• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur kalimat, struktur paragraf, dan pola pengembangan paragraf dalam wacana perundang-Undangan tentang pendidikan tahun 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Struktur kalimat, struktur paragraf, dan pola pengembangan paragraf dalam wacana perundang-Undangan tentang pendidikan tahun 2014."

Copied!
348
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Istiqomah, Novie Lita. 2016. Struktur Kalimat, Struktur Paragraf, dan Pola

Pengembangan Paragraf dalam Wacana Perundang-Undangan

Tentang Pendidikan Tahun 2014. Skripsi. Yogyakarta: Program

Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma.

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini struktur kalimat, struktur

paragraf, dan pola pengembangan wacana perundang-undangan bidang

Pendidikan tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan struktur

kalimat, struktur paragraf, dan pola pengembangan paragraf yang digunakan

dalam wacana perundang-undangan bidang pendidikan tahun 2014.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode

pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dengan menggunakan

teknik dasar sadap, teknik lanjutan catat, dan teknik lanjutan rekam. Metode

analisis data yang digunakan adalah metode agih dengan teknik bagi unsur

langsung (BUL), teknik triangulasi, dan teknik analisis deskriptif.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 12 struktur kalimat, K-S-O,

P-O

1

-O

2

-O

3

-O

4

-O

5

-O

6

-O

7

, P; P-O, S-P-K, K-P-O-K, P-K-Pel., K-S-P, S-P-Pel., S-P,

K-P-Pel.-P-K-K, K-S-P-O, S-P-O, S-P-O-P-K, dan S-P-Pel.-K. Struktur

paragrafnya adalah P1= kalimat topik, P2= kalimat topik+kalimat pengembang,

dan P3= kalimat pengembang. Pola pengembangan paragraf yang digunakan

adalah pola pengembangan paragraf definisi dan pola pengembangan paragraf

pemerincian.

Kata Kunci: Peraturan menteri, struktur kalimat, struktur paragraf, pola

(2)

ABSTRACT

Istiqomah, Novie Lita. 2016. Sentence Structure, Paragraph Structure and

Pattern Development of The Legislation Discourse on Education

year 2014. Sanata Dharma University. Yogyakarta: Indonesian

Language Literary Education Study Program, Department of

Language Education and Art, Faculty of Teachers Training and

Education, Sanata Dharma University.

The problems raised in this research are sentence structure, paragraph

structure, and pattern development of legislation discourse on Education year

2014. The aims of this research are to explain sentence structure, paragraph

structure, and paragraph pattern development applied in legislation discourse on

Education year 2014.

This research is a type of qualitative in the form of descriptive research.

Data gathering are listening method used were the basic technique of tapping,

advanced techniques log, and advanced techniques record. The data analysis is

agih methods with bagi unsur langsung techniques (BUL), triangulation

technique, and descriptive analysis techniques.

The result of the research showed 12 sentence structures, which were

K-S-P-O, P-O

1

-O

2

-O

3

-O

4

-O

5

-O

6

-O

7

, P; P-O, K, K-P-O-K, P-K-Pel., K-S-P,

S-P-Pel., S-P, K-P-Pel.-P-K-K, K-S-P-O, S-P-O, S-P-O-P-K, dan S-P-Pel.-K. The

paragraph structures were P1= topic sentence, P2= sentence topic+ sentence

developer, and P3= sentence developer. The paragraph pattern development used

were paragraph definition development pattern and paragraph detailed

development pattern.

(3)

i

STRUKTUR KALIMAT, STRUKTUR PARAGRAF,

DAN POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF

DALAM WACANA PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG

PENDIDIKAN TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Novie Lita Istiqomah

121224025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan sebagai tanda syukur dan terima kasih kepada:

1.

Allah SWT yang telah memberi kesehatan, kelancaran dan kehendak-Nya

sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

2.

Bapak dan Ibuku tercinta dan tersayang, Samiyo dan Lilis Eni Rokhimah

yang selama ini selalu memberikan doa, restu, kasih sayang, motivasi, dan

kepercayaan.

3.

Adik tersayang, Maylisa Audry Istiqomah yang selama ini selalu memberikan

doa, semangat, dan dukungan.

(7)

v

MOTTO

“Sabar dan Ikhlas.”

-G.A.-

“Kunci utama untuk meraih kesuksesan adalah kerja keras, pantang menyerah,

dan doa.”

-Bapak-

“Berbahagialah orang yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka ka

rena

usahanya sendiri, dan maju karena pengalamannya sendiri.”

(8)
(9)
(10)

viii

ABSTRAK

Istiqomah, Novie Lita. 2016. Struktur Kalimat, Struktur Paragraf, dan Pola

Pengembangan Paragraf dalam Wacana Perundang-Undangan

Tentang Pendidikan Tahun 2014. Skripsi. Yogyakarta: Program

Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini struktur kalimat, struktur

paragraf, dan pola pengembangan wacana perundang-undangan bidang

Pendidikan tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan struktur

kalimat, struktur paragraf, dan pola pengembangan paragraf yang digunakan

dalam wacana perundang-undangan bidang pendidikan tahun 2014.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode

pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dengan menggunakan

teknik dasar sadap, teknik lanjutan catat, dan teknik lanjutan rekam. Metode

analisis data yang digunakan adalah metode agih dengan teknik bagi unsur

langsung (BUL), teknik triangulasi, dan teknik analisis deskriptif.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 12 struktur kalimat, K-S-O,

P-O

1

-O

2

-O

3

-O

4

-O

5

-O

6

-O

7

, P; P-O, S-P-K, K-P-O-K, P-K-Pel., K-S-P, S-P-Pel., S-P,

K-P-Pel.-P-K-K, K-S-P-O, S-P-O, S-P-O-P-K, dan S-P-Pel.-K. Struktur

paragrafnya adalah P1= kalimat topik, P2= kalimat topik+kalimat pengembang,

dan P3= kalimat pengembang. Pola pengembangan paragraf yang digunakan

adalah pola pengembangan paragraf definisi dan pola pengembangan paragraf

pemerincian.

Kata Kunci: Peraturan menteri, struktur kalimat, struktur paragraf, pola

(11)

ix

ABSTRACT

Istiqomah, Novie Lita. 2016. Sentence Structure, Paragraph Structure and

Pattern Development of The Legislation Discourse on Education

year 2014. Sanata Dharma University. Yogyakarta: Indonesian

Language Literary Education Study Program, Department of

Language Education and Art, Faculty of Teachers Training and

Education, Sanata Dharma University.

The problems raised in this research are sentence structure, paragraph

structure, and pattern development of legislation discourse on Education year

2014. The aims of this research are to explain sentence structure, paragraph

structure, and paragraph pattern development applied in legislation discourse on

Education year 2014.

This research is a type of qualitative in the form of descriptive research.

Data gathering are listening method used were the basic technique of tapping,

advanced techniques log, and advanced techniques record. The data analysis is

agih methods with bagi unsur langsung techniques (BUL), triangulation

technique, and descriptive analysis techniques.

The result of the research showed 12 sentence structures, which were

K-S-P-O, P-O

1

-O

2

-O

3

-O

4

-O

5

-O

6

-O

7

, P; P-O, K, K-P-O-K, P-K-Pel., K-S-P,

S-P-Pel., S-P, K-P-Pel.-P-K-K, K-S-P-O, S-P-O, S-P-O-P-K, dan S-P-Pel.-K. The

paragraph structures were P1= topic sentence, P2= sentence topic+ sentence

developer, and P3= sentence developer. The paragraph pattern development used

were paragraph definition development pattern and paragraph detailed

development pattern.

Keywords: minister policy, sentence structure, paragraph structure, paragraph

pattern development

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rohmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan yang berjudul

Struktur Kalimat, Struktur Paragraf, dan Pola Pengembangan Paragraf Dalam

Wacana Perundang-Undangan Tentang Pendidikan Tahun 2014

dengan tepat

waktu. Tugas akhir dalam bentuk skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu

syarat untuk menyelesaikan studi strata satu dan memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD)

Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai tepat waktu atas

bantuan dari berbagai pihak yang selalu memberikan dukungan dan bimbingan

dalam proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1.

Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

2.

Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

(13)

xi

berbagai saran dan kritikan yang sangat berharga bagi penulis dari proses

awal hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4.

Galih Kusumo, S. Pd., M.Pd., selaku triangulator data pertama yang dengan

sabar dan sangat teliti dalam melakukan triangulasi data.

5.

Dr. Y. Karmin. M.Pd., selaku triangulator data kedua yang dengan sabar dan

sangat teliti dalam melakukan triangulasi data.

6.

Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan dukungan, ilmu dan

pengalaman selama proses perkuliahan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

7.

R. Marsidiq, selaku karyawan di Sekretariat Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan

berbagai bantuan layanan administrasi.

8.

Heri Sabto Widodo, S.H., yang telah bersedia melakukan wawancara dengan

peneliti.

9.

Bapak dan Ibuku tercinta dan tersayang, Samiyo dan Lilis Eni Rokhimah

yang selama ini selalu memberikan doa, restu, kasih sayang, motivasi, dan

kepercayaan.

10.

Adik tersayang, Maylisa Audry Istiqomah yang selama ini selalu memberikan

doa, semangat, dan dukungan.

(14)

xii

12.

Teman-teman seperjuangan tersayang, Adven Desi, Cicik, Lena, Neti,

Herning, Iwed, Tyas, Indah, Tito, Didi, Jibon, Mbak Ira, Anita, Ayu, Reni,

Vidam, Viyanto, Resti, Sikot, dan Winda.

13.

Teman-teman PBSI kelas A, B, dan C yang tidak dapat disebutkan satu

persatu atas doa, motivasi, dan semangat yang diberikan selama ini.

14.

Seluruh keluarga atas doa dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan skripsi dalam

penulisan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.

Yogyakarta, 21 Mei 2016

Penulis

(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iv

MOTTO...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...vii

ABSTRAK...viii

ABSTRACT...ix

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xv

DAFTAR BAGAN...xvi

BAB I PENDAHULUAN...1

A.

Latar Belakang Masalah...1

B.

Rumusan Masalah...3

C.

Tujuan Penulisan...4

D.

Manfaat Penulisan...4

E.

Batasan Istilah...5

F.

Sistematika Penyajian...6

(16)

xiv

A.

Peneltian yang relevan...9

B.

Kalimat...11

C.

Paragraf...25

D.

Variasi Bahasa...49

E.

Diksi...57

F.

Bahasa Hukum Indonesia...60

G.

Kerangka Berpikir...66

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...70

A.

Jenis Penelitian...70

B.

Sumber Data...71

C.

Metode dan Teknik Pengumpulan Data...72

D.

Metode dan Teknik Analisis Data...73

E.

Triangulasi...75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...76

A.

Deskripsi Data...76

B.

Analisis Data...79

C.

Pembahasan...91

BAB V PENUTUP...116

A.

Kesimpulan...116

B.

Saran...117

DAFTAR PUSTAKA...119

LAMPIRAN

……

...

………..120

(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

(18)

xvi

DAFTAR BAGAN

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos (1967) dalam bukunya

The Five Clock membagi variasi bahasa atas lima macam, yaitu gaya atau

ragam beku (frozen), gaya atau ragam resmi (formal), gaya atau ragam usaha

(konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), dan gaya atau ragam akrab

(intimate) (Chaer, Abdul dan Leonie Agustina, 2004: 70). Bahasa yang

digunakan dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia adalah bahasa

hukum Indonesia. Bahasa hukum Indonesia adalah bagian dari bahasa

Indonesia sehingga dalam penulisannya tetap tunduk pada kaidah-kaidah

penulisan yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Bahasa hukum Indonesia

termasuk gaya atau ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan

secara mantap dan tidak boleh berubah. Susunan kalimat dalam bahasa hukum

Indonesia biasanya panjang-panjang dan bersifat kaku.

(20)

2

“Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembar Negara Republik

Indonesia”

(kalimat penutup pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

).

Struktur kalimat di atas belum memenuhi kaidah bahasa

perundang-undangan yang mengacu kaidah bahasa tulis baku. Dilihat dari jumlah

klausanya, kalimat tersebut merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan

urutan, klausa bawahan diikuti klausa utama. Struktur tersebut tidak gramatikal

karena tidak hadirnya unsur subjek pada klausa utama dan klausa bawahannya

mengandung subjek, yaitu setiap orang.

Menurut Hadikusuma (2013: 3), bahasa hukum adalah bahasa aturan dan

peraturan yang bertujuan untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan serta

mempertahankan kepentingan umum dan kepentingan pribadi di dalam

masyarakat. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan untuk

membuat peraturan perundang-undangankarena bahasa Indonesia termasuk

bahasa nasional negara Indonesia dan bahasa resmi yang digunakan dalam

menjalankan roda pemerintahan negara. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 36

Undang-

Undang Dasar 1945 bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.

Maka dari itu, bahasa yang digunakan untuk membuat peraturan

perundang-undangandisebut Bahasa Hukum Indonesia.

(21)

bahasa seseorang dapat mengutarakan keinginan dan pikirannya. Penyebab lain

dari kesulitan masyarakat pada umumnya untuk memahami bahasa hukum

adalah adanya istilah-istilah hukum yang diambil atau disadur dari bahasa

asing (Belanda). Terjadinya masukan istilah-istilah asing ke dalam bahasa

Indonesia sudah berlaku sejak masuknya agama Hindu dan Islam, kemudian

masuknya orang-orang Eropa terutama Belanda yang menjajah Indonesia

selama tiga setengah abad. Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat untuk

memahami dan mengerti bahasa hukum yang digunakan dalam

perundang-undangan.

Setelah memaparkan permasalahan di atas, peneliti meneliti struktur

kalimat dan struktur paragraf serta pola pengembangannya pada peraturan

perundang-undangan. Penelitian ini secara khusus membahas 10 Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tentang Pendidikan Tahun 2014.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,

maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1.

Apa sajakah struktur kalimat yang digunakan dalam wacana

perundang-undangan tentang pendidikan tahun 2014?

2.

Apa sajakah struktur paragraf yang digunakan dalam wacana

perundang-undangan tentang pendidikan tahun 2014?

(22)

4

C.

Tujuan Penulisan

Penelitian ini bertujuan untuk sebagai berikut:

1.

Mendeskripsikan struktur kalimat yang digunakan dalam wacana

perundang-undangan tentang pendidikan tahun 2014.

2.

Mendeskripsikan struktur paragraf yang digunakan wacana dalam

perundang-undangantentang pendidikan tahun 2014.

3.

Mendeskripsikan pola pengembangan paragraf yang digunakan dalam

wacana perundang-undangan tentang pendidikan tahun 2014.

D.

Manfaat Penulisan

(23)

E.

Batasan Istilah

Dalam penelitian ini ada beberapa istilah dalam pengertiannya perlu

dibatasi. Pembatasan istilah ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan

pengertian

atau

kesalahan

penafsiran.

Istilah-istilah

yang

dibatasi

pengertiannya adalah sebagai berikut.

1. Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan,

yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, dkk., 2010:317).

2. Paragraf

Paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang

merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran

pokok yang tersirat dalam keseluruhan paragraf (Tarigan, 1987: 11).

3. Variasi bahasa

Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan

oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan

interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam (Chaer, 2004: 61).

4. Peraturan perundang-undangan dan peraturan menteri

(24)

6

wewenangnya dengan berdasarkan dan bersumber kepada

perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya.

5.Pola pengembangan paragraf

Menurut Chaer (2011: 88), yang dimaksud dengan pengembangan

paragraf adalah pemberian keterangan-keterangan tambahan dalam bentuk

kalimat-kalimat penjelas atau kalimat pengembang terhadap ide pokok yang

terdapat pada kalimat pokok.

F.

Sistematika Penyajian

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II ini diuraikan dengan ringkas penelitian terdahulu yang

relevan, pembahasan tentang kalimat, paragraf, variasi bahasa dan bahasa

perundang-undangan di Indonesia.

A. Penelitian yang Relevan

Peneliti menemukan tiga penelitian terdahulu. Penelitian pertama

dilakukan oleh Melody Violine pada Desember 2008 dalam bentuk skripsi.

Judul yang ia ambil adalah Bahasa Hukum Indonesia dalam Berita Acara

Pemeriksaan, Sebuah Tinjauan Keefektifan Kalimat. Penelitian ini dilakukan

dengan metode deskriptif kualitatif. Temuan dari penelitian yang dilakukan

oleh Melody Violine (2008) adalah ketidakefektifan bahasa hukum. Masalah

yang ditemukan oleh peneliti adalah peneliti mengalami kesulitan dalam

menganalisis Berita Acara Pemeriksaan (BAP) karena BAP terdapat beberapa

kalimat yang tidak efektif secara gramatikal, kekeliruan ejaan, kesalahan

penempatan tanda baca, penulisan kata serapan, dan hampir semua paragraf

hanya terdiri dari satu kalimat.

(26)

10

yang berfokus pada segi-segi bahasa dalam upaya menemukan pola-pola atau

kaidah-kaidah yang bersifat mengatur di dalam bahasa dengan model

kualitatif. Temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Eka Dian Savitri

(2011) adalah mendeskripsikan istilah khusus, kalimat, dan fungsi penggunaan

bahasa KUH Perdata. Masalah yang ditemukan oleh peneliti adalah peneliti

mengalami kesulitan dalam menentukan karakteristik penggunaan istilah dan

karakterisik penggunaan kalimat. KUH Perdata mencakup kosakata pinjaman

dari bahasa Belanda, bahasa Perancis, bahasa Latin, bahasa Portugal, bahasa

Inggris, bahasa Arab, bahasa Sansekerta, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Jawa

Modern, serta bahasa Minangkabau. Isitlah-istilah khusus KUH Perdata

sebagian besar merupakan bentuk paduan leksem dengan makna khusus yaitu

makna yang terjadi akibat spesialisasi lingkungan penggunaan bahasa di

bidang hukum perdata. Hal ini menyebabkan beberapa istilah mengalami

kemiripan bentuk dan makna akibat adanya spesialisasi makna lingkungan.

Peneliti juga menemukan kerancuan dan ketidakjelasan informasi hukum

dalam KUH Perdata karena penggunaan kalimat yang panjang dengan banyak

keterangan dan klausa dan penggunaan kata penghubung rangkap.

Penelitian ketiga pernah dilakukan oleh Galih Puji Haryanto pada Januari

2015 dalam bentuk skripsi. Judul yang ia ambil adalah Analisis Struktur

Kalimat dan Struktur Paragraf serta Pola Pengembangannya Pada Wacana

Undang-Undang Tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan metode

(27)

paragraf serta pola pengembangannya yang terdapat pada lima Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013. Masalah yang ditemukan

oleh peneliti adalah kesulitan dalam menentukan fungsi sintaksis dalam

kalimat karena kalimat yang digunakan sangat bertele-tele dan strukturnya

tidak jelas. Selain itu peneliti juga menjumpai masalah dalam menentukan

struktur paragraf dan pola pengembangannya karena paragraf yang

dikembangkan pada peraturan menteri berbeda dengan paragraf lazimnya

dalam bahasa Indonesia.

B.Kalimat

1.

Pengertian Kalimat

(28)

12

pokok itu dapat dilengkapi lagi dengan objek, komplemen atau pelengkap,

dan keterangan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut berkaitan dengan

pengertian kalimat, peneliti menyimpulkan bahwa kalimat adalah satuan

gramatik yang mengungkapkan pikiran yang utuh baik dalam wujud lisan

maupun tulisan.

2.

Bagian-bagian Kalimat

Menurut Alwi, dkk (2010: 318), dilihat dari segi bentuknya kalimat dapat

dirumuskan sebagai kontruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau

lebih. Antara kalimat dan kata terdapat dua satuan sintaksis, yaitu klausa dan

frasa. Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih

yang mengandung predikasi (Alwi, dkk , 2010: 318). Menurut Ramlan (2005:

23), klausa terdiri dari S P (O) (P) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan

apa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka.

Menurut Alwi (2010: 318), frasa adalah satuan sintaksis yang terdiri dari

dua kata atau lebih yang tidak mengandung predikasi. Sedangkan menurut

Ramlan (2005: 138), frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata

atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa.

(29)

Berdasarkan contoh di atas, dapat dibedakan unsur kalimat atas unsur

wajib dan unsur tak wajib (manasuka). Unsur wajib itu terdiri atas konstituen

kalimat yang tidak dapat dihilangkan, sedangkan unsur takwajib terdiri atas

konstituen kalimat yang dapat dihilangkan. Dengan demikian, bentuk mereka

menghadiri pertemuan itu pada contoh yang terdapat pada paragraf

sebelumnya termasuk unsur wajib kalimat, sedangkan barangkali dan kemarin

sore unsur takwajib. (TBBBI, 2010:322).

Menurut Ramlan (2005: 23), berdasarkan unsurnya kalimat terdiri dari

kalimat berklausa dan kalimat tidak berklausa. Dalam hal ini, klausa dijelaskan

sebagai satuan gramatik yang terdiri dari subjek dan predikat disertai objek,

pelengkap dan keterangan. Kalimat tidak berklausa adalah kalimat yang tidak

terdapat satuan gramatik yang terdiri dari subjek dan predikat yang disertai

objek, pelengkap dan keterangan. Contoh tentang kalimat tidak berklausa dapat

dicermati dalam kalimat berikut.

a.

Astaga!

b.

Selamat pagi.

c.

Bagaimana?

Judul suatu karangan merupakan sebuah kalimat karena selalu diakhiri

dengan jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Jika terdiri dari S

P (O) (PEL) (KET) kalimat judul itu termasuk golongan kalimat berklausa.

Contoh kalimat judul yang termasuk golongan kalimat berklausa adalah

sebagai berikut.

(30)

14

b.

Perjudian dan HO Sudah Tidak Ada Lagi

c.

Seratus Orang Tokoh Islam Akan Menerima Penjelasan

Akan tetapi, jika tidak terdiri dari klausa, maka kalimat judul itu termasuk

golongan kalimat tak berklausa yang semuanya berwujud satuan frase. Contoh

kalimat judul yang termasuk golongan kalimat tak berklausa adalah sebagai

berikut.

a.

Tantangan Pembangunan Ekonomi Indonesia.

b.

Dua Bidang Terlemah Dalam Pelaksanaan Transmigrasi.

c.

Seorang Pendeta dari Gunung Wilis.

d.

Polandia dan Doktrin Brezhnev.

3.

Fungsi Sintaksis Unsur-Unsur Kalimat

Menurut Alwi, dkk (2010: 333), Untuk dapat mengetahui fungsi unsur

kalimat, kita perlu mengenal ciri umum tiap-tiap fungsi sintaksis. Subjek

merupakan fungsi sintaksis yang berupa nomina, frasa nominal, atau klausa

seperti contoh berikut (Alwi, dkk, 2010: 334-335).

a.

Harimau binatang liar.

b.

Anak itu belum makan.

c.

Yang tidak ikut upacara akan ditindak.

Subjek sering juga berupa frasa verbal. Contoh kalimat yang mempunyai

subjek berupa frasa verbal.

(31)

b.

Berjalan kaki menyehatkan tubuh.

Pada umumnya, subjek terletak di sebelah kiri predikat. Jika unsur subjek

panjang dibandingkan dengan unsur predikat, subjek sering juga diletakkan di

akhir kalimat. Contoh kalimat yang mempunyai subjek di sebelah kanan

predikat adalah sebagai berikut.

a.

Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak.

Tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian.

Subjek pada kalimat imperaktif adalah orang kedua atau orang pertama

jamak dan biasanya tidak hadir. Contoh kalimat imperatif yang mempunyai

subjek berbentuk orang kedua adalah sebagai berikut.

a.

Tolong [kamu] bersihkan meja ini.

b.

Mari [kita] makan.

Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu

dipasifkan seperti tampak pada contoh berikut.

a.

Anak itu [S] menghabiskan kue saya.

b.

Kue saya dihabiskan (oleh) anak itu [Pel].

Predikat kalimat biasanya berupa frasa verbal atau frasa adjektival. Pada

kalimat yang berpola SP, predikat dapat pula berupa frasa nominal, frasa

numeral, atau frasa preposisional. Contoh kalimat yang mempunyai predikat

yang berupa frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeral, dan

frasa preposisional adalah sebagai berikut.

(32)

16

c.

Ibu sedang ke pasar. (P=Fprep)

d.

Dia sedang tidur. (P=FV)

e.

Gadis itu cantik sekali. (P= FAdj)

Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat

yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letak objek selalu setelah

langsung predikatnya. Sufiks -kan- dan i serta prefiks meng- umumnya

merupakan pembentuk verba transitif. Pada contoh (1) berikut Icuk merupakan

objek yang dapat dikenal dengan mudah oleh kehadiran verba transitif

bersufiks

kan: menundukkan.

a.

Morten menundukkan Icuk.

Objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Jika objek tergolong

nomina, frasa nominal tak bernyawa, atau persona ketiga tunggal, nomina

objek itu dapat diganti dengan pronomina

nya; dan jika berupa pronomina aku

dan kamu (tunggal), bentuk

ku dan

mu dapat digunakan. Contoh kalimat

yang mengandung nomina objek dapat diganti dengan pronomina adalah

sebagai berikut.

a.

Adi mengunjungi Pak Rustam.

Adi mengunjunginya.

b.

Beliau mengatakan (bahwa) Ali tidak akan datang.

Beliau mengatakannya.

c. Saya ingin menemui kamu/-mu.

d. Ina mencintai dia/-nya.

(33)

Selain satuan berupa nomina dan frasa nominal, objek dapat pula berupa

klausa seperti pada contoh berikut.

a.

Pemerintah mengumumkan (bahwa) harga BBM akan naik.

Objek pada kalimat aktif akan menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan

seperti contoh berikut.

a.

Pembantu membersihkan ruangan saya. [O]

b.

Ruangan saya (S) dibersihkan (oleh) pembantu. [Pel]

Orang sering menggabungkan pengertian objek dan pelengkap. Hal

tersebut dapat dimengerti karena antara kedua fungsi tersebut memang terdapat

kesamaan. Baik objek maupun pelengkap sering berwujud nomina dan

keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni di belakang verba.

Pada contoh di atas tampak bahwa ruangan saya adalah frasa nominal dan

berdiri di belakang verba membersihkan, kemudian oleh pembantu juga berdiri

di belakang verba dibersihkan. Akan tetapi, pada kalimat (a) frasa nominal

tersebut dinamakan objek, sedangkan pada (b) disebut pelengkap, yang juga

dinamakan komplemen. Objek pada kalimat (a) berubah menjadi subjek pada

kalimat (b) karena kalimat (a) merupakan kalimat aktif yang diubah menjadi

kalimat pasif yang terdapat pada kalimat (b).

Persamaan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada ciri-ciri berikut.

Objek

Pelengkap

(34)

18

Perbedaan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada ciri-ciri berikut.

Objek

Pelengkap

1)

Berwujud frasa nominal atau

klausa.

1)

Berwujud frasa nominal, frasa

verbal, frasa adjektival, frasa

preposisional, atau klausa.

2)

Menjadi subjek akibat pemasifan

kalimat.

2)

Tidak dapat menjadi subjek akibat

pemasifan kalimat.

3)

Dapat diganti dengan pronominal

-nya.

3)Tidak dapat diganti dengan

nya-

kecuali dalam kombinasi preposisi

selain di, ke, dari, dan akan.

Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling

mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, di awal, dan

bahkan di tengah kalimat. Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat

bersifat manasuka. Keterangan biasanya berupa frasa nominal, frasa

preposisional, atau frasa adverbial. Contoh kalimat yang mempunyai fungsi

sintaksis keterangan adalah sebagai berikut.

a.

Dia memotong rambutnya.

b.

Dia memotong rambutnya di kamar.

c.

Dia memotong rambutnya dengan gunting.

d.

Dia memotong rambutnya kemarin.

Unsur di kamar, dengan gunting dan kemarin pada contoh di atas

merupakan keterangan yang sifatnya manasuka. Selain berupa kata atau frasa,

fungsi keterangan dapat pula diisi oleh klausa seperti contoh berikut.

(35)

Makna keterangan ditentukan oleh perpaduan makna unsur-unsurnya.

Dengan demikian, keterangan di kamar mengandung makna tempat, dengan

gunting mengandung makna alat, kemarin menyatakan makna waktu, dan

sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah serta setelah dia diterima

bekerja di bank juga mengandung makna waktu.

Sedangkan menurut Ramlan (2005: 82), berdasarkan strukturnya, S dan P

dapat ditukarkan tempatnya. Maksudnya, S mungkin terletak di muka P atau

sebaliknya P mungkin terletak di muka S. Kalimat (a) dan (b) di atas dapat

diubah susunan unsur klausanya menjadi sebagai berikut.

a.

Tidak berlari-lari ibu.

b.

Sangat lemah tubuhnya.

Unsur tidak berlari-lari (a) dan sangat lemah (b) menduduki fungsi P,

sedangkan unsur ibu (a) dan tubuhnya (b) menduduki fungsi S. Objek selalu

terletak di belakang predikat yang terdiri dari kata verbal transitif. Jika Predikat

itu terdiri dari kata verbal transitif, maka klausa tersebut dapat diubah menjadi

klausa pasif dan kata yang menduduki fungsi O akan menjadi fungsi S. Contoh

kalimat yang mengandung kata verbal transitif yang kemudian dapat diubah

menjadi klausa pasif adalah sebagai berikut.

a.

Pemerintah akan menyelenggarakan pesta seni.

S

P

O

b. Pesta seni akan diselenggarakan (oleh) pemerintah.

S

P

Keterangan Pelaku

(36)

20

dalam klausa yang tidak dapat diubah menjadi bentuk pasif atau juga terdapat

dalam klausa pasif. Contoh kalimat yang mengandung fungsi sintaksis

pelengkap.

a.

Anak itu dibelikan baju baru oleh Pak Sastro.

Frase baju baru pada kalimat (a) menduduki fungsi PEL karena frase itu

selalu terletak di belakang predikat dalam klausa pasif. Sedangkan, frase oleh

Pak Sastro pada kalimat di bawah ini menduduki fungsi KET karena unsur ini

mempunyai letak yang bebas, dapat terletak di depan S P, bahkan dapat juga

dipindahkan ke tempat antara S dan P seperti contoh berikut.

a.

Oleh Pak Sastro anak itu dibelikan baju baru.

b.

Anak itu oleh Pak Sastro dibelikan baju baru.

Pada umumnya KET mempunyai letak yang bebas, artinya dapat terletak di

depan S dan P, dapat terletak di antara S dan P, dan dapat juga terletak di

antara P dan O serta terletak di antara P dan PEL karena O dan PEL dapat

dikatakan selalu menduduki tempat langsung di belakang P, setidak-tidaknya

mempunyai kecenderungan demikian seperti contoh berikut.

a.

Akibat taufan desa-desa itu musnah.

Dalam kalimat di atas unsur yang menduduki fungsi KET adalah unsur

akibat taufan yang terletak di muka S dan P. Unsur KET itu dapat dipindahkan

ke antara S dan P, dan dapat juga dipindahkan ke belakang S dan P, menjadi

sebagai berikut.

(37)

4.

Struktur Kalimat Dasar

Menurut Kridalaksana (2008: 228), struktur adalah pengaturan pola-pola

secara sintagmatis. Sedangkan kalimat adalah satuan gramatik yang

mengungkapkan pikiran yang utuh baik dalam wujud lisan maupun tulisan.

Jadi, struktur kalimat adalah pengaturan pola satuan gramatik yang sintagmatis

untuk mengungkapkan pikiran yang utuh baik dalam wujud lisan maupun

tulisan.

Alwi (dalam Alwi, dkk., 2010: 320) mengatakan bahwa kalimat merupakan

konstruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih. Baik kalimat

maupun kelompok kata yang menjadi unsur kalimat dapat dipandang sebagai

suatu konstruksi. Satuan-satuan yang membentuk suatu konstruksi disebut

konstituen. Menurut Alwi, dkk (2010: 326), kalimat dasar adalah kalimat yang

terdiri dari satu klausa, unsur-unsurnya lengkap, susunan unsur-unsurnya

menurut urutan paling umum, dan tidak mengandung pertanyaan atau

pengingkaran. Setiap bentuk kata atau frasa yang menjadi konstituen kalimat

termasuk dalam kategori kata atau frasa tertentu dan masing-masing

mempunyai peran semantis pula. Hubungan antara bentuk, kategori, dan peran

itu dapat menjadi lebih jelas jika diperhatikan gambar berikut.

Bentuk

Ibu saya Tidak Membeli baju baru untuk kami Minggu lalu

Kategori Kata

N

Pron

Adv

V

N

Adj

Prep

N

N

V

Frasa

FN

FV

FV

FPrep

FN

Fungsi

Subjek

Predikat

Objek

Pelengkap

Keterangan

Peran

Pelaku

Perbuatan

Sasaran

Peruntung

Waktu

(38)

22

Pada gambar 2.1 di atas tampak lima fungsi sintaksis yang digunakan

untuk pemerian kalimat. Dalam suatu kalimat tidak selalu kelima fungsi

sintaksis itu terisi, tetapi paling tidak, ada konstituen pengisi subjek dan

predikat. Kehadiran konstituen lainnya banyak ditentukan oleh konstituen

pengisi predikat (Alwi, dkk 2010: 328). Contoh kehadiran konstituen lain yang

ditentukan oleh konstituen pengisi predikat adalah sebagai berikut.

a.

Dia (S) tidur (P) di kamar depan (KET) .

b.

Mereka (S) sedang belajar (P) bahasa Inggris (Pel) sekarang (Ket).

c.

Mahasiswa (S) mengadakan (P) seminar (O) di kampus (Ket).

d.

Buku itu (S) terletak (P) di meja (Ket) kemarin (Ket).

e.

Ayah (S) membeli (P) baju (O) untuk adik (Pel) tadi siang (Ket).

f.

Dia (S) meletakkan (P) uang (O) di atas meja itu (Ket) kemarin (Ket).

Pada contoh di atas konstituen yang dicetak miring dapat dihilangkan tanpa

mengakibatkan kejanggalan kalimat, artinya bahwa makna kalimat tetap dapat

dipahami. Dari contoh itu hanya kalimat (6) yang memiliki konstituen pengisi

kelima fungsi sintaksis, yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap, dan

keterangan. Pada umumnya banyak dari kalimat yang urutan unsurnya berbeda

dengan urutan kelima fungsi sintaksis tersebut, terutama yang menyangkut

letak keterangan dan letak predikat terhadap subjek kalimat. Keterangan

memiliki banyak jenis dan letaknya dapat berpindah-pindah di dalam kalimat,

baik di awal, tengah, maupun akhir kalimat.

(39)

a.

Dita kemarin membeli buku.

b.

Kemarin Dita membeli buku

c.

Dita membeli buku kemarin.

Selain itu, ada banyak kalimat yang letak predikatnya mendahului subjek

kalimat. Kalimat-kalimat demikian pada umumnya dapat diubah susunannya

sehingga berpola S-P. Contoh : Tidak banyak (P) manusia yang mampu tinggal

dalam kesendirian (S) dapat diubah menjadi Manusia hidup dalam kesendirian

(S) tidak banyak (P). Pola umum kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah

S + P + (O) + (PEL) + (KET). Tanda kurung menyatakan ketiga unsur tersebut

tidak selalu harus hadir dalam kalimat dan jumlah keterangan dapat lebih dari

satu (Alwi, dkk, 2010: 329).

Dari pola umum kalimat dasar tersebut dapat diturunkan pola dasar

kalimat. Menurut Alwi, dkk (2010: 329), ada enam pola dasar kalimat. Keenam

pola dasar kalimat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

a.

Pola dasar S

P (subjek

predikat)

b.

Pola dasar S

P

O (subjek

predikat

objek)

c.

Pola dasar S

P

Pel (subjek

predikat

pelengkap)

d.

Pola dasar S

P

Ket (subjek

predikat

keterangan)

e.

Pola dasar S

P

O

Ket (subjek

predikat

objek

keterangan)

(40)

24

Perluasan pola kalimat dimaksudkan agar informasi yang akan

disampaikan dalam kalimat menjadi lebih jelas dan memiliki struktur yang

jelas. Contoh kalimat yang mengandung perluasan pola kalimat adalah sebagai

berikut.

a.

Pada kesempatan itu bupati menyerahkan sejumlah penghargaan kepada

warga masyarakat yang telah berjasa kepada daerahnya.

b.

Menurut rencana, pertemuan yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan

itu akan diperpanjang sampai minggu depan

Jika dilihat dari jumlah kosakata, kalimat di atas cukup panjang. Walaupun

demikian, pola dasar dari kalimat tersebut dapat diubah menjadi kalimat yang

cukup cukup singkat, seperti:

a.

Bupati / menyerahkan / penghargaan.

S

P

O

b.

Pertemuan itu/ akan diperpanjang.

S

P

Perluasan tersebut timbul karena keperluan informasi yang disampaikan

belum lengkap. Suatu kalimat yang panjang merupakan perluasan dari pola

dasar kalimat.

(41)

C. Paragraf

Gorys Keraf (1980: 62) berpendapat bahwa paragraf atau alinea adalah

suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Menurut

Asul Wiyanto (2004: 15), paragraf adalah sekelompok kalimat yang saling

berhubungan dan bersama-sama menjelaskan satu unit buah pikiran untuk

mendukung buah pikiran yang lebih besar, yaitu buah pikiran yang

diungkapkan dalam seluruh tulisan. Sedangkan menurut Djago Tarigan (1987:

11), paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang

merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung

pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan. Menurut Rahardi

(2009: 158), paragraf merupakan bagian karangan atau tulisan yang

membentuk satu kesatuan pikiran, ide atau gagasan. Setiap paragraf

dikendalikan oleh satu ide pokok. Ide pokok paragraf harus dikemas dalam

sebuah kalimat yang disebut kalimat utama. Dari beberapa pengertian

tersebut, dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah sekelompok kalimat yang

membentuk satu kesatuan pikiran, ide atau gagasan.

(42)

26

Walaupun pada prinsipnya sebuah paragraf atau alinea harus terdiri dari

rangkaian kalimat, tetapi ada juga alinea yang hanya terdiri dari satu kalimat.

Ada beberapa alasan mengapa terdapat paragraf semacam ini. Pertama, alinea

itu kurang baik dikembangkan penulisnya dan penulis kurang memahami

hakikat alinea. Kedua, memang sengaja dibuat oleh pengarang karena ia

sekadar mengemukakan gagasan itu bukan untuk dikembangkan, atau

pengembangannya terdapat pada paragraf-paragraf berikutnya. Begitu pula

sebuah paragraf yang hanya terdiri dari sebuah kalimat dapat bertindak sebagai

peralihan antara bagian-bagian dalam sebuah karangan (Gorys Keraf, 1980:

63).

1.

Komponen Paragraf

Menurut Tarigan (dalam Tarigan, 1987:13), Alat bantu untuk menciptakan

susunan logis-sistematis itu disebut komponen paragraf, seperti:

a.

Transisi (Transition),

(43)

1)

Transisi berupa kata

Alat penanda transisi berupa kata dan kelompok kata sangat banyak dan

berjenis-jenis. Pada garis besarnya alat penanda transisi tersebut dapat

diklasifikasikan sebagai berikut.

a)

Penanda hubungan kelanjutan, seperti kata dan, lagi, serta, lagi pula, dan

tambahan lagi.

b)

Penanda hubungan urutan waktu, seperti kata dahulu, kini, sekarang,

sebelum, setelah, sesudah, kemudian, sementara itu, sehari kemudian, dan

dan seterusnya.

c)

Penanda klimaks, seperti kata

paling…, se…nya,

dan

ter…

d)

Penanda perbandingan, seperti kata sama, seperti, ibarat, bak, dan

bagaikan.

e)

Penanda kontras, seperti kata tetapi, biarpun, walaupun, dan sebaliknya.

f)

Penanda urutan jarak, seperti kata di sini, di situ, di sana, dekat, jauh, dan

sebelah.

g)

Penanda ilustrasi, seperti kata umpama, contoh, dan misalnya.

h)

Penanda sebab-akibat, seperti kata karena, sebab, oleh karena, dan

akibatnya.

(44)

28

j)

Penanda kesimpulan, seperti kata kesimpulan, ringkasnya, garis besarnya,

dan rangkuman.

2)

Transisi berupa kalimat

Menurut Tarigan (1987: 18), transisi berupa kalimat lebih dikenal dengan

istilah kalimat penuntun. Kalimat penuntun berfungsi sebagai transisi dan

sebagai pengantar topik utama yang akan diperbincangkan.

Kalimat penuntun tidak berfungsi sebagai pengganti kalimat topik.

Letaknya selalu mendahului kalimat topik. Bila dalam suatu paragraf terdapat

kalimat penuntun sebagai transisi, maka kalimat topik terdapat setelah kalimat

penuntun selesai. Contoh kalimat penuntun adalah sebagai berikut.

Ringkasnya tata bahasa meliputi tiga hal, yakni (1) fonologi, (2) morfologi dan

(3) sintaksis. Fonologi berhubungan dengan studi tata bunyi, morfologi

mengenai studi tata kata dan sintaksis membicarakan tata kalimat.

b.

Kalimat Topik (Topik Sentence),

Menurut Tarigan (1987: 18-19), kalimat topik adalah perwujudan

pernyataan ide pokok paragraf dalam bentuk umum. Ada tiga kemungkinan

letak kalimat topik dalam suatu paragraf. Kemungkinan pertama, pada bagian

awal paragraf, setelah transisi kalau ada transisi pada paragraf tersebut.

Kemungkinan kedua, terdapat pada bagian akhir paragraf. Kemungkinan

ketiga, berada di tengah-tengah paragraf, tapi hal ini jarang ditemui.

c.

Kalimat Pengembang

(45)

pemaparan kalimat topik. Pengembangan kalimat topik yang bersifat

kronologis biasanya berkaitan dengan benda atau kejadian dengan waktu.

Urutannya, masa lalu-kini-masa yang akan datang. Bila pengembangan kalimat

topik berkaitan dengan jarak, biasanya berkaitan dengan benda, peristiwa, atau

hal dengan ukuran jarak. Urutannya, dimulai dari jarak yang paling dekat-lebih

jauh-paling jauh. Bila pengembangan kalimat topik berkaitan dengan

sebab-akibat maka kemungkinan urutannya sebab dinyatakan lebih dahulu, kemudian

diikuti akibatnya, atau sebaliknya, akibatnya dinyatakan terlebih dahulu baru

kemudian dipaparkan sebabnya. Penyusunan urutan kalimat pengembang yang

berdasarkan urutan nomornya dimulai dari kejadian pertama, kedua, ketiga,

dan seterusnya (Tarigan, 1987: 19).

d.

Kalimat Penegas

(46)

30

2.

Syarat-syarat Paragraf yang Baik

Menurut Keraf (1980: 67), adanya syarat-syarat paragraf yang baik

merupakan suatu perangkat agar paragraf yang ditulis menjadi paragraf yang

berkualitas. Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar paragraf termasuk

kategori baik adalah sebagai berikut.

a.

Kesatuan

Isi paragraf harus jelas dan terperinci serta hanya membahas satu hal saja.

Isi paragraf yang berganda akan mengurangi kejelasan informasi.

b.

Koherensi (kepaduan)

Hubungan antar kalimat dalam paragraf harus berkaitan erat satu sama lain.

Lebih-lebih antara kalimat topik dan kalimat pengembangnya serta kalimat

penegas (bila ada). Tidak boleh terselip kalimat yang tidak ada hubungannya

dengan isi paragraf.

c.

Pengembangan Paragraf

(47)

3. Struktur Paragraf

Berdasarkan berbagai kelengkapan unsur dan posisinya dalam paragraf,

maka dapat ditentukan beberapa struktur paragraf sebagai berikut.

a.

Kemungkinan Pertama

Unsur paragraf lengkap, dengan susunan: transisi berupa kalimat-kalimat

topik-kalimat pengembang-kalimat penegas. Diagram kerangka paragraf

sebagai berikut.

TEKS

UNSUR

____________________

Transisi

________________________________

________________________________

Kalimat Topik

________________________________

________________________________

Kalimat Pengembang

________________________________

Kalimat Penegas

Contoh paragraf yang mempunyai unsur paragraf lengkap adalah sebagai

berikut.

(48)

32

tema karangan, menjelaskan bila dan di bagian mana suatu hal akan

dibicarakan. (4) Fungsi bagian isi antara lain, merupakan penghubung

antara bagian pendahuluan dengan bagian penutup atau merupakan

penjelasan terperinci terhadap apa yang diutarakan di bagian pendahuluan.

(5) Fungsi bagian penutup ialah salah satu atau kombinasi dari fungsi untuk

memberikan kesimpulan, penekanan bagian-bagian tertentu, klimaks,

melengkapi, dan merangsang pembaca mengerjakan sesuatu tentang apa

yang sudah dijelaskan atau diceritakan. (6) Setiap bagian utama karangan

mempunyai fungsi tertentu.

Unsur-unsur paragraf tersebut di atas dapat diperinci sebagai berikut.

(1)

= transisi (berupa kalimat)

(2)

= kalimat topik

(3), (4), dan (5)

= kalimat pengembang

(6)

= kalimat penegas

b.

Kemungkinan Kedua

Sama dengan (a), tetapi transisi berupa kata. Diagram kerangka

paragrafnya sebagai berikut.

TEKS

UNSUR

____________________

Transisi dan kalimat

________________________________

topik

________________________________

________________________________

Kalimat pengembang

(49)

________________________________

Kalimat penegas

________________________________

Contoh paragraf yang mempunyai unsur paragraf lengkap, tetapi transisi

berupa kata adalah sebagai berikut.

(1)

Dimana-mana, (2) anggota masyarakat membicarakan kenaikan

harga. (3) Ibu-ibu, sambil belanja di pasar, menggerutu tentang belanja dapur

yang semakin meningkat. (4) Bapak-bapak di kantor asyik memperbincangkan

efek kenaikan harga BBM terhadap pengeluaran sehari-hari. (5) Pengusaha

bis sibuk mengkalkulasi harga penyesuaian karcis penumpang bis. (6) Abang

becak secara diam-diam sepakat menaikkan tarif becak menjadi dua kali lipat.

(7) Para mahasiswa menggerutu karena tarif oplet bertambah dari biasanya.

(8) Pegawai kecil asyik membicarakan kenaikan harga bahan pokok. (9)

Pendek kata semua orang membicarakan akibat kenaikan harga BBM.

Unsur paragraf tersebut di atas dapat diklarifikasikan sebagai berikut.

(1)

= transisi

(2)

= kalimat topik

(3), (4), (5), (6), (7), dan (8) = kalimat pengembang

(9)

= kalimat penegas

c.

Kemungkinan Ketiga

Paragraf yang mempunyai tiga unsur dengan susunan: kalimat

topik-kalimat pengembang-topik-kalimat penegas.

TEKS

UNSUR

(50)

34

________________________________

________________________________

Kalimat pengembang

________________________________

________________________________

Kalimat penegas

________________________________

Contoh paragraf yang mempunyai tiga unsur paragraf dengan susunan:

kalimat topik-kalimat pengembang-kalimat penegas adalah sebagai berikut.

(1)

Nasib pegawai negeri berangsur-angsur akan diperbaiki. (2)

Penghasilan mereka sejak tahun 1968 sudah beberapa kali dinaikkan. Bagi

dosen, kepala SD, SMP, dan SMA, tenaga peneliti bahkan sudah diberikan

tunjangan fungsional. (3) Perumahan bagi pegawai negeri berangsur-angsur

ditambah dengan bantuan BTN. (4) Jaminan kesehatan, walaupun belum

sempurna, sudah dilaksanakan melalui penggunaan kartu biru (HI). (5)

Jaminan hari tua ditanggulangi dengan Taspen. (6) Kenaikan pangkat lebih

pengadministrasiannya disbanding dengan masa lalu. (7) Pegawai yang

bekerja dengan baik diberi penghargaan. (8) Banyak usaha oleh pemerintah

yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan, yang mengarah kepada perbaikan

nasib pegawai negeri.

Unsur-unsur paragraf tersebut di atas adalah sebagai berikut.

(1)

= kalimat topik

(2), (3), (4), (5), (6), dan (7)

= kalimat pengembang

(8)

= kalimat penegas

d.

Kemungkinan Keempat

(51)

TEKS

UNSUR

_________________________

Transisi

________________________________

dan kalimat topik

________________________________

________________________________

________________________________

Kalimat pengembang

________________________________

Contoh paragraf yang mempunyai tiga unsur paragraf dengan susunan:

transisi (berupa kata)-kalimat topik-kalimat pengembang adalah sebagai

berikut.

(1)

Umumnya (2) orang yang mau istirahat memilih tempat yang sejuk

dan jauh dari keramaian. (3) Pilihan pertama Puncak dan sekitarnya. (4) Atau

di Lembang yang hawanya sejuk dan segar. (5) Orang-orang di sekitar

Surabaya akan memilih Malang tempat istirahat. (6) Di daerah Medan boleh

pilih Bandar Baru atau Berastagi. (7) Di daerah Ujung Pandang pilihan

tempat istirahat tentulah Malino. (8) Di daerah Cirebon tentu saja orang akan

beristirahat di Linggarjati.

Unsur-unsur paragraf tersebut adalah sebagai berikut.

(1)

= transisi (berupa kata)

(2)

= kalimat topik

(52)

36

e.

Kemungkinan Kelima

Sama dengan (d) dengan susunan transisi (berupa kalimat)-kalimat

topik-kalimat pengembang. Kerangka paragrafnya sebagai berikut.

TEKS

UNSUR

____________________

Transisi

________________________________

Kalimat topik

________________________________

________________________________

Kalimat pengembang

________________________________

Contoh paragraf yang mempunyai tiga unsur paragraf dengan susunan:

transisi (berupa kalimat)-kalimat topik-kalimat pengembang adalah sebagai

berikut.

(1)

Tugas Universitas/Institut di Indonesia melaksa

nakan “Tri

Dharma Perguruan Tinggi”. (2) Tri Dharma Perguruan Tinggi meliputi

bidang pengajaran dan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.

(3) Bidang pengajaran dan pendidikan meliputi tugas melaksanakan

perkuliahan, penataran ataupun Crash program. (4) Di bidang penelitian para

staf pengajar diwajibkan mengadakan penelitian untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan. (5) Di bidang pengabdian masyarakat, masyarakat, masyarakat

perguruan tinggi harus mendarmabaktikan ilmunya bagi kepentingan

masyarakat seperti memberikan penyuluhan, penataran, saran-saran, dan

lain-lain.

Paragraf di atas terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut.

(53)

(2)

= kalimat topik

(3), (4), dan (5)

= kalimat pengembang

f.

Kemungkinan Keenam

Paragraf yang mempunyai dua unsur dengan susunan: kalimat

topik-kalimat pengembang. Kerangka paragrafnya sebagai berikut.

TEKS

UNSUR

____________________

________________________________

Kalimat topik

________________________________

________________________________

________________________________

Kalimat pengembang

________________________________

Contoh paragraf yang yang mempunyai dua unsur dengan susunan:

kalimat topik-kalimat pengembang adalah sebagai berikut.

(54)

38

Unsur-unsur paragraf di atas adalah sebagai berikut.

(1)

= kalimat topik

(2), (3), (4), (5), (6),

= kalimat pengembang

(7), (8), dan (9)

g. Kemungkinan Ketujuh

Paragraf yang mempunyai dua unsur dengan susunan: kalimat

pengembang-kalimat topik. Diagram kerangka paragrafnya sebagai berikut.

TEKS

UNSUR

____________________

________________________________

Kalimat Pengembang

________________________________

________________________________

________________________________

Kalimat Topik

Contoh paragraf yang yang mempunyai dua unsur dengan susunan:

kalimat pengembang-kalimat topik adalah sebagai berikut.

(55)

Paragraf di atas terdiri atas unsur sebagai berikut.

(1), (2), (3), (4), (5), (6)

= kalimat pengembang

(7), dan (8)

(9)

= kalimat topik

h. Kemungkinan Kedelapan

Paragraf yang mempunyai dua unsur dengan tiga susunan: kalimat

pengembang-kalimat topik-kembali lagi ke kalimat pengembang. Diagram

kerangka paragrafnya sebagai berikut.

TEKS

UNSUR

____________________

Kalimat pengembang

________________________________

________________________________

________________________________

Kalimat topik

________________________________

________________________________

Kalimat pengembang

Contoh paragraf yang mempunyai dua unsur dengan tiga susunan: kalimat

pengembang-kalimat topik-kembali lagi ke kalimat pengembang adalah

sebagai berikut.

(56)

40

berdandan. (10) Tidak sombong. (11) Otaknya cukup encer. (12) Mudah diri.

(15) Ramah terhadap siapapun.

Unsur-unsur paragraf tersebut di atas adalah sebagai berikut.

(1)-(6)

= kalimat pengembang

(7)

= kalimat topik

(8)-(15)

= kalimat pengembang

4.

Pola Pengembangan Paragraf

Menurut Chaer (2011: 88), pengembangan paragraf adalah pemberian

keterangan-keterangan tambahan dalam bentuk kalimat-kalimat penjelas atau

kalimat pengembang terhadap ide pokok yang terdapat pada kalimat pokok.

Menurut Gorys Keraf (1980:84), pengembangan alinea mencakup dua

persoalan utama yaitu kemampuan memperinci gagasan utama paragraf ke

dalam gagasan bawahan dan kemampuan mengurutkan

gagasan-gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur.

Untuk menerangkan sebuah paragraf, baik untuk memperinci gagasan

utama, maupun mengurutkan rincian-rincian itu dengan teratur. Oleh karena itu

dikembangkanlah berbagai macam metode pengembangan paragraf. Menurut

Keraf (1980: 84-99), terdapat beberapa metode pengembangan paragraf adalah

sebagai berikut.

a.

Klimaks dan antiklimaks

(57)

dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya,

berangsur-angsur dengan gagasan-gagasan lain hingga ke gagasan yang paling

tinggi kedudukannya. Sedangkan pengembangan paragraf antiklimaks adalah

penulis mulai dari suatu gagasan atau tema yang dianggap paling tinggi

kedudukannya, kemudian perlahan-lahan menurun melalui gagasan-gagasan

yang lebih rendah hingga yang paling rendah.

b.

Sudut Pandangan

Sudut pandangan adalah tempat dari mana seorang pengarang melihat

sesuatu.

c.

Perbandingan dan Pertentangan

Pola pengembangan paragraf dengan perbandingan atau pertentangan

adalah pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang,

obyek atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu.

d.

Analogi

Bila perbandingan dan pertentangan memberi sejumlah perbedaan, maka

analogi merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda,

tetapi dengan memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari kedua hal tadi.

e.

Contoh

Gambar

Gambar 2.1: hubungan bentuk, kategori, fungsi, dan peran unsur kalimat (TBBBI, 2010: 327)
tabel triangulasi. Untuk memperoleh data tentang bahasa hukum Indonesia
Tabel I tentang persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan

Referensi

Dokumen terkait

(4) Pedoman Mata Pelajaran dan Pembelajaran Tematik Terpadu Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum dalam Lampiran III

Pedoman Penilaian Kelembagaan Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Berprestasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

Pedoman Penilaian Kelembagaan Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Berprestasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

Pendidikan dan Kebudayaan tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Kurikulum 2013 Kelompok Peminatan Pendidikan Menengah yang Memenuhi Syarat Kelayakan

Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan acuan dan pedoman dalam mengembangkan kurikulum. Berdasarkan UU nomor 20 tahun 2003 kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan

(3) Komite Sekolah/Pendidikan Nonformal atau nama lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan

(4) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat pada Dinas Pendapatan Daerah sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan

Memperhatikan : Panduan Pelaksanaan Pendampingan Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Direktorat Jenderal Pendidikan