TEKNIK PENYUSUNAN PROGRAM KEGIATAN
SECARA PARTISIPATIF
Oleh:
Rija Sudirja
Dosen pada Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Kampus Unpad Jatinangor, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km 21, Jatinangor 40600 Telp./faks: 022-7796316 E-mail: rijasu@yahoo.com
PENGERTIAN
Apa itu rencana program ?
Rencana program adalah lanjutan dari kegiatan pengkajian keadaan masyarakat yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah, kebutuhan dan potensi dengan menggunakan teknik-teknik tertentu secara partisipatif.
Rencana program harus bersifat:
• Sederhana
• Jelas
• Wajar
Apa tujuan perencanaan program ?
• Memfasilitasi masyarakat P3A/GP3A untuk menyusun program mereka sendiri berdasarkan kebutuhan dan potensi yang mereka
Benar-benar dapat dilaksanakan oleh
Manfaat Perencanaan program Bagi “orang dalam” (masyarakat)
• Proses belajar untuk membuat program kegiatan bersama
• Menimbulkan perasaan kebersamaan dan tanggungjawab Bagi “orang dalam” (masyarakat)
• Dasar pengembangan program yang berasaskan aspirasi mayarakat
• Dasar pertimbangan bagi dinas teknis dalam menentukan bantuan tambahan yang akan diberikan berdasarkan prioritas kebutuhan
Perencanaan irigasi partisipatif adalah perencanaan dalam setiap tahapan kegiatan keirigasian yang melibatkan secara aktif petani/P3A/GP3A/IP3A dan pihak-pihak terkait lainnya dalam pengambilan keputusan atau dalam memilih alternatif-alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif --berdasarkan kebutuhan dan potensi daerah-- untuk mencapai tujuan tertentu.
Pe 2 (d (Pe Se Ka aka Pe Ma ren LA rencanaan dua) progra Program kelemba masyara Program kelemba swadaya dibawa UDKP u Tenaga engairan) h dangkan p rena peren an terlibat rikanan, P asukan-mas ncana kegia ANGKAH-LA n partisipat am perenca m-program agaan dap akat, dan m-program agaan terla
a oleh mas ke tingkat m untuk dimus Pendampi hanya mem peserta uta ncanaan pro turut had eternakan, sukan dar atan, sehing ANGKAH P
tif di tingk anaan objek
yang se pat dikelola
yang s alu berat syarakat. P musyawara syawarahka ing Petani mfasilitasi ke amanya ad ogram tingk dir dalam Koperasi, ri mereka
gga akan m
PENYUSUN
at Daerah ktif.
ecara sos a dan dila
ecara so biayanya Program ya ah pembang
an secara p
(TPP) dan egiatan pen dalah peta kat DI cuku kegiatan dan piha akan sa memudahka NAN PROG Irigasi (DI) sial, ekon akukan sec osial, eko untuk dap ang kedua gunan desa partisipatif.
n Staf Lapa nyusunan r ani dalam up besar, se ini, seper k penyand ngat mem an di dalam
GRAM KEG
) akan men
A b. W c. Apabila di oleh unit-u senang bil disampaika Kesepakat Masyaraka penyusuna kegiatan b rencana p Waktu pem diantara m atau 3 kali Prese an ma Kajia Peny Persiapan Persiapan Meny masy Meng dalam Mem Mem Mem seloti tingkat GP unit P3A.
ladiminta u annya send
tan waktu at P3A hen an program
bersama,se program m mbahasan mereka juga pertemuan entasi selu asalah n alternatif usunan ren teknis teknis yang yepakati yarakat gundang b m pertemua persiapkan persiapkan persiapkan f, alat tulis,
P3A/IP3A, Berdasar untuk mem diri pada pe
ndaknya be m kerja i ehingga w merupakan
dapat dise a, akan tet n untuk mem
ruh hasil p
pemecaha ncana kegia
g perlu dilak jadwal p
erbagai pi an (dengan n tempat pe n jamuan (m n alat-alat d
dll.) persiapan rkan penga mpersiapkan rtemuan di enar-benar ni meman waktu perte hasil kes esuaikan d tapi sekura mbahas; pertemuan n masalah atan kukan anta pertemuan hak yang lisan atau rtemuan ya minuman, m dan bahan bahan ini alaman, m n bahan y
desa. mengetah ng untuk emuan pe sepakatan dengan kes angnya dip dan pengo dan pilihan
B. PELAKSANAAN PENYUSUNAN PROGRAM KERJA BERSAMA a. Pembukaan, Penyampaian Maksud dan Tujuan
Umumnya pertemuan yang bersifat resmi, sulit untuk menghindari formalitas sambutan-sambutan, misal dari kepala desa/camat dan tokoh-tokoh masyarakat. Namun, TPP atau KTPP dapat memulai dengan mengutarakan kembali maksud dan tujuan dari pertemuan ini.
b. Penyajian Seluruh Hasil Informasi PSETK Tahap selanjutnya penyampaian hasil PSETK, yang berisi
rangkuman dan masalah-masalah utama yang ditemukan di masing-masing wilayah, beserta potensinya.
c. Pengorganisasian Masalah
Masalah-masalah yang muncul di masyarakat sangat beragam dengan topik-topiknya, meskipun dalam kaitan ini pengelolaan irigasi. Oleh karenanya perlu dilakukan “seleksi” dengan pengorganisasian masalah, yaitu;
i. Pengumpulan Masalah
Setelah mencatat semua permasalahan, bisa saja ditawarkan kembali kepada peserta untuk diteliti kembali, dan kemungkinan muncul masalah-masalah yang di”drop” karena tidak relevan, itu dapat saja terjadi.
iii. iv. sosial=hij gaan=biru Kajian Hu Tujuanny
- M p - M
m A - M
a Manfaat k - M
h ( - M
k p
Pengurut Bagian y bersama dirasakan (potensi) dilaksana Berd mas tabe jau, ekono u) ubungan Se ya adalah:
Mengkaji m penyebab d Mengkaji m menyebabk AKAR MAS Mengkaji m akibat dari m kajian hubu Mesyarakat hadapi sec (bagan hub Masyarakat keadaan ya perlu peme tan Prioritas yang terpe adalah n paling p
untuk mer akan. Lang dasarkan h salah yang el prioritas m
mi=kuning, ebab-Akiba masalah-m dari masala masalah-m kan masal SALAH masalah-m masalah ya ungan seba t melihat cara meny ungan seba t menilai pe ang tidak da cahan bers s Masalah enting dar penyepaka penting dan rancang ke gkah-langka hasil poho paling pen masalah teknis=me at Masalah asalah m h yang lain masalah ya ah lainnya asalah m ang lain ab-akibat an permasala yeluruh da ab-akibat m ermasalaha apat dipisah sama ri penyusu atan priorit
n juga me giatan yang ahnya adala on masalah nting untuk erah, atau ana yang n ang paling a, disebut ana yang
ntara lain ad ahan yang alam bent masalah)
d. Pem Ber kan mas mel keg pert keb pilih ada mod Seju untu mas Umumny Kemende umum, k pendapat mbahasan A rdasarkan b n gagasan salah terse lalui berbag giatan yan timbangan-butuhan ala han yang a a, keteramp
dal, tempat
umlah mas uk menguru salah denga
a kriteria un esakan, ma ketersediaa tan (mengh Alternatif-a bagan prior kegiatan ebut. Karen
gai cara, P ng paling
-pertimbang at dan bah ada diband pilan yang d t, dan lain-la
salah utam utkan mas an teknik ba
ntuk memb asalah utam
an potensi hasilkan uan
lternatif Ke ritas masa
yang dapa na suatu m 3A/GP3A s mungkin gan tertent han, sertaa dingkan de dimiliki, ten ain. ma terpilih, alah utama agan urutan buat priorita ma (akar ma
i (sumber ng), dan ke
giatan alah, P3A/G
at dilakuka masalah da
sebaiknya d n dilaksan
tu, misalny a modal u engan sum
aga kerja y
, lakukan a tersebut n (Matriks R s masalah asalah), ke daya), m eterangan la
GP3A meng an untuk m
pat saja di diajak untu nakan be ya mengka ntuk masin mberdaya a
Tabel contoh matrik penilaian masalah
Masalah utama
Sebab-sebab masalah
Akibat
Penilaian masalah
Jumlah nilai Rankin
g
B
iaya
M
e
ndesa
k
K
e
p
entinga
n
u
mu
m
K
eter
s
e
dia
a
n
b
ah
a
n
M
uda
h tidak
n
ya
Tabel contoh matrik cara mengatasi masalah
Masalah
e. Pemilihan dan Pengisian Bagan Rencana Kegiatan
Bagan alternatifpemecahan masalah yang telah disusun, kemudian dijadikan bahan diskusi untuk melakukan pembuatan bagan rencana kegiatan. Caranya adalah dengan memilih dari alternatif-alternatif kegiatan tersebut, mana yang paling mudah dilaksanakan. Bentuk penulisan perencanaan kegiatan dibuat atas kesepakatan dengan masyarakat. Contoh bentuk penulisan sederhana yang dapat dipertimbangkan penggunaannya berisikan:
i. Pemilihan (alternatif) kegiatan dan skala prioritas berdasarkan tingkat kebutuhan petani
ii. Output Kegiatan (tujuan, sasaran, target, dan indikator keberhasilan)
iii. Penentuan metode/strategi yang digunakan iv. Penentuan penanggungjawab Kegiatan
v. Penetapan pendukung kegiatan (termasuk lembaga donor yang dapat membiayai program kegiatan)
vi. Pembuatan jadwal pelaksanaan kegiatan
Contoh matrik pengisian bagan rencana program kegiatan
Masalah Kegiatan Output Kegiatan Metod
e
/
strategi
P
e
laksana
Pena
ng
gu
n
g
jaw
a
b
P
e
nd
uk
un
g
Waktu Bahan Mon
e
BAHAN RUJUKAN
Daniel Selener. 1977. Participatory Action Research and Sosial Change. Cornell University. New York.
Ditjen SDA DPU-RI. 2000. Pedoman Pengadaan Tenaga Pendamping Petani (TPP) untuk Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah. Jakarta.
FTP UGM – DEPDAGRI. Nopember 2000. Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi . Pelatihan untuk Pelatih (ToT) Tenaga Pendamping Petani. Yogyakarta.
Rija Sudirja. 2001. Modul Pelatihan Tenaga Pendamping Petani (TPP) dan Koordinator TPP. Bandung.
_________. 2004. Modul Pelatihan Perencanaan Partisipatif. Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat. Bandung.
Rianingsih Djohari, dkk. 1996. Berbuat Bersama Berperan Setara: Acuan
Lampiran 1 Hasil Dialog Publik Rencana Kerja GP3A Menyusun Matriks Ranking (Skala Prioritas)
No MASALAH ALTERNATIF
PEMECAHAN RANKING PENANGGUNG JAWAB . Pemberdayaan Pembinaan dari
dinas/
Pokja tentang fungsi/tugas
kepengurusan dalam lembaga P A/GP A
Pokja
. Penyerahan
Pengelolaan Irigasi PPI : Status GP A/P A kedudu kan P A dalam pemerinta‐ Han daerah/desa Harus ada perda yang jelas Pokja . Pendanaan : Belum ada peraturan yang jelas tentang mekanisme pemungutan Ipair terutama dari pihak pabrik ‐Harus ada ketegasan dari propinsi mengenai masalah tersebut ‐Harus ada perda yang jelas Semua instansi terkait dari tk. Kab s.d Kades Fasilitator; POKJA
. PPI : P A belum tersosialisasi ke seluruh masyarakat maupun
pemerintahan daerah
setempat desa
No MASALAH ALTERNATIF
PEMECAHAN RANKING PENANGGUNG JAWAB karena dari hasil
pelaksanaan sebelumnya terbukti pekerjaan yang dilakukan P A/GP A lebih baik daripada hasil kerja kontraktor. . PPI : Pencemaran
air oleh pabrik sehingga kualitas air mulai menurun
Ada himbauan dari Dinas/instansi terkait terhadap perusahaan
Dinas/Instansi terkait
. FISIK : Sempadan saluran digunakan oleh masyarakat sehingga tidak ada jalan infeksi untuk melakukan
rehab/normalisasi saluran
‐Kesadaran
masyarakat tentang masalah ini perlu ditingkatkan ‐Harus ada
peraturan yang lebih tegas dalam masalah pendirian bangunan di sepanjang
sempadan jalan
Semua Dinas terkait Fasilitator: POKJA
. FISIK : Bocoran‐ bocoran di
sepanjang saluran masih banyak. Dalam musim kemarau di Wangisagara kekurangan air
‐Harus ada pengkirmiran ‐Ada suplesi lain/dari ciharus
PU pengairan
Lampiran 2 Contoh Penyusunan Program Kerja Berbasis Profil Sosial Ekonomi Teknik dan kelembagaan (PSETK) di Daerah Irigasi Pasir Angin Kabupaten Bandung
Keadaan Umum
Daerah irigasi Pasir Angin merupakan salah satu daerah irigasi teknis yang berlokasi di Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat mengairi areal sawah seluas 525 ha, meliputi 4 desa yaitu :
1. Desa Sumur Bandung 51 ha 2. Desa Cipatat 50 ha 3. Desa Kerta Mukti 274 ha 4. Desa Sari Mukti 159 ha
Daerah Irigasi Pasir Angin terdiri dari dua saluran, yaitu Saluran Induk Cimeta sepanjang 11,3 km dan Saluran Suplesi Cipicung sepanjang 3,6 km. Bendung Cimeta pada DI Pasir Angin merupakan bendung peninggalan jaman Belanda (telah ada sejak tahun 1913) dan telah mengalami beberapa kali renovasi/ perbaikan sampai tahun 1986. Sejak itu menjadi bendung permanen, kemudian mendapat biaya rehabilitasi dan Program Tersierisasi dari PIJB pada tahun 1983/1984. Sedangkan Bendung Suplesi Cipicung dibangun dengan dana Inpres Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung pada tahun 1976/1977. DI Pasir Angin merupakan salah satu DI yang dicanangkan menjadi lokasi uji coba PPI di Kabupaten Bandung.
Daerah Irigasi Pasir Angin berada dalam wilayah kerja Cabang Dinas PU Pengairan Wilayah I Padalarang, Dinas PU Pengairan Kabupaten Bandung. Lokasi Kantor Cabang Dinas PU Pengairan Wilayah I Padalarang berada dijalur jalan propinsi antara Bandung dan Cianjur tepat disamping Situ Ciburuy sebelah timur, beralamat di Jl Raya Ciburuy no. 272 Tlp. (022) 6806740 Padalarang, dengan ketinggian kurang lebih 687 m dpl.
Lokasi Bendung Cimeta pada DI Pasir Angin berada di sebelah barat kota Padalarang sejauh 13.50 km, terletak di kampung Singaparna Desa Sumur Bandung Kecamatan Cipatat. Dari jarak 13,50 km hanya 12 km yang dapat dilalui kendaraan roda empat dan roda dua sedangkan 1,5 Km hanya dapat ditempuh dengan jalan kaki.
Kondisi Awal (PSETK)
DI Pasir Angin terletak di daerah tebing sepanjang 8 km dan semi datar sepanjang 3 km. Masyarakat yang memanfaatkan air irigasi hidup di sepanjang saluran irigasi dengan kondisi jalan yang terjal, tanah berlumpur dan sempit. Lebar jalan sepanjang 8 km adalah satu meter sehingga tidak bisa dijangkau oleh mobil, bahkan motor pun sulit mencapai daerah ini terutama di musim hujan, sehingga untuk dapat sampai ke daerah ini hanya dapat dilakukan dengan berjalan kaki. Kesulitan askes ini mengakibatkan harga kebutuhan pokok sangat mahal sementara hasil produksi pertanian dinilai dengan sangat murah.
7 kg per 100 tumbak, sehingga untuk menutupi kebutuhan sehari-hari masyarakat menyambi bekerja sebagai kuli/buruh bangunan di kota. Namun demikian kebiasaan gotong royong saling tolong menolong antar tetangga masih sangat kuat. Sifat ramah dan familier masih bisa dirasakan terbukti dengan penerimaan masyarakat terhadap TPP (Tenaga Pendamping Petani) sangat baik sehingga pada saat pengerukan irigasi, masyarakat yang terlibat cukup banyak. Pembinaan dari TPP relatif diterima dan diikuti.
Kegiatan O&P di bendung dan jaringan utama dilaksanakan oleh staf Cabang Dinas PU Pengairan Wilayah I Padalarang. Juru Pengairan DI Pasir Angin dibantu oleh Petugas Penjaga Bendung (PPB) , 4 Penjaga Pintu Air (PPA), sedangkan pengelolaan air di jaringan tersier dilaksanakan oleh P3A yang tergabung dalam wadah P3A Mitra Cai, pelaksana teknis (ulu-ulu) yang dibantu oleh ketua blok. Seluruh hamparan areal DI Pasir Angin sesuai kebutuhan telah terbentuk 1 GP3A yang terdiri dari 4 unit P3A desa.
Keadaan Bendung (Head Work)
Secara umum kondisi bendung cukup baik setelah dilakukan rehabilitasi bendung dan seluruh jaringan pada tahun 1983/1984 dan 1985/1986. Lebar Bendung Pasir Angin 15 m, dilengkapi pintu penguras 1 buah dengan lebar 2 m dan pintu pengambilan 2 buah dengan lebar 1 m. Kondisi pintu rusak berat (bes ulir baik pintu penguras maupun pintu pengambilan hilang ) sehingga semua pintu tidak dapat dioperasikan secara sempurna (baik). Terdapat kerusakan sayap bendung sebelah kanan bagian hilir, serta fasilitas O&P seperti Papan Perikal dan Operasi perlu perbaikan. Begitu pula Bendung Suplesi Cipicung kondisinya rusak berat, sepanjang fondasi mercu bendung hilir dan sayap kiri bagian hilir juga rusak.
Keadaan Bangunan Air
Mukti ini berdiri sejak tanggal 23 April 1993 dengan susunan pengurus sebagai berikut :
Ketua : Yuyun Yusuf Wakil Ketua : Anduy
Sekretaris : Abah Tarkaya Bendahara : Amar Ulu-Ulu : Iim Samsudin Ketua Blok : Enceh/Gozim
Setelah ada rencana PKPI (Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi) pada tahun 1999, maka dibentuklah GP3A berdasarkan hasil musyawarah unit-unit P3A dari 4 Desa, yaitu :
1. P3A Unit Desa Sumur Bandung 2. P3A Unit Desa Cipatat
3. P3A Unit Desa Kerta Mukti 4. P3A Unit Desa Sari Mukti
Kegiatan tersebut dihadiri juga oleh kepala desa dan camat yang turut menyaksikan pembentukan GP3A Tirta Mukti. GP3A Tirta Mukti berkantor di DI Pasir Angin Desa Kerta Mukti Kecamatan Cipatat.
Susunan kepengurusan unit P3A, semuanya pasif. Pengurus yang aktif hanya pengurus inti, baik dalam pemungutan Ipair, menggerakkan pemeliharaan jaringan maupun menghadiri rapat-rapat. Namun motivasi pengurus untuk memajukan organisasi P3A cukup baik, sehingga peluang untuk mengaktifkan semua pengurus dan anggota P3A sangat memungkinkan. Kendati pengetahuan mereka tentang P3A, irigasi, ketersediaan air, dan segala manfaatnya sangat minim, namun petani sudah mempunyai kesadaran untuk membayar ipair dengan sistem 2 kg/patok atau 56 kg/ha (1 patok = 25 tumbak). Pembayaran dilakukan setiap musim, namun yang sudah mampu membayar baru mencapai 10 % dari jumlah keseluruhan yang wajib bayar.
Permasalahan dan Potensi Pemecahan Masalah
Secara umum kondisi fisik jaringan di DI Pasir Angin adalah rusak berat, yang disebabkan oleh :
- Tanahnya labil (mudah longsor), - Terjadi sedimentasi,
- Tanggul jebol, - Banyak bocoran,
- Bendung utama sayap kiri hancur, - Pintu-pintu rusak,
Kerusakan-kerusakan di atas selain karena kondisi alam yang kurang menunjang, disebabkan juga oleh :
1. Bangunan jaringan irigasi masih banyak warisan Belanda, yang dibangun pada tahun 1913.
3. Di atas saluran ada sawah, tidak ada pohon-pohon atau tanaman penguat sawah,
4. Pemeliharaan saluran cukup sulit dilakukan karena sulit dijangkau, 5. Bangunannya sudah tua dan rapuh.
Akibat kondisi fisik jaringan irigasi seperti disebutkan di atas, maka areal potensial DI Pasir Angin yang seharusnya seluas 521 ha, hanya mampu terairi seluas 400 ha karena debit air sangat kecil untuk sampai di hilir yaitu Desa Mukti Sari. Bahkan ada areal yang dulunya merupakan persawahan, sekarang sudah tidak bisa lagi digunakan sebagai sawah karena aliran air tidak sampai.
Melihat kondisi seperti itu, TPP dan Pokja yang terdiri dari unsur : Bapeda, Dinas Pengairan, Dinas Perikanan, dan Dinas Pertanian setelah mengadakan penelusuran jaringan, sepakat untuk memperbaiki kerusakan tersebut melalui dana APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) tahun 2002.
Berdasarkan identifikasi masalah, GP3A Tirta Mukti telah dibentuk pada tahun 1999 berdasarkan hasil musyawarah unit-unit P3A yang disaksikan oleh kepala desa dari empat desa di wilayah DI Pasir Angin dan disaksikan juga oleh Camat Kecamatan Cipatat. Proses pembentukan GP3A berdasarkan kebutuhan pemerintah bukan berangkat dari kebutuhan petani sehingga nuansa top down masih sangat kental.
Namun demikian para pengurus GP3A yang terpilih sebagian besar tokoh masyarakat yang berpengaruh, contohnya wakil ketua dan sekretaris adalah mantan kepala desa setempat, ada pula pensiunan PNS dan ABRI maupun tokoh agama. Sehingga dengan memperhatikan potensi pengurus GP3A yang relatif dinamis dan menjadi panutan warga, walau ada ketidak puasan dari unsur unit P3A maupun masyarakat diharapkan tujuan dan harapan Program PKPI dapat mengejawantah.
Berkaitan dengan Pokja PKPI Kabupaten Bandung, dari hasil pengamatan dan penerimaan masyarakat, Pokja yang ada sudah menunjukkan kontribusinya sebagai pendukung kegiatan PKPI. Hal ini diindikasikan dengan:
- Telah dikeluarkannya SK Bupati tentang Pembentukan Pokja, - Ada sosialisasi PKPI yang dilakukan oleh Pokja bersama TPP,
- Rapat rutin Pokja yang dihadiri oleh dinas terkait, LSM dan masyarakat, - Penyelenggaraan pelatihan P3A bersama dinas KPL dan TPP,
5. Mengadakan pembinaan sesuai dengan kesepakatan TPP, petugas dan petani secara rutin,
6. Koordinasi dengan Pokja menyangkut perkembangan di lapangan, 7. Mengupayakan dana rehabilitasi bersama-sama dengan Pokja,
8. Mengadakan pembenahan-pembenahan baik di bidang administrasi maupun kelembagaan.
Program Kerja Partisipatif meliputi:
1. Melakukan inventarisasi masalah sosial, ekonomi dan kelembagaan, 2. Penelusuran jaringan bersama-sama antara TPP, GP3A dan Pokja, 3. Melakukan pengerukan sedimentasi pada saluran irigasi,
4. Melakukan sosialisasi Ipair, 5. Menyusun rencana kerja GP3A.
Pelaksanaan dan Hasil yang Dicapai
Sosialisasi tentang Inpres No.3 tahun 1999 dilakukan dengan cara kunjungan dan silaturahmi pada masyarakat petani dari rumah ke rumah, dari blok ke blok dan dari unit P3A yang satu ke unit P3A berikutnya yang ada di 4 desa yang termasuk wilayah DI Pasir Angin, sehingga diharapkan program PKPI ini diketahui oleh berbagai lapisan. Selanjutnya diharapkan ada kesadaran petani untuk kumpul bersama-sama dalam wadah P3A dan menyadari akan pentingnya operasional dan pemeliharaan irigasi oleh petani.
Pada saat sosialisasi PKPI pertama kali dilakukan pengetahuan petani tentang P3A dan irigasi sangat minim, bahkan ada petani yang sama sekali tidak tahu tentang P3A. Hal ini merupakan bukti keterbatasan petugas yang ada dalam melakukan pembinaan. Kondisi ini membuat TPP semakin yakin bahwa petani sangat menginginkan kunjungan petugas yang peduli terhadap kesulitan-kesulitan petani.
Untuk melengkapi identifikasi potensi dan masalah, TPP bersama-sama GP3A dan Pokja melakukan penelusuran jaringan di DI Pasir Angin sepanjang 11,3 km dari hulu Desa Sumur Bandung sampai hilir Desa Sari Mukti dengan tujuan :
1. Mengetahui kerusakan-kerusakan yang ada di sepanjang saluran irigasi secara benar dan akurat bersama-sama petani, P3A/ GP3A dan instansi terkait.
2. Sebagai sarana duduk bersama antara petani dan pemerintah dalam melaksanakan operasional dan pemeliharaan irigasi.
3. Proses penampungan aspirasi dalam pelaksanaan rehabilitasi baik dari petani maupun pemerintah.
4. Mencari kemungkinan-kemungkinan atau mengoptimalkan saluran untuk kepentingan kesejahteraan petani.
Untuk menambah pengetahuan petani di bidang teknologi pertanian, irigasi, perikanan dan peternakan, TPP secara bersama-sama dengan Pokja mengadakan pelatihan yang dihadiri oleh anggota dan pengurus P3A dari empat desa yang materinya disesuaikan dengan kebutuhan petani itu sendiri yang dihadiri oleh unsur:
4. Pengurus P3A, 5. Pengurus GP3A, 6. Tokoh Agama,
7. Petugas PPL, KCD, Ulu-Ulu, 8. Dan lain-lain.
Sedangkan Narasumber yang hadir adalah : 1. Bapeda Kabupaten Bandung,
2. PU Pengairan Kabupaten Bandung, 3. Dinas Pertanian Kabupaten Bandung,
4. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung, 5. Koordinator Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman, 6. Pokja.
Hasil yang dicapai dari kegiatan-kegiatan di atas adalah:
1. Timbul motivasi petani untuk meningkatkan pemeliharaan irigasi dalam rangka mempertahankan kelangsungan usahatani masyarakat di sekitar DI Pasir Angin.
2. Ada kesadaran P3A dan GP3A untuk melengkapi kepengurusannya karena begitu berat beban yang harus mereka pikul.
3. Semangat gotong royong bertambah.
4. Terjadi peningkatan kesadaran untuk membayar Ipair karena operasional dan pemeliharaan membutuhkan dana yang tidak sedikit. 5. Pokja peduli sehingga merasa perlu untuk merehabilitasi saluran irigasi
yang rusak melalui APBD II tahun 2002.
6. Timbul kesadaran bersama dari hulu sampai hilir akan perlunya pemeliharaan jaringan irigasi.
7. Pemerintah lebih serius memperhatikan kondisi masyarakat yang hidup miskin di sepanjang DI Pasir Angin, sehingga timbul kemauan untuk memberikan bantuan.
8. Terjadi kemungkinan peningkatan hasil produksi karena serangan hama relatif bisa dikendalikan.
9. Timbul kemauan GP3A untuk berbadan hukum. 10. Timbul kemauan GP3A untuk mendirikan koperasi. 11. Administrasi lebih lengkap dan mudah dibaca.
Lampiran 4 Slide Penyusunan Program Kegiatan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
TEKNI K PENYUSUNAN
PROGRAM KERJ A
TIPS
1. Jelaskan secara singkat tujuan modul ini dan
uraikan secara singkat latar belakang modul ini.
2. Mintalah masing-masing peserta untuk menyusun
rencana tindak lanjut setelah berakhirnya pelatihan ini dengan mengajukan pertanyaan:
a. Tindak lanjut "apa" yang perlu saya lakukan setelah latihan / lokakarya ini?
b. Bagaimana itu dilakukan ? c. Kapan mulai dan kapan selesai ?
3. Berikan cukup waktu bagi masing-masing peserta
untuk menyelesaikan Rencana Tindak Lanjut (RTL) perorangan tersebut secukupnya.
4. Mintalah masing-masing peserta untuk
Mengkaji Program
•
Apa tujuan jangka panjang dan
tujuan khusus program?
•
Apakah tujuan khusus itu
sudah sesuai/belum dengan
rencana ? Mengapa?
•
Apakah masalah tersebut bisa
diatasi?
•
Dengan bantuan media? atau
•
Dengan mengubah strategi
program?
Mengidentifikasi Masalah
• Secara umum, perubahan
apa saja yang kiranya bisa mengatasi atau mengurangi masalah-masalah itu ?
• Bagaimana cara
mengukurnya agar
Tahapan Pemberdayaan
Tahap 1: Penentuan lokasi
Tahap 2: Sosialisasi pemberdayaan P3A
Tahap 3: Proses pemberdayaan P3A
• Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif
• Pengembangan Kelompok
• Penyusunan Rencana dan Pelaksanaan Kegiatan
• Monitoring dan Evaluasi Partisipatif
Tahap 4: Pemandirian masyarakat P3A
RENCANA PROGRAM
Apa itu rencana program ?
Rencana program adalah lanjutan dari
kegiatan pengkajian keadaan masyarakat
yang dilakukan untuk mengidentifikasi
masalah, kebutuhan dan potensi dengan
menggunakan teknik-teknik tertentu secara
partisipatif.
Rencana program harus bersifat:
•
Sederhana
•
Jelas
•
Wajar
Benar-benar dapat dilaksanakan oleh masyarakat (P3A/GP3A) dengan dukungan dari lembaga terkait dan lembaga mitra yang
Apa tujuan perencanaan
program ?
•
Memfasilitasi masyarakat P3A/GP3A untuk
menyusun program mereka sendiri
berdasarkan kebutuhan dan potensi yang
mereka miliki.
•
Mendapatkan perencanaan dari tingkat
masyarakat P3A/GP3A yang akan
diprogramkan oleh lembaga pengembang
program (Dinas Teknis) sebagai bahan
perencanaan program lembaga itu sendiri di
wilayah yang bersangkutan.
Manfaat Perencanaan program
Bagi “orang dalam”
(masyarakat)
•
Proses belajar untuk membuat program
kegiatan bersama
•
Menimbulkan perasaan kebersamaan dan
tanggungjawab
LANGKAH- LANGKAH PENYUSUNAN
PROGRAM KEGI ATAN
•
A. PERSIAPAN
•
-
Bahan-bahan perencanaan
•
-
Kesepakatan waktu
•
-
Persiapan teknis
•
B. PELAKSANAAN PENYUSUNAN PROGRAM
•
KERJA BERSAMA
•
-
Pembukaan, Penyampaian Maksud dan Tujuan
•
-
Penyajian Seluruh Hasil Informasi PSETK
•
-
Pengorganisasian Masalah
•
-
Pembahasan Alternatif-alternatif Kegiatan
•
-
Pemilihan dan Pengisian Bagan Rencana Kegiatan
a. Bahan-bahan perencanaan
• Seluruh informasi berdasarkan profil sosio
ekonomi teknis dan kelembagaan (PSETK)
dikumpulkan dan dikaji bersama, mengenai;
– Berbagai masalah yang terkumpul – Berbagai potensi yang terkumpul
• Apabila di tingkat GP3A/IP3A, persiapan bahan ini
dilakukan oleh unit-unit P3A. Berdasarkan
b. Kesepakatan waktu
• Masyarakat P3A hendaknya benar-benar
mengetahui bahwa penyusunan program kerja ini
memang untuk membuat kegiatan bersama,
sehingga waktu pertemuan penyusunan rencana program merupakan hasil kesepakatan bersama. Waktu pembahasan dapat disesuaikan dengan kesepakatan diantara mereka juga, akan tetapi sekurangnya diperlukan 2 atau 3 kali pertemuan untuk membahas;
– Presentasi seluruh hasil pertemuan dan
pengorganisasian masalah
– Kajian alternatif pemecahan masalah dan
pilihan kegiatan
– Penyusunan rencana kegiatan
c. Persiapan teknis
•
Menyepakati jadwal pertemuan dengan
petani/ masyarakat
•
Mengundang berbagai pihak yang terlibat
untuk hadir dalam pertemuan (dengan
lisan atau surat)
a.
Pembukaan, Penyampaian Maksud
dan Tujuan
Umumnya pertemuan yang bersifat
resmi, sulit untuk menghindari
formalitas sambutan-sambutan, misal
dari kepala desa/camat dan tokoh-tokoh
masyarakat. Namun, TPP atau KTPP
dapat memulai dengan mengutarakan
kembali maksud dan tujuan dari
pertemuan ini.
b. Penyajian Seluruh Hasil Informasi
PSETK
c.
Pengorganisasian Masalah
•
Pengumpulan Masalah
•
Pengelompokan Masalah
•
Kajian
Hubungan
Sebab-Akibat
Masalah
•
Pengurutan Prioritas Masalah
d. Pengurutan Prioritas Masalah
Berdasarkan bagan prioritas masalah, P3A/GP3A mengembangkan gagasan kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Karena suatu masalah dapat saja dipecahkan melalui berbagai cara, P3A/GP3A sebaiknya diajak untuk memilih kegiatan yang paling mungkin
dilaksanakan berdasarkan
Bentuk penulisan sederhana yang
dapat dipertimbangkan penggunaannya
Pemilihan (alternatif) kegiatan dan skala prioritas berdasarkan tingkat kebutuhan petani
Output Kegiatan (tujuan, sasaran, target, dan indikator keberhasilan)
Penentuan metode/strategi yang digunakan Penentuan penanggungjawab Kegiatan
Penetapan pendukung kegiatan (termasuk lembaga donor yang dapat membiayai program kegiatan) Pembuatan jadwal pelaksanaan kegiatan
PEL
KO
T
LATIHAN
ORDINAT
TEKNIK
N TENAGA
TOR TEN
Hotel P
K
PENY
SEC
Dos
A PENDA
NAGA PEN
DALAM R
Permata –
YUSUNA
CARA
P
RIJA
sen Fakulta
AMPING M
NDAMPIN
RANGKA
Bandung,
AN
PRO
PARTIS
Oleh:
A SUDIRJ
as Pertania
MASYARA
NG MASY
A PISP
, 25 Juni 2
OGRAM
SIPATIF
JA
an UNPAD
AKAT (TP
YARAKAT
2007
M
KEGIA
F
D
PM) DAN
T (KTPM)
ATAN