ABSTRAK
Pseudomembranous Colitis yang disebabkan
Clostridium difficile: Patogenesis Terapi, dan Pencegahannya Amanda Anggiasari, 2004, Pembimbing I : Djaja Rusmana, dr, Msi
Pembimbing II: Phil ips Onggowidjaja, Ssi, Msi
Pseudomembranous colitis adalah suatu penyakit inflamasi akut pada kolon, yang ditandai oleh adanya lapisan eksudat difus atau noduler pada mukosa kolon. Pseudomembranous colitis disebabkan oleh bakteri Clostridium difjicile. Clostridium difjicile dapat berkembang biak dalam kolon manusia apabila keseimbangan ekosistem flora normal dalam kolon terganggu oleh antibiotika spektrum luas, misalnya klindamisin, ampisilin, dan sefalosporin. Setelah berkoloni dalam kolon, Clostridium difjicile menghasilkan toksin, yaitu toksin A dan toksin B. Toksin Clostridium difjicile bekerja dengan cara merusak filamen aktin mukosa kolon, sehingga tidak dapat mengendalikan gerakan cairan (hal ini menyebabkan akumulasi cairan). Toksin A mengaktivasi neuron, menarik, dan mengaktivasi PMN, sehingga sel-sel PMN bergerak ke mukosa kolon, menyebabkan respons inflamasi. Toksin B menyebabkan kerusakan mukosa kolon dan jaringan di bawahnya. Lesi yang terbentuk terdiri dari akumulasi sel-sel radang dan sel-sel-sel-sel mati yang membentuk lapisan berwarna kekuning-kuningan pada permukaan mukosa kolon.
Terapi pseudomembranous colitis secara spesifik yaitu dengan menggunakan metronidazole (terapi tini pertama), vankomisin, basitrasin, teikoplanin, rifampisin, dan kolestiramin. Untuk pasien yang sering kambuh, dapat dilakukan rekolonisasi flora normal kolon, yaitu dengan Lactobacillus GG, Clostridium butyricum, dan Saccharomyces boulardii.
Pencegahan pseudomembranous colitis dilakukan dengan cara menghindari penggunaan antibiotik tanpa adanya indikasi yang tepat, menjaga higiene para staf rumah sakit, dan imunisasi pasif dengan Bovine Immunoglobulin Concentrate-Clostridium difjicile.
Kata kunci ;Pseudomembranous colitis, Clostridium difjicile, terapi, pencegahan
ABSTRACT
Pseudomembranous
Colitis Caused by
Clostridium difficile
:
Pathogenesis, Therapy, and Prevention
Amanda Anggiasari, 2004, Ft Tutor : Djaja Rusmana, dr, Msi 2nd Tutor : Phi! ;ps Onggowidjaja, Ssi, Msi
Pseudomembranous colitis is an acute injlamatory disease of colon that may
appear
as
a
nodular
or
diffuse
exudate
layer
in
colonic
mucosa.
Pseudomembranous
colitis caused by Clostridium difficile. Broad-spectrum
antibiotics, such as clindamycin, ampicillin, and cephalosporin, destroy the
balance of colon ecosystem, thus allowing Clostridium difficile to grow further.
After Clostridium difficile colonizes the gut, it produces exotoxins (toxin A and B)
that are responsible for the symptoms of the disease. Clostridium difficile toxins
damage actin filament of the colonic mucosa, so that the mucosa can no longer
control water movement. This causes jluid accumulation.
Toxin A activates
neuron, attracts and activates PMN to move into the colonic mucosa and creates
injlamatory response.
Toxin B causes damage to mucosal cells and underlying
tissue. Accumulation of injlamatory cells and dead host cells form a yellowish
layer on the surface of the colonic mucosa.
Medical therapy for pseudomembranous colitis are using metronidazole (drug
of choice), vancomycin, bacitracin, teicoplan in, rifampicin, and cholestyramin. In
patient with multiple relaps, attempts can be done by recolonizing the colon with
Lactobacillus
GG,
Clostridium butyricum, and Saccharomyces boulardii.
Some efforts to prevent pseudomembranous colitis are, to restrict the use of
antibiotic without proper indication, hygiene practiced by hospital staff, and
passive
immunization
with bovine immunoglobulin-concentrate
Clostridium
difficile.
Keywords
:
Pseudomembranous colitis, Clostridium difficile, therapy, prevention
DAFTAR ISI
ABSTRAK
iv
ABST RA C'T..
v
Kata Pengantar
...
...
vi
Daftar Tabel
x
Daftar Gambar .
xi
Daftar Bagan
xii
Daftar Lampiran
...
...
xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang .. 1
1.2 Identifikasi Masalah 2
1.3 Maksud dan Tujuan 3
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah 3
BAB II TINJAUAN PUST AKA
4
2.1 Clostridium difficile
4
2.1.1 Karakteristik
Clostridium difficile
4
2.1.2 Distribusi
Clostridium difficile
5
2.1.3 Pertumbuhan
Clostridium difficile
6
2.1.4 Faktor Virulensi
Clostridium difficile
6
2.2 Patogenesis Pseudomembranous colitis
7
2.2.1 Surface Layer Protein
10
2.2.2 SecA
...
11
2.2.3 Cwp66
11
2.2.4 Toksin
Clostridium difficile
13
2.2.4.1 Protein Rho
15
2.2.4.2 Modifikasi Protein G
17
2.2.4.3 Regulasi Toksin A dan B
20
2.2.4.4 Aktivitas Toksin dan Gejala Penyakit
21
2.2.4.5 Peran Toksin dalam Apoptosis Sel
22
2.3 Gejala Klinik
Pseudomembranous Colitis
27
2.4 Komplikasi
Pseudomembranous Colitis
28
2.5 Angka Kematian
28
2.6 Terapi
Pseudomembranous Colitis
31
2.6.1 Terapi spesifik
Pseudomembranous Colitis
31
2.6.2 Pemulihan Flora Normal
34
2.6.3 Imune Anti-Clostridium difJicile Globulin
36
2.6.4 Steroid
36
2.6.5 Terapi dengan Pembedahan
37
2.7 Pencegahan
Pseudomembranous Colitis
37
IX
BAB
III
PEMBAHASAN ..
...
41
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
44
4.1 Kesimpulan
44
4.2 Saran
44
DAFT AR PUST AKA
45
LAMPlRAN
48
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Faktor
Virulensi Clostridium difjicile
dan Aktivitas Biologiknya
7
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Clostridium difjicile Dilihat dengan Mikroskop Elektron 5
Gambar 2.2 ABC Pennease 8
Gambar 2.3 Domain Fungsional Toksin A dan B Clostridium difficile 14 Gambar 2.4 Toksin B Clostridium difjicile Menghambat Aktivasi RhoA secara
Langsung dengan Cara Glikosilasi 16
Gambar 2.5 Transduksi Sinyal Sel 17
Gambar 2.6 Siklus Protein G Sebelum dan Sesudah Glikosilasi Protein G oleh
Toksin Clostridium difjicile 19
Gambar 2.7 Regulasi tcdA dan tcdB 20
Gambar 2.8 Struktur F-aktin Sebelum dan Sesudah Terpapar oleh Toksin
Clostridium difficile.. ... ... 26
Gambar 2.9 Perbandingan Kolon Manusia Nonnal dengan Kolon Penderita
Pseudomembranous Colitis 29
Gambar 2.1 0 Potongan Kolon Penderita Pseudomembranous Colitis 30 Gambar 2.11 Gambaran Histologik Kolon Penderita Pseudomembranous Colitis. 30
DAFT AR DIAGRAM
Diagram 2.1 Patogenesis
Pseudomembranous Colitis
25
DAFT AR LAMPIRAN
LAMPIRAN A AKTIN
...
...
48
LAMPIRAN A
Aktin
Aktin adalah salah satu jenis protein pada sel eukariot.
Aktin merupakan
komponen utama dari sistem mikrofilamen, mengatur arsitektur sel dan terlibat
dalam berbagai proses pergerakan sel.
Selain itu, aktin juga berfungsi untuk
fagositosis, endositosis, sekresi, dan transport intraseluler.
Aktin terdiri dari
rantai tunggal polipeptida yang besarnya 375 asam amino (43 kDA) dan mengikat
kation-kation
divalen serta nukleotida adenine
(ATP dan ADP).
Aktin
merupakan substrat spesifik untuk toksin-toksin yang bersifat meribosilasi aktin
ADP.
Contoh toksin yang meribosilasi aktin ADP adalah toksin
Clostridium
difjicile.
Toksin
Clostridium difjicile
mempunyai struktur biner yang terdiri dari
enzim dan subunit translokasi
I
komponen pengikatan yang letaknya terpisah
I
tidak mempunyai ikatan, baik ikatan kovalen maupun non kovalen.
Setelah
komponen pengikatan berikatan dengan dengan pennukaan sel dan mulai tetjadi
induksi dari tempat pengikatan enzim, tetjadilah interaksi subunit-subunit toksin
Clostridium difjicile.
ADP
ribosilasi
aktin
berfungsi
sebagai
inhibitor
polimerisasi aktin. Akseptor asam amino terletak pada contact site antara aktin-aktin, pengikatan ADP-ribosa menghambat interaksi monomer-monomer aktin. Aktin ADP ribosilasi bersifat seperti capping protein yang berikatan pada aktin filamen pada bagian ujung yang tajam, sehingga menghambat polimerisasi aktin yang bel urn dimodifikasi pada akhiran plus filamen aktin. Aktin ADP ribosilasi tidak berinteraksi dengan akhiran minus filamen, sehingga meningkatkan konsentrasi aktin yang harus dipolimerisasi, sementara konsentrasi aktin pada akhiran minus semakin kritis, hal ini menunjukkan sedang terjadinya depolimerisasi filamen aktin (Gambar 1). Aktin monomer yang dilepaskan dari filamen aktin langsung di ADP ribosilasi oleh toksin dan tetjebak dalam bentuk monomer-monomer yang tidak dapat dipolimerisasi (Aktories, 2000).
49
F-aClin "Capping.
»»»»
»>-:-\ADF-l
tD
\ II
~
~\
I
~
Microfilament~g
.,:P
NAD'
1
D
:::,~.
ADP-R
~
<)v-actIO
tY L.-' ADP.R
~
C21 ADP-R ADP-R
~
ADP-R --&iI
ADP-R---<iP 17' ADP-R
~
"Trapping"
\ ?
t
"IVlcrnuranC'receptor [image:10.595.145.444.143.345.2]UI + C21!
Gambar 1.
Depolimerisasi Aktin
Keterangan gambar :
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Amanda Anggiasari
: 0110106
: Montpellier, 25 April 1983
: Jl DR Setiabudhi No 56, Bandung 40141
J1.Cikabuyutan No 3, Bogor 16144
NRP
Tempat dan Tanggal Lahir
Alamat
Riwayat pendidikan
TK Mexindo, Bogor, 1988
SDN Polisi IV, Bogor, 1995
SLTPN I Bogor, 1998
SMUN I Bogor, 2001
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 2001
-
sekarangBABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pseudomembranous colitis
adalah suatu penyakit inflamasi akut pada kolon.
Pada kasus yang ringan,
pseudomembranous
colitis
dapat timbul
sebagai
inflamasi ringan atau edema pada mukosa kolon; pada kasus berat, mukosa kolon
tampak dilapisi oleh eksudat difus atau noduler (Yassin,2002).
Bakteri penyebab
pseudomembranous colitis
adalah
Clostridium difficile,
yaitu suatu bakteri batang
gram positif, dan bersifat obligat anaerob ( Salyers and Whitt, 2002).
Data dari
the Centers for
Disease
Control
(CDC)
National
Nosocomial
Infections
Surveillance,
1990-1996, menyebutkan bahwa 17 % dari jumlah total kasus
infeksi nosokomial disebabkan oleh
Clostridium difficile
dan hampir 50% dari
jumlah kasus diare nosokomial disebabkan oleh
Clostridium difficile
(Tortora,
Funke, and Case, 200 I). Di Amerika Serikat, insidensi
pseudomembranous colitis
sebanyak 2-8%
pada tempat-tempat penitipan anak, dan 7-15%
pada rumah
sakit-rumah sakit (Zimmerman, Pratumngem, and Enriquez, 2003).
Terdapat
250.000--300.000 kasus
pseudomembranous colitis
pada rumah sakit
- rumah
sakit di Amerika Serikat (Wilkins and Lyerly, 2003).
Sistem pertahanan tubuh yang yang paling penting terhadap
Clostridium
difficile
adalah flora normal pada kolon. Keseimbangan ekosistem flora normal
dalam kolon dapat terganggu oleh antibiotik (Mims, Nash, and Stephen, 2001).
Klindamisin merupakan antibiotik pertama yang diketahui sebagai penyebab
terjadinya
pseudomembranous colitis.
Saat ini, sefalosporin dan ampisilin lebih
sering menyebabkan
pseudomembranous colitis,
karena lebih banyak digunakan
daripada klindamisin.
(Salyers and Whitt, 2002 )
Antibiotik menekan jumlah flora normal yang sensitif terhadap obat, sehingga
Clostridium difficile
dapat berkembang biak dengan mudah dan memproduksi dua
macam toksin, yaitu toksin A (enterotoksin) dan toksin B (sitotoksin). Kedua
2
toksin ini berperan penting dalam patogenesis
pseudomembranous
colitis.
(Levinson and Jawetz, 2002)
Toksin yang dihasilkan oleh
Clostridium difficile
merusak mukosa kolon.
Berbagai
substansi
dan
lesi
yang
melebar
pada
akhimya
membentuk
pseudomembran
(Salyers and Whitt, 2002).
Respons inflamasi memegang
peranan
penting
dalam
perkembangan
penyakit
1m
hingga
menjadi
pseudomembranous colitis
yang dapat mengancam jiwa bila tidak diterapi dengan
tepat (Wilkins and Lyerly, 2003 ).
Bertolak
dari uraian
tersebut,
dan mengingat
banyaknya
penggunaan
antibiotik di rumah sakit, diperlukan studi lebih lanjut tentang patogenesis, terapi,
dan pencegahan
pseudomembranous colitis.
1.2. Identifikasi Masalah
Bagaimana patogenesis, terapi, dan pencegahan
pseudomembranous colitis?
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud
studi pustaka
ini adalah untuk mendapat gambaran yang jelas
mengenai bakteri
Clostridium difficile
dan
pseudomembranous colitis.
Tujuannya
untuk mengetahui karakteristik
Clostridium difficile,
patogenesis, terapi dan
3
1.4.Manfaat Karya Tulis IImiah
Karya tulis ini diharapkan :
1. secara akademik meningkatkan pemahaman mengenai
Clostridium difjicile
dan
pseudomembranous colitis,
2. secara praktik memberikan informasi kepada masyarakat tentang bahaya
pseudomembranous colitis
dan cara-cara pencegahannya.
---BABIV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Toksin Clostridium difJicile menginaktivasi protein Rho dengan cara mengikat molekul glukosa secara kovalen pada residu threonine. Glukosilasi threonine menyebabkan kerusakan filamen aktin sel-sel mukosa usus, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan cairan. Toksin A mengaktivasi PMN, sehingga menyebabkan terjadinya respon inflamasi. Akumulasi sel-sel radang pada mukosa kolon menyebabkan terjadinya lesi yang berwarna kekuning-kuningan, yang semakinmeluas, sehingga membentuk suatu lapisan yang disebut pseudomembrane.
Terapi lini pertama, yaitu dengan menggunakan metronidazole. Pada pasien dengan kekambuhan berganda, dapat diusahakan dengan rekolonisasi flora normal kolon.
Pencegahan pseudomembranous colitis dilakukan dengan cara menghindari penggunaan antibiotika tanpa indikasi yang tepat, pengendalian infeksi, dan
. . .
ImUlllSaSl.
4.2. Saran
Saran-saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut :
1. Bila tidak ditangani dengan tepat, pseudomembranous colitis dapat berkembang menjadi fatal. Oleh karena itu perlu adanya kewaspadaan bila terjadi diare setelah mengkonsumsi antibiotika.
2. Pencegahan pseudomembranous colitis yang paling baik adalah dengan menghindari konsumsi antibiotika yang tidak tepat.
3. Prevalensi pseudomembranous colitis di Indonesia masih belum diketahui, oleh karena itu perlu diadakan penelitian-penelitian lebih lanjut.
DAFT AR PUST AKA
Aktories K., 2000. Bacterial Protein Toxins as Tools in Cell Biology and
Phannacology., In: Cossart P., Boquet P., Nonnark S., Rappuoli R., editors:
Cellular Microbiology.
Washington: ASM Press.P.226-7, 233.
Aktories
K.,
1997.,
Bacterial
Toxins
That
Target
Rho
Protein.,
http://www.ici.org/cgifcontent/full/99/5/827
., 7 April 2004.
Anonymusl., available at
http://www.uark.edu/campus-resources/mivey/ressum.html, 9 Maret 2004.
A nonymus2., Available at Schenectady County Clostridium
http://www.sunvsccc.edu/academic/mst/microbes/12cdiff.htm.. 2004.
Community College., 2002., difficile., 29 Maret
Anonymus3..
Available
at
Ohiohealth,
Antibiotic
Associated
colitis.,
ht!P://www.ohiohealth.com/health reference/disease and conditions., 5 maret
2004.
Anonymus4..
Available
at
http://www.clevelandclinic.org/health/health-info/docs/0200/0215.asp?index=4812,
16 Februari 2005.
Boquet P., 2000.Cell Biology:An Overview In: Cossart P., Boquet p., Nonnark S., Rappuoli R., Editors : Cellular Microbiology. Washington: ASM Press. P.44.
Brooks G.F., Butel J.S., Morse S.A., 1998. Jawetz, Melinck, and Adelberg's lvfedical Microbiology. 2151ed. Connecticut: Simon and Schuster Company. P.182-9.
Brugemann H., Baumer S., Fricke W.F., Wiezer A., Liesegang H., Decker I., 2003. The Genome Sequence of Clostridium tetani, the Causative Agent of Tetanus Disease, http://\\'ww.pnas.org/cgi/content/full//100/3/1316., 8 November 2004.
Calabi E., Calabi F., Phillips A.D., Fairweather N.F., 2002., Binding of Clostridium difficile Surface Layer Protein to Gastrointestinal Tissue., hnp://iai.asm.org/cgi/content/fuIl170/10/5770 .,2 April 2004.
Castagliuolo I., Riegler M.F., Valenick L., LaMont J.T., Pothoulakis c., 1999. Saccharomyces Boulardii Protese Inhibits the Effects of Clostridium difficile
Toxin A and B in Human Colonic Mucosa.,
hnp://www.iai.asm.org/cgi/content/fu1l/67/1I302.. 25 Maret 2004.
46
Collignon A.,
Adlerberth I., 2000. How Bacteria Can Colonise the Gut.,
http://www.microfun.u-psud.fr/microfunlch3.html..
22 Februari 2004.
Dillon S.T., Rubin E.J., Yakubovich M., Pothoulakis C., LaMont J.T., Feig L.A,
et.al. 1995.
Involvement of Ras Related Rho proteins in the Mechanisms of
action
of
Clostridium
Toxin
A
and
Toxin
B.,
http://iai.asm.org/cgilcontent/abstract/63/4/1421
., 1 April 2004.
Forbes B.A., Sahm D.F., Weissfeld AS., 2002. Fabiano K., editor: Bailey and Scott's Diagnostic Microbiology. 11th ed. Missouri: Mosby Inc. P.520-2. Joyce AM., Bums D.L., 2002., Reccurent Clostridium difficile colitis.,
http://www.postgradmed.com/issues/2003/11-02/Joyce3.htm.. 13 Maret 2004.
Karjalainen T., Dupriet AJ.W., Corquetti M., Spigaglia P., Maggioni A, Pierugi
M., et al. 2001.
Molecular and Genomic Analysis of Genes Encoding
Surface
Anchored
Proteins
from
Clostridium
difficile.,
http://iai.asm.org/cgi/content/full/69/5/3442
., 1 April 2004.
Kelly c.P., Chetham S., Keates S., Bostwick E.F., Roush A.M., Castagliuolo I., et al. 1997. Survival of Anti Clostridium difficile Bovine Immunoglobulin
Concentrate in the Human Gastrointestinal Tract.,
http://aac.asm.org/cgi/content/abstract/41/2/236 ., 7 April 2004.
Levinson W., Jawetz E., 2002. Foltin J., Lebowitz H., Pantor N., editors: Medical Microbiology and Immunology: Examination and Immunology. th ed. California: McGraw Hill. P.III-2.
Limaye A.P., Turgeon D.K. Cookson B.T., Fritsche T.R., 2000. Pseudomembranous Colitis Caused by Toxin A-B+ Strain of Clostridium difficile., http://icm.asm.org/cgi/content/full/38/4/1696., 5 Maret 2004. Mahida YR., Galvin A., Makh S., Sanfilippo L., Borriello S.P., Sewell., 1998.
Effects of Clostridium difJicile Toxin A on Human Colonic Lamina Propria Cells, Early Loss of Macrophages Followed by T-Cell Apoptosis., http://iai.asm.org/cgi/content/full/66/1115462 ., 25 maret 2004.
Mims c.A., Nash A., Stephen J., 2001. Mims' Pathogenesis of Infectious disease. 5th ed. London: Academic Press. P.88-9, 263-4.
47
Rianto Setabudy., 1998. Antimikroba Lain., dalam : Farmakologi dan Terapi.,
Editor : Sulistia G. Ganiswarna., Jakarta :Bagian Farmakologi Universitas
Indonesia. Hal. 681.
Sacho
H.,
Schaub
D., 2002.
Clostridium
difficile-Associated
Diarrhoea.,
http://www.niv.ac.za/lessons/volume3/les7b.htm.,
4 April 2004.
Salyers A.A., Whitt D.D., 2002.
Bacterial Pathogenesis, A Molecular Approach.
2nd ed. Illinois: Department of Microbiology University of Illinois Urbana,
USA. P.353-62.
Santos M.F., McCormack S.A., Guo., Okolicany I., Zheng Y., Johnson L.R., et al.
1997. Rho Proteins Play a Critical Role in Cell Migration during the early
Phase of Mucosal Restitution.,
http://www.ici.org/cgi/content/full/100/1/216
., 15 Maret 2004.
Stotzer P.O., Blomberg L., Conway PL., Henriksson A., Abrahamsson H., Pro biotic Treatment of Small Intestinal Bacterial Overgrowth by
Lactobacillus fermentum KLD,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov /entrezJ querv .fcgi ?cmd=Retrieve&db=PubMed &list uids=9060066&dopt=Abstract., 10 Maret 2004.
Taylor R., 2001. Surface proteins of Clostridium difficile., http://www.cheng.cam.ac. uk/research/ groupslbiosci/ docs/rt difficile. pdf., 29 Maret 2004.
Tortora G.J., Funke B.R., Case C.L., 2001. Microbiology, an Introduction. 7th ed. San Fransisco: Addison Wesley Longman Inc. PA08-21.
Waligora A.J., Hennequin C., Mullany P., Bourlioux P., Collignon A., Karjalainen T., 2001. Characterization of a Cell Surface Proteins of
Clostridium difficile with Adhesive properties.,
http://www.iai.asm.org/cgi/content/full/69/4/2144#Tl..23 Maret 2004. Wilkins T.D., Lyerly D.M., 2003. Clostridium difficile testing: After 20 Years Still
Chalenging., http://icm.asm.org/cgi/contentlfull/4112/531 ., 29 Februari 2004.
Yassin S.F., 2002. Pseudomembranous
http://www.emedicine.com/medltopic2743.htm.. 19 Maret 2004.
Colitis.,
Zimmerman J.C.C., Pratumengem G.S. Enrique E., 2003,
Pseudomembranous
Colitis,
http://www.5mcc.com/intestinalinfection/ clostridiumdifficilelhtm.,