• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Konsep Diri Pada Siswa Kelas XII Jurusan IPA dan IPS di SMA "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Konsep Diri Pada Siswa Kelas XII Jurusan IPA dan IPS di SMA "X" Bandung."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran konsep diri pada siswa kelas XII yang mengambil jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung beserta dimensi-dimensi konsep diri serta kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Teori yang digunakan adalah teori konsep diri dari Fitts. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS berusia 15-18 tahun yang bersekolah di SMA “X” Bandung. Sampel berjumlah 61 siswa yang terdiri dari 26 siswa jurusan IPA dan 35 siswa jurusan IPS. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner Tennesse Self Concept Scale II. Berdasarkan pengolahan data secara statistik, diperoleh validitas alat ukur menggunakan teknik korelasi Rank Sparman bergerak antara 0,405-0,653 dan reliabilitas menggunakan uji Alpha Cronbach sebesar 0,930.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dari 61 siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS diperoleh bahwa pada jurusan IPS terdapat 21 responden memiliki konsep diri cenderung positif dan 14 responden memiliki konsep diri cenderung negatif. Sedangkan pada jurusan IPA terdapat 15 responden memiliki konsep diri cenderung negatif dan 11 responden mempunyai konsep diri cenderung positif. Konsep diri cenderung negatif pada siswa kelas XII jurusan IPA, memiliki konsep diri yang cenderung negatif juga baik pada sub dimensi internal dan eksternal. Dan konsep diri cenderung positif pada siswa kelas XII jurusan IPS, memiliki konsep diri yang cenderung positif juga baik pada sub dimensi internal dan eksternal. Terbentuknya konsep diri baik cenderung positif maupun cenderung negatif pada siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS muncul karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi. Pada siswa tersebut, munculnya konsep diri terbentuk oleh faktor pengalaman, aktualisasi diri, kompetensi dan kemampuan.

(2)

ii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The study was conducted to know the description of the self-concept in class XII student who majored in science and social studies in high school "X" Bandung along with the dimensions of self-concept and its relation to the factors that influence it.

The theory used is the theory of self-concept of Fitts. Sample of this study is the class XII students majoring in science and social studies are 15-18 years old in high school "X" Bandung. Sample of 61 students consisting of 26 students majoring in science and 35 students majoring in social studies. The method used in this research is descriptive research methods. The data was collected using a questionnaire Tennessee Self Concept Scale II. Based on statistical data processing, the validity of the measure obtained using the technique of correlation Rank Sparman move between 0.405 to 0.653 and reliability using Cronbach respondents had a negative concept and the 11 respondents tend to have self-concepts tend to be positive. Negative self-concept tended to XII class students majoring in science, which tends to have negative self-concept is also well on the sub-dimensions of internal and external. And positive self-concept tended to XII class students majoring in social studies, which tend to have a positive self-concept is also well on the sub dimensions of internal and external. Both tend to the formation of self-concept tend to be positive or negative in XII grade students majoring in science and social studies arise because of the factors that influence. On the student, the emergence of self-concept is formed by a factor of experience, self-actualization, competence and ability.

(3)

vi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ...ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Maksud Penelitian ... 7

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 8

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 8

1.5 Kerangka Pikir ... 8

(4)

vii Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diri ... 17

2.1.1 Pengertian Konsep Diri ... 17

2.1.2 Dimensi Konsep Diri ... 18

2.1.3 Perkembangan Konsep Diri ... 23

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 25

2.1.5 Aspek-aspek Konsep Diri ... 26

2.1.6 Jenis-jenis Konsep Diri ... 28

2.3 Remaja ... 30

2.2.1 Batasan Masa Remaja ... 30

2.2.2 Karakteristik Masa Remaja ... 31

2.2.3 Perbedaan Orientasi Pada Masa Remaja ... 32

2.2.4 Perkembangan Psikososial Pada Masa Remaja ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 36

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 36

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 37

3.3.1 Variabel Penelitian ... 37

3.3.2 Definisi Konseptual ... 37

3.3.3 Definisi Operasional ... 37

3.4 Alat Ukur ... 39

(5)

viii Universitas Kristen Maranatha

3.4.2 Gambaran Alat Ukur ... 39

3.4.3 Prosedur Pengisian ... 40

3.4.4 Sistem Penilaian ... 41

3.4.5 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 42

3.5 Validitas dan Reliabilitas ... 43

3.5.1 Validitas Alat Ukur ... 43

3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 44

3.6 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel ... 46

3.6.1 Populasi Sasaran ... 46

3.6.2 Karakteristik Populasi ... 46

3.6.3 Teknik Penarikan Sampel ... 46

3.7 Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 48

4.4.1 Gambaran responden berdasarkan jurusan, jenis kelamin dan usia ... 48

4.2 Hasil Penelitian ... 49

4.2.1 Presentase Konsep Diri Positif dan Negatif ... 49

4.2.2 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dengan Dimensi-Dimensi Konsep Diri ... 50

(6)

ix Universitas Kristen Maranatha BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 62

5.2.1 Saran Teoritis ... 63

5.2.2 Saran Praktis ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(7)

x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

(8)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

(9)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Alat ukur Konsep Diri Try Out LAMPIRAN B Alat ukur Konsep Diri Final LAMPIRAN C Validitas dan reliabilitas alat ukur LAMPIRAN D Kisi-kisi alat ukur

(10)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu yang berkembang karena keseluruhan tahap perkembangan individu merupakan proses yang berkesinambungan yang dijalani seseorang individu sejak konsepdi hingga akhir hidup. Proses perkembangan ini dipengaruhi oleh faktor internal yaitu berasal dari dalam diri individu itu sendiri maupun faktor eksternal yaitu keluarga dan lingkungan (Santrock, 2002). Jadi manusia tidak terlepas dari tahap perkembangan yang harus dilaluinya.

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha Ketika memasuki tahap perkembangan remaja tersebut, mereka mempunyai tuntutan tugas perkembangan yang penting untuk dilalui yakni menemukan identitas diri agar tidak mengalami krisis pada fase perkembangan hidup selanjutnya. Identitas diri yang terbentuk akan mengarah pada proses pembentukkan konsep diri yang merupakan sesuatu yang penting ketika seseorang manusia menjalani kehidupannya (Steinberg, 2002). Dengan identitas diri yang baik, maka seorang individu remaja akan dapat memenuhi setiap tugas perkembangannya. Sebaliknya, jika seorang individu tidak memiliki identitas diri yang baik, maka mereka akan mengalami kesulitan saat memenuhi tugas perkembangan.

Menurut Fitts (1971), konsep diri adalah keseluruhan kesadaran atau persepsi tentang diri yang diobservasi, dialami dan dinilai oleh individu yang bersangkutan. Diri yang dilihat, dipersepsikan dan dialami oleh seseorang itulah yang kemudian menjadi konsep diri orang tersebut. Proses pembentukkan tidak terjadi dalam waktu singkat melainkan melalui proses interaksi secara berkesinambungan. Artinya, konsep diri yang baik dan sehat, merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh remaja untuk dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik.

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha dunia di luar dirinya dan mulai belajar merespon orang lain. (http://bawana.wordpress.com/2008/04/19/perkembangan-konsep-diri/).

Selanjutnya, Lerner (1983) mengungkapkan bahwa pada usia sekolah, dimensi kategori tersebut menjadi semakin kompleks sejalan dengan semakin meluasnya lingkup sosialisasi individu. Pada masa remaja, individu mulai menilai kembali berbagai kategori yang telah terbentuk sebelumnya dan konsep dirinya menjadi semakin abstrak. Perkembangan kognitif yang terjadi selama masa remaja inilah yang membuat individu melihat dirinya dengan pemahaman yang berbeda yang disebabkan oleh perubahan fisik secara kompleks dan perubahan sistem sosial. Santrock (2002) mengungkapkan bahwa pada masa ini individu mulai dapat melihat siapa dirinya, ingin menjadi seperti apa, bagaimana orang lain menilainya, dan bagaimana mereka menilai peran yang mereka jalani sebagai identitas diri. Bisa dikatakan bahwa salah tugas penting yang harus dilakukan remaja adalah mengembangkan persepsi identitas untuk menemukan jawaban mengenai identitas dirinya yang akan mengarah pada pembentukkan konsep diri.

Adapun gambaran fenomena konsep diri yang terjadi pada remaja dapat

dilihat dari sebagian besar siswa di SMA “X” Bandung. Siswa-siswa tersebut

mempunyai konsep diri yang berbeda-beda. Konsep diri yang mereka miliki inilah yang dijadikan sebagai identitas diri mereka dalam berinteraksi dengan lingkungan. Peneliti telah mewawancarai Guru Bimbingan Konseling (BK) di SMA “X” Bandung, mengungkapkan bahwa 95 % dari keseluruhan siswa mampu

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha mereka sendiri. Diungkapkan bahwa siswa ada yang mempersepsikan dirinya secara positif seperti menganggap dirinya sebagai seseorang yang percaya diri, seseorang yang mudah bergaul, seseorang yang pintar, rajin, religius, seeseorang yang disayang oleh kedua orang tua, mempunyai keluarga yang harmonis. Ada pula siswa yang mempersepsikan dirinya secara negatif seperti merasa minder dengan keadaan fisiknya, tidak percaya diri, mempunyai keluarga yang tidak harmonis sehingga kecewa dengan keadaan keluarga, mudah menyerah, dan pemalas.

Selain itu, Guru BK tersebut pun mengungkapkan bahwa dalam pemilihan jurusan pun, konsep diri menjadi alasan utama mereka memilih jurusan. Konsep diri antara siswa jurusan IPA dan IPS pun berbeda-beda. Berdasarkan hasil angket yang pernah diberikan kepada siswa kelas XII mengenai alasan memilih jurusan, didapat bahwa siswa tersebut sebagian besar sekitar 80 % memilih jurusan berdasarkan persepsi mengenai dirinya. Siswa yang memilih jurusan IPA mengungkapkan alasan mereka memilih IPA karena mereka merasa pintar dalam hitungan, tidak suka hafalan, dan rajin. Sedangkan siswa yang memilih jurusan IPS mengungkapkan bahwa alasan mereka memilih jurusan IPS karena mereka merasa sulit mengenai hitungan, suka akan hafalan, mudah bersosialisasi dan pandai berdebat. Sedangkan alasan lainnya sekitar 10 % karena tuntutan orang tua dan 10 % karena teman.

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri, evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang lain. Sedangkan individu yang memiliki konsep diri yang negatif adalah individu yang memahami dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya atau evaluasi akan diri negatif.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia terhadap 160 siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS, diperoleh hasil bahwa siswa kelas XII IPA 1 konsep diri siswa pada aspek fisik 68,57% berada pada kategori negatif dan 31,43% berada pada kategori negatif,, XII IPA 2 terdapat 64,71% berada pada kategori negatif dan 35,29% berada pada kategori positif, XII IPS 1 terdapat 58,06% berada pada kategori negatif dan 41,84% berada pada kategori positif, XII IPS 2 terdapat 67,65% berada pada kategori negatif dan 32,35% berada pada kategori positif dan XII IPS 3 terdapat 65,38 berada pada kategori negatif dan 34,62% berada pada kategori positif (www.google.com, diakses pada 29 Januari 2012).

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha tidak puas akan tubuhnya dan tidak menjaga dan merawat tubuhnya. Sedangkan 5 siswa yang memgambil jurusan IPS, terdapat 4 siswa yang merasa tidak mempunyai postur tubuh yang ideal, merasa tidak puas dengan postur tubuhnya tetapi 2 siswa diantaranya merawat dan menjaga bentuk fisiknya dengan berolahraga dan 2 siswa tidak menjaga dan merawat tubuhnya. Persepsi akan diri fisik yang positif membuat mereka lebih percaya diri terutama dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar di kelas maupun mengikuti lomba-lomba terutama lomba olahraga. Sedangkan persepsi akan diri fisik negatif membuat sebagian dari mereka merasa minder dengan keadaan fisiknya dibandingkan dengan keadaan fisik teman-temannya.

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha Berangkat dari berbagai fenomena di atas yaitu perbedaan mengenai perbedaan antara konsep diri antara siswa yang mengambil jurusan IPA dan IPS maka peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian pada siswa kelas XII

SMA di SMA “X” untuk meneliti lebih lanjut mengenai konsep diri pada siswa

kelas XII jurusan IPA dan IPS di SMA “X” di Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimana gambaran konsep diri pada siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS di

SMA “X” Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari peneltian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai konsep diri pada siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha 1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1) Memberi informasi bagi bidang ilmu Psikologi Pendidikan dan Perkembangan mengenai konsep diri pada siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS.

2) Memberikan informasi bagi peneliti lain yang memerlukan bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai konsep diri pada siswa siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1) Memberi masukan kepada staff SMA “X” Bandung mengenai konsep diri siswa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat program orientasi yang bermanfaat bagi siswa untuk lebih mengenal tentang konsep dirinya.

2) Memberi masukan pada guru-guru secara khusus guru BK untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam membentuk konsep diri.

1.5 Kerangka Pikir

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanan-kanak menuju masa remaja. Pada fase transisi ini, remaja mengalami berbagai perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif dan sosial (Santrock, 2002). Siswa kelas XII jurusan

IPA dan IPS di SMA “X” Bandung pun mengalami perubahan-perubahan

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha IPA dan IPS tersebut termasuk perubahan fisik dan kemampuan reproduksi yaitu tumbuhnya buah dada pada siswi dan tumbuhnya rambut pada daerah sekitar wajah pada siswa serta terjadinya peningkatan dramatis dalam tinggi badan pada siswa tersebut. Perubahan yang kedua adalah perubahan sosial yang terjadi pada siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung yaitu siswa kelas XII tersebut mengalami peralihan dari bentuk sosialisasi yang bersifat kekanak-kanakan menjadi bentuk sosial yang matang dan bertanggung jawab seperti lingkungan sosial bergeser dari lingkungan keluarga menjadi lingkungan teman sebaya.

Perubahan yang ketiga adalah perubahan kognitif yaitu siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung mampu untuk berpikir secara realistis tentang apa yang mungkin dan mampu berpikir secara abstrak. Kemampuan berpikir ini membantu remaja dalam caranya berpikir tentang dirinya, pergaulannya dan lingkungan sekitarnya. Remaja juga mampu merencanakan, melihat konsekuensi masa depan dari suatu tindakan, mampu membuat alternatif penjelasan dari suatu situasi. Dari perubahan kognitif ini, siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS mulai dapat melihat siapa dirinya, ingin menjadi seperti apa, bagaimana orang lain menilainya, dan bagaimana mereka menilai peran yang mereka jalani sebagai identitas diri dan diri identitas ini akan membentuk suatu konsep berupa konsep diri mengenai diri mereka (Steinberg, 2002).

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha dirinya. Dimensi internal adalah persepsi siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS di

SMA “X” Bandung terhadap diri sendiri berdasarkan penghayatannya. Dimensi

internal terdiri atas diri identitas, diri pelaku dan diri penilai. Diri identitas adalah untuk menjawab pertanyaan “siapa saya?” dan sebagai label atau simbol untuk

membentuk identitas diri. Penilaian-penilaian positif dan negatif terhadap diri sendiri ditemukan pada siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS tersebut. Sebagian dari mereka mempersepsi diri mereka pintar, cantik, pandai bergaul, pekerja keras, ramah. Sedangkan sebagian yang lain mempersepsi diri mereka bodoh, jelek, egois, tidak disayang oleh keluarga, dan pemarah.

Diri pelaku adalah persepsi siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung mengenai tingkah lakunya, meliputi tingkah laku yang

dipertahankan atau diabaikan. Diri identitas berkaitan dengan diri pelaku. Sejak kecil setiap orang termasuk siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung cenderung untuk menilai atau memberikan label kepada orang lain maupun dirinya sendiri berdasarkan tingkah laku yang ditampilkan dan yang diberikan kepadanya (Combs dan Snygg dalam Fitts, 1971). Dengan perkataan lain tingkah laku akan sejalan dengan konsep diri.

Diri pengamat dan penilai merupakan persepsi siswa kelas XII jurusan

IPA dan IPS di SMA “X” Bandung mengenai kepuasan diri atau penerimaan diri

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung dengan konsep diri yang positif dan

sebaliknya penilaian negatif tentang diri akan ditemukan pada siswa kelas XII

jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung yang memiliki konsep diri yang

negatif.

Dimensi yang kedua dari konsep diri adalah dimensi eksternal. Dimensi eksternal adalah penilaian tentang diri sebagai hasil interaksi dengan dunia luar diri, termasuk pengalaman dan hubungan interpersonalnya dengan individu lain. Dimensi eksternal terdiri dari dimensi diri fisik, diri moral etik, diri personal, diri keluarga, diri sosial dan diri akademik. Diri fisik adalah bagaimana siswa kelas

XII jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung mempersepsi keadaan dirinya

secara fisik baik kesehatan dan keadaan tubuhnya, penampilannya serta gerak motoriknya. Siswa yang berusaha mencari kelebihan pada bagian tubuhnya yang lain berarti memandang dirinya secara positif dan berarti pula memiliki konsep diri yang positif sebaliknya siswa yang merasa mempunyai kelemahan pada bagian tubuhnya yang lain memandang dirinya secara negatif dan berarti pula memiliki konsep diri yang negatif.

Diri moral etik adalah bagaimana siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung mempersepsi hubungannya dengan Tuhan, kepuasan

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha Tuhan dan pasti masa depan yang baik yang telah disediakan-Nya menunjukkan ciri dari remaja yang mempunyai konsep diri yang positif.

Diri personal adalah sejauh mana siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung terhadap pribadinya atau merasa dirinya sebagai diri yang

tepat. Sulit menerima diri dengan kekurangan yang dimilikinya merupakan hal yang ditemukan pada siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung dengan konsep diri yang negatif, namun berusaha mencari sisi lain yang merupakan kelebihan dirinya untuk mengimbangi kekurangan yang dimilikinya adalah ciri siswa dengan konsep diri yang positif. Diri keluarga berisi tentang persepsi siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung mengenai gambaran dirinya sebagai bagian anggota keluarga. Perasaan kecewa dan malu menjalankan perannya sebagai anak di dalam keluarga dengan selalu melawan orang tua merupakan konsep diri yang negatif. Sedangkan sikap masih tetap berharganya diri mereka bagi keluarga ditemukan pada siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung dengan konsep diri yang positif.

Diri sosial yaitu menyangkut kesesuaian siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung dalam berinteraksi dengan masyarakat atau lingkungan

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha Diri akademik yaitu menyangkut persepsi siswa kelas XII jurusan IPA dan

IPS di SMA “X” Bandung mengenai dirinya berkaitan dengan kemampuan

akademik di sekolahnya. Siswa yang merasa bahwa dirinya mempunyai kemampuan di bidang akademik yang baik, melalui proses belajar menunjukkan bahwa siswa-siswa tersebut memiliki konsep diri yang positif. Sebaliknya sikap memandang diri memiliki kelemahan di bidang akademik ditunjukkan pada siswa yang memiliki konsep diri negatif.

Pembentukkan konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengalaman, aktualisasi diri dan kompetensi atau kemampuan (Fitts, 1971). Faktor yang pertama adalah pengalaman yaitu bagaimana lingkungan mempengaruhi siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung, terutama pengalaman interpersonal yang dapat meningkatkan perasaan-perasaan positif yang berharga. Dengan pengalaman-pengalaman yang dialaminya dapat membuat diri mereka berharga ataupun sebaliknya dapat membuat persepsi akan diri mereka semakin negatif. Faktor yang kedua yaitu aktualisasi diri yaitu realisasi atau pencapaian yang telah diraih oleh siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung. Melalui pencapaian atau prestasi akdemik maupun non akademik yang telah diraih oleh mereka dapat mempengaruhi persepsi mereka terhadap diri mereka. Faktor yang ketiga adalah kompetensi yaitu kemampuan yang dianggap berharga bagi siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung atau oleh orang lain. Dengan adanya kemampuan yang

(23)

14

(24)
(25)

16

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

1) Konsep diri siswa kelas XII jurusan IPA berbeda dengan konsep diri siswa kelas XII jurusan IPS di SMA “X” Bandung.

2) Konsep diri pada siswa kelas XII di SMA “X” Bandung terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.

3) Konsep diri positif pada siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung ditunjukkan dengan penerimaan diri yang positif baik

dari segi dimensi internal (identitas, penilai dan pengamat, pelaku) maupun ekternal (fisik, moral-etik, personal, sosial, keluarga dan akademik).

4) Konsep diri negatif pada siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung ditunjukkan dengan persepsi dan penerimaan diri yang

negatif baik dari segi dimensi internal (identitas, penilai dan pengamat, pelaku) maupun eksternal (fisik, moral-etik, personal, sosial, keluarga dan akademik).

(26)

62 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 61 siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS di SMA “X” Bandung, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Dari 61 siswa kelas XII yang berasal dari jurusan IPA dan IPS sebanyak 52,46% mempunyai konsep diri cenderung positif dan sebanyak 47,54% mempunyai konsep diri cenderung negatif.

2) Dari 61 siswa kelas XII, sebanyak 34,43% siswa jurusan IPS memiliki konsep diri cenderung positif dan 22,95% mempunyai konsep diri cenderung negatif. Dan sebanyak 24,59% siswa kelas XII jurusan IPA memiliki konsep diri cenderung negatif dan 18,03% memiliki konsep diri cenderung positif.

3) Konsep diri baik cenderung positif maupun cenderung negatif pada sub dimensi internal dan eksternal membentuk konsep diri yang cenderung positif dan cenderung negatif juga.

(27)

63

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengajukan beberapa saran yaitu:

5.2.1 Saran Teoritis

1) Bagi peneliti yang ingin meneliti topik yang serupa, disarankan untuk menambah ukuran responden untuk penelitian selanjutnya agar data dan inforamsi yang diperoleh lebih banyak dan lebih mendalam.

2) Berdasarkan hasil penelitian, disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai konsep diri dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menggunakan metode korelasional.

5.2.2 Saran Praktis

1) Bagi staff SMA “X” khususnya bagian kurikulum dan kesiswaan agar dapat membuat program atau silabus pembelajaran dengan berbagai metode dalam proses belajar-mengajar dengan disertai kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan konsep diri bagi siswa-siswa kelas XII secara khusus bagi siswa jurusan IPA.

(28)

64

(29)

65 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Brooks-Gunn, J., and Reiter, E. 1990. The role of pubertal proceesess. In S. Feldmand and G. Elliot (Eds), At the threshold : The Developing Adolescent. Pp. 16-23. Cambrige : Harvard University Press.

Burns, R. B. 1979. The Self Concept: Theory, Development and Behavior. Longman Group UK Ltd, London.

Burns, R. B. 1982. Self-Concept Development And Education. London: Holt, Rinehart and Wiston.

Burns, R. B. 1993. Konsep Diri Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Jakarta : Arcan

Combs, A,. & Snygg, D. 1959. Individual Behavior: A Perceptual Approach. New York: Harpers.

Fitts, William. 1971. The Self Concept and Self Actualization. Western Psychological Services, California.

Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Guilford, J. P. 1967. Fundamental Statistics in Psychology and Education. (3rdEd.). Tokyo : Mc. Graw-Hill Kogakusha Company. Ltd.

Jersild, A. T. 1960. Child Psychology, 5th Ed. Englewood Cliffs, N. J : Precentice-Hall.

Lerner, Richard M .1983. Human Development-A Life-Span Perspective. Mc Graw-Hill,Inc

Santrock, John W. 2002. Life-Span Development- Perkembangan Masa Hidup. Terjemahan Damanik, Juda. Jakarta : Erlangga

Santrock, J.W. 2003. Adolescence, 9th Ed. Dallas : McGraw-Hill.

Steinberg, Laurence. 2002. Adolescence Psychology, 6th edition. The Mc.Graw-Hill Companies, Inc All right reserved,inc 1221.

(30)

66 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

(http://bawana.wordpress.com/2008/04/19/perkembangan-konsep-diri/)

(http://irfan-smadapo.blogspot.com/2009/12/perbedaan-ipa-dan-ips.html)

www.google.com, diakses pada 29 Januari 2012

Putri Amalia. 2007. Hubungan Antara Konsep Diri dan Orientasi Masa Depan

Bidang Pendidikan Pada Remaja di Panti Asuhan Yayasan “X” Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

kajian yaitu karena pada tahun 1996 tersebut Pulau Galang telah kosong dari. para

Dalam praktik mengajar, seorang pendidik harus memiliki beberapa strategi (langkah) pembelajaran lain sebagai pendukung dalam menerapkan metode pembelajarannya, karena

Mengatasi hal tersebut, telah disepakati pengintegrasian perbankan terkhususnya pelaksanaan asas resiprokal dan reducing the gap yang terdapat dalam (ABIF) dan diatur lebih

Lama Rawatan Rata-rata berdasarkan adanya Komplikasi Group Statistics. komp1 N

Dalam penulisan ilmiah ini penulis menggunakan beberapa metode sebagai sarana dalam melengkapi penulisan ilmiah ini yaitu dengan melakukan studi pustaka yang mengambil bahan

Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Ipa Mengenai Struktur Dan Fungsi Bagian

[r]

5 Hasil Rata-Rata dan Standard Deviasi Nilai Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanofiller Setelah Penyikatan Pada Kelompok Kontrol, di Coating dengan Surface Coat dan