Olivia Christina Dewi ABSTRACT
This study aimed to find out the relationship between attitude toward mathematics and mathematics achievement among fifth grade students. The hypothesis proposed in this study was there was a positive relationship between attitude toward mathematics and mathematics achievement. The subjects in this study was 73 students in fifth grade of SD Kanisius Demangan Baru I Yogyakarta. Collection data in this study used attitude toward mathematics scales and documentation method of mathematics mark. Reliability of attitude toward mathematics scales tested using Aplha Cronbach reliability and obtained results as much as 0,920 of 40 items. Data were analyzed using Product Moment Pearson correlation technique in SPSS for Windows version 23 program. The data analysis shows the correlation (r) of 0,416 and 0,000 level of significance (p<0,01). According to the results, the hypothesis that there was a positive relationship between attitude toward mathematics and mathematics achievement, was accepted.
Olivia Christina Dewi ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap matematika dan prestasi matematika siswa SD kelas V. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara sikap terhadap matematika dan prestasi matematika. Subjek penelitian ini adalah 73 siswa SD Kanisius Demangan Baru I Yogyakarta kelas V. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala sikap terhadap matematika dan metode dokumentasi berupa nilai matematika. Reliabilitas skala sikap terhadap matematika diuji dengan menggunakan metode reliabilitas Aplha Cronbach dan diperoleh hasil sebesar 0,920 dari 40 aitem. Data dianalisis menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment pada program SPSS for Windows versi 23. Hasil analisis data menunjukkan nilai korelasi (r) sebesar 0,416 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,01). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara sikap terhadap matematika dan prestasi matematika, diterima.
HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP MATEMATIKA DAN PRESTASI MATEMATIKA PADA SISWA SD KELAS V
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh: Olivia Christina Dewi
129114166
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP MATEMATIKA DAN
PRESTASI MATEMATIKA PADA SISWA SD KELAS V
Disusun oleh:
Olivia Christina Dewi
NIM: 129114166
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing Skripsi,
iii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP MATEMATIKA DAN PRESTASI MATEMATIKA PADA SISWA SD KELAS V
Dipersiapkan dan disusun oleh: Olivia Christina Dewi
129114166
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal: 13 Juni 2017
dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji:
Nama Lengkap Tanda Tangan
Penguji 1 : Dr. Y. Titik Kristiyani, M.Psi. ... Penguji 2 : Prof. A. Supratiknya, Ph.D. ... Penguji 3 : P. Eddy Suhartanto, M. Si. ...
Yogyakarta, Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Dekan,
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 Juli 2017
v
HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP MATEMATIKA DAN PRESTASI MATEMATIKA PADA SISWA SD KELAS V
Olivia Christina Dewi ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap matematika dan prestasi matematika siswa SD kelas V. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara sikap terhadap matematika dan prestasi matematika. Responden penelitian ini adalah 73 siswa SD Kanisius Demangan Baru I Yogyakarta kelas V. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala sikap terhadap matematika dan metode dokumentasi berupa nilai matematika. Reliabilitas skala sikap terhadap matematika diuji dengan menggunakan metode reliabilitas Aplha Cronbach dan diperoleh hasil sebesar 0,920 dari 40 aitem. Data dianalisis menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment pada program SPSS for Windows versi 23. Hasil analisis data menunjukkan nilai korelasi (r) sebesar 0,416 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,01). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara sikap terhadap matematika dan prestasi matematika, diterima.
vi
THE RELATIONSHIP BETWEEN ATTITUDE TOWARD MATHEMATICS AND MATHEMATICS ACHIEVEMENT AMONG
FIFTH GRADE STUDENTS Olivia Christina Dewi
ABSTRACT
This study aimed to find out the relationship between attitude toward mathematics and mathematics achievement among fifth grade students. The hypothesis proposed in this study was there was a positive relationship between attitude toward mathematics and mathematics achievement. The respondents in this study was 73 students in fifth grade of SD Kanisius Demangan Baru I Yogyakarta. Collection data in this study used attitude toward mathematics scales and documentation method of mathematics mark. Reliability of attitude toward mathematics scales tested using Aplha Cronbach reliability and obtained results as much as 0,920 of 40 items. Data were analyzed using Product Moment Pearson correlation technique in SPSS for Windows version 23 program. The data analysis shows the correlation (r) of 0,416 and 0,000 level of significance (p<0,01). According to the results, the hypothesis that there was a positive relationship between attitude toward mathematics and mathematics achievement, was accepted.
Key words: attitude toward mathematics, mathematics achievement
LEMBAR PE
vii
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Olivia Christina Dewi
NIM : 129114166
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah saya yang berjudul:
“Hubungan Antara Sikap Terhadap Matematika dan Prestasi Matematika Pada Siswa SD Kelas V”
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan dan mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa harus meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 20 Juli 2017 Yang menyatakan,
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang selalu
menyertai, membimbing, memberikan hikmat, petunjuk, dan pengetahuan dalam
penyelesaian tugas akhir ini. Karya ini jauh dari kata sempurna tetapi karya ini
dapat penulis selesaikan berkat doa dan semangat dari berbagai pihak. Dengan
penuh syukur, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi.
2. Paulus Eddy Suhartanto M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi.
3. Dr. Y. Titik Kristiyani, M.Psi. selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu meluangkan waktu dan memberikan pencerahan.
4. Drs. Hadrianus Wahyudi M.Si. selaku dosen pembimbing akademik.
5. Prof. A. Supratiknya dan Edward Theodorus, M.App.Psy. selaku dosen
penguji skripsi yang telah memberi masukan.
6. Kedua orangtuaku yang setiap waktu mau mendengar keluh kesahku dan
memberi semangat untuk tetap optimis.
7. Teman-teman dosbing Bu Titik yang menguatkan satu sama lain.
8. Mas Muji, Mas Gandung, teman-teman student staff, dan teman-teman
petugas lab atas segala bantuannya.
9. Sahabat-sahabat merpus geng pisgor: Indri, Dira, dan Igan “jangan
ix
10. Sahabat-sahabat cabe-cabean: Putri, Igan, Anggie, Nona, Dira, Mitha,
Seprina, Gung Is, Bincik, dan Itha. Terima kasih karena selalu memberi
keceriaan dan penguatan untuk satu sama lain.
11. Sahabat payungku: Rizky dan Bella. Terima kasih atas kerja sama kita,
tetap semangat!
12. Teman-temanku seluruh angkatan 2012 atas bantuan, dukungan, dan
doanya. Selalu semangat dan optimis teman-teman.
13. Responden-responden yang telah berpartisipasi dalam penelitianku ini.
14. Semua pihak yang turut memberikan doa, dukungan, dan bantuan tapi
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih.
Penulis memiliki harapan agar karya ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis saja
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .. ... ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ... ii
HALAMAN PENGESAHAN .. ... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH . ... iv
ABSTRAK . ... v
ABSTRACT . ... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH . ... vii
KATA PENGANTAR . ... viii
DAFTAR ISI . ... x
DAFTAR TABEL . ... xiii
DAFTAR BAGAN ... xv
DAFTAR LAMPIRAN . ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN . ... 1
A. Latar Belakang Masalah . ... 1
B. Rumusan Masalah . ... 8
C. Tujuan Penelitian . ... 8
D. Manfaat Penelitian . ... 8
BAB II. LANDASAN TEORI . ... 10
A. Matematika . ... 10
B. Prestasi Matematika . ... 11
1. Definisi Prestasi Matematika . ... 11
xi
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Matematika . ... 12
C. Sikap terhadap Matematika . ... 16
1. Definisi Sikap terhadap Matematika . ... 16
2. Aspek-aspek Sikap terhadap Matematika. ... 17
D. Siswa Sekolah Dasar (SD) Kelas V . ... 19
1. Karakteristik Siswa SD Kelas V . ... 19
2. Tahap Perkembangan Kognitif Siswa SD Kelas V . ... 19
E. Dinamika Hubungan antara Sikap terhadap Matematika dan Prestasi Matematika Siswa SD Kelas V . ... 21
F. Hipotesis Penelitian . ... 26
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN . ... 27
A. Jenis Penelitian . ... 27
B. Variabel Penelitian ... 27
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian . ... 27
D. Responden Penelitian ... 29
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data . ... 29
F. Pemeriksaan Reliabilitas Skala Sikap terhadap Matematika . ... 38
G. Metode Analisis Data . ... 38
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ... 40
A. Pelaksanaan Penelitian ... 40
B. Deskripsi Responden Penelitian . ... 40
C. Deskripsi Data Penelitian . ... 41
xii
E. Analisis Data Penelitian Tambahan ... 46
F. Pembahasan . ... 48
BAB V. PENUTUP . ... 59
A. Kesimpulan . ... 59
B. Keterbatasan Penelitian ... 59
C. Saran . ... 60
DAFTAR PUSTAKA . ... 62
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue Print Skala Sikap terhadap Matematika Sebelum Uji Coba ... 30
Tabel 2. Daftar Pertanyaan FGD ... 31
Tabel 3. Skor Berdasarkan Pilihan Jawaban (Semua Item, kecuali Item Indikator Kecemasan Terhadap Matematika) . ... 33
Tabel 4. Skor Berdasarkan Pilihan Jawaban (Indikator Kecemasan Terhadap Matematika) ... 34
Tabel 5. Distribusi Item Sahih dan Gugur Skala Sikap Terhadap Matematika 36 Tabel 6. Blue Print Skala Sikap Terhadap Matematika Setelah Uji Coba ... 37
Tabel 7. Deskripsi Responden Penelitian ... 40
Tabel 8. Reliabilitas Data Sikap Terhadap Matematika ... 41
Tabel 9. Deskripsi Data Sikap Terhadap Matematika . ... 42
Tabel 10. Hasil Uji Beda Mean Teoretis dan Empiris Skala Sikap Terhadap Matematika ... 42
Tabel 11. Deskripsi Data Prestasi Matematika . ... 43
Tabel 12. Hasil Uji Beda Mean Teoretis dan Empiris Prestasi Matematika ... 43
Tabel 13. Uji Normalitas . ... 44
Tabel 14. Uji Linearitas ... 45
Tabel 15. Uji Hipotesis . ... 45
Tabel 16. Uji Korelasi Aspek-aspek Sikap Terhadap Matematika dan Prestasi Matematika . ... 46
xiv
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Bagan Dinamika Hubungan antara Sikap terhadap Matematika dan
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kompetensi Dasar dan Materi Matematika SD Kelas V
Kurikulum KTSP ... 68
Lampiran 2. Form Penilaian Validitas Isi Skala Sikap Terhadap Matematika 70
Lampiran 3. Penghitungan IVI-I dan IVI-S untuk Penilaian Validitas Isi Skala Sikap Terhadap Matematika ... 78
Lampiran 4. Skala Sikap Terhadap Matematika Sebelum Uji Coba ... 82
Lampiran 5. Surat Ijin Uji Coba ... 86
Lampiran 6. Uji Reliabilitas dan Analisis Item Skala Sikap Terhadap Matematika Sebelum Uji Coba ... 87
Lampiran 7. Skala Sikap Terhadap Matematika Setelah Uji Coba (Penelitian) 90 Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian ... 94
Lampiran 9. Surat Keterangan Penelitian ... 95
Lampiran 10. Uji Reliabilitas Skala Sikap Terhadap Matematika Setelah Uji Coba (Penelitian) ... .... 96
Lampiran 11. Uji Beda Mean Teoretis dan Empiris Sikap Terhadap Matematika ... 97
Lampiran 12. Uji Beda Mean Teoretis dan Empiris Prestasi Matematika ... 98
Lampiran 13. Uji Normalitas ... ... 99
Lampiran 14. Uji Linearitas ... 100
Lampiran 15. Uji Hipotesis (Korelasi Sikap Terhadap Matematika dan Prestasi Matematika) ... 101
xvii
Prestasi Matematika) ... 102
Lampiran 17. Uji Beda Sikap Terhadap Matematika Berdasarkan Jenis
Kelamin ... . 103
Lampiran 18. Uji Beda Prestasi Matematika Berdasarkan Jenis
1
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Salah satu mata pelajaran dalam pendidikan formal di Indonesia yang
dianggap penting dan diberikan hingga jenjang sekolah menengah atas adalah
matematika. Matematika mempelajari tentang bilangan dan kalkulasi, bentuk
dan ruangan, pola dan hubungan, serta fakta kuantitatif dengan cara berpikir
dan bernalar menggunakan struktur logis (Soedjadi, 2000). Pelajaran
matematika berguna untuk memecahkan masalah abstrak dan praktis (Reys,
Lindquist, Lambdin, & Smith, 2014), mengembangkan kemampuan berpikir
dan berargumentasi, menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
dalam dunia kerja. Matematika juga memberi dukungan dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi (Susanto, 2013). Dengan banyaknya manfaat
tersebut, maka matematika perlu dikuasai mulai dari tingkat sekolah dasar
hingga jenjang perguruan tinggi (Orton & Frobisher, 2004).
Siswa diharapkan mampu menguasai matematika sejak duduk di bangku
pendidikan dasar. Dasar-dasar matematika yang kuat dapat mengembangkan
kemampuan dan keterampilan anak dalam melakukan penalaran, berpikir kritis
dan logis, kemampuan menganalisis, serta kemampuan dalam menyelesaikan
masalah (Sujiono, 2011). Ironisnya, sebagian besar
siswa memandang matematika sebagai pelajaran yang menakutkan, susah,
Sejumlah siswa lebih sering menunjukkan hasil yang tidak sesuai
harapan pada tes matematika terstandar. Hasil survei Pusat Statistik
Internasional untuk Pendidikan (National Center for Education in Statistics)
tahun 2003 pada 41 negara dalam pembelajaran matematika menunjukkan
bahwa Indonesia mendapat peringkat 39, di bawah Thailand dan Uruguay
(Satria, 2012). Menurut data UNESCO, mutu pendidikan matematika di
Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang diamati (Satria, 2012).
Data TIMSS (Trends in International Maths and Science Studi) tahun 2015
menyatakan bahwa siswa Indonesia berusia 9-10 tahun berada pada peringkat
ke-45 dari 50 negara pada penguasaan matematika (Rahmawati, 2016).
Peringkat tersebut menggambarkan bahwa prestasi matematika siswa Indonesia
sangat rendah.
Hasil UN siswa SD Kota Yogyakarta tahun 2013 (Ihsan, 2013)
menunjukkan bahwa Matematika memiliki nilai rata-rata terendah, yaitu 7,39.
IPA memiliki nilai rata-rata sebesar 7,62 dan Bahasa Indonesia sebesar 8,43.
Berdasarkan kesenjangan antara pentingnya matematika serta data rendahnya
prestasi matematika siswa di Indonesia, maka mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi prestasi matematika merupakan hal yang penting.
Dalam pendidikan formal di sekolah, kemampuan matematika siswa
ditunjukkan melalui tinggi rendahnya prestasi matematika. Prestasi matematika
merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling berkaitan (Singh, Granville,
Dika, 2002). Salah satu faktor yang memengaruhi prestasi matematika adalah
masih jarang dijumpai di Indonesia, khususnya pada siswa sekolah dasar.
Penelitian mengenai prestasi matematika di Indonesia banyak dikaitkan dengan
model pembelajaran, seperti pembelajaran matematika realistik sebagaimana
penelitian yang dilakukan oleh Fauzan (2002). Sikap terhadap matematika
perlu diperhatikan karena menentukan cara siswa dalam mengevaluasi dan
merespon pelajaran matematika berdasarkan organisasi dari faktor kognitif,
afektif, dan konatif. Hal ini sejalan dengan bukti yang ditemukan Volet (1997
dalam Papanastasiou, 2002) bahwa prestasi akademik berhubungan dengan
interaksi dinamis antara variabel kognitif, afektif, dan motivasi. Tinggi
rendahnya prestasi matematika ditentukan oleh kemampuan siswa untuk
memusatkan perhatian, mengembangkan kegairahan, dan mendorong dirinya
untuk mempelajari matematika (Hendriana & Soemarmo, 2014). Güngör,
Eryilmaz, dan Fakioglu, (2007) juga menemukan bahwa prestasi fisika dan
matematika siswa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kognitif, melainkan
juga faktor afektif.
Peneliti memilih siswa sekolah dasar karena kemampuan dasar yang kuat
di bidang matematika menjadi prediktor kesuksesan siswa pada mata pelajaran
lain, serta menunjang prestasi di tingkat sekolah yang lebih tinggi, bahkan
karier (Shadiq, 2007; Singh, Granville, & Dika, 2002). Siswa kelas V sedang
berada pada puncak perkembangan kognitif operasional konkret yang ditandai
dengan kemampuan berpikir logis yang sangat dibutuhkan dalam mempelajari
Di sisi lain, siswa usia 11-13 tahun mungkin akan mengembangkan sikap
terhadap matematika yang negatif seiring dengan semakin abstraknya materi
matematika yang dipelajari (Aiken, 1986 dalam Cheung, 1988). Ke-8
responden FGD yang merupakan siswa SD kelas V berusia 10-11 tahun di
Yogyakarta juga memiliki sikap terhadap matematika yang negatif. Secara
kognitif, mereka menilai matematika sebagai pelajaran yang cukup susah untuk
dipahami. Secara afektif, mereka memiliki ketakutan-ketakutan terhadap
matematika. Mereka umumnya merasa takut tidak mampu menyelesaikan
soal-soal matematika dan takut mendapat nilai matematika yang jelek. Ketakutan
tersebut memunculkan predisposisi perilaku yang kurang baik, seperti bermain
dengan teman dan tidak memperhatikan guru saat mengikuti kelas matematika.
Akan tetapi, mereka juga memiliki sikap yang positif terhadap matematika,
yaitu menilai matematika sebagai pelajaran yang berguna untuk menghadapi
ujian, masa depan, dan kehidupan sehari-hari. Siswa dalam tahap
perkembangan kognitif ini perlu mendapat arahan untuk mengembangkan
kognisi, afeksi, dan predisposisi perilaku mengenai matematika yang positif
agar kemampuan berpikir logisnya dapat berkembang secara maksimal.
Sikap merupakan keteraturan perasaan, pikiran, dan kecenderungan
perilaku seseorang terhadap objek tertentu di lingkungannya (Secord &
Backman, 1964). Sikap selalu digerakkan atas evaluasi pada sesuatu atau
seseorang, sehingga dapat memengaruhi pembelajaran serta performansi siswa.
Sikap siswa terhadap matematika memengaruhi cara mereka mengikuti
performansi matematika (Lipnevich, MacCann, Krumm, Burrus, & Roberts,
2009; Nicolaidou & Philippou, 2003).
Siswa umumnya memiliki sikap terhadap matematika yang positif ketika
pertama masuk sekolah tetapi lama kelamaan sikap tersebut akan berkurang
dan menjadi negatif saat memasuki jenjang sekolah yang lebih tinggi (de
Lourdes Mata, Monteiro, & Peixoto, 2012; Nicolaidou & Philippou, 2003). Di
sisi lain, beberapa penelitian menunjukkan bahwa siswa secara relatif memiliki
sikap positif terhadap matematika (Tezer & Karasel, 2010; Yilmaz, Altun, &
Olkun, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa sikap siswa terhadap matematika
sangat subjektif dan cenderung menjadi negatif seiring dengan naiknya
tingkatan kelas.
Penelitian mengenai hubungan sikap terhadap matematika dan prestasi
matematika menunjukkan hasil yang bervariasi. Berbagai temuan menunjukkan
adanya hubungan yang positif antara sikap terhadap matematika dan prestasi
matematika. Singh, Granville, dan Dika (2002) menemukan bahwa sikap
memiliki pengaruh kuat pada prestasi matematika pada siswa SMP kelas VIII
di Virginia. Nicolaidou dan Philippou (2003) menemukan hubungan antara
sikap terhadap matematika dalam kemampuan memecahkan masalah dan
prestasi matematika pada siswa SD kelas V di Cyprus (r: 0,37; p < 0,001).
Bramlett dan Herron (2009) melakukan penelitian pada mahasiswa aljabar
Afrika-Amerika di Australia dan menemukan adanya hubungan positif
signifikan antara sikap terhadap matematika dan prestasi matematika (R2 =
sikap terhadap matematika dan prestasi matematika (r = 0,276; p < 0,01) pada
siswa SD kelas V di Mississipi selatan.
Beberapa temuan menunjukkan bahwa korelasi antara sikap terhadap
matematika dan prestasi matematika dipengaruhi oleh berbagai variabel.
Temuan Schofield (1982) pada siswa SD kelas III-VI di Australia
menunjukkan bahwa sikap terhadap matematika siswa laki-laki berhubungan
positif dengan prestasi matematikanya (r = 0,45), tetapi sikap terhadap
matematika siswa perempuan berhubungan negatif dengan prestasi
matematikanya (r = -0,07). Hasil penelitian Kiray, Gok, dan Bozkir (2015)
pada siswa SMP di Turki menunjukkan bahwa hubungan antara sikap terhadap
matematika dan prestasi matematika sifatnya lemah dan dipengaruhi oleh
kelas, jumlah sampel, gender, dan latar belakang budaya.
Temuan lain terkait hubungan antara sikap terhadap matematika dan
prestasi matematika menunjukkan adanya hubungan negatif. Penelitian Abrego
(1966) pada siswa kelas IV di El Cajon, California menunjukkan adanya
korelasi negatif antara sikap terhadap matematika dan prestasi matematika
sebesar -0,17 tetapi tidak signifikan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sikap
terhadap matematika dan prestasi matematika tidak berhubungan. Penelitian
Caston (1986 dalam Kiray, Gok, & Bozkir, 2015) pada siswa SD kelas III dan
orang tuanya juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan
antara sikap terhadap matematika, baik pada siswa, maupun kedua orang tua
dengan prestasi matematika siswa. Papanastasiou (2002) menemukan bahwa
siswa kelas VIII di Ciprus tidak signifikan, sehingga tidak dapat digunakan
untuk memprediksi prestasi matematika siswa. Trends International
Mathematics and Science Study (TIMSS) (Lianghuo, Seng, Yan, Mei,
Pereira-Mendoza, & Yee, 2005) menemukan bahwa siswa Jepang yang memiliki sikap
terhadap matematika positif hanya sebanyak 52%, tetapi Jepang mampu
menunjukkan rata-rata prestasi matematika yang tinggi. Penelitian Phonguttha,
Tayraukham, dan Nuangchalerm (2009) juga memaparkan hasil serupa, yaitu
sikap terhadap matematika tidak berkorelasi dengan hasil pembelajaran
matematika.
Temuan-temuan tersebut menunjukkan bahwa hasil penelitian mengenai
sikap terhadap matematika dan prestasi matematika menunjukkan hasil yang
bervariasi. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya pengaruh tidak langsung
dari beberapa variabel lain, seperti partisipasi dalam pelajaran matematika,
perbedaan gender, ukuran sekolah (Ma & Kishor, 1997), dan perbedaan
kemampuan masing-masing siswa (Michelli, 2013). Papanastasiou (2002) juga
mengatakan bahwa sekalipun siswa memiliki sikap yang positif terhadap
matematika, siswa tersebut belum tentu mampu mencapai prestasi matematika
yang tinggi. Dengan adanya temuan-temuan yang bervariasi dan dipengaruhi
variabel lain, serta jarangnya penelitian mengenai hubungan antara sikap
terhadap matematika dan prestasi matematika pada siswa sekolah dasar di
Indonesia, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian pada siswa SD di
Siswa kelas V dipilih sebagai responden dalam penelitian ini dengan
pertimbangan siswa di usia tersebut memiliki tahapan perkembangan kognitif
yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar keterampilan matematika. Siswa
kelas V sedang berada dalam puncak perkembangan kognitif operasional
konkret yang didasari dengan adanya kemampuan berpikir logis. Siswa dengan
kemampuan berpikir logis seharusnya mampu menguasai materi matematika
dengan baik. Oleh karena itu, peneliti ingin menegaskan hubungan antara sikap
terhadap matematika dan prestasi matematika yang jarang diteliti di Indonesia,
khususnya pada siswa SD kelas V yang selama ini menunjukkan hasil tidak
konsisten.
B.RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara
sikap terhadap matematika dan prestasi matematika pada siswa SD kelas V?”
C.TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara sikap terhadap
matematika dan prestasi matematika pada siswa SD kelas V.
D.MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi ilmu
psikologi pendidikan, khususnya faktor-faktor yang memengaruhi prestasi
matematika.
2. Manfaat Praktis
Apabila hasil pengujian hipotesis terbukti, maka dapat dilakukan evaluasi
pada sistem pendidikan dan kurikulum di Indonesia untuk melihat apakah
sudah cukup efektif bagi pengembangan sikap terhadap matematika yang
positif pada siswa. Guru dapat melakukan evaluasi atas cara pengajarannya
untuk melihat apakah sudah sesuai untuk mengembangkan sikap terhadap
matematika yang positif pada siswa. Siswa juga dapat menilik apakah sikap
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A.MATEMATIKA
Soedjadi (2000) mendefinisikan matematika sebagai cabang ilmu eksak
yang mencakup bilangan dan kalkulasi, penalaran dan struktur logis, fakta
kuantitatif, serta bentuk dan ruangan. Reys, Lindquist, Lambdin, dan Smith,
(2014) mengartikan matematika sebagai studi mengenai pola dan hubungan,
cara berpikir dengan strategi organisasi, analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan
alat untuk memecahkan masalah abstrak dan praktis. De Lange (2006)
menyebut matematika sebagai bahasa yang menjelaskan pola-pola, baik pola
nyata maupun mental, statis atau dinamis, kuantitatif atau kualitatif. Menurut
Susanto (2013) matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir, berargumentasi, berkontribusi dalam
penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan
dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dari beberapa definisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
matematika merupakan disiplin ilmu eksak yang membahas bilangan dan
kalkulasi, pola dan hubungan, fakta kuantitatif, masalah bentuk dan ruangan
dengan cara berpikir logis dan terorganisir. Matematika mampu menjadi alat
untuk memecahkan permasalahan abstrak dan praktis, meningkatkan
kemampuan berpikir dan berargumentasi, serta membantu pengembangan
B.PRESTASI MATEMATIKA 1. Definisi Prestasi Matematika
Dalam area psikologi pendidikan, prestasi memiliki berbagai definisi.
Azwar (1996) mendefinisikan prestasi sebagai keberhasilan memperoleh
pengetahuan dan kecakapan baru yang tampak dalam bentuk nilai rapor,
indeks prestasi studi, angka kelulusan, atau predikat keberhasilan. Winkel
(1996) mengartikan prestasi adalah bukti berupa nilai yang menunjukkan
keberhasilan seseorang dalam melakukan proses belajar. Suroso (2001)
menyebutkan bahwa prestasi adalah hasil yang diperoleh siswa setelah
mengalami proses belajar dan dinilai dari aspek kognitif yang ditunjukkan
dengan nilai atau angka. Menurut Tu’u (2004) prestasi merupakan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan melalui
mata pelajaran, serta ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru. Syah (2008) menambahkan bahwa prestasi
menunjukkan tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan pada suatu program pendidikan.
Berdasarkan berbagai definisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
prestasi merupakan nilai atau angka yang menunjukkan keberhasilan siswa
mencapai tujuan pendidikan, yaitu menguasai pengetahuan tertentu melalui
proses belajar. Prestasi matematika disimpulkan sebagai nilai yang
menunjukkan keberhasilan siswa menguasai materi disiplin ilmu eksak yang
masalah bentuk dan ruangan dengan cara berpikir logis dan terorganisir
melalui proses pembelajaran.
2. Komponen-komponen Prestasi Matematika
Komponen-komponen prestasi matematika diidentifikasi dari materi
yang digunakan dalam soal tugas, ulangan harian, dan UTS matematika.
Materi-materi tersebut terdiri dari sembilan bab, yaitu 1) operasi hitung
bilangan bulat, 2) faktor prima, 3) operasi hitung campuran, 4) perpangkatan
dan akar sederhana, 5) operasi hitung satuan ukur, 6) operasi hitung bangun
datar, 7) operasi hitung bangun ruang, 8) operasi hitung pecahan, dan 9)
sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang (Saepudin, Babudin, Mulyadi, &
Adang, 2009). Komponen-komponen tersebut digunakan sebagai dasar
untuk mengetahui prestasi matematika, yaitu melalui dokumentasi nilai-nilai
tugas, ulangan harian, dan UTS matematika.
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Matematika
Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi matematika diidentifikasi
dari faktor-faktor prestasi secara umum menurut Syah (2008), sebagai
berikut:
3.1 Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan
3.1.1 Aspek Fisiologis
Aspek fisiologis merupakan kondisi umum tubuh dan
keberfungsian organ yang dapat memengaruhi semangat dan
intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi yang lemah
atau adanya gangguan pada suatu organ memengaruhi
penerimaan materi oleh siswa, sehingga materi tidak mampu
diserap secara maksimal atau bahkan tidak dapat diterima sama
sekali (Syah, 2008). Semakin baik kondisi fisik, maka semakin
tinggi prestasi matematika siswa (Grissom, 2005).
3.1.2 Aspek Psikologis
Aspek psikologis meliputi tingkat kemampuan, sikap,
minat, dan motivasi siswa (Syah, 2008).
3.1.2.1 Kemampuan Siswa
Kemampuan siswa terdiri dari kecerdasan
(kemampuan umum) dan bakat (kemampuan khusus)
(Syah, 2008). Kecerdasan dan bakat merupakan prediktor
utama bagi prestasi akademik, termasuk prestasi
matematika (Deary, Strand, Smith, & Fernandes, 2007;
Taub, Floyd, Keith, & McGrew, 2008; Benbow &
Arjmand, 1990).
3.1.2.2 Sikap Siswa
Sikap merupakan kecenderungan untuk memberikan
seseorang atau objek tertentu secara positif maupun
negatif (Syah, 2008). Michelli (2013) menemukan korelasi
positif yang signifikan sikap terhadap matematika dan
prestasi matematika. Semakin positif sikap terhadap
matematika, semakin optimal prestasi matematika.
Semakin negatif sikap terhadap matematika, semakin
rendah prestasi matematikanya.
3.1.2.3 Minat Siswa
Minat merupakan kegairahan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat memiliki kaitan erat dengan pemusatan
perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan,
sehingga memengaruhi kualitas prestasi siswa dalam mata
pelajaran tertentu (Syah, 2008). Siswa dengan minat yang
tinggi dalam pelajaran matematika memiliki perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan yang tinggi untuk
memahami dan menguasai materi matematika, sehingga
prestasi matematikanya tinggi (Singh, Granville, & Dika,
2002).
3.1.2.4 Motivasi Siswa
Motivasi siswa merupakan daya yang mendorong
siswa untuk melakukan sesuatu secara terarah, khususnya
belajar. Motivasi muncul dari dua sumber, yaitu dari
siswa (motivasi ekstrinsik) (Syah, 2008). Siswa yang
memiliki motivasi tinggi pada pelajaran matematika
memiliki dorongan kuat untuk mempelajari dan menguasai
materi matematika, sehingga memperoleh prestasi
matematika memuaskan (Singh, Granville, & Dika, 2002).
3.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri
siswa dan terdiri dari dua bagian, yaitu:
3.2.1 Faktor Lingkungan Sosial
Faktor lingkungan sosial memiliki kaitan dengan
keberadaan manusia, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Faktor ini meliputi dukungan orang tua, keluarga,
teman sebaya, guru, dan orang-orang di sekitar tempat tinggal
siswa (Syah, 2008). Lingkungan sosial yang positif membantu
siswa dalam melakukan proses belajar, sehingga siswa mampu
mencapai prestasi akademik yang tinggi (Eamon, 2003).
3.2.2 Faktor Lingkungan Non-sosial
Faktor lingkungan non-sosial meliputi lokasi, kondisi
bangunan sekolah dan tempat tinggal siswa, fasilitas belajar,
suasana kelas, keadaan iklim, cuaca, waktu belajar siswa, serta
hal-hal fisik lain di luar pribadi siswa (Syah, 2008). Siswa mampu
apabila keadaan lingkungan belajarnya kondusif (Uline &
Tschannen-Moran, 2006).
3.3 Faktor Pendekatan Belajar
Faktor pendekatan belajar berkaitan dengan jenis upaya belajar
siswa dalam mempelajari materi, sehingga memengaruhi proses dan
keberhasilan belajar (Syah, 2008). Siswa yang mampu mengembangkan
pendekatan belajar matematika yang mendalam (deep/achieving)
mampu mencapai tujuan akademik lebih tinggi (Cano & Berbén, 2009).
Berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi prestasi secara umum
menurut Syah (2008) tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih
dalam mengenai faktor sikap terhadap matematika dan bagaimana
hubungannya dengan prestasi matematika.
C. SIKAP TERHADAP MATEMATIKA 1. Definisi Sikap Terhadap Matematika
Menurut para ahli psikologi, sikap secara umum memiliki berbagai
definisi. Menurut Secord dan Backman (1964) sikap merupakan keteraturan
pemikiran (kognisi), perasaan (afeksi), dan predisposisi tindakan (konasi)
seseorang pada objek tertentu di lingkungannya. Aiken (1970) menjelaskan
sikap sebagai predisposisi atau kecenderungan yang telah dipelajari pada
individu untuk merespon suatu objek, situasi, konsep, atau orang lain secara
positif atau negatif. Fishbein dan Azjen (1975) mengartikan sikap sebagai
Dalyono, 2010) menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan mental
atau pandangan yang sifatnya relatif menetap untuk bereaksi terhadap objek
tertentu dengan cara positif maupun negatif. Allport (1995 dalam Meinarno
& Sarwono, 2009) mendefinisikan sikap sebagai kesiapan mental dan
sebagian syaraf yang terorganisir berdasarkan pengalaman langsung yang
mengarah serta menentukan respon terhadap berbagai objek dan situasi
dengan cara-cara tertentu. Walgito (2003) mengartikan sikap merupakan
organisasi pendapat dan keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi
yang relatif tetap, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan
dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam
cara tertentu yang dipilihnya.
Dari berbagai definisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa sikap
secara umum merupakan kecenderungan mental yang bersumber dari
organisasi pemikiran (kognisi), perasaan (afeksi), serta predisposisi tindakan
(konasi) mengenai objek dan situasi tertentu untuk merespon dengan cara
positif atau negatif. Sikap terhadap matematika dapat disimpulkan sebagai
kecenderungan mental yang merupakan organisasi pemikiran (kognisi),
perasaan (afeksi), dan predisposisi tindakan (konasi) mengenai matematika
dan mengarahkan untuk merespon matematika secara positif atau negatif.
2. Aspek-aspek Sikap Terhadap Matematika
Aspek-aspek sikap terhadap matematika diidentifikasi berdasarkan
2.1 Aspek Kognitif (Aspek Perseptual)
Aspek kognitif merupakan aspek yang berkaitan dengan
bagaimana seseorang mempersepsi objek sikap (Azwar, 2011). Aspek
ini meliputi pengetahuan, pandangan, gagasan, dan
keyakinan-keyakinan terhadap matematika, seperti keyakinan-keyakinan dan konsep diri pada
matematika (confidence), keyakinan siswa mengenai kegunaan
matematika dalam hidupnya, serta keyakinan siswa mengenai
ekspektasi kemampuan matematika (Aiken, 1970; 1979).
2.2 Aspek Afektif (Aspek Emosional)
Aspek afektif merupakan aspek mengenai emosional subjektif
seseorang (Azwar, 2011). Aspek ini meliputi meliputi emosi positif atau
emosi negatif terhadap matematika kecemasan terhadap matematika
(Aiken, 1979).
2.3 Aspek Konatif (Aspek Predisposisi Perilaku)
Aspek konatif merupakan aspek yang berhubungan dengan
kecenderungan berperilaku terhadap objek sikap yang dihadapi. Aspek
ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu besar kecilnya kecenderungan
seseorang berperilaku terhadap objek sikap. Aspek ini meliputi motivasi
terhadap matematika (Aiken, 1979) dan kecenderungan berperilaku saat
belajar matematika.
Ketiga aspek tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun
D.SISWA SD Kelas V
1. Karakteristik Siswa SD Kelas V
Siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri dengan mengikuti proses pembelajaran pada suatu jenjang dan
jenis pendidikan (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003). Menurut Santrock
(2014) siswa SD merupakan anak dalam masa kanak-kanak pertengahan dan
akhir, dimulai dari usia 6/7 hingga 11/12 tahun. Dari pengertian tersebut,
maka siswa SD merupakan anggota masyarakat berusia 6/7 hingga 11/12
tahun yang datang ke sekolah dasar untuk mengikuti proses pembelajaran
guna mengembangkan diri. Siswa SD kelas V adalah anggota masyarakat
berusia 10/11 tahun yang mengikuti proses pembelajaran di sekolah dasar
untuk mengembangkan diri.
2. Tahap Perkembangan Kognitif Siswa SD Kelas V
Siswa SD kelas V berada pada rentang usia 10-11 tahun. Menurut
Piaget (2010), anak usia ini sedang memasuki tahap perkembangan kognitif
operasional konkret (concrete operational stage) (usia 7-11 tahun). Anak
dalam tahap ini mampu memecahkan masalah dan membuat upaya mencari
alternatif dengan penalaran logis.
Slavin (2008) menjelaskan lima karakteristik dasar siswa dalam tahap
2.1 Egocentrism dan socialization
Egocentrism dan socialization ditandai dengan kemampuan siswa
mempertimbangkan pendapat orang lain (Slavin, 2008).
2.2 Centration
Centration menunjukkan bahwa siswa mampu mencari solusi
logis dengan mempertimbangkan pendapat orang lain (Slavin, 2008)
2.3 Transformation
Transformation menunjukkan bahwa siswa mampu memahami
makna perubahan dan mampu memecahkan masalah (Slavin, 2008).
2.4 Reversibility
Reversibility menunjukkan bahwa siswa mampu memecahkan
masalah penghitungan (Slavin, 2008).
2.5 Conservation
Conservation menunjukkan bahwa siswa mampu berpikir logis
dan membuat kesimpulan (Slavin, 2008).
Kelima karakteristik dasar tersebut memampukan anak untuk
membedakan bentuk, volume, dan membuat abstraksi, sehingga mampu
memahami konsep dan makna kuantitas atau jumlah secara lebih akurat
dalam melakukan penghitungan (Slavin, 2008). Siswa dengan kelima
karakteristik dasar tersebut mampu membangun kemampuan untuk berpikir
dan bernalar secara logis, sehingga mampu memahami konsep abstrak
E.DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP MATEMATIKA DAN PRESTASI MATEMATIKA
Sikap adalah salah satu faktor internal yang memengaruhi prestasi (Syah,
2008) yang merupakan kecenderungan mental mengenai objek dan situasi
tertentu untuk merespon dengan cara tertentu. Sikap terhadap matematika
berisi aspek kognitif, afektif, dan konatif yang saling berkaitan dengan
pembelajaran matematika, serta mengarahkan pada cara merespon matematika.
Aspek kognitif sikap terhadap matematika terdiri dari pengetahuan
matematika, keyakinan dan konsep diri pada matematika, keyakinan mengenai
kegunaan matematika, dan keyakinan mengenai ekspektasi kemampuan
matematika. Siswa dengan aspek kognitif yang positif mampu membangun
keyakinan dan konsep diri matematika positif, memiliki keyakinan bahwa
matematika berguna, serta keyakinan mengenai ekspektasi kemampuan
matematika yang positif (Singh, Granville, & Dika, 2002).
Keyakinan-keyakinan positif tersebut membuat siswa mampu membangun Keyakinan-keyakinan diri
yang tinggi dan akan berkonsentrasi untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan matematikanya. Siswa akan memusatkan pikiran saat
mempelajari matematika, sehingga prestasi matematikanya tinggi (McLeod,
1992 dalam Papanastasiou, 2002).
Aspek afektif dari sikap terhadap matematika berisi emosi positif atau
negatif dan kecemasan matematika. Siswa dengan aspek afektif positif
memiliki evaluasi yang positif terhadap matematika, sehingga memiliki emosi
positif dan kecemasan rendah saat mempelajari matematika (Aiken, 1979).
memunculkan antusiasme (Corell, 2000 dalam Tezer, 2010; Rounds & Hendel,
1980 dalam Tezer, 2010) dan rasa percaya bahwa dirinya (Kögce, Yildiz,
Aydin, & Altindag, 2009) mampu memahami materi matematika. Hal tersebut
membuat siswa tidak mudah terpengaruh terhadap gangguan selama
mempelajari matematika, sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan persoalan matematika dan memperoleh prestasi matematika
tinggi (Ashcraft, 2002; Ashcraft & Kirk, 2001; Lyons & Beilock, 2012 dalam
Ramirez et al., 2016; Park, Ramirez, & Beilock, 2014).
Aspek konatif dari sikap terhadap matematika terdiri dari kecenderungan
berperilaku pada saat belajar matematika dan motivasi dalam mempelajari
matematika (Aiken, 1979). Siswa dengan aspek konatif positif memiliki
kecenderungan berperilaku positif saat mempelajari matematika dan motivasi
tinggi terhadap matematika. Siswa melakukan berbagai upaya belajar
matematika (Coleman, 2009), seperti menciptakan, mengembangkan, dan
mempertahankan ketertarikan dalam mempelajari matematika (Marks, Hiatt, &
Neufeld, 1988), serta memunculkan dorongan untuk mengelola kegiatan
belajar matematikanya secara aktif. Hal tersebut memampukan siswa untuk
mengumpulkan materi matematika secara efektif, sehingga materi menjadi
menyeluruh dan dapat diproses dengan baik. Siswa juga mampu memanipulasi
ritme dan situasi belajarnya menjadi kondusif dan sesuai dengan gaya
belajarnya, sehingga memperoleh prestasi matematika yang tinggi.
Organisasi dari aspek kognitif, afektif, dan konatif mengarahkan siswa
organisasi positif dari ketiga aspek tersebut mampu membentuk sikap yang
positif terhadap matematika. Sikap positif terhadap matematika ditandai
dengan adanya keyakinan-keyakinan dan konsep diri mengenai matematika
yang positif, keinginan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
matematika, serta evaluasi positif terhadap matematika, sehingga memiliki
emosi positif terhadap matematika dan tidak memiliki kecemasan yang berarti
saat mempelajari matematika. Adanya sikap terhadap matematika yang positif
juga membuat siswa memiliki kecenderungan perilaku yang konstruktif saat
mempelajari matematika, serta memiliki ketertarikan yang tinggi untuk
menguasai matematika. Hal tersebut akan memunculkan respon positif dalam
mempelajari matematika, seperti berkonsentrasi, yakin dan percaya diri pada
kemampuan matematikanya, antusias dan mendorong dirinya untuk mengelola
kegiatan belajar matematikanya. Respon positif tersebut mengembangkan
kemampuan siswa untuk mengingat dan memahami materi matematika
(Ruseffendi, 1991 dalam Heruman, 2008), serta upaya untuk terus berlatih
dengan konsep-konsep matematika (Sani & Amin, 2009), sehingga mampu
mencapai prestasi matematika yang tinggi (Hart & Walker, 1993 dalam
Michelli, 2013).
Siswa dengan organisasi aspek kognitif, afektif, dan konatif yang negatif
memiliki sikap yang negatif terhadap matematika. Sikap negatif terhadap
matematika terdiri dari keyakinan-keyakinan dan konsep mengenai matematika
yang negatif, rendahnya keinginan untuk mengembangkan pengetahuan
mempelajari matematika. Siswa dengan sikap terhadap matematika yang
negatif memiliki kecenderungan perilaku yang negatif saat mempelajari
matematika, serta tidak tertarik untuk mempelajari matematika. Hal tersebut
akan memunculkan respon negatif dalam mempelajari matematika, seperti
tidak mampu berkonsentrasi, meragukan kemampuan matematikanya (Kögce,
Yildiz, Aydin, & Altindag, 2009), malas mempelajari matematika, dan
memiliki pengelolaan kegiatan belajar matematika yang buruk (Michelli,
2013). Pada akhirnya, siswa akan mengalami kesulitan dan banyak membuat
kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika (Guttbezahl, 1995 dalam
Bramlett & Herron, 2009), sehingga prestasi matematikanya rendah. Dinamika
hubungan antara sikap terhadap matematika dan prestasi matematika secara
Bagan 1.
Bagan Dinamika Hubungan Antara Sikap Terhadap Matematika dan Prestasi
Matematika.
Sikap terhadap matematikapositif:
- Kognitif
memunculkan konsentrasi dan
keyakinan diri tinggi dalam
mempelajari matematika
- Afektif
memunculkan antusiasme dan
kepercayaan diri yang tinggi dalam
mempelajari matematika
- Konatif
memunculkan ketertarikan dan
dorongan kuat terarah untuk
mempelajari matematika
Sikap terhadap matematikanegatif:
- Kognitif
memunculkan konsentrasi dan
keyakinan diri rendah dalam
mempelajari matematika
- Afektif
memunculkan antusiasme dan
kepercayaan diri yang rendah dalam
mempelajari matematika
- Konatif
memunculkan ketertarikan dan
dorongan rendah terarah untuk
mempelajari matematika
Tercapainya komponen-komponen prestasi matematika yang tercermin dalam soal tugas, ulangan harian, dan UTS matematika:
- Operasi hitung bilangan bulat - Faktor prima
- Operasi hitung campuran - Perpangkatan dan akar sederhana - Operasi hitung satuan ukur - Operasi hitung bangun datar - Operasi hitung bangun ruang - Operasi hitung pecahan
- Sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang
Tidak tercapainya komponen-komponen prestasi matematika yang tercermin dalam soal tugas, ulangan harian, dan UTS matematika:
- Operasi hitung bilangan bulat - Faktor prima
- Operasi hitung campuran - Perpangkatan dan akar sederhana - Operasi hitung satuan ukur - Operasi hitung bangun datar - Operasi hitung bangun ruang - Operasi hitung pecahan
- Sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang
F. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan landasan teoretis yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah: ada hubungan positif antara sikap
terhadap matematika dan prestasi matematika. Semakin positif sikap terhadap
matematika, semakin tinggi prestasi matematika. Semakin negatif sikap
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif
korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara sikap terhadap
matematika dan prestasi matematika.
B.IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Variabel bebas : sikap terhadap matematika
2. Variabel tergantung : prestasi matematika
C.DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel bebas: sikap terhadap matematika
Sikap terhadap matematika adalah kecenderungan mental yang
merupakan organisasi pemikiran (kognisi), perasaan (afeksi), dan
predisposisi tindakan (konasi) mengenai matematika dan mengarahkan
untuk merespon matematika secara positif atau negatif. Sikap terhadap
matematika diungkap melalui Skala Sikap Terhadap Matematika yang
disusun berdasarkan aspek sikap terhadap matematika, yaitu:
1.1 Aspek kognitif meliputi pengetahuan matematika, keyakinan dan
matematika, dan keyakinan mengenai ekspektasi kemampuan
matematika.
1.2 Aspek afektif meliputi emosi positif atau negatif dan kecemasan
terhadap matematika.
1.3 Aspek konatif meliputi kecenderungan berperilaku saat belajar
matematika dan motivasi dalam mempelajari matematika.
Skor skala sikap terhadap matematika diperoleh dari jumlah skor yang
diperoleh pada semua item. Responden yang memperoleh skor tinggi
menunjukkan bahwa responden memiliki sikap terhadap matematika yang
positif. Sebaliknya, responden yang memperoleh skor rendah menunjukkan
bahwa responden memiliki sikap terhadap matematika yang negatif.
2. Variabel tergantung: prestasi matematika
Prestasi matematika merupakan nilai yang menunjukkan keberhasilan
siswa dalam menguasai materi matematika melalui proses pembelajaran.
Prestasi matematika dilihat dari komponen-komponen prestasi matematika
yang tercermin pada soal-soal tugas, ulangan harian, dan UTS matematika.
Prestasi matematika diperoleh dari data dokumentasi nilai gabungan nilai
tugas, nilai ulangan harian, dan nilai UTS. Skor yang tinggi menunjukkan
bahwa responden memiliki prestasi matematika yang tinggi, sedangkan skor
D.RESPONDEN PENELITIAN
Responden dalam penelitian ini merupakan siswa berusia 10-11 tahun
atau sedang duduk di bangku SD kelas V. Peneliti memilih responden dengan
menggunakan metode non probability sampling-purposive sampling, yaitu
responden dipilih berdasarkan pertimbangan terkait kriteria populasi (Siregar,
2013). Kriteria responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas V yang
berdomisili di Yogyakarta dan berasal dari satu sekolah umum.
E.METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan dua metode, yaitu
metode skala dan dokumentasi. Metode skala digunakan untuk memperoleh
data mengenai sikap terhadap matematika, sedangkan dokumentasi berupa nilai
matematika digunakan untuk memperoleh data prestasi matematika.
1. Sikap terhadap matematika
Skala sikap terhadap matematika disusun oleh peneliti dengan
menggunakan metode rating yang dijumlahkan (Summated Ratings
Methods).Prosedur penyusunan skala sikap terhadap matematika meliputi: 1.1 Penyusunan blue print skala sikap terhadap matematika
Peneliti menyusun skala sikap terhadap matematika berdasarkan
tiga aspek sikap terhadap matematika, yaitu kognitif, afektif, dan konatif.
Tabel 1.
Blue Print Skala Sikap Terhadap Matematika Sebelum Uji Coba.
Aspek Item Total No Item Favorable No Item Unfavorable 1. Kognitif
a. Pengetahuan MTK
b. Keyakinan & konsep
diri pada MTK
c. Keyakinan
kegunaan MTK
d. Keyakinan
ekspektasi
kemampuan MTK
1, 9, 17, 25
23, 31, 39, 55
5, 21, 29, 53
2, 18, 26, 42
33, 41, 49
7, 15, 47
13, 37, 45
10, 34, 50
7
7
7
7
2. Afektif
a. Emosi positif/negatif
terhadap MTK
b. Kecemasan terhadap
MTK
4, 20, 36, 52
8, 32, 48
12, 28, 44
16, 24, 40
7
6 3. Konatif
a. Kecenderungan
berperilaku saat
belajar MTK
b. Motivasi terhadap
MTK
6, 30, 46, 54
3, 27, 43, 51
14, 22, 38
11, 19, 35
7
7
Jumlah 31 24 55
1.2 FGD (focus group discussion)
Berdasarkan blue print yang dibuat, peneliti melakukan FGD
untuk memahami konteks dan mengidentifikasi bentuk-bentuk tingkah
laku yang dianggap sebagai indikator, baik yang favorable maupun
unfavorable dari sikap terhadap matematika calon responden penelitian.
FGD dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2016 pada 8 orang siswa
kelas V SD Kanisius Condong Catur. Ke-8 siswa dipilih berdasarkan
tingkat prestasi matematikanya. Sebanyak 3 orang siswa memiliki
prestasi matematika tinggi, 3 orang siswa memiliki prestasi matematika
2 menunjukkan daftar pertanyaan FGD. Selanjutnya, peneliti membuat
[image:50.595.84.513.178.642.2]verbatim dari hasil FGD sebagai acuan dalam penyusunan butir item.
Tabel 2.
Daftar Pertanyaan FGD.
INDIKATOR PERTANYAAN
Kognitif
Pengetahuan matematika Menurutmu, dari 1-10 pengetahuan
matematikamu berapa? Kenapa
segitu? Keyakinan dan konsep
diri pada matematika
Menurutmu dari 1-10 seberapa
mudah matematika untuk dipahami? Kenapa segitu?
Keyakinan mengenai
kegunaan matematika
Menurutmu, dari 1-10 seberapa berguna dan perlunya matematika untukmu? Kenapa?
Keyakinan ekspektasi
kemampuan matematika
Apa harapan kalian untuk pelajaran matematika?
Afektif
Emosi terhadap
matematika Bagaimana perasaan kalian terhadap
matematika?
Kecemasan terhadap
matematika
Konatif
Kecenderungan
berperilaku saat belajar matematika
Apa yang kalian lakukan pada saat mengikuti pelajaran matematika?
Motivasi terhadap matematika
Menurutmu, dari 1-10 seberapa ketertarikan kalian terhadap matematika? Kenapa segitu?
Dari FGD mengenai pengetahuan matematika, diperoleh hal-hal
terkait: 1) bagaimana pengetahuan matematika diperoleh, yaitu dari
proses belajar; dan 2) pengukuran pengetahuan matematika, yaitu dari
kemampuan memahami materi, menyelesaikan PR, dan nilai ulangan
matematika. Berdasarkan hasil FGD mengenai keyakinan dan konsep
diri pada matematika, diketahui hal-hal terkait bagaimana matematika
dipandang, yaitu cukup susah untuk dipahami. Dari hasil FGD
mengenai keyakinan kegunaan matematika, diketahui hal-hal terkait
guna matematika, yaitu untuk menghadapi ujian, untuk masa depan,
keyakinan ekspektasi kemampuan matematika, diperoleh hal-hal terkait
harapan dalam pelajaran matematika, yaitu mampu memahami materi,
menyelesaikan soal, dan memperoleh nilai matematika yang tinggi.
Dari hasil FGD mengenai emosi dan kecemasan terhadap
matematika, diketahui hal-hal terkait: 1) emosi yang muncul saat
belajar matematika, yaitu senang dan takut; serta 2) pemicu kecemasan
terhadap matematika, yaitu tidak mampu menyelesaikan soal dan
memperoleh nilai matematika yang jelek. Berdasarkan hasil FGD
mengenai kecenderungan berperilaku saat belajar matematika, diketahui
hal-hal terkait perilaku saat mempelajari matematika, yaitu
memperhatikan guru, bertanya saat tidak paham, dan bermain dengan
teman. Dari hasil FGD mengenai motivasi terhadap matematika,
diketahui hal-hal terkait sumber motivasi mempelajari matematika,
yaitu kegunaan matematika. Hasil dari FGD digunakan sebagai
pedoman dalam menyusun item-item supaya sesuai dengan konteks
yang nyata terjadi pada siswa-siswa SD.
1.3 Penulisan item
Setelah diperoleh pemahaman konteks konstruk dan responden
yang mau diukur, selanjutnya dilakukan penulisan item-item. Peneliti
menulis item sikap terhadap matematika berdasarkan kondisi responden
untuk mengukur sikap terhadap matematika pada siswa SD kelas V.
Skala terdiri dari 55 butir item, yaitu 31 item favorable dan 24 item
Setiap item dalam skala memiliki 4 pilihan jawaban, yaitu sangat
tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), dan sangat setuju (SS).
Skor seluruh item favorable pada aspek kognitif, aspek afektif dengan
indikator emosi positif atau negatif terhadap matematika, dan aspek
konatif bergerak dari angka 1 sampai 4, sedangkan item unfavorable
bergerak dari angka 4 sampai 1. Skor item favorable pada aspek afektif
dengan indikator kecemasan terhadap matematika bergerak dari angka 4
sampai 1, sedangkan item unfavorable-nya bergerak dari angka 1
sampai 4. Peneliti hanya menggunakan 4 pilihan jawaban dengan alasan
untuk menghindari adanya kemungkinan responden menjawab netral
(central tendencies).
Semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan semakin positif
sikap responden terhadap matematika. Semakin rendah skor
menunjukkan semakin negatif sikap responden terhadap matematika.
Skor berdasarkan pilihan jawaban untuk semua item, kecuali item pada
aspek afektif dengan indikator kecemasan terhadap matematika dapat
[image:52.595.82.517.208.703.2]dilihat pada tabel 3.
Tabel 3.
Skor Berdasarkan Pilihan Jawaban (Semua Item, kecuali Item Indikator Kecemasan Terhadap Matematika).
Kategori Jawaban Skor
Favorable Unfavorable
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sesuai (S) 3 2
Skor berdasarkan pilihan jawaban untuk item-item pada aspek afektif
[image:53.595.86.515.191.626.2]dengan indikator kecemasan terhadap matematika dapat dilihat pada
tabel 4.
Tabel 4.
Skor Berdasarkan Pilihan Jawaban (Indikator Kecemasan Terhadap Matematika).
Kategori Jawaban
Skor
Favorable Unfavorable
Sangat Tidak Sesuai (STS) 4 1
Tidak Sesuai (TS) 3 2
Sesuai (S) 2 3
Sangat Sesuai (SS) 1 4
1.4 Review dan revisi item
Peneliti meminta dosen pembimbing skripsi untuk memeriksa
ketepatan definisi konseptual, indikator, serta item-item. Tahap ini
dilakukan untuk mengecek bahwa item relevan dengan aspek dan
indikator, memastikan bahwa penulisan item, tata bahasa dan ejaan,
pemilihan kata, serta taraf kesulitan bahasa yang digunakan sesuai
dengan responden penelitian. Berdasarkan hasil pemeriksaan dari dosen
pembimbing skripsi, beberapa item direvisi.
1.5 Penghitungan validitas isi
Peneliti menggunakan validitas isi untuk mengetahui apakah
skala yang disusun mampu menghasilkan data akurat sesuai tujuan
ukurnya. Validitas isi menunjukkan kemampuan item-item alat ukur
untuk mencakup keseluruhan isi objek yang hendak diukur (Azwar,
pembimbing skripsi dan empat orang mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi diminta untuk memberi penilaian kesesuaian antara
aspek-aspek dengan item yang dibuat peneliti. Penilaian 1 jika tidak
relevan, 2 jika kurang relevan, 3 jika agak relevan, dan 4 jika sangat
relevan. Peneliti mengolah penilaian tersebut untuk menghitung nilai
IVI-I (Indeks Validitas Isi-Item) setiap item dan nilai IVI-S (Indeks
Validitas Isi-Skala). IVI-I menunjukkan relevansi item dengan variabel
yang diukur, sedangkan IVI-S menunjukkan rata-rata proporsi item
yang dinilai relevan. Penghitungan IVI-I menunjukkan adanya 9 dari 55
item yang perlu diperbaiki dengan nilai IVI-S sebesar 0,96.
Selanjutnya, peneliti memperbaiki 9 item tersebut hingga nilai IVI-S
menjadi 1,00 (Supratiknya, 2016).
1.6 Uji coba skala sikap terhadap matematika
Uji coba skala sikap terhadap matematika dilakukan tanggal 7
Maret 2017 di ruang kelas VA dan VB SD Kanisius Sengkan,
Yogyakarta. Responden uji coba alat ukur ini sebanyak 67 siswa yang
terdiri dari 33 laki-laki dan 34 perempuan. Peneliti melakukan uji coba
skala untuk menentukan apakah item-item dapat digunakan sebagai alat
ukur untuk penelitian, yaitu dengan melihat taraf reliabilitas dan
korelasi tiap item dengan skor total melalui analisis item.
Peneliti menggunakan program SPSS for Windows versi 23 untuk
melakukan analisis item. Analisis item perlu dilakukan agar skala
(Supratiknya, 2014). Analisis item dilakukan dengan memperhatikan
angka pada korelasi item-total (rix). Apabila angka rix≥ 0,30 maka item
dapat dipertahankan. Hasil analisis item pada skala sikap terhadap
matematika menunjukkan adanya 9 item yang gugur, yaitu item 2, 6,
20, 21, 23, 25, 32, 33, 43. Terdapat 46 item yang dapat dipertahankan
dengan angka koefisien korelasi item total (rix) berkisar dari 0,309
sampai 0,733. Peneliti memutuskan untuk menggugurkan 6 item lagi
dengan pertimbangan agar jumlah item seimbang pada setiap indikator.
Item-item tersebut adalah item 26, 27, 30, 36, 39, dan 53. Distribusi
[image:55.595.86.551.187.741.2]item-item lolos dan gugur dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5.
Distribusi Item Lolos dan Gugur Skala Sikap Terhadap Matematika.
Aspek Favorable Unfavorable Total
Lolos
Lolos Gugur Lolos Gugur
1. Kognitif
a. Pengetahuan MTK
b. Keyakinan &
konsep diri MTK
c. Keyakinan mengenai kegunaan MTK d. Keyakinan ekspektasi kemampuan MTK
1, 9, 17
31, 55 5, 29 18, 42 25 23, 39 21, 53 2, 26 41, 49
7, 15, 47
13, 37, 45
10, 34, 50
33 5
5 5 5 2. Afektif a. Emosi positif/negatif terhadap MTK b. Kecemasan terhadap MTK 4, 52 8, 48 20, 36 32
12, 28, 44
16, 24, 40
5 5 3. Konatif a. Kecenderungan berperilaku terhadap MTK
b. Motivasi terhadap
matematika
46, 54
3, 51
6, 30
27, 43
14, 22, 38
11, 19, 35
5
5
Berdasarkan struktur item yang telah dihitung IVI-I, IVI-S, dan
korelasi item totalnya, maka bentuk final skala seperti tampak pada
[image:56.595.84.550.194.627.2]tabel 6.
Tabel 6.
Bentuk Final Skala Sikap Terhadap Matematika.
Aspek
Item
Total
No Item Favorable No Item
Unfavorable
1. Kognitif
a. Pengetahuan MTK
b. Keyakinan & konsep diri pada MTK
c. Keyakinan mengenai
kegunaan MTK
d. Keyakinan ekspektasi
kemampuan MTK
1(1), 7(9), 15(17) 22(31), 40(55) 4(5), 21(29) 16(18), 29(42) 28(41), 35(49) 5(7), 13(15), 33(47) 11(13), 25(37), 31(45) 8(10), 23(34), 36(50) 5 5 5 5 2. Afektif
a. Emosi positif atau negatif
terhadap MTK
b. Kecemasan terhadap MTK
3(4), 38(52) 6(8), 34(48) 10(12), 20(28), 30(44) 14(16), 19(24), 27(40) 5 5 3. Konatif
a. Kecenderungan berperilaku
saat belajar MTK
b. Motivasi terhadap MTK
32(46), 39(54) 2(3), 37(51) 12(14), 18(22), 26(38) 9(11), 17(19), 24(35) 5 5
Jumlah 17 23 40
* nomor item di luar tanda kurung () adalah nomor item setelah uji coba * nomor item di dalam tanda kurung () adalah nomor item sebelum uji
coba
2. Prestasi matematika
Prestasi matematika responden diketahui dengan metode dokumentasi
nilai matematika di sekolah. Dalam penelitian ini, dokumentasi nilai
dilakukan dengan meminta data daftar nilai matematika pada guru
matematika. Skor prestasi matematika yang digunakan merupakan
harian, dan 1 nilai UTS matematika. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai
dari kompetensi dasar dan materi seperti dapat dilihat pada lampiran 1.
F. PEMERIKSAAN RELIABILITAS SKALA SIKAP TERHADAP
MATEMATIKA
Reliabilitas menggambarkan keajegan atau keterpercayaan alat ukur.
Peneliti menggunakan Alpha Cronbach untuk mengukur koefisien reliabilitas
dengan program SPSS for Windows versi 23. Nilai reliabilitas skala sikap
terhadap matematika setelah diuji coba sebesar 0,945 dari 40 item. Hal ini
menunjukkan bahwa skala tersebut reliabel.
G.METODE ANALISIS DATA
Peneliti menganalisis data dengan melakukan uji hipotesis korelasi
Pearson Product Moment. Uji korelasi Pearson Product Moment dilakukan
dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 23. Peneliti
menggunakan teknik ini dengan tujuan untuk mencari keeratan hubungan
secara linier antara variabel bebas dan variabel tergantung yang berdistribusi
normal, tanpa adanya variabel sertaan lain. Peneliti dalam menggunakan uji
korelasi Pearson Product Moment perlu melakukan uji asumsi, yaitu: