsi produksi ini dilaksanakan oleh beberapa bagian yang
terdapat pada perusahaan, baik itu perusahaan yang besar maupun kecil.
Menurut Assauri ( 2003 ; 12 ) fungsi produksi di atas meliputi
empat bagian penting, yaitu :
1. Proses pengolahan, merupkan metode atau teknik yang digunakan
untuk pengolahan masukan menjadi keluaran yang berupa barang atau
jasa yang akhirnya dapat dijual kepada pelanggan untuk memungkinkan
perusahaan memperoleh hasil atau keuntungan yang diharapkan.
2. Jasa – jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa pengorganisasian
yang perlu untuk penetapan teknik dan metode yang akan dijalankan,
sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien. Jasa – jasa pelayanan produksi dapat berupa : desain produk,
3. Perencanaan yang berfungsi agar kegiatan produksi dan operasi yang
dilakukan dapat terarah bagi pencapaian tujuan produksi dan operasi
serta fungsi produksi dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
Perencanaan yang dilakukan dalam hubungannya dengan fungsi
produksi adalah :
a. Perencanaan proses produksi
b. Perencanaan persediaan dan pengadaan
c. Perencanaan mutu
d. Perencanaan penggunaan fasilitas mesin
e. Perenacanaan pemanfaatan sumber daya manusia
Dan perencanaan tersebut pada dasarnya adalah merupakan
penetapan dan pengorganisasian dari kegiatan produksi yang akan
dilakukan dalam suatu dasar waktu atau periode tertentu.
4. Pengendalian atau pengawasan merupakan fungsi untuk menjamin
terlaksananya kegiatan produksi sesuai dengan yang direncanakan.
Dan bila terjadi penyimpangan maka penyimpangan tersebut dapat
dikoreksi, sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai. Kegiatan
pengendalian yang dilakukan dalam pelaksanaan fungsi produksi
adalah:
b. Pengendalian dan pengawasan persediaan
c. Pengendalian dan pengawasan mutu
d. Pengendalian dan pengawasan biaya
2.4.3 Pengertian Proses Produksi
Sebelum membahas mengenai pengertian proses produksi
sebaiknya kita mengetahui arti dari proses. Yang dimaksud dengan proses
adalah cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber – sumber
( bahan, tenaga kerja, mesin, dana ) yang akan diubah untuk memperoleh
suatu hasil.
Menurut Assauri ( 2003 : 97 ) yang dimaksud dengan proses
produksi adalah cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau
menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber
– sumber ( tenaga kerja, mesin, bahan dan dana ) yang ada.
Sedangkan menurut Ahyari ( 1996 : 65 ) yang dimaksud dengan
proses produksi adalah merupakan suatu cara, metode maupun teknik
bagaimana penambahan manfaat atau penciptaan faedah baru,
dilaksanakan dalam perusahaan.
Dari kedua pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan proses produksi adalah kegiatan untuk
menggunakan faktor – faktor produksi yang ada, seperti tenaga kerja,
mesin, bahan baku dan dana ).
2.5 Bahan Baku
2.5.1 Pengertian Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan yang secara langsung dapat
dipergunakan daalam proses produksi dan belum pernah diproses sejak
penerimaan bahan baku digudang. Bahan baku merupakan bahan mentah
dasar yang akan diolah menjadi produk jadi, dimana bahan baku terbagi
menjadi bahan baku langsung dan bahan baku tak langsung.
Menurut Mulyadi ( 1999 : 295 ) bahan baku adalah yang
membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang diolah
dalam perusahaan manufaktur dapat dari pembelian lokal, impor atau dari
pengolahan sendiri. Di dalam memperoleh bahan baku perusahaan tidak
hanya mengeluarkan biaya sejumlah harga beli saja tetapi juga
mengeluarkan biaya – biaya pembelian, pergudangan dan biaya – biaya
perolehan lainnya.
Pada beberapa perusahaan besar dengan beberapa unit operasi
mengadakan bagian pembelian yang terpusat atau tersentralisir dan ada
pula yang mengadakan pembelian bahan baku yang disentralisir.
Menurut Assauri ( 2003 : 208 ) Yang biasanya terdapat dari adanya
1. Dapat meminimalisir adanya duplikasi usaha ( duplication of effort )
yang timbul akibat desentralisasi unit – unit operasi yang dapat
membeli sendiri – sendiri pada tempat yang berbeda – beda.
2. Para petugas pembelian dapat menjadi ahli ( specialist ) dalam
pembelian bahan – bahan tertentu.
3. Pesanan dari berbagai unit operasi atau pabrik dapat dikonsolidasikan,
sehingga pembelian bahan – bahan tertentu yang sama dalam jumlah
yang besar akan memperoleh keuntungan karena adanya potongan (
discount ) yang tidak diperoleh apabila kita membeli sedikit – sedikit.
4. Dapat mudah mengikuti perkembangan dalam situasi pasar yang luas
dengan adanya bagian pusat ( central ) yang dapat mengatur kegiatan
pembeliannya.
5. Keragu – raguan para supplier terhadap unit operasi atau pabrik tertentu
dapat dihilangkan.
6. Para supplier cenderung untuk menginginkan adanya bagian pembelian
yang terpusat dan hidup untuk kekuatan pasar dengan mengetahui
dimana mereka akan pergi untuk membeli dan dapat berbicara
langsung dengan mereka.
7. Organisasi pembelian yang terpusat akan dapat memenuhi seluruh
aspek yang diinginkan perusahaan seperti bahan – bahan yang
seragam (uniform) dan kebijaksanaan persediaan untuk pabrik – pabrik
ini dapat dihubungkan dengan efektif.|
Kelancaran proses produksi sangat dipengaruhi oleh tersediannya
bahan baku, sebab bahan baku merupakan bahan utama dalam
memproduksi barang. Kekurangan bahan baku yang tersedia dapat
berakibat terlalu tingginya beban – beban biaya untuk menyimpan di
gudang. Jadi dapat diketahui bahwa fungsi bahan baku adalah input atau
bahan dalam penyelenggaraan produksi suatu barang dalam suatu industri.
2.5.2 Pengendalian Bahan Baku
Pengendalian merupakan alat untuk mencapai sasaran,
pengendalian ini menjaga agar tidak terjadi peristiwa yang tidak
diinginkan dan tidak dikehendaki.
Ada tiga aspek yang saling berhubungan dengan suatu sistem
pengendalian persediaan. Aspek – aspek tersebut adalah meramalkan
permintaan dimasa yang akan datang, menentukan kapan dan berapa
banyak dilaksanakan pemesanan ulang dan menetapkan dimana persediaan
disimpan dengan memperhatikan ketiga aspek tersebut. Diharapkan
perusahaan dapat menentukan bahan baku dengan tepat.
Menurut Sumarni dan Soeprihanto ( 1998 : 167 ) pengendalian
merupakan aktifitas untuk menemukan, mengoreksi adanya penyimpangan
– penyimpangan dari hasil yang telah dicapai dan dibandingkan dengan
perkembangan kearah pokok dan sasaran serta metode pencapaiannya
dalam organisasi yang memungkinkan manajer melihat lebih awal adanya
penyimpangan.
Hampir semua pabrik selalu memerlukan persedian barang, bahan
mentah maupujn bahan jadi. Dapat dikatakan bahwa pengendalian
merupakan aktiva yang meliputi barang – barang milik perusahaan dengan
maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha, atau persediaan barang
yang masih dalam proses produksi atau bahan baku yang menunggu
penggunaanya dalam proses produksi. Pada hakekatnya persediaan akan
memperlancar operasi perusahaan sehari – hari. Terutama bagi perusahaan
yang jauh dari lokasi bahan baku da jauh dari konsumen.
Persediaan bahan mentah maupun bahan jadi dapat berguna :
1. Menghilangkan resiko dari material yang kualitasnya kurang baik
sehingga harus dikembalikan.
2. Memperkecil resiko keterlambatan datangnya bahan yang dipesan.
3. Untuk mempertahankan stabilitas organisasi perusahaan atau menjamin
kelancaran arus produksi.
4. Untuk mencapai efisiensi penggunaan
5. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan sebaik – baiknya
Setiap perusahaan dapat menentukan terlebih dahulu kebutuhan
bahan baku dengan menyusun suatu anggaran atau ( budget ) hal ini sangat
penting untuk menjaga agar tidak terjadi adanya kekurangan bahan baku
pada saat proses produksi dan yang mengakibatkan terlambatnya proses
produksi perusahaan.
Persediaan bahan baku yang cukup harus senantiasa ada dalam
perusahaan, namun perusahaan juga harus menghindari persediaan bahan
baku yang terlalu banyak. Walaupun ini mempunyai kebaikan terhadap
kelancaran perusahaan tapi juga akan menimbulkan lebih besar jumlah
biaya dan ini berarti akan mengurangi laba perusahaan.
Untuk menentukan jumlah persediaan atau pemesanan bahan baku
yang tepat guna menjaga kelancaran perusahaan tanpa menggangu biaya
penyimpanan yang berlebihan dan harus didasarkan pada tiap persediaan
bahan baku yang memerlukan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan,
hal ini juga tergantung dari jumlah persediaan bahan baku tersebut.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian
persediaan meliputi :
a. Menetapkan jumlah persediaan yang tepat
b. Menetapkan kapan dan berapa bahan baku yang dibutuhkan
2.6 Tenaga Kerja
2.6.1 Pengertian Tenaga Kerja
Pengertian tenaga kerja menurut Mulyadi ( 1999 : 343 ) merupakan
usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah
produk.
Menurut R.A Supriono ( 1999 : 231 ) tenaga kerja merupakan
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dalam rangka pengolahan
produk.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa kelancaran proses
produksi tergantung dari adanya tenaga kerja yang digunakan perusahaan.
Karena tenaga kerja merupakan perencanaan sekaligus pelaksanaan dari
proses produksi, sehingga perusahaan harus mampu menentukan jumlah
tenaga kerja yang tepat.
2.6.2 Pengendalian Tenaga Kerja
Pengendalian tenaga kerja berfokus pada pencegahan
penyimpangan dalam kualitas dan kuantitas dari sumber daya yang
digunakan dalam perusahaan atau organisasi.
Menurut Gibson, Donely, Ivancevich (1996 ; 302 ) bahwa
beberapa manfaat yang diperoleh perusahaan dalam rangka pengendlian
1. Sumber daya manusia harus mampu memenuhi persyaratan kerja yang
ditentukan oleh organisasi atau perusahaan.
2. Karyawan harus mempunyai kemampuan fisik dan intelektual untuk
melaksanakan tugasnya.
3. Para karyawan harus diingatkan kesadaran atas pentingnya prosedur
pengendalian, sehingga memandang fungsi pengendalian sebagai suatu
upaya penting perusahaan.
Untuk memantau operasi perusahaan agar berjalan lancar dan
untuk memastikan bahwa berbagai tujuan tengah direalisasikan, maka
manajer harus mengawasi dan membimbing kegiatan yang sedang berjalan
dan para manajer harus mengambil tindakan korektif yang bertujuan untuk
perbaikan proses perolehan sumber daya manusia atau operasi akitual
dimana jenis pengendalian tenaga kerja ini didasarkan dari fakta hasil
masa lalu yang diperoleh serta didasarkan pada masa depan.
Agar kegiatan pengendalian tenaga kerja berhasil para manajer
harus mengelilingi dirinya dengan orang – orang yang handal dan
kemudian memberinya peralatan, pelatihan dan dorongan yang mereka
butuhkan untuk bekerja sampai potensi mereka sepenuhnya tercurah pada
pekerjaan.
Pengendalian tenaga kerja dicapai melalui prosedur yang meliputi
pemilihan dan penetapan dari karyawan. Saat ini pemilihan karyawan
dilaksanakan para manajer, para karyawan diseluruh jenjang organisasi
bertanggung jawab untuk mengambil berbagai keputusan calon – calon
karyawan untuk bermacam posisi harus direkrut dari dalam atau dari luar
perusahaan dan pelamar yang paling menjanjikan harus dari daftar para
pesaingnya berdasarkan pada kesesuaian ketrampilan pelamar dan
karakteristik pribadi atau persyaratan kerja.
Seperti diketahui bahwa semakin banyaknya pimpinan
memberikan pelimpahan wewenang kepada bawahan, maka semakin
bayank pula pengawas yang harus dilaksanakan. Kadang – kadang
pimpinan tidak sempat untum melakukan pengawasan secara efektif
terhadap bawahannya karena banyaknya tugas yang harus diselesaikannya.
Untuk keperluan pengawasan ini pimpinan dapat mengangkat staf yang
akan membantunya di dalm melakukan pengawasan terhadap unit – unit
dalam organisasi secara keseluruhan.
2.6.3 Penentuan Jumlah Tenaga Kerja
Agar dapat menyelesaikan dan menetapkan tingkat kebutuhan
tenaga kerja untuk menyelesaikan produk yang naik turun sesuai
permintaan pasar, perlu dilakukan forecast yang tepat sesuai dengan
perubahan – perubahan kapasitas yang dibutuhkan.
Bagi perusahaan biasanya adalah tidak ekonomis untuk menambah
dan mengurangi tenaga kerja adalah sumber daya kapasitas yang tetap,
harus menarik lebih banyak orang dan kemudian memutuskan hubungan
kerja dengan mereka.
Penggunaan kerja lembur, sub kontrak dari luar atau penimbunan
persediaan merupakan keputusan manajerial dan teragantung pada biaya –
biaya relatif masing – masing alternatif. Pada dasarnya penentuan jumlah
tenaga kerja yang diperlukan selama periode waktu tertentu dibuat melalui
perhitungan rasio permintaan terhadap kapasitas satu unit sumber data.
Jumlah total jam sumber daya manusia yang diuji dibutuhkan untuk
memenuhi permintaan akan produk – produk yang berbeda – beda adalah
sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan dan
memproduksi setiap unit ditambah waktu untuk menyampaikan pada
konsumen. Dalam praktek sering ditemui kasus dimana jumlah tenaga
kerja tidak sama dengan jumlah pekerjaan dalam hal jumlah pekerjaan
lebih besar daripada jumlah karyawan.
Setelah memutuskan pekerjaan – pekerjaan mana yang ditangani
sendiri, mana yang disub kontrakkan dan menentukan jumlah jam kerja
bagian, maka daftar pekerjaan yang dibuat meliputi tenaga kerja langsung
dan tidak langsung haruslah tepat sehingga para mandor dan bagian
personalia dapat melakukan pembuatan anggaran – anggaran.
Selain itu dengan mengetahui jumlah tenaga kerja yang
yang pelaksanaannya perlu ditambah fasilitas untuk penyelesaiaannya dan
dapat diketahui dari mana diambil tambahan fasilitas tersebut.
2.6.4 Pengolahan Tenaga Kerja
Salah satu tujuan pengolahan tenaga kerja adalah untuk
meningkatkan produktifitas. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa tujuan
manajemen tenaga kerja adalah bukan untuk memaksimumkan
performance tetapi mengoptimalkan pelaksanaan kerja adanya berbagai
batasan yang melingkupi operasi organisasi.
Menurut Handoko ( 1992 : 215 ) berbagai prinsip yang perlu
diperhatikan dalam manajemen tenaga kerja adalah :
1. Memadukan karyawan dan pekerjaan yakni orang – orang yang harus
dipilih untuk pekerjaan atas dasar perbedaan karakteristik dan
preferensi individual.
2. Menetapkan standart – standart pelaksanaan kerja maksudnya
pelaksanaan standart kerja harus ditetapkan untuk semua pekerjaan,
agar tanggung jawab dan apa yang diharapkan dari pada karyawan
jelas.
3. Memberikan penghargaan atas prestasi kerja, artinya manajer perlu
memberikan penghargaan kepada karyawan yang dapat mencapai atau
4. Menjamin supervise yang baik, maksudnya seorang supervisor harus
ahli dalam ketrampilan teknologi maupun manajerial, dan mempunyai
perhatian terhadap kesejahteraan, serta rasa kejujuran dengan para
karyawan secara individual tanpa melupakan pencapaian prestasi yang
tinggi.
5. Merumuskan secara jelas tanggung jawab karyawan artinya bila
tanggung jawab pekerja jelas, apabila berubah – ubah para pekerja
akan frustasi.
2.7 Mesin
2.7.1 Pengertian Mesin
Pengertian mesin menurut Assauri ( 2003 : 103 ) adalah suatu
peralatan yang digerakkan oleh suatu kekuatan atau tenaga yang
digunakan untuk membantu manusia dalam mengerjakan produk atau
bagian – bagian produk tertentu. Selain itu mesin juga di kenal “ tools “,
yaitu setiap instrument atau perkakas yang kecil yang dipergunakan untuk
melakukan pekerjaan dalam mengerjakan produk atau bagian – bagian
produk. Sebagai contoh dari tools ini adalah gergaji, kikir, martil atau
palu, obeng dan sebagainya yang sering tedapat pada hampir setiap rumah
2.7.2 Jenis – Jenis Mesin
Adapun jenis – jenis mesin menurut Assauri ( 1993 104 ) dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Mesin yang bersifat umum atau serba guna ( General Purpose
Machines ) merupakan suatu mesin yang dibuat untuk mengerjakan
pekerjaan tertentu untuk berbagai jenis barang, produk atau bagian dari
produk ( part ).
Ciri – ciri dari mesin yang bersifat umum adalah :
1. Biasanya dibuat dengan bentuk standart dan selalu atas dasar untuk
pasar, karena mempunyai bentuk standart dan diproses dalam
jumlah yang besar dan harganya relatif murah.
2. Mesin serba guna ini sangat fleksibel penggunaannya
3. Dalam pengoperasiannya dibutuhkan pekerja yang terdidik.
4. Biaya perawatan relatif murah begitu juga dengan penggunaannya
karena bentuknya yang standart.
b. Mesin yang bersifat khusus ( Special Purpose Machines )
Adalah mesin – mesin yang direncanakan dan dibuat untuk
mengerjakan satu atau beberapa jenis kegiatan yang sama.
1. Mesin tersebut dibuat atas dasar pesanan dan dibuat dalam jumlah
yang kecil, sehingga harganya relatif mahal.
2. Biasanya mesin jenis ini bersifat otomatis, sehingga pekerjaan
cepat selesai.
3. Dalam pengoperasiannya dibutuhkan pekerja yang lebih spesifik.
4. Biaya perawatan lebih mahal
5. Karena penggunaannya bersifat khusus maka mesin ini cepat
ketinggalan jaman.
2.7.3 Pengendalian Mesin
Di dalam memproduksi barang dilakukan atau diadakan
perencanaan serta pengawasan terhadap produksi yang dihasilkan.
Pemeliharaan serta pengewasan terhadap mesin – mesin dan peralatan
proses produksi dapat siap dipakai secara optimal tanpa gangguan dan
dapat dimanfaatkan untuk memproses bahan baku produk jadi yang
berkualitas tinggi.
Sedangkan menurut Harsono ( 2004 : 145 ) pengendalian mesin
produksi yang terkontrol itu mencakup empat unsur, yaitu :
a. Menekan adanya waktu tidak produkstif baik bagi operator maupun
mesinnya.
c. Meningkatkan daya terima langsung
d. Meningkatkan kualitas produk yang di jual
Dengan ini pemeliharaan mesin dan peralatan produksi yang baik
dan efektif proses produksi dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa
yang diharapkan.
Kegiatan pemeliharaan untuk mencegah sering timbulnya
kerusakan yang tidak terduga dan untuk mencari komponen yang dapat
mentebabkan peralatan produksi mengalami kerusakan pada waktu
digunakan selama proses.
Maksud dan tujuan pengendalian mesin antara lain :
1. Mencegah timbulnya kerusakan – kerusakan yang tidak terduga
2. Memberikan kemungkinan ditemukannya keadaan yang dapat
menyebabkan peralatan mengalami kerusakan pada waktu akan
digunakan.
3. Menjamin kelancaran proses produksi karena kelancaran kerja dari
peralatan produksi akan terjamin setelah dilakukan pengendalian mesin.
4. Mencegah timbulnya kerusakan berat yang diakibatkan dari peralatan
2.7.4 Pengertian Jam Kerja Mesin
Dalam memproduksi barang setiap perusahaan menggunakan alat
bantu yang berupa mesin. Tidak jarang kita menjumpai suatu pabrik
menggunakan mesin dan sangat tergantung kepada mesin dan peralatan
lainnya. Oleh karena itu kita harus pandai dalam memilih kualitas dari
pada mesin tersebut menghasilkan produk, sebab apabila salah dalam
menetapkan kebijaksanaan yang dibuat oleh perusahaan akan mengalami
kerugian dan sebaliknya apa bila mesin – mesin maupun peralatan
sebelum operasi tersebut dimulai adalah sangat penting. Hal ini juuga
dapat kita lihat jumlah efektifitas dan jumlah mesin yang beroperasi juga
menentukan apakah keadaan operasi perusahaan telah selesai tidak dengan
apa yang telah direncanakan. Sehingga kegiatan dapat menunjang yang
lainnya juga diperlukan seperti aktifitas pemeliharaan, perawatan,
perbaikan dan pergantian terhadapa mesin dan peralatan pabrik diperlukan
agar proses produksi terjamin kelancarannya dengan kata lain untuk
mencegah adanya hambatan dalam proses produksi dan tercapainya
volume yang diharapkan.
Jadi dapat disimpulkan jam kerja mesin adalah keadaan yang
menunjukkan jumlah jam proses produksi manusia untuk berproduksi atau
2.7.5 Tujuan Pengendalian Kapasitas Mesin
Karena keberadaan mesin merupakan penunjang dari lancarnya
proses produksim maka keberadaannya perlu dikendalikan. Adapun
pengendalian kapasitas mesin menurut Walley ( 1997 ; 595 ) meliputi :
a. Memastikan bahwa jumlah perkakas yang dibutuhkan untuk tujuan
produksi sudah tepat.
b. Memesan perkakas untuk menampung permintaan produksi
c. Memastikan bahwa rasio biaya atau prestasi diterapkan secara ketat
dalam desain perkakas.
d. Mencatat persediaan dan unsur perkakas
e. Memastikan bahwa perkakas yang tersedia akan berfungsi selama masa
waktu yang telah ditentukan.
f. Memberikan pelayanan reparasi perkakas secara memadai.
2.8 Luas Produksi
2.8.1 Pengertian Luas Produksi
Tujuan perusahaan adalah mendapatkan laba semaksimal mungkin.
Luas produksi merupakan jumlah atau volume hasil produksi yang
seharusnya oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu. Perencanaan
tanpa perencanaan dapat mengakibatkan jumlah yang diproduksikan
menjadi terlalu kecil atau terlalu besar.
Menurut Assauri ( 1999 : 39 ) luas produksi adalah suatu ukuran
berapa banyak barang yang diproduksi oleh perusahaan. Banyaknya
barang – barang yang diproduksi disini berarti meliputi berbagai macam
jenis produk yang dihasilkannya. Jadi luas produksi merupakan ukuran
terhadap apa dan berapa barang – barang yang diproduksi oleh perusahaan
tertentu. Semakin banyak jenis dan jumlah produksi barang yang
diproduksi makan semakin besar luas produksinya.
Menurut Indriyo ( 2000 : 52 ) Luas produksi adalah ukuran
terhadap apa dan berapa banyak barang – barang yang diproduksi oleh
suatu perusahaan tertentu, semakin banyak barang yang diproduksi, baik
jumlah maupun jenisnya semakin besar luas produksinya.
Untuk perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu macam
barang, maka untuk kelebihan volume produksi jenis tertentu
mengakibatkan berkurangnya kesempatan produk jenis lain diperluas,
karena bahan dasar, bahan pembantu, tenaga dan alat – alat yang dimiliki
terlalu banyak dikerahkan pada produk yang volume produksinya
berlebihan.
Penentuan luas produksi yang tepat berarti alokasi sumber produksi
akan semakin lebih efisien. Bahan dasar, bahan pembantu dan faktor –
sehingga dapat menghindarkan pemborosan – pemborosan dan kerugian –
kerugian finansial.
2.8.2 Faktor – Faktor Yang Menentukan Luas Produksi
Setiap perusahaan memerlukan jumlah dan jenis sumber – sumber
produksi yang berbeda – beda satu dengan yang lain, baik itu bahan baku
mesin, tenaga kerja, modal serta tanah tempat kedudukan input ( lokasi
perusahaan ). Jenis dan jumlah faktor – faktor produksi menentukan jenis
serta jumlah produk yang dihasilkan. Kebijaksanaan pemimpin perusahaan
untuk mengatur jenis dan jumlah barang yang akan diproduksi adalah
penting. Pentingnya penentua luas produksi bagi perusahaan yang
memproduksi barang yang bermacam – macam jenisnya adalah
disebabkan karena sifat – sifat produksi yang dimilikinya, oleh karena itu
harus dianalisa, diteliti sampai seberapa besar jumlah yang harus
diproduksi untuk masing – masing jenis barang yang akan dihasilkan agar
dapat menghasilkan produk yang optimal.
2.9 Kombinasi Produk Optimum
Apabila perusahaan telah dapat menetukan produk apa saja yang
akan diproduksinya, maka perusahaan tersebut dapat pula menentukan
mesin dan peralatan produksi yang akan dipergunakan guna menunjang
pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. Dalam
pelaksanaannya, tidak setiap produk dalam perusahaan akan
terdapat satu atau beberapa mesin yang akan dipergunakan untuk
memproduksikan beberapa produk, baik secara bergantian maupun
bersama – sama. Demikian pula dengan penggunaan bahan baku serta
tenaga kerja langsung dalam perusahaan tersebut, akan terdapat beberapa
produk yang dikerjakan dengan mempergunakan bahan baku yang sama
serta tenaga kerja langsung yang sama pula.
Menurut Basu Swastha ( 1994 : 117 ) kombinasi produk optimum
adalah kombinasi barang – barang yang ditawarkan untuk dijual
perusahaan.
Sedangkan menurut Assauri ( 1993 : 153 ) yang dimaksud dengan
kombinasi produk adalah apabila terdapat lebih dari satu macam produk
yang akan diproduksi dengan mempergunakan mesin, tenaga kerja serta
bahan baku yang sama.
Suatu perusahaan harus mampu menentukan kapasitas kombinasi
optimal atau berapa besarnya produksi masing – masing produk, sehingga
perusahaan tersebut dapat memperoleh hasil produk yang optimal.
2.10 Linier Programming
2.10.1 Pengertian Linier Programming
Linier Programming menurut Hani Handoko ( 2000 : 379 ) adalah
suatu metode analitik paling terkenal yang merupakan suatu bagian
Menurut Supranto ( 1997 : 261 ) linier programming adalah suatu
kasus dimana ukuran keberhasilan atau biaya adalah fungsi linier dan
kendala – kendala atau pembatas pada tersedianya utilitas sumber –
sumber dapat dinyatakan atau diekspresikan sebagai persamaan atau
pertidaksamaan linier.
Sedangkan Linier Programming menurut Subagyo ( 2000 : 9 )
merupakan suatu model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan
masalah pengalokasian sumber – sumber yang terbatas secara optimal.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa linier
programming merupakan suatu teknik perencanaan yang analisisnya
menggunakan model matematika dengan tujuan memperoleh pemecahan
terbaik tentang alokasi sumber daya yang terbatas jumlahnya untuk
mencapai tujuan yang diinginkan secara optimal.
2.10.2 Asumsi Dasar Linier Programming
Menurut Pangestu Subagyo ( 2000 : 13 ) asumsi – asumsi dasar
linier programming dapat diperinci sebagai berikut :
1. Proportionality ( Asumsi Kesebandingan )
Asumsi ini berarti bahwa naik turunnya nilai Z dan penggunaan
sumber atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding (
proportional ) dengan perubahan tingkat kegiatan.
a. Z = C1X1 + C2X2 + C3X3 + ……….. + CnXn
Setiap penambahan 1 unit X1 akan menaikkan Z dengan C1
Setiap penambahan 1 Unit X2 akan menaikkan nilai X dengan C2 dan
seterusnya
b. a11X1 + a12X2 + a13X3 + ………….. + a1nXn ≤ b1
Setiap penambahan 1 Unit X1 akan menaikkan penggunaan sumber /
fasilitas 1 dengan a11
Setiap penambahan 1 Unit X2 akan menaikkan penggunaan sumber /
fasilitas 1 dengan a12 dan seterusnya. Dengan kata lain, setiap ada
kenaikan kapasitas riil tidak perlu ada biaya persiapan ( set up cost )
2. Additivity ( Asumsi Penambahan )
Asumsi iini berarti bahwa nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling
mempengaruhi, atau dalam linier programming dianggap bahwa
kenaikan dari nilai tujuan ( Z ) yang diakibatkan oleh kenaikan suatu
kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai Z yang
diperoleh dari kegiatan lain.
Misal :
Z = 3X1 + 5X2
sehingga Z = 30 + 10 = 40
Andaikata X1 bertambah 1 unit, maka sesuai dengan asumsi pertama
nilai Z menjadi 40 + 3 = 43.
Jadi, nilai 3 karena kenaikan X1 dapat langsung ditambahkan pada nilai
Z mula – mula tanpa mengurangi bagian Z yang diperoleh dari kegiatan
2 (X2)
3. Divisibility ( Asumsi Pembagian )
Asumsi ini menyatakan bahwa keluaran ( output ) yang dihasilkan
oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan. Demikian pula
dengan nilai Z yang dihasilkan. Misal : X1 = 6,5 ; Z = 1.000,75
4. Deterministic ( Asumsi Pasti )
Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat
dalam model linier programming yang berupa aij, bi, Cj dapat
diperkirakan dengan pasti.
2.10.3 Model Linier Programming
Model matematis rumusan masalah umum pengalokasian sumber
daya untuk berbagai kegiatan disebut sebagai model linier programming (
LP ). Model linier programming ini merupakan bentuk dan susunan dalam
linier programming. Dalam model linier programming dikenal ada dua
macam fungsi yaitu :
a. Fungsi tujuan ( objective functions )
b. Fungsi batasan ( constraint functions )
Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan tujuan atau
sasaran di dalam permasalahan linier programming yang berkaitan dengan
pengalokasian sumber daya secara optimal adalah untuk memperoleh
keuntungan maksimal atau biaya minimal. Pada umumnya nilai yang akan
dioptimalkan dinyatakan sebagai Z.
Fungsi batasan merupakan bentuk penyajian secara matematis
batasan – batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara
optimal ke berbagai kegiatan.
Untuk memudahkan pembahasan model linier programming ini
digunakan simbol – simbol sebagai berikut :
m = macam batasan – batasan sumber atau fasilitas yang tersedia
n = macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas yang
tersedia
i = nomer setiap macam sumber atau fasilitas yang tersedia ( i =
i = nomer setiap macam kegiatan yang menggunakan sumber atau
fasilitas yang tersedia ( j = 1,2,…n )
Xj = tingkat kegiatan ke – j ( 1,2 …n )
bi = banyaknya sumber ( fasilitas ) i yang tersedia untuk dialokasikan
ke setiap unit kegiatan ( i = 1,2,…n )
Ajj = banyaknya sumber i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap
unit output kegiatan j ( i = 1,2,…,m dan j = 1,2,…,n )
Z = tingkat laba ( maksimum atau minimum )
Cj = kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan tingkat kegiatan ( Xj )
dengan satu satuan unit atau merupakan sumbangan setiap satuan
keluaran kegiatan j terhadap nilai Z.
Keseluruhan diatas selanjutnya disusun ke dalam bentuk tabel
Tabel 2.1
Model Program Linier
Pemakaian sumber perunit kegiatan ( keluaran ) Kegiatan
Sumber 1 2 3 …….. N
Kapasitas Sumber 1 2 3 . . M
a11 a12 a13 ……. a1n
a21 a22 a23 …… a2n
a31 a32 a33 …… a3n
. . . …… .
. . . …… .
am1 am2 am3 …… amn
b1
b2
b3
bm
Z / Unit tingkatan
kegiatan
C 1 C2 C3 ……. Cn
X1 X2 X3 …… Xn
Sumber : Subagyo, Asri dan Handoko ( 2000 : 11 )
Atas dasar tabel diatas kemudian dapat disusun atau model
matematis yang digunakan untuk mengemukakan suatu permasalahan
linier programming sebagai berikut :
Fungsi tujuan :
Memaksimumkan Z = C1X1 + C2X2 + C3X3 + ….. + CnXn
Batasan – batasan :
a11x1 + a12x2 + a13x3 + ……. + a1nXn ≤ b1
a31x1 + a32x2 + a33x3 + ….+ a3nXn≤ b1
am1x1 + am2x2 + am3x3 + ….+ amnXn≤ bm
dan
X1≥ 0 ; X2≥ 0 ……., Xn≥ 0
2.10.4 Dasar – Dasar Linier Programming
Menurut Subagyo, Asri dan Handoko ( 1992 : 13 ) dasar – dasar
linier programming adalah :
a. Kesebandingan ( proportionality ). Asumsi ini berarti bahwa naik
turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau fasilitas yang tersedia
akan berubah secara sebanding ( proportional ) dengan perubahan
tingkat – tingkat kegiatan.
b. Penambahan ( additivity ). Asumsi ini berarti bahwa nilai tujuan tiap
kegiatan tidak saling mempengaruhi, atau dalam linier programming
dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan ( Z ) yang diakibatkan oleh
kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi nilai
Z yang diperoleh dari kegiatan lain.
c. Pembagian ( divisibility ). Asumsi ini menyatakan bahwa keluaran
(output) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan
d. Deterministiz ( certainty ). Asumsi ini menyatakan bahwa semua
parameter yang terdapat dalam model linier programming ( aij, no, Cj )
dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun jarang dengan tepat.
e. Non Negativitie. Asumsi ini menyatakan bahwa semua nilai yang
terdapat pada persamaan fungsi tujuan dan fungsi kendala tidak ada
yang negatif.
2.10.5 Syarat dan Karakteristik Linier Programming
Menurut Dumairy ( 2001 : 344 )Agar suatu masalah optimisme
dapat diselesaikan dengan linier programming ada beberapa syarat atau
karakteristik yang harus dipenuhi :
a. Masalah tersebut harus dapat diubah menjadi permasalahan matematis
ini berarti bahwa masalah tadi harus bias dituangkan ke dalam bentuk
model matematik dalam hal ini model linier, baik berupa persamaan
atau pertidaksamaan.
b. Keseluruhan system persamaan harus dapat dipilah – pilah menjadi
satuan – satuan sebagai missal a11X1 + a12X2 ≤ k1, dimana X1 dan X2
adalah aktivitas.
c. Masing – masing aktivitas harus dapat ditentukan dengan tepat baik
jenis maupun letaknya dengan model programasi.
d. Setiap aktivitas harus dapat dikuantifikasikan sehingga masing –
Dengan demikian didalam suatu masalah linier programming
terdapat rangkaian “ kendala – aktivitas – tujuan -“ atau ‘ masukan –
aktivitas – keluaran”.
2.10.6 Metode Penyelesaian Linier Programming
Penyelesaian model linier programming menurut Supranto ( 1996 :
269 ) bergantung pada kompleksitas fungsi matematis dari permasalahan
yang dihadapi, banyaknya variable keputusan dan himpunan kendala yang
berbentuk fungsi kendala dan fungsi tujuan. Dalam hal fungsi matematis
mempunyai kompleksitas tinggi akan sangat membantu menyelesaikan
linier programming yang dapat diselesaikan dengan metode grafis dan
metode simpleks.
1. Metode penyelesaian dengan grafis
Penggambaran bagan hanya mencakup dua dimensi menyebabkan
penyelesaian linier programming dengan metode grafis dapat
dilaksanakan apabila solusi perencanaan linier programming metode
grafisnya terdapat :
a. Solusi metode grafis hanya digunakan untuk masalah yang
mempunyai dua variabel keputusan atau dua jenis produksi saja.
b. Tujuannya adalah untuk mengetahui hubungan – hubungan kendala
c. Solusi ini dilakukan dengan menggambarkan grafik faktor – faktor
pembatas produksi dan fungsi tujuan pada salib sumbu yang
mencerminkan tingkat kegiatan produksi.
d. Penggambaran fungsi kendala ketidaksamaan dilakukan dengan
mengubah tanda ketidaksamaan menjadi persamaan.
e. Grafik garis – garis pembatas da kedua salib sumbu membentuk
daerah kemungkinan produksi.
2. Metode penyelesaian dengan simpleks
a. Pengertian metode simpleks
Menurut Hani Handoko ( 2000 : 385 ) simpleks adalah suatu
prosedur aljabar yang melalui serangkaian operasi – operasi
berulang, dapat memecahkan suatu masalah yang terdiri dari tiga
variabel atau lebih.
Menurut Supranto ( 1996 : 275 ) metode simpleks memecahkan
masalah linier programming dengan jalan memperoleh suatu
pemecahan fisibel dan dengan proseduriteratif ( diulang – ulang
menyempurnakan pemecahan sampai diperoleh suatu pemecahan
optimal ).
Jadi kesimpulannya metode simpleks linier programming adalah
suatu metode untuk mencari penyelesaian masalah secara berulang
b. Langkah – langkah metode simpleks table
Langkah pertama : Merubah fungsi tujuan dan batasan -
batasan
Fungsi tujuan dirubah menjadi fungsi implicit, artinya
semua CjXj digeser kekiri pada bentuk standart, semua batasan
mempunyai tanda ketidaksamaan harus dirubah menjadi
persamaan. Caranya dengan menambah slack variable. Variabel
slack ini adalah Xn + 1, Xn + 2, ….. Xn + m. Karena tingkat atau
hasil kegiatan yang ada diwakili oleh X1 dan X2, maka variable
slack dimulai dari X3, X4 dan seterusnya.
Langkah kedua : menyusun persamaan – persamaan di
dalam table
Setelah formulasi dirubah lalu disusun ke dalam table
[image:55.595.110.517.594.727.2]dalam bentuk symbol ( tabel ).
Tabel 2.2
Metode Simpleks dalam bentuk simbol
Variabel dasar Z X1 X2 …. Xn Xn+1 Xn+2 ….. Xn+m Nk
Z
Xn + 1
Xn + 2
Xn + m
1
0
0
0
-C1 -C2 …. -Cn 0 0 ….. 0
a11 a12 …. a1n 1 0 ….. 0
a21 a22 …. a2n 0 1 ….. 0
am1 am2 …. amn 0 0 ….. 0
0
b1
b2
bm
Nk adalah nilai kanan persamaan, yaitu nilai dibelakang tanda
sama dengan ( = ). Variasi dasar adalah variable yang nilainya
sama dengan sisi kanan dari persamaan.
Langkah ketiga : memilih kolom kunci
Kolom kunci adalah kolom yang merupakan dasar untuk
mengubah table dia atas. Pilihlah kolom yang mempunyai nilai
pada garis fungsi tujuan yang bernilai negatif dengan angka
terbesar.
Langkah keempat : memilih baris kunci
Baris kunci adalah baris yang merupakan dasar untuk
mengubah tabel tersebut di atas. Untuk itu terlebih dahulu
carilah indeks tiap – tiap baris dengan cara membagi nilai – nilai
pada kolom Nk dengan nilai yang sebaris dengan kolom kunci.
Indeks = Nilai kolom Nk
Nilai kolom kunci
Langkah kelima : mengubah nilai – nilai baris kunci
Nilai baris kunci diubah dengan cara membaginya dengan
angka kunci.
Langkah keenam : mengubah nilai – nilai selain pada baris
Nilai baris kunci diubah dengan cara membaginya dengan
angka kunci.
Langkah keenam : mengubah nilai – nilai selain pada baris
kunci
Nilai – nilai baris yang lain selain pada baris kunci dapat
diubah dengan rumus sebagai berikut :
Baris baru = baris lama – ( koefisien pada kolom kunci ) x nilai
baru baris kunci.
Langkah ketujuh : melanjutkan perbaikan – perbaikan atau
perubahan – perubahan
Ulangilah langkah – langkah perbaikan mulai langkah 3
sampai langkah ke-6 untuk memperbaiki tabel – tabel yang telah
diubah atau diperbaiki nilainya. Perubahan baru berhenti setelah
pada baris pertama fungsi tujuan tidak ada yang bernilai
negatif.
2.11 Kerangka Berpikir
Penentuan jumlah kombinasi produksi yang tepat berarti alokasi
sumber – sumber tersebut akan lebih efisien, biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, biaya overhead dapat ditentukan pada volume produksi yang
tepat sehingga dapat menghindari pemborosan – pemborosan dan kerugian
produksi akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan produk jenis lain
diperluas karena biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya
overhead dan alat – alat yang dimiliki terlalu banyak dikerahkan pada
produk yang volume produksinya berlebihan.
Linier programming metode simpleks adalah suatu cara matematis
yang dapat memberikan hasil yang optimal. Keuntungan yang maksimal
yang dimaksud adalah selisih antara biaya – biaya produksi yang
dikeluarkan dengan masukan hasil penjualan, sehingga laba yang
diharapkan dapat tercapai. Hal ini biasa terjadi karena metode simpleks
linier programming dapat digunakan untuk menentukan kombinasi jumlah
produksi yang tepat dengan menggunakan alokasi – alokasi sumber daya
yang tepat pula untuk keuntungan maksimal dapat diperoleh.
Seperti yang sudah dijelaskan di depan proses produksi kursi,
meja, dan rak dari rotan ini membutuhkan faktor – faktor atau input yang
terdiri dari:
1. Biaya Bahan baku
2. Biaya Tenaga kerja
3. Biaya Overhead
Dari ke tiga faktor – faktor ( input ) tersebut digunakan secara
efisien atau optimal sehingga alternatif produksi PT. Sulawesi Agung Jaya
1. Kursi
2. Meja
3. Rak
Kemudian dari masing – masing produksi tersebut
diperbandingkan tingkat optimasi input dan labanya melalui perhitungan
optimasi input dan laba dengan menggunakan teknik linier programming.
Dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi pengambilan keputusan perusahaan dalam menentukan kombinasi
jumlah produksi yang optimal untuk meningkatkan laba dan membantu
mengatasi masalah – masalah yang ada terutama pada sektor produksi.
Diharapkan pada masalah bagaimana mengalokasikan sumber – sumber
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berpikir
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead
Penerapan Linier Programming Metode Simplek
Kombinasi Produk Optimal, yaitu :
Kursi, Meja, Rak
Proses Produksi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Difinisi operasional adalah pernyataan tentang definisi, batasan,
pengertian dan pengukuran variable – variable dalam penelitian secara
operasional baik berdasarkan teori yang ada maupun secara empiris.
Untuk dapat memberikan definisi yang jelas mengenai bentuk
penelitian yang akan diamati adalah penelitian deskriptif yang bertujuan
untuk memusatkan diri pada pemecahan masalah – masalah yang ada pada
masa sekarang. Data yang dikumpulkan mula – mula disusun, dijelaskan
dan kemudian dianalisa. Definisi operasional dan pengukuran variabel –
variabel yang digunakan adalah :
1. Kombinasi produk yang dihasilkan
Meubel Kursi yang dihasilkan dinyatakan dalam X1
Meubel Meja yang dihasilkan dinyatakan dalam X2
Meubel Rak yang dihasilkan dinyatakan dalam X3
2. Biaya Bahan Baku……….(a1)
Biaya bahan yang digunakan sebagai dasar dalam pembuatan suatu
3. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Semua biaya tenaga kerja yang secara langsung berkaitan dengan
produksi barang jadi yang dapat dengan mudah dikenakan ke
produknya dan merupakan biaya tenaga kerja utama di dalam
memproduksi suatu produk.
4. Biaya Overhead
Semua biaya variable selain dari bahan baku da tenaga kerja langsung
untuk memproduksi suatu produk.
5. Meningkatkan Laba ( Z )
Tingkat laba yang terbaik atau maksimum yang dapat diperoleh
dengan penggunaan sumber daya yang terbatas. Dalam hal ini adalah
jumlah seluruh sumbangan laba dari masing – masing produk rotan,
yaitu kursi, meja, rak dan pengukurannya menggunakan rupiah.
3.2 Teknik Penarikan Sampel
1. Populasi
Populasi data penelitian ini adalah data produksi yaitu biaya
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah data produksi untuk jenis
produk kursi, meja dan rak yang terbuat dari rotan selama satu tahun
dengan menggunakan teknik purposive sampling, yang berarti bahwa
pengambilan sampel dilakukan untuk mengetahui pencapaian laba
yang optimal dari kombinasi produk yang dilakukan, dimana sampel
dipilih pada tahun 2008 dimana peruahaan mengalami proses produksi
yang fluktuasi sehingga pencapaian laba tidak dapat optimal. Sehingga
penulis ingin mengetahui di dalam pencapaian laba optimal dengan
menggunakan teknik analisis linier programming untuk mencapai
tujuan penelitian ini.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder, yaitu data yang dikutip dari dokumen perusahaan dan
berhubungan dengan semua jenis informasi yang ada kaitannya dengan
penelitian, diantaranya berupa :
1. Biaya Bahan Baku
2. Biaya Tenaga Kerja
4. Laba
5. Jam Kerja Efektif Pegawai
6 Kapasitas Mesin
7. Output Produksi / Hasil Produksi
3.3.2 Sumber Data
Sumber data yang diambil dalam penelitian ini yaitu diambil dari
PT. Sulawesi Agung Jaya Surabaya.
3.3.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan riset
lapangan yaitu dengan melakukan kegiatan penelitian dengan terjun
langsung ke objek penelitian dengan cara :
Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mencatat
dokumen perusahaan yang berkaitan dengan penelitian.
Observasi yaitu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
secara langsung pada obyek penelitian dan mencatat semua d