• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK FARMASI PHARMACA MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK FARMASI PHARMACA MEDAN."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH DALAM SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK FARMASI PHARMACA MEDAN

Oleh :

Sara Silpani Pandiangan NIM. 4111111022

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

Sara Silpani Pandiangan dilahirkan di Medan, pada tanggal 05 Mei 1993.

Ayah bernama Alm. M. Pandiangan dan Ibu bernama S.Theresia D. Silalahi, dan

merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pada tahun 1999 penulis masuk SD

Percobaan Medan dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis

melanjutkan sekolah ke SMP Negeri 10 Medan dan lulus pada tahun 2008. Pada

tahun 2008 penulis melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 1 Medan dan lulus pada

tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis diterima di Program Studi Pendidikan

Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

(4)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH DALAM SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK FARMASI PHARMACA MEDAN

SARA SILPANI PANDIANGAN (4111111022) ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Problem Based-Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam soal cerita matematika pada materi pokok perbandingan, skala dan persen siswa SMK Farmasi Pharmaca Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Objek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Problem Based-Learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam soal cerita matematika pada materi pokok perbandingan, skala dan persen. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas X-A SMK Farmasi Pharmaca Medan T.A. 2015/2016.

Sebelum tindakan dilakukan terlebih dahulu diberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap pemecahan masalah siswa, kesulitan awal siswa dalam menyelesaikan pemecahan masalah, dan peningkatan pada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat yang selalu dilimpahkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dalam Soal Cerita Matematika Siswa Kelas X SMK Farmasi Pharmaca Medan”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai

pihak, oleh sebab itu sudah sewajarnya apabila penulis mengucapkan terimakasih

kepada Bapak Drs. H. Banjarnahor, M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah

banyak memberikan bimbingan, arahan, dan saran guna kesempurnaan skripsi ini.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. S. Saragih,

M.Pd, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, Bapak Dr. Mulyono, M.Si, dan Bapak Dr.

W. Rajagukguk, M.Pd, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukkan

dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi

ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Syawal

Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED, dan kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd

selaku dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan

Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi

Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan

Matematika. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada seluruh Bapak dan Ibu

Dosen serta staf pegawai jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah

banyak membantu penulis. Juga tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada

Ibu Yuli Andya Fitiyanti, S.Si., Apt sebagai Kepala Sekolah SMK Farmasi

Pharmaca Medan serta Bapak Drs. J. Pandiangan sebagai guru SMK Farmasi

Pharmaca Medan yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada penulis

(6)

v

Teristimewa penulis mengucapkan terimakasih kepada Mama tercinta S.

Theresia D. Silalahi yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberi semangat

kepada penulis hingga skripsi ini selesai. Terima kasih juga penulis ucapkan

kepada Abang tersayang Partogi Andika Pandiangan dan Adik tersayang Daniel

Taufan Pandiangan dan seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan

dukungan dan doa.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman

seperjuangan Kekek Family (Apriani Manurung, Arianti Evalida Sinulingga,

Reynold Martua Sinambela, Robinson Harefa, dan Sari Muthia Silalahi) dan

teman-teman lainnya di jurusan matematika khususnya kelas DIK A 2011. Dan

tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada abang kakak stambuk jurusan

matematika K’ Melda Marpaung, Hartila (Yohanna, Yeni, Mega, Tri, K’ Artha,

Lorina, Ester, Nova M, Valencia, Priska, Devi W, Naomi, Ade, Duma, Theresia,

Nova G, dan Grace), sahabat kecilku Pivi Tarigan, serta rekan-rekan

Pemuda-Pemudi GKPI Pamen P.Bulan yang telah memberikan semangat dan doa, beserta

semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi

semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi

ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun

tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini

bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, Januari 2016 Penulis,

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 10

1.3 Batasan Masalah 10

1.4 Rumusan Masalah 10

1.5 Tujuan Penelitian 11

1.6 Manfaat Penelitian 11

1.7 Definisi Operasional 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13

2.1 Masalah dalam Matematika 13

2.2 Kemampuan Pemecahan Masalah dalam Matematika 15 2.3 Model Pembelajaran Problem Based-Learning 16 2.3.1 Sintaks dalam Proses Pembelajaran Problem Based-Learning 19

2.4 Materi Perbandingan, Skala, dan Persen 20

2.4.1 Perbandingan 20

2.4.2 Skala 22

2.4.3 Persen 22

2.5 Penyajian Materi Menggunakan Model Pembelajaran Problem

Based-Learning 23

2.6 Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Problem

Based-Learning 26

2.7 Penelitian yang Relevan 29

(8)

vii

2.9 Hipotesis Tindakan 32

BAB III METODE PENELITIAN 33

3.1 Jenis Penelitian 33

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 33

3.3 Subjek dan Objek Penelitian 34

3.4 Prosedur Penelitian 34

3.5 Alat Pengumpulan Data 44

3.5.1 Observasi 44

3.5.2 Tes 44

3.6 Teknik Analisis Data 46

3.6.1 Paparan Data 46

3.6.2 Analisis Hasil Observasi 46

3.6.2.1 Menganalisis Hasil Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah 46

3.6.2.2 Mengalisis Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran 49 3.6.2.3 Mengalisis Data Observasi Aktivitas Siswa 50

3.7 Indikator Keberhasilan 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 53

4.1 Hasil Penelitian 53

4.1.1 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus I 53

4.1.1.1 Permasalahan I 53

4.1.1.2 Alternatif Pemecahan I 55

4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 55

4.1.1.4 Hasil Observasi 57

4.1.1.5 Analisis Data I 57

4.1.1.5.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika I 57

4.1.1.5.2 Analisis Kemampuan Guru Mengelola Pemb. I 60 4.1.1.5.3 Analisis Aktivitas Siswa Siklus I 61

4.1.1.6 Refleksi Siklus I 63

4.1.1.7 Simpulan 65

4.1.2 Siklus II 66

4.1.2.1 Permasalahan II 66

4.1.2.2 Alternatif Pemecahan II 66

(9)

viii

4.1.2.4 Observasi II 70

4.1.2.5 Analisis Data II 71

4.1.2.5.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika II 71

4.1.2.5.2 Analisis Kemampuan Guru Mengelola Pemb. II 73

4.1.2.5.3 Analisis Aktivitas Siswa 75

4.1.2.6 Refleksi Siklus II 76

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 80

5.1 Kesimpulan 80

5.2 Saran 80

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan Alurnya 35

Gambar 4.1 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siklus I dan Siklus II 77

Gambar 4.2 Tingkat Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran pada

Siklus I dan Siklus II 77

Gambar 4.3 Tingkat Persentase Aktivitas Siswa pada Siklus I dan

(11)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada

Tes Awal Kelas X SMK Farmasi Pharmaca Medan 7

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah 20

Tabel 3.1 Kategori Perolehan Skor N-Gain 46

Tabel 3.2 Pedoman Skor Kemampuan Pemecahan Masalah 47

Tabel 3.3 Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah 48

Tabel 3.4 Tingkat Pencapaian dan Kualifikasi 50

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa 51

Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Awal 53

Tabel 4.2 Rata-Rata N-Gain TKPM I Matematika Siswa 57

Tabel 4.3 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes TKPM I Siswa 58

Tabel 4.4 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Siklus I 60

Tabel 4.5 Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 62

Tabel 4.6 Rata-Rata N-Gain TKPM II Matematika Siswa 71

Tabel 4.7 Deskripsi Tingkat Kemampuan siswa pada Tes TKPM II Siswa 72

Tabel 4.8 Hasil Rata-Rata Peningkatan TKPM Siklus I dan II 73

Tabel 4.9 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Siklus II 74

Tabel 5.0 Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 75

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 84

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 90

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus II) 96

Lampiran 4 Lembar Aktivitas Siswa I (Siklus I) 102

Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa II (Siklus I) 106

Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa III (Siklus II) 109

Lampiran 7 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa I 112

Lampiran 8 Alternatif Penyelesain Lembar Aktivitas Siswa II 115

Lampiran 9 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa III 117

Lampiran 10 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Awal 120

Lampiran 11 Tes Kemampuan Awal 121

Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal 122

Lampiran 13 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I (Siklus I) 125

Lampiran 14 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I (Siklus I) 126

Lampiran 15 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah I (Siklus I) 128

Lampiran 16 Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah II (Siklus II) 131

Lampiran 17 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II (Siklus II) 132

Lampiran 18 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah (Siklus II) 133

(13)

xii

I dan II 136

Lampiran 20 Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran

Siklus I 140

Lampiran 21 Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran

Siklus II 146

Lampiran 22 Pedoman Skala Penilaian Observasi Aktivitas Belajar Siswa 149

Lampiran 23 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 151

Lampiran 24 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 155

Lampiran 25 Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I

(Siklus I) 157

Lampiran 26 Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II

(Siklus II) 160

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan

merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam

membimbing, memimpin, dan mengarahkan peserta didik dengan berbagai persoalan

dan pertanyaan yang timbul dalam pelaksanaannya. Pendidikan sebagai proses dan

sebagai hasil dalam pelaksanaaanya sangat memerlukan pengkajian yang mendalam

dan komprehensif agar proses untuk mencapai dan hasil yang dicapai dapat

meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai manusia mulia. Hubungan

manusia dan pendidikan adalah hubungan antara subjek dan aktivitasnya. Fenomena

masa modern ini, makin maju suatu masyarakat maka makin maju pula pendidikan

yang diselenggarakan oleh masyarakat. Artinya masyarakat akan relatif lebih maju

apabila masyarakat itu aktif membina pendidikan, atau suatu masyarakat akan lebih

maju bila masyarakat itu menyelenggarakan pendidikan yang maju.

Pendidikan matematika di Indonesia dikenal adanya matematika modern.

Pada sekitar tahun 1974 matematika modern mulai diajarkan di SD sebagai pengganti

berhitung. Matematika modern lebih menekankan pada pemahaman struktur dasar

sistem bilangan daripada mempelajari keterampilan dan fakta-fakta hafalan. Pelajaran

matematika modern lebih menekankan pada mengapa dan bagaimana matematika

melalui penemuan dan eksplorasi. Pengajaran ini seperti telah mengabaikan beberapa

aspek dari psikologi belajar dan kurang menguntungkan bagi anak berkesulitan

belajar. Karena adanya berbagai kesulitan tentang matematika modern maka muncul

gagasan untuk kembali ke berhitung. Sesungguhnya persoalannya bukan terletak pada

nama matematika atau berhitung, tetapi terletak pada materi yang harus diajarkan dan

(15)

2

Matematika dengan aritmatika atau berhitung tidak jarang banyak orang yang

mempertukarkan hal tersebut. Padahal, matematika memiliki cakupan yang lebih

luas daripada aritmatika. Aritmatika hanya merupakan bagian dari matematika. Dari

berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika dianggap bidang studi

yang paling sulit oleh para siswa, baik siswa yang tidak kesulitan dalam belajar

maupun siswa yang kesulitan dalam belajar. Matematika merupakan bidang studi

yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SMA dan bahkan juga di perguruan

tinggi. Ada banyak alasan perlunya siswa belajar matematika sehingga siswa dapat

meminimalkan rendahnya kemampuan matematika.

Salah satu penyebab rendahnya kemampuan matematika adalah adanya

kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mempelajari matematika. Dalam proses

belajar mengajar di sekolah banyak kendala yang dialami siswa dalam menerima

pelajaran yang diberikan guru, khususnya bidang studi matematika yang merupakan

bidang studi yang kurang disenangi siswa, karena matematika dianggap sebagai

bidang studi yang paling sulit. Rendahnya kemampuan matematika siswa juga

disebabkan kurangnya petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam

membuat kalimat matematika. Abdurrahman (2009:257-258) mengemukakan bahwa : “dalam menyelesaikan soal cerita banyak anak yang mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut, nampaknya terkait dengan pengajaran yang menuntut anak membuat kalimat matematika tanpa terlebih dahulu memberikan petunjuk tentan langkah-langkah yang harus ditempuh.”

Jenis kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita adalah:

a. Kesulitan dalam memahami kalimat soal cerita (kesulitan I), yaitu kesulitan

dalam menentukan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan menuliskan

kalimat jawab,

b. Kesulitan dalam membuat model matematika (kesulitan II), yaitu kesulitan dalam

(16)

3

c. Kesulitan dalam menyelesaikan model matematika (kesulitan III), yaitu kesulitan

dalam mensubstitusikan nilai-nilai variabel, melakukan komputasi, dan

mengubah satuan.

Penyebab kesulitan dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita adalah :

a. Untuk kesulitan I, yaitu karena mengikuti kebiasaan guru tidak pernah menulis

kalimat jawab, lupa menulis bagian apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan,

ada bagian kalimat yang tidak dipahami, dan kurang contoh soal cerita dari guru,

b. Untuk kesulitan II, yaitu karena kurang dalam pemahaman rumus, tidak

memahami kalimat soal cerita, dan mengikuti apa yang diajarkan guru les yang

terkadang memakai cara pintas pada akhir jawaban,

c. Untuk kesulitan III, yaitu karena kurang memahami cara mengubah satuan,

kurang teliti dalam mensubstitusikan nilai variabel, melakukan komputasi, dan

mengubah satuan; bingung menentukan nilai yang akan disubstitusikan ke

variabel-variabel, latihan-latihan hanya dari buku paket, kurang memahami

kalimat soal cerita, ketika guru menjelaskan ada konsep yang kurang dipahami.

Fakta rendahnya kemampuan pemecahan masalah juga diperkuat dari hasil tes

Programme for International Student Assessment (PISA). Indonesia adalah salah satu

negara peserta PISA. Distribusi kemampuan matematika siswa dalam PISA 2003

adalah level 1 (sebanyak 49,7% siswa), level 2 (25,9% siswa), level 3 (15,5% siswa),

level 4 (6,6% siswa), dan level 5 - 6 (2,3% siswa). Pada level 1 ini siswa hanya

mampu menyelesaikan persoalan matematika yang memerlukan satu langkah. Secara

proporsional, dari setiap 100 siswa SMP di Indonesia hanya sekitar 3 siswa yang

mencapai level 5 – 6.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa juga dapat dilihat dari

laporan Trend in International Mathematic and Sciense Study (TIMMS) yang

menyebutkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam pemecahan masalah hanya

25% dibanding dengan negara-negara seperti Singapura, Hongkong, Taiwan, dan

Jepang yang sudah 75% serta berdasarkan hasil dari penelitian MIPA yang

(17)

4

tahun 1999 peringkat 34 dari 38 peserta, tahun 2003 peringkat 34 dari 45 peserta,

tahun 2007 peringkat 36 dari 48 peserta. Ketidakmampuan siswa menyelesaikan

masalah seperti di atas dipengaruhi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah

siswa. Karena itu kemampuan pemecahan masalah dalam matematika perlu dilatih

dan dibiasakan kepada siswa. Kemampuan ini diperlukan siswa sebagai bekal dalam

memecahkan masalah matematika dan masalah yang ditemukan dalam kehidupan

sehari-hari.

Diperkuat oleh Hudojo (2005) menyatakan bahwa pemecahan masalah

merupakan suatu hal yang sangat esensial didalam pengajaran matematika,

disebabkan (1) siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian

menganalisisnya dan akhirnya meneliti hasilnya, (2) kepuasaan intelektual akan

timbul dari dalam, (3) potensi intelektual siswa meningkat. Akan tetapi fakta di

lapangan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah.

Kemampuan pemecahan masalah siswa yang masih rendah juga didukung

dengan hasil observasi di SMK Farmasi Pharmaca Medan kelas X yang karenakan

minimnya minat belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika. Peneliti

juga memilih materi perbandingan dan skala untuk diajarkan kepada siswa SMK

Farmasi Pharmaca Medan karena mereka membutuhkan penakaran atau

perbandingan terhadap bahan-bahan untuk pembuatan obat. Hasil observasi

menunjukkan bahwa pembelajaran matematika di kelas masih didominasi oleh guru,

yakni guru sebagai sumber utama pengetahuan. Hal ini dilakukan karena guru

mengejar target kurikulum untuk menghabiskan materi pembelajaran atau bahan ajar

dalam kurun waktu tertentu. Guru juga lebih menekankan pada siswa untuk

menghafal konsep-konsep, terutama rumus-rumus praktis yang biasa digunakan oleh

siswa dalam menjawab ulangan umum atau ujian nasional, tanpa melihat secara nyata

manfaat materi yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini menyebabkan siswa

kurang mandiri, kurang berani mengemukakan pendapatnya, selalu meminta

bimbingan guru dan kurang berusaha mencoba menyelesaikan masalah, sehingga

(18)

5

yang berpusat pada guru sudah sewajarnya diubah pada pembelajaran yang berpusat

pada siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru matematika SMK

Farmasi Pharmaca Medan, Drs. J Pandiangan mengatakan bahwa :

“siswa termasuk sulit dalam memecahkan suatu soal-soal matematika

terutama dalam bentuk soal cerita. Siswa kurang memahami apa yang diminta soal, kurang berimajinasi dengan soal, dan kurang mengerti cara mana yang dipakai untuk menyelesaikan soal-soal itu. Dan ketika mereka tidak mengerti soal cerita itu, rata-rata siswa tidak mengerjakan soal tersebut dan akhirnya mereka harus dituntun terus untuk menyelesaikan soal tersebut.”

Soal 1:

Seorang tukang menghabiskan 2 sak semen untuk membangun 12 m2 dinding. Jika

dia akan membangun dinding seluas 18 m2, berapa sak semen yang dibutuhkan?

 Siswa tidak membiasakan untuk menuliskan diketahui, ditanya, dan jawaban.

Mereka selalu fokus pada jawaban dan hasil akhir. Sehingga mereka sulit

mengerti soal tersebut karena mereka tidak memfokuskan atau membuat point

apa sebenarnya yang diinginkan soal tersebut.

 Siswa tidak membiasakan untuk membuat pemeriksaan hasil pada jawaban.  Pada soal 1, terdapat 12 siswa yang memiliki kesalahan seperti Santa yang

(19)

6

Soal 2:

Erni melakukan perjalanan Jakarta-Bogor mengendarai sepeda motor selama 2 jam

dengan kecepatan 60 km/jam. Jika kecepatannya 80 km/jam, berapa lama ia sampai

ke Bogor?

 Siswa kurang memahami soal yang berbentuk perbandingan senilai dan berbalik

nilai, sehingga siswa bingung mengerjakan soal tersebut dan salah dalam

perencanaan dan pengerjaan soal tersebut.

 Pada soal 2, terdapat 10 siswa yang memiliki kesalahan seperti Fazri yang

memiliki pemecahan masalah yang masih rendah dan cara pengerjaan yang salah.

Soal 3:

Jarak dua kota pada peta 12,5 cm. Jika skala peta tersebut 1 : 500.000, berapakah

jarak kedua kota itu sesungguhnya?

 Siswa tidak memahami cara pengerjaan permasalahan tentang skala sehingga

tidak menyelesaikan soal tersebut.

 Pada soal 3, terdapat 13 siswa memiliki kesalahan yang menunjukkan pemecahan

masalah rendah seperti Lutfiah yang kurang memahami cara menyelesaikan

(20)

7

Dari hasil survei peneliti berupa tes awal kepada 35 orang siswa kelas X SMK

Farmasi Pharmaca menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa masih rendah seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes Awal Kelas X SMK Farmasi Pharmaca Medan

1. Kemampuan Siswa Memahami Masalah

Kriteria Tingkat Kemampuan Banyak Siswa 90 ≤ persentase skor ≤ 100 Sangat tinggi 0

75 ≤ persentase skor < 90 Tinggi 5 65 ≤ persentase skor < 75 Sedang 12 45 ≤ persentase skor < 65 Rendah 15 0 ≤ persentase skor < 45 Sangat Rendah 3 2. Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan Masalah

Kriteria Tingkat Kemampuan Banyak Siswa 90 ≤ persentase skor ≤ 100 Sangat tinggi 0

75 ≤ persentase skor < 90 Tinggi 9 65 ≤ persentase skor < 75 Sedang 4 45 ≤ persentase skor < 65 Rendah 10

0 ≤ persentase skor < 45 Sangat Rendah 12 3. Kemampuan Siswa Menyelesaikan Pemecahan Masalah

Kriteria Tingkat Kemampuan Banyak Siswa 90 ≤ persentase skor ≤ 100 Sangat tinggi 0

75 ≤ persentase skor < 90 Tinggi 6 65 ≤ persentase skor < 75 Sedang 10 45 ≤ persentase skor < 65 Rendah 6

0 ≤ persentase skor < 45 Sangat Rendah 13 4. Kemampuan Siswa memahami masalah

Kriteria Tingkat Kemampuan Banyak Siswa 90 ≤ persentase skor ≤ 100 Sangat tinggi 0

75 ≤ persentase skor < 90 Tinggi 5 65 ≤ persentase skor < 75 Sedang 6 45 ≤ persentase skor < 65 Rendah 11

(21)

8

Setelah menelusuri ditemukan berbagai penyebab tingkat kemampuan

pemecahan masalah siswa kelas X SMK Farmasi Pharmaca Medan masih sangat

rendah yaitu guru kurang melatih siswa dalam pemecahan masalah terutama pada

soal cerita.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa, hendaknya guru berusaha melatih dan membiasakan siswa melakukan kegiatan

pembelajaran seperti memberikan latihan-latihan soal dan memecahkan

masalah-masalah matematika yang ada. Slameto (2010: 36) menyatakan bahwa:

“dalam proses mengajar belajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, inti sari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik.”

Siswa berkesulitan belajar matematika tidak suka soal cerita disebabkan

mungkin mereka tidak dapat membaca, sukar memikirkan strategi penyelesaian soal,

dan cenderung membuat penyelesaian segera setelah melihat angka-angka dalam

soal. Siswa seringkali menggunakan teknik yang keliru dalam menjawab

permasalahan sebab hanya fokus pada jawaban akhir. Padahal proses memecahkan

masalah yaitu bagaimana memecahkan masalah jauh lebih penting dan mendasar.

Ketika jawaban akhir diutamakan, siswa mungkin hanya belajar menyelesaikan satu

masalah khusus, namum ketika proses ditekankan, siswa tampaknya akan belajar

lebih bagaimana menyelesaikan masalah-masalah lainnya. Maka guru perlu melatih

menggunakan strategi penyelesaian soal cerita.

Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh guru sebagai pembimbing

peserta didik adalah memilih model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model

pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang paham

(22)

9

didik dalam belajar. Maka diperlukan model pembelajaran yang efektif dan membuat

siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang

dapat digunakan adalah model Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis

masalah. Rusman (2012:229) bahwa Problem Based Learning merupakan inovasi

dalam pembelajaran karena dalam Problem Based Learning kemampuan berpikir

siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang

sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan

mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

Secara umum Problem Based Learning meningkatkan kemampuan berpikir

dalam sebuah proses kognitif yang melibatkan proses mental yang dihadapkan

kepada kompleksitas suatu permasalahan yang ada di dunia nyata. Dalam hal ini

masalah yang diberikan sebagai bentuk latihan siswa dalam meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah adalah masalah matematika yang kebanyakan

berbentuk soal cerita. Soal cerita tersebut menggunakan masalah dunia nyata sebagai

suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan

keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep

yang esensial dari materi pelajaran.

Penggunaan Problem Based Learning dalam peningkatan pemecahan masalah

juga didukung dari penelitian yang telah dilakukan oleh Juliana (2013) mengenai

pendekatan Problem Based Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah dan

disposisi matematis siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4 Singkawang T.A 2013-2014.

Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan sampel penelitian 18 siswa

kelas XI IPA SMA Negeri 4 Singkawang. Hasil analisis data menunjukkan bahwa

rata - rata skor memahami masalah sebesar 11,44 dari 14, kemampuan

merencanakan penyelesaian sebesar 19,61 dari 28, kemampuan menyelesaikan

masalah sebesar 10,00 dari 14, dan kemampuan memeriksa kembali hasil

sebesar 9,06 dari 14. Setelah mendapatkan pembelajaran matematika dengan

pendekatan PBL, terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis

(23)

10

Dengan kata lain model pembelajaran Problem Based Learning ini

diasumsikan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika dan

siswa dapat menemukan sendiri penyelesaian masalah dari masalah di dalam

kehidupan sehari-hari pada materi perbandingan dan skala. Sehingga siswa akan

termotivasi untuk belajar matematika dan mampu mengembangkan ide dan gagasan

mereka dalam menyelesaikan permasalahan matematika.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, bahwa kemampuan

pemecahan masalah merupakan tujuan pembelajaran matematika yang sangat penting

dan salah satu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa belajar melakukan

pemecahan masalah matematika adalah model pembelajaran Problem Based

Learning, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul:

“Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dalam Soal Cerita Matematika Siswa Kelas X SMK Farmasi Pharmaca Medan ”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Matematika dianggap bidang studi yang paling sulit oleh siswa, baik siswa yang

tidak berkesulitan dalam belajar maupun yang berkesulitan dalam belajar.

2. Pembelajaran matematika masih didominasi oleh guru sehingga siswa hanya

menerima tanpa memiliki pengalaman belajar, kurang mandiri, kurang berani

mengemukakan pendapatnya, selalu meminta bimbingan guru, dan kurang

berusaha mencoba menyelesaikan masalah

3. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa

4. Siswa sulit menyelesaikan soal cerita matematika

5. Siswa hanya fokus pada hasil akhir

(24)

11

1.3 Batasan Masalah

Melihat luasnya cakupan permasalahan dalam identifikasi masalah di atas

maka peneliti membatasi masalah pada peningkatan kemampuan pemecahan masalah

pada materi perbandiangan, skala, dan persen tingkat SMK dengan model

pembelajaran Problem Based Learning.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini difokuskan pada :

1. apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam soal cerita matematika

pada materi pokok perbandingan, skala, dan persen siswa SMK Farmasi

Pharmaca Medan?

1.5 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Problem Based

Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam soal cerita

matematika pada materi pokok perbandingan, skala, dan persen siswa SMK

Farmasi Pharmaca Medan.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan model

pembelajaran matematika melalui Problem Based Learning dan sebagai bekal

peneliti sebagai calon guru mata pelajaran matematika dalam menjalani praktik

mengajar dalam instansi formal yang sesungguhnya.

2. Bagi guru matematika, sebagai bahan masukan melakukan variasi dalam

(25)

12

pembelajaran Problem Based Learning sehingga proses belajar mengajar

matematika tidak lagi monoton.

3. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

dalam soal cerita matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning.

4. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan inovasi

pembelajaran matematika di sekolah guna peningkatan kualitas pengajaran.

1.7 Definisi Operasional

Berikut ini adalah beberapa istilah yang perlu didefinisikan secara operasional

agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan untuk memberi arah yang jelas dalam

pelaksanaannya. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning

merupakan suatu bentuk pembelajaran yang dimulai dari guru memperkenalkan

pada siswa tentang situasi masalah, mengorganisir siswa untuk belajar

(membantu siswa dalam mendefinisikan masalah), membimbing investigasi yang

dilakukan siswa terhadap situasi masalah yang disajikan baik secara individu

maupun kelas, membantu siswa dalam mengembangkan dan menyajikan hasil

kerja serta menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah yang

telah dilakukan siswa.

2. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal-soal non rutin. Kemampuan pemecahan masalah diawali dari

kemampuan memaahami masalah, membuat rencana pemecahan, menjalankan

rencana, dan memeriksa kembali solusi yang ditemukan.

3. Soal cerita adalah merupakan modifikasi dari soal-soal hitungan yang berkaitan

dengan dunia nyata dan soal ini berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai

(26)

56 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Problem Based-Learning dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi perbandingan, skala, dan

persen kelas X-A SMK Farmasi Pharmaca Medan.

2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah yang terjadi pada siklus I ke

siklus II dilihat dari 4 indikator Polya, yaitu : langkah 1 (memahami masalah) =

rata-rata N-Gain siklus I sebesar 0.276667 mengalami peningkatan pada siklus

II sebesar 0.395238, langkah 2 (merencanakan penyelesaian masalah) =

rata-rata N-Gain siklus I sebesar 0.211327 mengalami peningkatan pada siklus II

sebesar 0.23, langkah 3 (pelaksanaan penyelesaian masalah) = rata-rata N-Gain

siklus I sebesar 0.381293 mengalami peningkatan pada siklus II sebesar

0.39619, langkah 4 (pemeriksaan kembali) = rata-rata N-Gain siklus I sebesar

0.230952 mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 0.288095, dan

peningkatan TKPM secara keseluruhan yaitu siklus I sebesar 0,27 mengalami

peningkatan siklus II sebesar 0,32. Kemampuan guru mengelola pembelajaran

meningkat dari kategori baik pada siklus I menjadi sangat baik pada siklus II.

Selain itu, terdapat pula peningkatan persentase aktivitas siswa dari Cukup

Aktif pada siklus I menjadi Aktif pada siklus II.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa saran

sebagai berikut.

1. Guru lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran, membimbing siswa

(27)

masalah-81

masalah dalam dunia nyata, mengarahkan siswa untuk lebih memahami

masalah, memberikan kesempatan pada siswa untuk tanya jawab dan

berpendapat, dan memberikan penghargaan atau pujian kepada siswa yang

memberikan tanggapan, berani tampil, menjawab dengan tepat, dan sebagainya

supaya siswa merasa termotivasi.

2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan secara berkelompok yang

ditentukan oleh guru berdasarkan hasil ujian tengah semester atau ujian

semester sehingga setiap kelompok terdiri kemampuan siswa yang heterogen.

3. Pada pemecahan masalah, siswa harus mampu menyelesaikan soal dengan

menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah. Maka, guru harus lebih

menekankan langkah-langkah pemecahan masalah terutama langkah ke 4

(mengevaluasi pemecahan masalah) karena banyak siswa beranggapan bahwa

(28)

82

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Arends, (2008), Belajar untuk Mengajar, Penerbit Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Ari., (2012), Meningkatkan Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita dalam Matematika melalui Metode Problem Based Learning, Jurnal, PGSD FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Arikunto, S., (2013), Prosedur Penelitian, Penerbit PT Rineka Cipta, Yogyakarta.

Daryanto, (2013), Inovasi Pembelajaran Efektif, Penerbit Yrama Widya, Bandung.

Gunantara, (2014), Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas V, Jurnal, PGSD FKIP, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.

Hamdayama, J., (2014), Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Hayatun, (2012), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa melalui Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah di Kelas VII SMPN, Tesis, FMIPA, UNIMED, Medan.

Heryadi, D., (2011), Matematika 1 SMK Kelas X, Penerbit Yudistira, Jakarta.

Holmes, (2014), Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa antara Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Konvensional pada Pokok Bahasan Statistika bagi Siswa Kelas XI di SMAN 1 Pagaran T.A 2014/2015, Skripsi, FMIPA, UNIMED, Medan.

Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Penerbit Universitas Negeri Malang, Malang.

Juliana, (2013), Pendekatan Problem-Based Learning Serta Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Disposisi Matematis Siswa, Jurnal, Pendidikan Magister Matematika FKIP, UNTAN, Pontianak.

Kasmina, dkk., (2008), Matematika Program Keahlian Teknologi, Kesehatan, dan Pertanian untuk SMK dan MAK, Penerbit Erlangga, Jakarta.

(29)

83

Lola, (2013), Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Model Problem Based Learning Menggunakan Software Autografh, Tesis, FMIPA, UNIMED, Medan.

Purwanto, N., (2009), Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung.

Rusman, (2012), Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Dua, Penerbit Rajawali pers, Jakarta.

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Sumanjaya, A., (2014), Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas X SMK dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Suranto, E., (2011), Matematika 1 SMK Kelas X, Penerbit Yudistira, Jakarta.

Tambunan, F., (2013), Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMP Pencawan Medan T.A 2013 / 2014, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Tombokan, dkk., (2013), Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Ar-Ruzz Media, Yogyakarta.

Trianto, (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Penerbit Kencana, Jakarta.

Wahyudi, (2012), Pemecahan Masalah Matematika Unit 9, Penerbit Widya Sari, Salatiga.

Yulianingsih, R., (2013), Pendekatan Problem-Based Learning serta Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Disposisi Matematis Siswa, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

http://dhanymatika.wordpress.com/2013/09/02/pisa-programme-internationale-for-student-assessment/ (diakses tanggal 30 Mei 2015)

http://midt-pmm.wikispaces.com/1267/34/masalah-dalam-matematika/ (diakses 4 Mei 2015)

Gambar

Gambar 3.1  Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 1.1  Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes Awal

Referensi

Dokumen terkait

projection so supporting the standard projection clause, too, is of no use in practice (but may require additional effort in. implementations): If the target property is optional

The geometry of individual buildings in LOD1 and LOD2 may be represented in a multitude of valid forms within the same LOD. For instance, the top of a LOD1 building may represent

”Aplikasi Statistik Praktis dengan SPSS.10

No Waktu MATERI NARASUMBER. SENIN, 21

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa pemanasan melalui permainan tradisional memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

Tahun Pelajaran ……… Bulan Januari s.d Maret 2016 Melaksanakan tugas mengajar dengan beban kerja sebanyak ……… Jam Tatap Muka (JTM) yang terdiri

kualifikasi terhadap hasil evaluasi penawaran yang telah Saudara-saudara

dari shuhuf, bentuk plural dari kata shahîfah yang berarti ‘surat kabar’), dan al-Kitâb (Buku), sebagai dua media komunikasi dalam proses komunikasi massa yang