• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN SLEMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN SLEMAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH AGRITAS VOL 4 NO 2, OKTOBER 2020 : 66-77

PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN SLEMAN

EFFECT OF LAND CONVERSION ON THE WELFARE OF FARMERS IN SLEMAN REGENCY

Diana Prafitasari¹, Ari Astuti², Wahyu Setyo Ratri³

1,2,3Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa,

Yogyakarta.

*Email korespondensi: diananew264@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk, tenaga kerja, pendapatan, pengeluaran, dan harga lahan terhadap alih fungsi lahan. (2) Mengetahui pengaruh langsung jumlah penduduk, tenaga kerja, pendapatan, pengeluaran, dan harga lahan terhadap kesejahteraan petani. (3) Untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk, tenaga kerja, pendapatan, pengeluaran, dan harga lahan terhadap kesejahteraan petani melalui alih fungsi lahan di Kabupaten Sleman. Teknik pengambilan data menggunakan kuisioner (angket), studi dokumenter, dan wawancara. Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dan snowball sampling dengan jumlah responden 100 orang. Metode analisis data menggunakan analisis jalur (Path Anaylisis) dan uji hipotesis menggunakan uji T statistik dan uji F (α= 0,05). Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap alih fungsi lahan. Tenaga kerja, pendapatan, pengeluaran, dan harga lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap alih fungsi lahan. Jumlah penduduk, tenaga kerja, pendapatan, pengeluaran, dan harga lahan perpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan petani. Jumlah penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesejahteraan petani melalui alih fungsi lahan sedangkan tenaga kerja, pendapatan, pengeluaran, dan harga lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan petani melalui alih fungsi lahan.

Kata kunci : alih fungsi lahan, kesejahteraan petani, path anaylisis

ABSTRACT

The purposes of the research are (1) To determine the effect of population, labor, income, expenditure, and land prices on land conversion. (2) To know the direct effect of population, labor, income, expenditure, and land prices on farmer welfare. (3) To discover the effect of population, labor, income, expenditure, and land prices on the welfare of farmers through land conversion in Sleman Regency which had been implemented from the month of September - October 2020. The data collection techniques used were questionnaire, documentary studies, and interviews. The sampling method used were purposive sampling and snowball sampling method with 100 respondents. The methods of data analysis were Path Analysis and hypothesis testing that use statistical T test and F test (α = 0.05). The results showed that the population had a negative and significant effect on

(2)

land conversion. Labor, income, expenditure, and land prices had a positive and significant effect on land conversion. Total population, labor, income, expenditure, and land prices had a positive and significant effect on farmer welfare. The population had a negative and significant effect on the welfare of farmers through land use change, labor, income, expenditure and land prices had a positive and significant effect on the welfare of farmers through land conversion.

Key words: change of land function, farmer welfare, path anaylisis

PENDAHULUAN

Lahan merupakan salah satu sumber daya alam yang berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia, dimana lahan menjadi salah satu unsur penunjang kehidupan manusia. Penggunaan lahan yang semakin meningkat oleh manusia seperti untuk tempat tinggal, tempat melakukan kegiatan usaha, pemenuhan fasilitas umum, dan lainnya akan berakibat pada ketersediaan lahan yang terus berkurang (Ritohardoyo, 2013).

Alih fungsi lahan atau sering disebut konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula menjadi fungsi lain yang memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan potensi untuk lahan itu sendiri (Lestari dalam Dewi, 2017).

Perkembangan alih fungsi lahan di Indonesia setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Banyak lahan di Indonesia yang beralih fungsi ke pemukiman, perindustrian, perkantoran, dan pariwisata. Di Indonesia diperkirakan terjadi alih fungsi lahan sawah 42,40% setiap lima tahun terakhir. Alih fungsi lahan yang terus meningkat setiap tahunnya dikhawatirkan dapat mengancam ketahanan pangan (Salama dalam Santosa, 2011).

Jumlah penduduk yang semakin meningkat berarti jumlah kebutuhan akan lahan juga menjadi lebih besar. Mengingat sebagian besar penduduk di Indonesia bermata pencaharian dalam bidang pertanian, dampak dari alih fungsi lahan tersebut menyebabkan berkurangnya lahan sawah yang digarap oleh petani. Ketersediaan lahan merupakan faktor penting untuk menjamin tersedianya pangan dan tempat untuk melangsungkan kegiatan ekonomi lainnya (Ridwan, 2009).

Kesejahteraan dapat diperoleh apabila terjadi keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani. SUSENAS 2017 menyebutkan ada beberapa indikator yang digunakan untuk menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat yaitu kependudukan, ketenagakerjaan, pendapatan rumah tangga petani, pengeluaran rumah tangga petani, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kondisi kesehatan anggota keluarga dan kemudahan dalam menyelamatkan pelayanan kesehatan, kemudahan pendidikan,

(3)

kemudahan transportasi, kehidupan beragama, serta rasa aman dari gangguan tindak kejahatan.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri, tetapi lahan pertanian yang tersedia di daerah untuk pertanian mulai tergeser guna keperluan pemukiman penduduk dan industri. Rata-rata luas kepemilikan lahan hanyalah 0,5 ha per petani. Dengan demikian apabila tidak diikuti dengan kebijaksanaan yang tepat maka lahan pertanian akan terus berkurang dan usaha mempertahankan swasembada pangan akan terganggu (Adhiguno, 2018).

Kabupaten Sleman merupakan wilayah yang mempunyai perkembangan pesat dan memiliki daya tarik yang kuat bagi investor. Daya tarik tersebut yaitu sebagian besar perguruan tinggi yang ada di DIY berada di Kabupaten Sleman, mempunyai udara yang sejuk karena berada di lereng gunung Merapi, dan mempunyai air tanah yang melimpah.

Alih fungsi lahan pertanian tumbuh secara pesat di Kabupaten Sleman. Alih fungsi lahan tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya permintaan dan kebutuhan akan lahan akibat pertambahan jumlah penduduk dan kegiatan pembangunan. Perkembangan suatu wilayah tidak terlepas dari pertumbuhan penduduk dan segala aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang secara tidak langsung mempertinggi permintaan akan lahan. Hal inilah yang akan mendorong alih fungsi lahan pertanian di Sleman (Tirtana, 2020).

Kabupaten Sleman bagian selatan berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta sehingga alih fungsi lahan banyak terjadi pada wilayah tersebut. Faktor lain yang menyebabkan tingginya alih fungsi lahan adalah keberadaan fasilitas pembangkit kegiatan, seperti kampus-kampus besar. Namun, tidak hanya terjadi di pinggiran Kota Yogyakarta, alih fungsi lahan pertanian juga terjadi di beberapa penjuru Kabupaten Sleman, termasuk di kawasan perdesaan yang cukup jauh dari pusat Kota Yogyakarta (Bonawati, 2013).

Meningkatnya alih fungsi lahan di kabupaten Sleman menyebabkan penurunan rata-rata jumlah hasil panen yang diperoleh petani. Sehingga berdampak pada kesejahteraan petani yang mengandalkan lahan pertanian sebagai sumber pendapatan petani di Kabupaten Sleman (Tirtana, 2020).

Hasil panen merupakan faktor utama pendapatan yang diperoleh petani atas kepemilikan lahan pertaniannya. Petani yang mengalami penurunan dari jumlah panennya akan merasakan dampak negatif dari keberlangsungan kegiatan usaha taninya (Hendrawan, 2016).

Di Kabupaten Sleman sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Alih fungsi lahan yang terjadi di Kabupaten Sleman memberikan dampak negatif bagi

(4)

petani. Dampak negatif yang dirasakan oleh petani antara lain hilangnya sumber mata pencaharian petani, berkurangnya jumlah lahan produktif sehingga menyebabkan penurunan jumlah pendapatan petani dan menyebabkan kesejahteraan petani di Kabupaten Sleman belum terwujud (Tirtana, 2020). Dari uraian latar belakang tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Pengaruh Alih Fungsi Lahan Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani di Kabupaten Sleman”.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah untuk mengetahui apakah alih fungsi lahan berpengaruh terhadap kesejahteraan petani di Kabupaten Sleman.

Kemudian untuk mengetahui apakah jumlah penduduk, tenaga kerja, pendapatan, pengeluaran, dan harga lahan berpengaruh secara langsung terhadap kesejahteraan petani di Kabupaten Sleman. Serta untuk mengetahui apakah jumlah penduduk, tenaga kerja, pendapatan, pengeluaran, dan harga lahan berpengaruh terhadap kesejahteraan petani melalui alih fungsi lahan di Kabupaten Sleman.

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu diduga jumlah penduduk, tenaga kerja, pendapatan, pengeluaran, dan harga lahan berpengaruh terhadap alih fungsi lahan. Kemudian diduga jumlah penduduk, tenaga kerja, pendapatan, pengeluaran, dan harga lahan berpengaruh langsung terhadap kesejahteraan petani. Serta diduga jumlah penduduk, tenaga kerja, pendapatan, pengeluaran, dan harga lahan berpengaruh terhadap kesejahteraan petani melalui alih fungsi lahan.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kabupaten Sleman tepatnya di Kecamatan Depok dan Gamping. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2020. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan snowball sampling. Dengan jumlah sampel 100 responden. Dalam penelitian ini, data yang dianalisis menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari responden dan data sekunder yang diambil dari instansi-instansi pemerintah yang terkait. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara yaitu melakukan tanya jawab sepihak kepada responden dengan mengajukan daftar pertanyaan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis jalur (path anaylisis). Variabel yang di ukur dalam penelitian ini yaitu jumlah penduduk, tenaga kerja, pendapatan, pengeluaran, harga lahan, dan alih fungsi lahan yang diukur dengan skoring. Pengujian hasil untuk tingkat kesejahteraan petani

(5)

menggunakan indikator kesejahteraan menurut SUSENAS 2017. SUSENAS membagi menjadi 3 indikator kesejahteraan yaitu :

1. Tingkat kesejahteraan tinggi skor 27-35 2. Tingkat kesejahteraan sedang skor 19-26 3. Tingkat kesejahteraan rendah skor 11-18

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif

Hasil analisis deskriptif terhadap variabel penelitian disajikan pada tabel berikut:

Tabel 1. Ringkasan Hasil Analisis Deskriptif

Sumber: Analisis Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 1 nilai rata-rata X1 yaitu 74,2 dan termasuk kategori tinggi.

Responden beranggapan bahwa semakin banyaknya penduduk yang ada di Kabupaten Sleman maka permintaan akan lahan untuk kebutuhan tempat tinggal dan lain-lain juga semakin meningkat sedangkan lahan bersifat tetap. Maka dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat akan menyebabkan alih fungsi lahan. Responden juga beranggapan bahwa semakin banyak anggota keluarga yang tinggal maka yang bekerja dalam keluarga tersebut juga semakin banyak sehingga akan berdampak positif terhadap kesejahteraan petani.

Nilai rata-rata X2 yaitu 75,45 yaitu termasuk kategori tinggi. Menurut responden semakin meningkatnya jumlah tenaga kerja ini akan mengakibatkan tumbuhnya lapangan pekerjaan di luar bidang pertanian dan akan berdampak pada tergesernya lahan pertanian menjadi industri dan fasilitas pekerjaan yang lain. Selain itu responden juga beranggapan

(6)

dengan banyaknya tenaga kerja dalam keluarga maka akan membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Nilai rata-rata X3 yaitu 81,9 dan termasuk dalan kategori tinggi. Hal ini dikarenakan pendapatan petani yang lahannya beralih fungsi lebih besar dibandingkan dengan pendapatan dari bertani. Sehingga menyebabkan masyarakat disekitar mengalih fungsikan lahanya untuk menunjang ekonominya seperti untuk rumah makan, kontrakan, kos-kosan, dan usaha lainnya.

Nilai rata-rata X4 yaitu 79,5 dan termasuk kategori tinggi. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya lahan yang beralih fungsi ke non pertanian, menyebabkan berkurangnya produksi bahan pokok makanan. Sedangkan seiring meningkatnya taraf hidup manusia kebutuhan akan konsumsi juga semakin meningkat.

Nilai rata-rata X5 yaitu 83,7 dan termasuk kategori tinggi. Hal ini dikarenakan harga jual lahan di daerah Gamping dan Depok sangat tinggi, sehingga banyak masyarakat yang menjual lahan ke investor dibanding menggarapnya sendiri. Kemudian, uang hasil dari jual lahannya tersebut digunakan untuk mendirikan usaha seperti warung makan, laundry, kontrakan, dan lain-lain yang dikira lebih menguntungkan dibanding dengan menggarap lahan.

Pada variabel Z nilai rata-rata faktor eksternal yaitu 84,85 dan termasuk kategori tinggi.

Hal ini disebabkan karena adanya dinamika pertumbuhan perkotaan, demografi, maupun ekonomi. Beberapa Kecamatan di Kabupaten Sleman menjadi wilayah Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY), sehingga pertumbuhan perkotaan di wilayah ini cepat, dan hal ini berdampak terhadap tersedianya sarana transportasi dan komunikasi dengan baik.

Selanjutnya banyaknya masyarakat dari luar daerah yang datang ke Kabupaten Sleman untuk melanjutkan pendidikan sehingga menyebabkan pertambahan penduduk di Kabupaten Sleman meningkat. Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sleman menimbulkan potensi alih fungsi lahan dikarenakan kebutuhan akan perumahan juga meningkat. Pada faktor internal nilai rata-rata yaitu 76,75 dan termasuk kategori tinggi. Hal ini disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi rumah tangga petani, Penggunaan lahan sebagian mata pencaharian sebagai petani umumnya tidak memberikan keuntungan bagi petani. Hal ini dikarenakan penghasilan dari sektor pertanian lebih rendah dari sektor lainnya, mengingat kepemilikan lahan oleh petani di Kabupaten Sleman rata-rata di bawah 1 hektar.

Sedangkan pada faktor kebijakan masuk dalam kategori sedang hal ini dikarenakan masih banyak masyarakat yang tidak peduli dengan aspek regulasi yang dikeluarkan oleh

(7)

pemerintah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian. Bahkan tidak sedikit juga masyarakat yang tidak tahu sama sekali regulasinya. Hal inilah yang kemudian mengakibatkan masih adanya alih fungsi lahan di Kabupaten Sleman.

Variabel terakhir yaitu kesejahteraan petani dimana dalam deskripsi jawaban dari pertanyaan variabel kesejahteraan petani yang diberikan kepada responden. Nilai rata-rata variabel kesejahteraan petani yaitu 27,5 dan termasuk katagori kesejahteraan tinggi. Hal ini di karenakan adanya alih fungsi lahan pertanian tidak selalu berdampak buruk terhadap kesejahteraan petani, hal ini tergantung dari lahan dialih fungsikan menjadi bentuk apa.

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa lahan pertanian yang diubah menjadi rumah cenderung menurunkan tingkat pendapatan petani karena lahan yang awalnya dapat memenuhi kebutuhan pangan dan menyumbang sebagian dari pendapatan rumah tangga petani hilang, sedangkan jika diubah kepengunaan seperti ruko, kontrakan, dan kos-kosan dapat meningkatkan pendapatan karena peluang dari alih fungsi lahan tersebut. Dalam hal pangan sektor pertanian menyumbang 100% pemenuhan beras guna pangan keluarga petani, sedangkan dilihat dari sisi pendapatan hanya mempu menyumbang 20% - 30% bagi rumah tangga petani, kecilnya sumbangan sektor pertanian pada pendapatan rumah tangga petani disebabkan oleh kecilnya lahan garapan petani, hal ini disebabkan karena pendapatan petani didapat dari penjualan sisa gabah yang tidak digunakan rumah tangga petani untuk memenuhi pangan keluarganya jika lahan sawah mampu memenuhi pangan dan pendapatan petani maka dapat dipastikan alih fungsi lahan pertanian dapat dihindari.

Analisis Jalur

Tabel 2. Ringkasan Hasil Estimasi Parameter Model

Sumber: Analisis Data Primer

(8)

Gambar 1. Diagram Jalur Persamaan I & II

Pengujian Hipotesis Pertama (H1)

Berdasarkan hasil uji t hitung (uji parsial) maka diperoleh signifikansi variabel jumlah penduduk sebesar 0,003 yang lebih kecil dari nilai signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05, artinya terdapat pengaruh langsung antara variabel kependudukan dan alih fungsi lahan.

Variabel tenaga kerja memiliki nilai signifikansi 0,021 yang lebih kecil dari nilai signifikansi yang sudah ditetapkan yaitu 0,05 artinya terdapat pengaruh langsung antara tenaga kerja dan alih fungsi lahan. Variabel pendapatan memiliki signifikansi 0,008 yang lebih kecil dari nilai signifikansi yang sudah ditetapkan yaitu 0,05, artinya terdapat pengaruh langsung dan signifikan antara variabel pendapatan dan alih fungsi lahan. Variabel pengeluaran memiliki signifikansi 0,022 yang lebih kecil dari nilai signifikansi yang sudah ditetapkan yaitu 0,05, artinya terdapat pengaruh langsung dan signifikan antara variabel pengeluaran dan alih fungsi lahan. Variabel harga lahan memiliki signifikansi 0,011 yang lebih kecil dari nilai signifikansi yang sudah ditetapkan yaitu 0,05, artinya terdapat pengaruh langsung dan signifikan antara variabel harga lahan dan alih fungsi lahan. Dari pernyataan tersebut menunjukan jika hipotesis 1 dalam penelitian ini diterima. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk, tenaga kerja, pendapatan, pengeluaran, dan harga lahan berpengaruh terhadap alih fungsi lahan.

Hasil analisis data menyebutkan jika nilai koefisien regresi pada variabel jumlah penduduk sebesar -0,294 artinya terdapat pengaruh negatif antara variabel jumlah penduduk dan alih fungsi lahan. Apabila terjadi penurunan jumlah penduduk maka akan berpengaruh pada bertambahnya alih fungsi lahan. Hal ini karena jumlah penduduk yang semakin bertambah banyak, maka lahan yang tersedia semakin sedikit dan harganya yang cenderung mahal dan memungkinkan masyarakat akan memilih lokasi lain. Nilai koefisien regresi pada variabel tenaga kerja sebesar 0,239 artinya terdapat pengaruh positif antara tenaga kerja dan alih fungsi lahan. Apabila tenaga kerja bertambah maka kebutuhan akan pekerjaan juga akan semakin meningkat sehingga permintaan lahan untuk industri semakin banyak. Nilai koefisien pada variabel pendapatan sebesar -0,277 artinya pendapatan berpengaruh negatif

(9)

terhadap alih fungsi lahan. Apabila terjadi penurunan pendapatan maka akan berpengaruh pada bertambahnya alih fungsi lahan. Hal ini dikarenakan pendapatan dari sektor pertanian kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga petani memilih untuk mengalih fungsikan lahan nya untuk kos-kosan, ruko, kontrakan yang di anggap lebih bisa mencukupi kebutuhannya. Nilai koefisien regresi pada variabel pengeluaran sebesar 0,258 artinya terdapat pengaruh positif antara pengeluaran dan alih fungsi lahan. Apabila alih fungsi lahan terjadi maka pengeluaran untuk konsumsi akan semakin meningkat, hal ini dikarenakan masyarakat tidak mengolah lahan lagi sehingga harus membeli bahan pokok.

Nilai koefisien regresi pada variabel harga lahan sebesar 0,253 artinya harga lahan berpengaruh positif terhadap alih fungsi lahan. Apabila harga lahan yang ditawarkan meningkat, maka petani akan lebih memilih untuk menjual lahannya.

Pengujian Hipotesis Kedua (H2)

Berdasarkan hasil uji t hitung (uji parsial) maka diperoleh signifikansi variabel jumlah penduduk sebesar 0,001 yang lebih kecil dari nilai signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05, artinya terdapat pengaruh langsung antara variabel jumlah penduduk dan kesejahteraan petani. Variabel tenaga kerja memiliki nilai signifikansi 0,002 yang lebih kecil dari nilai signifikansi yang sudah ditetapkan yaitu 0,05 artinya terdapat pengaruh langsung antara tenaga kerja dan kesejahteraan petani. Variabel pendapatan memiliki signifikansi 0,004 yang lebih kecil dari nilai signifikansi yang sudah ditetapkan yaitu 0,05, artinya terdapat pengaruh langsung dan signifikan antara variabel pendapatan dan kesejahteraan petani. Variabel pengeluaran memiliki signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari nilai signifikansi yang sudah ditetapkan yaitu 0,05, artinya terdapat pengaruh langsung dan signifikan antara variabel pengeluaran dan kesejahteraan petani. Variabel harga lahan memiliki signifikansi 0,041 yang lebih kecil dari nilai signifikansi yang sudah ditetapkan yaitu 0,05, artinya terdapat pengaruh langsung dan signifikan antara variabel harga lahan dan kesejahteraan petani. Dari pernyataan tersebut menunjukan jika hipotesis 2 dalam penelitian ini diterima. Hal ini di karenakan jumlah penduduk, tenaga kerja, pendapatan, pengeluaran, dan harga lahan berpengaruh terhadap kesejahteraan petani.

Hasil analisis data menyebutkan jika nilai koefisien regresi pada variabel jumlah penduduk sebesar 0,340 artinya terdapat pengaruh positif antara variabel jumlah penduduk dan kesejahteraan petani. Akibat dari pertumbuhan penduduk tersebut menyebabkan kebutuhan lahan sebagai tempat tinggal, industri, dan usaha di luar bidang pertanian semakin meningkat, yang pada akhirnya menggeser penggunaan lahan sawah kepenggunaan lain

(10)

sehingga menciptakan peluang kerja baru dan dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat. Nilai koefisien regresi pada variabel tenaga kerja sebesar 0,319 artinya terdapat pengaruh positif antara tenaga kerja terhadap kesejahteraan petani. Apabila tenaga kerja meningkat maka penggunaan lahan untuk sektor pertanian semakin berkurang dan peluang usaha non pertanian akan lebih besar sehingga akan mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan. Nilai koefisien regresi pada variabel pendapatan sebesar 0,280 artinya terdapat pengaruh positif antara pendapatan dan alih fungsi lahan. Lahan pertanian hanya mampu menyumbang sebagian kecil dari pendapatan rumah tangga petani, karena hasil panen lebih banyak digunakan untuk konsumsi rumah tangga petani itu sendiri, sehingga petani perlu melakukan pekerjaan lain di luar usahatani. Pekerjaan di luar usahatani tersebut mampu menentukan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani. Dampak alih fungsi lahan pertanian pada pendapatan petani tidak selalu buruk hal ini tergantung dari lahan dialih fungsikan menjadi bentuk apa, dari hasil penelitian didapat bahwa lahan pertanian yang diubah menjadi rumah cenderung menurunkan tingkat pendapatan petani karena lahan yang awalnya dapat memenuhi kebutuhan pangan dan menyumbang sebagian dari pendapatan rumah tangga petani hilang, sedangkan jika diubah kepenggunaan seperti ruko dan kolam cenderung dapat meningkatkan pendapatan karena peluang dari alih fungsi lahan tersebut lebih baik dari sektor pertanian yang kurang elastis terhadapt pendapatan. Nilai koefisien regresi pada pengeluaran sebesar 0,376 artinya terdapat pengaruh positif antara pengeluaran dan kesejahteraan petani. Adanya alih fungsi lahan mempengaruhi tingkat pengeluaran konsumsi rumah tangga petani, dengan di alih fungsikan lahan yang merupakan penopang beras guna pangan keluarga petani. Petani harus mengeluarkan uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan beras sebagai makanan pokok keluarganya, di lain pihak petani yang bekerja sebagai pedagang dan PNS yang memiliki pendapatan cukup besar mampu menabung untuk kebutuhan darurat. Yang menandakan petani Kabupaten Sleman cukup sejahtera. Nilai koefisien regresi harga lahan sebesar 0,205 artinya terdapat pengaruh positif antara harga lahan dan kesejahteraan petani. Dengan harga lahan yang tinggi petani lebih memilih untuk menjual lahannya, dikarenakan pendapatan dari usahataninya kurang memenuhi kebutuhan hidup. Kemudian uang hasil menjual lahannnya tersebut digunakan untuk membuka usaha lain di luar sektor pertanian.

Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh variabel jumlah penduduk, tenaga kerja, pendapatan, pengeluaran, dan harga lahan memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap

(11)

kesejahteraan petani, yaitu melalui variabel alih fungsi lahan sebagai variabel intervening.

Hasil perhitungan menyatakan jika terdapat pengaruh tidak langsung variabel jumlah penduduk terhadap kesejahteraan petani yaitu sebesar -0,096, variabel tenaga kerja mempunyai pengaruh tidak langsung sebesar 0,78, variabel pendapatan memiliki pengaruh tidak langsung sebesar 0,090, variabel pengeluaran memiliki pengaruh tidak langsung sebesar 0,84 dan variabel harga lahan mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap kesejahteraan petani sebesar 0,82. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diartikan jika hipotesis 3 diterima yaitu jumlah penduduk, tenaga kerja, pendapatan, pengeluaran, dan harga lahan berpengaruh terhadap kesejahteraan petani melalui alih fungsi lahan.

Total pengaruh yang diberikan variabel jumlah penduduk terhadap kesejahteraan petani yaitu sebesar 0,244, total pengaruh yang diberikan variabel tenaga kerja terhadap kesejahteraan petani yaitu sebesar 1,099, total pengaruh yang diberikan variabel pendapatan terhadap kesejahteraan petani yaitu sebesar 0,19, total pengaruh yang diberikan variabel pengeluaran terhadap kesejahteraan petani yaitu sebesar 0,46, total pengaruh yang diberikan variabel harga lahan terhadap kesejahteraan petani yaitu sebesar 0,287.

Total pengaruh yang diberikan variabel jumlah penduduk, tenaga kerja, pendapatan, pengeluaran, dan harga lahan yaitu bertanda positif yang artinya bahwa pengaruh yang diberikan adalah pengaruh positif. Hal tersebut menunjukan bahwa alih fungsi lahan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Karena lahan yang digarap oleh petani relatif sempit dan tidak menguntungkan jika digunakan untuk menopang hidup maka petani memilih mengalih fungsikan lahan untuk kontrakan, rumah makan, kos-kosan, dan lain-lain.

KESIMPULAN

1. Jumlah penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap alih fungsi lahan. Tenaga kerja, pendapatan, pengeluaran, dan harga lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap alih fungsi lahan.

2. Jumlah penduduk, tenaga kerja, pendapatan, pengeluaran, dan harga lahan perpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan petani.

3. Jumlah penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesejahteraan petani melalui alih fungsi lahan, tenaga kerja, pendapatan, pengeluaran, dan harga lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan petani melalui alih fungsi lahan.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Ritohardoyo, S. 2013. Penggunaan dan Tata Guna Lahan. Ombak: Yogyakarta.

Dewi, I, A, L dan I. M. Sarjana. 2015. Faktor-faktor Pendorong Alih Fungsi Lahan Sawah Menjadi Lahan Non Pertanian. Jurnal Menejemen Agribisnis.3 (2): 163–171.

Santosa, I.G.N., dkk. 2011. Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah Terhadap Ketahanan Pangan Beras. Skripsi. Faperta Universitas Bengkulu. Bengkulu.

Ridwan, Ita Rustianti. 2009. Faktor-faktor Penyebab dan Dampak Konversi Lahan Pertanian. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia Serang. Banten

Tirtana, Guntur Aga. 2020. Tekan Alih Fungsi Lahan Untuk Lindungi Petani.

http://yogyakarta.radarjogja.com.

Bonawati, E. dan Sriyanto. 2013. Geografi Pertanian Yogyakarta. Ombak: Yogyakarta.

Hendrawan, Fajar Januar. 2016. Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Kawasan Perumahan Terhadap Pendapatan Petani Dusun Puncel, Desa Deket Wetan, Lamongan. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Semarang

Referensi

Dokumen terkait

Tingginya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam penerapan teknologi rigasi tetes emiter tali pada budidaya semangka karena mereka sudah terbiasa melalukan

Menurut Ali dan Asrori. 2015:69-72 ada sejumlah faktor yang dalam kematangan emosional yaitu: 1) Perubahan Jasmani. Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan

Tidak berpengaruhnya perlakuan yang diberikan terhadap karkas yang dihasilkan diduga karena senyawa benzopiren yang terkandung dalam asap cair belum

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perlakuan D (penambahan vitamin mix 3 % dari jumlah pakan) memberikan hasil terbaik untuk

Pada penelitian terdahulu (Sukrawa, 2015) sudah dilakukan validasi model RDP berlubang WO4 dan menunjukkan hasil yang serupa dengan WO3 yaitu model dengan

Hal ini diharapkan akan membantu dalam mengajak para penikmat rupa melihat karya ekspresi klimaks sebagai suatu karya yang estetik dan artistik, mengajak

Misalkan panwas, kami harus mendapatkan persetujuan dari Bawaslu, Yang Mulia dan terkait dengan sekda juga, kami berharap Mahkamah sendiri memanggil, sebagaimana