• Tidak ada hasil yang ditemukan

NIM. 11623101717 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU 2022

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "NIM. 11623101717 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU 2022"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

SUDI KOMPERATIF MENGENAI HUKUM JUAL BELI ANJING PEMIKIRAN IMAM MALIK DAN

IMAM AL-ASYAFI’I

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Fakultas Syariah dan Hukum

OLEH:

AHMAD RIZKI NIM. 11623101717

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2022

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Ahmad Rizki, (2022) : Sudi Komperatif Mengenai Hukum Jual Beli Anjing Pemikiran Imam Malik dan Imam Al-Asyafi’I

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perbedaan pendapat Imam Malik dan Imam Al–Syafi’i mengenai hukum jual beli anjing menurut Imam Malik hukumnya makruh dalam arti boleh dengan syarat anjing terlatih sedangkan Imam Syafii mengharamkan dalam arti tidak boleh.. Rumusan Masalah dalam penelitian ini bagaimana pendapat Imam Malik dan Imam Al-Syafi’i mengenai hukum jual beli anjing, Bagaimana dalil yang di gunakan oleh imam Al-Syafii dan Imam Malik dalam mengistimbatkan hukum jual beli anjing, Bagaimana Analisa Fiqih muqranah mengenai hukum jual beli anjing tujuan dilakukanya penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana pendapat imam Malik dan Imam Al-Syafii tentang hukum jual beli anjing, Untuk mengetahui bagaiman metode istimbat yang digunakan Imam Malik dan imam Al-syafii tentang hukum jual beli anjing Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pendapat Imam Malik dan imam Al- syafii tentang jual beli anjing. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Normatif dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif sumber data yang digunakan dalam penelitian ini Bahan hukum Primer, skunder , tresier Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Menurut Imam Al-syafii jual beli anjing itu tidak diperbolehkan karena anjing itu najis , akan tetapi untuk kepemilikan anjing boleh diambil Manafaatnya seperti untuk menjaga rumah menjaga hewan ternak Mengenai hukum jual beli anjing itu dibuktiakan Imam Malik menambahkan yakninya Surat Al Maidah ayat 4 dalam mengg istimbatkan hukum sedangkan Imam Al-Syafii hanya Menggunakan Hadist Sementara Imam Al-Syafii mengatakan bahwa hukum jual beli tidak diperbolehakan sama sekali Kecuali untuk kepemilikan anjing tersebut yang digunakan untuk mengambil manfaatnya Dan beliau menganggap bahwa anjing itu adalalah bintang yang rijh , keji najis.Setelah dikaji dan diteliti ,Maka penulis lebih cenderung memelih untuk mengguanakan pendapat Imam Malik karena diambil dari segi manfaatnyaa Kata Kunci: Sudi Komperatif, Hukum Jual Beli Anjing, Imam Malik dan Imam

Al-Asyafi’I

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis diberi kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat beserta salam tak lupa penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai junjungan kita yang telah membawa manusia dari yang tak berilmu sampai kepada manusia berilmu dan beriman.

Dengan izin dan rahmat yang Allah berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ STUDI KOMPERATIF HUKUM JUAL BELI ANJING MENURUT PEMIKIRAN IMAM MALIK DAN IMAM AL – SYAFII Memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil dan pemikiran yang sangat berharga dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Ayahanda tercinta Suwaneri dan Ibunda tersayang Restati yang telah bersusah payah mendidik dan menjaga penulis dari kecil hingga saat ini, selalu memberikan nasehat dan masukan, dan senantiasa mendoakan penulis disetiap waktu agar dapat meraih cita-cita serta doa dan ridho dari ayah dan ibu yang selalu penulis harapkan. Untuk saudara dan saudariku Rizkal dan Nurul havivah serta seluruh keluarga besar yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam memotivasi penulis baik dari segi materi

(7)

iii

maupun non materi mulai dari pengajuan judul hingga proses skripsi ini selesai.

2. Rektor UIN Suska Riau Prof. DR. Khairunnas, M.Ag beserta wakil Rektor I, II, dan III yang telah berjasa memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Suska Riau.

3. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum yaitu Dr. H. Zulkifli, M.Ag beserta pembantu Dekan I, II, dan III yang telah memberikan kemudahan selama penulis lakukan perkuliahan serta proses pengajuan judul skripsi.

4. Bapak Hendri Sayuti, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Perbandingan Madzhab serta Sekretaris Jurusan Bapak Muslim, S.Ag., SH., M. Hum.

yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menuntut ilmu dijurusan Perbandingan Madzhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Suska Riau.

5. Bapak Dr. Zulfahmi Bustami, M. Ag. dan Bapak selaku dosen pembimbing tersayang yang telah memberikan banyak ide dan saran serta selalu sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

6. Bapak Hendri Sayuti M.Ag selaku Penasehat Akademik yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Syariah dan Hukum.

7. Seluruh karyawan dan karyawati Perpustakaan UIN Suska Riau yang memberikan fasilitas dan pelayanan dengan sebaik mungkin dalam meminjamkan literatur-literatur yang diperlukan.

8. Bapak/ibu dosen yang telah membekali ilmu sejak semester pertama hingga akhir dan seluruh pegawai pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Suska Riau.

(8)

iv

9. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat dan dukungan untuk penulis menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung dan terkhususnya untuk teman-teman sejurusan Perbandingan Mazhab baik seangkatan, senior, maupun adik-adik angkatan. Terimakasih juga kepada saudara/i di Himpunan Mahasiswa Program Studi Perbandingan Madzhab (HMPS-PM). Untuk sahabat seperjuangan Dandi yusfriyadi Aswarudian sri wahyuni rendi Afri, M. Fadly Maulana Asari, dan Muhammad Muhajirin. Terimakasih atas tulusnya membersamai dalam susah dan senang dari awal kuliah sampai detik ini.

Akhir kata, penulis amat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya kepada para pembaca. Akhirnya, kami memohon do’a dan restu semoga segala bantuan dan sumbangan fikiran tersebut tercatat sebagai amal shaleh disisi Allah SWT. Amin Ya Rabbal ‘alamin.

Pekanbaru, 08 April 2022 Penulis

AHMAD RIZKI NIM. 11623101717

(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGATAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan penelitian ... 5

E. Kegunaan penelitian ... 5

F. Sistematika pembahasan ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Jual Beli ... 7

B. Dasar Hukum Jual Beli ... 9

C. Rukun dan Syarat Jual Beli ... 11

D. Jual Beli yang Dilarang ... 13

E. Pendapat ulama mengenaiJual Beli Anjing ... 15

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 19

B. Sumber Data ... 19

C. Metode Pengumpulan Data ... 19

D. Metode Analisa Data ... 20

E. Metode Penulisan ... 20

BAB IV ANALALISA PENDAPAT IMAM MALIK DAN SYAFII TENTANG JUAL BELI ANJING A. Biografi Imam Malik Dan Imam Syafi’I ... 22

B. Pendapat Imam Syafii Dan Imam Maliki Tentang Jual Beli Anjing ... 37

(10)

vi

C. Dalil yang digunakan Imam Malik dan Imam Al-syafii

jual Beli ... 44 D. Analisis fiqih muqaranah ... 49 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 50 B. Saran –Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia tidak bisa lepas dengan jual beli Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masalah Jual beli telah dijelaskan secara global, salah satunya berdasarkan firman Allah Q.S Al-Baqarah Ayat 275:

َ ِ لََٰذ ِِّّۚسَمۡم ٱ َنِم ُنَٰ َطۡي ذ شم ٱ ُهُطذبَخَتَي يِذلَّ ٱ ُموُلَي ََكَم ذلَ ا َنوُموُلَي َلَ ْا ٰوَبِّرم ٱ َنوُ ُكُۡٔأَي َنيِذلَّ ٱ ِ ۡ ُذَّأِب

ٞة َظِغۡوَم ۥُهَءٓاَج نَمَف ِّْۚاٰوَبِّرم ٱ َمذرَحَو َعۡيَبۡم ٱ ُذللَّ ٱ ذلَحّٱَو ْْۗاٰوَبِّرم ٱ ُلۡثِم ُعۡيَبۡم ٱ اَمذه ا ْآوُما ِ َك ٰ ىَ َتَن أَف ۦِهِّبذر نِّم

َيِف ۡ ُهُ ِِۖراذنم ٱ ُبَٰ َ ۡصّٱ َمِئَٰٓ َمْوُأَف َداَػ ۡنَمَو ِِۖ ذللَّ ٱ َلَ

ِ ا ٓۥُهُرۡمّٱَو َفَو َس اَم ۥُ َلََف َنو ُ ِلَِٰ َخ ا

1

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”

Jika di cermati baik-baik banyak yang terjadi di tengah-tengah masyarakat luas jual beli anjing, bahkan tidak sedikit orang Islam yang terlibat dalam jual beli ini. karena anjing memiliki keistimewaan dan kelebihan seperti memiliki kepatuhan yang sangat tinggi, kesetiaan, dapat membantu polisi dalam melaksanaan tugasnya, menjaga keluarga dapat di ajak bercanda dan mempunyai filing yang kuat tidak sedikit orang yang memeliahara anjing baik anjing penjaga maupun anjing pemburu dan untuk

1 https://litequran.net/al-baqarah

(12)

2

mendapatkan anjing tersebut terjadilah transaksi jual beli atau yang disebut dengan Muamalah dan harga anjing tersebut memiliki harga sangat fantastis tegantung dari jenis anjing tersebut di berbagai daerah anjing digunakan untuk menjaga hewan ternak dan menjaga kebun dari serangan hama babi hutan.

َذلَّ َسَو ِهْيَوَػ الله ذلَّ َض ُّ ِبِذنما َلِئ ُ س ٍر ْوُ ْبَْم ٍعْيَب ُّ ُكَُو ِهِدَيِب ِلُجذرما ُلَ َعَ َلاَك ؟ ُبَي ْطّٱ ِب ْسَكْما ُّيّٱ

– كمالحاو رابزماا هاور

Nabi saw pernah ditanya; Usaha (pekerjaan/profesi) apakah yang paling baik (paling ideal) ?, Rasulullah saw bersabda; pekerjaan (usaha) seseorang dengan tangannya dan setiap jual beli yang baik.”

(HR. Bazzar dan al-Hakim)

ٍضاَرَت ْنَغ ُعْيَبْما اَمذه ا ِ –

يليبما هاور

“Sesungguhnya jual beli (harus) atas dasar saling ridha (suka sama suka).” (HR. Al-Baihaqi)

Masalah jual beli anjing ini ternyata dalam Islam masih di perdebatkan adanya oleh para ulama, ada ulama yang tidak membolehkan sama sekali ada pula yang memboleh kan tanpa syarat ada pula yang memboleh kan dengan beberapa syarat.2

Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini, menurut Pendapat Pertama Boleh memperjual-belikan anjing secara mutlak. Ini pendapat Imam Abu Hanifah. Berkata al-Babruti di dalam al-„Inayah Syarh al-Hidayah ( 9/465):

، ذلَّؼم يرغ ؤٱ نكا ًماوؼم ،زئاج عاب سما نم بنا يذ كُو بكلما عيب ةياور في

لضٔلا

“Menjual anjing dan semua binatang buas hukumnya boleh, baik anjing yang terlatih maupun anjing yang tidak terlatih. Ini terdapat dalam riwayat asli ( dari Abu Hanifah ). “

2 Ibnu Rusyd, Bidayah al-mujtahid (Beirut Dar al fikr, 595, II 95.

(13)

3

Mereka beralasan bahwa anjing yang dilatih sangat bermanfaat untuk menjaga sawah dan berburu, sehingga boleh diperjual- belikan. Sedangkan anjing yang tidak dilatih, bermanfaat juga untuk keperluan lainnya, maka dibolehkan juga, karena setiap yang bermanfaat dikatagorikan harta dan boleh diperjual-belikan.

Pendapat Kedua Tidak boleh memperjual-belikan anjing secara mutlak, dan jika seseorang membunuhnya, maka tidak wajib menggantinya.

Ini pendapat Imam Asy-Syafi‟i dan Ahmad Ibn Hanbal, dan salah satu pendapat dalam madzhab Maliki.

Berkata Imam Nawawi di dalam al-Majmu‟ (9/228 ) :

،ًايربه ؤٱ ًاورج نكا ءاوسو ،هيرغ ؤٱ ًماوؼم نكا ءاوس ،بكلما عيب زويج لَ ههٔٱ انبهذم نم لَّػ ةيمك لَو هفوتٔٱ

“Madzhab kami berpendapat bahwa tidak boleh memperjual-belikan anjing, baik yang terlatih maupun yang tidak terlatih, baik yang kecil maupun yang besar. Dan orang yang membunuhnya tidak wajib menggantinya.”3

Menurut pendapat Ketiga Tidak boleh memperjual-belikan anjing kecuali anjing untuk menjaga tanaman dan ternak serta anjing pemburu. Ini pendapat lain dari ulama Malikiyah.4

Dari latar belakang ini penulis ,tertarik untuk menyusun, mengkaji dan mengkompirasikan pendapat ulama tentang hukum jual beli anjing yakni dalam hal ini adalah pendapat ulama imam malik dan imam syafii dimana tokoh sangat terkontaridiksi sehingga penyusun tertarik mengadakan

3 https://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/492/hukum-jual-beli-anjing/. Diakses pada 30 september 2022

4 ibid

(14)

4

penelitaan “STUDI KOMPERATIF MENGENAI HUKUM JUAL BELI ANJING PEMIKIRAN IMAM MALIK DAN IMAM AL-ASYAFI’I”

B. Rumusan masalah

Berangkat dari latar belakang masalah bagaimana masalah sebagaimana tersebut diatas maka penyusun akan merumuskan apa yang menjadi masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana pendapat Imam Malik dan Imam Al-Syafii mengenai hukum jual beli anjing?

2. Bagaimana dalil yang di gunakan oleh imamAL- Syafii dan Imam Malik mengistimbakan hukum jual beli anjing?

3. Bagaimana Analisa Fiqih terhadap pendapat imam Malik dan ImamAl- Syafii mengenai hukum jual beli anjing

C. Batasan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah dan rumusan masalah sebagaimana tersebut diatas maka penyusun dapat membatasi kajian objek penelitan tentang Hukum jual beli anjing menurut pemikiran Imam Malik dan imamAl- syafii dari segi zat dan faedah atau manfaat

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pendapat Imam Malik dan ImamAl- syafii tentang hukum jual beli anjing

(15)

5

2. Untuk mengetahui bagaiman metode istimbat yang digunakan Imam Malik dan imam AL-syafii tentang hukum jual beli anjing

3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pendapat Imam Malik dan ImamAl- syafii tentang jual beli anjing

E. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian

1. Sebagai sumbangan ilmu dalam mewujudkan sikap terbuka umat islam khusunya indonesia untuk menemukan pendapat yang lebih relavan dengan aplikasi jual beli anjing yang dilakukan umat islam di indonesia saat ini

2. Dari hasil penelitiaan ,di harapkan adanya perhatian yang lebih mendalam terhadap jual beli anjing karena mayoritas orang islam tiadak mengetahui bagaimana hukum jual beli anjing

3. Sebagai sumbangan ilmu pengethuan keislaman bagi siapa yang hendak belajar Tentang ilmu ilmu keislaman

4. untuk memenuhi dan melengkapi persyaratan dalam rangka menyelesaikan program sarjana pada Fakultas agama islam Uin Suska.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk lebih memudahkan pembahasan karya ilmiah ini maka penulis mengemukakan sistematika pembahasan sebagai berikut.

BAB I : Pendahuluan; Bab ini berfungsi sebagai pola dasar seluruh isi skripsi yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah,

(16)

6

tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II : Ketentuan jual beli, gambaran umum jual beli, BAB III : Metode penelitian

BAB IV : Analisa terhadap pemikiran Imam Malik dan Imam Syafi‟i tentang jual beli anjing bab ini sub pembahasan dari bab-bab sebelumnya dalam menentukan hukum jual beli anjing menurut Imam Malik dan Imam Al-syafii

BAB V : Penutup

(17)

7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Jual Beli

Sebelum mengkaji secara luas dalam kehidupan sehari-hari, salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan adalah dengan usaha perdagangan atau jual beli, untuk terjadinya usaha tersebut diperlukan adanya hubungan timbal balik antara penjual dan pembeli.Jual beli adalah saling tukar menukar antara benda dengan harta benda atau harta benda dengan uang ataupun saling memberikan sesuatu kepada pihak lain, dengan menerima imbalan terhadap benda tersebut dengan menggunakan transaksi yang didasari saling ridha yang dilakukan secara umum. Berdasarkan penjabaran di atas terdapat beberapa masalah tentang jual beli, maka terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa pengertian jual beli baik secara etimologi maupun secara terminologi. Jual beli menurut istilah atau etimologi

بالم ءشيب ءشي لة

Tukar menukarsesuatu dengan sesuatu yang lain.5

Sedangkan jual beli menurut bahasa adalah sebagaimana di jelaskan berikut ini

لةدابما قوطم ةغم هانؼم عيبما

Pengertian jual beli menurut bahasa adalah tukar menukar secara mutlak.6

5 Ahmad Wardi Muslich, Fikih Muamalah. Amzah, Jakarta, 2010, Cet Ke-1, hlm., 173

6 Sayyid Sabiq, Alih Bahasa Oleh, Kamaluddin A. Marzuki, Fikih Sunnah,Alma‟rif, Bandung, 1997, hlm., 47

(18)

8

Berdasarkan pengertian tersebut maka jual beli adalah tukar menukar apa saja, baik antara barang dengan barang, barang dengan uang atau uang dengan uang. Untuk lebih jelas tentang pengertian jual beli dapat dilihat dibawah ini:

a. Menurut Hanafiah sebagaimana dikemukakan oleh Ali Fikri, menyatakan bahwa jual beli memiliki dua arti yaitu arti khusus dan arti umum.

1) Arti khusus yaitu: Jual beli adalah menukar benda dengan dua mata uang (emas dan perak) dan semacamnya, atau tukar-menukar barang dengan uang atau semacam menurut cara yang khusus.

2) Arti umum yaitu: Jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta menurut cara yang khusus, harta mencakup zat (barang) atau uang.

Dapat disimpulkan akad yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu penjual dan pembeli yang objeknya bukan manfaat yakni benda, dan bukan untuk kenikmatan seksual.

b. Menurut syafi‟iyah Jual beli menurut syara‟ adalah suatu aqad yang mengandung tukar menukar harta dengan harta dengan syarat yang akan diuraikan nanti untuk memperoleh kepemilikan atas benda atau manfaat untuk waktu selamanya.

c. Menurut Hanabilah jual beli menurut syara‟ adalah tukar-menukar harta dengan harta tukar menukar manfaat yang mubah dengan manfaat yang mubah untuk waktu selamanya, bukan riba dan bukan hutang.7

7 Ahmad Wardi Muslich, Op., Cit. hlm., 170-176

(19)

9

d. Menurut Hasbi ash-shiddiqie adalah aqad yang tegak atas dasar pertukaran harta dengan harta, maka jadilah harta penukaran milik secara tetap.8

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa inti jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai, secara sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda- benda dan pihak lain menerima sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara‟.

B. Dasar Hukum Jual Beli

Hukum Islam adalah hukum yang lengkap dan sempurna, kesempurnaan sebagai ajaran kerohanian telah dibuktikan dengan seperangkat aturan-aturan untuk mengatur kehidupan, termasuk didalamnya menciptakan hubungan ekonomi dengan baik sesuai dengan ajaran Islam.

Islam membenarkan adanya jual beli, dasar hukum jual beli adalah Al- Qur‟an, Sunnah Rosul dan Ijma‟ dan qias. Landasan Al-Qur‟an surat al- Baqoroh ayat 275 :9

َ ِ لََٰذ ِِّّۚسَمۡم ٱ َنِم ُنَٰ َطۡي ذ شم ٱ ُهُطذبَخَتَي يِذلَّ ٱ ُموُلَي ََكَم ذلَ ا َنوُموُلَي َلَ ْاٰوَبِّرم ٱ َنوُ ُكُۡٔأَي َنيِذلَّ ٱ ِ ۡ ُذَّأِب

ُماَك ِّم ٞةَظِغۡوَم ۥُهَءٓاَج نَمَف ِّْۚاٰوَبِّرم ٱ َمذرَحَو َعۡيَبۡم ٱ ُذللَّ ٱ ذلَحّٱَو ْْۗاٰوَبِّرم ٱ ُلۡثِم ُعۡيَبۡم ٱ اَمذه ا ْآو ِ ٰ ىَ َتَن أَف ۦِهِّبذر ن

َخ اَيِف ۡ ُهُ ِِۖراذنم ٱ ُبَٰ َ ۡصّٱ َمِئَٰٓ َمْوُأَف َداَػ ۡنَمَو ِِۖ ذللَّ ٱ َلَ

ِ ا ٓۥُهُرۡمّٱَو َفَو َس اَم ۥُ َلََف

ٰٰ

َنو ُ ِلِ

٥٧٢

Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan

8 Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqih Muamalah, Bulan Bintang, Jakarta, 1987, hlm., 97

9 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah. Alih Bahasa Oleh Mohd. Thalib, (Bandung: PT al-ma‟ruf, 1998), Jilid 12, cet Ke-1, h. 47-48

(20)

10

mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni- penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.10

Ulama telah bersepakat bahwa jual-beli di perbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang di butuhkanya itu, harus diganti dengan barang lainya yang sesuai.11

Para ulama fiqih mengambil kesimpulan, bahwa jual beli itu hukumnya mubah (boleh), namun Menurut imam asy-syatibi (ahli fiqih madzhab Imam Maliki) hukumnya bisa berubah menjadi wajib dalam situasi tertentu. Sebagai contoh dikemukakanya, bila suatu waktu terjadi suatu ikhtikar, yaitu penimbunan barang, sehingga persediaan atau stok hilang dari pasar dan harga melonjak naik. Apabila terjadi praktek semacam itu maka pemerintah boleh memaksa para pedagang menjual barang-barang sesuai dengan harga pasar sebelum terjadi pelonjakan harga barang itu.12

Mengenai hak dan kewajiban yang akan dihubungkan hanyalah hukum Islam dan hukum barat. Dalam sisitem hukum Islam kewajiban lebih diutamakan dari hak, sedang dalam hukum barat hak didahulukan dari kewajiban.13

10 Departemen Agama RI, Al-qur‟an dan terjemahanya, (Semarang; CV. Toha Putra, 1998), cet 1. h. 58

11 Rahmat Syafe‟I, Fiqih Muamalah, (Bandung : Pustaka Setia 2001), h. 75

12 M Ali Hasan, Op.,Cit, h. 117

13 Muammad Daud Ali. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002) . edisi -6 cet ke- 10, h. 200

(21)

11

Berdasarkan beberapa sandaran sebagai dasar hukum yang telah disebutkan diatas membawa kita dalam suatu kesimpulan bahwa jual beli adalah suatu yang disyaratkan dalam Islam. Maka secara pasti dalam praktek ia tetap di benarkan dengan memperhatikan persyaratan yang terdapat dalam jual beli itu sendiri.

C. Rukun dan Syarat Jual Beli

Rukun dan syarat jual beli adalah merupakan suatu kepastian. Tanpa adanya rukun dan syarat tentulah tidak akan terlaksana menurut hukum, karena rukun dan syarat tidak bisa di kesampingkan dari suatu perbuatan dan juga termasuk bagian dari perbuatan tersebut.

Jual beli adalah merupakan suatu akad, dan di pandang sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat jual beli.14 Dalam menentukan rukun jual beli, terdapat perbedaan pendapat ulama Hanafiyah dengan jumhur ulama.

Rukun jual beli menurut ulama Hanafiyah hanya satu, yaitu ijab (ungkapan pembeli dari pembeli. Dan qabul (ungkapan menjual dan penjual). Menurut mereka yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan (rida/tara‟dhi) kedua belah pihak untuk melakukan transaksi jual beli.15

Akan tetapi, jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada empat, yaitu:16

1. Ada orang yang berakad atau al-muta‟aqidain (penjual dan pembeli).

2. Ada siqhad (lafal ijab dan qabul).

14 M.Ali Hasan, Op, Cit., h. 118

15 Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta; Gaya Media Pratama,2007), h. 115.

16 Ibid

(22)

12

3. Ada barang yang dibeli.

4. Ada nilai tukar penganti barang.

Menurut ulama Hanafiyah, orang yang berakad, barang yang dibeli, dan nilai tukar barang termasuk kedalam syarat-syarat jual beli, bukan rukun jual beli.

Adapuin syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang dikemukakan jumhur ulama di atas adalah sebagai berikut:17

1. Syarat orang yang berakad

Para ulama fiqih sepakat menyatakan bahwa orang yang melakukan akad jual beli itu harus memenuhi syarat:

a. Berakal. Oleh sebab itu, jual beli yang dilakukan oleh anak kecil yang belum berakal dan orang gila, hukumnya tidak sah. Adapun kecil yang mumayyiz, menurut ulama Hanafiyah, apabila akad yang dilakukan membawa keuntungan bagi dirinya, seperti menerima hibah, wasiat, dan sedekah, maka akadnya sah.

b. Yang melakukan itu orang yang berbeda. Artinya, seseorang tidak dapat bertindakdalam waktu yang bersamaan sebagaiu penjual sekaligus pembeli.

2. Syarat yang terkait dengan ijab qabul

Menurut mereka ijab dan qabul perlu diungkapkan secara jelas dalam transaksi-transaksi yang bersifat mengikat kedua belah pihak, seperti akad jual beli, akad sewa menyewa, dan akad nikah. Terhadap

17 Ibid., h. 115-119

(23)

13

transaksiyang sifatnya mengikat salah satu pihak, seperti wasiat, hibah dan waqaf, tidak perlu qabul, karena akad seperti itu cukup dengan ijab saja.

Untuk itu, para ulama fiqih mengemukakan bahwa syarat ijab dan qabul itu adalah sebagai berikut18

a. Orang yang mengucapkan telah baliqh dan berakal, menurut jumhur ulama, atau telah berakal, menurut ulama Hanafiyah. Sesuai dengan perbedaan mereka dalam syarat-syarat orang yang melakukan akad yang disebutkan di atas.

b. Qabul sesuai dengan ijab.

c. Ijab dan qabul itu dilakukan dalam satu majlis. Artinya, kedua belah pihak yang melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang sama. Ulama Hanafiyah dan Malikiyah mengatakan bahwa antara ijab dan qabul bisa saja di antara waktu, yang di perkirakanbahwa pihak pembeli sempat untuk berfikir. Namun, ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa jarak antara ijab dan qabul tidak terlalu lama, yang dapat menimbulkan dugaan bahwa objek pembicaraan telah berubah.

Di zaman moderen perwujudan ijab dan qabul tidak lagi di ucapkan, tetapi dilakukan dengan sifat mengambil barang atau membayar uang dari pembeli, serta menerima uang dan menyerahkan barang oleh penjual, tanpa ucapan apapun. Misalnya, jual beli yang berlangsung di pasar swalayan. Dalam fiqih islam, jual beli seperti ini disebut dengan ba‟i al- mu‟athah. Jumhur ulamaberpendapat bahwa jual beli seperti kebiasaan

18 Nasrun Haroen, Op.,cit, h. 116

(24)

14

suatu masyarakat disuatu negri. Kareana halitu telah menunjukan unsur ridha dari kedua belah pihak.

3. Syarat barang yang dijual belikan

a. Barang itu ada, atau tidak ditempat, tetapi pihak penjual menyatakan kesanggupan untuk mengadakan barang itu.

b. Dari bermanfaat dan dapat dimamfaatkan bagi manusia. Oleh sebab itu bangkai, khamar dan darah, tidak sah menjadi objek jual beli, karena dalam pandangan syara‟ benda-benda seperti itu tidak bermamfaat bagi Muslim.

c. Milik seseorang. Barang yang sifatnya belum dimiliki seseorang tidak boleh diperjualbelikan.

d. Boleh diserahkan saat akad berlangsung, atau pada waktu yang disepakati bersama ketika transaksi berlangsung.

4. Syarat-syarat nilai tukar

Terkait dengan masalah nialai tukar inoi para ulama fiqih membedakan at-tsaman dengan as-si‟r. Menurut mereka at-tsaman adalah harga pasar yang berlaku di tengah-tengah masyarakat secara aktual, sedangkan as-si‟r adalah modal yang seharusnya di terima para pedagang sebelum diterima oleh konsumen.

Dengan demikian, dapat diartikan bahwa antara harga dan sesama pedagang dengan hanya untuk pembeli dibedakan, dalam praktek seperti ini seperti yang terjadi di pada toko grosir yang melayani pembelian eceran dan skala besar.

(25)

15

5. Syarat-syarat at-tsaman sebagai berikut19

a. Harga yang di sepakati oleh kedua belah pihak, harus jelas jumlahnya.

b. Boleh diserahkan pada waktu akad, apabila harga barang itu diserahkan kemudian (berhutang), maka waktu pembayaranya harus jelas.

c. Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling mempertukarkan barang, maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharmkan syara‟.

D. Pendapat Ulama mengenai Hukum jual beli anjing

Imam Hanafi berpendapat, semua jenis binatang yang memiliki gigi taring bisa saja dijual, seperti anjing harimau, macan, singa, serigala, kucing dan lain-lain. Karena, anjing dan semacamnya adalah sesuatu yang bernilai sebab bisa dimanfaatkan dan Islam membolehkan untuk menggunakannya dalam hal penjagaan dan berburu. Karena itu, anjing dianggap sesuatu yang bernilai. Boleh juga jual beli serangga dan binatang melata, seperti ular dan kalajengking, kalau memang bisa dimanfaatkan.

Ketentuannya menurut Hanafi, semua yang bisa dimanfaatkan dan halal menurut agama maka boleh saja menjualnya, karena pada dasarnya semua benda diciptakan untuk kepentingan manusia,20 berdasarkan firman- Nya QS. al-Baqarah: 29

اًؼْيِ َجَ ِضْرَ ْلَا ِفِ اذم ْ ُكنَم َقَوَخ ْيِ ذلَّا َوُه

19 Ibid, h. 119

20 Wahbah Az-Zuhaili, terjemahan Fiqh Al-Islam wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani), jilid 5, h. 117

(26)

16

"Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untukkamu." (al-Baqarah: 29)

Pendapat ini didukung oleh pendapat Atha‟ dan al-Nakha‟i yang menyatakan bahwa yang boleh dijual hanyalah anjing penjaga atau buruan saja, karena itu, anjing di anggap sesuatu yang bernilai sebab bisa dimanfaatkan.21

Menurut Imam Hanbali tidak boleh menjual babi, bangkai, darah, minuman keras, dan najis-najis lainnya. Ini berdasarkan hadits Nabi yang berbunyi, 'Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli minuman keras, bangkai, babi, dan patung berhala", di samping adanya anjuran untuk selalu menghindari najis dan tidak mendekatinya. Sementara menjual najis adalah salah satu cara mendekatinya. Tidak boleh pula menjual anjing meskipun telah dididik berdasarkan larangan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, yaitu, "Nabi saw. melarang menjual anjing..."

Tidak boleh pula jual beli barang yang tidak ada manfaatnya, seperti serangga dan binatang buas yang tidak bisa digunakan untuk berburu, singa dan serigala misalnya. juga burung-burung yang tidak dimakan dan tidak pula untuk berburu, seperti burung gagak, rajawali, dan nasar. Karena sesuatu yang tidak punya manfaat tidak ada nilanya, maka menerima uang atau imbalan dari barang seperti itu termasuk memakan harta orang dengan batil.22

Anjing sebagai binatang yang masih diperselisihkan oleh banyak ulama‟, bahkan juga oleh para ilmuwan modern tentang kebolehan atau

21 Faishal bin Abdul Aziz, Nail al-Aut}ar, terjemah. Ahmad Qadir Hasan dkk, jilid 4, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1983), h. 1647.

22 Op. cit, h. 118

(27)

17

tidaknya merawat anjing. Dalam riwayat Nasa‟i Nabi Saw. bersabda bahwa kita (umatnya) dilarang memelihara anjing kecuali anjing buruan. Jumhur ulama‟ berpendapat bahwa perkataan “Dan (Rasulullah Saw. mengharamkan) hasil penjualan anjing” itu menunjukkan haramnya menjual anjing. Menurut zahirnya di sini tidak dibedakan, jadi yang dimaksud adalah anjing secara keseluruhan23

Berdasarkan ilmu kinologi.24, dijelaskan bahwa saat ini kebutuhan membeli anjing di masyarakat tidak hanya untuk dimanfaatkan sebagai hewan pemburu, menjaga hewan ternak dan selainnya, melainkan lebih kepada merawatnya dan menjadikannya hewan peliharaan seperti halnya kucing.

Sejauh pengetahuan penulis, belum atau tidak ada penelitian yang menyebutkan bahwa anjing adalah hewan yang layak dirawat seperti kucing.

Kebanyakan penelitian menyebutkan bahwa sebagian besar anjing justru membahayakan.

E. Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung landasan teori sekaligus tidak ditemukan penelitian ataupun karya ilmiah lainnya yang sama persis dengan kajian penelitian penulis.

Skripsi MUALLIM, berjudul “JUAL BELI ANJING (Studi Perbandingan Imam Malik Dan Imam Syafi‟i)” Memaparkaan tentang hukum

23 Faishal bin Abdul Aziz, Nail al-Aut}ar, terjemah. Ahmad Qadir Hasan dkk, jilid 4, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1983), h. 1647.

24 Ilmu pengetahuan yang mempelajari segala hal mengenai anjing. Kinologi berasal dari bahasa Yunani kynos yang berarti anjing dan logos yang berarti ilmu pengetahuan atau ucapan atau juga akal. Lihat: https://id.wikipedia.org/wiki/Anjing, diakses pada Minggu, 04 Desember 2016.

(28)

18

jual beli anjing menurut pendapat Imam Malik dan Imam As-Syafi‟I beserta dalil yang digunakan. Sedangkan dalam penelitian ini menjelaskan mengembangkan analisa tentang perbedaan pendapat ulama fiqh beserta dalil dan alasan terjadinya perbedaan pendapat tersebut khususnya Ulama mazhab.

(29)

19 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Normatif dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif, yakni dengan meneliti atau menelaah buku atau literatur dan tulisan yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti, yaitu Hukum jual beli Anjing menurut pendapat Mazhab Syafi' dan Mazhab Maliki.

B. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah sumber data sekunder. Sumber data sekunder tersebut terdiri dari:

1. Bahan hukum Primer, yaitu “Al-Muwatha”, karya Imam Malik, “Al- Umm” karya Imam Al-Syafi‟I.

2. Bahan hukum sekunder, yaitu kitab karangan Ibnu Rushd “Bidayat al Mujtahid”, Ibnu Rusyd “Al-Fiqh Al-Islam Wa Adillatuhu”, “Bidayatul Mujtahid” Karya Wahbah Az-Zuhaili.

3. Bahan hukum tersier, yaitu Ensiklopedi Hukum Islam, Terjemahan al- Quran Kementerian Agama Republik Indonesia, dan beberapa buku lain yang menunjang.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang

(30)

20

diteliti, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. Kemudian mengadakan telaah buku dan mencatat materi-materi dari dalam buku-buku tersebut yang berkaitan dengan penelitian ini. Setelah itu, catatan tersebut diklasifikasikan sesuai dengan pokok-pokok permasalahan yang dibahas dan melakukan pengutipan baik secara langsung maupun tidak langsung pada bagian-bagian yang dapat dijadikan sumber rujukan nantinya disajikan secara sistematis.

D. Metode Analisa Data

Data-data yang telah dikumpulkan, dianalisa dengan menggunakan teknik konten analisis, yaitu teknik analisa isi dengan menganalisa data-data yang telah didapat melalui pendekatan kosa kata, pola kalimat, latar belakang budaya atau situasi penulis.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan laporan penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode, yaitu:

1. Metode deskriptif, yaitu menyajikan data-data atau pendapat yang dipegang oleh Maliki dan Syafi‟i mengenai hukum jual beli Anjing.

2. Metode deduktif, yaitu mengemukakan data-data yang bersifat umum, kemudian dianalisa untuk diambil kesimpulan secara khusus.

3. Metode induktif,yaitu mengemukakan data-data yang bersifat khusus, kemudian dianalisa dan ditarik kesimpulan secara umum.

4. Metode komperatif, yaitu dengan mengadakan perbandingan dari data-data

(31)

21

atau kedua pendapat yang telah diperoleh dan selanjutnya dari data tersebut diambil kesimpulan dengan cara mencari persamaan, perbedaan dan pendapat mana yang paling dianggap kuat dari masing-masing pendapat.

(32)

46 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah mengadakan analisis terhadap penelitan tersebut maka pemahaman yang dapat penyusun simpulkan dari perumusan masalah dan serta seluruh pembahasan dari bab pertama Hingga bab terakhir , maka dapat dikemukan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Tentang jual beli anjing menurut Imam Malik menghukumi makruh karena beliau Membedakan antara anjing yang bermanfaat seperti anjing yang digunakan untuk menjaga Ternak tanaman atau pun rumah boleh di perjual beliakan tetapi untuk anjing hanya untuk Hanya sebagai hiasan tidak di perbolehkan. Menurut Imam syafii jual beli anjing itu tidak diperbolehkan karena anjing itu najis, akan tetapi untuk kepemilikan anjing boleh diambil Manfaatnya seperti untuk menjaga rumah menjaga hewan ternak

2. Imam syafii dan Imam Malik menggunakan dalil yang sama untuk menentukan harga jual beli Anjing akan tetapi kedua tokoh ini mempunyai pemikiran dan penafsiran yang berbeda Mengenai hukum jual beli anjing itu dibuktiakan Imam malik menambahkan yakinnya Surat Al Maidah ayat 4 dalam mengg istimbatkan hukum sedangkan imam Syafii hanya Menggunakan sunnah atau Hadist

3. Perbandingan pendapat antara Imam Malik dan Imam syafii terjadi karena perbedan dalam Memahami syara‟

4. dan perbedaan dalam menilai otentintas nash yang ada dalam jual beli

(33)

47

Anjing itu sendiri , sehingga Imam Malik menagatakan bahwa hukum jual beli anjing adalah Makruh beliau menagangap bahwa anjing itu tidak najis sekalipun tidak boleh untuk di konsumsi Sementara Imam Syafii mengatakan bahwa hukum jual beli tidak diperbolehakan sama sekali Kecuali untuk kepemilikan anjing tersebut yang digunakan untuk mengambil manfaatnya Dan beliau menganggap bahwa anjing itu adalalah bintang yang rijh , keji najis.

B. Saran –Saran

Dalam hal ini akan prnulis sampaikan beberapa saran yang berkaitan dengan jual beli Anjing tersebut :

1. Meskipun jual beli anjing di perbolehkan apabila ada unsur manfaat tetapi juga diperlukan Pengawasan ketat karaena bisa terjadi penyelewengan yang sebagaimana mestinya.

2. Perlu adanya sosialisai yang jelas terkait dengan hukum jual beli anjing itu agar Masyarakat tidak salah persepsi terhadap perbedaan pendapat tersebut.

3. untuk para penjual seharusnya memperliahatkan apa saja yang boleh di perjual beliakn Dan apa yang tidak boleh di perjual belikan dan begitu pun halnya memperhatikan hal tersebut.

(34)

48

DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1987. Pengantar Fiqih Muamalah. Jakarta: Bulan Bintang) Ali, Muammad Daud. 2002. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di

Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada).

Az-Zuhaili, Wahbah. tt. terjemahan Fiqh Al-Islam wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani).

. al fiqh al –isalam wa Adillatuhu. jilid 1.

Aziz, Faishal bin Abdul. 1983. Nail al-Authar, terjemah. Ahmad Qadir Hasan dkk, jilid 4, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1983).

Asy-Syurbasi, Ahmad. 1993. Sejarah dan Biografi 4 Imam Madzhab. (Jakarta:

PT. Bumi Aksara).

Asy-Syarqawi, Abdur Rahman. 2000. Riwayat 9 Imam Fiqh (Bandung: Pustaka Hidayah) cet. I.

al-Maraghi, Abdullah Musthofa. 2000. Pakar-Pakar Fiqih Sepanjang Sejarah (Yokyakarta: LPPPSM). cet. I.

As Syinawi, Abdul Aziz. 2000. Biografi Empat Mazhab. (Beirut: publishing).

Asy-Syafi‟I, Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris. 1969. al-Risālah. (Mesir:

Mustafa alBabi al-Halabi).

. Kitab Al-Umm Jilid 5.

. 2013. Ringkasan kitab Al Um ,penerjemah ;Imron Rosadi ,dkk jilid 2 ,cet IX ( Jakarta: pustaka Azam) Anas, Malik bin al-Muwatta‟

al-Aziz, Shalih Ibnu Muhamad. 2008. Mausu‟ah al –Hadis al –sayrif al-Kutub al –sittah,(Riyadh Maktabah Dar al salam)

al syurbasi, Ahmad. 1996. Yas fi AL DIN WAL –HAYAT( BEIRUT D‟AR JAIL Departemen Agama RI. 1998. Al-qur‟an dan terjemahanya, (Semarang; CV. Toha

Putra).

Farid, Syaikh Ahmad. 2006. 60 Biografi Ulama Salaf. ( Jakarta: Pustaka al- Kautsar).

(35)

49

Hasan, M. Ali. 2002. Perbandingan Mazhab. (Jakarata: PT. Raja Garfindo Persada) Cet. IV.

Khalil, Moenawir.tt. Biografi Emapat serangkai Imam Madzhab. (Jakarta; Bulan Bintang).

Khallaf, Prof. Dr. Abdul Wahab. 2002. Kaidah-Kaidah Hukum Islam. (Jakarta:

Raja GrafindoPersada). Cet. VII.

Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fikih Muamalah. (Jakarta: Amzah) Cet Ke-1.

Mubarok, Jaih. 2000. Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam.(Bandung:

Rosdakaarya).

Rusyd, Ibnu.tt. Bidayah al-mujtahid. (Beirut Dar al fikr).

Rahman, Abdur. 1993. Syariah Kodifikasi Hukum Islam. (Jakarta: Rineka Cipta) Sabiq, Sayyid. 1997. Alih Bahasa Oleh, Kamaluddin A. Marzuki. Fikih Sunnah.

(Bandung: Alma‟rif).

Syafe‟I, Rahmat. 2001. Fiqih Muamalah, (Bandung : Pustaka Setia).

Siroj, Khozin. 1981. Aspek-Aspek Fundamental Hukum Islam (Yokyakarta:

Fakultas Ekonomi UII).

Yanggo, Huzaemah Tahido. 1997. Pengantar Perbandingan Madzhab. ( Jakarta;

Logos).

Zuhri, Muhammad. 1996. Hukum Islam Dalam Lintasan Sejarah. (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada) Cet, ke I.

https://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/492/hukum-jual-beli-anjing/.

Diakses pada 30 september 2022.

https://id.wikipedia.org/wiki/Anjing, diakses pada Minggu, 04 Desember 2016.

(36)
(37)

Referensi

Dokumen terkait

Agar dapat menentukan zona gempa yang tepat untuk mengaplikasikan dinding geser, maka harus dilakukan perhitungan gaya gempa terlebih dahulu. Karena belum adanya standar

bermacam bentuk, seperti gerakan separatis dan lain-lain, antara lain: Gerakan Separatis dengan lepasnya Timor Timur dari Indonesia yang dimulai dengan

6. Informed consent yang sudah di tanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien disimpan dalam rekam medic.. Bila informed consent yang diberikan oleh pihak lain atau pihak ke

bahwa STAD memiliki keunggulan: (1) Pengetahuan diperoleh siswa dengan membangun sendiri pengetahuan itu melalui interaksi dengan orang lain, (2) Sistem evaluasi

Zat ini diklasifikasikan sebagai sama berbahayanya dengan debu mudah terbakar oleh Standar Komunikasi Bahaya OSHA 2012 Amerika Serikat (29 CFR 1910.1200) dan Peraturan Produk

2 Pada bulan Desember 2013, sistem perdagangan multilateral dibangkitkan kembali ketika negara anggota WTO menyetujui paket yang mencakup tiga isu penting yang

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa peneliti menggunakan teori semiotika dari John Fiske untuk penelitian ini karena setiap level yang dipaparkan oleh

Pada kesempatan yang berbahagia ini pula kami selaku Pengurus Pemuda Peduli Dhuafa Gresik mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh