• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN ANTARA METODE BAGIAN DAN METODE KESELURUHAN TERHADAP PENGUASAAN GERAK JURUS KAIDAH PEMBELAJARAN PENCAK SILAT DI KELAS VII SMPN 40 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN ANTARA METODE BAGIAN DAN METODE KESELURUHAN TERHADAP PENGUASAAN GERAK JURUS KAIDAH PEMBELAJARAN PENCAK SILAT DI KELAS VII SMPN 40 BANDUNG."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN ANTARA METODE BAGIAN DAN METODE KESELURUHAN

TERHADAP PENGUASAAN GERAK JURUS KAIDAH PEMBELAJARAN

PENCAK SILAT DI KELAS VII SMPN 40 BANDUNG

Oleh

Wahyudi Lukman

0800504

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang berbeda dari penerapan metode bagian dan metode keseluruhan terhadap penguasaan gerak kaidah pencak silat di SMPN 40 Bandung. Sampel pada penelitian ini menggunakan siswa-siswi yang mengikuti ekstrakurikuler pencak silat di SMPN 40 Bandung sebanyak 60 peserta didik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperiment. Lalu untuk desain penelitian menggunakan pretest postest group design. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan modifikasi penilaian kaidah pencak silat sebanyak 39 gerakan yang dinilai. Pelaksanaan pemberian perlakuan dilaksanakan di sekolah tersebut. Adapun hasil yang diperoleh dari penerapan metode bagian dan metode keseluruhan adalah terdapat perbedaan yang signifikan.

Melihat dari analisis data yang penulis lakukan menyatakan bahwa rata-rata dari penerapan metode bagian sebesar 136,4 dan metode keseluruhan sebesar 131,4. Selanjutnya mengenai hasil analisis data statistika dari uji hipotesis menunjukan bahwa nilai t hitung (3,90) lebih besar dari t tabel (2,41) maka dari itu Ho ditolak maka terdapat perbedaan yang signifikan dari metode bagian dan metode keseluruhan terhadap pembelajaran gerak jurus kaidah pencak silat di kelas VII SMPN 40 Bandung. Saran untuk para peneliti, agar dapat menggunakan sampel lebih banyak lagi dan perlakuan pada sampel diperbanyak pertemuannya.

Kata kunci : metode pembelajaran bagian, metode pembelajaran keseluruhan, kaidah

(2)

Wahyudi Lukman, 2015

ABSTRACT

COMPARISON BETWEEN THE PART METHOD AND WHOLE METHOD TOWARD LEARNING KAIDAH SKILL OF PENCAK SILAT

IN CLASS VII SMPN 40 BANDUNG By

Wahyudi Lukman 0800504

This Research is to determine whether there is a different effect from the application of the method section and the overall method for motion control of the rules of martial arts in SMPN 40 Bandung. Samples in this research using students who follow extracurricular martial arts in SMPN 40 Bandung as many as 60 students. The method used in this research is the experimental method. Then for research design using pretest posttest group design. The instrument used in this study using a modified assessment martial arts rules were assessed a total of 39 movements. Implementation of the treatment carried out at the school. The results obtained from the application of the method of sections and the overall method is that there is a significant difference.

According from the statistic data analysis that the authors do state that an average of application of the method of sections 136.4 and 131.4 of the overall method. Furthermore, the results of statistical data analysis of hypothesis testing showed that the value of t (3,90) is greater than t table (2.41) therefore Ho is rejected, there is a significant difference from the method of sections and the overall method of motion moves towards learning rule The martial arts class VII SMPN 40 Bandung. Advice to the researchers, in order to use more samples and treating the sample propagated meeting.

(3)

Wahyudi Lukman, 2015

PERBAND INGAN ANTARA METOD E BAGIAN D AN METOD E KESELURUHAN TERHAD AP PENGUASAAN

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. Darajat. J.K.N. (2010). Modul Aplikasi Statistik dalam Penjas. Bandung: FPOK UPI

Juliantine, Tite. (2012) Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK UPI.

Juliantine, Yudiana, Y. Dkk. (2012). Belajar & pembelajaran penjas. Bandung : Redpoint.

Maryono, O’ong. (2000). Pencak Silat: Merentang Waktu. Yogyakarta: Galang.

Susarno Hadi (2010). Jurnal Teknologi Pendidikan Vol 10 No.1. Unesa: di akses pada Juli 2015

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sarwono, Gunawan (2012). Model pembelajaran penerapan seni tunggal pencak silat. Bandung: FPOK UPI

Schembri, Ilyasa Syuhud. (2013). Pengaruh Gaya Mengajar. Bandung: FPOK UPI

Sudjana, 2005. Metode Statistik. Jakarta : Rineka Cipta.

(4)

Wahyudi Lukman, 2015

PERBAND INGAN ANTARA METOD E BAGIAN D AN METOD E KESELURUHAN TERHAD AP PENGUASAAN GERAK JURUS KAID AH PEMBELAJARAN PENCAK SILAT D I KELAS VII SMPN 40 BAND UNG

Internet:

Sugiyanto, Suhendro (2012). Metode pembelajaran bagian dan keseluruhan. http://rochimtoatw.blogspot.com diakes pada juli 2015

Struktur Kurikulum 2013. www.kemdiknas.go.id. Di akses pada juli 2015

Kimble, Arman (2012). Belajar Dan Pembelajaran Pengertian, Hakikat, Ciri-Ciri Dan Tujuan. akses dalam http://armanbram.blogspot.com/2012/07/teori-belajar-dan-pembelajaran.html pada juli 2015

Kamisa, Irfan Dani. (2013) Pengertian Karakter. http: // pustaka. pandani. web. Id /2013 /03/ pengertian- karakter. Html. Di akses dalam

http://pustaka.pandani.web.id Pada juli 2015

(5)

Wahyudi Lukman, 2015

PERBAND INGAN ANTARA METOD E BAGIAN D AN METOD E KESELURUHAN TERHAD AP PENGUASAAN GERAK JURUS KAID AH PEMBELAJARAN PENCAK SILAT D I KELAS VII SMPN 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang diterapkan di sekolah. Pendidikan jasmani menekankan pada suatu proses seseorang sebagai individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak. Pada hakikatnya kita ketahui bersama pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan progresif dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Tujuan pendidikan jasmani di sekolah selalu mencakup tiga aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Juliantine (2012, hlm 7) mengatakan bahwa:

Pendidikan Jasmani adalah untuk mengembangkan individu menjadi individu-individu yang kreatif, berdaya cipta, dan yang dapat menemukan atau discover. Serta pendidikan sebagai proses menolong, membimbing, mengarahkan dan mendorong individu

Pada pembahasan di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pendidikan jasmani hakikatnya adalah pendidikan yang berjalan melalui aktifitas jasmani atau aktifitas gerak. Pendidikan jasmani diajarkan di sekolah satu tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. menurut William dalam Abduljabar, 2010, hlm 3) mengungkapkan bahwa “pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan”.

(6)

olahraga diantaranya meliputi: olahraga tradisional, permainan, eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor serta manipulatif, atletik, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, bela diri serta aktivitas lainnya (BSNP, 2006:703). Salah satu materi pendidikan jasmani yang akan dibahas dalam penelitian ini mengenai olahraga bela diri pencak silat pada siswa sekolah menengah. Adapun olahraga bela diri di sekolah tentu saja banyak cabangnya seperti karate, taekwondo, judo, pencak silat dan lain lain.

Pendidikan bela diri khususnya pencak silat di sekolah menengah secara umum tidak di ajarkan secara dalam. Pada prinsipnya siswa dapat mengenal dan mempraktikan materi pembelajaran bela diri pencak silat yang diajarkan oleh guru di sekolah. Materi yang diajarkan di sekolah pada umumnya seperti sikap dasar kaidah pencak silat, sikap delapan penjuru mata angin, tepak tilu, paleredan hingga materi tunggal, ganda, beregu hingga tanding untuk persiapan olahraga antar sekolah (O2SN).

Pencak silat merupakan salah satu cabang bela diri yang mengedepankan nilai seninya, maka dalam penyebutan sehari-hari sering digunakan istilah seni bela diri pencak silat. Manusia selain diberi jasmani yang sempurna juga mempunyai akal budi dan daya pikir untuk mempertahankan diri. Oleh karena itu, terciptalah cara atau sistem bela diri khas Indonesia yang disebut silat. Menurut Sucipto (2014, hlm 20) mengemukakan bahwa:

Pencak silat merupakan salah satu budaya nenek moyang bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan dan disebarluaskan keberadaanya. Pencak silat meruapakan cara membela diri dari segala bentuk ancaman baik dari binatang maupun manusia itu sendiri."

(7)

Pembelajaran pencak silat ditinjau dari sudut seni harus mempunyai keselarasan dan keseimbangan antara wirama, wirasa, dan wiraga, atau keserasian irama, penyajian teknik, dan penghayatan. Pada seni pencak silat penekanan dan dominasi dapat diletakkan diantaranya: gerak bela diri yang diperhalus dan diperindah, gerak tari yang mengambil motif-motif bela diri pencak silat, gerak tari yang diwarnai gerak pencak silat sekadarnya sebagai situasi saja dan gerak perpaduan yang seimbang dan selaras antara tari dan bela diri. Dalam pembelajaran seni ini guru dapat mengajarkan peserta didik dengan materi sikap dasar kaidah pencak silat, jurus seni tunggal baku, tepak tilu, paleredan dan lain lain.

Pembelajaran pencak silat ditinjau dari jurus pertandingan. Dalam pertandingan pencak silat terdapat dua kategori, pertama seni dan kedua tanding. Kategori seni terdiri dari seni tunggal baku, ganda, dan beregu. Sementara kategori tanding terdiri dari kelas yang memiliki berat peserta yang berbeda beda. Dewasa ini pertandingan pencak silat sudah mulai berkembang dengan dukungan dari program pemerintah dengan berbagai kejuaraan tingkat usia dini hingga dewasa.

(8)

dalam silat yang dianggap bentuk serangan yang efektif, menurut ibrahim obing sebagai pendiri kebudayaan pencak silat di jawa barat, menyebutkan bahwa ada beberapa kaidah dalam silat diantaranya:

Pertama, Arah keatas, yaitu arah serangan yang dilakukan dengan cara

menyerang lawan dari bawah ke atas. contohnya bisa berbentuk dorongan atau pukulan (seperti pukulan hook) yang bisa berakibat lawan akan terjengkang kebelakang. Kedua, Arah kebawah, yaitu arah serangan yang dilakukan dengan cara menyerang lawan dari arah atas ke bawah. contohnya bisa berbentuk dorongan atau pukulan dari arah atas ke bawah yang bisa berakibat lawan akan jatuh ke bawah. Ketiga, Parabola, yaitu bentuk serangan yang dilakukan dengan menyerang lawan dengan bentuk gerakan membentuk parabola, baik itu parabola ke atas maupun parabola ke bawah. Contohnya beruba gerakan menarik lawan agar lawan terjerembab jatuh atau terpelanting dan “terbang”.

Ketiga bentuk kaidah ini bisa dilakukan dengan bentuk serangan pukulan, dorongan atau tarikan tergantung kepada kondisi ketika gerakan ini dilakukan. Salah satu alasan logis dari kaedah ini adalah mengikuti hukum kekekalan gaya dalam ilmu fisika. jika kita menarik sesuatu benda dengan arah sejajar dengan benda tersebut maka akan terjadi gaya tarik menarik sehingga kemungkinan lawan akan bisa mempertahankan diri bahkan menyesuaikan diri dengan serangan kita akan sangat besar. sebaliknya dengan arah gerakan dan serangan yang mengikuti kaidah keatas, kebawah atau para bola maka gaya kesetimbangan lawan akan goyah dan akan mudah untuk kita jatuhkan.

Keempat, yaitu gerakan spiral. berbeda dengan kaidah sebelumnya kaidah

spiral ini bertujuan agar lawan tidak bisa mengikuti gerakan kita. contoh nya pada teknik membanting lawan, kita bisa membanting lawan dengan cara menarik lawan dengan tangan kita kemudian memutar badan kita dengan sambil menarik tangan lawan semakin ke bawah atau ke atas sehingga membentuk gaya spiral.

(9)

kepala, bahu, lengan, badan, kuda-kuda hingga kaki. Seperti contoh sikap delapan penjuru. Gerakan kaidah ini memerlukan permainan antara tubuh dan fikiran dalam setiap gerak. Sehingga siswa tidak bisa melakukan gerakan ini secara kaku atau bebas gerak. Secara keseluruhan pembelajaran kaidah ini tidak sulit namun memerlukan pemahaman setiap orang.

Sehubungan tingkat kesulitan dalam penerapan kaidah pencak silat, penulis mencoba mencari solusi yang tepat agar pembelajaran kaidah pada siswa sekolah menengah ini dapat berhasil. Salah satu faktor penunjang dalam keberhasilan guru mengajar di sekolah adalah dengan adanya metode pembelajaran yang digunakan. Kita ketahui bersama bahwa dalam pembelajaran, seorang guru harus dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran dengan tujuan agar proses belajar mengajar menjadi bervariasi dan efektif. Istilah metode diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya, Dalam konteks pembelajaran, Joyce dan Weil dalam Udin S.Winataputra, 2001, hlm 115 mendefinisikan bahwa:

Metode sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Jadi, metode pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

(10)

Dari berbagai macam metode pembelajaran di atas dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran menurut kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka seorang guru harus cermat dan tepat dalam menerapkan metode pembelajaran. Kita ketahui bersama bahwa metode pengajaran yang tepat merupakan salah satu faktor pendukung dalam terjadinya keberhasilan atau tidak suatu pembelajaran. Pada kesempatan penelitian ini, berdasarkan hasil observasi di sekolah. Peneliti menemukan adanya penerapan metode keseluruhan oleh guru dalam mengajarkan gerak dasar kaidah pencak silat. Menurut identifikasi peneliti, melihat bahwa penerapan metode pembelajaran keseluruhan tersebut, membuat siswa kesulitan dalam menghafal, memahami gerakan yang benar, dituntun untuk cepat bergerak, jarang adanya diskusi yang bisa memperdalam materi kaidah tersebut dan lain-lain.

Berangkat dari permasalahan tersebut peneliti mencoba membandingkan metode keseluruhan dengan metode bagian dalam pembelajaran pencak silat materi penguasaan gerak kaidah pencak silat untuk siswa sekolah menengah pertama. Penulis tertarik pada kedua metode tersebut karena adanya perbedaan cara mengajar dalam kedua metode tersebut. berikut peneliti menjelaskan kedua metode tersebut.

Metode keseluruhan merupakan bentuk latihan suatu keterampilan yang pelaksanaanya dilakukan secara utuh dari keterampilan yang dipelajari. Berkaitan dengan metode keseluruhan Sugiyanto (1996, hlm 67) menyatakan “Metode keseluruhan adalah di mana sejak awal pelajar diarahkan untuk mempraktikan keseluruhan rangkaian gerakan yang dipelajari”. Serta dijelaskan pula oleh Suhendro (1999, hlm 56) menyatakan bahwa “Metode keseluruhan adalah metode yang menitikberatkan kepada keutuhan dari bahan pelajaran yang ingin dicapai.”

Metode bagian merupakan bentuk latihan keterampilan yang dilakukan secara perbagian dari keterampilan yang dipelajari. Bentuk keterampilan bagian yang dipelajari dipilah-pilah ke dalam gerakan yang lebih mudah dan sederhana. Berkaitan dengan metode bagian Sugiyanto (1996, hlm 67) menyatakan bahwa :

(11)

rangkaian gerakan dan setelah bagian-bagian gerakan dikuasai baru mempraktikannya secara keseluruhan.

Dari pemaparan di atas, penulis bermaksud mengkaji dua metode pembelajaran. yakni metode pembelajaran bagian dan metode pembelajaran keseluruhan. Hal ini didasarkan karena melihat dari keragaman metode dan hasil yang berbeda pada setiap metode. Maka dari itu penulis mencoba membandingkan kedua metode tersebut mana yang paling efektif dan memberikan hasil yang signifikan terhadap penguasaan gerak kaidah pencak silat di SMPN 40 Bandung. Adapun judul skripsi ini adalah “Perbandingan Antara Metode Bagian Dan Metode Keseluruhan Terhadap Penguasaan Gerak Jurus Kaidah Pembelajaran Pencak Silat Di Kelas VII SMPN 40 Bandung.”

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan hasil observasi di sekolah, Peneliti melihat siswa ketika melaksanakan pembelajaran kaidah dasar pencak silat terlihat kesulitan dalam menghafal banyaknya gerakan, kesulitan memahami gerakan yang benar, dituntun untuk cepat bergerak, jarang adanya diskusi yang bisa memperdalam materi kaidah tersebut. Dari hal tersebut kiranya membuat pembelajaran pencak silat menurun atau kurang efektif.

(12)

Metode bagian menurut Sugiyanto (1996, hlm 67) “merupakan cara pendekatan di mana mula-mula siswa diarahkan untuk mempraktikan sebagian demi sebagian dari keseluruhan rangkaian gerakan dan setelah bagian-bagian gerakan dikuasai baru mempraktikannya secara keseluruhan.” Metode keseluruhan adalah “dimana sejak awal pelajar diarahkan untuk mempraktikan keseluruhan rangkaian gerakan yang dipelajari”.

Kelebihan Metode Bagian diantaranya membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses gerakan yang akan diajarkan, memberikan kepercayaan diri kepeda peserta didik untuk melakukan gerakan pergerakan yang telah diajarkan, kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki melalui pengamatan dari suatu bagian perbagian gerakan yang terlihat, Memberikan informasi yang jelas kepada peserta didik tentang suatu gerakan yang akan dipelajari. Tentu saja dari penjelasan di atas metode pembelajaran bagian dapat memberikan pembelajaran yang efektif. Sedangkan apabila kita melihat kelebihan metode keseluruhan diantaranya memberikan seluruh gerak, siswa mengenal gerakan selanjutnya, siswa dapat mengantisipasi gerakan secara keseluruhan dan cepat selesai.

Dari kedua kelebihan yang dimiliki oleh kedua metode tersebut, peneliti berharap metode bagian dapat memberikan hasil yang signifikan dan menjadi metode pembelajaran yang tepat dalam materi penguasan gerak jurus kaidah pencak silat.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas, peneliti mencoba memaparkan masalah yang terjadi dalam metode pembelajaran materi bela diri pencak silat, sehingga peneliti merasa tertarik untuk dapat merumuskan masalah sesuai pernyataan sebagai berikut:

1. Apakah metode bagian berpengaruh terhadap penguasaan gerak jurus kaidah pembelajaran pencak silat di kelas VII SMPN 40 Bandung?

(13)

3. Metode manakah yang lebih memberikan pengaruh terhadap penguasaan gerak jurus kaidah pembelajaran pencak silat di kelas VII SMPN 40 Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan suatu hasil yang ingin dicapai atau ditemukan oleh peneliti sendiri. Menurut Suharsimi Arikunto (1993:43) mengemukakan bahwa “tujuan Penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai.” Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah;

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh metode bagian terhadap penguasaan gerak jurus kaidah pembelajaran pencak silat di kelas VII SMPN 40 Bandung.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh metode keseluruhan terhadap penguasaan gerak jurus kaidah pembelajaran pencak silat di kelas VII SMPN 40 Bandung.

3. Untuk mengetahui metode seberapa besar perubahan dari pengaruh metode keseluruhan dan metode bagian terhadap penguasaan gerak jurus kaidah pembelajaran pencak silat di kelas VII SMPN 40 Bandung?

E. Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian ini tercapai, maka hasil atau manfaat yang didapat dari penelitian ini diantaranya;

1. Secara Teoritis, penelitian ini dapat menjadi sumbangan pikiran untuk bahan pengajaran dan pembelajaran materi gerak jurus kaidah pembelajaran pencak silat di kelas VII SMPN 40 Bandung khususnya dan untuk dunia pendidikan jasmani olahraga secara umumnya.

(14)

F. Pembatasan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh hasil dari permasalahan penelitian yang timbul. Berangkat dari tujuan penelitian maka peneliti membatasi ruang penelitian agar dapat terfokus dan jelas pada suatu masalah. Adapun pembatasan masalah diantaranya;

1. Permasalahan pada penelitian ini adalah mengetahui bagaimana perbandingan metode bagian dan keseluruhan terhadap hasil penguasaan gerak jurus kaidah pembelajaran pencak silat di kelas VII SMPN 40 Bandung.

2. Populasi penelitian ini adalah Siswa kelas VII SMPN 40 Bandung.

3. Peserta didik adalah seseorang yang sedang menempuh ilmu sedalam mungkin dan memiliki tujuan untuk masa depan.

4. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode bagian dan metode keseluruhan. Dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah penguasaan gerak jurus kaidah pencak silat.

5. Penelitian ini difokuskan pada penguasan gerak jurus kaidah pencak silat.

G. Definisi Istilah

Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan maka penulis perlu membatasi beberapa istilah dan sesuai dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Perbandingan ialah membandingkan dua hal atau variabel terhadap acuan yang sama.

2. Siswa adalah seseorang yang sedang menempuh ilmu sedalam mungkin 3. Pembelajaran adalah interaksi antara guru dan peserta didik yang

(15)

4. Kaidah pencak silat adalah gerakan dasar sikap, pola serta langkah yang dirangkai dalam satu rangkaian pencak silat.

5. Metode bagian menurut Sugiyanto (1996:67) merupakan cara pendekatan di mana mula-mula siswa diarahkan untuk mempraktikan sebagian demi sebagian dari keseluruhan rangkaian gerakan dan setelah bagian-bagian gerakan dikuasai baru mempraktikannya secara keseluruhan.

6. Metode keseluruhan menurut Sugiyanto (1996: 67) adalah di mana sejak awal pelajar diarahkan untuk mempraktikan keseluruhan rangkaian gerakan yang dipelajari”.

H. Struktur Organisasi Penulisan

Penyusunan skripsi ini terdiri dari lima bab. Adapun uraian mengenai isi dari penulisan setiap babnya adalah sebagai berikut:

1. Dalam BAB I pendahuluan berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan awal dari penyusuna skripsi ini. Bab ini tersusun atas latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

2. Selanjutnya BAB II mengenai Kajian pustaka, Kerangka pemikiran, dan Hipotesis tentang metode bagian dan metode keseluruhan, pencak silat serta jurus kaidah, Anggapan dasar, hipotesis. Bab ini berfungsi untuk landasan teoritis dalam menyusun pertanyaan penelitian dan tujuan.

3. Kemudian BAB III Metode penelitian, berupa tentang penjabaran secara rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen seperti, lokasi dan subjek populasi atau sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi oprasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik yang digunakan untuk menganisis yang didapat.

(16)
(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi

Untuk memecahkan suatu permasalahan penelitian perlu adanya data atau informasi dari objek penelitian yang akan diteliti dalam mendukung tercapainya suatu tujuan penelitian. Di sinilah peran populasi dalam penelitian sangat diperlukan untuk memperoleh data dan informasi sesuai dengan tujuan yang akan diteliti. Populasi adalah sekumpulan objek yang memiliki karakteristik tertentu, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2011, hlm 55) bahwa:

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Populasi dapat diartikan kembali sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII yang mengikuti ekstrakurikuler pencak silat di SMPN 40 Bandung yang berjumlah 130 siswa.

B. Sampel

Sampel merupakan bagian kecil dari populasi, tetapi dapat mewakili populasi. Menurut Sugiyono (2011, hlm 91) bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Dari beberapa pendapat tersebut dapat penulis simpulkan bahwa sampel merupakan wakil atau sebagian data dari populasi yang diambil untuk diteliti dan dijadikan sumber data selanjutnya. Adapun yang menjadi sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas VII yang mengikuti ekstrakurikuler pencak silat di SMPN 40 Bandung yang berjumlah 60 siswa.

(18)

mengikuti ekstrakurikuler pencak silat. Mengenai teknik pengambilan sampel dijelaskan oleh Sugiyono (2011, hlm. 85) “Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.” Teknik Sampling purposif atau disebut sampling pertimbangan, Setelah itu peneliti melakukan pemerataan kelompok masing-masing berjumah 30 siswa perkelompok dari 60 siswa kelas VII yang mengikuti ekstrakurikuler pencak silat. Pemetaan ini diambil sesuai dengan nilai praktek dan kebugaran jasmani pada mata pelajaran pendidikan jasmani sebelumnya. Sehingga penulis harapkan tercipta kondisi awal kelompok yang sama rata dalam kemampuan dasarnya sebelum diberikan perlakuan.

Bagan 3.1 Pembagian jumlah sampel

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi dan waktu pelaksanaan penelitian ini, bertempat di SMPN 40 Bandung beralamat di Jl wastukencana no. 75 A kota Bandung. Untuk waktu frekuensi pertemuan penelitian perminggu sebanyak tiga kali dalam seminggu. Menurut pendapat Sarwono dalam Gunawan (2012, hlm 50) bahwa “Frekuensi jumlah waktu ulangan latihan yang baik adalah dilakukan 5-6 pertemuan latihan atau 2-4 pertemuan latihan per minggu”. Adapun dalam penelitian ini, penulis menggunakan frekuensi 3 kali pertemuan per minggu, yakni hari senin, kamis dan sabtu. Penelitian ini dilakukan sebanyak 12 kali pertemuan. Dengan catatan melihat dari hasil peningkatan pembelajaran siswa. Apabila selama 12 kali

Populasi Sampel

Kel. Metode bagian

30 orang siswa

Kel. Metode keseluruhan

(19)

pertemuan tersebut siswa telah mengalami perubahan atau peningkatan, maka sampel siap untuk diambil data tes akhir lapangan.

D. Desain Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian, maka desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Group Desain. Sebelum sampel diberikan perlakuan (treatment), sampel terlebih dahulu diberikan tes awal (Pretest) untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan mengenai keterampilan gerakan renang gaya dada. Untuk lebih jelasnya penulis akan menggambarkan desain penelitian di bawah ini:

A O1 X1 O2

B O3 X2 O4

Bagan 3.2 Desain Penelitian Pretest-Posttest Group Desain (Arikunto, 2006:86)

Keterangan:

A : Sampel kelompok metode bagian B : Sampel kelompok metode keseluruhan X1 : Treatment kelompok metode bagian X2 : Treatment kelompok metode keseluruhan O1 : Pretest kelompok metode bagian

(20)

Dari gambar di atas ada pula langkah-langkah yang akan penulis laksanakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Bagan 3.3 langkah-langkah penelitian

Penjelasan langkah-langkah yang akan penulis lakukan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Menentukan populasi

2. Menentukan sampel secara sampling purposive Populasi

Sampel

Tes awal

Treatment kelompok bagian

Treatment kelompok keseluruhan

Tes akhir Tes akhir

Pengumpulan data

Pengolahan dan Analisis data

(21)

3. Membagi sampel kedalam dua kelompok a. Kelompok metode bagian

b. Kelompok metode keseluruhan 4. Melakukan tes awal

5. Melakukan proses pembelajaran atau perlakuan pada sampel 6. Melakukan tes akhir

7. Mengolah data

8. Melakukan pengujian hipotesis

9. Mengambil kesimpulan dari hasil data yang diperoleh penulis

E. Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan, sedangkan penelitian adalah suatu penyelidikan yang dilakukan untuk membuktikan sesuatu atau untuk mencari jawaban. Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk membuktikan, mengungkapkan, menyimpulkan permasalahan menjadi suatu jawaban dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan secara sistematis. Metode atau cara yang ditempuh dalam upaya memecahkan masalah dalam penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Ada banyak cara atau metode yang digunakan dalam penelitian, penggunaan metode tersebut tergantung dari permasalahan serta jenis penelitian yang hendak dilakukan dan dapat membantu mengungkapkan suatu permasalahan yang akan dikaji kebenarannya, penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. Dalam hal ini berarti metode memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data. Menurut Sukmadinata (2005:52) menjelaskan bahwa: “Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang di dasari asumsi dasar, pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu yang dihadapi.”

(22)

pernyataan yang telah dikemukakan di atas, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

F. Instrument Penelitian

Instrument penelitian adalah alat untuk mengukur data. Instrument dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan kompetensi dasar yang sesuai dengan kurikulum SMP yang akan menjadi alat bantu dalam menilai proses penelitian selama mengikuti proses pembelajaran gerakan kaidah pencak silat yang diberikan kepada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler pencak silat di SMPN 40 Bandung. Menurut Sugiyono (2011, hlm. 92) bahwa “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.” Sehingga instrument diperlukan untuk mengumpulkan data dari sampel. Untuk memperoleh data yang nantinya diolah dan dianalisis maka diperlukan alat untuk instrument sebagai berikut:

a. Menentukan jadwal penelitian, yaitu pada bulan April sampai dengan Mei 2015. Penelitian dilakukan 12 kali pertemuan sesuai dengan pendapat Juliantine dkk. (2012, hlm 35) mengatakan bahwa “Sebagai percobaan untuk mendapatkan hasil yang baik bisa pula dilaksanakan dalam frekuensi latihan 3 hari/minggu, sedangkan lamanya latihan paling sedikit 4-6 minggu.”

b. Menentukan waktu dan tempat penelitian, yaitu dilakukan diluar jam pelajaran pendidikan jasmani setiap hari senin, kamis dan sabtu pada pukul 16.00–17.30. tempat pelaksanaan dilakukan di SMP Negeri 40 Bandung. c. Kriteria penilaian tes gerakan kaidah pencak silat ini merujuk pada skala

(23)

Tabel 3.1 Skala Penilaian

Performed with completed assurance and control. Excellent

technique and form. Fluid movement.

Very good, minor errors of form and position. Ndeviation

from text. Good control.

Good. Essential features demonstrated performance looked

safe, even thougt minor error of form were present.

Uncontrolled. Poor form and technique. Deviations from the

requirements of the written text.

Not recognizable due to poor execution or omissions. Unsafe.

Can’t to control. Bad Move and technic, many failed demonstrated performance

Poor demonstrated performance Dont understand about

Technique Sekalipun terlihat kesalahan-kesalahan bentuk yang kecil. Skor 2 :Tidak terkontrol. Bentuk dan teknik jelek banyak kesalahan dari

ketentuan yang ditulis.

(24)

Ada pun format tes kisi-kisi yang digunakan untuk keterampilan gerakan kaidah pencak silat adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 kisi-kisi proses pembelajaran gerakan kaidah pencak silat

No Materi / Program Pembelajaran 5 4 3 2 1 dari ke dua tangan menyentuh tanah (Inalillahi…)

5 Posisi tetap, ujung jari-jari ke dua tangan di tarik kea rah depan alis mata (Allahhuakbar)

6 Posisi tetap, ke dua tangan lurus ke depan dengan telapak tangan menengadah ke depan (Demi nama bapak dan ibu) 7 Posisi setengah jongkok sambil menyikut ke arah depan. 8 Berdiri dengan kaki kanan diangkat (paha rata-rata

pinggung), posisi tangan seluk dan bandul.

9 Kaki kanan diletakan ke depan kemudian badan berputar kaki kiri ke depan disusul dengan tangkapan tangan. 10 Posisi tetap kuda-kuda satu disusul dobrak kepalan ke arah

depan.

11 Kaki kiri ditarik ke belakang kemudian dibuang ke samping kiri dan disusul dengan sikut samping.

12 Kuda-kuda tetap (samping kiri) disusul dengan posisi tangan seluk dan bandul.

13 Tangkapan harimau/menarik kepala ke arah paha dengan tarikan kaki kiri kearah belakang kaki kanan membentuk kuda-kuda silang isi. kemudian jari-jari dari ke dua tangan menyentuh tanah. 17 Posisi tetap, ujung jari-jari ke dua tangan di tarik kea rah

depan alis mata.

(25)

tangan menengadah ke depan.

19 Posisi awal kuda-kuda satu/sikap siaga.

20 Melangkah bersamaan dengan pukulan kanan lurus ke depan.

21 Disusul pukulan kiri lurus ke depan.

22 Sikut kanan depan, tangan kiri menempel pada sikut. 23 Tangkisan kanan keluar.

24 Singgul bawah (hindaran tendangan dengan pukulan sisi pergelangan tangan kanan ke arah samping bawah)

25 Tangkapan serangan kaki (menggunakan tangan kanan) kea rah samping kiri bawah.

26 Tangkisan atas/tangkisan pancung. 27 Tangkisan tamparan/terbang. 28 Pukulan punggung kepalan. 29 Tangkisan tangan keluar.

30 Melangkah ke depan disusul dengan pukulan tangan kanan lurus ke depan.

31 Kipasan (tangkisan belakang)

32 Melangkah ke depan disusul dengan pukulan tangan kiri lurus ke depan.

33 Melangkah bersamaan dengan tangkapan serangan tangan. 34 Posisi kuda-kuda tetap tapi agak condong ke depan disusul

dobrakan kepalan lurus ke depan.

35 Menghindar serangan pukulan dengan cara mendorong pukulan menggunakan telapak tangan kiri, bersamaan kaki kiri ditarik ke belakang membentuk kuda-kuda silang isi. 36 Posisi kuda-kuda tetap disusul dengan tekean kea rah

kepalan tangan lawan.

37 Posisi kuda-kuda tetap kemudian pukulan punggung kepalan kea rah rusuk.

(26)

G. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengukuran berdasarkan tes hasil penguasaan gerakan kaidah pencak silat pada sampel penelitian. Selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis secara statistik. Langkah-langkah pengolahan data tersebut, ditempuh dengan prosedur sebagai berikut :

1. Mencari nilai rata-rata ( ̅) dari setiap kelompok data dengan rumus :

̅ ∑

Keterangan tanda dalam rumus di atas adalah :

̅ : Rata-rata suatu kelompok n : Jumlah sampel

Xi : Nilai data

∑ : Jumlah sampel suatu kelompok

2. Mencari simpangan baku dari setiap kelompok data dengan menggunakan rumus :

√∑ ̅

Keterangan tanda dalam rumus di atas adalah : S : Simpangan baku yang dicari n : Jumlah sampel

∑ ̅ : Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

3. Rumus yang digunakan adalah dengan uji kenormalan secara non parametrik yang dikenal dengan uji lilifors. Untuk prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut :

a. Pengamatan X1, X2, …Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,…Zn dengan menggunakan rumus :

̅

(27)

4. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (Z1) = P (Z.Z1)

5. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2,…Zn∑ . Jika proporsi ini dinyatakan S(Z1), maka :

6. Menghitung selisih F (Z1) – S (Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya. 7. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut. Sebutlah harga tersebut ini (L0).

8. Untuk menolak atau menerima hipotesis, Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis Terima Ho jika –t (1-1/2a) < t < t (1-1/2a) dalam hal lain di tolak. Dalam hal lainnya hipotesis a diterima.

9. Menguji homogenitas sampel dengan menggunakan :

Kriteria pengujian homogenitas adalah terima hipotesis jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1.V2) dengan taraf

nyata (α) = 0,05.

10.Pengujian signifikan peningkatan hasil pembelajaran, Menguji kesamaan dua rata (satu pihak). Dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (satu pihak) dapat menggambarkan bahwa terdapat perbedaan atau tidak mengenai hasil penguasaan gerak kaidah pencak silat di ekstrakurikuler pencak silat SMPN 40 Bandung. Sedangkan syarat untuk menguji perbedaan dua rata-rata, yaitu datanya harus berdistribusi normal dan variansinya homogen. Jika berdistribusi normal dan homogen maka rumus statistik yang digunakan yaitu uji t, dengan rumus sebagai berikut:

(28)

Sebelum uji t terlebih dahulu dicari variansi gabungan (S2), melalui rumus sebagai berikut :

Keterangan tanda dalam rumus : t : Nilai t yang dicari (thitung) S2 : Simpangan baku gabungan n1 : Jumlah sampel kelompok 1 n2 : Jumlah sampel kelompok 2

̅

: Rata-rata kelompok 1

̅

: Rata-rata kelompok 2 S12 : Variansi kelompok 1 S22 : Variansi kelompok 2

Sesuai dengan masalah penelitian dan tujuan penelitian, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasional sederhana. Kriteria pengujian adalah terima Ho jika t < t1-α, dalam hal lain tolak

(29)

Wahyudi Lukman, 2015

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, ternyata hipotesis yang diajukan sama dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Dengan demikian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Metode bagian berpengaruh secara signifikan terhadap terhadap penguasaan gerak kaidah pencak silat dari pada metode keseluruhan di ekstrakurikuler pencak silat kelas VII SMPN 40 Bandung.

2. Metode keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap terhadap penguasaan gerak kaidah pencak silat dari pada metode keseluruhan di ekstrakurikuler pencak silat kelas VII SMPN 40 Bandung.

3. Metode bagian memberikan pengaruh yang lebih signifikan dibandingkan dengan menggunakan metode keseluruhan terhadap penguasaan gerak kaidah pencak silat dari pada metode keseluruhan di ekstrakurikuler pencak silat kelas VII SMPN 40 Bandung.

B. Saran

Sehubungan dengan selesainya penelitian yang dilakukan dan simpulan yang telah diambil, maka saran kepada Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMP Negeri 40 Bandung sebagai berikut:

1. Upaya meningkatkan hasil belajar kaidah pencak silat dapat diterapkan metode bagian agar pembelajaran yang lebih efektif.

2. Terbatasnya waktu pembelajaran menuntut seorang guru mampu menerapkan metode pembelajaran yang efektif dengan merangcang bentuk pembelajaran yang baik agar diperoleh hasil belajar yang optimal.

(30)

Wahyudi Lukman, 2015

PERBAND INGAN ANTARA METOD E BAGIAN D AN METOD E KESELURUHAN TERHAD AP PENGUASAAN GERAK JURUS KAID AH PEMBELAJARAN PENCAK SILAT D I KELAS VII SMPN 40 BAND UNG

C.Rumusan Masalah Penelitian... 8

D.Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Pembatasan Penelitian ... 10

G.Defini Istilah ... 10

H.Struktur Organisasi Penulisan... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISI PENELITIAN A.KAJIAN PUSTAKA... 13

1. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 13

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Jasmani ... 14

3. Belajar ... 15

4. Pembelajaran... 17

5. Pembelajaran Pendidikan Jasmani... 18

6. Karakteristik Siswa ... 19

7. Pencak Silat ... 20

(31)

Wahyudi Lukman, 2015

PERBAND INGAN ANTARA METOD E BAGIAN D AN METOD E KESELURUHAN TERHAD AP PENGUASAAN GERAK JURUS KAID AH PEMBELAJARAN PENCAK SILAT D I KELAS VII SMPN 40

9. Aspek-Aspek Pembelajaran Pencak Silat... 25

10. Kaidah Pencak Silat... 26

11. Metode Pembelajaran ... 39

12. Metode Bagian... 42

13. Metode Keseluruhan ... 44

B. KERANGKA PEMIKIRAN ... 45

C. HIPOTESISI PENELITIAN ... 46

BAB III METODE PENELITIAN A.Populasi ... 47

B.Sampel ... 47

C.Tempat dan Waktu Penelitian... 48

D.Desain Penelitian ... 49

E. Metode Penelitian ... 51

F. Instrument Penelitian ... 52

G.Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskriptif Data... 59

1. Data Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir ... 59

2. Uji Normalitas ... 60

3. Hasil Uji Homogenitas ... 61

3. Hasil Uji Hipotesis ... 61

B. Pembahasan Hasil Penemuan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 65

(32)

Wahyudi Lukman, 2015

PERBAND INGAN ANTARA METOD E BAGIAN D AN METOD E KESELURUHAN TERHAD AP PENGUASAAN GERAK JURUS KAID AH PEMBELAJARAN PENCAK SILAT D I KELAS VII SMPN 40 BAND UNG

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kedudukan belajar ... 16

Tabel 2.2 Kaidah Sikap Pencak Silat ... 31

Tabel 3.1 Skala Penilaian ... 53

Tabel 3.2 kisi-kisi proses pembelajaran gerakan kaidah pencak silat... 54

Tabel 4. 1 Deskripsi Data Rata-rata Tes Awal Gerakan Kaidah Pencak Silat... 59

Tabel 4. 2 Deskripsi Data Rata-rata Tes Akhir ... 59

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Skor Rata-rata Menggunakan Uji Liliefors... 60

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Metode Bagian Dan Metode Keseluruhan ... 61

(33)

Wahyudi Lukman, 2015

PERBAND INGAN ANTARA METOD E BAGIAN D AN METOD E KESELURUHAN TERHAD AP PENGUASAAN GERAK JURUS KAID AH PEMBELAJARAN PENCAK SILAT D I KELAS VII SMPN 40

DAFTAR BAGAN

Gambar

Tabel 3.1 Skala Penilaian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keresahan peneliti terhadap maraknya perilaku korup yang seakan sudah membudaya dan mengakar dalam berbagai aspek kehidupan

Pendapat Dosen Luar Biasa Tentang Kompetensi Kepribadian Mahasiswa Praktikan Ppl Prodi Pendidikan Tata Boga. Universitas Pendidikan Indonesia |

ANALISIS KEBUTUHAN LATIHAN TEKNIK PEMAIN SEPAKBOLA DALAM LIGA SUPER INDONESIA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengamatan morfologi merupakan dasar utama yang digunakan untuk melakukan identifikasi dan klasifikasi khamir yaitu dengan pengamatan morfologi sel (pembentukan

Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa pembelajaran ekstrakurikuler band di SMAK Kalam Kudus menggunakan materi, metode, dan tahapan yang sesuai dan efektif dengan

[r]

PEMBELAJARAN BAND PADA KEGIATAN EKSRAKURIKULER DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KRISTEN KALAM KUDUS BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bentuk yang larut dalam air hanya 1-5 %, walaupun bentuk ini paling sedikit namun menjadi sangat penting ditinjau dari aspek lingkungan karena penyerapan oleh tanaman dan