• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga, Parental Yielding, dan Perilaku Pembelian Orangtua pada Perilaku Pembelian yang Kompulsif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga, Parental Yielding, dan Perilaku Pembelian Orangtua pada Perilaku Pembelian yang Kompulsif."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACK

(2)

vi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

(3)
(4)

viii Universitas Kristen Maranatha

3.9 Metode Uji Pengaruh X terhadap Y...44

3.10 Kriteria Pengujian...44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Respon Kuesioner...45

4.2 Karakteristik Responden...46

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...46

4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...47

4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Besarnya Uang Saku...48

(5)

ix Universitas Kristen Maranatha

4.4 Pengujian Pengaruh pola komunikasi keluarga, parental yielding , dan

perilaku pembelian orang tua berpengaruh terhadap perilaku pembelian yang

kompulsif...53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan ……….54

5.2.Implikasi Penelitian………56

5.3Saran………58

DAFTAR PUSTAKA

(6)

x Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(7)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 KMO and Bartlett Test Analisis Faktor Awal………...35

Tabel 3.2 Rotated Component Matrix Analisis Faktor Awal……….36

Tabel 3.3 KMO and Bartlett Test Analisis Faktor Akhir………...…37

Tabel 3.4 Rotated Component Matrix Analisis Faktor Akhir………38

Tabel 3.5 Reliability Analysis-Scale (Alpha) Awal………...…41

Tabel 3.6 Reliability Analysis-Scale (Alpha) Akhir………..42

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...46

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...47

Tabel 4.3 Karakteristik Resonden Berdasarkan Besarnya Uang Saku...48

Tabel 4.4 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)...49

Tabel 4.5 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)...49

(8)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berbelanja merupakan suatu aktivitas yang biasa di lakukan oleh setiap orang

karena mengingat adanya suatu kebutuhan yang harus di penuhi.Dalam melakukan

berbelanja, konsumen cenderung memiliki sifat afektif ( pleasure – arousal – dominance),

dimana pleasure mengacu pada konsumen yang merasa senang, gembira dan puas dalam

melakukan berbelanja, arousal mengacu pada konsumen merasa tertarik pada suatu

produk yang belum tentu mereka butuhkan, dominance mengacu pada konsumen yang

tidak bisa mengendalikan untuk melakukan berbelanja. Hal ini menyebabkan orang

tersebut memiliki pengalaman berbelanja,yaitu hedonic shopping value mencerminkan

instrumen yang menyajikan secara langsung manfaat experimental dari melakukan

berbelanja, Utilitarian shopping value mengacu pada konsumen yang membeli barang

yang dibutuhkan, Resources expenditure digunakan untuk menaksir waktu ,dana

pengeluaran, interaksi sosial untuk melakukan berbelanja (Chandra & Anastasia, 2005).

Di samping itu terdapat perilaku konsumen yang tidak mampu menahan untuk

melakukan berbelanja secara berulang – ulang akan suatu produk yang mereka tidak

butuhkan, dikarenakan dengan melakukan berbelanja konsumen merasa puas dapat

membeli produk tersebut, untuk menghilangkan rasa stres dan melupakan semua

peristiwa – peristiwa yang tidak menyenangkan,perilaku ini disebut perilaku compulsive

(9)

2

Universitas Kristen Maranatha

berbelanja dikarenakan konsumen memiliki rasa tertekan atau rasa bosan dan ketagihan

belanja ( Solomon 2005 ). Bagi sebagian besar orang, belanja merupakan kegiatan normal

yang rutin dilakukan sehari – hari. Namun bagi para compulsive buyer, ketidakmampuan

mengendalikan hasrat untuk membeli sesuatu akan mendorong mereka untuk melakukan

apa saja asalkan hasrat tersebut terpenuhi. Menurut hasil studi di Amerika, perilaku

pembelian yang kompulsif (compulsive buying) pertama kali ditemukan tahun

1915,sampai saat ini perilaku pembelian kompulsif terus berkembang di

masyarakat,diperkirakan kurang lebih sekitar 17 juta warga Amerika Serikat yang

mempunyai perilaku compulsive buying. Perilaku pembelian yang kompulsif

memberikan dampak negatif dan dampak positif bagi para penderitanya, dampak

negatifnya mengalami kebangkrutan , hutang yang menumpuk , melakukan bunuh diri

karena sudah terobsesi untuk berbelanja dan merasa tersiksa kalau tidak melakukan

belanja, di pecat dari pekerjaan , korupsi , tidak percaya diri dan keretakan rumah tangga

( Benson 2000 dan Dittmar 2005).Sedangkan dampak positifnya bukan rasa kepuasan

seseorang untuk membeli produk tetapi rasa keinginan untuk melakukan berbelanja.

Perilaku pembelian yang kompulsif memiliki adanya dorongan hati yang sangat kuat

untuk selalu melakukan berbelanja dalam diri seseorang, misalnya gelisah dan depresi,

dengan menghambur – hamburkan uang bisa melupakan peristiwa – peristiwa yang tidak

menyenangkan.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi compulsive buying. Faktor

pertama adalah faktor keluarga. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa compulsive

(10)

3

Universitas Kristen Maranatha

Pengaruh yang paling besar pada pembentukan compulsive buying ini disebabkan oleh

sikap orangtua yang terlalu menuruti apa yang menjadi keinginan anak (parental

yielding). Sedangkan pada struktur keluarga dan pola komunikasi keluarga yang

berorientasi sosial dan konsep tidak berpengaruh secara signifikan pada compulsive

buying. Faktor kedua adalah psychological yang terdiri dari penghargaan diri, status

sosial yang dipersepsikan, dan fantasi. Faktor ketiga adalah sosiological yang terdiri dari

tayangan televisi, teman sebaya, frekuensi belanja, serta kemudahan mengakses dan

menggunakan kartu kredit. Selain faktor-faktor di atas, terdapat faktor individu, yaitu

personal goals. Personal goals terdiri dari extrinsic goals dan intrinsic goals (Robert dan

Pirog, 2004)

Faktor keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam perilaku pembelian

kompulsif yaitu dengan menggunakan pola komunikasi keluarga ( berorientasi konsep

dan sosial ) , parental yielding , dan pembelian orang tua dapat mempengaruhi

munculnya perilaku pembelian yang kompulsif. Pertama, pola komunikasi keluarga

(berorientasi konsep),orang tua sangat menghargai pendapat anak – anaknya dan

mendorong anak – anak mereka untuk bisa mengambil keputusan sendiri. Pola

komunikasi keluarga ( berorientasi sosial ), orang tua mengajarkan anaknya untuk dapat

menghargai pendapat orang lain sehingga dalam melakukan berbelanja berdasarkan

pendapat orang lain. Kedua, parental yielding,orang tua memberikan kebebasan pada

anaknya dan selalu memberikan apapun yang diinginkan anaknya untuk menggantikan

waktu yang hilang bersama anak karena kesibukan. Ketiga, pembelian orang tua, dimana

orang tua selalu memberikan uang atau hadiah untuk menggantikan rasa sayang orang tua

(11)

4

Universitas Kristen Maranatha

Penelitian yang dilakukan mengambil objek yang terdiri dari mahasiswa dan

mahasiswi Universitas Kristen Maranatha, yang mana perilaku – perilaku yang dilakukan

oleh para mahasiswa adalah cerminan atau hasil daripada pengaruh faktor – faktor

keluarga, mahasiswa yang saat ini tinggal bersama orangtuanya

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga, Parental Yielding , dan Perilaku

Pembelian Orang Tua Terhadap Perilaku Pembelian yang Kompulsif”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti membuat rumusan

masalah sebagai berikut : ”Apakah pola komunikasi keluarga, parental yielding , dan

perilaku pembelian orang tua berpengaruh terhadap perilaku pembelian yang kompulsif

?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian adalah untuk menganalisis

pengaruh pola komunikasi keluarga , parental yielding , dan perilaku pembelian orang

(12)

5

Universitas Kristen Maranatha

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat:

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran bagi

peneliti untuk melakukan penelitian mengenai permasalahan compulsive

buying.

2. Bagi akademisi dan praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif

dengan memberikan informasi berupa bukti empiris bagi kalangan akademisi

maupun praktisi mengenai pengaruh pola komunikasi keluarga , parental yielding

, dan perilaku pembelian orang tua terhadap compulsive buying.

3. Bagi konsumen

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna

bagi konsumen untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan perilaku

compulsive buying dalam dirinya dengan mengetahui faktor keluarga apa saja

yang dapat menimbulkan perilaku negatif tersebut.

1.5 Batasan Penelitian

Penelitian ini berfokus pada pengaruh pola komunikasi keluarga , parental yielding ,

dan perilaku pembelian orang tua terhadap perilaku pembelian yang kompulsif.

Sebagai responden penelitian ini adalah Mahasiswa S1 Universitas Kristen

(13)

6

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Sistematika Pembahasan

Penelitian ini terbagi dalam lima bab yang akan disusun dengan sistematika

pembahasan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan ipenelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II Kajian Pustaka dan Pengembangan Hipotesis menguraikan landasan teori

serta pernyataan hipotesis.

Bab III Metode Penelitian menguraikan tentang metode penelitian seperti objek

dan lokasi penelitian, desain penelitian, metode pangambilan sampel, metode

pengumpulan data, definisi operasional, uji validitas dan realibilitas, metode analisis data,

serta kriteria pengujian hipotesis.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi tentang hasil analisis data beserta

pembahasan hasil temuan yang diperoleh.

Bab V Kesimpulan dan Saran berisi tentang kesimpulan penelitian, keterbatasan

(14)

54 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman peran keluarga

pada perilaku pembelian yang kompulsif dengan cara menguji pola komunkasi (orientasi

konsep dan sosial),parental yielding, dan perilaku pembelian orangtua pada perilaku

pembelian yang kompulsif. Perilaku compulsive buying menjadi topik pembahasan

sangat menarik baik saat ini maupun beberapa tahun yang lalu. Compulsive buying telah

direalisasikan dalam bentuk majalah dan film yang menunjukkan ada nya wanita dan

pria melakukan belanja secara berulang – ulang.

Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik

responden, yaitu usia responden dan kondisi psikologis. Usia responden terbanyak yang

menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu usia 21 tahun. Pada saat usia tersebut

termasuk ke dalam masa adolesen, yaitu masa transisi di mana seseorang nulai berpikir

matang, mencari, memahami makna hidup sebenarnya, namun belum sepenuhnya

dewasa, sehingga dalam pengambilan keputusan belum sepenuhnya matang, misalkan

dalam keputusan pembelian. Sedangkan kondisi psikologis, banyak orang yang suka

membelanjakan uangnya,untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka,dengan

melakukan berbelanja mereka bisa menghilangkan rasa stress sehingga mereka

(15)

55

Universitas Kristen Maranatha

tertentu dengan pergi berbelanja,terkadang mereka memaksakan diri dengan cara

menghutang untuk memuaskan diri melakukan berbelanja sebagai hobi. Mereka tidak

akan berhenti berbelanja karena mereka menganggap bahwa dengan melakukan

berbelanja ada rasa kenikmatan diri mereka sendiri.

Gwin et al (2004) menyatakan bahwa keluarga memegang peranan penting,

orangtua dalam pembentukkan karakter anak. Adanya ketidakpastian dan masalah dalam

keluarga dapat memepengaruhi perkembangan anak, yang nantinya dapat

mengakibatkan anak memiliki sifat yang negatif. Penelitian terdahulu mengindikasikan

bahwa lingkungan keluarga dimana seseorang dibesarkan dapat mengarah pada perilaku

pembelian yang kompulsif sebagai salah satu cara untuk mendapatkan kepuasan (Gwin

et al., 2004).

5.2. Implikasi Penelitian

Penelitian ini memberikan impilikasi bagi akademisi, pemasar, dan konsumen.

5.2.1. Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai

pengaruh pola komunkasi keluarga terhadap compulsive buying serta memberikan

akademisi mengenai perilaku pembelian yang kompulsif..Menurut Roberts dan Pirog

(2004) terdapat dua hipotesis yaitu pengaruh community feeling dan affiliation. Hasil

(16)

56

Universitas Kristen Maranatha

responden serta faktor situasional. Hal ini dapat menjadi masukan bagi akademisi untuk

mempunyai penjelasan yang rasional dalam penelitian yang dilakukan.

5.2.2. Bagi Konsumen

Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi mengenai gambaran

karakteristik dan pengambilan keputusan pembelian. Konsumen yang memiliki perilaku

pembelian yang kompulsif dapat mencari informasi mengenai produk – produk yang lagi

trend dengan menggunakan media informasi yaitu melalui internet dan majalah.

Konsumen diharapkan dapat lebih bijaksana dalam memilih produk yang akan mereka

konsumsi, dengan lebih memperhatikan pada fungsi produk tersebut, dan diharapkan

konsumen dapat lebih berhati-hati dengan penawaran-penawaran promosi yang

cenderung lebih menawarkan nilai-nilai materialisme. Berbelanja merupakan aktivitas

yang wajar untuk dilakukan jika memang konsumen sudah menganggarkan dana untuk

melakukan belanja, jika hobi berbelanja,dapat menimbulkan masalah jika dilakukan

secara tidak terkendali. Biasanya orang yang berperilaku kompulsif atau shopaholic

akan merasakan kenikmatan dalam berbelanja, mereka akan berbelanja secara

gila-gilaan tanpa memperhatikan fungsi dari produk yang mereka beli, terutama pada saat ia

(17)

57

Universitas Kristen Maranatha

5.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian, antara lain sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya menggunakan responden yangmerupakan mahasiswa

S1 Universitas Kristen Maranatha.

2. Keterbatasan waktu dan lokasi penelitian. Waktu penelitian yang terbatas menjadi

faktor keterbatasan penelitian. Penyebaran kuesioner umumnya dilakukan di dalam

kelas, sehingga faktor – faktor situasional turut mempengaruhi, misalkan kondisi

responden di kelas. Faktorsituasional yang tidak terlihat sebaiknya lebih diperhitungkan.

Ada baiknya jika penelitian selanjutnya mengambil lokasi yang lebih mendukung,

misalnya mall – mall.

3. Penelitian ini tidak memperhitungkan penjelasan tentang tidak signifikannya

pengaruh keluarga pada compulsive buying. Didasarkan pada asumsi dari peneliti bahwa

sebagian besar responden tidak tinggal bersama keluarga, sehingga asumsi tersebut

(18)

58

Universitas Kristen Maranatha

5.4. Saran

1. Penelitian tentang pengaruh faktor keluarga terhadap compulsive buying dalam

kalangan mahasiswa perlu dipertimbangkan apakah mereka tinggal bersama orangtua

(19)

59 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Faber, Ronald J.; and Thomas C. O’Guinn (1989), “Compulsive Buying: A Phenomenological Exploration,” journal of Consumer Research, 16 (September), 147-157.

Faber, Ronald J.; and Thomas C. O’Guinn (1992), “A Clinical Screener for Compulsive Buying, “ Journal of Consumer Research, December, 459-469.

Dittmar, Helga (2005), “Compulsive Buying— A Growing Concern? An

Examination of Gender, Age, and Endorsement Of Materialistic Values As Predictors, “British Journal of Psyhology, 96, 467-491

Gwin, Carol F.; James A. Roberts; and Carlos R. Martinez (2005), “Nature Vs Nurture: The Role Of Family In Compulsive Buying, “Marketing

Management Journal, Spring, 95-107.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu membandingkan hasil penggalian kaidah asosiasi multi obyektif, dengan menggunakan sampel yang dilakukan proses

Dari permasalahan yang telah dipaparkan diatas mendasari penulis untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Produk dan Harga Terhadap Minat Beli Mobil Tipe Sedan

Perlu diketahui bahwa ada waktu yang lebih panjang bagi calon perseorangan tersebut untuk proses pendaftaran yang kira- kira 1 (satu) bulan sesuai dengan Peraturan Komisi

Dari penjelasan tersebut di sini penulis menjelaskan variabel masa lalu yaitu penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan variabel masa lalu dan masa sekarang termasuk

Untuk dapat mengetahui setiap kelas mempunyai data yang berdistribusi normal atau tidak, oleh sebab itu perlu dilakukan suatu uji yaitu uji normalitas. Apabila

Rancang bangun aplikasi pelaporan perkembangan ternak sapi paguyuban “Tani Makmur” berbasis web membahas mengenai pengelolaan informasi peternakan yang meliputi anggota,

Hasil analisis BNT 0,05 menunjukkan, bahwa galur asal Bogor menghasilkan jumlah polong, bobot basah dan bobot kering polong serta bobot kering 100 biji lebih tinggi

Sehubungan dengan pelaksanaan Kualifikasi Seleksi Umum Penyedia Jasa Konsultansi, Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM Tahun Anggaran 2012 untuk pekerjaan ” Kajian