• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Komunikasi Matematis

Komunikasi merupakan instrumen penting yang selalu dilakukan manusia dalam kehidupannya, begitupun dalam dunia pendidikan. Pada dasarnya manusia tidak mampu hidup sendiri sehingga sosialisasi menjadi hal penting. Sosialisasi di sini memaksa manusia untuk berinteraksi setiap harinya tanpa jeda. Dalam dunia pendidikan komunikasi adalah cara seorang pendidik dalam menyampaikan sebuah materi pelajaran kepada siswa.Komunikasi mewujudkan tujuan pendidikan yaitu memahamkan siswa. Siswa menjadi mudah menerima materi yang diajarkan oleh pendidik.

National Council of Teacher Mathematics (NCTM, 2000) menyebutkan bahwa

kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu bagian dalam standar proses pembelajaran matematika. Permendikbud No. 21 Tahun 2016 juga mencantumkan salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan matematika dengan jelas dan efektif.

Hal ini sejalan dengan NCTM (Ansari dalam Rangkuti dan Fitriani: 2019) mengemukakan matematika sebagai alat komunikasi merupakan pengembangan Bahasa dan simbol-simbol untuk mengkomunikasikan ide-ide matematis secara lisan dan tulisan.

Menurut Swastika (Ariesta dan Awalludin: 2021) terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan acuan dalam mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa, diantaranya:

(2)

a. Menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide matematika.

b. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis, secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar.

c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematik.

d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

e. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.

Menurut Maudi (Melinda dan Zainil: 2020) mengemukakan indikator kemampuan komunikasi, sebagai berikut:

1. Menulis matematis, pada indikator ini siswa diharapkan untuk dapat menuliskan keterangan dari jawaban permasalahan secara matematika, logis, mudah dipahami serta tekumpul secara terstruktur.

2. Mendeskripsikan secara matematika, pada indikator ini siswa dituntut agar dapat melukiskan gambar, diagram, dan tabel secara lengkap dan benar.

3. Ekspresi matematis, pada indikator ini siswa diminta agar mampu untuk mepraktekkan permasalahan matematika secara benar, kemudian melakukan perhitungan atau mencarikan solusi dari permasalahan secara lengkap dan benar.

Indikator pada kemampuan komunikasi yang dikemukan oleh Soemarmo (Rahmawati et.al: 2019), antara lain:

1. Menyatakan benda-benda nyata, situasi dan peristiwa sehari-hari ke dalam bentuk model matematika (gambar, tabel, diagram, grafik, aljabar).

(3)

2. Menjelaskan ide, dan model matematika (gambar, tabel, diagram, grafik, aljabar) ke dalam bahasa biasa.

3. Menjelaskan serta membuat pertanyaan matematika yang dipelajari.

4. Mendengar, menulis kemudian berdiskusi tentang matematika.

5. Membaca dengan pemahaman suatu prestasi tertulis.

6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi.

7. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang dipelajari.

Adapun indikator kemampuan komunikasi matematis yang akan digunakan dalam penelitian ini yang dikemukakan oleh Swastika (Ariesta dan Awalludin:

2021), terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan acuan dalam mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa, diantaranya:

a. Menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide matematika.

b. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar.

c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematis.

d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

e. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.

B. Model Project-Based Learning (PjBL)

Model pembelajaran berbasis proyek (PjBL) merupakan suatu metode pengajaran yang mendorong siswa untuk mendapatkan pengetahuan baru dengan berdasarkan pengalaman dengan beraktifitas secara nyata (Wahyuni dan Fitriana:

2021). Selanjutnya, Ardianti (Rangkuti dan Fitriani: 2019) menyebutkan bahwa

(4)

PjBL adalah pembelajaran yang memberi kesempatan kepada guru/dosen sebagai manajer dalam pembelajaran dengan kerja proyek. Berdasarkan definisi terkait PjBL maka pendekatan ini diperkirakan mampu meningkatkan kemampuan dari komunikasi matematis. Pernyataan ini sejalan dengan Nurfitriyanti (Rangkuti dan Fitriani: 2019) yang menyebutkan bahwa pendekatan PjBL sebagai salah satu tawaran dalam rangka pengembangan kemampuan siswa untuk membuat perencanaan, melakukan komunikasi, menyelesaikan permasalahan dan membuat keputusan secara tepat.

Menurut Shofatun, dkk, (Fatnah et.al, 2021: 17) pembelajaran berbasis proyek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pertanyaan atau pengajuan masalah yang berorientasi pada situasi kehidupan nyata yang asli dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi.

2. Fokus pada hubungan antar disiplin ilmu, sehingga disiplin ilmu yang satu dapat dikaitkan dengan disiplin ilmu lainnya.

3. Investigasi atau penyelidikan yang asli sehingga dapat dipercaya, mengharuskan siswa untuk mencari penyelesaian yang nyata terhadap masalah yang ada.

4. Produk/karya nyata atau artefak, laporan, model dan peragaan yang dihasilkan dapat menjelaskan atau mewakili bentuk masalah yang mereka temukan.

Langkah-langkah pembelajaran PjBL, meliputi:

1. Menentukan pertanyaan dasar.

2. Membuat desain proyek.

(5)

3. Menyusun penjadwalan.

4. Memonitor kemajuan proyek.

5. Penilaian hasil.

6. Evaluasi pengalaman.

Adapun kelebihan Model PjBL menurut Daryanto (Melinda dan Zainil: 2020) yaitu:

1. Dapat menumbuhkan stimulus belajar siswa.

2. Dapat menumbuhkan keterampilan penyelesaian masalah.

3. Dapat menjadikan siswa menjadi lebih giat dan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang rumit.

4. Dapat menciptakan terjadinya kerja sama antar siswa.

5. Dapat memotivasi siswa untuk bisa membangun dan menerapkan kemampuan komunikasi.

6. Dapat menumbuhkan kemapuan siswa dalam mengolah bahan pembelajaran.

7. Dapat membagikan pengetahuan kepada siswa dalam pembelajaran dan implemetasi dalam mengkonstruksi proyek.

8. Dapat menjadikan lingkungan belajar menjadi mengasyikkan, sehingga siswa ataupun guru dapat menikmati proses pembelajaran.

C. Pembelajaran Ekspositori

Pembelajaran ekspositori merupakan suatu strategi pembelajaran pembelajaran yang proses penyampaian materi pelajaran dilakukan secara verbal dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi secara optimal. Dengan penguasaan siswa secara optimal akan mengarahkan siswa pada proses berpikir yang lebih mendalam

(6)

yang memacu pada aspek kemampuan menyelesaikan soal. Kemampuan siswa dalam menguasai materi secara optimal juga akan berpengaruh pada proses perencanaan siswa dalam mengerjakan soal, memantau strategi yang digunakan dan mengevaluasi hasil penyelesaian. Dalam strategi pembelajaran ekspositori guru dituntut menguasai materi pelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai agar siswa dapat memahami materi dengan sepenuhnya. Faktor kesiapan siswa juga harus diperhatikan dalam strategi ekspositori, mengingat strategi pembelajaran ekspositori memiliki prinsip kesiapan, artinya siswa harus siap secara fisik dan psikis dalam menerima pelajaran sedemikian sehingga materi pelajaran yang diperoleh siswa dapat dikembangkan oleh siswa yang menuntut kehirarkisan materi tersebut.

Menurut Sanjaya (Gusvarini et.al, 2017: 157) Langkah-langkah dalam menerapkan pembelajaran ekspositori yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Persiapan (Preparation)

Langkah ini berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran.

2. Penyajian (Presentation)

Langkah penyajian merupakan langkah penyampaian materi yang telah dipersiapkan.

3. Korelasi (Correlation)

Langkah korelasi merupakan langkah dimana menghubungkan antara materi dan pengalaman siswa atau hal lainnya yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitan dalam struktur pengetahuan yang dimilikinya.

(7)

4. Menyimpulkan (Generalization)

Langkah menyimpulkan merupakan langkah untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disajikan.

5. Mengaplikasikan (Application)

Langkah aplikasi ini dilakukan untuk melihat kemampuan siswa setelah menerima penjelasan dari guru.

D. Teori Yang Mendasari Model Project-Based Learning

Model pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menggunakan suatu proyek atau suatu kegiatan sebagai medianya (Daryanto dalam Fatnah et.al: 2021). Oleh karena itu model pembelajaran berbasis proyek atau biasa dikenal Project-Based Learning (PjBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang membuat siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan inovatif. Hal ini dikarenakan siswa dituntut untuk merancang suatu proyek sendiri dengan menyusun kelompok kecil, kemudian menghasilkan suatu produk yang akhirnya dipresentasikan di depan siswa lainnya dan dilakukan tanya jawab dengan mendiskusikan permasalahan yang berhubungan dengan produk yang disajikan.

Menurut Shymansky (Suparlan: 2019) mengatakan konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana siswa membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari, dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dimilikinya. Pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) yaitu metode pembelajaran yang mengacu pada filosofi konstruktivisme. Pengetahuan yang dihasilkan dari filosofi tersebut adalah konstruksi kognitif melalui aktivitas siswa yang melibatkan

(8)

keterampilan dan sikap ilmiah, sehingga siswa dapat mengonstruksi pengetahuannya sendiri dan belajar melalui pengalaman yang nyata. Pembelajaran kerja proyek berisi tugas-tugas yang kompleks berdasarkan permasalahan yang menantang, sehingga menimbulkan pertanyaan dan menuntut siswa untuk merancang, kemudian memecahkan masalah, lalu membuat keputusan, kemudian melakukan penyelidikan atau percobaan sendiri, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk bekerja secara lebih mandiri (Shofatun et.al dalam Fatnah et.al:

2021).

E. Kerangka Berpikir

Keberhasilan kegiatan pembelajaran sangat tergantung pada efektivitas proses komunikasi yang berlangsung. Pembelajaran yang baik dan efektif akan memberikan ruang dan kesempatan kepada anak untuk belajar lebih aktif dan menggali rasa ingin tahunya melalui kemampuan dan potensinya. Oleh karena itu, menetapkan strategi komunikasi dalam proses belajar mengajar merupakan kunci utama keberhasilan proses belajar mengajar, dan juga merupakan metode antara guru dan siswa. Siswa tidak berperan aktif di dalam kelas, dan sulit untuk menumbuhkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman matematika, membaca notasi matematika, ketidaksesuaian metode, dan ketidakmauan siswa untuk bertanya.

Dari permasalahan di atas dibutuhkan solusi model pembelajaran yang melatih siswa dalam berkomunikasi yang digunakan oleh guru di kelas, yakni model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). Salah satu model

(9)

pembelajaran yang tepat adalah model Project-Based Learning (PjBL) yaitu pada model pembelajaran ini siswa dituntut untuk dapat memecahkan masalah mengerjakan proyek yang diberikan oleh guru.

(10)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model Project-Based Learning (PjBL) lebih baik

daripada siswa yang

memperoleh dengan

pembelajaran ekspositori Kondisi awal

/masalah

Rendahnya kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran. Sehingga siswa pasif dalam proses pembelajaran

Faktor

Penyebab Siswa kurangnya pemahaman matematika, membaca notasi matematika, dan ketidakmauan siswa untuk bertanya sehingga kurangnya komunikasi dalam pembelajaran matematika

Tindakan /solusi

Model pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Center) yaitu model Project- Based Learning (PjBL)

Siswa terlibat aktif dalam aktivitas penyelesaian proyek bertugas didalam kelompok

Siswa melakukan evaluasi mengenai proyek dan di presentasikan di depan guru dan teman-temannya Siswa melakukan penyelidikan dalam rangka

menyelesaikan masalah (proyek) Kondisi

akhir

(11)

F. Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yang menunjukkan keberhasilan model Project-Based Learning (PjBL) diantaranya,Putri et al . (2019) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Mahasiswa Melalui Inovasi Pembelajaran Berbasis Proyek”. Hasil penelitian yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada mahasiswa yang mendapatkan inovasi pembelajaran berbasis proyek lebih baik daripada mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional ditinjau secara keseluruhan, kelompok PAM sedang dan rendah. Hal ini berarti bahwa inovasi pembelajaran berbasis proyek memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis mahasiswa. Dengan kata lain, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inovasi pembelajaran berbasis proyek secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dibandingkan pembelajaran konvensional.

Menurut Lusiana et al. (2019) dengan judul “pengaruh project-based learning berbasis media interaktif terhadap kemampuan komunikasi matematis”. Dengan Hasil analisis didapatkan koefisien determinasi 𝑟2𝑥𝑦 sebesar 0.770 yang berarti Project-Based Learning berbasis media interaktif dapat mempengaruhi

kemampuan komunikasi matematis mahasiswa sebesar 77%. Hal tersebut menunjukkan bahwa selain Project-Based Learning berbasis media interaktif masih ada 23% dari faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis mahasiswa. Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa beberapa faktor yang lain yang mempengaruhi kemampuan

(12)

komunikasi matematis seseorang diantaranya adalah self-efficacy, kepercayaan diri, kemampuan penalaran matematis, dan. Hal tersebut diperkuat oleh (Hendriana &

Kadarisma, 2019) yang menyatakan bahwa self-efficacy memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan komunikasi matematis. Untuk menunjang terciptanya kemampuan komunikasi matematis yang baik, rasa percaya diri penting untuk dimiliki oleh seseorang (Putri, Dwijayanto, & Sugiman, 2017).

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan kajian pustaka yang telah dipaparkan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model Project-Based Learning (PjBL) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori.

Referensi

Dokumen terkait

Subjek yang akan diteliti adalah masyarakat di Surabaya yang merupakan penonton program acara “Pojok Kampung”, sedangkan objek yang diteliti adalah penerimaan

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

(1) Setelah penatalaksanaan di rumah sakit atau rumah sakit jiwa, ODGJ yang kondisi  akutnya sudah  teratasi  dan  dalam  kondisi  stabil

Hal ini sesuai dengan pendapat Stein (dalam Yuniarti 2002) kehidupan lajang adalah kehidupan pria dan wanita yang belum menikah, yang tidak terlibat dalam hubungan homoseksual

metode kualitatif karena dalam melakukan penelitian ini peneliti ingin.. mendengar dan melihat langsung gambaran subyektif dari

a) Kepolisian. Tugas pokok institusi penegak hukum kepolisian adalah memelihara keamanan, menegakkan hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan

Lontiok Kabupaten Kampar Riau (Analisis Semiotika Roland Barthes Mengenai. Makna Simbol Rumah Lontiok di Desa Ranah Air Tiris

Berdasarkan hasil evaluasi persyaratan administrasi terdapat 1 (satu) peserta lelang yang tidak memenuhi persyaratan administrasi yaitu : CV.DWINIKA, pada ada 2 (dua) SURAT