TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Oleh :
AF IDATUSSOFIYAH NIM. T20 154 067
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JUNI 2019
ْﻞُﻘَـﺗ ﺎَﻤُﱠﳍ
﴿ ﺎًْﳝِﺮَﻛ ًﻻْﻮَـﻗ ﺎَﻤُﱠﳍ ْﻞُﻗَو ﺎَُﳘْﺮَﻬْـﻨَـﺗ َﻻﱠو ٍفُا ٓ◌
٢٣
﴾
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara atau keduanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya berkata “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya dengan perkataan yang baik”.1
1 Alhidayah, Alquran Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka (Jakarta: Kalim), 285
telah mendoakan untuk kebahagiaan anaknya di dunia dan akhirat dan memberi semangat dalam setiap langkahku, dan telah berjuang dengan penuh kesabaran dan kasih sayang untuk selalu mendidikku, ketulusannya bekerja dengan peluh
keringat sehingga dapat menyekolahkanku hingga Strata-1 di Institut Agama Islam Negeri Jember tercinta ini. Serta untuk adikku tercinta Mukhammad Abdillah Faiz, yang selalu mendukung dan menyertai setiap langkahku dan selalu
memberikan keceriaan dalam perjalanan hidupku.
skripsi yang berjudul “Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama Menggunakan Strategi Tebak Kata Di Mima 32 Salafiyah Syafi’iyah Ambulu Jember Tahun Pelajaran 2018/2019”, dapat terselesaikan dengan baik dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW pemimpin teladan bagi umat Islam, yang senantiasa diharapkan syafaatnya kelak di hari kiamat.
Penyusun skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, baik menyangkut isi maupun penulisan. Adapun kesuksesan dalam penyelesaian skripsi ini dapat penulis perolah dari dukungan dan bantuan dari banyak pihak, untuk itu penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya dengan ucapan jazakumullah ahsanul jaza’
kepada :
1. Rektor IAIN Jember Prof. Dr. Babun Soeharto, SE, MM yang telah mendukung dan memfasilitasi kami selama proses kegiatan belajar di lembaga ini.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember Rif`An Humaidi, M.Pd.I selaku yang selalu memberikan arahannya dalam program perkuliahan yang kami tempuh.
4. Dra. Siti Nurchayati, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Kawan-kawanku tercinta Kelas D2 PGMI yang selama ini telah baik secara langsung dan tidak langsung telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Hanya dengan kearifan dan bantuan dari berbagai pihak untuk memberikan kritik dan saran yang konstruktif maka kekurangan-kekurangan tersebut dapat diperkecil. Namun dalam penulisan skripsi ini ada sepercik harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, serta diridhoi oleh Allah SWT. Aamiin.
Jember,28 Mei 2019 Penulis,
AF IDATUSSOFIYAH NIM. T20 154 067
sebuah proses pembelajaran, siswa lebih menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan menggunakan bahasa Jawa Krama. Dengan keadaan seperti ini dan berlanjut terus-menerus cenderung siswa akan lebih menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan bahasa Jawa Krama semua itu terpengaruh dari lingkungan di sekitar anak. Orang-orang yang di sekitar anak sangat jarang untuk mengajak berbicara menggunakan bahasa Jawa Krama, mereka lebih sering menggunakan bahasa Jawa kasar (Ngoko) dan menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan sang anak, mestinya ketika sang anak berkomunikasi atau mengobrol dengan orang yang lebih tua seharusnya menggunakan bahasa Jawa Krama.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka fokus penelitian adalah: 1) Bagaimana perencanaan, pelaksanaan, konsep penilaian pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa Krama menggunakan strategi tebak kata di MIMA 32 Salafiyah Safiiyah Ambulu Jember Tahun Pelajaran 2018/2019?, Penelitian ini bertujuannya untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, konsep penilaian pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa Krama menggunakan strategi tebak kata di MIMA 32 Salafiyah Safiiyah Ambulu Jember Tahun Pelajaran 2018/2019.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis kualitatif deskriptif. Subjek peneliti ini, peneliti menggunakan teknik purposiv. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi (pengamatan) interview (wawancara) dokumentasi. Data dianalisis menggunakan beberapa langkah sesuai teori Miles, Huberman.
Keabsahan data yang digunakan yaitu triangulasi sumber dan teknik.
Hasil dari penelitiannya adalah: 1) Guru selalu merencanakan kegiatan pembelajaran dengan menyiapkan RPP yang berpedoman kepada silabus yang sudah disiapkan oleh pihak lembaga, selalu menyiapkan strategi yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, dan menyiapkan sumber belajar 2) Strategi yang dipakai saat proses pembelajaran bahasa Jawa tebak kata, di mana guru menjelaskan materi terlebih dahulu secara menyeluruh, lalu guru memulai strategi yang di siapkan oleh guru. Strategi pembelajaran mempermudah guru dalam menyampaikan materi. 3) Evaluasi yang digunakan ada dua jenis yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil, evaluasi proses bagaimana sikap siswa selama proses pembelajaran bahasa Jawa berlangsung, evaluasi hasil dapat diketahui dengan pengetahuan sehingga siswa mampu menebak kosa kata yang di dalam permainan tebak kata pada waktu keterampilan berbicara bahasa Jawa.
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 6
C. Tujuan Penulisan ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Definisi Istilah ... 9
F. Sistematika Pembahasan ... 10
BAB II PEMBAHASAN ... 13
A. Penelitian Terdahulu ... 13
B. Kajian Teori ... 19
1. Pembelajaran Bahasa ... 19
a. Pengertian keterampilan Berbicara ... 21
b. Tujuan Berbicara ... 23
c. Prinsip-prinsip Berbicara ... 24
d. Penilaian Keterampilan Berbicara ... 26
3. Bahasa Jawa Krama ... 31
a. Pengertian Bahasa Jawa ... 31
b. Ragam Bahasa Jawa ... 32
c. Fungsi bahasa Jawa ... 37
4. Strategi Tebak Kata ... 38
a. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 38
b. Pengertian dan Definisi Strategi Tebak Kata ... 39
c. Prosedur Penerapan Strategi Tebak Kata ... 40
d. Rekomendasi Penerapan Strategi Tebak Kata ... 41
e. Rubrik Penilaian Autentik ... 42
f. Langkah-langkah Strategi Tebak Kata ... 42
BAB III METODE PENELITIAN ... 45
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 45
B. Lokasi Penelitian ... 46
C. Subjek Penelitian ... 46
D. Teknik Pengumpulan Data ... 47
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 60
A. Gambaran Objek Penelitian ... 60
B. Penyajian dan Analisis Data ... 66
C. Pembahasan Temuan ... 91 BAB V PENUTUP ...
102
DAFTAR PUSTAKA ...
106
LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Matrik Penelitian
2. Surat Permohonan Izin Penelitian 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian 4. Surat Pernyataan Keaslian Tulisan 5. Pedoman Penelitian
6. Jurnal Kegiatan Penelitian
7. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 19 Tahun 2014 Tentang Mata Pelajaran Bahasa Daerah Sebagai Muatan Lokal Wajib Disekolah/Madrasah 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
9. Lembar Penilaian 10. Dokumentasi Foto 11. Biodata Penulis
No URAIAN Hal
Tabel 2.1 Persamaan dan perbedaan penelitian ... 19
Tabel 2.2 Aspek-aspek Kemampuan Berbicara ... 27
Tabel 2.3 Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa ... 30
Tabel 2.4 Rubrik Penilaian Strategi Tebak Kata ... 42
Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana ... 64
Tabel 4.2 Daftar Nama Guru ... 65
Tabel 4.3 Daftar Jumlah Siswa ... 65
Tabel 4.4 Temuan Penelitian ... 92
Hal
Gambar 4.1 Strtuktur Organisasi ... 65 Gambar 4.2 Wawancara dengan Bapak Muhammad Purwanto, S.Pd selaku guru bahasa Jawa kelas IV ...
70
Gambar 4.3 Gambar 4.1 Strtuktur Organisasi ... 74 Gambar 4.4 Wawancara dengan salah satu siswa kelas IV Ahmad Sean Jeriko...
75
Gambar 4.5 Alat untuk Strategi Tebak Kata ... 76 Gambar 4.6 Suasana Kelas saat Pak Wawan Menerangkan Materi ... 80 Gambar 4.7 Suasana Kelas saat Pak Wawan Menerapkan Startegi Tebak Kata .. 81-82 Gambar 4.8 Wawancara dengan salah satu siswa kelas IV Nurus Syarifah ………
85
Gambar 4.9 Wawancara dengan salah satu siswa kelas IV Moh Alfino Putra Wijaya
...
88
Gambar 4.9 Wawancara dengan salah satu siswa kelas IV Moh Neza Aulia Zanuba
...
89
A. Latar Belakang
Menurut catatan UNESCO, sepuluh bahasa mati setiap tahun di dunia ini.
Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam abad ini diperkirakan 50 sampai 90% dari bahasa yang dituturkan saat ini akan punah. Kematian bahasa itu menjadi keprihatinan UNESCO. Menurut catatan UNESCO, penjajahan atas negara lain terbukti menjadi penyebab cepatnya penurunan keaneragaman bahasa.
Misalnya, pada akhir abad ke18. Brazilia yang memiliki 540 bahasa, sejak penjajahan Portugis mulai tahun 1530 telah kehilangan tiga perempatnya. Oleh karena itu UNESCO, ketika melaksanakan konferensi pada bulan November 1999, merencanakan setiap tanggal 21 Februari sebagai peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional (Internasional Language Day). Peringatan Hari Bahas Ibu Internasional dilakukan pertama kali di Marka UNESCO di Paris tahun 2000.1
Maka untuk antisipasi akan adanya kepunahan bahasa. Di Indonesia juga mempunyai banyak bahasa salah satunya yaitu bahasa Jawa, tetapi dengan berkembangnya waktu anak-anak di usia yang telah memasuki sekolah dasar sangat jarang diajarkan atau diajak berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa.
Pada observasi awal di MIMA 32 Salafiyah Syafi’iyah di wilayah Ambulu belum seratus persen bisa terampil berbicara menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar. Fenomena-fenomena ini terlihat jelas dalam sebuah
1 Embunsayan. http://embunsayan.blogpot.com/. Di ambil pada tanggal 6 Januari 2019, pada pukul 13.00.
proses pembelajaran, siswa lebih menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan menggunakan bahasa Jawa Krama. Dengan keadaan seperti ini dan berlanjut terus-menerus cenderung siswa akan lebih menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan bahasa Jawa dan makin sulit memahami bahasa Jawa krama itu sendiri.
Ketidakmampuan anak-anak dalam berbahasa Jawa Krama tidak lepas dari berbagai faktor, faktor pertama pengaruh bahasa Indonesia dan bahasa asing terhadap bahasa Jawa Krama sangat jelas kelihatannya, pertama bahasa Jawa Krama akan ditinggalkan oleh penuturnya, dan bahasa Jawa Krama akan terpengaruh oleh bahasa Indonesia dan bahasa asing sehingga bahasa Jawa Krama sekarang dengan bahasa Jawa ‘tempo doeloe’. Pada dasarnya bahasa tidak berubah manusialah yang mengubah bahasa melalui tindak-tindaknya.
Seperti yang dinyatakan oleh Croft “language doesn’t change; poeple change language thought actions”. Perubahan bahasa Jawa terjadi karena pengaruh budaya barat yang membanjiri Indonesia, baik budaya materi maupun nilai.2 Faktor kedua pengaruh lingkungan di sekitar anak di mana dia tinggal. Orang- orang yang di sekitar anak sangat jarang mengajak menggunakan bahasa Jawa Krama, mereka lebih sering menggunakan bahasa Jawa kasar (Ngoko) dan menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan sang anak, sebenarnya ketika sang anak berkomunikasi atau mengobrol dengan orang yang lebih tua seharusnya menggunakan bahasa Jawa Kromo halus. Hal ini telah diisyaratkan dalam firman Allah QS Al Isra’:23
2 Sri Marmanto, Potret Bahasa Jawa Krama di Era Globalisasi (Surakarta: UNS Press, 2014), 1
ﺎًﻨٰﺴْﺣِا ِﻦْﻳَﺪِﻟاَﻮْﻟﺎِﺑَو ُﻩﺎﱠﻳِا ۤﱠﻻِا اْۤوُﺪُﺒْﻌَـﺗ ﱠﻻَا َﻚﱡﺑَر ﻰٰﻀَﻗَو ﺎَُﳘُﺪَﺣَا َﺮَـﺒِﻜْﻟا َكَﺪْﻨِﻋ ﱠﻦَﻐُﻠْـﺒَـﻳﺎﱠﻣِا
ۗ◌َﻼَﻓ ﺎَﻤُﻬٰﻠِﻛ ْوَا ٓ◌
ْﻞُﻘَـﺗ ﺎَﻤُﱠﳍ ًﻻْﻮَـﻗ ﺎَﻤُﱠﳍ ْﻞُﻗَو ﺎَُﳘْﺮَﻬْـﻨَـﺗ َﻻﱠو ٍفُا ٓ◌
﴿ ﺎًْﳝِﺮَﻛ ٢٣
﴾
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara atau keduanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya berkata “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya dengan perkataan yang baik”.3
Perihal fakta dan realitas yang terjadi di tengah-tengah masyarakat sekolah guru dapat lebih berperan aktif dalam memberikan pembelajaran yang bisa menuntun siswa sedikit banyak bisa menggunakan bahasa Jawa Krama.
Karena para ahli psikolinguistik perkembangan menunjukkan bahwa teori belajar tidak menggambarkan atau menerangkan kapasitas pokok yang menyebabkan anak mampu mendapatkan pengetahuan dan keahlian bahasa.4 Bahasa sendiri merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, di mana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik muka. Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berpikir individu. Perkembangan pikiran
3 Alhidayah, Alquran Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka (Jakarta: Kalim), 285
4 Paul Henry Mussen, Perkembangan dan Kepribadian Anak (Jakarta: Erlangga, ), 175
individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.5
Bahasa selalu berubah dari masa ke masa. Pada dasarnya perubahan bahasa selaras dengan kebutuhan manusia. Kebutuhan masyarakat di zaman teknologi ini ialah informasi yang mengarah ke globalisasi. Untuk itu masyarakat dituntut dapat menguasai ‘teknologi’, yang cakupannya minimal nasional dan akan lebih baik jika menguasai bahasa asing, paling tidak bahasa Inggris. Dorongan semacam itu yang membuat masyarakat Jawa terhadap bahasa Jawa Krama akan memudar. Ketidakpedulian masyarakat Jawa terhadap bentuk bahasa Jawa yang mengalami perubahan. Menjadikan anak- anak sekarang jarang menggunakan bahasa Jawa Krama.6
Berdasarkan observasi yang saya jumpai di MIMA 32 Salafiyah Syafi’iyah Ambulu diketahui kemampuan berbahasa ataupun keterampilan berbicara menggunakan bahasa Jawa Krama dalam proses pembelajaran disekolah dan dikelas kurang baik. Permasalahan seperti ketika anak-anak menyampaikan pesan ataupun melontarkan pertanyaan kepada guru itu masih cenderung memakai bahasa yang kurang baik disebut juga bahasa Jawa kasar (ngoko), menjadikan saat berkomunikasi kurang terasa hangat antara guru dan siswa. Dalam kemampuan berbahasa Jawa Krama yang masih rendah, di latar belakangi banyak faktor salah satunya keluarga dan lingkungan di rumah. Jadi di sini guru diharapkan dapat berperan lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam menggunakan strategi agar siswa lebih terampil dalam berbicara bahasa Jawa
5 Samsul Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja (Bandung: Remaja Rosdakarya,2015), 118
6 Sri Marmanto, Potret Bahasa Jawa Krama di Era Globalisasi (Surakarta: UNS Press, 2014), 161
Krama. strategi pembelajaran yang bervariatif sangat penting bagi proses belajar mengajar agar lebih maksimal dan efektif sesuai dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, diperlukan adanya proses pembelajaran yang dapat membuat siswa tertarik, aktif dan memahami apa yang diajarkan oleh gurunya.
Karena dalam sebuah pembelajaran siswa akan memahami apa yang dijelaskan, jadi pembelajaran yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan (school education) bertujuan untuk membimbing dan melatih peserta didik agar dapat menumbuh kembangkan kecerdasan peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dengan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, masyarakat, bangsa dan negara.”7
Dengan penambahan pembelajaran mulok di setiap sekolah yang di dalamnya terdapat mata pelajaran Bahasa Jawa yang menjadi salah satu mata pelajaran yang bisa mengembangkan kemampuan berbahasa Jawa yang baik dan benar.
Di mana keterampilan berbicara bahasa Jawa sangat kurang. Jadi di sini guru diharapkan dapat berperan lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam menggunakan strategi agar siswa lebih terampil dalam berbicara bahasa Jawa.
Oleh karena itu, diperlukan adanya proses pembelajaran yang dapat membuat siswa tertarik, aktif dan memahami apa yang diajarkan oleh gurunya.
7 Undang-undang Sisdiknas (UU RI No. 20 tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), 3
Berdasarkan data di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“Pembelajaran Keterampilan Berbicara Berbahasa Jawa (Krama) Menggunakan Strategi Tebak Kata di Mima 32 Salafiyah Syafi’iyah Ambulu, Tahun Pelajaran 2018/2019”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Perencanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama Menggunakan Strategi Tebak Kata Di MIMA 32 Salafiyah Safiiyah Ambulu Jember Tahun Pelajaran 2018/2019?
2. Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama Menggunakan Strategi Tebak Kata Di MIMA 32 Salafiyah Safiiyah Ambulu Jember Tahun Pelajaran 2018/2019?
3. Bagaimana Konsep Penilaian Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama Menggunakan Strategi Tebak Kata Di MIMA 32 Salafiyah Safiiyah Ambulu Jember Tahun Pelajaran 2018/2019?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian tersebut, tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa Krama menggunakan strategi tebak
kata di MIMA 32 Salafiyah Safiiyah Ambulu Jember Tahun Pelajaran 2018/2019.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa Krama menggunakan strategi tebak kata di MIMA 32 Salafiyah Safiiyah Ambulu Jember Tahun Pelajaran 2018/2019.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep penilaian pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa Krama menggunakan strategi tebak kata di MIMA 32 Salafiyah Safiiyah Ambulu Jember Tahun Pelajaran 2018/2019.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.8 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat dan sumbangsih pemikiran, serta menjadikan pengalaman baru untuk semua pihak yang berkaitan dengan pendidikan terutama kepada Kepala Sekolah dan Guru tentang peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa menggunakan strategi tebak kata, dan mungkin dapat menjadi rujukan oleh peneliti berikutnya dalam penelitiannya.
8 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Institut Agama Islam Negeri Jember (Jember:
IAIN Jember Press, 2015), 38
2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis hasil penelitian diharapkan bisa bermanfaat dan memberikan kontribusi pemikiran kepada berbagai pihak antara lain:
a. Bagi Guru
Penelitian ini dapat memberikan dan menambah inspirasi dan pengetahuan dalam dunia pendidikan terutama bagi guru terkait dengan proses pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa menggunakan strategi tebak kata.
b. Bagi IAIN Jember
Penelitian ini salah satu alat ukur untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan mahasiswa dalam menyerap ke ilmuan yang telah diberikan selama ini yang diwujudkan ke dalam bentuk karya ilmiah, dan menjadi tambahan literatur bagi lembaga dan mahasiswa khususnya pada program studi PGMI.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan ajang untuk menuangkan teori keilmuan yang telah diperoleh selama menempuh studi di IAIN Jember terutama yang berhubungan dengan masalah keterampilan berbahasa Jawa dalam dunia pendidikan.
E. Definisi Istilah
Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian. Yang bertujuan agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti.
1. Keterampilan Berbicara bahasa Jawa (Krama)
Nah dalam proses keterampilan berbahasa dalam kurikulum yang ada di sekolah biasanya mencangkup empat segi, yaitu, keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, keterampilan menulis.
Keterampilan tersebut saling berkaitan terutama keterampilan berbahasa dengan keterampilan berbicara, di mana bahasa adalah kata- kata, dan tiap kata dibentuk dari fenom, yaitu suara yang berhubungan dengan huruf-huruf abjad, dan akan digunakan untuk berkomunikasi.
Berbicara sendiri adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Sedangkan Bahasa Jawa Krama adalah salah satu bahasa warisan budaya untuk Indonesia, karena di dalam bahasa Jawa Krama mengandung banyak kekayaan nilai-nilai sopan santun.
Jadi keterampilan berbicara bahasa Jawa Krama dalam penelitian ini dimaksudkan agar siswa bisa berkomunikasi dengan baik dan benar kepada orang yang lebih tua dengan menggunakan bahasa Jawa
Krama, karena di dalam bahasa Jawa terdapat banyak nilai-nilai unggah-ungguh di dalamnya.
2. Strategi Tebak Kata
Strategi adalah sesuatu yang terlah direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan salah satu kegiatan atau tindakan.
Strategi mencangkup beberapa kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan dan sarana penunjang kegiatan.
Sedangkan strategi pembelajaran adalah pendekatan secara menyeluruh dalam suatu sistem proses pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum dalam proses pembelajaran.
Tebak kata merupakan salah satu contoh permainan yang sering ditemukan pada acara atau tayangan kuis di televisi, permainan ini sangat mudah dimainkan dan pastinya menyenangkan dan juga sangat berguna dalam sebuah proses pembelajaran. Cara kerja permainan ini mengandalkan pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa.
Jadi strategi tebak kata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah kegiatan dalam proses pembelajaran yang mana untuk mencapai tujuan yang diinginkan maka menggunakan permainan tebak kata.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan pada dasarnya refleksi agar pembahasan ini tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan, yang berisi tentang deskripsi-naratif dimaksudkan agar mudah di baca. Alur penelitian secara umum dimulai dari Bab pendahuluan hingga Bab penutup. Berikut sistematika penelitian dalam penelitian ini:
Bab I Pendahuluan. Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika pembahasan. Bab ini berfungsi untuk menjadi landasan atau pijakan awal dalam sebuah penelitian.
Bab II Kajian Pustaka. Pada bab ini di mulai memfokuskan terhadap permasalahan-permasalahan, berisi tentang penelitian terdahulu dan kajian teori yang berkaitan dengan variabel dalam penelitian. Kajian teori di sini memaparkan tentang teoritis yang terkait dengan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa menggunakan strategi tebak kata di kelas IV MIMA 32 Salafiyah Syafiiyah Ambulu Jember. Bab ini berfungsi untuk landasan teori pada bab berikutnya guna menganalisis data yang diperoleh.
Bab III Metode Penelitian. Dalam bab ini metode penelitian yang digunakan dalam penelitian meliputi: pendekatan dan jenis penelitian,
lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian yang akan dilaksanakan.
Bab IV Penyajian Data dan Analisis. Pada bab ini berisi hasil penyajian data dan analisis data yang telah diperoleh. Bab ini membahas mengenai gambaran dari keseluruhan objek penelitian, penyajian data, dan analisis serta pembahasan temuan.
Bab V Penutup. Pada bab ini berisi tentang penutup atau kesimpulan dan saran dari hasil penelitian. Kesimpulan mencakup jawaban dari rumusan masalah yang telah ditentukan pada bab pertama.
Sedangkan saran diberikan sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya.
Pada bab ini menyampaikan hasil yang ditemukan.
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah terpublikasikan atau belum. Dengan melakukan langkah ini, maka akan dapat dilihat sampai sejauh mana orisinalitas dan perbedaan penelitian yang hendak dilakukan.9 Adapun penelitian yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan peneliti laksanakan, yaitu:
1. Skripsi Putri Prastika. 2012. Judul Skripsi: Peningkatan Keterampilan Berbicara Berbahasa Jawa Krama Dengan Media Gambar Berseri Anak Didik Usia Dini Di Paud Puspa Indah Depok Panjatan Kulon Progo.
Penelitian yang dilakukan oleh Putri Prastika memfokuskan tiga rumusan masalah (1) Apakah peningkatan kualitas proses keterampilan berbicara berbahasa Jawa ragam krama siswa PAUD Puspa Indah dapat dilakukan dengan pemakaian media gambar berseri? (2) Apakah peningkatan kualitas hasil keterampilan berbicara berbahasa Jawa ragam krama siswa PAUD Puspa Indah dapat dilakukan dengan pemakaian media gambar berseri?.
9 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Istitut Agama Islam Negeri Jember (Jember:
IAIN Jember Press, 2015), 39
Penelitian yang diteliti oleh putri menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), subjek dari penelitian ini adalah 19 anak.
Dengan rincian siswa putra sebanyak 8 anak, dan siswa putri sebanyak 11 anak. Jumlah tenaga pendidik atau guru di PAUD Puspa Indah adalah sebanyak 2 orang yaitu Ibu Sutarti dan Ibu Mistiyani, dan 1 orang sebagai CDW atau Child Development Worker yang bertugas menangani balita usia 0 – 3 tahun dan memberikan pendampingan kepada orang tua wali murid dalam hal perawatan, beliau adalah Bapak Pranjana, S.Pd.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam proses analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data berupa ketrampilan berbicara berbahasa Jawa krama dengan menggunakan media gambar berseri yang diperoleh seberapa besar peningkatan ketrampilan berbicara berbahasa Jawa ragam krama.10
Untuk mengetahui keabsahan data maka dalam penelitian ini mengacu pada kriteria data yang digunakan oleh Anderson, Herr, dan Nilhen mengemukakan bahwa keabsahan data dapat didapat dari 5 macam kriteria, yaitu outcome validity (validitas hasil), process validity (validitas proses), democratic validity (validitas demokratis),
10 Putri Prastika. Peningkatan Keterampilan Berbicara Berbahasa Jawa Krama Dengan Media Gambar Berseri. Skripsi (Universitas Negeri Yogyakarta: 2012)
dialogic validity (validitas dialogis), dan catalytic validity (validitas katalitik).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan: (1) peningkatan keterampilan berbicara berbahasa Jawa krama pada siswa PAUD Puspa Indah dapat dicapai dengan menggunakan media gambar berseri. Peningkatan yang terjadi dapat dilihat dari nilai yang dicapai oleh siswa PAUD Puspa Indah. Nilai-nilai tersebut dicari nilai rata- ratanya, kemudian dibandingkan dengan nilai-nilai rata-rata pada siklus sebelumnya. Nilai rata-rata setiap siklus mengalami peningkatan. (2) Media gambar berseri juga dapat meningkatkan kualitas proses dalam keterampilan berbicara berbahasa Jawa krama pada siswa PAUD Puspa Indah dengan menggunakan media gambar berseri.
Keberhasilan proses pembelajaran bahasa Jawa ditunjukkan dengan proses pembelajaran yang berjalan dengan lancar, meningkatnya motivasi siswa, meningkatnya keaktifan siswa dalam bertanya dan memberi tanggapan, meningkatnya perhatian siswa terhadap guru, media, dan materi.11
2. Skripsi Monica Bonnie Anizar. 2017. Judul Skripsi: Penggunaan Metode Tebak Kata Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Prancis Siswa Kelas X Iis 1 SMA Negeri 7 Purworejo.
11 Putri Prastika. Peningkatan Keterampilan Berbicara Berbahasa Jawa Krama Dengan Media Gambar Berseri. Skripsi (Universitas Negeri Yogyakarta: 2012)
Penelitian ini yang dilakukan oleh Monica Bonnie Anizar memfokuskan satu rumusan masalah (1) “Bagaimana langkah-langkah penggunaan metode tebak kata dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Prancis siswa kelas X IIS 1 SMA Negeri 7 Purworejo”.
Penelitian yang diteliti oleh Monica Bonnie Anizar menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IIS 1 SMA Negeri 7 Purworejo tahun ajaran 2016/2017, yang di dalamnya terdapat 32 siswa. Sedangkan objek penelitian ini adalah keterampilan berbicara bahasa Prancis menggunakan metode tebak kata pada siswa kelas X IIS 1 SMA Negeri 7 Purworejo.12
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam proses analisis data menggunakan analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu teknik pengolahan data dengan cara mendeskripsikan hasil data kualitatif yang meliputi observasi, catatan lapangan, dan hasil wawancara.
Sedangkan data kuantitatif dianalisis menggunakan statistik deskriptif.
Untuk mengetahui keabsahan data maka dalam penelitian ini mengacu pada Konsep validitas dalam penelitian tindakan kelas mengacu pada derajat kepercayaan dari hasil penelitian yang telah dilakukan Berikut
12 Monica Bonnie Anizar. Penggunaan Metode Tebak Kata Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Prancis. Skripsi (Universitas Negeri Yogyakarta: 2017)
validitas yang digunakan, validitas demokratik, validitas proses, validitas dialogik.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan langkah-langkah dalam penerapan metode tebak kata pada keterampilan berbicara bahasa Prancis dapat meningkatkan prestasi siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa pada masing-masing siklus. Pada siklus 1 nilai rata-rata kelas siswa adalah 78,9, naik 16,0 jika dibandingkan dengan rata-rata nilai pre-test 62,9. Kemudian pada siklus 2 naik 10,9 sehingga nilai rata-rata siswa menjadi 89.8.
3. Skripsi Arie Kharisma. 2009. Judul Skripsi: Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Siswa Kelas IV SDN 02 Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
Penelitian ini yang dilakukan oleh Arie Kharisma Lestari.
memfokuskan satu rumusan masalah (1) Apakah dengan menggunakan media audio dapat meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa kelas IV SDN 02 Bantarbolang Kabupaten Pemalang?.13
Penelitian yang diteliti oleh Arie Kharisma Lestari menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV Kelas ini memiliki siswa berjumlah 48 siswa dengan pendistribusian siswa laki-laki 28 anak dan siswa perempuan 20 anak. 48 siswa tersebut memiliki pendengaran yang baik sehingga
13 Monica Bonnie Anizar. Penggunaan Metode Tebak Kata Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Prancis. Skripsi (Universitas Negeri Yogyakarta: 2017)
seluruh siswa dapat mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara dengan baik.
Hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini mampu menjawab tujuan penelitian, yakni media audio dalam meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Bantarbolang, tahun akademik 2008/2009. Akhirnya peneliti menyarankan hendaknya para guru kreatif dalam menentukan penggunaan media audio dalam pembelajaran keterampilan berbicara agar siswa tidak merasa jenuh mengikuti pembelajaran.14
Tabel 2.1
Persamaan dan perbedaan penelitian No. Nama peneliti, Judul
dan Tahun Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Peningkatan
Keterampilan Berbicara Berbahasa Jawa Krama Dengan Media Gambar Berseri Anak Didik Usia Dini Di Paud Puspa Indah Depok Panjatan Kulon Progo.
Persamaan dari kedua penelitian ini adalah sama- sama
membahas tentang keterampilan berbicara bahasa Jawa.
Perbedaan dari kedua penelitian ini adalah pada media yang digunakan media gambar berseri
2. Penggunaan Metode Tebak Kata Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berbicara Bahasa Prancis Siswa Kelas X Iis 1 SMA Negeri 7 Purworejo.
Persamaan dari kedua penelitian ini adalah sama- sama
menggunakan metode tebak kata untuk meningkatkan keterampilan
Perbedaan dari kedua penelitian ini adalah pada keterampilan yang dibahasa dalam penelitian di sini
membahasa keterampilan berbicara bahasa
14 Arie Kharisma Lestari. Peningkatan Keterampilan Berbicara. Skripsi (Universitas Negeri Semarang: 2009)
berbicara Prancis.
3. Peningkatan
Keterampilan Berbicara Pada Siswa Kelas IV SDN 02 Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
Persamaan dari kedua penelitian ini adalah sama- sama
membahas tentang keterampilan berbicara.
Perbedaan dari ked penelitian ini adala pada di penelitian i tidak menggunakan metode apa pun.
Hanya memfokusk peningkatan ketrampilan berbicara.
B. Kajian Teori
Bagian ini berisi tentang pembahasan teori yang dijadikan sebagai dasar pijakan dalam penelitian. Pembahasan secara lebih luas dan mendalam akan semakin memperdalam wawasan peneliti dalam mengkaji permasalahan yang hendak dipecahkan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.15
1. Pembelajaran Bahasa
a. Pengertian dan Fungsi Pembelajaran Bahasa
Bahasa adalah salah satu ciri pembeda utama kita umat manusia dengan makhluk hidup lainnya di dunia ini.16 Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam proses belajar di sekolah. Kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang lebih bermakna, logis dan sistematis. Kemampuan berbahasa anak berbeda-beda, ada anak
15 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Istitut Agama Islam Negeri Jember (Jember:
IAIN Jember Press, 2015), 39
16 Henry Guntur Tarigan. Pengajaran Kompetensi Bahasa (Bandung: Angksa, 1990), 5
yang dapat berbicara dengan lancar, singkat dan jelas, tetapi ada pula anak yang berbicara berbelit-belit.17
Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulannya atau hubungnya dengan orang lain. Bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa diperlukan. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan seorang anak dimulai dengan meraba dan diikuti dengan bahasa suku kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.18
Bahasa mempunyai fungsi yang amat penting bagi manusia, terutama sekali fungsi komunikatif, yaitu: Fungsi instrumental, fungsi regulasi, fungsi representasional, fungsi interaksional, fungsi personal, fungsi heuristik, fungsi imajinatif.19
b. Teknik-teknik Pembelajaran Bahasa
Pada umumnya pembelajaran berbicara mencakup empat hal yaitu: (a) Berbicara Bebas, diharapkan mampu melahirkan pikiran, ide, dan gagasan yang jelas, spontan, tepat, dan teratur. (b)
17 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 54
18 Sunarto, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 136-137
19 Henry Guntur Tarigan. Pengajaran Kompetensi Bahasa (Bandung: Angksa, 1990), 6-8
Bercerita, diharapkan dapat memupuk, mengembangkan kepribadian dan rasa sosial. (c) Berdeklamasi, diharapkan dapat memupuk dan mengembangkan rasa keindahan berbahasa, ucapan, irama yang tepat. Di samping itu juga dapat menghayati hasil seni sosial. (d) Bersandiwara, diharapkan dapat memupuk, mengembangkan kecakapan mendramatisasi lakon dengan tepat yaitu berbicara, dan berdialog dengan disertai gerakan-gerakan tertentu yang mendukung. (e) Penilaian Pembelajaran Berbicara, sebagai suatu bentuk penggunaan bahasa, berbicara merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena dengan berbicara seseorang dapat menuangkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain secara lisan. Berbicara merupakan kegiatan berbahasa aktif dari seorang pemakai bahasa. Berbicara merupakan kemampuan aktif produktif yang menuntut penguasaan terhadap aspek dan kaidah penggunaan bahasa.
2. Keterampilan Berbicara
a. Pengertian Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbahasa (atau language art, language skills) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu: keterampilan menyimak (Listening skills), keterampilan
berbicara (Speaking skill), keterampilan membaca (Reading skill), keterampilan menulis (Writing Skill).20
Kemampuan ataupun keterampilan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang perlu dimiliki oleh seseorang, terutama siswa. Kemampuan ini bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah manusia dapat bicara. Namun, kemampuan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan atau bimbingan yang intensif.21
Dalam keterampilan berbicara dan kemampuan kebahasaan menjadi sangat tidak terpisahkan dan menjadi satu kesatuan.
Keterampilan menurut KBBI adalah kecakapan, kesanggupan dalam melakukan sesuatu dengan baik dan benar.22 Adapun kaitannya dengan penelitian yang saya ambil dimaksudkan siswa memiliki kesanggupan ataupun kecakapan dalam berbicara berbahasa Jawa yang dilakukan oleh siswa dengan menggunakan strategi tebak kata.
Bicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu erat
20 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung:
Angkasa,2008), 1
21 Maidar G Arsjad, Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia (Jakarta: Erlangga, 1988), 1
22 KBBI, 1990, 114
berhubungan dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh anak yang melalui kegiatan mendengar dan menyimak.23 Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan menyatakan serta menyampaikan pikran, gagasan, dan perasaan. Bicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible). Bicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologi, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.24
Dengan demikian Kesimpulan dari pengertian di atas berbicara merupakan keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi, kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan, menyampaikan secara lisan kepada orang lain. Dan keterampilan berbicara adalah sebuah kegiatan berbahasa dari diri seseorang melalui secara lisan.
b. Tujuan Berbicara
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi.
Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seyogianyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengarnya. Dan dia harus
23 Hanry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1990), 3
24 Ibid., 15
mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Maka pada dasarnya berbicara mempunyai tiga tujuan umum yaitu; (a) memberitahukan, melaporkan (to unform) (b) menjamu, menghibur (to entertain) (c) membujuk, mengajak, mendesak, menyakinkan (to persuade).25
c. Prinsip-Prinsip Berbicara
Selanjutnya perlu pula kita pahami beberapa prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara, antara lain :
1) Membutuhkan paling sedikit dua orang.
2) Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama. Bahkan andai kata dipergunakan dua bahasa, namun saling pengertian, pemahaman bersama itu tidak kurang pentingnya.
3) Menerima atau mengakui suatu daerah refernsi umum. Daerah referensi yang umum mungkin tidak selalu mudah dikenal, namun pembicaraan menerima kecenderungan untuk menemukan satu di antaranya.
4) Merupakan suatu pertukaran antara partisipan. Kedua pihak partisipan yang memberi dan menerima dalam pembicaraan saling bertukar sebagai pembicara dan penyimak.
25 Hanry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1990), 16
5) Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan pada lingkungannya dengan segera. Perilaku lisan sang pembicara selalu berhubungan dengan responsi yang nyata atau yang diharapkan, dari sang penyimak, ataupun sebaliknya.
6) Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini. Hanya dengan bantuan bekas grafik-material, bahasa dapat luput dari kekinian dan kesegaran.26
7) Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara/bunyi bahasa dan pendengaran (vocal and auditory apparatus). Walaupun kegiatan-kegiatan dalam pta audio-lingual dapat melepaskan gerak-visual dan grafik-material, namun sebaliknya tidak akan terjadi, terkecuali bagi pantomin atau gambar.
8) Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata yang diterima sebagai dalil. Keseluruhan lingkungan yang dapat dilambangkan oleh pembicaraan mencakup bukan hanya dunia nyata yang mengelilingi para pembicara tetapi juga secara tidak terbatas dunia gagasan yang lebih luas yang harus mereka masuki karena mereka manusia, berbicara titik pertemuan kedua wilayah ini tetap memerlukan penelaahan serta uraian yang lebih lanjut dan mendalam.27
26 Hanry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1990), 16
27 Ibid., 17
d. Penilaian Keterampilan Berbicara
Untuk mengetahui keberhasilan suatu kegiatan tentu memerlukan penilaian. Ada kecenderungan guru-guru bahasa memberikan penilaian berdasarkan kesan umum, baik dalam kemampuan berbahasa secara tertulis maupun secara lisan. Hal ini tentu tidak memberikan umpan balik yang jelas terhadap siswa.
Siswa tidak mengetahui di mana kelemahannya dan apa yang sudah dikuasainya dan apa yang perlu ditingkatkannya.
Di samping itu sering pula kita mengalami apa yang akan dinilai tidak jelas dan bagaimana cara menilainya pun kurang tepat. Oleh sebab itu, setiap kegiatan pengajaran, terutama kemampuan berbahasa harus mempunyai kriteria penilaian.
Penilaian hendaknya jangan hanya semata-mata mengukur dan memberikan angka pada suatu kegiatan belajar, tetapi hendaknya ditunjukkan kepada usaha perbaikan presentasi siswa, sehingga menumbuhkan motivasi bagi siswa dalam pembelajaran berikutnya. Jadi penilaian bukan hanya untuk menentukan naik atau lulusnya seorang siswa, tetapi merupakan umpan balik bagi siswa tersebut dan juga bagi pengajar terhadap apa yang sudah dicapai dan mana yang perlu ditingkatkan. Oleh sebab itu, penilaian bukan hanya ditekankan pada kekurangan- kekurangannya saja, tetapi juga pada kemampuan-kemampuan
yang telah diperolehnya.28 Dengan cara demikian siswa akan lebih giat dalam belajarnya dan berlatih untuk mengejar kekurangan- kekurangannya.
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, keefektifan berbicara ditunjang oleh dua faktor yaitu faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Untuk menghindari kebiasaan penilaian berdasarkan kesan umum.29
Tabel 2.2
Aspek-aspek Kemampuan Berbicara Variabel Sub Variabel Indikator Kemampuan
berbicara
a. Faktor kebahasaan
1. Penggunaan intonasi, tekanan, nada
panjang, dan pelafalan 2. Penggunaan
kosakata
3. Penggunaan tata bahasa
4. Kemampuan menyusun kalimat b. Faktor Non
kebahasaan
1. Sikap wajar 2. Bersikap tenang
dan tidak grogi 3. Ekspresi mimik
yang mengikuti pada waktu berbicara 4. Suara nyaring 5. Kelancaran
berbicara 6. Berbicara runtut
dan logis
Penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara siswa melalui strategi tebak gambar. penilaian berbicara
28 Hanry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1990), 86
29 Ibid., 87
sesuai dengan hasil wawancara antara peneliti dengan guru mata pelajaran siswa kemampuan non kebahasaannya seperti kelancaran dan berbicara runtut dan logis belum berkembang maka yang dijadikan bahan pertimbangan penilaian adalah dari aspek kebahasaan seperti lafal, diksi, kalimat, sikap, dan penguasaan kata.30
Pedoman penilaian keterampilan berbicara berbahasa Jawa ragam krama siswa:
Lafal:
1. Pelafalan fonem tidak jelas, dan intonasi tidak tepat.
2. pelafalan fonem kurang jelas, intonasi kurang tepat.
3. Pelafalan fonem jelas, intonasi kurang jelas.
4. Pelafalan fonem jelas, intonasi tepat Diksi:
1. Kosakata bahasa Jawa krama terbatas, dan tercampur dengan kosakata bahasa Indonesia
2. Kosakata bahasa Jawa krama terbatas, tercampur dengan kosakata bahasa Jawa ngoko
3. Kosakata bahasa Jawa krama banyak tetapi sering tercampur dengan bahasa Jawa ngoko
4. Kosakata bahasa Jawa banyak dan tidak tercampur dengan kosakata lain
30 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengembangan Bahasa dan Sastra (Yogyakarta:BPFE Yogyakarta: 2001), 290
Kalimat:
1. Kalimat hanya terdiri dari subjek (S)
2. Kalimat hanya terdiri dari subjek predikan (SP) 3. Kalimat terdiri dari subjek predikat objek (SPO)
4. Kalimat terdiri dari subjek predikat objek kalimat (SPOK) Sikap:
1. Sama sekali tidak berani untuk berbicara 2. Malu-malu untuk berbicara
3. Berbicara dengan didorong oleh guru atau orang tua 4. Berbicara dan memberi tanggapan secara mandiri
Penguasaan Kata:
1. Hanya menguasai kata benda
2. Menguasai kata benda dan kata kerja 3. Menguasai kata benda dan kata sifat
4. Menguasai kata benda, kata kerja, dan kata sifat.31
31 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengembangan Bahasa dan Sastra (Yogyakarta:BPFE Yogyakarta: 2001), 291
Tabel 2.3
Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama Tindakan : Permainan Tebak Kata
Hari/ tanggal : Senin, 15 April 2019
NO. NAMA
ASPEK PENELITIAN
JML NILAI KKM
LAFAL DIKSI KALIMAT SIKAP PENGUASAAN
KATA
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Y T
1. Aghni Rahma Dewi 2. Ahmad Iqbal
Adzaki 3. Ahmad Sean
Jeriko 4. Anindya
Bilqis 5.
Bunga Olivia Citra Lestari 6.
Eka Putri Dwi Falentina 7. Fahim
Khoirudin 8. Fahra Ayu
Diya Fitriani 9. Hana Iva
Ilidah 10. Innes Kesilla 11. Itsna Azki
Fitriani 12. Kevin Anam
Pratama 13.
Maulana Muhammas Zakariyya 14. Maulid Dwi
Arianti 15.
Moh Sofyan Hadi Prayoga 16. Moh Alfino
Putra Wijaya 17.
Muhammad Ahsanul Haqiqi 18.
Muhammad Fatan Adda'khili 19. Muhammad
Nabil Fahmi 20. Mukhamma
d Sokhwah 21. Neza Aulia
Zanuba 23. Nurus
Syarifah 24.
Puteri Akhmad Sauqi
Jumlah Rata-rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Cara Penilaian :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 x 10 =
3. Bahasa Jawa Krama
a. Pengertian Bahasa Jawa
Bahasa Jawa adalah bahasa ibu yang digunakan oleh penduduk suku Jawa, di Indonesia suku Jawa di Jawa Timur, Jawa Tengah & Yogyakarta.
Seperti halnya masyarakat di belahan bumi lain, secara umum masyarakat Jawa bisa diklasifikasikan ke dalam tiga kelas besar berdasarkan budaya. Berkaitan dengan soal penggunaan bahasa, banyak ahli berpendapat bahwa penutur asli Jawa bisa bicara dalam tiga varietas linguistuk yang berbeda yakni: krama, madya, dan ngoko.32 Contohnya : “kula badhe nyuwun pirsa, dalemipun mas Budi punika?” artinya “saya mau bertanya, rumahnya mas Budi di mana?”.
32 Herudjati Purwoko, Jawa Ngoko Ekspresi Komunikasi Arus Bawah (Semarang: Mancana Jaya Cemrlang, 2008), 9
b. Ragam Bahasa Jawa
Unggah-ungguh bahasa Jawa dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu ngoko (ragam ngoko) dan krama (ragam krama).
Jika terdapat bentuk unggah-ungguh yang lain dapat dipastikan bahwa bentuk-bentuk itu hanya merupakan varian dari ragam ngoko atau krama.
Kedua bentuk unggah-ungguh tersebut akan diuraikan sebagai berikut ini.
(1) Ragam Ngoko
Ragam ngoko adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang berintikan leksikon ngoko atau yang menjadi unsur inti di dalam ragam ngoko adalah leksikon ngoko bukan leksikon yang lain. Afiks yang muncul dalam ragam inipun semuanya berbentuk ngoko (misalnya, afiks di-, -e, dan –ake).
Ragam ngoko dapat digunakan oleh mereka yang sudah akrab dan oleh mereka yang merasa dirinya lebih tinggi daripada lawan bicara. Ragam ngoko mempunyai dua bentuk varian, yaitu ngoko lugu dan ngoko alus.
a. Ngoko lugu
Ragam ngoko lugu adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang semua kosakatanya berbentuk ngoko (leksikon ngoko) tanpa terselip leksikon krama, krama inggil, atau krama andhap, baik untuk persona pertama
(01), persona kedua (02), maupun untuk persona ketiga (03).33
Contoh
Aku kulina turu awan
‘Aku terbiasa tidur siang’
Kowe kulina turu awan
‘Kamu terbiasa tidur siang’
Dheweke kulina turu awan
‘Dia terbiasa tidur siang’
b. Ngoko alus
Ngoko alus adalah bentuk unggah-ungguh yang di dalamnya bukan hanya terdiri atas leksikon ngoko, melainkan juga terdiri atas leksikon krama inggil, krama andhap, dan krama. Namun, leksikon krama inggil, krama andhap, atau leksikon krama yang muncul di dalam ragam ini sebenarnya hanya digunakan untuk menghormati lawan tutur (02 dan 03).
Leksikon krama inggil yang muncul di dalam ragam ini biasanya hanya terbatas pada kata benda (nomina), kata kerja (verba), atau kata ganti (pronomina). Jika leksikon krama andhap muncul dalam ragam ini, biasanya leksikon itu berupa kata kerja, dan jika leksikon krama muncul
33 Sry Satria Tjatur Wisnu Sangsaka. Unggah-ungguh Bahasa Jawa (Jakarta: Yayasan Paramalinggua,2004), 96
dalam ragam ini, leksikon itu biasanya berupa kata kerja atau kata benda (Sasangka, 2004:100).
Contoh:
• Mentri pendhidhikan sing anyar iki asmane sapa?
‘Menteri pendidikan yang baru ini namanya siapa?
• Simbah mengko arep tindak karo sapa?
‘Simbah nanti akan pergi dengan siapa?’
• Aku mengko arep nyuwun arto marang Bu Wulandari.
‘Aku nanti akan minta uang kepada Bu Wulandari.
• Kae bapakmu gek maos nang kamar.
‘Bapakmu sedang membaca di dalam kamar.’
(2) Ragam Krama
Ragam krama adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang berintikan leksikon krama, atau yang menjadi unsur inti di dalam ragam krama adalah leksikon krama bukan leksikon yang lain. Afiks yang muncul dalam ragam inipun semuanya berbentuk krama (misalnya, afiks dipun-, -ipun, dan –aken). Ragam krama digunakan oleh mereka yang belum akrab dan oleh mereka yang merasa dirinya lebih rendah status
sosialnya daripada lawan bicara. Ragam krama mempunyai dua bentuk varian, yaitu krama lugu dan krama alus.34
a. Krama Lugu
Istilah lugu pada krama lugu tidak didefinisikan seperti lugu pada ngoko lugu. Makna lugu pada ngoko lugu mengisyaratkan makna bahwa bentuk leksikon yang terdapat di dalam unggah-ungguh tersebut semuanya berbentuk ngoko. Lugu dalam krama lugu untuk menandai suatu ragam yang kosakatanya terdiri atas leksikon krama, tetapi digunakan untuk menandai suatu ragam yang kosakatanya terdiri atas leksikon krama, madya, netral, atau ngoko dan dapat ditambah dengan leksikon krama inggil atau krama andhap. Meskipun begitu, yang menjadi leksikon inti di dalam ragam krama lugu adalah leksikon krama, dan madya, sedangkan leksikon krama inggil atau krama andhap yang muncul dalam ragam ini hanya digunakan untuk menghormati lawan bicara. Kata tugas yang muncul dalam ragam ini biasanya berupa leksikon madya.35
Leksikon krama inggil dan krama andhap yang muncul dalam tingkat tutur ini digunakan untuk
34 Sry Satria Tjatur Wisnu Sangsaka. Unggah-ungguh Bahasa Jawa (Jakarta: Yayasan Paramalinggua,2004), 104
35 Sry Satria Tjatur Wisnu Sangsaka. Unggah-ungguh Bahasa Jawa (Jakarta: Yayasan Paramalinggua,2004), 105
menghormati lawan tutur. Hal ini nampak pada contoh di bawah ini.
• Panjenengan menopo sampun natos tindak Bali ?
‘Sudah pernahkah Anda pergi ke Bali?
• Monggo Kang, niku nyamikane mang dhahar, ampun diendelake mawon.
‘Silakan Kak, itu kudapannya dimakan, jangan didiamkan saja.’
• Menawi angsal, mang suwunke gangsal iji mawon kangge kula.
‘Jika boleh, Anda mintakan lima biji saja untuk saya.’
Butir panjenengan ‘Anda’ dan tindak ‘pergi’ serta dhahar ‘makan’ merupakan leksikon krama inggil yang digunakan oleh 01 untuk penghormatan kepada lawan bicara, yaitu penghormatan kepada panjenengan ‘Anda’ dan kepada samang ‘kamu’. Butir suwunke ‘mintakan’
merupakan leksikon krama andhap yang digunakan oleh 01, yaitu oleh kula ‘saya’.
b. Krama alus
Krama alus adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang semua kosakatanya terdiri dari leksikon krama dan dapat ditambah dengan leksikon krama inggil atau krama andhap. Meskipun begitu, yang menjadi leksikon
inti dalam ragam ini hanyalah leksikon yang berbentuk krama. Leksikon madya dan leksikon ngoko tidak pernah muncul di dalam tingkat tutur ini. Pemakaian krama andhap oleh persona pertama tampak pada cuplikan kalimat berikut:
o Panjenengan wau rawuh mriki nitih nopo?
‘Kamu tadi sampai sini naik apa ?
o Kula badhe ngaturaken rembag bab kasusastraan Jawi.
‘Saya hendak membicarakan masalah bab kesusastraan Jawa’
o Panjengangan punapa dados tindak dhateng Solo ?
‘Apakah kamu jadi pergi ke Solo?
Dalam penelitian ini yang akan ditingkatkan adalah kemampuan anak didik dalam berbicara menggunakan bahasa Jawa ragam krama alus. Ragam ini dipilih karena ragam krama alus digunakan untuk menghormati lawan bicara. Dengan belajar bahasa Jawa krama diharapkan anak didik usia dini dapat terbiasa menghormati orang lain yang diajak bicara.
c. Fungsi Bahasa Jawa
Bahasa Jawa terdiri atas beberapa tingkatan (ngoko, madya, dan krama), memiliki fungsi yang sesuai dengan tingkatannya.
Faktor penting yang mempengaruhi pilihan ngoko dan krama
adalah situasi dan hubungan, situasi mengacu pada situasi formal dan informal.36
1) Fungsi Hormat kepada Orang Tua 2) Rasa Hormat kepada Pejabat 3) Rasa Hormat kenalan Baru 4) Fungsi Pendidikan Budi Pekerti
Jadi dalam penelitian ini Bahasa Jawa berfungsi untuk siswa mengetahui tingkatan-tingkatan yang berada di dalam bahasa Jawa, dan penggunaan bahasa Jawa ngoko ataupun krama sesuai dengan situasi yang ada. Jadi agar siswa menggunakan bahasa Jawa sesuai keadaanya.
4. Strategi Tebak Kata
a. Pengertian Strategi pembelajaran
Menurut Kemp (1995) strategi pembelajaran dalam konsep suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut Carey (1985) strategi Pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.37
36 Sri Marmanto, Potret Bahasa Jawa Krama di Era Globalisasi (Surakarta: UNS Press, 2014), 172
37 Tim Penulis, Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru dalam Jabatan Kuota Tahun 2015 (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2015), 82
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencangkup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan.38
b. Pengertian dan Definisi Strategi Tebak Kata
Tebak kata, terdiri dari dua kata. Secara harfiah, tebak/
menebak dalam istilah Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah;
menarah (dengan kapak dan sebagainya), menetak memenggal.
Sementara kata adalah; apa yang dilahirkan dengan ucapan ujar, bicara, cakap, ungkapan, gerak hati, keterangan, dan sebagainya;
satu kesatuan bunyi bahasa yang mengandung suatu pengertian.39 Tebak kata adalah menebak kata yang dimaksud dengan cara menyebutkan kata-kata tertentu sampai kata yang disebutkan benar. Aktivitas menebak kata seperti permainan menebak suatu benda yang ada dibalik topi pesulap. Aneka permainan tebak kata, pernah ditayangkan di SCTV. Jenis permainan ini, menguji daya nalar siswa (peserta) dalam menebak kata yang dimaksud dan karena setiap peserta diberi batas waktu. Maka kecepatan dan ketepatan menebak kata menjadi perhatian siswa. Strategi tebak
38 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: Rosdakarya, 2016), 3-4
39 Alamsyah Said, dkk, 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligense Mengajar sesuai Kerja Otak dan Gaya Belajar Siswa (Jakarta: Kencana, 2015), 68
kata dapat digunakan pada semua jenis bidang studi (mata pelajaran), atau tema, dan tematik studi.40
Jadi tebak kata adalah salah satu contoh permainan yang sering ditemukan dimana-mana salah satunya di acara ataupun tayangan televisi, permainan tebak kata ini sangat mudah dan menyenangkan ketika siswa yang memainkan, permainan tebak kata ini sangat cocok di gunakan dalam suatu proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran aktif terdapat berbagai strategi-strategi pembelajaran salah satunya tebak kata.
c. Prosedur Penerapan Strategi Tebak Kata
Berikut prosedur penerapan strategi tebak kata yang dapat dilakukan guru:
a) Bentuk kelompok sesuai jumlah siswa dan berikan nama setiap kelompok. Sebaiknya nama setiap kelompok diambil dari materi yang sedang dipelajari.
b) Siapkan topi khusus yang akan digunakan peserta tebak kata.
c) Siapkan pertanyaan sejumlah anggota setiap kelompok (jika jumlah anggota kelompok empat orang, maka pertanyaan setiap satu kelompok berjumlah empat). Lalu tempelkan pernyataan di atas topi yang dikenakan siswa.
40 Alamsyah Said, dkk, 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligense Mengajar sesuai Kerja Otak dan Gaya Belajar Siswa (Jakarta: Kencana, 2015), 68
d) Guru menentukan kelompok yang akan tampil (setiap kelompok menentukan salah satu dari mereka untuk menjadi pemandu penebak kata.
e) Guru memberitahu aturan permainan, sebagai berikut:
• Waktu menjawab pertanyaan setiap siswa 60 detik
• Pemandu penebak kata hanya bisa berkata : Tidak; Bisa jadi;
dan Ya (Pemandu menjawab Tidak, jika jawaban salah, pemandu mengatakan bisa jadi, jika tebakan mengarah dan hampir benar, dan pemandu mengatakan Ya jika jawaban benar).41
d. Rekomendasi Penerapan Strategi Tebak Kata
Permainan tebak kata yang digunakan guru dapat digunakan untuk setiap mata pelajaran (bidang studi). Juga tematik studi atau tema pembelajaran. Aktivitas intelektual ketika memainkan permainan tebak kata sangat penting untuk untuk menebak dengan benar kata yang tertera pada topi yang digunakan siswa.
Aktivitas intelektual ini adalah daya nalar peserta yang dituntut untuk menemukan spesifikasi konteks bahasa yang ditanyakan.
Permainan ini dapat digunakan pada level sekolah dasar kelas 4 hingga tingkat menengah pertama dan menengah atas.42
41 Alamsyah Said, dkk, 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligense Mengajar sesuai Kerja Otak dan Gaya Belajar Siswa (Jakarta: Kencana, 2015), 69
42 Ibid., 69