• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN E-GOVERNMENT UNTUK MEWUJUDKAN TRANSPARANSI INFORMASI PUBLIK DI KOTA BATU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PEMANFAATAN E-GOVERNMENT UNTUK MEWUJUDKAN TRANSPARANSI INFORMASI PUBLIK DI KOTA BATU"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

374

PEMANFAATAN E-GOVERNMENT UNTUK MEWUJUDKAN TRANSPARANSI INFORMASI PUBLIK DI KOTA BATU

Hiba Salwa1, Alviana Ferdika Sari2, Dela Putri Yulistiani3 Universitas Muhammadiyah Malang

Alamat Korepondensi: delaputriyulistiani@gmail.com ABSTRAK

Pada penelitian ini kami ingin mengetahui upaya Pemerintah Kota Batu untuk mewujudkan E- government terutama dalam meningkatkan partisipasi masyarakat didalam mendukung tercapainya smart city di Kota Batu. Keseriusan penggunaan E-government di Kota Batu diwujudkan dalam bentuk regulasi melalui Perwali No. 78 Tahun 2017 tentang Master Plan Batu Smart city. Smart city sebagai upaya menciptakan open government atau keterbukaan pemerintah kepada masyarakatnya, sehingga keterbukaan informasi membawa peningkatan partisipasi masyarakat, dampaknya dapat terwujudnya good governance sebagai penopang akuntabilitas publik di Kota Batu. Metode penelitian ini adalah menggunakan penelitian lapang dengan metode penelitian kualitatif. Hasil dari penelitian ini yaitu pemerintah dapat memberikan suatu kepercayaan kepada masyarakat terkait berbagai transparansi data yang ada di Kota Batu serta pemanfaatan e-government yang bertujuan untuk memberikan berbagai informasi publik kepada masyarakat yang ada di Kota Batu tersebut.

Jadi, pemanfaatan e-government di Kota Batu merupakan suatu yang diunggulkan dintaranya dengan aplikasi untuk menunjang smart city yaitu : Among Tani, Among Kota, dan Among Warga.

Kata Kunci: Smart city, Open government, Teknologi, Partisipasi Masyarakat.

ABSTRACT

In this study, we want to know the efforts of Batu City Government to realize E-government, especially in increasing public participation in supporting the achievement of smart cities in Batu City. The seriousness of the use of E-government in Batu City is manifested in the form of regulation through Perwali No. 78 of 2017 concerning the Smart city Batu Master Plan. Smart city as an effort to create open government or openness of the government to its people, so that information disclosure brings increased community participation, the impact can be the realization of good governance as a support for public accountability in Batu City. This research method is using field research with qualitative research methods. The results of this study are that the government can provide a trust to the public related to various data transparency in Batu City and the use of e- government that aims to provide various public information to the people in Batu City. So, the use of e-government in Batu City is favored by applications to support smart cities, namely: Among Tani, Among Kota, and Among Warga.

Keywords: Smart city, Open government, Technology, Community Participation.

PENDAHULUAN

Teriakan kata reformasi dan turunnya Presiden Soeharto pada tahun 1998 memberikan perubahan yang sangat besar terhadap sistem pemerintahan di Indonesia, pemerintahan tidak lagi sentralistik tetapi dijalankan dengan konsep desentralisasi, dimana sebuah daerah dapat mengelola pemerintahan dan ekonominya sendiri, dengan kata lain daerah-daerah dituntut untuk mandiri dalam

(2)

375 mengatur perekonomiannya masing-masing. Reformasi juga memberikan perubahan yang sangat besar dimana pemerintahan orde baru yang otoriter menjadi pemerintahan yang demokratis.

Ketika kita mebahas pemerintahan yang demokratis dan pemerintah kota yang harus menjalankan pemerintahannya dengan demokratis, maka secara tidak langsung kita juga akan membahas tentang konsep open government karena konsep ini berkaitan erat juga terhadap perkembangan teknologi saat ini, yang saat ini dikenal dengan revolusi industri 4.0. Maka harus ada bentuk transparansi dari pemerintah kepada masyarakat dan juga harus ada partisipasi dari masyarakat.

Pembahasan open government juga terdapat dalam UUD 1945 dimana di dalamnya menyediakan landasan hukum bagi penerapan prinsip-prinsip transparansi dan partisipasi. UUD 1945 juga menjamin hak warga negara untuk dapat berkomunikasi dengan bebas serta mendapatkan informasi yang terdapat pada Pasal 28 F. Selain itu kita juga mengambil pada UU Nomor 14 tahun 2008 mengenai Keterbukaan Informasi Publik yang dimana hak warga negara untuk mendapatkan informasi serta mendorong pemerintahan yang transparan, akuntabel, efektif, dan efisien. Maka dari itu UU ini mengharuskan pembentukan kantor pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) untuk menyimpan, mencatat, dan menyediakan informasi pemerintah kepada masyarakatnya sehingga masyarakatnya bisa mendapatkan akses yang mereka inginkan.

Menurut Anies Baswedan (2017) bahwa “open government memiliki 3 pokok komponen penting didalamnya, yaitu: komponen transparansi, partisipasi, dan kolaborasi, yang dimana komponen transparansi ini dinyatakan masih sulit untuk mendapatkan akses data informasi”. Anies juga menyebutkan bahwa pola partisipasi sangat penting juga berkaitan dengan data-data yang terkait apapun itu jika menyangkut proses pemerintahan. Open government didalamnya juga menyangkut hal demokrasi, dan dimana didalam teori demokrasi ini ada 3 hal yang harus dipahami dan juga harus dimengerti, yaitu: 1. Akuntabilitas, dimana tanggung jawab seorang birokrat wajib dipertanggungjawabkan dengan sungguh-sungguh kepada masyarakat, 2. Kebebasan individu dimana kebebasan individu tidak dibatasi oleh pemerintah. Kebebasan sipil menyangkut terkait hak-hak manusia atau konstitusi yang menguasai secara rinci pembatasan khusus kewenangan aparat

(3)

376 pemerintah. Hak-hak tersebut dapat dibatasi apabila terkait dengan kepentingan umum, 3. Konstitusionalisme dimana pemerintah demokrasi memiliki kekuasaan terbatas, dan memberikan peluang untuk aparat pemerintah menjalankan kekuasaan serta melaksanakan fungsinya sesuai dengan hukum yang berlaku.

Dewasa ini, dalam mewujudkan open government tidak terlepas dengan yang namanya teknologi informasi atau yang dikenal juga sebagai IT (Information technology). Teknologi Informasi (TI), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Information technology (IT) adalah istilah umum untuk teknologi apa pun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan / atau menyebarkan informasi (Wiliams, 2007). Teknologi informasi ini sangat berperan penting untuk penyebaran informasi yang menunjang dari konsep open government itu sendiri. Open government berbicara tentang keterbukaan pemerintah dan penyampaian informasi, disitulah peran dari IT sebagai penyebaran informasi, sehingga informasi yang ingin disampaikan pemerintah dapat diketahui oleh seluruh masyarakat.

Penggabungan dari konsep open government dan IT diejawantahkan dalam Electronic Goverment atau yang dikenal juga sebagai e-government. E-government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. e-government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis. Dampak positif diterapkannnya sistem e-government di Indonesia adalah masyarakat dapat menerima laporan kinerja pemerintah secara aktual dan transparan, rakyat juga bisa dengan leluasa mengakses informasi seputar kinerja pemerintah. Selain itu sistem e-government juga dapat menekan anggaran biaya.

Dengan teknologi online, pekerjaan juga tentunya akan lebih efesien, secara biaya dan waktu. Peningkatan kualitas dan akuntabilitas pelayanan publik dan partisipasi dalam pemberian informasi kepada masyarakat yang efektif dan efisien merupakan suatu pemanfaatan didalam kemajuan global didalam E-Government.

Dampak positif yang didapatkan dari penerapan e-government ini sangat luar biasa, tetapi akan menjadi hal yang tabu ketika penerapan dari e-government

(4)

377 ini tidak dilakukan dengan maksimal, dan informasi yang diberikan belum begitu kongkrit. Pada website Kota Batu, informasi yang diberikan terkait kegiatan pembangunan yang dilakukan pemerintah atau yang akan dilakukan pemerintah belum ada informasi yang kongkrit, yang ada hanyalah informasi terkait RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Kota Batu itu sendiri, dan itu pun adalah RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) tahun 2013-2018, dalam informasi pembangunan tersebut tidak ditemukan informasi terkait apa yang sedang dilakukan pemerintah Kota Batu saat ini, yang ada hanyalah perencanaan yang akan dilakukan kedepannya, dan itu pun belum kongkrit terkait rencanya apa yang akan dilakukan.

Dilihat dari analisis website tersebut, dapat disimpulkan dalam penerapan e- government di Kota Batu belum benar-benar dilakukan secara maksimal, dan bentuk keterbukaan atau open government dari pemerintah itu sendiri belum ada, dengan demikian penerapan e-government yang dilakukan belum benar-benar sesuai dengan konsep open government itu sendiri, dan penyebaran informasi pun masih kurang detail. Dalam hal ini maka e-government yang dikembangkan oleh pemerintah yang nantinya sebagai penunjang smart city belum baik dalam penerapannya.

Guna melaksanakan komitmen pada keterbukaan di Indonesia, digerakkan inisiatif Open Government Indonesia (OGI) yang memiliki 3 pilar utama, yaitu:

Transparansi, Partisipasi, dan Inovasi. OGI (Open Government Indonesia) digerakkan oleh tim inti OGI, yang terdiri dari beberapa wakil kementrian atau lembaga dan organisasi masyarakat sipil (OMS), yang difasilitasi oleh sebuah Sekretariat OGI (Andi Heny: Menuju Open Government). Implementasi e- government merupakan suatu terobosan yang baru dalam dunia pemerintahan karena dengan adanya e-government dapat meningkatkan efektivitas dan efesiensi dalam pelayanan terhadap publik, meningkatkan kinerja para pegawai negeri sipil (PNS), menciptakan keefektifan dan transparansi didalam management sumber daya publik. Namun terdapat tantangan serta hambatan dinegara berkembang seperti di Indonesia. Menurut laporan Bank Dunia tahun 2016, sekitar 30% program e-government gagal karena ditinggalkan sebelum selesai sementara kurang dari 20% berhasil. Dalam kasus yang tidak berhasil, pelaksanaannya tidak dilakukan

(5)

378 dengan baik sehingga hasilnya tidak berjalan secara optimal. Penerapan TIK yang belum merata, tingkat kemampuan sumber daya manusia yang masih kurang handal juga tercermin dalam budaya kerja didalam suatu instansi pemerintahan.

Smart city disini secara sederhana diartikan sebagai kota cerdas atau kota pintar yang bisa memberikan kualitas hidup yang lebih dan kenyamanan bagi masyarakatnya. Smart city merupakan suatu konsep perencanaan, pengelolaan dan penataan kota yang saling terintegrasi dalam semua aspek kehidupan, guna mendukung masyarakat yang cerdas, berpendidikan, memiliki moral serta peningkatan kualitas hidup yang berkelanjutan. Smart city akan membantu penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Smart city merupakan konsep perencanaan kota dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang akan membuat hidup yang lebih mudah dan sehat dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi. (Hasibuan dan Sulaiman, 2019).

Oleh karenanya, salah satu visi didalam smart city didalam mengembangkan inovasi pelayanan publik, dengan inovasi teknologi yaitu menggunakan E- government didalam proses pemerintahan pusat, provinsi, maupun kabupaten atau kota sampai desa (Hall et al, 2000). Inovasi tersebut menjadi perhatian bagi pemerintahan daerah karena untuk pengelolaan tata pemerintahan yang sesuai dengan sasaran guna menghubungkan semua kekuatan stake holders yang terkait, sehingga kemungkinan yang terjadi tersebut ialah adanya suatu transfer pengetahuan (knowladge) untuk saling belajar satu sama lain dalam mencapai sasaran yang diinginkan (Ruhlandt, 2018).

Menurut Nam and Pardo (2011) konsep smart city tersebut dipandang sebagai suatusistem organik gabungan dari 3 aspek yaitu: Technology, People, dan Institutions. Akan tetapi pada kenyataannya, penerapan smart city di Indonesia juga belum merata serta masih didominasi oleh beberapa kota saja yang menerapkan smart city dan ada 100 kota smart city di Indonesia, salah satunya kota-kota yang ada dipulau Jawa seperti Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya. Sebagai salah satunya ialah konsep smart city yang ada diKota Batu Jawa Timur, dimana sistem pelayanan yang digunakan menggunakan pelayanan berbasis e-governement salah satunya ialah inovasi yang diberikan diKota Batu yaitu aplikasi among tani, among kota, dan among warga. Dari e-government tersebut tentunya guna untuk

(6)

379 memangkan sistem birokrasi yang ada di pemerintahan kota Batu itu sendiri serta dari sistem tersebut dapat dipantau dengan mudah, mudah diakses, dan dapat memiliki keefektifan dan efisiensi waktu.

Oleh sebab itu, smart city mengacu pada penggunaan penuh informasi teknologi melalui pembangunan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (ICT) yang aman dan mudah diakses (Lv et al., 2018). Secara umum, konsep smart ini berfokus pada upaya memberikan kemudahan, ketepatan dan kepercayaan bagi warga masyarakat termasuk para pelaku usaha. Dalam jurnal penelitian ini, penulis ingin melihat sejauh mana pemanfaatan IT dalam bentuk e-government yang dilakukan oleh pemerintah Kota Batu dalam bidang transparansi informasi publik, dan bagaimana e-government yang dikelola oleh pemerintah Kota Batu tersebut sehingga dapat menunjang terwujudnya smart city?

Tabel 1. Judul Tabel atau Gambar

No. Nama Keterangan

1. 1.1 Among Warga Partisipasi masyarakat untuk menuju smart city.

2. 1.2 Among Tani Partisipasi masyarakat untuk menuju smart city.

3. 1.3 Among Kota Partisipasi masyarakat untuk menuju smart city.

4. 1.4 dokumen pelaksanaan anggaran

Transparansi data untuk informasi publik di Kota Batu

(Sumber: Batukota.go.id) I. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana Pemanfaatan E-government untuk mewujudkan transparansi informasi publik di Kota Batu?

II. TUJUAN PENELITIAN

Untuk Mengetahui Pemanfaatan E-government untuk mewujudkan transparansi informasi publik di Kota Batu

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Berdasarkan dengan judul penelitian ini dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan sebuah penelitian lapang, maka penulis menggunakan jenis atau

(7)

380 metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif atau penelitian naturalistik adalah penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya dengan tidak berubah dalam simbol-simbol atau bilangan. Penelitian kualitatif dapat diartikan seabagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring data atau informasi yang bersifat sewajarnya, mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek, atau bidang pada obyeknya. (Nawawi, 1994).

B. Pendekatan Penelitian

Ditinjau dari jenis datanya penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang dimana penelitian ini bermaksud untuk memahami keadaan tentang apa yang dialami oleh subjek secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahan yang ada pada suatu konteks alamiah dengan didukung berbagai metode alamiah (Moloeng, 2007:6)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, karena tujuan utama dari sebuah penelitian adalah mendapatkan data.

(Sugiyono, 2008). Serangkaian proses pengumpulan data terhadap suatu penelitian yang penulis lakukan, maka harus memiliki teknik untuk mendapatkan data atau informasi yang akurat dari setiap apa yang diteliti, untuk memperoleh data yang akurat agar dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu:

a. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan dengan cara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Sutrisno Hadi, 1987). Dalam melakukan observasi kami menggunakan pengamatan terbuka, dimana kami selaku peneliti akan mengatakan sumber data yang diperoleh dari narasumber yang berkaitan. Observasi yang akan kami lakukan di Kantor Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kota Batu.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu aktifitas yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dapat bertukar suatu informasi dan ide melalui beberapa tanya jawab

(8)

381 pada suatu topik tertentu (Sugiyono, 2013). Wawancara yang akan kami lakukan di Kantor Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kota Batu.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen ini bisa berbentuk gambar, tulisan dari seseorang yang pada umumnya dokumentasi yang diambil disebut sebagai dokumentasi berjalan. Dokumentasi berjalan itu sendiri memiliki arti menggambarkan kegiatan yang dilakukan tersebut dan sebuah penguat dari observasi serta wawancara tersebut (Sugiyono, 2013).

Dokumentasi akan kami lakukan pada saat melakukan observasi dan wawancara pada Kantor Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kota Batu.

d. Subyek Penelitian

Dalam hal ini subyek penelitian ini merupakan batasan subjek penelitian sebagai benda, hal ataupun orang tempat data untuk variabel dan apa yang akan dipermasalahkan (Arikunto, 2016). Dalam penelitian ini subyek penelitian memiliki perang yang sangat penting karena itulah data variabel yang akan dimaati.

Adapun subyek penelitian dalam tulisan ini yakni ditujukan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kota Batu.

e. Lokasi Penelitian

Penelitian yang penulis susun disini akan dilakukan dikantor Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kota Batu yang berada di Jl. Panglima Sudirman No.507, Pesanggrahan, Kecamatan Batu, Kota Batu, Jawa Timur 65313.

f. Analisa Data

Teknik analisis data yang kami gunakan adalah dengan metode analisis deskriptif dimana penelitian kami berguna untuk mendiskripsikan konsep serta pelaksanaan open government di Kota Batu. Dalam hal ini metode analisis deskriptif menurut (Arikunto, 2005) yakni merupakan penelitian yang bukan eksperimen, karena bukan dimaksudkan untuk mengetahui akibat dari suatu perlakuan. Dengan metode ini kami mendiskripsikan atau menggambarkan serta menerangkan permasalahan yang sedang terjadi.

KERANGKA TEORI ATAU TINJAUAN PUSTAKA A. Literatur Review/Penelitian Terdahulu

(9)

382 Dengan adanya penelitian terdahulu ini diharapkan dapat memberikan suatu perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang kami lakukan. Selain hal tersebut dapat diharapkan dapat memberikan perhatian terkait kekurangan dan kelebihan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang kami lakukan.

Penelitian yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Yamin pada tahun 2018 dalam jurnal LPPM Vol.7 No.1:1470-1478 yang berjudul

“Analisis Open Government dan E-Government di Desa Melung Kabupaten Banyumas Jawa Tengah”. Dalam penelitian ini, disini peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini berusaha mengkaji mengenai model kolaborasi untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) yang dirumuskan oleh Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) dalam level desa. Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian di Desa Melung, Kabupaten Banyumas. Penelitian ini berusaha menganalisis tahapan-tahapan, strategi, serta penerapan model collaborative e- government yang dilakukan oleh pemerintah Desa Melung. Argumen penelitian ini adalah pemerintahan pada level desa telah memanfaatkan pembangunan global untuk kemajuan lokal atau daerah berdasarkan kerangka SDGs dengan, salah satunya, meninggalkan paper based administration dan menggantinya dengan electronic government (pemerintahan-el). Pemanfaatan kemajuan global itu ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan akuntabilitas pelayanan publik serta partisipasi aktif dalam pemberian informasi kepada masyarakat yang efektif dan efisien. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat membantu penguatan kelembagaan pemerintah dan menyelesaikan persoalan-persoalan atau tujuan- tujuan yang tercantum dalam SDGs dengan model collaborative e-government.

Penelitian yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Samsir Rahim Rfan dan Nasrul Haq pada tahun 2018 dalam jurnal Administrasi Publik Vol. 4 No.

3:298-307 yang berjudul “Pelaksanaan Smart Government di Kabupaten Soppeng”.

Kesimpulan dari penelitian ini menurut peneliti yaitu pelaksanaan smart government merupakan langkah smart pemerintah Kabupaten Soppeng untuk meningkatkan layanan secara konsisten dengan memanfaatkan teknologi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan online service dan open government di Kabupaten Soppeng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan smart government memanfaatkan teknologi ethernet untuk pemakaian

(10)

383 internal dan menggunakan internet untuk diakses oleh masyarakat. Setiap SKPD memiliki website dan sosial media yang dikelola masing-masing SKPD, namun belum terintegrasi sepenuhnya ke Dinas Komunikasi dan Informatika. Online service berupa pelayanan melalui aplikasi, dan nomor terpadu untuk kegawatdaruratan. Open government melalui website dan sosial media.

Pelaksanaan smart government pada tahun pertama yaitu pengadaan jaringan ke BKD dan absensi pegawai ASN dan pendirian Soppeng Command Center (SCC) serta target untuk tahun kedua ini akan dilakukan perluasan jaringan kekantor kecamatan dan tempat umum yang ada di kecamatan.

Penelitian yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Annisa Rahmadanita, Eko Budi Santoso, dan Sadu Wasistiono pada tahun 2018 dalam jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja Vol. 44 No. 2: 81-106 yang berjudul

“Implementasi Kebijakan Smart Government Dalam Rangka Mewujudkan Smart city di Kota Bandung”. Hasil penelitian dalam jurnal ini menyatakan bahwa salah satu program percepatan reformasi birokrasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah ialah terkait pengembangan sistem pemerintahan elektronik yang terintegrasi (e-government). Salah satu bentuk dari perwujudan e-government ialah terselenggaranya smart city. Smart city diharapkan mampu menjadi penghubung antara tuntutan masyarakat dalam memperoleh pelayanan yang tepat, efektif dan efisien dari pemerintah kota, dengan memanfaatkan TIK. Smart government memiliki 4 (empat) pilar yaitu: Paperless Document and Communication, Bandung Integrated Management System, Bandung Command Centre (One Single Sign On);

Open government. Dalam hal ini masyarakat bandung sudah merasakan perubahan yang signifikan terlihat dari masyarakat yang di wawancara mengatakan bahwa pengurusan berkas yang dulunya manual kini sudah menjadi efisien dengan di berlakukannya sistem online, Walikota sangat concern dalam menyelesaikan permasalahan perkotaan dengan menggunakan IT. Kelemahan terlihat dari context of implementation dimana masih terdapat ego sektoral dari tiap OPD terkait pengelolaan data yang dimiliki dan kurangnya komitmen dari anggota Pengelola Data dan Informasi (Pedasi) di tiap OPD untuk melakukan update data pada website atau aplikasi yang dimiliki.

(11)

384 Penelitian yang keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Didi Kurnaedi pada tahun 2017 dalam jurnal TAM (Technology Acceptance Model) Vol.

8 No. 1 yang berjudul “Penerapan “Live” Smart city Kota Tangerang”. Hasil yang dapat peneliti simpulkan dalam jurnal ini yaitu LIVE Kota Tangerang merupakan sebuah konsep kota cerdas yang dapat membantu masyarakat mengelola sumber daya yang ada dengan effisien dan memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat atau lembaga dalam melakukan kegiatannya atau pun mengantisipasi kejadian yang tek terduga sebelumnya. Tangerang LIVE merupakan aplikasi berbasis Android yang menyajikan berbagai macam layanan yang ada di Kota Tangerang. Dengan LIVE, berbagai macam data dan informasi yang berada di setiap sudut kota dapat dikumpulkan melalui sensor yang terpasang di setiap sudut kota, dan dianalisis dengan aplikasi cerdas. Aplikasi Tangerang LIVE memudahkan masyarakat untuk memperoleh informasi, menyampaikan aspirasi dan mendaptkan berbagai layanan publik. Berdasarkan metode kerja pieces dapat di hasilkan bahwa masyarakat merasa puas dengan adanya sistem LIVE di tanggerang itu sendiri memudahkan masyarakat untuk mengakses berbagai informasi serta menajadikan aplikasi itu sebagai sarana pengawasan serta kontrol kerja terhadap pemerintah.

Perlunya perbaikan dan pengembangan untuk menutupi kekurangan dari sitem informasi LIVE, misalnya dengan membangun pusat data yang mampu mengaktualisasikan informasi dan mengolahnya sehingga menghasilkan informasi yang terkini.

Penelitian yang kelima adalah penelitian yang dilakukan oleh Andi Heny Mulawati Nurdin pada tahun 2019 dalam jurnal Institut Pemerintahan Dalam Negeri yang berjudul “Menuju Pemerintahan Terbuka (Open Government) Melalui Penerapan E-Government”. Kesimpulan yang peneliti dapat dalam penelitian ini yaitu guna melaksanakan komitmen pada keterbukaan di Indonesia digerakkan inisiatif Open Government Indonesia (OGI) yang memiliki 3 pilar utama:

transparansi, partisipasi, dan inovasi. OGI digerakkan oleh Tim Inti OGI, yang terdiri dari beberapa wakil kementerian/ lembaga dan organisasi masyarakat sipil (OMS), yang difasilitasi oleh sebuah Sekretariat OGI. Impementasi e – government merupoakan terobosan baru dalam dunia pemerintahan karena dengan adanya e- government dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam hal pelayanan

(12)

385 terhadap publik, meningkatkan integritas aparatur pemerintah, dan meningkatkan management sumber daya publik yang efektif dan transparan. Namun terdapat tantangan dan hambatan di negara berkembang seperti di Indonesia. Menurut laporan Bank Dunia tahun 2016, sekitar 30% program E-government gagal karena ditinggalkan sebelum selesai sementara kurang dari 20% berhasil. Dalam kasus yang berhasil, pelaksanaannya tidak dilakukan dengan baik sehingga hasilnya tidak optimal. Penerapan TIK yang belum merata, tingkat kemampuan sumber daya manusia yang masih kurang handal juga tercermin pada budaya kerja, budaya organisasi dan kepemimpinan. Sampai saat ini layanan portal sudah hampir di miliki oleh seluruh lembaga pemerintahan di Indonesia baik di pusat maupun di daerah , namun pemanfaatan TIK sangat minim terbukti dengan administator web hanya melakukan update informasi sekunder jika di bandingkan dengan negara- negara lain seprti di singapura dan malaysia mereka sudah memiliki layanan yang sifatnya back office yang sudah terintegrasi dengan layanan yang sifatnya front office. Pemerintah harus perlu mencari cara untuk mengembangkan pendekatan

“negara terbuka” yang akan mengesahkan kerja sama di antara badan eksekutif, legislatif, yudikatif, dan berbagai tingkat pemerintahan ainnya, dalam isu-isu open government untuk mendorong agenda yang lebih menyeluruh dan terintegrasi.

Penelitian yang keenam adalah penelitian yang dilakukan oleh Samsul Rani pada tahun 2017 dalam jurnal Ilmu Dakwah Vol. 16 No. 31:66-74 yang berjudul

“Komunikasi Pembangunan Dalam Pembangunan Administrasi Melalui Digital Governance”. Kesimpulan yang peneliti dapat dalam jurnal ini adalah penelitian ini mencoba untuk mengkaji mengenai proses komunikasi yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi terhadap pembangunan.

Menurut McPhail (2009:4) menjelaskan bahwa komunikasi pembangunan sebagai intervensi yang sistematik dengan media berbagai bentuk dapat dilakukan untuk perubahan sosial yang positif. Tidak hanya itu saja, dalam jurnal ini juga menjelaskan keterkaitan teknologi informasi komunikasi menurut Gil-Garcia (2012:34) bahwa teknologi informasi komunikasi memiliki potensi untuk mengubah struktur sosial dan organisasi, namun pada saat bersamaan struktur ini mempengaruhi desain, implementasi, dan penggunaan teknologi informasi.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berimbas pada pembaharuan

(13)

386 administrasi pemerintah. Pembaharuan administrasi pada dasarnya merupakan suatu pola yang menunjukkan peningkatan efektivitas pemanfaatannya sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. berdasarkan Instruksi Persiden No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan E-government. Pada Inpres tersebut kementerian komunikasi dan informasi pada dasarnya mendorong pemanfaatan teknologi informasi untuk instansi pemerintahan baik pusat maupun didaerah, dan pelaksanaan pemanfaatan teknologi informasi secara nasional berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional pengembangane-government.

Penelitian yang ketujuh adalah penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Hamim Thohari, dkk. pada tahun 2017 dalam Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Vol. 6 No.3:243-251 yang berjudul “Rekayasa Sistem Keterbukaan Data Pemerintah untuk Mendukung Transparansi dan Partisipasi Pemerintahan Daerah”. Disini peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini mencoba untuk mengkaji mengenai keterbukaan dan transparansi pemerintah kota Cimahi Provinsi Jawa Barat serta mendorong partisipasi masyarakat. meskipun telah ada peraturan perundangan yang menjamin keterbukaan data pemerintah bagi masyarakat, dalam praktiknya, proses untuk mendapatkan data masih terkendala proses birokrasi yang rumit dan teknologi informasi belum dimanfaatkan secara maksimal. Dan dalam jurnal ini penulis berharap rekayasa sistem keterbukaan data pemerintah yang memfasilitasi publikasi data oleh pemerintah dan akses data oleh masyarakat. Transparansi dapat didefinisikan sebagai kondisi ketika masyarakat mendapatkan akses informasi dan mengetahui hal-hal yang terjadi dalam pemerintahan. Keterbukaan dalam menjalankan pemerintahan akan mendukung proses demokrasi dan akuntabilitas dalam pemerintahan. Partisipasi masyarakat merupakan salah satu komponen utama dalam demokrasi, yaitu masyarakat memiliki andil dalam pengambilan kebijakan pemerintah, serta pengawasan kinerja pemerintah. Partisipasi masyarakat juga dapat diwujudkan dengan menyumbangkan gagasan, kemampuan, dan skill yang dimiliki untuk memecahkan persoalan publik. Undang-undang nomor 14 tahun 2008 mengenai keterbukaan informasi publik mengamanatkan setiap badan publik pada tingkat pemerintah pusat dan daerah untuk mempublikasikan data dan informasi yang dimiliki kepada

(14)

387 publik. Data dan informasi harus dapat diakses masyarakat dengan cara cepat, tepat waktu, berbiaya ringan, dan dengan cara yang sederhana. Pada penelitian ini menggunakan metode need analysis yang bertujuan untuk menggali dan memastikan kebutuhan operasional yang valid sebagai dasar untuk melakukan rekayasa system dan dengan metode system engineering.

Penelitian yang kedelapan adalah penelitian yang dilakukan oleh Titon Slamet Kurnia, dkk. pada tahun 2017 dalam jurnal Hukum Vol. 46 No.2:170-181 yang berjudul “E-Government Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Di Indonesia”. Dalam jurnal ini peneliti mengambil kesimpulan bahwa tulisan dalam jurnal tersebut hendak mengkaji pemanfaatan E-Government (Electronic Government) dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia dengan menggunakan perspektif yuridis berupa pengaturan yang sudah ada pada tingkat nasional atau pusat serta saran tindak bagi daerah dalam rangka dapat mengimplementasikan E-Government, terutama pijakan awalnya berupa suatu kerangka hukum (legal framework). Tulisan ini merupakan penelitian hukum dengan menggunakan pendekatan teoretis-konseptual (conceptual approach) dan pendekatan perundang-undangan (statute approach). Cikal bakal dari konsep E- Government di Indonesia adalah Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E- Government. Dalam perkembangannya, konsep E-Government tersebut didefinisikan: “pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam penyelenggaraan sistem elektronik untuk pelayanan publik dan administrasi pemerintahan (untuk selanjutnya disebut Sistem Elektronik Pemerintahan atau (SEP) (Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang).” Untuk pengimplementasian E-Government dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah konsepsi Hukum Administrasi Baru (New Administrative Law) yang lebih menekankan pada isu-isu kontemporer seperti perlunya akuntabilitas dan efisiensi pemerintahan. Konsepsi Hukum Administasi Baru ini secara simbolis biasa disebut dengan istilah Good Governance atau Good Administration. Keterbukaan atau transparansi pemerintahan dapat mendorong akuntabilitas pemerintahan merupakan isu sangat penting dalam demokrasi, terutama gagasan pemerintahan untuk rakyat.

(15)

388 Sedangkan dalam penelitian yang kami ini bertujuan untuk melihat penerapan konsep kota pintar atau smart city yang ada di Kota Batu serta bertujuan untuk mengetahui persiapan dari pemerintah Kota Batu dalam menghadapi revolusi industri 4.0 yang nantinya juga akan berimplikasi pada penerapan konsep smart city diantara kedua kota tersebut. Teori-teori yang diterapkan pada penelitian terdahulu dapat menjadi modal awal referensi bagi penelitian ini sehingga ada landasan teoritisnya. Teori-teori tersebut memiliki keterikatan atau keterhubungan secara kongkrit.

Teori otonomi daerah membahas tentang pelimpahan wewenang kepada wilayah untuk mengatur perekonomiannya sendiri, dimana daerah memiliki kekuasaan penuh dalam mengembangkan potensi daerahnya sendiri. Dalam penerapan konsep otonomi daerah tentu saja membutukan pemerintahan yang demokratis dimana ada keterbukaan atau ruang publik antara pemerintah dan masyarakat, sehingga akan terwujudnya bentuk dari pemerintahan yang transparan dan terbuka atau yang dikenal dengan open goverment. Open goverment menerapkan sistem IT yang menjadi pendongkraknya, dimana dengan adanya IT, proses transparansi antara pemerintahan dan masyarakat dapat berjalan dengan lebih mudah, masyrakat dapat lebih mudah dalam mengontrol kinerja pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah. Konsep kota pintar atau yang dikenal dengan smart city hadir sebagai anak kandung dari adanya revolusi industri 4.0, dimana meningkatnya jumlah permintaan akan pelayanan publik yang lebih baik dan mudah menuntut pemerintah untuk harus menerapkan konsep smart city ini.

B. Kerangka Konseptual

DESENTRALISASI

OPEN GOVERMENT

TEKNOLOGI INFORMASI PEMERINTAH

DAERAH

(16)

389 C. Operasional Konsep

1. Desentralisasi Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1974, pengertian desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan dari pusat kepada daerah. Pelimpahan wewenang tersebut semata-mata bertujuan untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang lebih efektif dan efisien. Hasil dari pelimpahan wewenang tersebut adalah terbentuknya daerah otonom atau otonomi daerah, yaitu adanya kebebasan pemerintah daerah tertentu dalam mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri. Indikator dari desentralisasi adalah otonomi daerah, pelimpahan wewenang dan partisipasi masyarakat, tolak ukurnya adalah dilihat dari sistem pemerintahan yang demokratis

2. Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Indikatornya adalah, penyelengaraan urusan pemerintah, asas otonom, dan tugas pembantuan. Dapat diukur dari sistem otonomi daerah

3. Teknologi Informasi atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Information technology (IT) adalah istilah umum untuk teknologi apa pun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau menyebarkan informasi (wiliams, 2007).

indikatornya adalah penyebaran informasi, teknologi, dan informasi.

4. E-Government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal- hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. e-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik, untuk

E-GOVERMENT

SMART CITY

(17)

390 meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis. Indikatornya adalah teknologi informasi, pemerintah, pelayanan informasi. Dapat diukur dari pelayanan publik yang diberikan.

5. Menurut Caragliu, A., dkk (2010:3), smart city didefinisikan sebagai kota yang mampu menggunakan sumberdaya manusia, modal sosial dan infrastruktur telekomunikasi modern untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi dengan manajemen sumberdaya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat.Jadi Smart city adalah sebuah kota yang mampu mengelola dan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki seperti sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya lainnya sehingga warganya dapat hidup nyaman. Indikatornya adalah IT, e-government dan pelayanan publik, tolak ukurnya adalah kemajuan teknologi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN E-GOVERNMENT UNTUK MEWUJUDKAN TRANSPARANSI INFORMASI PUBLIK

Pemanfaatan E-government merupakan salah satu hal untuk mewujudkan smart city, dimana hal tersebut menyangkut berbagai persoalan yang ada di pemerintahan Kota Batu. Upaya pemerintahan Kota Batu sendiri dalam perwujudan smart city menciptakan berbagai aplikasi untuk mendukung berjalannya smart city tersebut, salah satu aplikasi yang diciptakan oleh pemerintahan Kota Batu ini ialah Among Warga, Among Tani, dan Among Kota dimana aplikasi ini tercipta pada tahun 2017 dan berjalan pada tahun 2018. Aplikasi ini diciptakan oleh Dinas Kominfo (Dinas Komunikasi dan Informatika) dan dijalankan oleh OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yang terkait sesuai aplikasi tersebut.

Aplikasi Among Tani merupakan suatu aplikasi yang berfungsi terkait pertanian, memotong rantai antara pembeli dan penjual agar dapat berkomunikasi langsung, tempat dimana para petani dapat berkonsultasi langsung kepada petugas yang berkait, keluhan-keluhan petani terkait hama yang menyerang lahan tanaman, serta informasi terkait bahan pokok makanan yang dimana hasil produk pertanian dipajang beserta harga jualnya untuk menjembatani petani memasarkan produknya

(18)

391 kepada pembeli secara online dan aplikasi Among Tani ini dijalankan oleh Dinas Pertanian.

Selain aplikasi Among Tani, terdapat juga aplikasi Among Kota yang merupakan suatu aplikasi yang berfungsi untuk informasi terkait event-event yang ada di Kota Batu, informasi mengenai berita teraktual Kota Batu, tempat wisata, kontak darurat, informasi lalu lintas, informasi terkait transportasi online serta informasi yang berguna bagi wisatawan Kota Batu dan aplikasi ini dijalankan oleh Dinas Perhubungan. Selanjutnya terdapat juga aplikasi Among Warga yang dimana aplikasi ini berfungsi untuk sarana penyampaian aspirasi masyarakat mengenai kejadian di Kota Batu, tempat pengaduan masyarakat terkait pelaporan kerusakan sarana dan prasarana umum, seperti halnya ketika ada jalan rusak, pohon tumbang, pembangunan jembatan dan lain-lain dan aplikasi ini dijalankan oleh Dinas BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah).

Partisipasi masyarakat tentunya sangat penting untuk mewujudkan semua proses pemerintahan Kota Batu. Partisipasi masyarakat di Kota Batu ini cukup tinggi, lebih dari 2500 orang yang sudah berpartisipasi didalamnya (Gambar partisipasi masyarakat dibawah). Pada aplikasi yang tersedia di Kota Batu juga terdapat banyak masyarakat yang sudah mengakses aplikasi sehingga pemerintah Kota Batu dapat terus meningkatkan aplikasi yang akan dapat mewujudkan smart city. Dengan adanya aplikasi yang diberikan pemerintah kepada masyarakat tentunya akan membawa dampak perubahan kepada masyarakat dimana masyarakat akan lebih memperoleh pengalaman dan wawasan terbaru mengenai informasi yang masyarakat butuhkan. Karena dalam perwujudan smart city sendiri sangat membutuhkan partisipasi dari masyarakat seperti halnya yang mengerti akan adanya keterbukaan dalam web maupun aplikasi yang disediakan oleh pemerintah Kota Batu. Selain itu dalam segala penerapan aplikasi juga banyak hambatan salah satunya aplikasi yang sudah dibuat namun belum dikembangkan sepenuhnya dan tidak di update bahkan ditinggalkan karena mulai tidak berfungsi. Hal seperti itu terjadi karena OPD dalam menjalankan aplikasi kurang dalam pengaksesan aplikasi serta belum ahli dalam bidangnya. Hal tersebut yang menjadi salah satu hambatan untuk mewujudkan smart city.

(19)

392 Partisipasi masyarakat di Kota Batu salah satunya ialah dalam pengaksesan data-data yang ada di Kota Batu, keterbukaan data di Kota Batu sendiri sudah dibilang berjalan dengan baik dalam bidang informasi kepada masyarakat, akan tetapi ada beberapa data yang dapat diakses oleh masyarakat dan juga ada data yang tidak dapat diakses oleh masyarakat sehingga masyarakat dapat mengetahui transparansi data apapun yang ada di Kota Batu ini. Salah satu persyaratan yang dilakukan oleh masyarakat dapat mengakses data pemerintahan dengan memasukkan NIK (Nomor Induk Kependudukan) serta Password yang hanya diketahui oleh masyarakat itu sendiri.

Gambar 1.1

Partisipasi masyarakat didalam penggunaan aplikasi Among Warga sudah sebanyak 500 lebih orang, hal tersebut dilihat dari jumlah masyarakat yang mengunduh dan mempergunakan aplikasi tersebut, dengan hal ini partisipasi masyarakat dalam menggunakan aplikasi Among Warga bisa dikatakan cukup rendah dari keseluruhan jumlah penduduk yang ada di Kota Batu sebanyak 109.300 jiwa.

Gambar 1.2

(20)

393 Partisipasi masyarakat didalam penggunaan aplikasi Among Tani sudah sebanyak 1000 lebih orang, hal tersebut dilihat dari jumlah masyarakat yang mengunduh dan mempergunakan aplikasi tersebut, dengan hal ini partisipasi masyarakat dalam menggunakan aplikasi Among Tani bisa dikatakan cukup rendah dari keseluruhan jumlah penduduk yang ada di Kota Batu sebanyak 109.300 jiwa.

Akan tetapi aplikasi ini juga cukup berpengaruh bagi para petani dan seluruh masyarakat di Kota Batu karena seluruh informasi untuk bahan pokok makanan yang ada di aplikasi Among Tani ini sesuai dengan harga pokok makanan yang sesuai dengan pasar bahkan petani kemungkinan akan mendapat keuntungan yang lebih banyak karena mereka dapat menjual hasil pertaniannya secara langsung kepada konsumen.

Gambar 1.3

Partisipasi masyarakat didalam penggunaan aplikasi Among Kota sudah sebanyak 500 lebih orang, hal tersebut dilihat dari jumlah masyarakat yang mengunduh dan mempergunakan aplikasi tersebut, dengan hal ini partisipasi masyarakat dalam menggunakan aplikasi Among Kota bisa dikatakan cukup rendah dari keseluruhan jumlah penduduk yang ada di Kota Batu sebanyak 109.300 jiwa.

Gambar 1.4

(21)

394 Transparansi data di Kota Batu ini termasuk dalam salah satu bentuk open government yang baik di pemerintahan bagi masyarakat Kota Batu sendiri, karena transparansi tersebut merupakan hal yang wajib diketahui oleh masyarakatnya.

Banyak sekali data yang dapat diakses oleh masyarakat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakatnya tersebut. E-government di Kota Batu ini sendiri merupakan suatu bentuk penghubung antara pemerintah dengan masyarakat, dengan e-government ini pemerintah dapat memberikan segala informasi yang akan diberikan kepada masyarakat dengan akurat, efektif dan efisien.

Salah satunya dengan berbagai informasi publik seperti profil Kota Batu, Smart city, Pemerintahan, berita terkait agenda yang ada di Kota Batu, berbagai pengumuman yang ada di Kota Batu, Kalender Kota, Sakip (kebijakan yang ada di Kota Batu dan semua dinas yang ada di Kota Batu, portal Data pemerintahan Kota Batu Statistics, JDIH (Jaringan Dokumentasi Informasi Hukum) yang ada di Kota Batu, PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) yang ada di Kota Batu, LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik), serta berbagai tautan terkait berbagai dinas yang ada di Kota Batu.

III. FAKTOR PENDUKUNG PEMANFAATAN E-GOVERNMENT Mengenai pelaksanaan e-government di Kota Batu ini, Pemerintah Kota Batu telah memfasilitasi dan mendukung pelaksanaan e-government dengan adanya regulasi atau kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Walikota Batu yaitu terdapat Peraturan Walikota Nomor 78 Tahun 2017 tentang Master Plan Batu Smart city yang mana dengan adanya regulasi tersebut telah membuktikan bahwa Walikota Batu telah mendukung terciptanya smart city di Kota Batu dengan mengeluarkan perwali tersebut.

(22)

395 Perwali tersebut dibuat dengan tujuan sebagai petunjuk pelaksanaan teknis Master Plan Smart city Kota Batu karena dalam pelaksanaan e-government untuk mewujudkan smart city tersebut bukan hanya berdasarkan konsep saja melainkan harus membutuhkan tindakan dan penyediaan prasana serta antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah Kota Batu tentunya perlu memikirkan anggaran operasional dan anggaaran pemeliharaan yang memadai yang telah diatur dalam sebuah regulasi tersebut, sehingga dalam pelaksanaan program e-government ini Pemerintah Kota Batu juga memasukkan anggaran yang dibutuhkan program e- government pada APBD dan menempatkan program e-government sebagai program prioritas dalam pembangunan Kota Batu untuk mewujudkan smart city tersebut.

IV. FAKTOR PENGHAMBAT PEMANFAATAN E-GOVERNMENT Mengenai hambatan dalam pelaksanaan program e-government di Kota Batu ini, hal utama yang menjadi hambatan adalah faktor SDM (Sumber Daya Manusia), faktor SDM disini tidak hanya masyarakat saja melainkan juga pelaksana program atau pegawai dari OPD (Organisasi Perangkat Daerah). Hambatan dari masyarakat disini yaitu yang mana tidak semua masyarakat Kota Batu bisa mengakses aplikasi maupun website yang telah disediakan oleh Pemerintah Kota Batu tersebut khususnya orang yang sudah tua yang tidak bisa menggunakan internet. Sehingga hambatan tersebut selalu dijadikan evaluasi oleh Pemerintah Kota Batu dan juga diikuti dengan adanya sosialisasi masyarakat di bidang teknologi informasi dan komunikasi yang terintegrasi agar masyarakat mendapat pemahaman mengenai kegunaan aplikasi maupun website sebagai bentuk transparansi informasi kepada masyarakat.

Untuk pelaksana program atau OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yang terkait juga perlu ditingkatkan karena tidak semua OPD (Organisasi Perangkat Daerah) bisa melaksanakan programnya dengan baik, sehingga tidak hanya sosialisasi kepada masyarakat saja melainkan juga pelaksanaan pendidikan dan latihan juga harus diberikan kepada penyelenggara pemerintah atau OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yang terkait agar dinas sebagai pelaksana tersebut dapat melaksanakan program e-government dengan baik dan juga terintegrasi.

(23)

396 Upaya peningkatan SDM pegawai melalui pendidikan dan latihan perlu diperhatikan juga karena keberhasilan pelaksanaan e-government tidak hanya terletak pada teknologinya melainkan juga tergantung dari SDM yang mengelolanya. Dalam pelaksanaan manajemen e-government peran pemimpin atau pengelola baik dalam anggaran, pelaksanaan, pengawasan hingga evaluasi juga sangat penting untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan e-government.

KESIMPULAN

Pemanfaatan E-government pada era revolusi 4.0 merupakan suatu hal yang memang harus dipergunakan sebaik mungkin, agar semua urusan pemerintahan dapat berjalan dengan baik. Pemanfaatan E-government di Kota Batu sendiri merupakan suatu hal yang diunggulkan,salah satunya yaitu aplikasi untuk menunjang terciptanya smart city yaitu: aplikasi Among Tani, Among Kota, dan Among Warga.

Semua aplikasi tersebut masuk didalam Master Plan Smart city Kota Batu untuk memberikan suatu informasi yang akurat kepada seluruh masyarakat Kota Batu ataupun wisatawan yang sedang berada di Kota Batu. Pemanfataan E- government sendiri menjadi alat sebagai transparansi didalam informasi publik di Kota Batu sehingga berdampak pada proses pemerintahan yang lebih baik kedepannya sehingga suatu trust tercipta antara Pemerintah Kota Batu dengan Masyarakatnya.

Pemanfaatan e-government di Kota Batu ini didukung oleh berbagai faktor pendukung yaitu salah satunya adanya suatu regulasi atau kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Wali Kota Batu yaitu Peraturan Walikota Nomor 78 tahun 2017 tentang Master Plan Batu Smart city. Dan ada pula faktor penghambat didalam pemanfaatan e-government di Kota Batu yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang memumpuni, tidak hanya masyarakatnya saja, akan tetapi juga pelaksana program atau pegawai dari OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yang ada di Kota Batu tersebut kurang meberikan sosialisai dan pelatihan kepada masyarakat Kota Batu, hanya masyarakat yang berjiwa muda yang kemungkinan besar faham dengan aplikasi apa yang telah diciptakan oleh pemerintahan Kota Batu tersebut.

(24)

397 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Arikunto. S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Annisa Rahmadanita, Eko Budi Santoso, Dan Sadu Wasistiono.(2018), Implementasi Kebijakan Smart Government Dalam Rangka Mewujudkan Smart city Di Kota Bandung. Jurnal ilmu pemerintahan widya prajaVol.

44, No. 2, Ok : 81–106.

Didi Kurnaedi, (2017) Penerapan “Live” Smart city Kota Tangerang Jurnal TAM (Technology Acceptance Model) 8(1).

Hadi, Krishno, Asworo, Listiana, Taqwa, Iradhad. (2020). “Inovasi Dialogis:

Menuju Transformasi Pelayanan Publik Yang Partisipatif (Kajian Sistem Pelayanan Malang Online). Journal of Government and Civil Society, 4(1),115–129, DOI: http://dx.doi.org/10.31000/jgcs.v4i1.2438.

Hadi, Sutrisno. (1987). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.

Hasibuan, Abdurrozzaq dan Sulaiman, Oris Krianto. (2019). Smart city, Konsep Kota Cerdas Sebagai Alternatif Penyelesaian Masalah Perkotaan Kabupaten/Kota, di Kota-Kota Besar Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Buletin Utama Teknik. Vol. 14 No. 2: 127-135. Medan: Universitas Islam Sumatera Utara.

Kurnia, Titon Slamet. Dkk. (2017). E-government Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Indonesia. Jurnal Hukum. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Vol. 46 No.2: 170-181.

Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Nawawi, Hadari, dan Mimi, Martini. (1994). Penelitian Terapan. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Rani, Samsul. (2017). Komunikasi Pembangunan Dalam Pembangunan Administrasi Melalui Digital Governance. Vol 16 No. 31: 66-74. Jurnal Ilmu Dakwah. Banjarmasin: UIN Antasari.

(25)

398 Ristyandi, Riski.(2020). Bureaucratic Disruption and Threats of Unemployment in the Industrial Revolution 4.0 Era. Journal of Local Government Issues, 3(1), 86-97, DOI: https://doi.org/10.22219/logos.v3i1.10923

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

.Thohari, Ahmad Hamim. dkk. (2017). Rekayasa Sistem Keterbukaan Data Pemerintah untuk Mendukung Transparansi dan Partisipasi Pemerintahan Daerah. . Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Vol. 6 No.3: 243 - 251.

Undang – Undang Nomor 14 Tahun (2008) Tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Referensi

Dokumen terkait

Akhirnya, inkubator bisnis berbasis teknologi akan dapat mempercepat komersialisasi hasil inovasi atau invensi yang dihasilkan dari riset universitas.. Kata kunci:

REVOLUSI MENTAL KAMPUNG IDIOT MENUJU DESA WISATA BERBASIS KEARIFAN LOKAL : SEBUAH STRATEGI PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT DESA KARANG PATIHAN BALONG PONOROGO. Ika Farida Ulfah,

Colour Board Pada Materi Pembagian Bersusun Pendek Siswa Kelas III MI AL-IHSAN Sidoarjo. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah

Selanjutnya tujuan komunikasi dalam pendidikan, jika kita sebagai pengajar maka kita sering berhubungan dengan pelajar, oleh karena itu, kita bertujuan menyampaikan informasi

Secara implisit fenomena di atas menunjukkan bahwa peran petugas Puskeswan relatif kalah bersaing dengan peran tenaga jasa pelayanan dari perusahaan dalam aspek

Salah satu solusinya adalah dengan membuat sistem informasi manajemen yang dapat menyimpan data bukti fisik tersebut serta data kasus untuk selanjutnya dimunculkan dalam

Dari penjelasan diatas dappat kiita liihat produksi dan pendapatan petani serai di Desa Kuta Ujung Kecamatan Kuta Panjang Kabupaten Gayo Lues yang diperoleh sangat

Studi ekstensif terus dilakukan dalam upaya ekplorasi semikonduktor fotokatalis yang efisien dalam mereduksi air menjadi hidrogen dan oksigen melalui reaksi yang