• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi Hidrogen Secara Fotokalitik dari Air Murni Pada Katalis NaTaO 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Produksi Hidrogen Secara Fotokalitik dari Air Murni Pada Katalis NaTaO 3"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

51

Produksi Hidrogen Secara Fotokalitik dari Air Murni Pada

Katalis NaTaO

3

Husni Husin

Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalis

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Gedung Teknik Kimia Lt-2, Kampus Darussalam Banda Aceh, Indonesia, 23111

e-mail: husni_husin@unsyiah.ac.id; husni_husin2002@yahoo.com Abstract

Study of hydrogen production as a green energy on NaTaO3 photocatalyst has been done. The

aim of this work is to study the photocatalytic properties of NaTaO3 and NiO incorporated

NaTaO3 used in water splitting reaction. The NaTaO3 powder with high crystallinity has been

synthesized by a H2O2-asissted sol-gel route calcined at a temperature of 900 oC. NiO as a

cocatalyst is deposited by impregnation of Ni(NO3)2.6H2O solution. The catalysts are

characterized by X-ray diffraction (XRD), scanning electron microscopy (SEM), high resolution transmission electron microscopy (HRTEM), and diffuse reflectance UV-Vis (DR-UV-Vis). The photocatalysts have a band gap energy ca. 4.01 and 4.00 eV (corresponding to absorption edge of 310 and 311 nm). Photocatalytic activity towards hydrogen generation from water is investigated using a glass reactor under ultra violet (UV) light illumination. Photocatalytic of H2 and O2 production on the pristine NaTaO3 are 0.61 and 0.30 mmol g-1cat.h-1, respectively.

The activities are greatly enhanced 8.5 times higher by the incorporation of NiO as cocatalysts on the prepared oxides. NiO is found to give rise to more efficient photocatalytic activity for hydrogen evolution. The NaTaO3 nanoparticles produces using this facile have: better

crystallinity, smaller size, and higher photocatalytic activity.

Keywords: Sodium tantalum oxide; Nickel oxide; Sol-gel; impregnation; Hydrogen evolution

1. Pendahuluan

Dalam beberapa tahun terakhir, produksi hidrogen (H2) dari air secara fotokatalitik

menggunakan cahaya matahari telah menarik perhatian yang cukup besar. Teknologi ini dianggap menjanjikan, bersih "green technology" meregenerasi energi terbarukan, serta dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Studi ekstensif terus dilakukan dalam upaya ekplorasi semikonduktor fotokatalis yang efisien dalam mereduksi air menjadi hidrogen dan oksigen melalui reaksi yang disebut “water-splitting”. Semikonduktor oksida logam merupakan salah satu material yang sedang diminati oleh para peneliti didunia untuk menghasilkan energi hidrogen dari air. (Jeong, dkk., 2006; Ni, M., dkk., 2007). Jumlah material fotokatalis yang dilaporkan masih terbatas dan pada umumnya

menggunakan TiO2. Oksida TiO2 memiliki

aktivitas yang rendah dan mudah terdeaktivasi jika digunakan dalam waktu

yang lama. Dewasa ini oksida TiO2 sering

digunakan dalam bidang riset dekomposisi sampah organik dan penjernihan air.

Diantara berbagai oksida logam, NaTaO3

dilaporkan menjadi salah satu kandidat fotokatalis yang paling efisien dalam memproduksi hidrogen dari air meskipun tanpa kokatalis. Keunikan struktur NaTaO3,

memiliki kristal berlapis terdiri dari MO6 (M =

Ta) oktahedra. Tantalat berada pada orbital Ta5d memiliki level energi yang lebih tinggi dari titanat (Ti3d) atau niobat (Nb4d) (Kato & Kudo, 1999; Kato & Kudo, 2003; Kudo, 2006). Potensi tingkat energi yang lebih tinggi menyebabkan NaTaO3 lebih efektif dan

efisien dalam mereduksi air menjadi H2 dan

O2. Oleh karena itu, studi tentang NaTaO3

semikonduktor fotokatalis menjadi trending topik dalam kajian solar cell hidrogen dewasa ini.

Semikonduktor terdiri dari valensi band (VB) juga disebut potensial oksidasi dan

conduction band (CB), disebut potential

reduksi. Tingkat energi pada bagian bawah

conduction band disebut lowest unoccupied

molecular orbital (LUMO) mencerminkan

pengurangan potensial dari foto-elektron (e-).

Sedangkan tingkat energi paling atas dari

valence band disebut highest occupied molecular orbital (HOMO) menyatakan

ukuran kemampuan oksidasi dari foto-hole

(2)

52

diantara VB dan CB disebut dengan energi

band gab (Eg). Semikonduktor menyerap

photon (hv) dari cahaya ultra violet (UV) atau visibel (Vis) selanjutnya meregenerasi e- dan h+. Electron (e-) di VB fotokatalis

tereksitasi ke CB membutuhkan energi ≥ energi band gab semikonduktor, sementara holes (h+) tinggal di VB. Tahap ini disebut

dengan semikonduktor “photoexcited”. Tanpa eksitasi, kedua e- dan h+ berada di

valence band. Elektron dan holes dapat

bergabung di bulk atau di permukaan semikonduktor dalam waktu yang sangat singkat melepaskan energi dalam bentuk panas (Kudo & Miseki, 2009). Jika hal ini terjadi maka tidak akan terjadi reaksi dekomposisi air menjadi hidrogen.

Gambar 1. Prinsip dasar fotokatalitik dekompo-sisi air menjadi hidrogen pada semikonduktor fotokatalis

Prinsip dekomposisi fotokatalitik air (reaksi

water-splitting) didasarkan pada konversi

energi cahaya menjadi listrik ketika cahaya diserap oleh semikonduktor (lihat Gambar 1, step 1). Cahaya memiliki photon (hv) menyebabkan ionisasi intrinsik material semikonduktor tipe-n dan meregenerasi elektron dan hole yang disebut

photogenerated carrier. Selanjutnya elektron

(e-) dari VB tereksitasi ke CB (step 2, pers.

1). Hole (h+) memecah molekul H

2O menjadi

gas O2 dan ion H+ (step 3, pers. 2). Seketika

itu, elektron (e-) mereduksi ion hidrogen

menjadi gas H2 (step 3, pers. 3).

Reaksi water splitting menjadi H2 dan O2

membutuhkan perubahan energi bebas

Gibbs ∆Go sebesar 237 kJ/mol atau 1.23 eV.

Reaksi ini terjadi menurut mekanisme berikut (Choi & Kang, 2007).

Photon absorption: 2hv → 2e- + 2h+ (1) H2O (l) + 2h+ → 1/2O2 (g) + 2H+ (2) 2H+ + 2e- → H 2 (g) (3) Overall : H2O (l) +2hv → H2 (g) +1/2O2 (g) ; ∆G = +237 kJ/mol (4)

Tulisan ini memaparkan karakteristik dan

kinerja fotokatalis NaTaO3 terhadap

dekomposisi air menjadi hidrogen. Pengaruh

loading NiO pada NaTaO3 terhadap produksi

hidrogen juga dievaluasi. Analisis komposisi, ukuran partikel, morfologi, absorbasi sampel dilakukan dengan menggunakan alat-alat yaitu: XRD, SEM, HRTEM, dan DR-UV-Vis.

2. Metodelogi 2.1 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tantalum klorida (TaCl5,

99.9%): Acros Organics, sodium hidroksida (NaOH, 99.9%): Acros Organics, asam sitrat

anhydrous (C6H8O7, 99.5%): Acros Organics,

hidrogen peroksida (H2O2, 35%):Showa

Chemical Co. Ltd, larutan ammonia (NH4OH,

35%): Fisher Scientific, metanol (CH3OH,

99.5%) solution: Acros Organics, Ni(NO3)2.6H2O (Acros Organic: 99,0%), pure

water: Millipore pure water systematic Milli

RO60, gas argon (Ar 99.99%), dan gas helium (He 99.99%).

Alat-alat yang digunakan untuk preparasi katalis terdiri dari gelas-gelas kimia dan aksessories. Sedangkan untuk produksi hidrogen digunakan satu unit reaktor uji reaksi water splitting terbuat dari gelas

pyrex dan bagian dalam quarts, lampu Hg

400 W tekanan tinggi (λ ≥ 250 nm), dan hot

plate magnetic stirrer. Hidrogen dianalisis

dengan menggunakan YANGI-LiN gas

chromatograph (column porapax N and Molecular sieve 5A, PDHID detector, dengan

gas carrier Helium.

2.2 Preparasi Katalis

Fotokatalis NaTaO3 disintesis melalui

prosedur sol-gel menggunakan larutan hidrogen peroksida sebagai pelarut. Sintesis dilakukan sebagai berikut: TaCl5 dilarutkan

dalam hidrogen peroksida dan NaOH, dilarutkan dalam aquades (NaOH berlebih 5 -6%) untuk mengimbangi penguapan Na tersebut. Campuran diaduk menggunakan pengaduk magnetic stirrer (dilambangkan: larutan A). Asam sitrat sebagai chelating

agent dilarutkan dalam 50 ml aquades,

selanjutnya di teteskan ke dalam larutan A untuk menghasilkan sol sambil diaduk terus-menerus. pH larutan diatur sampai 4

menggunakan larutan NH4OH agar asam

(3)

53

kemudian dipanaskan dan temperatur

dipertahankan konstan pada 90 oC sampai

terbentuk gel putih. Gel dikeringkan dalam

oven pada 110 oC, selanjutnya dilakukan

prekalsinasi pada 450 oC dan akhirnya

dipanaskan pada 900 oC selama 12 jam

dengan dialiri udara untuk meningkatkan kristalinitas.

2.3 Loading Kokatalis NiO

Kokatalis disiapkan dengan melarutkan garam nikel nitrat ke dalam air dan selanjutnya dideposisi pada permukaan

NaTaO3 dengan metode impregnasi untuk

mempromosikan H2. Sebanyak 0,2% berat

nikel dari garam Ni(NO3)2 dilarutkan dalam

aquades selanjutnya dicampur dengan 1

gram fotokatalis NaTaO3. Campuran diaduk

selama lebih kurang 6 jam pada suhu kamar.

Nikel-loaded NaTaO3 dipanaskan dalam oven

pada suhu 110 oC, selanjutnya dikalsinasi

dengan dialiri udara pada 300 ◦C selama 1 jam untuk membentuk oksida NiO.

Komposisi katalis ditentukan dengan XRD menggunakan radiasi synchrotron pada beam line 01C2 di National Synchrotron Radiation Research Center (NSRRC), Hsinchu, Taiwan. Morfologi material diukur dengan Joel, JEM-2100F SEM. Kokatalis NiO dianalisis dengan Philips/FEI Tecnai 20G2 S-Twin TEM apparatus, dan absorbansi sampel dievaluasi menggunakan Jasco (ISV-469) V 560 spektrofotometer UV Vis .

2.4 Uji Kinerja Katalis

Reaksi fotokatalitik dilangsungkan dalam reaktor gelas terbuat dari pyrex disinari dengan cahaya ultra violet. Bubuk fotokatalis (0,5 g) didispersi dalam air murni (1 L) menggunakan pengaduk magnetik. Sumber radiasi adalah lampu Hg 400 W bertekanan tinggi (λ ≥ 250 nm). Sebelum irradiasi, udara di dalam reaktor dibersihkan dengan dialiri gas Argon. Gas hasil reaksi dialirkan ke dalam kolektor gas, selanjutnya dianalisis menggunakan YANGI-LiN gas kromatografi (column porapax N dan Molecular sieve 5A, PDHID detector, with Helium carrier).

3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil analisis XRD

Pola difraksi sinar-X powder NaTaO3

disajikan pada Gambar 2. Pembacaan data XRD sampel dilakukan dengan cara membandingkan spektrum XRD katalis sintesis dengan spektrum senyawa standard

powder data file JCPDS (Joint Committee Powder Diffraction Standard) sesuai nomor

katalog masing-masing komponen. Dari spektrum XRD menunjukkan bahwa sampel NaTaO3 persis sama dengan spektrum XRD

standard senyawa murni NaTaO3 bentuk

orthorhombic sesuai dengan JCPDS Card No.

25-0863), space group Pcmn. Difraktogram

XRD menampilkan fase tunggal dari struktur NaTaO3 tanpa pengotor.

Gambar 2. Spekrum XRD fotokatalis NaTaO3

Ukuran kristal (grain sizes) NaTaO3 dihitung

dengan menggunakan persamaan Scherrer.

Puncak karakteristik NaTaO3 pada 2 theta

32,5, plane (200) digunakan untuk perhitungan ukuran kristal. Dari hasil perhitungan diperoleh ukuran kristal sampel

NaTaO3 adalah 25,8 nm. Fakta ini

mengindikasikan bahwa sintesis NaTaO3

dengan metode sol-gel berbantuan H2O2

menghasilkan NaTaO3 dengan derajat

kristalinitas yang tinggi seperti yang ditunjukkan oleh pola difraksi sinar-X, di mana puncak-puncaknya sangat runcing dan sempit serta tidak terdapat impuritis. Rute ini juga merupakan cara mudah untuk

mendapatkan kristal NaTaO3 dalam ukuran

nano (nanosized). Sementara rute lain yaitu hidrotermal dilaporkan terindikasi adanya impuritis Ta2O5 dalam pola XRD. Misalnya, Li

dan Zang mensintesis NaTaO3 dengan

menggunakan Ta2O5 sebagai prekursor via

metode hidrotermal (Li & Zang, 2009).

3.2 Hasil Analisis SEM dan HRTEM

Untuk mendapatkan wawasan lebih lanjut

tentang morfologi NaTaO3, analisis dengan

SEM juga dilakukan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Dari gambar

SEM dapat dilihat bahwa sampel NaTaO3

(4)

54

menunjukkan derajat kristalinitas yang tinggi. Akan tetapi, bentuk struktur kristal dari material tampak tidak teratur (irregular

shape). Fakta ini berbeda dengan hasil

karakterisasi XRD yang mengindikasikan

bentuk struktur NaTaO3 orthorhombic.

Perbedaan bentuk tersebut kemungkinan karena NaTaO3 cenderung teraglomerasi saat

kalsinasi pada suhu 900 oC.

Ukuran partikel (particle sizes) sampel NaTaO3 berkisar antara 80-250 nm. Partikel

ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan

NaTaO3 yang dilaporkan oleh Porob &

Maggard, yang disintesis melalui metode flux dengan ukuran partikel sekitar 500 nm dan 2-3 µm (Porob & Maggard, 2006, dan Kato

dkk., 2003). NaTaO3 yangdisintesis dengan

metode sol-gel memiliki ukuran partikel lebih kecil dan luas permukaan lebih besar, serta derajat krintalinitas lebih tinggi pula seperti terindikasi dari spektrum XRD (Gambar 2).

Dengan memiliki kriteria tersebut NaTaO3

sangat praktis untuk aplikasi, khususnya dalam bidang fotokatalitik produksi hidrogen (Sun dkk., 2008).

Gambar 3. Partikel NaTaO3 dari analisis SEM

Jika ukuran partikel lebih kecil dan kristalinitas tinggi akan memperpendek rute

transfer elektron dari bulk NaTaO3 ke

permukaan sehingga dapat menghindari rekombinasi antara photogenerated carriers hole dan elektron. Seketika itu juga hole

mengoksidasi air menjadi O2 dan ion H+,

sementara elektron bereaksi dengan ion H+

tersebut dan mengevolusi molekul H2 (Husin

dkk., 2011a; Kato dkk., 2003).

Gambar 4 menampilkan HRTEM kokatalis

NiO pada permukaan NaTaO3 nanopartikel.

Dari HRTEM terlihat bahwa NiO dengan ukuran partikel sekitar 6 nm terdeposit pada permukaan fotokatalis setelah kalsinasi pada

300 oC. Kokatalis NiO muncul hanya satu

partikel karena loading nikel hanya 0.2% berat.

Gambar 4. Partikel NiO terdeposit pada permuka- an NaTaO3 dari hasil analisis HRTEM

Deposisi nikel dalam jumlah sangat kecil bertujuan untuk menghindari tertutupnya

permukaan NaTaO3 yang digunakan untuk

menyerap photon dari cahaya. Pemuatan nikel lebih besar dari 0.2% berat dapat menghambat kapasitas penyerapan cahaya oleh semikonduktor fotokatalis dan juga berakibat aglomerasi nikel nanopartikel pada permukaan. Hal ini dapat melemahkan fungsi kokatalis (Husin dkk., 2011b).

3.3 Hasil Analisis

UV-Vis

Untuk menentukan energi band gap fotokatalis sering digunakan alat UV-VIS spectrophotometry. Spektrum reflektansi sampel ditransformasi menjadi absorbansi menggunakan fungsi F[R] melalui plot Kubelka-Munk (KM) (pers. 5). Hasil pengukuran reflektansi dibagi dengan 100, selanjutnya dinyatakan dalam bentuk unit absorbansi.

[F(R).hv]n = K[hv – E

g] (5)

K = (1-R)2/2R (6)

dimana hv = energi photon, Eg (eV) = energi band gab material , R = reflektansi, K = konstanta karakteristik semikonduktor atau reflektansi ditransformasi menurut Kubelka Munk. Band gab (Eg) fotokatalis dapat ditentukan dengan membuat plot kurva hubungan antara absorbansi (a.u) versus panjang gelombang (λ, nm). Panjang gelombang diekstrapolasi dengan cara menarik garis lurus menyinggung kurva absorpsi, memotong sumbu x (λ) seperti pada Gambar 5. Dari nilai λ selanjutnya Eg dihitung menggunakan persamaan (7).

(5)

55

Eg (eV) = 1240/λ (7)

Spektrum absorbansi sampel NaTaO3 dan

NiO/NaTaO3 disajikan dalam Gambar 5.

Spektrum kedua sampel menunjukkan penyerapan di daerah UV dengan pembacaan

dalam kisaran 200-400 nm. NaTaO3 dan

NiO/NaTaO3 hanya menunjukkan tepi

absorpsi pada 309 dan 310 nm, sesuai dengan energi band gab 4,01 dan 4,00 eV.

Gambar 5. Hasil analisa spektrum DR-UV-Vis fotokatalis NaTaO3

Kehadiran nikel tidak menyebabkan

perubahan tepi absorpsi NaTaO3 yang

signifikan, dengan demikian nilai Eg fotokatalis sangat dekat. Absorbansi NiO/NaTaO3 tampaklebih tinggi dari sampel

tanpa NiO. Keadaan ini kemungkinan karena derajat kristalinitasnya meningkat setelah ditambah nikel 0.2% berat.

3.4 Produksi Hidrogen

Evolusi gas H2 dan O2 pada NaTaO3 sebelum

dan sesudah penambahan NiO diobservasi terhadap reaksi water-splitting menjadi hidrogen dan oksigen, seperti diilustrasikan

pada Gambar 6. Produksi gas H2 dan O2

menggunakan NaTaO3 tanpa deposisi nikel

adalah 0.61 dan 0.30 mmol g-1

cat.h-1.

Produksi gas meningkat 8,5 kali lebih besar ketika nikel dideposisi pada permukaan NaTaO3 fotokatalis. Efisiensi pemisahan dan

pencegahan rekombinasi antara e- dan h+

merupakan faktor penentu dalam memper- cepat proses fotokatalitik dekomposisi H2O

menjadi H2.

Kokatalis memegang peranan penting untuk mempercepat pemisahan pasangan

photogenerated e- dan h+. Tanpa kokatalis

kedua pasangan e- dan h+ besar

kemungkinan akan bersatu pada bulk

NaTaO3. NiO atau Pt pada fotokatalis

menangkap elektron dari fotokatalis bereaksi

dengan ion H+ dan mengevolusi H

2. (Husin

dkk., 2011b). Stabilitas NaTaO3 yang

ditunjukkan dalam Gambar 6 terlihat stabil sampai reaksi dihentikan setelah 5 jam.

Gambar 6. Produksi gas hidrogen dan oksigen dari air murni pada katalis NaTaO3

dan NiO/NaTaO3 4. Kesimpulan

NaTaO3 telah berhasil disintesis melalui

metoda sol-gel berbantuan H2O2. Sampel

NaTaO3 memiliki bentuk struktur kristal

orthorhombic, memiliki derajat kristalinitas

tinggi, dan ukuran partikel berkisar antara

80-250 nm. NaTaO3 tanpa deposisi nikel

menunjukkan photoreaktivitas tinggi dalam reaksi water-splitting menjadi hidrogen dan oksigen. Produksi hidrogen meningkat secara signifikan ketika nikel dideposit pada

permukaan NaTaO3. NaTaO3 merupakan

kandidat fotokatalis produksi hidrogen sebagai energi bersih masa depan.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Bing-Joe Hwang, Ph.D dan Dr. Wei-Nien Su dari National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) atas diskusi yang sangat berharga mengenai penelitian ini.

Daftar Pustaka

Choi, H. J. & Kang, M. (2007) Hydrogen production from methanol/water decomposition in a liquid photosystem using the anatase structure of Cu loaded TiO2. International Journal of Hydrogen

(6)

56

Husin, H., Chen, H. M., Su, W. N., Pan, C. J., Chuang, W. T., Sheu, H. S., & Hwang, B. J. (2011a) Green fabrication of La-doped NaTaO3 via H2O2 assisted sol-gel

route for photocatalytic hydrogen

production. Applied Catalysis B:

Environmental, 102(1-2): 343-351.

Husin, H., Su, W. N., Chen, H. M., Pan, C. J., Chang, S. H., Rick, J., Chuang, W. T., Sheu, H. S., & Hwang, B. J. (2011b) Photocatalytic hydrogen production on nickel-loaded LaxNa1-xTaO3 prepared by

hydrogen peroxide-water based process.

Green Chemistry, 13(7): 1745-1754.

Jeong, H., Kim, T., Kim, D., & Kim, K. (2006) Hydrogen production by the photocatalytic overall water splitting on

NiO/Sr3Ti2O7: Effect of preparation

method. International Journal of

Hydrogen Energy, 31(9): 1142-1146.

Kato, H., Asakura, K., & Kudo, A. (2003) Highly Efficient Water Splitting into H2

and O2 over Lanthanum-Doped NaTaO3

Photocatalysts with High Crystallinity and Surface Nanostructure. Journal of

the American Chemical Society,

125(10): 3082-3089.

Kato, H., & Kudo, A. (1999) Highly efficient decomposition of pure water into H2 and

O2 over NaTaO3 photocatalysts.

Catalysis Letters, 58(2-3): 153-155.

Kato, H., & Kudo, A. 2003. Photocatalytic

water splitting into H2 and O2 over

various tantalate photocatalysts.

Catalysis Today, 78(1-4): 561-569.

Kudo, A. (2006) Development of photocatalyst materials for water

splitting. International Journal of

Hydrogen Energy, 31(2): 197-202.

Kudo, A., & Miseki, Y. (2009) Heterogeneous photocatalyst materials for water splitting. Chemical Society Reviews, 38(1): 253-278.

Li, X., & Zang, J. (2009) Facile Hydrothermal Synthesis of Sodium Tantalate (NaTaO3)

Nanocubes and High Photocatalytic Properties. The Journal of Physical

Chemistry C, 113(45): 19411-19418.

Ni, M., Leung, M. K. H., Leung, D. Y. C., & Sumathy, K. (2007) A review and recent developments in photocatalytic water-splitting using TiO2 for hydrogen production. Renewable and Sustainable

Energy Reviews, 11(3): 401-425.

Porob, D. G., & Maggard, P. A. (2006) Flux

syntheses of La-doped NaTaO3 and its

photocatalytic activity. Journal of Solid

State Chemistry, 179(6): 1727-1732.

Serpone, N. (1997). Relative photonic efficiencies and quantum yields in heterogeneous photocatalysis. Journal

of Photochemistry and Photobiology A: Chemistry, 104(1-3): 1-12.

Sun, W., Zhang, S., Wang, C., Liu, Z., Mao, Z. (2008) Effects of Cocatalyst and Calcination Temperature on

Photocataly-tic Hydrogen Evolution Over BaTi4O9

Powder Synthesized by the Polymerized Complex Method. Catal Letter, 123: 282-288.

Gambar

Gambar 1. Prinsip dasar fotokatalitik dekompo- dekompo-sisi air menjadi hidrogen  pada  semikonduktor fotokatalis
Gambar 2.  Spekrum XRD fotokatalis NaTaO 3
Gambar 3. Partikel NaTaO 3  dari analisis SEM
Gambar 6. Produksi gas hidrogen dan oksigen  dari air murni pada katalis NaTaO 3

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang kemudian sebagian pasal-pasalnya telah diubah dan ditambah dengan Undang- Undang Nomor

Sumber daya manusia mempunyai peran yang sangat penting dalam proses meningkatkan motivasi , terutama dalam kaitannya dengan hasil kinerja.. Menurut Hasibuan (2009:9)

Pandangan luas mengenai perbuatan melawan hukum yaitu perbuatan melawan hukum tidak sama dengan melawan undang-undang tetapi perbuatan melawan hukum harus diartikan

Total biaya produksi adalah jumlah seluruh biaya yang digunakan untuk memproduksi kripik pisang, dari biaya pengolahan bahan baku sampai dengan biaya

Pada awalnya pada hari Sabtu bulan Januari 2013 sekitar jam 21.30 wib terdakwa bertemu dengan saksi KORBAN di daerah Niaga Karawang yang pada saat itu saksi KORBAN sedang

Dengan behavioral activation (BA) subjek bereksperimen melakukan kegiatan yang sudah tidak dilakukan atau melakukan aktivitas baru, sehingga subjek merasa lebih

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Untuk mendeskripsikan implementasi pengelolaan kelas yang dinamis dalam mata pelajaran bahasa Jawa kelas V di SD Muhammadiyah 11

Ringkasan prestasi sekolah menurut indikator dan berdasarkan bukti Tingkat yang dicapai Tingkat yang dicapai Tingkat yang dicapai Tingkat yang dicapai Silabus tersedia untuk