• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Kecelakaan di UPT Kesmas Tegallalang I Tahun 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Kecelakaan di UPT Kesmas Tegallalang I Tahun 2014."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KARAKTERISTIK KASUS KECELAKAAN DI UPT KESMAS TEGALLALANG I TAHUN 2014

Oleh:

I.B. Candra Pranadhita

Kepaniteraan Klinik Madya Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Latar Belakang:. Kecelakaan merupakan hal yang sifatnya tidak terduga dan tidak bisa diantisipasi oleh seeseorang sebelumnya. Di Indonesia, jumlah korban tewas akibat kecelakaan lalu lintas mencapai 120 jiwa perharinya. Sedangkan di Provinsi Bali, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali tahun 2013 terjadi kurang lebih 2166 kasus kecelakaan dengan korban meninggal mencapai 578 jiwa dan kerugian material kurang lebih Rp 4.000.000.000,00. Pada tahun 2013menempati peringkat pertama dari 10 penyakit utama dengan jumlah 5579 kasus dengan rincian 210 kasus kecelakaan kerja dan 5369 kasus kecelakaan lalu lintas. Belum ada penelitian yang mengemukakan tentang karakteristik kasus kecelakaan, sehingga kesiapan UPT Kesmas Tegallalang I dalam menangani kasus kecelakaan belum diketahui.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui bagaimana karakteristik kasus kecelakaan yang datang ke UGD Puskesmas Tegallalang I.

Metode Penelitian :Jenis penelitian ini deskriptif kuantitatif dengan pendekatan potong lintang (Cross-sectional). Penelitian ini dilakukan di UPT Kesmas Tegallalang I pada bulan Desember 2014 – Januari 2015. Populasi penelitian ini adalah semua korban kecelakaan dan ruda paksa yang dibawah ke UGD UPT Kesmas Tegallalang I. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling dengan jumlah sampel 1131 orang. Instrumen pengumpulan data adalah dengan menggunakan data sekunder yang berupa buku register pasien yang dibawa ke UGD UPT Kesmas Tegallalang I pada tahun 2014. Teknik analisis data dengan deskriptif dan disajikan dalam bentuk naratif dengan tabel atau grafik.

Hasil : Karakteristik pasien pada penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (64.8%), kelompok usia dewasa muda (30.8%), berasal dari desa Tegallalang (39.9%), dengan diagnosis luka tusuk (28.8%), tidak mendapat tindakan (50.4%), mendapat antibiotik Amoxicilin (67.7%). Jumlah kasus terbanyak pada bulan November (104 kasus), jumlah kasus yang dirujuk tertinggi pada bulan Januari (8 kasus). Penggunaan Amoxicilin tertinggi pada bulan November, penggunaan Erythomicin tertinggi pada bulan Desember, dan penggunaan Vaksin Anti Rabies tertinggi pada bulan Februari (13 kasus).

Simpulan : UGD Puskesmas memerlukan kesiapan yang baik dalam memberikan pelayanan terhadap pasien korban kecelakaan.

(2)

ABSTRACT

CHARACTERISTIC OF ACCIDENT CASE IN UPT KESMAS TEGALLALANG II AT 2014

By:

I.B. Candra Pranadhita Medical Student of Forensic Division Medical Faculty of Udayana University

Background: Accidents are unpredictable and can not be anticipated by someone. Generally, accidents can be divided into traffic accidents and occupational accidents. In Indonesia, the mortality rate of traffic accidents are 120 people per day. Meanwhile the current global mortality rate reached 1.24 million per year. In Bali, by the Central Bureau of Statistics of Bali Province in 2013 occurred approximately 2166 cases of accidents with fatalities reached 578 victims and material losses of approximately four billion rupiah. In 2013,accidents placed at first rank of 10 major diseases by 5579 the number of cases with details of 210 cases of occupational accidents and 5369 cases of traffic accidents. No studies have argued about the characteristics of the cases of accidents, so UPT Kesmas Tegallalang I readiness in handling of accident cases is unknown.

Methods: This study was descriptive quantitative approached using cross-sectional methode. This research was conducted in the region of UPT Kesmas Tegallalang I on December 2014 – Januray 2015. Population in this study were all accident's victims were brought to Emergency Room of UPT Kesmas Tegallalang I. The sampling technique used was total sampling with a sample of 1131 people. The instrument used wassecondary data of pattient's register were brought to Emergency Room of UPT Kesmas Tegallalang I at 2014. Data analysis techniques with descriptive which presented in narrative with table or chart.

Results: Characteristic of patients most of this research on male sex (64.8 %), group of young adults age ( 30.8 % ), originated from the village of tegallalang (39.9 %) , with the diagnosis stab wound (28.8 %), did not have the medical intervention (50.4 %) , received antibiotics amoxicilin (67.7 %) .The number of the most cases is in November (104 cases) , the number of cases referred is highest in january (8 cases) .The use of amoxicilin is highest in November , the use of erythomicin is highest in December , the use of anti rabies vaccine is highest in february (13 cases)

Conclusion: The emergency department at puskesmas requires the readiness of good in providing services to patients accident victims.

Keywords: Antibiotics, Accident, Anti Rabies Vaccine

PENDAHULUAN

Kecelakaan merupakan hal yang sifatnya tidak terduga dan tidak bisa diantisipasi oleh seeseorang sebelumnya. Secara garis besar kecelakaan dapat dibagi menjadi kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja. Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian dimana sebuah kendaraan bermotor bertabrakan dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan. Menurut data yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) tahun 2013

(3)

angka kematian global saat ini mencapai angka 1,24 juta jiwa pertahun.

Berdasarkan data dari Kepolisian Republik Indonesia tahun 2012, terdapat 109.038 kasus kecelakaan lalu lintas dengan jumlah 27.441 korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas yang terjadi di seluruh Indonesia. Kecelakaan juga merupakan kasus tertinggi penyebab kematian di Indonesia melampaui Penyakit Jantung Koroner dan Tuberculosis. Sedangkan di Provinsi Bali, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali tahun 2013 terjadi kurang lebih 2166 kasus kecelakaan dengan korban meninggal mencapai 578 jiwa dan kerugian material kurang lebih Rp 4.000.000.000,00. Demikian halnya juga di Kabupaten Gianyar. Data dari BPS Provinsi Bali tahun 2013, terjadi 228 kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal 75 jiwa dan kerugian material mencapai Rp. 191. 445.000,00.

Data yang diperoleh dari Puskesmas I Tegallalangtahun 2013 dan tahun 2012 menunjukkan kasus kecelakaan yang terdiri dari kecelakaan kerja dan kecelakaan lalu lintas cenderung meningkat. Pada tahun 2012 kecelakaan menempati urutan ketiga dari sepuluh besar penyakit utama dengan jumlah kasus mencapai 2460 kasus dengan rincian 136 kasus kecelakaan kerja dan 2324 kasus kecelakaan lalu lintas. Pada tahun 2013menempati peringkat pertama dari 10 penyakit utama dengan jumlah 5579 kasus dengan rincian 210 kasus kecelakaan kerja dan 5369 kasus kecelakaan lalu lintas.

Definisi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda (Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor: 03/Men/1998).Menurut (OHSAS 18001, 1999) dalam Shariff (2007), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda atau kerugian waktu.

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Sedangkan menurut UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalahkecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Definisi Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian dimana sebuah kendaraan bermotor bertabrakan dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan.

Penelitian Tentang Kecelakaan Lalu Lintas

(4)

menunjukkan korban kecelakaan lalu lintas paling banyak berjenis kelamin laki-laki (64,2%) dan usia dewasa (51,6%) dengan jumlah terbanyak pada kelompok usia 18-20 tahun (17,9%).Jenis kendaraan terbanyak adalah kendaraan bermotor roda 2 (72,6%), sebagai pengemudi (69,5%) dengan mekanisme tabrakan dari arah depan (30,5%) dan waktu terbanyak pada siang hari (61,1%). Menurut Ryadina (2007), urutan jenis cedera yang paling banyak dialami oleh korban kecelakaan sepeda motoradalah luka terbuka (42,0%), patah tulang(18,1) dan superfisial/lecet (14,5%). Adapununtuk cedera kepala yang dominan adalah komosio cerebri yaitu sekitar 6,5% dan kontusio, laserasi dan perdarahan dalam otak sebanyak 3,6%. Korban kecelakaan sepeda motor minimal mempunyai satu jenis luka dan pada umumnya mengalami cedera yang komplek (multiple injury) baik dari jenis maupun daerah cedera.

Calvin (2013) menyebutkan, pada umur 1-10 tahun adalah masa anak-anak, pada masa ini kontak langsung dengan anjing sangat tinggi. Anak-anak sangat suka bermain dengan anjing sehingga peluang tergigitnya sangat tinggi. Ini dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan pada umur ini jumlah gigitan tertinggi ke- 3 dengan presentase 14,7%. Pada umur 11-20 adalah masa anak masuk sekolah. Kontak antara anak-anak dengan anjing masih sangat tinggi dan bisa terjadi di rumah atau dijalanan. Hal ini didukung dengan populasi anjing di Bali sangat tinggi. Standar Pelayanan Puskesmas

Sistem Penanggulangan Penderita Gawat Darurat

Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadubagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat.Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnyamencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupasehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi.

Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi :

a. Penanggulangan penderita ditempat kejadian.

b. Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke saranakesehatan yang lebih memadai.

c. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatanpenanggulangan penderita gawat darurat.

d. Upaya rujukan ilmu pengetahuan, pasien dan tenaga ahli.

e. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat ditempat rujukan (unit gawat darurat dan ICU). f. Upaya pembiayaan penderita gawat

darurat.

(5)

1. Golongan awam biasa antara lain seperti, guru, pelajar, ibu rumah tangga, petugas hotel dan lain-lain. 2. Golongan awam khusus antara lain

a). Anggota polisi

b). Petugas Dinas Pemadam Kebakaran

c). Satpam/ Hansip d). Petugas DLLAJR

e). Petugas SAR (Search and Rescue)

f). Anggota pramuka (PMR)

Kemampuan penanggulangan penderita gawat darurat (Basic LifeSupport) yang harus dimiliki oleh orang awam adalah :

a). Cara meminta pertolongan

b). Resusitasi kardiopulmoner sederhana c). Cara menghentikan perdarahan d). Cara memasang balut/bidai

e). Cara transportasi penderita gawat darurat

3. Tenaga perawat/ paramedis

Disamping pengetahuan dasar keperawatan yang telah dimiliki olehperawat, mereka memperoleh tambahan pengetahuan penanggulangan penderita gawat darurat (Advance Life Suport) untuk melanjutkan pertolongan yang sudah diberikan.

4. Tenaga Medis (Dokter Umum)

Disamping pengetahuan medis yang telah dikuasai, dokter umum perlumendapat pengetahuan dan keterampilan tambahan agar mampu menanggulangi penderita gawat darurat. METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan wilayah kerja UPT Kesmas Tegallalang I yang mencakup 4 desa diantaranya : Desa Tegallalang, Kenderan, Kedisan, Keliki, dan Puskesmas Induk pada bulan Desember 2014 – Januari 2015

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan potong lintang (cross sectional)

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah semua korban kecelakaan dan ruda paksa yang dibawah ke UGD UPT Kesmas Tegallalang I

Sampel

Sampel penelitian ini adalah semua korban kecelakaan dan ruda paksa baru yang dibawa ke UGD UPT Kesmas Tegallalang I yang tercatat pada tahun 2014. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi :

Semua pasien kasus baru kecelakaan yang dibawa ke UGD Kesmas Tegallalang I pada tahun 2014 yang tercatat pada buku register pasien.

b. Kriteria Eksklusi :

(6)

Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

N = Zα2 x (pq)/d2

N = 1,962 x (0,29 x 0,71)/ 0,12

N = 3,8416 x (021,)/ 0,01

N =80,67 ~ 81 orang

Keterangan :

N = besar sampel minimal

α = besarnya kesalahan tipe I à 0,05 à Zα = 1,96

p = prevalensi di populasi 0,29 (berdasarkan penelitian Ryadina tahun 2007)

q = (1-p) = 1-0,05 = 0,71

d = Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (ditetapkan oleh peneliti) à 0,1

Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka diperoleh jumlah sampel minimal sebanyak 81 orang.

Cara Pengambilan Sampel

Sampel dipilih dari rekam medik yang ada di UGD UPT Kesmas Tegallalang I yang memenuhi kriteria. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan total sampling yakni seluruh kasus baru kecelakaan yang dibawa ke UGD UPT Kesmas Tegallalang I yang tercatat di register pasien pada tahun 2014.

Definisi Operasional Variabel

Usia: Usia responden yang dimaksud adalah usia terakhir berdasarkan buku register pasien UGD UPT Kesmas Tegallalang I tahun 2014. Usia responden kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori yakni anak – anak, remaja, dewasa muda, dewasa tua, dan lansia.

Jenis Kelamin: Jenis kelamin yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah Laki-Laki dan Perempuan yang tertulis di register pasien UGD UPT Kesmas Tegallalang I tahun 2014.

Alamat: Alamat tempat tinggal pasien pada penelitian ini merupakan alamat tempat tinggal pasien yang menjadi korban kecelakaan dan dibawa ke UGD UPT Kesmas Tegallalang I berdasarkan catatan register pasien UGD UPT Kesmas Tegallalang I tahun 2014. Alamat tempat tinggal pada penelitian ini dikelompokkan berasal dari wilayah UPT Kesmas Tegallalang I (Desa Tegallalang, Kenderan, Kedisan, Keliki) dan dari luar wilayah UPT Kesmas Tegallalang I.

(7)

tidak. Kategori rujukan pasien ini meliputi pasien dirujuk atau tidak.

(8)

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Karakteristik pasien yang tercatat di register pasien UGD UPT Kesmas Tegallalang I pada tahun 2014

Karakteristik Pasien Frekuensi Persentase

Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 733 398 64.8% 35.2% Kelompok Usia Anak-anak Remaja Dewasa muda Dewasa tua Lansia 224 117 348 339 103 19.8% 10.3% 30.8% 30.0% 9.1% Alamat Pasien Tegallalang Kedisan Kenderan Keliki Lainnya 451 169 106 138 267 39.9% 14.9% 9.4% 12.2% 23.6% Diagnosis Luka terbuka Luka tusuk Luka lecet Luka lainnya Gigitan Anjing Gigitan Kucing Gigitan Hewan Lain

(9)

Gambar 1 Jumlah kasus kecelakaan setiap bulan yang tercatat di register pasien UGD UPT Kesmas Tegallalang I tahun 2014

(10)

Gambar 3 Jumlah pasien kecelakaan yang dirujuk dari UGD UPT Kesmas Tegallalang I setiap bunlannya pada tahun 2014

Tabel 2. Penggunaan vaksin anti rabies dan antibiotik di UGD UPT Kesmas Tegallalang I selama tahun 2014 berasarkan bulan.

(11)

Responden

(12)

Penggunaan Antibiotik

Amoxicilin Erythromicin Tidak mendapat antibiotik

75 2

12

88 0

15

41 0

50

77 1

26

76 2

19

78 1

12

36 0

12

52 0

51

41 0

51

76 0

13

86 2

40

40 36

23

766 44

321

Penggunaan VAR

5 13 0 6 8 7 0 1 1 7 8 9 65

Gambar 4. Perbandingan penggunaan antibiotik Amoxicilin dan Erythromicin berdasarkan bulan di UGD UPT Kesmas Tegallalang I tahun 2014

(13)

PEMBAHASAN Karakteristik Pasien

Karakteristik kasus pada penelitian ini berdasarkan jenis kelamin bahwa sebagian besar kasus terjadi pada pasien berjenis kelamin laki-laki cenderung lebih banyak dibandingkan perempuan dengan persentase sebesar 64.8% (733 kasus) sedangkan jenis kelamin perempuan sebesar 35.2% (398 kasus). Hal ini disebabkan karena laki – laki lebih banyak melakukan aktivitas di luar rumah dibandingkan perempuan di daerah ini. Oleh karena aktivitas di luar rumah yang lebih tinggi menyebabkan tingkat mobilitas dari pasien laki – laki lebih banyak. Selain itu jenis aktivitas yang dilakukan oleh pasien laki – laki cenderung lebih beresiko dibandingkan perempuan, seperti mematung, mencari rumput di sawah dengan arit, memanjat pohon, memotong pohon Hal ini sesuai denan penelitian sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan di RSUP Fatmawati yang mengatakan bahwa jumlah korban kecelakaan laki-laki lebih

besar dari pada perepuan dengan perbandingan 3:1. (Ryadina W, 2007).

(14)

(451 kasus) dan diikuti oleh pasien yang berasal dari luar wilayah kerja UPT Kesmas Tegallalang I sebesar 23.6% (267 kasus). Hal ini disebabkan karena desa Tegallalang memiliki jumlah penduduk yang paling tinggi di antara tiga desa lain. Selain itu lokasi UPT Kesmas Tegallalang I berada di wilayah desa Tegalalang turut menyumbang tingginya angka kasus di desa Tegallalang karena jarak yang lebih dekat. Angka kejadian tertinggi kedua berasal dari luar wilayah kerja UPT Kesmas Tegallalang I karena terdapat UGD yang buka 24 jam dan jarak yang lebih dekat dibandingkan dengan puskesmas yang melayani wilayah asal pasien.

Berdasarkan diagnosis pasien diketahui kasus paling sering adalah luka tusuk dengan 28.8% (326 kasus) dan diikuti dengan gigitan anjing sebesar 26.3% (297 kasus). Luka tusuk menjadi kasus paling sering disebabkan karena mayoritas pekerjaan dari pasien adalah sebagai pematung dan petani yang menggunakan alat tajam untuk membantu pekerjaannya. Gigitan anjing menjadi kasus tersering berikutnya karena tingginya jumlah anjing yang ada di wilayah Tegalalang. Selain itu, kebanyakan anjing tersebut dibiarkan berkeliaran bebas di jalanan. Hal ini memerlukan perhatian khusus dari pihak puskesmas untuk mempersiapkan diri menangani kasus ini. Selain diagnosis hendaknya pihak puskesmas membedakan kasus kecelakaan berdasarkan jenis kecelakaannya agar didapat data yang akurat menganai jenis kecelakaan yang terjadi sehingga pihak puskesmas dapat merancang program-program antisipasi,

dimana hal ini sesuai dengan program BPJS yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan (2014).

Sebagian besar pasien yang datang tidak dirujuk atau dapat ditangani sendiri oleh UGD UPT Kesmas Tegallalang I yakni sebesar 96% (1086 kasus) dan pasien yang dirujuk sebesar 4% (45 kasus). Pasien tidak dirujuk disebabkan karena sarana dan prasarana di UPT Kesma Tegallalang I sudah cukup memadai untuk menangani kasus kecelakaan yang terjadi dan tergolong ringan. Sedangkan kasus yang dirujuk desebabkan karena tingkat keparahan dari kasus tersebut tidak dapat ditangani dengan sarana dan prasarana yang terdapat UPT Kesmas Tegallalang I. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Kepala UPT Kesmas Tegallalang I yang menyebutkan jika sarana dan prasarana hanya dapat digunakan untuk kasus kecelakaan yang tergolong ringan.

Sebanyak 50.4% (569 kasus) tidak mendapat tindakan, namun hanya mendapat obat-obatan saja, sedangkan 48.2% (544 kasus) mendapat tindakan rawat luka, 1.2% (13 kasus) mendapat tindakan hecting dan 0.3% (3 kasus) dilakukan eksplorasi luka. Kasus yang tidak mendapat tindakan karena kasus yang terjadi cukup ringan dan tidak memerlukan tindakan perawatan. Sedangkan kasus lainnya tergolong kasus yang cukup parah dan memerlukan tindakan perawatan luka.

(15)

sedangkan 28.4% (321 kasus) tidak mendapat terapi antibiotik. Mayoritas antibiotik yang digunakan adalah Amoxicilin karena merupakan antibiotik utama dalam protap UPT Kesmas Tegallalang I.

Jumlah Kasus dan Diagnosis Berdasarkan Bulan

Jumlah kasus yang tercatat setiap bulannya tampak hampir sama dengan kasus terbanyak pada bulan November dengan 104 kasus dan paling sedikit pada bulan Juli dengan 82 Kasus. Hal ini menunjukkan UPT Kesmas Tegallalang I memerlukan persiapan yang baik dalam hal sarana dan prasarana pada tiap bulan sepanjang tahun karena kecenderungan angka kasus yang terjadi berada pada rentang 80 – 100 kasus.

Jika dibagi berdasarkan diagnosis, luka terbuka terbanyak pada bulan Maret dengan 32 kasus, luka tusuk terbanyak pada bulan April dengan 39 kasus, luka lecet terbanyak pada bulan Oktober dengan 23 kasus, luka lainnya terbanyak pada bulan September dengan 5 kasus. Berdasarkan data tersebut diperlukan tambahan sarana dan prasarana untuk perawatan luka pada bulan Maret, April, dan Oktober.

Pada kasus gigitan anjing terbanyak pada bulan Mei dengan 36 kasus, kasus gigitan kucing terbanyak pada bulan Februari dengan 4 kasus, serta kasus gigitan hewan lain terbanyak pada bulan Mei dengan 3 kasus. Dengan tingginya kasus gigitan hewan yang beresiko menularkan rabies pada bulan Februari dan Mei, diperlukan adanya

upaya preventif dari puskesmas seperti penyuluhan ke masyarakat mengenai bahaya rabies pada bulan tertinggi terjadinya kasus. Selain itu kasus gigitan anjing paling banyak terjadi pada anak – anak pada rentang umur 0 – 12 tahun sebanyak 90 kasus (30,3%), hal ini mungkin disebabkan karena anak – anak pada usia tersebut tingkat kontak dengan anjing sangat tinggi sehingga meningkatkan resiko tergigit.

Jumlah Kasus yang Dirujuk Berdasarkan Bulan

Jumlah kasus yang dirujuk setiap bulannya bervariasi dengan kasus terbanyak pada bulan Januari dengan 8 kasus, sedangkan jumlah paling sedikit pada bulan Maret dimana tidak ada kasus yang dirujuk. Tingginya angka rujukan pada Januari menyebabkan UPT Kesmas Tegallalang I memerlukan persiapan penanganan awal di UGD, sarana dan prasarana untuk merujuk pasien, antara lain kesiapan petugas pengantar baik medis dan non – medis, ambulan dan alat kelengkapan dalam mobil ambulan yang digunakan sebagai pengantar pasien ke rumah sakit rujukan.

Penggunaan Antibiotik dan Vaksin Anti Rabies (VAR) Berdasarkan Bulan

(16)

Perbandingan penggunaan amoxicilin dengan erythromicin pada tahun 2014 adalah 17.4:1 namun pada bulan Desember 2014 perbandingannya adalah 1.1:1, hal ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah stok dari amoxicilin yang berkurang sehingga penggunaan erythromicin meningkat untuk memenuhi kebutuhan antibiotik pasien. Hal ini sesua dengan penelitian yang dilakukan Dwiprahasto(2006) dimana penggunaan antibiotika di puskesmas diatas 70% kasus dalam hal ini pihak puskesmas diharapkan lebih mempersiapkan diri dengan menambah stok dan memperkirakan jumlah penggunaan obat, selain itu pihak puskesmas juga harus memastikan bahwa antibiotik yang digunakan tepat sasaran dan tidak terjadi misuse dari antibiotik, hal ini berkaitan dengan resistensi kuman terhadap antibiotik lini pertama yang diberikan kepada pasien.

Dari data jumlah gigitan anjing dan kucing di Tabel 2 beberapa kasus mendapatkan vaksin anti rabies.Dimana dari 311 kasus gigitan, 65 diantaranya mendapatkan vaksin anti rabies.Dimana menurut persebaran bulannya, pemberian vaksin anti rabies terbanyak ada pada bulan Februari dengan 13 vaksin. Dengan tingginya jumlah kasus gigitan anjing dan kucing yang mencapai 27.5% (311 kasus) dengan rerata 27 kasus setiap bulan dan penggunaan vaksin anti rabies sebanyak 65 kasus dengan rerata 5 vaksin per bulan, dalam hal ini pihak puskesmas harus mempersiapkan sarana, tenaga medis dan obat-obatan dalam menangani kasus gigitan hewan penyebar rabies. PENUTUP

Kesimpulan

Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin, laki-laki dengan persentase sebesar 64.8% (733 kasus). Berdasarkan kelompok usiapaling banyak adalah dewasa muda dan dewasa tua dengan presentase sebesar 30.8% (348 kasus) dan 30.0% (339 kasus) . Alamat pasien didominasi oleh pasien yang berasal dari desa Tegallalang yakni sebanyak 39.9% (451 kasus). Berdasarkan diagnosis pasien yang paling sering adalah luka tusuk dengan 28.8% (326 kasus). Presentase pasien yang dirujuk sebesar 4% (45 kasus). Sebanyak 50.4% (569 kasus) tidak mendapat tindakan, namun hanya mendapat obat-obatan saja, sedangkan 48.2% (544 kasus) mendapat tindakan rawat luka.Berdasarkan pengobatan dengan antibiotik paling banyak mendapat antibiotik Amoxicilin sebesar 67.7% (766 kasus).

(17)

Dari 311 kasus gigitan, 65 diantaranya mendapatkan vaksin anti rabies. Pemberian vaksin terbanyak ada pada bulan Februari dengan 13 vaksin. Penggunaan antibiotik yang diberikan pada pasien terdapat 766 kasus diberikan Amoxicilin, dan 44 kasus diberikan Erythromicin. Penggunaan Amoxicilin terbanyak pada bulan Februari dengan 88 kasus, dan penggunaan Erythromicin terbanyak pada bulan Desember dengan 36 kasus.

DAFTAR PUSTAKA

Afidah LN, Susilaningrum D. Pola Tingkat Keparahan Korban Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Menggunakan Regresi Logistik Multinomial (Studi Kasus: Kecelakaan Lalu Lintas di Surabaya). Available from: laylia@statistika.its.ac.id. Last update in 2010. Akses: 6 Januari 2015.

Azikin ANT. Kontribusi Lintas Sektor. Dalam: Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2007. Makassar: Pemerintah Kota Makassar; 2008. Hal. 70.

Dwiyogo P. Pengidentifikasian Daerah Rawan Kecelakaan (Blackspot). Available from eprints.undip.ac.id.pdf. Last update in 2006. Akses: 6 Januari 2015.

Hamid F. Tingkat Pengetahuan Pekerja PT. X yang Mengemudikan Mobil tentang Safety Driving dalam Upaya Mencegah Kecelakaan di Jalan Raya. Available from lontar.ui.ac.id.pdf. Last update in: 2008. Akses: 6 Januari 2015.

Jamsoe Hidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Pusat Penerbit : Buku Kedokteran FKUI. Jakarta. 2010.

Madiyono B, dkk. Perkiraan Besar Sampel. Dalam: Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi Ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto; 2002. Hal: 270.

Madjid, Muh Ikhsan. karakteristik pasien korban kecelakaan lalu lintas yang dirawat di UGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Juli-Desember 2012. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Moesbar N. Pengendara dan Penumpang Sepeda Motor Terbanyak Mendapat Patah Tulang. Available from: www.usu.ac.id/id.pdf. Last update in 2007. Akses: 6 Januari 2015.

Oktaviana F. Pola Cedera Kecelakaan Lalu Lintas pada Kendaraan Bermotor Roda 2 Menurut Data Rekam Medis RSUPN Cipto Mangunkusumo Tahun 2003-2007. Available from: www.lontar.ui.ac.id/filecidera-Pendahulua n.pdf. Last update in 2008. Akses: 6 Januari 2015.

Riyadina W, Suhardi, Permana M. Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, October, 2009. Available from

Jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal.pdf. Akses: 6 Januari 2015.

(18)

Samekto AA. Studi Tentang Karakteristik Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Semarang. Available from: isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/72097897 .pdf. Last update in 2009. Akses: 6 Januari 2015.

Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik. Jumlah Kecelakaan Lalulintas dan Korban Jiwa, Kerugian Materi Menurut Bulan di Kota Makassar. Dalam: Makassar dalam Angka 2010. Katalog BPS: 1102001.7371. Makssar: Badan Pusat Statistik Kota Makassar; 2015. Hal: 204.

Wiguna, Dewa Sudiarta. Kecelakaan lalu lintas menurun selama 2013. Antara news www.antarabali.com. Akses: 6 Januari 2015.

(19)

ABSTRAK

KARAKTERISTIK KASUS KECELAKAAN DI UPT KESMAS TEGALLALANG I TAHUN 2014

Oleh:

I.B. Candra Pranadhita

Kepaniteraan Klinik Madya Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Latar Belakang:. Kecelakaan merupakan hal yang sifatnya tidak terduga dan tidak bisa diantisipasi oleh seeseorang sebelumnya. Di Indonesia, jumlah korban tewas akibat kecelakaan lalu lintas mencapai 120 jiwa perharinya. Sedangkan di Provinsi Bali, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali tahun 2013 terjadi kurang lebih 2166 kasus kecelakaan dengan korban meninggal mencapai 578 jiwa dan kerugian material kurang lebih Rp 4.000.000.000,00. Pada tahun 2013menempati peringkat pertama dari 10 penyakit utama dengan jumlah 5579 kasus dengan rincian 210 kasus kecelakaan kerja dan 5369 kasus kecelakaan lalu lintas. Belum ada penelitian yang mengemukakan tentang karakteristik kasus kecelakaan, sehingga kesiapan UPT Kesmas Tegallalang I dalam menangani kasus kecelakaan belum diketahui.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui bagaimana karakteristik kasus kecelakaan yang datang ke UGD Puskesmas Tegallalang I.

Metode Penelitian :Jenis penelitian ini deskriptif kuantitatif dengan pendekatan potong lintang (Cross-sectional). Penelitian ini dilakukan di UPT Kesmas Tegallalang I pada bulan Desember 2014 – Januari 2015. Populasi penelitian ini adalah semua korban kecelakaan dan ruda paksa yang dibawah ke UGD UPT Kesmas Tegallalang I. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling dengan jumlah sampel 1131 orang. Instrumen pengumpulan data adalah dengan menggunakan data sekunder yang berupa buku register pasien yang dibawa ke UGD UPT Kesmas Tegallalang I pada tahun 2014. Teknik analisis data dengan deskriptif dan disajikan dalam bentuk naratif dengan tabel atau grafik.

Hasil : Karakteristik pasien pada penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (64.8%), kelompok usia dewasa muda (30.8%), berasal dari desa Tegallalang (39.9%), dengan diagnosis luka tusuk (28.8%), tidak mendapat tindakan (50.4%), mendapat antibiotik Amoxicilin (67.7%). Jumlah kasus terbanyak pada bulan November (104 kasus), jumlah kasus yang dirujuk tertinggi pada bulan Januari (8 kasus). Penggunaan Amoxicilin tertinggi pada bulan November, penggunaan Erythomicin tertinggi pada bulan Desember, dan penggunaan Vaksin Anti Rabies tertinggi pada bulan Februari (13 kasus).

Simpulan : UGD Puskesmas memerlukan kesiapan yang baik dalam memberikan pelayanan terhadap pasien korban kecelakaan.

(20)

ABSTRACT

CHARACTERISTIC OF ACCIDENT CASE IN UPT KESMAS TEGALLALANG II AT 2014

By:

I.B. Candra Pranadhita Medical Student of Forensic Division Medical Faculty of Udayana University

Background: Accidents are unpredictable and can not be anticipated by someone. Generally, accidents can be divided into traffic accidents and occupational accidents. In Indonesia, the mortality rate of traffic accidents are 120 people per day. Meanwhile the current global mortality rate reached 1.24 million per year. In Bali, by the Central Bureau of Statistics of Bali Province in 2013 occurred approximately 2166 cases of accidents with fatalities reached 578 victims and material losses of approximately four billion rupiah. In 2013,accidents placed at first rank of 10 major diseases by 5579 the number of cases with details of 210 cases of occupational accidents and 5369 cases of traffic accidents. No studies have argued about the characteristics of the cases of accidents, so UPT Kesmas Tegallalang I readiness in handling of accident cases is unknown.

Methods: This study was descriptive quantitative approached using cross-sectional methode. This research was conducted in the region of UPT Kesmas Tegallalang I on December 2014 – Januray 2015. Population in this study were all accident's victims were brought to Emergency Room of UPT Kesmas Tegallalang I. The sampling technique used was total sampling with a sample of 1131 people. The instrument used wassecondary data of pattient's register were brought to Emergency Room of UPT Kesmas Tegallalang I at 2014. Data analysis techniques with descriptive which presented in narrative with table or chart.

Results: Characteristic of patients most of this research on male sex (64.8 %), group of young adults age ( 30.8 % ), originated from the village of tegallalang (39.9 %) , with the diagnosis stab wound (28.8 %), did not have the medical intervention (50.4 %) , received antibiotics amoxicilin (67.7 %) .The number of the most cases is in November (104 cases) , the number of cases referred is highest in january (8 cases) .The use of amoxicilin is highest in November , the use of erythomicin is highest in December , the use of anti rabies vaccine is highest in february (13 cases)

Conclusion: The emergency department at puskesmas requires the readiness of good in providing services to patients accident victims.

Keywords: Antibiotics, Accident, Anti Rabies Vaccine

PENDAHULUAN

Kecelakaan merupakan hal yang sifatnya tidak terduga dan tidak bisa diantisipasi oleh seeseorang sebelumnya. Secara garis besar kecelakaan dapat dibagi menjadi kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja. Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian dimana sebuah kendaraan bermotor bertabrakan dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan. Menurut data yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) tahun 2013

(21)

angka kematian global saat ini mencapai angka 1,24 juta jiwa pertahun.

Berdasarkan data dari Kepolisian Republik Indonesia tahun 2012, terdapat 109.038 kasus kecelakaan lalu lintas dengan jumlah 27.441 korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas yang terjadi di seluruh Indonesia. Kecelakaan juga merupakan kasus tertinggi penyebab kematian di Indonesia melampaui Penyakit Jantung Koroner dan Tuberculosis. Sedangkan di Provinsi Bali, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali tahun 2013 terjadi kurang lebih 2166 kasus kecelakaan dengan korban meninggal mencapai 578 jiwa dan kerugian material kurang lebih Rp 4.000.000.000,00. Demikian halnya juga di Kabupaten Gianyar. Data dari BPS Provinsi Bali tahun 2013, terjadi 228 kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal 75 jiwa dan kerugian material mencapai Rp. 191. 445.000,00.

Data yang diperoleh dari Puskesmas I Tegallalangtahun 2013 dan tahun 2012 menunjukkan kasus kecelakaan yang terdiri dari kecelakaan kerja dan kecelakaan lalu lintas cenderung meningkat. Pada tahun 2012 kecelakaan menempati urutan ketiga dari sepuluh besar penyakit utama dengan jumlah kasus mencapai 2460 kasus dengan rincian 136 kasus kecelakaan kerja dan 2324 kasus kecelakaan lalu lintas. Pada tahun 2013menempati peringkat pertama dari 10 penyakit utama dengan jumlah 5579 kasus dengan rincian 210 kasus kecelakaan kerja dan 5369 kasus kecelakaan lalu lintas.

Definisi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda (Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor: 03/Men/1998).Menurut (OHSAS 18001, 1999) dalam Shariff (2007), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda atau kerugian waktu.

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Sedangkan menurut UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalahkecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Definisi Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian dimana sebuah kendaraan bermotor bertabrakan dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan.

Penelitian Tentang Kecelakaan Lalu Lintas

(22)

menunjukkan korban kecelakaan lalu lintas paling banyak berjenis kelamin laki-laki (64,2%) dan usia dewasa (51,6%) dengan jumlah terbanyak pada kelompok usia 18-20 tahun (17,9%).Jenis kendaraan terbanyak adalah kendaraan bermotor roda 2 (72,6%), sebagai pengemudi (69,5%) dengan mekanisme tabrakan dari arah depan (30,5%) dan waktu terbanyak pada siang hari (61,1%). Menurut Ryadina (2007), urutan jenis cedera yang paling banyak dialami oleh korban kecelakaan sepeda motoradalah luka terbuka (42,0%), patah tulang(18,1) dan superfisial/lecet (14,5%). Adapununtuk cedera kepala yang dominan adalah komosio cerebri yaitu sekitar 6,5% dan kontusio, laserasi dan perdarahan dalam otak sebanyak 3,6%. Korban kecelakaan sepeda motor minimal mempunyai satu jenis luka dan pada umumnya mengalami cedera yang komplek (multiple injury) baik dari jenis maupun daerah cedera.

Calvin (2013) menyebutkan, pada umur 1-10 tahun adalah masa anak-anak, pada masa ini kontak langsung dengan anjing sangat tinggi. Anak-anak sangat suka bermain dengan anjing sehingga peluang tergigitnya sangat tinggi. Ini dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan pada umur ini jumlah gigitan tertinggi ke- 3 dengan presentase 14,7%. Pada umur 11-20 adalah masa anak masuk sekolah. Kontak antara anak-anak dengan anjing masih sangat tinggi dan bisa terjadi di rumah atau dijalanan. Hal ini didukung dengan populasi anjing di Bali sangat tinggi. Standar Pelayanan Puskesmas

Sistem Penanggulangan Penderita Gawat Darurat

Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadubagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat.Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnyamencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupasehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi.

Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi :

a. Penanggulangan penderita ditempat kejadian.

b. Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke saranakesehatan yang lebih memadai.

c. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatanpenanggulangan penderita gawat darurat.

d. Upaya rujukan ilmu pengetahuan, pasien dan tenaga ahli.

e. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat ditempat rujukan (unit gawat darurat dan ICU). f. Upaya pembiayaan penderita gawat

darurat.

(23)

1. Golongan awam biasa antara lain seperti, guru, pelajar, ibu rumah tangga, petugas hotel dan lain-lain. 2. Golongan awam khusus antara lain

a). Anggota polisi

b). Petugas Dinas Pemadam Kebakaran

c). Satpam/ Hansip d). Petugas DLLAJR

e). Petugas SAR (Search and Rescue)

f). Anggota pramuka (PMR)

Kemampuan penanggulangan penderita gawat darurat (Basic LifeSupport) yang harus dimiliki oleh orang awam adalah :

a). Cara meminta pertolongan

b). Resusitasi kardiopulmoner sederhana c). Cara menghentikan perdarahan d). Cara memasang balut/bidai

e). Cara transportasi penderita gawat darurat

3. Tenaga perawat/ paramedis

Disamping pengetahuan dasar keperawatan yang telah dimiliki olehperawat, mereka memperoleh tambahan pengetahuan penanggulangan penderita gawat darurat (Advance Life Suport) untuk melanjutkan pertolongan yang sudah diberikan.

4. Tenaga Medis (Dokter Umum)

Disamping pengetahuan medis yang telah dikuasai, dokter umum perlumendapat pengetahuan dan keterampilan tambahan agar mampu menanggulangi penderita gawat darurat. METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan wilayah kerja UPT Kesmas Tegallalang I yang mencakup 4 desa diantaranya : Desa Tegallalang, Kenderan, Kedisan, Keliki, dan Puskesmas Induk pada bulan Desember 2014 – Januari 2015

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan potong lintang (cross sectional)

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah semua korban kecelakaan dan ruda paksa yang dibawah ke UGD UPT Kesmas Tegallalang I

Sampel

Sampel penelitian ini adalah semua korban kecelakaan dan ruda paksa baru yang dibawa ke UGD UPT Kesmas Tegallalang I yang tercatat pada tahun 2014. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi :

Semua pasien kasus baru kecelakaan yang dibawa ke UGD Kesmas Tegallalang I pada tahun 2014 yang tercatat pada buku register pasien.

b. Kriteria Eksklusi :

(24)

Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

N = Zα2 x (pq)/d2

N = 1,962 x (0,29 x 0,71)/ 0,12

N = 3,8416 x (021,)/ 0,01

N =80,67 ~ 81 orang

Keterangan :

N = besar sampel minimal

α = besarnya kesalahan tipe I à 0,05 à Zα = 1,96

p = prevalensi di populasi 0,29 (berdasarkan penelitian Ryadina tahun 2007)

q = (1-p) = 1-0,05 = 0,71

d = Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (ditetapkan oleh peneliti) à 0,1

Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka diperoleh jumlah sampel minimal sebanyak 81 orang.

Cara Pengambilan Sampel

Sampel dipilih dari rekam medik yang ada di UGD UPT Kesmas Tegallalang I yang memenuhi kriteria. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan total sampling yakni seluruh kasus baru kecelakaan yang dibawa ke UGD UPT Kesmas Tegallalang I yang tercatat di register pasien pada tahun 2014.

Definisi Operasional Variabel

Usia: Usia responden yang dimaksud adalah usia terakhir berdasarkan buku register pasien UGD UPT Kesmas Tegallalang I tahun 2014. Usia responden kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori yakni anak – anak, remaja, dewasa muda, dewasa tua, dan lansia.

Jenis Kelamin: Jenis kelamin yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah Laki-Laki dan Perempuan yang tertulis di register pasien UGD UPT Kesmas Tegallalang I tahun 2014.

Alamat: Alamat tempat tinggal pasien pada penelitian ini merupakan alamat tempat tinggal pasien yang menjadi korban kecelakaan dan dibawa ke UGD UPT Kesmas Tegallalang I berdasarkan catatan register pasien UGD UPT Kesmas Tegallalang I tahun 2014. Alamat tempat tinggal pada penelitian ini dikelompokkan berasal dari wilayah UPT Kesmas Tegallalang I (Desa Tegallalang, Kenderan, Kedisan, Keliki) dan dari luar wilayah UPT Kesmas Tegallalang I.

(25)

tidak. Kategori rujukan pasien ini meliputi pasien dirujuk atau tidak.

(26)

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Karakteristik pasien yang tercatat di register pasien UGD UPT Kesmas Tegallalang I pada tahun 2014

Karakteristik Pasien Frekuensi Persentase

Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 733 398 64.8% 35.2% Kelompok Usia Anak-anak Remaja Dewasa muda Dewasa tua Lansia 224 117 348 339 103 19.8% 10.3% 30.8% 30.0% 9.1% Alamat Pasien Tegallalang Kedisan Kenderan Keliki Lainnya 451 169 106 138 267 39.9% 14.9% 9.4% 12.2% 23.6% Diagnosis Luka terbuka Luka tusuk Luka lecet Luka lainnya Gigitan Anjing Gigitan Kucing Gigitan Hewan Lain

(27)

Gambar 1 Jumlah kasus kecelakaan setiap bulan yang tercatat di register pasien UGD UPT Kesmas Tegallalang I tahun 2014

(28)

Gambar 3 Jumlah pasien kecelakaan yang dirujuk dari UGD UPT Kesmas Tegallalang I setiap bunlannya pada tahun 2014

Tabel 2. Penggunaan vaksin anti rabies dan antibiotik di UGD UPT Kesmas Tegallalang I selama tahun 2014 berasarkan bulan.

(29)

Responden

(30)

Penggunaan Antibiotik

Amoxicilin Erythromicin Tidak mendapat antibiotik

75 2

12

88 0

15

41 0

50

77 1

26

76 2

19

78 1

12

36 0

12

52 0

51

41 0

51

76 0

13

86 2

40

40 36

23

766 44

321

Penggunaan VAR

[image:30.595.41.536.83.771.2]

5 13 0 6 8 7 0 1 1 7 8 9 65

Gambar 4. Perbandingan penggunaan antibiotik Amoxicilin dan Erythromicin berdasarkan bulan di UGD UPT Kesmas Tegallalang I tahun 2014

(31)

PEMBAHASAN Karakteristik Pasien

Karakteristik kasus pada penelitian ini berdasarkan jenis kelamin bahwa sebagian besar kasus terjadi pada pasien berjenis kelamin laki-laki cenderung lebih banyak dibandingkan perempuan dengan persentase sebesar 64.8% (733 kasus) sedangkan jenis kelamin perempuan sebesar 35.2% (398 kasus). Hal ini disebabkan karena laki – laki lebih banyak melakukan aktivitas di luar rumah dibandingkan perempuan di daerah ini. Oleh karena aktivitas di luar rumah yang lebih tinggi menyebabkan tingkat mobilitas dari pasien laki – laki lebih banyak. Selain itu jenis aktivitas yang dilakukan oleh pasien laki – laki cenderung lebih beresiko dibandingkan perempuan, seperti mematung, mencari rumput di sawah dengan arit, memanjat pohon, memotong pohon Hal ini sesuai denan penelitian sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan di RSUP Fatmawati yang mengatakan bahwa jumlah korban kecelakaan laki-laki lebih

besar dari pada perepuan dengan perbandingan 3:1. (Ryadina W, 2007).

(32)

(451 kasus) dan diikuti oleh pasien yang berasal dari luar wilayah kerja UPT Kesmas Tegallalang I sebesar 23.6% (267 kasus). Hal ini disebabkan karena desa Tegallalang memiliki jumlah penduduk yang paling tinggi di antara tiga desa lain. Selain itu lokasi UPT Kesmas Tegallalang I berada di wilayah desa Tegalalang turut menyumbang tingginya angka kasus di desa Tegallalang karena jarak yang lebih dekat. Angka kejadian tertinggi kedua berasal dari luar wilayah kerja UPT Kesmas Tegallalang I karena terdapat UGD yang buka 24 jam dan jarak yang lebih dekat dibandingkan dengan puskesmas yang melayani wilayah asal pasien.

Berdasarkan diagnosis pasien diketahui kasus paling sering adalah luka tusuk dengan 28.8% (326 kasus) dan diikuti dengan gigitan anjing sebesar 26.3% (297 kasus). Luka tusuk menjadi kasus paling sering disebabkan karena mayoritas pekerjaan dari pasien adalah sebagai pematung dan petani yang menggunakan alat tajam untuk membantu pekerjaannya. Gigitan anjing menjadi kasus tersering berikutnya karena tingginya jumlah anjing yang ada di wilayah Tegalalang. Selain itu, kebanyakan anjing tersebut dibiarkan berkeliaran bebas di jalanan. Hal ini memerlukan perhatian khusus dari pihak puskesmas untuk mempersiapkan diri menangani kasus ini. Selain diagnosis hendaknya pihak puskesmas membedakan kasus kecelakaan berdasarkan jenis kecelakaannya agar didapat data yang akurat menganai jenis kecelakaan yang terjadi sehingga pihak puskesmas dapat merancang program-program antisipasi,

dimana hal ini sesuai dengan program BPJS yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan (2014).

Sebagian besar pasien yang datang tidak dirujuk atau dapat ditangani sendiri oleh UGD UPT Kesmas Tegallalang I yakni sebesar 96% (1086 kasus) dan pasien yang dirujuk sebesar 4% (45 kasus). Pasien tidak dirujuk disebabkan karena sarana dan prasarana di UPT Kesma Tegallalang I sudah cukup memadai untuk menangani kasus kecelakaan yang terjadi dan tergolong ringan. Sedangkan kasus yang dirujuk desebabkan karena tingkat keparahan dari kasus tersebut tidak dapat ditangani dengan sarana dan prasarana yang terdapat UPT Kesmas Tegallalang I. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Kepala UPT Kesmas Tegallalang I yang menyebutkan jika sarana dan prasarana hanya dapat digunakan untuk kasus kecelakaan yang tergolong ringan.

Sebanyak 50.4% (569 kasus) tidak mendapat tindakan, namun hanya mendapat obat-obatan saja, sedangkan 48.2% (544 kasus) mendapat tindakan rawat luka, 1.2% (13 kasus) mendapat tindakan hecting dan 0.3% (3 kasus) dilakukan eksplorasi luka. Kasus yang tidak mendapat tindakan karena kasus yang terjadi cukup ringan dan tidak memerlukan tindakan perawatan. Sedangkan kasus lainnya tergolong kasus yang cukup parah dan memerlukan tindakan perawatan luka.

(33)

sedangkan 28.4% (321 kasus) tidak mendapat terapi antibiotik. Mayoritas antibiotik yang digunakan adalah Amoxicilin karena merupakan antibiotik utama dalam protap UPT Kesmas Tegallalang I.

Jumlah Kasus dan Diagnosis Berdasarkan Bulan

Jumlah kasus yang tercatat setiap bulannya tampak hampir sama dengan kasus terbanyak pada bulan November dengan 104 kasus dan paling sedikit pada bulan Juli dengan 82 Kasus. Hal ini menunjukkan UPT Kesmas Tegallalang I memerlukan persiapan yang baik dalam hal sarana dan prasarana pada tiap bulan sepanjang tahun karena kecenderungan angka kasus yang terjadi berada pada rentang 80 – 100 kasus.

Jika dibagi berdasarkan diagnosis, luka terbuka terbanyak pada bulan Maret dengan 32 kasus, luka tusuk terbanyak pada bulan April dengan 39 kasus, luka lecet terbanyak pada bulan Oktober dengan 23 kasus, luka lainnya terbanyak pada bulan September dengan 5 kasus. Berdasarkan data tersebut diperlukan tambahan sarana dan prasarana untuk perawatan luka pada bulan Maret, April, dan Oktober.

Pada kasus gigitan anjing terbanyak pada bulan Mei dengan 36 kasus, kasus gigitan kucing terbanyak pada bulan Februari dengan 4 kasus, serta kasus gigitan hewan lain terbanyak pada bulan Mei dengan 3 kasus. Dengan tingginya kasus gigitan hewan yang beresiko menularkan rabies pada bulan Februari dan Mei, diperlukan adanya

upaya preventif dari puskesmas seperti penyuluhan ke masyarakat mengenai bahaya rabies pada bulan tertinggi terjadinya kasus. Selain itu kasus gigitan anjing paling banyak terjadi pada anak – anak pada rentang umur 0 – 12 tahun sebanyak 90 kasus (30,3%), hal ini mungkin disebabkan karena anak – anak pada usia tersebut tingkat kontak dengan anjing sangat tinggi sehingga meningkatkan resiko tergigit.

Jumlah Kasus yang Dirujuk Berdasarkan Bulan

Jumlah kasus yang dirujuk setiap bulannya bervariasi dengan kasus terbanyak pada bulan Januari dengan 8 kasus, sedangkan jumlah paling sedikit pada bulan Maret dimana tidak ada kasus yang dirujuk. Tingginya angka rujukan pada Januari menyebabkan UPT Kesmas Tegallalang I memerlukan persiapan penanganan awal di UGD, sarana dan prasarana untuk merujuk pasien, antara lain kesiapan petugas pengantar baik medis dan non – medis, ambulan dan alat kelengkapan dalam mobil ambulan yang digunakan sebagai pengantar pasien ke rumah sakit rujukan.

Penggunaan Antibiotik dan Vaksin Anti Rabies (VAR) Berdasarkan Bulan

(34)

Perbandingan penggunaan amoxicilin dengan erythromicin pada tahun 2014 adalah 17.4:1 namun pada bulan Desember 2014 perbandingannya adalah 1.1:1, hal ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah stok dari amoxicilin yang berkurang sehingga penggunaan erythromicin meningkat untuk memenuhi kebutuhan antibiotik pasien. Hal ini sesua dengan penelitian yang dilakukan Dwiprahasto(2006) dimana penggunaan antibiotika di puskesmas diatas 70% kasus dalam hal ini pihak puskesmas diharapkan lebih mempersiapkan diri dengan menambah stok dan memperkirakan jumlah penggunaan obat, selain itu pihak puskesmas juga harus memastikan bahwa antibiotik yang digunakan tepat sasaran dan tidak terjadi misuse dari antibiotik, hal ini berkaitan dengan resistensi kuman terhadap antibiotik lini pertama yang diberikan kepada pasien.

Dari data jumlah gigitan anjing dan kucing di Tabel 2 beberapa kasus mendapatkan vaksin anti rabies.Dimana dari 311 kasus gigitan, 65 diantaranya mendapatkan vaksin anti rabies.Dimana menurut persebaran bulannya, pemberian vaksin anti rabies terbanyak ada pada bulan Februari dengan 13 vaksin. Dengan tingginya jumlah kasus gigitan anjing dan kucing yang mencapai 27.5% (311 kasus) dengan rerata 27 kasus setiap bulan dan penggunaan vaksin anti rabies sebanyak 65 kasus dengan rerata 5 vaksin per bulan, dalam hal ini pihak puskesmas harus mempersiapkan sarana, tenaga medis dan obat-obatan dalam menangani kasus gigitan hewan penyebar rabies. PENUTUP

Kesimpulan

Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin, laki-laki dengan persentase sebesar 64.8% (733 kasus). Berdasarkan kelompok usiapaling banyak adalah dewasa muda dan dewasa tua dengan presentase sebesar 30.8% (348 kasus) dan 30.0% (339 kasus) . Alamat pasien didominasi oleh pasien yang berasal dari desa Tegallalang yakni sebanyak 39.9% (451 kasus). Berdasarkan diagnosis pasien yang paling sering adalah luka tusuk dengan 28.8% (326 kasus). Presentase pasien yang dirujuk sebesar 4% (45 kasus). Sebanyak 50.4% (569 kasus) tidak mendapat tindakan, namun hanya mendapat obat-obatan saja, sedangkan 48.2% (544 kasus) mendapat tindakan rawat luka.Berdasarkan pengobatan dengan antibiotik paling banyak mendapat antibiotik Amoxicilin sebesar 67.7% (766 kasus).

(35)

Dari 311 kasus gigitan, 65 diantaranya mendapatkan vaksin anti rabies. Pemberian vaksin terbanyak ada pada bulan Februari dengan 13 vaksin. Penggunaan antibiotik yang diberikan pada pasien terdapat 766 kasus diberikan Amoxicilin, dan 44 kasus diberikan Erythromicin. Penggunaan Amoxicilin terbanyak pada bulan Februari dengan 88 kasus, dan penggunaan Erythromicin terbanyak pada bulan Desember dengan 36 kasus.

DAFTAR PUSTAKA

Afidah LN, Susilaningrum D. Pola Tingkat Keparahan Korban Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Menggunakan Regresi Logistik Multinomial (Studi Kasus: Kecelakaan Lalu Lintas di Surabaya). Available from: laylia@statistika.its.ac.id. Last update in 2010. Akses: 6 Januari 2015.

Azikin ANT. Kontribusi Lintas Sektor. Dalam: Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2007. Makassar: Pemerintah Kota Makassar; 2008. Hal. 70.

Dwiyogo P. Pengidentifikasian Daerah Rawan Kecelakaan (Blackspot). Available from eprints.undip.ac.id.pdf. Last update in 2006. Akses: 6 Januari 2015.

Hamid F. Tingkat Pengetahuan Pekerja PT. X yang Mengemudikan Mobil tentang Safety Driving dalam Upaya Mencegah Kecelakaan di Jalan Raya. Available from lontar.ui.ac.id.pdf. Last update in: 2008. Akses: 6 Januari 2015.

Jamsoe Hidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Pusat Penerbit : Buku Kedokteran FKUI. Jakarta. 2010.

Madiyono B, dkk. Perkiraan Besar Sampel. Dalam: Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi Ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto; 2002. Hal: 270.

Madjid, Muh Ikhsan. karakteristik pasien korban kecelakaan lalu lintas yang dirawat di UGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Juli-Desember 2012. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Moesbar N. Pengendara dan Penumpang Sepeda Motor Terbanyak Mendapat Patah Tulang. Available from: www.usu.ac.id/id.pdf. Last update in 2007. Akses: 6 Januari 2015.

Oktaviana F. Pola Cedera Kecelakaan Lalu Lintas pada Kendaraan Bermotor Roda 2 Menurut Data Rekam Medis RSUPN Cipto Mangunkusumo Tahun 2003-2007. Available from: www.lontar.ui.ac.id/filecidera-Pendahulua n.pdf. Last update in 2008. Akses: 6 Januari 2015.

Riyadina W, Suhardi, Permana M. Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, October, 2009. Available from

Jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal.pdf. Akses: 6 Januari 2015.

(36)

Samekto AA. Studi Tentang Karakteristik Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Semarang. Available from: isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/72097897 .pdf. Last update in 2009. Akses: 6 Januari 2015.

Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik. Jumlah Kecelakaan Lalulintas dan Korban Jiwa, Kerugian Materi Menurut Bulan di Kota Makassar. Dalam: Makassar dalam Angka 2010. Katalog BPS: 1102001.7371. Makssar: Badan Pusat Statistik Kota Makassar; 2015. Hal: 204.

Wiguna, Dewa Sudiarta. Kecelakaan lalu lintas menurun selama 2013. Antara news www.antarabali.com. Akses: 6 Januari 2015.

(37)

ABSTRAK

KARAKTERISTIK KASUS KECELAKAAN DI UPT KESMAS TEGALLALANG I TAHUN 2014

Oleh:

I.B. Candra Pranadhita

Kepaniteraan Klinik Madya Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Latar Belakang:. Kecelakaan merupakan hal yang sifatnya tidak terduga dan tidak bisa diantisipasi oleh seeseorang sebelumnya. Di Indonesia, jumlah korban tewas akibat kecelakaan lalu lintas mencapai 120 jiwa perharinya. Sedangkan di Provinsi Bali, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali tahun 2013 terjadi kurang lebih 2166 kasus kecelakaan dengan korban meninggal mencapai 578 jiwa dan kerugian material kurang lebih Rp 4.000.000.000,00. Pada tahun 2013menempati peringkat pertama dari 10 penyakit utama dengan jumlah 5579 kasus dengan rincian 210 kasus kecelakaan kerja dan 5369 kasus kecelakaan lalu lintas. Belum ada penelitian yang mengemukakan tentang karakteristik kasus kecelakaan, sehingga kesiapan UPT Kesmas Tegallalang I dalam menangani kasus kecelakaan belum diketahui.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui bagaimana karakteristik kasus kecelakaan yang datang ke UGD Puskesmas Tegallalang I.

Metode Penelitian :Jenis penelitian ini deskriptif kuantitatif dengan pendekatan potong lintang (Cross-sectional). Penelitian ini dilakukan di UPT Kesmas Tegallalang I pada bulan Desember 2014 – Januari 2015. Populasi penelitian ini adalah semua korban kecelakaan dan ruda paksa yang dibawah ke UGD UPT Kesmas Tegallalang I. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling dengan jumlah sampel 1131 orang. Instrumen pengumpulan data adalah dengan menggunakan data sekunder yang berupa buku register pasien yang dibawa ke UGD UPT Kesmas Tegallalang I pada tahun 2014. Teknik analisis data dengan deskriptif dan disajikan dalam bentuk naratif dengan tabel atau grafik.

Hasil : Karakteristik pasien pada penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (64.8%), kelompok usia dewasa muda (30.8%), berasal dari desa Tegallalang (39.9%), dengan diagnosis luka tusuk (28.8%), tidak mendapat tindakan (50.4%), mendapat antibiotik Amoxicilin (67.7%). Jumlah kasus terbanyak pada bulan November (104 kasus), jumlah kasus yang dirujuk tertinggi pada bulan Januari (8 kasus). Penggunaan Amoxicilin tertinggi pada bulan November, penggunaan Erythomicin tertinggi pada bulan Desember, dan penggunaan Vaksin Anti Rabies tertinggi pada bulan Februari (13 kasus).

Simpulan : UGD Puskesmas memerlukan kesiapan yang baik dalam memberikan pelayanan terhadap pasien korban kecelakaan.

(38)

ABSTRACT

CHARACTERISTIC OF ACCIDENT CASE IN UPT KESMAS TEGALLALANG II AT 2014

By:

I.B. Candra Pranadhita Medical Student of Forensic Division Medical Faculty of Udayana University

Background: Accidents are unpredictable and can not be anticipated by someone. Generally, accidents can be divided into traffic accidents and occupational accidents. In Indonesia, the mortality rate of traffic accidents are 120 people per day. Meanwhile the current global mortality rate reached 1.24 million per year. In Bali, by the Central Bureau of Statistics of Bali Province in 2013 occurred approximately 2166 cases of accidents with fatalities reached 578 victims and material losses of approximately four billion rupiah. In 2013,accidents placed at first rank of 10 major diseases by 5579 the number of cases with details of 210 cases of occupational accidents and 5369 cases of traffic accidents. No studies have argued about the characteristics of the cases of accidents, so UPT Kesmas Tegallalang I readiness in handling of accident cases is unknown.

Methods: This study was descriptive quantitative approached using cross-sectional methode. This research was conducted in the region of UPT Kesmas Tegallalang I on December 2014 – Januray 2015. Population in this study were all accident's victims were brought to Emergency Room of UPT Kesmas Tegallalang I. The sampling technique used was total sampling with a sample of 1131 people. The instrument used wassecondary data of pattient's register were brought to Emergency Room of UPT Kesmas Tegallalang I at 2014. Data analysis techniques with descriptive which presented in narrative with table or chart.

Results: Characteristic of patients most of this research on male sex (64.8 %), group of young adults age ( 30.8 % ), originated from the village of tegallalang (39.9 %) , with the diagnosis stab wound (28.8 %), did not have the medical intervention (50.4 %) , received antibiotics amoxicilin (67.7 %) .The number of the most cases is in November (104 cases) , the number of cases referred is highest in january (8 cases) .The use of amoxicilin is highest in November , the use of erythomicin is highest in December , the use of anti rabies vaccine is highest in february (13 cases)

Conclusion: The emergency department at puskesmas requires the readiness of good in providing services to patients accident victims.

Keywords: Antibiotics, Accident, Anti Rabies Vaccine

PENDAHULUAN

Kecelakaan merupakan hal yang sifatnya tidak terduga dan tidak bisa diantisipasi oleh seeseorang sebelumnya. Secara garis besar kecelakaan dapat dibagi menjadi kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja. Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian dimana sebuah kendaraan bermotor bertabrakan dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan. Menurut data yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) tahun 2013

(39)

angka kematian global saat ini mencapai angka 1,24 juta jiwa pertahun.

Berdasarkan data dari Kepolisian Republik Indonesia tahun 2012, terdapat 109.038 kasus kecelakaan lalu lintas dengan jumlah 27.441 korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas yang terjadi di seluruh Indonesia. Kecelakaan juga merupakan kasus tertinggi penyebab kematian di Indonesia melampaui Penyakit Jantung Koroner dan Tuberculosis. Sedangkan di Provinsi Bali, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali tahun 2013 terjadi kurang lebih 2166 kasus kecelakaan dengan korban meninggal mencapai 578 jiwa dan kerugian material kurang lebih Rp 4.000.000.000,00. Demikian halnya juga di Kabupaten Gianyar. Data dari BPS Provinsi Bali tahun 2013, terjadi 228 kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal 75 jiwa dan kerugian material mencapai Rp. 191. 445.000,00.

Data yang diperoleh dari Puskesmas I Tegallalangtahun 2013 dan tahun 2012 menunjukkan kasus kecelakaan yang terdiri dari kecelakaan kerja dan kecelakaan lalu lintas cenderung meningkat. Pada tahun 2012 kecelakaan menempati urutan ketiga dari sepuluh besar penyakit utama dengan jumlah kasus mencapai 2460 kasus dengan rincian 136 kasus kecelakaan kerja dan 2324 kasus kecelakaan lalu lintas. Pada tahun 2013menempati peringkat pertama dari 10 penyakit utama dengan jumlah 5579 kasus dengan rincian 210 kasus kecelakaan kerja dan 5369 kasus kecelakaan lalu lintas.

Definisi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda (Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor: 03/Men/1998).Menurut (OHSAS 18001, 1999) dalam Shariff (2007), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda atau kerugian waktu.

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Sedangkan menurut UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalahkecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Definisi Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian dimana sebuah kendaraan bermotor bertabrakan dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan.

Penelitian Tentang Kecelakaan Lalu Lintas

(40)

menunjukkan korban kecelakaan lalu lintas paling banyak berjenis kelamin laki-laki (64,2%) dan usia dewasa (51,6%) dengan jumlah terbanyak pada kelompok usia 18-20 tahun (17,9%).Jenis kendaraan terbanyak adalah kendaraan bermotor roda 2 (72,6%), sebagai pengemudi (69,5%) dengan mekanisme tabrakan dari arah depan (30,5%) dan waktu terbanyak pada siang hari (61,1%). Menurut Ryadina (2007), urutan jenis cedera yang paling banyak dialami oleh korban kecelakaan sepeda motoradalah luka terbuka (42,0%), patah tulang(18,1) dan superfisial/lecet (14,5%). Adapununtuk cedera kepala yang dominan adalah komosio cerebri yaitu sekitar 6,5% dan kontusio, laserasi dan perdarahan dalam otak sebanyak 3,6%. Korban kecelakaan sepeda motor minimal mempunyai satu jenis luka dan pada umumnya mengalami cedera yang komplek (multiple injury) baik dari jenis maupun daerah cedera.

Calvin (2013) menyebutkan, pada umur 1-10 tahun adalah masa anak-anak, pada masa ini kontak langsung dengan anjing sangat tinggi. Anak-anak sangat suka bermain dengan anjing sehingga peluang tergigitnya sangat tinggi. Ini dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan pada umur ini jumlah gigitan tertinggi ke- 3 dengan presentase 14,7%. Pada umur 11-20 adalah masa anak masuk sekolah. Kontak antara anak-anak dengan anjing masih sangat tinggi dan bisa terjadi di rumah atau dijalanan. Hal ini didukung dengan populasi anjing di Bali sangat tinggi. Standar Pelayanan Puskesmas

Sistem Penanggulangan Penderita Gawat Darurat

Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadubagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat.Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnyamencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupasehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi.

Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi :

a. Penanggulangan penderita ditempat kejadian.

b. Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke saranakesehatan yang lebih memadai.

c. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatanpenanggulangan penderita gawat darurat.

d. Upaya rujukan ilmu pengetahuan, pasien dan tenaga ahli.

e. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat ditempat rujukan (unit gawat darurat dan ICU). f. Upaya pembiayaan penderita gawat

darurat.

(41)

1. Golongan awam biasa antara lain seperti, guru, pelajar, ibu rumah tangga, petugas hotel dan lain-lain. 2. Golongan awam khusus antara lain

a). Anggota polisi

b). Petugas Dinas Pemadam Kebakaran

c). Satpam/ Hansip d). Petugas DLLAJR

e). Petugas SAR (Search and Rescue)

f). Anggota pramuka (PMR)

Kemampuan penanggulangan penderita gawat darurat (Basic LifeSupport) yang harus dimiliki oleh orang awam adalah :

a). Cara meminta pertolongan

b). Resusitasi kardiopulmoner sederhana c). Cara menghentikan perdarahan d). Cara memasang balut/bidai

e). Cara transportasi penderita gawat darurat

3. Tenaga perawat/ paramedis

Disamping pengetahuan dasar keperawatan yang telah dimiliki olehperawat, mereka memperoleh tambahan pengetahuan penanggulangan penderita gawat darurat (Advance Life Suport) untuk melanjutkan pertolongan yang sudah diberikan.

4. Tenaga Medis (Dokter Umu

Gambar

Tabel  1.  Karakteristik  pasien  yang  tercatat  di  register  pasien  UGD  UPT KesmasTegallalang I pada tahun 2014
Gambar 1 Jumlah kasus kecelakaan setiap bulan yang tercatat di register pasien UGD
Gambar 3 Jumlah pasien kecelakaan yang dirujuk dari UGD UPT Kesmas Tegallalang
Gambar 4. Perbandingan penggunaan antibiotik Amoxicilin dan Erythromicin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanski apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan ada klaim dari pihak lain terhadap

pengusulan jabatan akademik/angka kredit dosen sudah dibuka secara on line melalui. siladikti.kopertis7.go.ld, sedangkan sosialisasi/workshop pengajuan jabatan

Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Cu rrent English.. London: Oxford

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa metode dramatic reading bisa meningkatkan kemampuan membaca cerita pendek siswa kelas X MIPA-1 SMA Negeri 7 Bandung

hubungan kadar IL-10 serum sebagai sebagai sitokin anti inflamasi pada pasien gastritis. H.pylori dan

[r]

Mengetahui Guru bidang studi FIQIH Kepala

[r]