• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS DENGAN PENDEKATAN DIREKTIF BERBASIS MANAJEMEN PENDIDIKAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI KOTA BINJAI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS DENGAN PENDEKATAN DIREKTIF BERBASIS MANAJEMEN PENDIDIKAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI KOTA BINJAI."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS DENGAN PENDEKATAN DIREKTIF BERBASIS MANAJEMEN PENDIDIKAN UNTUK MENINGKATKAN

KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI KOTA BINJAI

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh : DEWI NAIBAHO NIM : 8136132009

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Dewi Naibaho.Nim 8136132009. Implementasi Supervisi Klinis Dengan Pendekatan Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri Kota Binjai. Penelitian Tindakan Sekolah di SMP Negeri Binjai. Tesis. Medan: Program Pendidikan Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana. Universitas Negeri Medan. 2015.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah implementasi supervisi klinis dengan pendekatan direktif dapat meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri Binjai. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan sekolah. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yang ditentukan dengan cara Purposive sampel. Penelitian tindakan ini terdiri dari empat rangkaian kegiatan yaitu: (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, (d) refleksi. . Teknik pengumpulan data dengan menggunakan lembar IPKG 1, IPKG 2, dan evaluasi hasil belajar. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) Pada pra siklus, tidak ada guru yang memiliki skor kinerja dalam kategori baik, 66% guru memiliki skor kinerja dalam kategori cukup baik, dan 33% guru memiliki skor kinerja dalam kategori kurang baik. (2) Pada siklus pertama tidak ada guru yang memiliki skor kinerja dalam kategori baik. 100% guru memiliki skor kinerja dalam kategori cukup baik. (3) Pada siklus kedua 87% guru sudah memiliki skor kinerja dalam kategori baik. 13% guru memiliki skor kinerja dalam kategori cukup baik. Hasil temuan penelitian ini menemukan bahwa implementasi supervisi akademik model artistik dapat meningkatkan kinerja guru.Saran kepada kepala sekolah sebagai supervisor dalam pelaksanaan tugasnya sebaiknya menerapkan supervisi klinis pendekatan direktif berbasis manajemen pendidikan. Kepada pengawas sekolah bidang studi bahasa Indonesia sebaiknya menerapkan supervisi klinis pendekatan direktif berbasis manajemen pendidikan. Kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang sebaiknya memberikan pendidikan dan pelatihan kepada pengawas dan kepala sekolah untuk memperluas wawasan tentang penerapan supervisi klinis directif berbasis manajemen pendidikan. Kepada Guru bidang studi bahasa Indonesia agar selalu meningkatkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan sastra melalui pendidikan dan pelatihan.

(6)

ii ABSTRACT

Dewi Naibaho. Nim : 8136132009. Implementation of Clinical Supervison with independent Directif based on Education Management in improving performance of teacher Indonesian in Junior High School at Binjai . Action research in junior high school in Binjai. Thesis. Medan: Educational Administration postgraduate courses. State University of Medan. 2015.

The research objective of this study was to determine whether the implementation of clinical supervision with independent directif can improve the performance of teachers of Indonesian in Junior High School in Binjai.This study uses action research school. Actions taken to improve teacher performance. The samples in this study were 15 teachers determined by random sampling This action research consists of four series of activities, namely: (a) planning, (b) action, (c) observations, (d) reflection. Data collection techniques using IPKG 1, IPKG 2, and evaluation of learning outcomes. Based on the results of the action research data showed that: (1)Percentage of the value of the average performance of teachers in the current study tended to be in the category of pre cycle quite well with the relative frequency of 66%. (2) Percentage of the value of the average performance of the teacher in teaching after the first cycle tends to be in the category quite well with the relative frequency of 100%. (3) Percentage of the value of the average performance of the teacher in the learning after the second cycle tends in both categories with the relative frequency of 87%. The findings of this study found that the implementation of clinical supervision with independent directif can improve the performance of teachers. Advice to the principal as a supervisor in the execution of his duty should apply clinical supervision with independendent directif based on education management. The school superintendent Indonesian field of study should apply clinical supervision with independendent directif based on education management . To the Chief Education Office Binjai district should provide education and training to supervisors and principals to broaden the application of clinical supervision with independendent directif based on education management. To the field of study of Indonesian teachers to keep improving science, technology, art and literature through education and training.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas kemurahanNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Master Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Adapun tesis ini berjudul “Implementasi Supervisi Klinis Dengan Pendekatan Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri Kota Binjai”.

Tesis ini sungguh tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak, untuk ini Peneliti menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Medan dan semua staf yang telah memberikan fasilitas belajar selama Penulis mengikuti perkuliahan di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

2. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. Direktur Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

3. Dr. Saut Purba M.Pd. Selaku dosen pembimbing I dan Prof. Dr. Sahat Siagian M.Pd. Selaku dosen pembimbing II, tulus ikhlas meluangkan waktu untuk membimbing, memberi arahan, dan motivasi dalam proses penulisan tesis ini.

4. Dr. Darwin, M.Pd. Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan dan Prof. Dr. Paningkat Siburian, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

5. Prof. Dr. Benjamin Situmorang, M.Pd dan Dr. Darwin, M.Pd. selaku narasumber serta. Prof. Dr. Paningkat Siburian, M.Pd selaku narasumber sekaligus validator yang selalu memberikan masukan dan perbaikan terhadap tesis ini.

6. Para Dosen di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah membekali Penulis dengan ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.

7. Kepala Dinas Pendidikan Kota Binjai, Drs. H. Dwi Anang Wibowo, M.Pd. yang telah memberikan izin melaksanakan penelitian.

8. Pengawas Bidang Studi Bahasa Indonesia, Drs Zulkifli Hasibuan yang telah banyak bersedia bekerjasama dalam pelaksanaan penelitian.

(8)

10. Bapakku tercinta, St. S.M. Naibaho yang selalu mendukung saya dalam doa, dan motivasi yang menjadikan saya semangat selama ini.

11. Kakak-kakak dan Abang-abang terkasih, Sahat Naibaho, S.E, Drs.Manutur Parulian Naibaho, M.Si, Gokmani Naibaho, S. Sos, Luhut Naibaho, Tiur Naibaho, S.E, , beserta Kakak dan Abang Ipar dan keponakan seluruhnya. Terimakasih atas dukungan doa serta motivasi kepada Penulis.

12. Suamiku tersayang, Swandiman Limbong, S.E, dan anak-anakku tercinta , Shanika Karin Limbong, Natania Giovanny Limbong dan Edwin Hamonangan Limbong yang selalu memberi dukungan dan sekaligus menjadi penyemangat bagi Penulis dalam menyelesaikan studi khususnya dalam menyelesaikan penelitian.

13. Drs. Alifuddin selaku Kepala Sekolah tempat saya bekerja, yang memberikan dukungan dalam menyelesaikan studi saya.

14. Rekan-rekan sejawat, Imrah Wahyuni,S.Pd, Romannauli Situmorang,S.Pd, M.P.Sitanggang, M.Pd, Dewi Mayani Purba dan lainnya yang turut mendukung Penulis dalam menyelesaikan studi.

15. Teman-teman seangkatan Program Studi Administrasi Pendidikan, khususnya kelas AP-B3 yang telah menjadi keluarga, sahabat, dan selalu memberi motivasi kepada Penulis dari awal hingga akhir perkuliahan, khususnya Yulia Hafni, S.Pd. dan Meidina Sitohang, S.Pd. yang senantiasa ada membantu Penulis dalam suka dan duka. 16. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu per satu yang telah membantu Penulis

dalam menyelesaikan tesis ini.

Semoga semua pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan tesis ini, selalu diberkati oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dalam segala hal. Akhir kata semoga tesis ini memberi kontribusi yang bermanfaat bagi pendidikan sekarang dan yang akan datang.

Medan, Agustus 2015 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Prosedur Pemecahan Masalah... 10

F. Tujuan Penelitian ... 10

G. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teoritis ... 12

1. Kinerja Guru ... 12

2. Supervisi Klinis dengan Pendekatan Directif ... 20

3. Supervisi Klinis dengan Pendekatan Directif Berbasis MP... 32

B. Penelitian yang Relevan ... 33

C. Kerangka Berfikir ... 35

D. Hipotesis Tindakan ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 39

D. Desain Penelitian ... 40

E. Prosedur Penelitian ... 42

F. Variabel dan Defenisi Operasional ... 50

G. Evaluasi Tindakan... 52

(10)

I. Teknik Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN ... 55

1. Pra Siklus ... 55

2. Siklus I ... 59

3. Siklus II ... 69

B. PEMBAHASAN ... 72

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 76

B. Implikasi ... 77

C. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(11)
[image:11.595.75.506.111.658.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Siklus Supervisi Klinis ... 26

3.1. Siklus Penelitian Tindakan Sekolah ... 42

4.1. Grafik Skor Kinerja Guru pada Pra Siklus ... 57

4.2. Grafik Skor Kinerja Guru pada Siklus I ... 64

4.3. Grafik Skor Kinerja Guru pada Siklus II ... 70

(12)
[image:12.595.81.508.105.657.2]

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Skenario tahapan Supervisi Klinis... 28

3.1. Subyek Penelitian ... 41

3.2. Skenario tindakan Supervisi Klinis dengan Pendekatan Directif ... 43

3.3. Komponen Perencanaan Pembelajaran ... 52

3.4. Komponen Pelaksanaan Pembelajaran ... 52

3.5. Komponen Evaluasi Hasil Belajar... 53

3.6. Komponen Supervisi Klinis dengan Pendekatan Directif ... 53

4.1. Skor Kinerja Guru Pada Pra Siklus ... 56

4.2. Tingkat Kecenderungan Skor Kinerja Guru ... 55

4.3. Tingkat Ketercapaian Setiap Aspek pada Indikator Instrument Penilaian Kinerja Guru pada Prasiklus ... 58

4.4. Skor Kinerja Guru pada Siklus I ... 63

4.5. Tingkat Kecenderungan Kinerja Guru pada Siklus I ... 63

4.6. Tingkat Ketercapaian Setiap Aspek pada Indikator Instrument Penilaian Kinerja Guru pada Siklus I ... 65

4.7. Skor Kinerja Guru pada Siklus II ... 69

4.8. Tingkat Kecenderungan Skor Kinerja Guru pada Siklus II... 69

4.9. Tingkat Ketercapaian Kinerja Guru pada Siklus II ... 71

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran: Halaman

1. Instrument Penilaian Kinerja Guru ... 82

2. Lembar Obsevasi Penilaian Supervise Klinis dengan Pendekatan Directif Berbasis Manajemen Pendidikan ... 89

3. Skor Kinerja Guru oleh Pengawas pada Pra Siklus... 91

4. Skor Kinerja Guru oleh Kepala Sekolah pada Pra Siklus ... 92

5. Skor Kinerja Guru oleh Peneliti pada Pra Siklus ... 93

6. Skor Kinerja Guru oleh Pengawas pada Siklus I... 94

7. Skor Kinerja Guru oleh Kepala Sekolah pada Siklus I ... 95

8. Skor Kinerja Guru oleh Peneliti pada Siklus I ... 96

9. Skor Kinerja Guru oleh Pengawas pada Siklus II ... 97

10. Skor Kinerja Guru oleh Kepala Sekolah pada Siklus II ... 98

11. Skor Kinerja Guru oleh Peneliti pada Siklus II ... 99

12. Skor Kinerja Guru dari tiga penilai pada Pra Siklus ... 100

13. Skor Kinerja Guru pada tiga penilai Siklus I... 101

14. Skor Kinerja Guru pada tiga penilai Siklus II ... 102

15. Skor Penilaian kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran Pra Siklus ... 103

16. Skor Penilaian Kemampuan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Pra Siklus ... 104

17. Skor Penilaian Kemampuan Guru Dalam Evaluasi Pembelajaran Tahap Pra Siklus ... 105

18. Skor Penilaian Kemampuan Guru Dalam Perencanaan Pembelajaran Tahap Siklus I ... 106

19. Skor Penilaian Kemampuan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Siklus I ... 107

20. Skor Penilaian Kemampuan Guru Dalam Evaluasi Pembelajaran Tahap Siklus I ... 108

21. Skor Penilaian kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran Siklus II ... 109

22. Skor Penilaian Kemampuan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Siklus II ... 110

23. Skor Penilaian Kemampuan Guru Dalam Evaluasi Pembelajaran Tahap Siklus II ... 111

24a. Jadwal Supervisi Klinis Dengan Pendekatan Directif yang dilakukan di SMP Negeri 3 Binjai ... 112

24b. Daftar Hadir Guru dalam pelaksanaan Supervisi Klinis dengan Pendekatan Directif di SMP Negeri 3 Siklus I ... 113

24c. Daftar Hadir Guru dalam pelaksanaan Supervisi Klinis dengan Pendekatan Directif di SMP Negeri 3 Perbaungan Siklus II ... 114

25a. Jadwal Supervisi Klinis Dengan Pendekatan Directif yang dilakukan di SMP Negeri 4Binjai ... 115

25b. Daftar Hadir Guru dalam pelaksanaan Supervisi Klinis dengan Pendekatan Directif di SMP Negeri 4 Binjai Siklus I ... 116

(14)

26a. Jadwal Supervisi Klinis Dengan Pendekatan Directif yang dilakukan

di SMP Negeri 12 Binjai ... 118

26b. Daftar Hadir Guru dalam pelaksanaan Supervisi Klinis dengan Pendekatan Directif di SMP Negeri 12 Binjai Siklus I ... 119

26c. Daftar Hadir Guru dalam pelaksanaan Supervisi Klinis dengan Pendekatan Directif di SMP Negeri 12 Binjai Siklus II ... 120

27a. Kontrak Pertemuan Pra-Siklus Supervisi Klinis dengan pendekatan Directif di SMP Negeri3 Binjai ... 121

27b. Kontrak Pertemuan Siklus I dan Siklus II Supervisi Klinis dengan pendekatan Directif di SMP Negeri 4 Binjai ... 122

27c. Kontrak Pertemuan Siklus I dan Siklus II Supervisi Klinis dengan pendekatan Directif di SMP Negeri 12 Binjai ... 122

28. Dokumentasi Foto-Foto Penelitian ... 123

29. Surat Ijin dari Kepala Dinas Pendidikan Binjai ... 124

30. Surat Ijin dari SMPN 3 Binjai ... 125

31. Surat Ijin dari SMPN 4 Binjai ... 126

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya manusia yang bermutu adalah investasi masa depan dan hanya dapat

dihasilkan oleh pendidikan bermutu yang seutuhnya. Pendidikan yang bermutu ditentukan

pula oleh pendidik yang bermutu yang berperan sebagai pelaku pembelajaran untuk

mewujudkan tujuan pendidikan. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan Negara”.

Dalam dunia pendidikan kita mengenal istilah kepala sekolah, guru, dosen, siswa dan

mahasiswa. Komponen ini memiliki peran masing-masing dan memiliki pengaruh berbeda

dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan. Guru dan dosen berperan sebagai penyalur ilmu

dan pendidik bagi siswa dan mahasiswa, sedangkan siswa dan mahasiswa sebagai objek

didik. Sagala (2007) dalam proses pendidikan guru memiliki peranan sangat penting dan

strategis dalam membimbing peserta didik kearah kedewasaan, kematangan, dan

kemandirian, sehingga guru sering dikatakan sebagai ujung tombak pendidikan. Berdasarkan

hal itu, guru dianggap sebagai kunci utama kesuksesan proses pendidikan dan pada akhirnya

juga menjadi kunci utama kemajuan serta kemunduran suatu bangsa.

Guru merupakan salah satu komponen utama yang mendukung peningkatan sumber

daya manusia melalui pendidikan. Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005

(16)

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah”. Guru sebagai bagian penting dari penyelenggaran pendidikan harus

mampu bekerja dengan baik sehingga guru dapat merasa puas dengan apa yang

dikerjakannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Tilaar yang dikutip oleh Ambarita (2013: 21)

bahwa guru merupakan faktor dominan dalam upaya pembenahan kualitas pendidikan

melalui proses pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran bermutu menuntut proses

pendidikan yang harus berjalan dengan baik. Hal ini dapat tercapai apabila ditangani secara

profesional. Pernyataan ini menjelaskan bahwa pencapaian tujuan pendidikan akan sangat

dipengaruhi oleh profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pembimbing

dan fasilitator dalam menciptakan iklim kelas yang mampu meningkatkan motivasi dan

prestasi peserta didik.

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik

berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan

mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Guru dalam tugasnya dituntut untuk

selalu meningkatkan kualitas kerjanya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Kenyataan di lapangan menunjukkan hal tersebut masih jauh dari yang diharapkan.

Berdasarkan laporan Education For All (EFA) tahun 2011 dalam Ambarita (2013:1) diketahui bahwa dari 127 negara di dunia, Indonesia berada pada peringkat 69 dalam indeks

pembangunan pendidikan. Kondisi ini didukung pula oleh hasil penelitian yang dilakukan

Politikal and Risk Consultancy (PERC) di Hongkong yang menyatakan bahwa sistem pendidikan Indonesia menduduki peringkat terakhir dari 12 negara di Asia.

Hasil penelitian Balitbang (2011) dalam jurnal menyatakan bahwa kinerja guru di

Sumatera Utara tergolong rendah ditinjau dari kelayakan mengajarnya di sekolah. Adapun

(17)

dan swasta ternyata hanya 28,94%, sedangkan guru SMP Negeri 44,3 % dan guru di swasta

60, 99%, guru SMA negeri 65% dan guru SMA swasta 64, 73% dan guru di SMK negeri dan

swasta 55, 90%.

Melalui data yang terkumpul dari media internet menyatakan bahwa hasil Uji

Kompetensi Awal (UKA) tahun 2014 diduduki oleh 10 propinsi di Indonesia, yakni Daerah

Istimewa Yogyakarta (49,5), DKI Jakarta (49,2), Bali (48,9), Jawa Timur (47,1), Jawa

Tengah (45,2), Jawa Barat (44,0), Kepulauan Riau (43,8), Sumatera Barat(42,7), Papua

(41,1). Melalui hasil yang dipaparkan tersebut, dapat dilihat bahwa dibandingkan dengan

propinsi-propinsi besar di Indonesia, Sumatera Utara tidak masuk kriteria 10 besar . Hal ini

menandakan Sumatera Utara masih mengalami ketertinggalan terkait kinerja guru dan

termasuk salah satu didalam nya Kota Binjai.

Rendahnya SDM dalam dunia pendidikan diduga karena rendahnya kinerja guru

dalam hal penguasaan materi pembelajaran dan keterampilan mengajar guru. Menurut Sagala

(2011: 38) “ Kinerja guru selama ini belum optimal. Guru melaksanakan tugasnya hanya

sebagai kegiatan rutin. Guru seharusnya dapat melakukan inovasi pembelajaran. Sebaliknya,

inovasi pembelajaran bagi guru relatif tertutup dan kreatifitas dinilai bukan bagian dari

prestasi ”. Sehingga kemampuan guru tidak dapat berkembang, hal ini disebabkan karena

guru belum menguasai materi bidang studinya sendiri, paedagogis, didaktik, dan metodik

keahlian pribadi dan sosial, khususnya berdisiplin dan bermotivasi, kurangnya kerja tim

antara sesama guru dan tenaga pendidik lainnya.

Hasil wawancara peneliti dengan pengawas bidang studi Bahasa Indonesia di Kota

Binjai terdapat guru yang masih mengajar dengan metode belajar konfensional. Guru masih

melakukan catat buku saja, selanjutnya menyuruh siswa mengerjakan soal tanpa memberi

penjelasan tentang materi yang diajarkan. Pembelajaran yang seperti ini pastilah tidak efektif,

(18)

lain yang lebih menarik bagi mereka seperti bermain hand phone , mengganggu teman, menggosip dengan temannya dan hal lainnya.

Hasil survey awal peneliti dengan salah satu pengawas SMP bidang studi Bahasa Indonesia di Kota Binjai juga menemukan masih banyak guru yang melakukan copy paste terhadap Rancana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP tersebut berasal dari internet atau

file guru dari sekolah lain. Hal ini dapat mengakibatkan guru malas dalam mengembangkan pembelajaran di kelas, sehingga pembelajaran menjadi monoton dan membosankan bagi para

siswa. Selanjutnya pada sebuah sekolah menengah pertama di Serdang Bedagai ditemukan

masih banyak guru yang tidak memiliki program tahunan, program semester, silabus bahkan

RPP. Bahkan pengawas mengatakan masih banyak guru yang tidak mau disupervisi atau

sengaja menghindar bila seorang pengawas datang ke sekolah untuk mensupervisi.

Depdiknas mengartikan kinerja sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan, program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

misi, visi organisasi. Pengertian ini mengarah pada upaya seseorang dalam melaksanakan

tugasnya untuk mencapai kinerja yang lebih baik lagi. Rendahnya kualifikasi guru

disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut Musfah (2011:5-6) faktornya, yaitu: (1)rendahnya

kesejahteraan guru; (2) rendahnya kualitas, kualifikasi, dan kompetensi guru; (3) rendahnya

komitmen guru untuk meraih pendidikan lebih tinggi; dan (4) rendahnya motivasi guru untuk

meraih pendidikan yang lebih tinggi. Selanjutnya Sukmadinata dalam Musfah (2011: 4)

mengatakan: ”Selain masih kurangnya sarana dan fasilitas belajar, faktor lain yaitu: (1) guru

belum bekerja dengan sungguh-sungguh. (2) kemampuan profesional guru masih kurang.

Masalah kualitas guru yang rendah dari hasil ujian kompetensi guru yang jauh dari harapan,

kurangnya pengetahuan guru dalam penerapan teknik pembelajaran yang bervariasi, serta

penguasaan guru yang rendah dalam penyusunan RPP, hal ini di menunjukkan bahwa kinerja

(19)

penerapan supervisi yang tidak tepat. Pengawas cenderung menggunakan model supervisi

yang konvensional, supervisi ini tidak bersifat membantu guru dalam memecahkan

masalahnya dan memperbaiki proses pembelajaran.

Permasalahan yang dihadapi guru seperti yang dipaparkan di atas seharusnya dapat

diatasi, jika pengawas, kepala sekolah, guru, orang tua siswa dan masyarakat bekerja sama

dalam membenahi dunia pendidikan. Peran supervisi yang dilakukan oleh pengawas

merupakan hal yang sangat penting untuk peningkatan kualitas guru. Pidarta (1992:10)

mengatakan supervisi nampaknya lebih efektif daripada pembinaan dalam bentuk penataran,

sebab supervisi membimbing secara langsung para guru dalam aktivitasnya sebagai pengajar.

Kegiatan supervisi yang dilakukan pengawas diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru

dan mencari solusi atas masalah yang dihadapi guru.

Terdapat beberapa model, pendekatan, dan teknik supervisi dalam pendidikan menurut

Sahertian (2010:34), yaitu: Berdasarkan modelnya supervisi dibagi menjadi empat bagian,

diantaranya yaitu supervisi konvensional, ilmiah, artistik, dan klinis. Berdasarkan

pendekatannya, yaitu; dengan pendekatan direktif, non direktif, dan kolaboratif. Selanjutnya

berdasarkan tekniknya yaitu: supervisi yang bersifat individual dan supervisi yang bersifat

kelompok. Beragam supervisi tersebut diharapkan dapat memudahkan supervisor dalam

membina guru.

Supervisi klinis pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan oleh Cogan,

Goldhammer, dan Weller di Universitas Harvard pada akhir dasa warsa lima puluh tahun dan

awal dasawarsa enam puluhan. Menurut Sergiovanni (1987) dalam (Eathewin), terdapat dua

asumsi yang mendasari praktik supervisi klinis, yaitu: (1) pengajaran merupakan aktivitas

yang sangat kompleks yang memerlukan pengamatan dan analisis secara berhati-hati melalui

pengamatan dan analisis ini, supervisor pengajaran akan mudah mengembangkan

(20)

ingin dikembangkan lebih menghendaki cara yang kolegial daripada cara yang outoritarian.

Sedangkan Sullivan & Glanz, (2005) dalam (Eathewin), mengatakan supervisi klinis adalah

pembinaan kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran yang selanjutnya menurut

Cogan (1973) dalam (Eathewin), kegiatan pembinaan tersebut merupakan pembinaan

performansi guru dalam mengelola proses belajar mengajar.

Model supervisi yang diterapkan pengawas di kota Tebing dalam penelitiannya,

Ristiyanti (2013) mengatakan bahwa adalah model konvensional yaitu: (1) melakukan

supervisi tanpa ada kesepakatan waktu sebelumnya; (2) mengisi instrumen penilaian pada

saat guru mengajar tanpa ada pemberitahuan hasil penilaiannya; (3) melakukan supervisi

tanpa adanya tindak lanjut. Sementara guru menginginkan pengawas yang dapat dekat

dengan mereka, dapat membantu mereka dalam mengembangkan profesionalitas mereka

dalam mengajar. Model supervisi yang tepat bagi guru adalah supervisi klinis. Menurut

Siringoringo (2014) dalam penelitian nya menyatakan bahwa: “ Kinerja guru SMP di

Kabupaten Sergai meningkat setelah dilakukannya Supervisi Klinis oleh Kepala Sekolah.

Supervisi tersebut dinilai dapat membantu guru mengetahui dan menyadari kekurangan dan

kelebihan dari kinerjanya”.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji tentang supervisi klinis

melalui pendekatan directif . Supervisi klinis dengan pendekatan directif dilakukan karena pendekatan ini dinilai pengawas lebih efektif untuk mengatasi masalah guru di SMP Negeri

di Kota Binjai. Supervisi klinis dengan Pendekatan directif merupakan pendekatan yang dilakukan pengawas yang bersifat langsung terhadap masalah yang dihadapi guru, dimana

pendekatan ini peran pengawas lebih dominan dalam membantu guru mengatasi masalahnya.

Dalam memecahkan masalah guru melalui supervisi klinis khususnya dengan

(21)

kinerja guru dapat ditingkatkan dengan diadakannya supervisi klinis dengan tiga tahap yaitu

tahap perencanaan awal, tahap pelaksanaan observasi dan tahap akhir (diskusi balikan).

Supervisi klinis memiliki beberapa tahapan (Sergiovanni, 1987) yaitu: Tahap

perencanaan awal memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: (1) menciptakan

suasana yang intim dan terbuka; (2) mengkaji rencana pembelajaran yang meliputi tujuan,

metode, waktu, media, evaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang terkait dengan pembelajaran;

(3) menentukan fokus obsevasi; (4) menentukan alat bantu (instrumen) observasi; dan (5)

menentukan teknik pelaksanaan obeservasi. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan observasi,

beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: (1) harus luwes; (2) tidak mengganggu

proses pembelajaran; (3) tidak bersifat menilai; (4) mencatat dan merekam hal-hal yang

terjadi dalam proses pembelajaran sesuai kesepakatan bersama; dan (5) menentukan teknik

pelaksanaan observasi. Pada tahap akhir (diskusi balikan), beberapa hal yang harus

diperhatikan antara lain: (1) memberi penguatan; (2) mengulas kembali tujuan pembelajaran;

(3) mengulas kembali hal-hal yang telah disepakati bersama; (4) mengkaji data hasil

pengamatan; (5) tidak bersifat menyalahkan; (6) data hasil pengamatan tidak disebarluaskan;

(7) penyimpulan; (8) hindari saran secara langsung; dan (9) merumuskan kembali

kesepakatan-kesepakatan sebagai tindak lanjut proses perbaikan.

Berdasarkan hal–hal yang telah dipaparkan, dapat diduga bahwa kemampuan

pengawas yang berkaitan dengan pemberian supervisi klinis melalui pendekatan directif dapat meningkatkan kinerja guru SMP bidang studi Bahasa Indonesia di Kota Binjai.

Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Supervisi

Klinis dengan Pendekatan Directif untuk Meningkatkan Kinerja Guru dalam

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri Kota Binjai”.

(22)

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat di identifikasi beberapa masalah yang

berkaitan dengan peningkatan kinerja guru:

1. Metode mengajar yang digunakan guru pada bidang studi Bahasa Indonesia masih

konvensional.

2. Kualifikasi pendidikan yang masih rendah sehingga mutu guru yang rendah.

3. Kurangnya supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas.

4. Pendekatan model supervisi yang kurang tepat yang digunakan oleh pengawas.

C. Pembatasan Masalah

Beragam model dan pendekatan dalam supervisi, akan tetapi berdasarkan identifikasi

masalah maka dalam penelitian ini dibatasi pada Supervisi Klinis dengan pendekatan directif yang diperkirakan dan diyakini dapat mempengaruhi kinerja guru di SMP Negeri Kota

Binjai.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut;

Apakah Implementasi Supervisi Klinis pendekatan directif dapat meningkatkan Kinerja Guru SMP Negeri dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kota Binjai?

E. Prosedur Pemecahan Masalah

Prosedur pemecahan masalah yang akan digunakan dalam PTS ini adalah Supervisi

Klinis dengan Pendekatan directif yang akan ditempuh melalui dua siklus , setiap siklus mencakup: perencanaan – tindakan – observasi – refleksi. Melalui Supervisi Klinis dengan

Pendekatan directif ini diharapkan dapat meningkatkan Kinerja Guru bidang studi Bahasa Indonesia, agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan dapat mengembangkan mutu

(23)

F. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan Kinerja Guru bidang studi Bahasa

Indonesia melalui penerapan Supervisi Klinis Pendekatan directif di SMP Negeri di Kota Binjai, sehingga guru tersebut dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan memberi manfaat kepada pengawas, tenaga pendidik,

guru-guru baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Secara teoritis

a. Menambah pengetahuan khususnya dalam ilmu pendidikan baik kepada pendidik,

tenaga kependidikan, kepada kepala sekolah maupun supervisor untuk

meningkatkan keterampilan mengajar guru dan mengatasi permasalahan yang

duhadapi guru dalam proses belajar mengajar. Serta sebagai landasan bagi

supervisor dalam menambah wawasan sehingga dapat membantu guru untuk

mengatasi masalah yang dihadapi dalam mangajar.

b. Memperkaya penegetahuan tentang penerapan pentingnya Supervisi Klinis

pendekatan directif. 2. Manfaat praktis

a. Bagi dinas pendidikan dan stakeholder lainnya, sebagai informasi untuk

menentukan kebijakan dalam peningkatan kinerja guru.

b. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan informasi untuk dapat membantu guru dalam

(24)

c. Bagi guru, sebagai upaya pengembangan dan peningkatan kinerja guru agar

mengetahui tehnik keterampilan mengajar yang tertuang dalam standart

pendidikan.

d. Bagi peneliti lainnya, sebagai bahan pertimbangan dan acuan dalam penelitian

(25)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Penelitian yang dilaksanakan di tiga sekolah sekolah berlokasi di Kota Binjai Provinsi Sumatera Utara. Sekolah-sekolah yang menjadi tempat supervisi klinis dilakukan adalah SMP N 3Binjai, SMP N 4 Binjai dan SMP N 12 Binjai.

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Sekolah ini diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada prasiklus, guru yang memiliki skor kinerja dalam kategori baik tidak ada seorang pun. Guru yang memiliki skor kinerja dalam kategori cukup baik adalah 66%, dan Guru yang memiliki skor kinerja dalam kategori kurang baik adalah 33%.

Sedangkan Tingkat Ketercapaian Setiap Aspek pada Indikator Instrument Penilaian Kinerja Guru pada Pra Siklus 71,4% guru memiliki skor dalam kategori kurang baik,

dan 28,5% guru memiliki skor dalam kategori tidak baik.

2. Pada siklus pertama, guru yang memiliki skor kinerja dalam kategori baik tidak ada

seorang pun. Guru yang memiliki skor kinerja dalam kategori cukup baik adalah 100%. Sedangkan Tingkat Ketercapaian Setiap Aspek pada Indikator Instrument Penilaian Kinerja Guru pada Siklus I 100% guru memiliki skor dalam kategori cukup

baik.

3. Pada siklus kedua, guru yang memiliki skor kinerja dalam kategori baik adalah 86%.

Guru yang memiliki skor kinerja dalam kategori cukup baik adalah 13%. Sedangkan Tingkat Ketercapaian Setiap Aspek pada Indikator Instrument Penilaian Kinerja Guru pada Siklus II 86,66% guru memiliki skor dalam kategori baik dan 13,33 guru

(26)

4. Hasil temuan penelitian ini menemukan bahwa implementasi supervisi klinis dengan pendekatan directif dapat meningkatkan kinerja guru.

B.Implikasi

Implikasi penelitian diberikan berdasarkan hasil penelitian dan simpulan penelitian, diantaranya :

1. Implementasi supervisi klinis dengan pendekatan directif dapat meningkatkan kinerja

guru bidang studi bahasa Indonesia dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.

2. Implementasi supervisi klinis dengan pendekatan directif menekankan pada hubungan yang didominasi oleh pengawas untuk memberikan motivasi masukan dan arahan bagi guru yang mengalami kesulitan dalam mengajar secara intim dan terbuka satu dengan

yang lain tanpa memberikan rasa takut pada guru yang akan disupervisi. Sehingga guru dapat mengatasi masalahnya dengan baik sehingga kinerja guru semakinlama semakin

baik.

3. Berdasarkan temuan pada penelitian ini diperoleh hasil, bahwa kinerja guru meningkat,

sehingga diharapkan agar implementasi supervisi klinis dengan pendekatan directif dapat diterapkan dilingkungan sekolah oleh pengawas, kepala sekolah, dan stake holder untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas.

4. Implementasi supervisi klinis dengan pendekatan directif perlu mendapat perhatian serius oleh Dinas Pendidikan Kota Binjai agar diterapkan oleh seluruh pengawas yang

(27)

C.Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian untuk meningkatkan kinerja guru

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran diajukan saran sebagai berikut:

1. Kepala Dinas Pendidikan Kota Binjai diharapkan memperhatikan kinerja pengawas agar lebih baik lagi dalam menjalankan tugasnya agar mereka mampu memberikan supervisi klinis dengan pendekatan directif sebagai salah satu bentuk supervisi yang

dapat meningkatkan kinerja guru. Sehingga mutu pendidikan dapat meningkat dengan baik.

2. Bagi Pengawas sekolah bidang studi Bahasa Indonesia sebaiknya menggunakan supervisi klinis dengan pendekatan directif dan supervisi model lainnya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja guru.

3. Pengawas dan Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah bekerja sama dalam meningkatkan pembelajaran yang berlangsung disekolah dengan memberikan supervisi

kepada guru-guru disekolah tersebut. Sehingga guru-guru dapat memperbaiki cara mengajar mereka ke arah yang lebih baik lagi.

4. Bagi guru bidang studi Bahasa Indonesia agar membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan khususnya dalam meningkatkan keterampilan mengajar guru. Sehingga kinerja guru dapat meningkat dan anak didiknya juga mendapatkan ilmu yang

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Aedi, Nur. (2014). Pengawasan Pendidikan. Tinjauan Teori dan Praktik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Ambarita, Biner dan Wanapri Pangaribuan.(2013). “Kemampuan Membaca dan Sikap Profesional dalam Peningkatan Mutu Pendidikan”. Bandung: Alfabeta.

---, Biner.(2013). “Manajemen dalam Kisaran Pendidikan”. Bandung: Alfabeta.

Depdiknas.(2004).Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.Balai Pustaka: Jakarta. ---.(2005). Undang-undang Guru dan Dosen.---

Gibson.(1997). Manajemen.Jakarta: Erlangga.

Hanum,H.(2007).“Implementasi Supervisi Klinis dan pemberian Motivasi Kepala Sekolah untuk Peningkatan Kinerja Guru SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”. Tesis : Jurusan Administrasi Pendidikan, Pascasarjana – Universitas Negeri Medan.

Mantja. (2005). “Supervisi Klinik” dalam Seminar tentang: Peranan Supervisi Kepala Sekolah Dalam Rangka Meningkatkan Profesionalisme Guru SMP, SMA, SMK Se Kabupaten Buleleng. Jurusan Managemen Pendidikan Program Pasca Sarjana. Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.

Masaong, Kadim.2013. Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru, Bandung: Alfabeta.

Mulyasa. (2010). “Penelitian Tindakan Sekolah”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Musfah, Jejen. (2010). “Peningkatan Kompetensi Guru”. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pidarta, Made. (1992). “Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan”. Jakarta: Bumi Aksara.

Purba, Joharta.(2012). “Implementasi supervisi akademik model artistik dalam meningkatkan kinerja guru SMP di kabupaten Deli Serdang”.Tesia : Jurusan Administrasi Pendidikan, Pascasarjana – Universitas Negeri Medan.

Sagala, Syaiful. 2011. “Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan”. Bandung: Alfabeta.

(29)

Sahertian, Piet. A. 2010. “Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan”. Jakarta: Rieneka Cipta.

Sanjaya,Wina.(2005).Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi . Jakarta: Kencana.

---,Wina.(2010).Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sergiovani, T. J. 1982. Supervision of Teaching. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.

Sudrajat.2014. “Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah”. Diakses dari

(http://obeeth.wordpress.com/203-2/kompetensi-supervisi-kepala-sekolah/) pada

tanggal 12-02-20014, 20.13

Sugiono.2009. “Metode Penelitian Pendidikan”. Bandung: Alfabeta.

Supardi. 2013. “Kinerja Guru”. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tim Prima Pena. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gutamedia Press.

Usman, Husaini.(2011). “Manajemen Teori,Praktek, dan Riset Pendidikan”. Jakarta : Bumi Aksara.

Gambar

Gambar                                                                                                     Halaman
Tabel                                                                                                         Halaman

Referensi

Dokumen terkait

Jika individu sering tidak mampu mengendalikan emosi negatifnya, maka individu tersebut akan cenderung merasa terancam dalam menyikapi tuntutan dari lingkungannya, baik lingkungan

Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu koperasi hanyalah sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya

[r]

The Indonesian side will bear the expenditure of operation and maintenance for the Chinese, Indonesian and English versions of the website, which include expenses for

Dukungan informasi melalui pendidikan seks yang baik pada anak remaja dimungkinkan akan berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja, termasuk tingkat pengetahuan dan

Yang dimaksud dengan hasil yang cukup adalah program yang dapat diakses oleh masyarakat diluar kelompok sasar an (2% tidak tepat sasar dalam hal tingkat

Artinya, hasil penghitungan tersebut merujuk pada peningkatan yang signifikan dari prates ke pascates di kelas eksperimen dengan menggunakan metode grup investigasi

[r]