• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2014/2015 di SMKN 1 Cimahi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2014/2015 di SMKN 1 Cimahi."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA YANG DIBUTUHKAN

INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK

Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2014/2015 di SMKN 1 Cimahi

(2)

Kata Kunci : Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Kompetensi, Industri. ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM-BASED LEARNING TEACHING MODEL TO ACHIEVE STUDENTS' COMPETENCIES

REQUIRED BY INDUSTRIES IN ARTISTIC SUBJECT (An Experimental Study To Twelve Graders In SMKN 1 Cimahi)

This study was motivated by the industries' complaints about graduates' working attitude and internship students' working attitude especially in the field of artistic management. A preliminary study that was carried out through interview with industries regarding the competencies showed that the competencies are relevant with industries' needs. The results of interview and questionnaire to students grade thirteen showed the lack of students competencies mastery. The document study of students' learning outcomes in grade 10, 11, and 12 showed that some students had not achieve competencies as expected. The result f observation on learning and teaching showed that learning and teaching method needs to be improved so that students can achieve competencies. Learning and teaching method applied in this current study is Problem-Based learning and teaching model. This model was chosen considering the characteristics of the subject and the students. This study was aimed at investigating that planning and the implementation of problem-based learning and teaching model can improve students' competencies mastery, discovering that the implementation of the method compared to Direct model, and describing students' responses towards problem-based learning and teaching model. A quasi-experimental method was used with two group time series design. The instruments used were written test, performance test, questionnaire of students responses, and observation sheet. The research subjects of this study were students of class XI TP4A and XI TP4B each of which consists of 33 students. The score difference between pretest and posttest on cognitive aspect showed the significant improvement. The results of posttest on competencies of cognitive aspect and score of performance test on competencies of affective aspect in experimental group showed an increase descriptively in each seri. The result of performance test on psychomotor aspect showed an increase descriptively in series 1 and 2, and significant in series 3. The comparison between problem-based and direct model towards the competencies mastery showed significant difference on psychomotor aspect. Generally, students responded positively towards the use of the problem-based model. This model can be an alternative but should put the characteristics of the subject and the students in the first place.

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Posisi (Sekolah Menengah Kejuruan) SMK menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 terdapat pada pasal 15 dan pasal 18, termasuk pada “Satuan Pendidikan Menengah Kejuruan sebagai lanjutan dari pendidikan dasar yang bertujuan mempersiapkan peserta didik terutama dalam bidang pekerjaan tertentu”, oleh karena itu SMK dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap memasuki Industri dan mampu mengembangkan sikap profesional di bidang pekerjaan.

Perkembangan persaingan global yang terjadi juga mengharuskan SMK berkembang mengikuti perkembangan Industri sehingga SMK perlu melakukan penyesuaian dengan mempertajam kompetensi keahlian yang sudah ada dengan mempertimbangkan tuntutan dunia usaha dan industri atau dikenal dengan istilah Link and Match.

SMK sering menemui masalah dalam mencapai tujuan seperti yang telah disebutkan. Permasalahan yang dihadapi diantaranya kesenjangan kompetensi yang dipelajari di SMK dengan yang dibutuhkan industri. Kesenjangan ini menyebabkan lulusan pendidikan kejuruan tidak memperoleh kerja atau menganggur. Bekal pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki tidak cukup untuk dapat bertahan di Industri. Hambatan tidak terpenuhinya tuntutan dunia industri terhadap lulusan pendidikan kejuruan disebut juga sebagai missmatch of skill required by workforce. Tidak terpenuhinya tuntutan dunia

industri ini dampaknya mengakibatkan pengangguran.

(4)

peningkatan kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia kerja akan semakin besar. Djojonegoro (Widiyati, 2013, hlm 8) berpendapat tamatan SMK yang masih banyak menganggur dan lamanya mendapat pekerjaan diperhitungkan sebagai indikator belum berhasilnya pendidikan di SMK.

Berkembangnya konsep kompetensi dalam pendidikan adalah untuk menyelaraskan atau meminimalisir kesenjangan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk meraih pencapaian tertentu. Kompetensi terdiri dari kemampuan kinerja terintegrasi, yang terdiri dari seperangkat pengetahuan dan juga kognitif, interaksi, afektif, dan kapabalitias psikomotor, perilaku dan nilai yang dibutuhkan dalam mengemban tugas, memecahkan berbagai masalah, dalam berbagai fungsi baik dalam profesi, organisasi maupun peran-peran lainnya. (Biemans, at all, 200, hlm. 2).

Berkaitan dengan kesenjangan kompetensi pada Paket Keahlian TP4 dengan kompetensi yang dibutuhkan industri peneliti mencoba melakukan studi pendahuluan pada Kompetensi Keahlian Teknik Produksi dan Penyiaran Program Pertelevisian (TP4) SMKN 1 Cimahi. Data hasil monitoring yang dilakukan guru di tahun 2013 didapatkan dari sembilan industri mencakup Industri Televisi dan Production House memberikan masukan bahwa kemampuan siswa perlu

ditingkatkan tidak hanya berkaitan dengan penguasaan bidang pekerjaan atau kemampuan teknis namun kemampuan non teknis, seperti diperlihatkan dalam gambar berikut:

Gambar 1.1 Kemampuan yang perlu ditingkatkan berdasarkan saran dari industri (Sumber: Dokumen Paket Keahlian TP4 SMKN 1 Cimahi)

(5)

belum tercakup dalam pembelajaran di sekolah yang kemudian diperkuat melalui hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada sejumlah siswa yang telah dan tengah melakukan Prakerin di semester 1 tahun ajaran 2013/2014 juga mengatakan bahwa sebagian besar kompetensi memang diajarkan namun tidak rinci dan kurang mengikuti perkembangan. Hampir serupa dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada sejumlah siswa yang sudah bekerja, bahwa terdapat kompetensi yang belum diberikan di sekolah sehingga baik siswa yang melaksanakan Prakerin merasa bahwa terdapat jenis pekerjaan baru yang berbeda dengan yang dipraktikan di sekolah.

Peneliti juga mencoba menyebarkan angket terbuka kepada lima puluh orang siswa yang telah menyelesaikan Prakerin di tahun 2014 didapatkan sejumlah 56 item kompetensi yang dirasakan siswa belum didapatkan selama di sekolah namun dilakukan di Industri, khususnya Industri Televisi diantaranya Indosiar, SCTV, Trans TV, Metro TV, dan Global TV. Berikut rincian adalah rincian data yang berhasil peneliti olah:

Gambar 1.2 Jumlah kompetensi yang belum dipelajari berdasarkan bidang pekerjaan (Sumber: Dokumen Paket Keahlian TP4 SMKN 1 Cimahi)

Grafik di atas menunjukkan bidang pekerjaan Artistik merupakan bidang

(6)

kru. Serupa dengan yang diungkapkan section head artistik Global TV, 2013 yang juga mengeluhkan terkait inisiatif.

Studi pendahuluan terhadap kompetensi yang dibutuhkan oleh industri pada Mata Pelajaran Teknik Tata Artistik yang dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2014 kepada section head artistik di tiga stasiun televisi yakni SCTV, Metro TV dan Global TV melalui kegiatan wawancara juga memperkuat temuan bahwa kompetensi yang dibutuhkan untuk seorang pekerja artistik adalah tidak hanya berkaitan dengan pengetahuan siswa, keterampilan melaksanakan pekerjaan tapi juga menyangkut kepada sikap ketika melaksanakan pekerjan.

Selain data dari masukan industri dan siswa yang telah melaksanakan Prakerin maupun alumni, terdapat data yang menunjukkan bahwa kompetensi siswa TP4 masih belum memuaskan. Pengamatan pada uji kompetensi siswa TP4 pada bulan Februari tahun 2014, terdapat 36% siswa mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 75. Selama proses penilaian berlangsung guru banyak mengeluhkan sikap kerja siswa diantaranya kedisiplinan karena siswa terlambat datang pada saat ujian, kurang memperhatikan kebersihan pada saat persiapan dan pasca ujian dilihat dari sampah artistik dan berkas yang tidak dibereskan, hilangnya peralatan inventaris Paket Keahlian TP4 pada saat persiapan artistik dilakukan. Ketepatan waktu pada tahap persiapan sangat rendah sehingga hasilnya kurang maksimal seperti yang diungkapkan penguji eksternal yang merupakan Produser dari Pajajaran TV PJTV, 2014 bahwa persiapan make up terburu-buru, pemilihan kostum yang kurang sesuai dengan tema acara dan set, minimnya properti yang berkaitan dengan tema acara.

Peneliti juga melakukan studi pendahuluan dalam bentuk studi dokumentasi observasi dan wawancara pada Mata Pelajaran Tata Artistik SKMN 1 Cimahi. Hasil studi dokumentasi menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tahun ajaran 2013/2014 didapatkan bahwa prosentase siwa yang mendapatkan nilai di bawah KKM berturut-turut untuk siswa kelas XII, XI dan kelas X adalah 53%, 60% dan 47%.

(7)

melemparkan pertanyaan, namun siswa yang menangapi kurang dari 20%. Saat siswa mempresentasikan hasil kerja, siswa lainnya tidak terlihat antusias.

Hasil wawancara kepada guru mengenai model pembelajaran didapatkan bahwa sebagian besar guru mengenal model pembelajaran sebatas pengetahuan. Guru yang mengetahui model pembelajaran pun merasa tidak menguasai dan kesulitan untuk melaksanakan model pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada pelaksanaan pembelajaran, sebetulnya beberapa guru sudah menerapkan model Direct Teaching di mana guru menyajikan informasi pelajaran, mendemonstrasikan atau menyajikan informasi setahap demi setahap, memberikan latihan, pengecekan tugas dan memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan, namun seringkali fase tersebut juga tidak sempurna dilakukan. Saat memberikan latihan, seringkali guru tidak menyertai siswa atau tidak dilakukannya pengecekan terhadap tugas yang diberikan. Metode yang digunakan selama pembelajaran lebih banyak pada metode ceramah, tanya jawab, pemberian tugas. Alasan tidak digunakannya model lain adalah karena teacher centered dianggap lebih mudah diterapkan juga guru merasa memiliki sedikit waktu untuk mempelajari atau merancang pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran.

Hasil studi pendahuluan baik dari hasil wawancara kepada pihak industri maupun dilihat dari hasil belajar menujukkan bahwa kompetensi siswa masih rendah. Rendahnya kompetensi ini sangat berkaitan dengan pembelajaran yang dilakukan di kelas baik dalam hal perencanan pembelajaran, pelaksanan maupun evaluasi pembelajaran. Dibutuhkan inovasi pendidikan untuk siswa dapat mencapai kompetensi baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Salah satu inovasi pendidikan yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan model pembelajaran yang dapat membantu siswa mudah untuk memahami konsep, terampil juga baik dalam sikap kerja.

(8)

membuat analisis silabus bersama team teaching untuk mata pelajaran Teknik Tata Artistik. Hasil analisis silabus pada kurikulum 2013 menunjukan bahwa kompetensi inti pada materi pelajaran tentang setting berada pada aspek pengetahuan hingga dimensi kognitif empat (C4 yakni analisis); aspek keterampilan tiga (P-3 yakni menyajikan/mekanis); sedang aspek afektif tiga (A-3, yakni menilai) sehingga model pembelajaran yang diterapkan harus mendukung tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada silabus. Kompetensi dasar setting berkaitan dengan kompetensi dasar pada mata pelajaran Teknik Tata Artistik yang dipelajari di tingkat X yakni dasar-dasar artistik dan menyiapkan properti program televisi sehingga siswa diharapkan telah memiliki pengetahuan awal tentang materi setting.

Faktor sifat/jenis/karakteristik materi pelajaran peneliti lakukan dengan studi pendahuluan melalui wawancara dengan pakar di bidang Tata Artistik yakni section head artistic dari tiga industri televisi yakni SCTV, Global TV dan Metro

(9)

dampak siswa untuk dapat kreatif dalam menciptakan dan menangani properti, panggung, kostum. Siswa juga terampil dalam hal kerjasama dan komunikasi dengan berbagai kru, memiliki inisiatif dalam memecahkan permasalahan yang terjadi berkaitan dengan artistik pada produksi program televisi.

Materi artistik pada umumnya merupakan jenis materi pelajaran yang menuntut kreativitas karena berkaitan dengan unsur keindahan dari sebuah program Televisi di mana keindahan berkaitan dengan aspek visual sehingga untuk mengasah kepekaan visual siswa perlu diberikan banyak referensi dalam bentuk gambar maupun video. Materi artistik juga berkaitan dengan penggunaan sejumlah alat dan bahan sehingga terdapat materi yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan penggunaan alat, bahan dan keselamatan kerja. Sifat atau karakteristik mata pelajaran artistik yang telah diungkapkan tersebut menjadi landasan pemilihan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat melatih kreativitas, kepekaan visual juga ketentuan prosedural.

Karakteristik siswa juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran. Secara umum, siswa kelas XI yang menjadi subjek penelitian merupakan siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik. Gaya belajar visual dan kinestetik ini peneliti dapatkan dari hasil wawancara terhadap guru pengajar dimana sebagian besar mengatakan sebagian besar siswa kelas XI memberikan respons yang baik saat pembelajaran praktek dan saat pembelajaran teori siswa memberikan respons yang baik ketika guru memberikan gambaran visual dalam bentuk video, diagram, presentasi powerpoint dibandingkan ilustrasi berupa cerita. Berdasarkan hasil penyebaran angket kepada siswa, 63,6% siswa lebih menyukai pembelajaran secara berkelompok. Sebagian besar siswa dengan prosentase yang sama juga menyukai pembelajaran yang dikemas melalui permainan dan melalui pengalaman dan praktek.

(10)

Dilihat dari keaktifan siswa melalui data ekstrakulikuler, 57,8 % siswa mengikuti ekstrakulikuler sehingga siswa terlatih untuk terbiasa untuk aktif, mudah beradaptasi dengan lingkungan dan orang lain.

Ketersediaan fasilitas belajar, SMKN 1 Cimahi memiliki ruang belajar yang memenuhi standar sarana dan prasarana, di mana luas ruang kelas sesuai dengan rasio jumlah siswa. Terdapatnya berbagai sarana untuk penggunaan multimedia seperti proyektor, layar proyektor, papan tulis, speaker, kursi dan meja yang mudah untuk diubah posisi baik untuk pembelajaran secara berkelompok. Ruang praktek untuk tata artistik yang berkaitan dengan materi setting dapat memanfaatkan ruang kelas, hanya meja khusus gambar tidak tersedia namun masih dapat memanfaatkan fasilitas yang tersedia.

Alokasi waktu pembelajaran produktif, termasuk tata artistik memiliki alokasi waktu jam 4x45 menit dan untuk kepentingan penelitian pihak sekolah dan Kompetensi Keahlian TP4 sangat akomodatif untuk menyesuaian waktu penelitian dengan waktu belajar.

Berbagai faktor yang mempengaruhi pemilihan model pembelajaran yang telah peneliti analisa melalui studi pendahuluan, maka peneliti cenderung untuk menerapkan model pembelajaran yang mendukung teori belajar menurut paham konsruktivisme pada kelas eksperimen melalui model pembelajaran berbasis masalah.

Penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ini sesuai dengan Peraturan Menteri No. 81 A Tahun 2013 lampiran IV yang berkaitan dengan Implementasi Kurikulum 2013, khususnya kegiatan pembelajaran bahwa:

“Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian Kompetensi Dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.”

(11)

berorientasi interdispliner untuk menjawab suatu masalah yang sering memerlukan informasi secara akademis. Siwa lebih banyak mempelajari materi pelajaran, memahami lebih bangak gagasan-gagasan dan lebih menyenangi sekolah.

Sugianto (2008, hlm. 27) lebih lanjut menuliskan bahwa model PBM adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dalam kehidupan sehari-hari sebagai konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis, kreatif keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep dasar dari suatu materi pelajaran.

Tan (Sugianto, 2008, hlm. 27) secara tegas mengemukakan bahwa:

“The goals of Problem Based Learning are content learning, acquisition of discipline-related heuristic and development of problem solving skills. Problem Based Learning aslo includes the life wide learning goals of self directed learning, information mining skills, collaborative and team learning and reflective and evaluative thingking skills.”

Tujuan dari model PBM menurut Tan adalah pembelajaran yang berkaitan dengan konten, akuisisi, disiplin dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah. PBM mencakup kehidupan pembelajaran mandiri, mengangkut keterampilan penggalian informasi, pembelajarn kolaboratif juga melatih keterampilan berfikir reflektif dan evaluatif.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan juga dilengkapi studi literatur peneliti akan melakukan penelitian terhadap bagaimana dampak pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap pencapaian kompetensi yang dibutuhkan industri.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

(12)

menunjukkan bahwa kompetensi siswa dilihat dari hasil belajar juga masih rendah. Selanjutnya dapat diidentifikasi bahwa berbagai faktor diduga berpengaruh terhadap kurangnya capaian kompetensi siswa yakni sebagai berikut: a. Pembelajaran dipengaruhi beberapa faktor diantaranya faktor kurikulum.

Kurikulum harus relevan baik ke dalam maupun ke luar. Relevansi ke luar maksudnya tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan industri. Apa yang tertuang dalam kurikulum hendaknya mempersiapkan siswa untuk bisa hidup dan bekerja di tengah masyarakat. Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian.

b. Perencanaan pembelajaran merupakan fungsi utama yang mempengaruhi fungsi-fungsi berikutnya. Pada saat pembuatan perencanaan pembelajaran, guru sudah mulai memikirkan apa saja yang akan dikerjakan, alat apa saja yang diperlukan berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi apa saja yang akan disampaikan dan dari mana guru memperoleh semua materi dan alat yang digunakan.

c. Pelaksanaan pembelajaran, guru berperan sebagai sutradara dalam proses pembelajaran, yang mengatur semua kegiatan pembelajaran. Agar pembelajaran efektif guru menyusun pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang melibatkan siswa, kompetensi yang di bawah kriteria disebabkan oleh keterbatasan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas. d. Kesesuaian kompetensi yang dirumuskan dalam bentuk dokumen dan proses

pembelajaran di sekolah dengan kebutuhan industri merupakan isu yang perlu dikaji mengingat tujuan SMK adalah untuk menyiapkan siswa dalam bidang pekerjaan sehingga kompetensi yang dirumuskan dalam bentuk dokumen perlu dikaji relevansinya dengan proses pembelajaran yang terjadi di kelas apakah sudah memenuhi kebutuhan industri.

(13)

f. Faktor sarana prasarana khususnya fasilitas praktik yang diharapkan mendekati yang ada di industri juga berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi siswa. Semakin baik sarana dan prasarana yang dimiliki dan dimaksimalkan penggunaannya, maka siswa semakin terbiasa untuk melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan di industri.

g. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap capaian kompetensi siwa adalah faktor dari dalam diri siswa yang berkaitan dengan kebutuhan siswa, potensi, perkembangan kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungan, juga berkaitan dengan minat dan cita-cita siswa setelah lulus.

2. Perumusan Masalah

Identifikasi yang telah duraikan sebelumnya menjadi dasar perumusan masalah penelitian. Berbagai faktor dapat mempengaruhi pencapaian kompetensi siswa. Peneliti membatasi masalah untuk meneliti salah satu faktor karena keterbatasan peneliti baik menyangkut waktu, tenaga maupun materi. Penelitian akan difokuskan pada rumusan “Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mencapai Kompetensi yang Dibutuhkan Industri pada Mata Pelajaran Teknik Tata Artistik di SMKN 1 Cimahi?”

Sub rumusan masalah dituangkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan model PBM pada mata pelajaran Teknik Tata Artistik yang mampu meningkatkan pencapaian kompetensi siswa?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan model PBM pada mata pelajaran Teknik Tata Artistik yang mampu meningkatkan pencapaian kompetensi? 3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan model PBM dibandingkan

dengan pelaksanaan pembelajaran model Direct Teaching?

4. Bagaimana tanggapan dan respons siswa terhadap model Pembelajaran Berbasis Masalah?

C.Tujuan Penelitian

(14)

2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran model PBM yang mampu meningkatkan pencapaian kompetensi mata pelajaran Teknik Tata Artistik. 3. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran model PBM dibandingkan dengan

pelaksanaan pembelajaran model Direct Teaching. Mata Pelajaran Teknik Tata Artistik.

4. Mengetahui tanggapan dan respons siswa terhadap model PBM pada mata pelajaran Teknik Tata Artistik.

D.Manfaat/Signifikansi Penelitian

1. Manfaat penelitian dari segi teori adalah memberikan sumbangan pemikiran bahwa pencapaian kompetensi khususnya pada mata pelajaran Teknik Tata Artistik, terkait dengan kesesuaian antara perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang diupayakan oleh guru yang juga berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran. Penelitian yang selama ini lebih banyak pada mengkaji relevansi item kompetensi yang tercantum dalam kurikulum dengan yang dibutuhkan di dunia industri namun belum banyak dikaitkan dengan pembelajaran di sekolah

2. Manfaat penelitian ini dari segi kebijakan pendidikan SMK di Indonesia menjadi strategis. Kondisi ini dilatarbelakangi dengan fakta bahwa lulusan SMK yang terserap di industri masih rendah dan adanya kesenjangan antar kompetensi yang diharapkan industri dengan kompetensi yang tercantum pada dokumen kurikulum maupun pelaksanaan pembelajaran. Kajian terkait dengan penerapan model pembelajaran dalam rangka pencapaian kompetensi siswa sesuai dengan yang kebutuhan industri diharapkan menjadi gambaran bagi pengambil kebijakan baik level pusat maupun sekolah dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan dan meningkatkan kerjasama lembaga pendidikan dengan dunia industri. 3. Manfaat penelitian dari segi praktik yakni bahwa kompetensi yang sesuai

(15)

pembelajaran dirancang, dilaksanakan juga dievaluasi agar kompetensi siswa dapat memenuhi kebutuhan industri.

4. Manfaat penelitian dari segi isu serta aksi sosial yang aktual yaitu hasil kajian ini akan bermanfaat bagi pencerahan arah pengembangan pendidikan SMK di masa depan. Persepsi industri tentang siswa yang kurang kompeten, pembelajaran yang tidak inovatif akan sedikit demi sedikit terhapus. SMK ke depan diharapkan menemukan arah yang tepat untuk menghasilkan lulusan yang kompeten.

E.Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi penelitian yang digunakan terdiri dari bab-bab sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah Penelitian, Rumusan Masalah Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi Penelitian.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Bab ini memuat tentang Kajian Pustaka, Penelitian yang Relevan, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang Lokasi dan Subjek Penelitian, Metode Penelitian, Desain Penelitian, Definisi Operasional dan Variabel Penelitian, Prosedur dan Alur Penelitian, Instrumen Penelitian dan Analisis Uji Alat Tes. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang Deskripsi Hasil Pembelajaran, Pengolahan Data Peningkatan Pencapaian Kompetensi Ssiwa, Pembahasan.

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

(16)
(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMKN 1 Cimahi Jalan Maharmartanegara 48 Cimahi Selatan. Sekolah ini merupakan sekolah yang memiliki 9 Kompetensi Keahlian dan satu diantaranya yakni Kompetensi Keahlian Teknik Produksi dan Penyiaran Program Pertelevisian sebagai Kompetensi Keahlian yang akan menjadi pengamatan peneliti. Kompetensi Keahlian ini memiliki rombongan belajar paralel setiap kelasnya.

Penelitian ini difokuskan pada kelas yang mendapatkan materi pelajaran Tata Artistik yakni tingkat XI dan XII sejumlah empat kelas yang merupakan populasi dalam penelitian ini. Tingkat XI yang berjumlah dua kelas merupakan sampel dari penelitian. Tingkat XII yang juga mendapatkan materi Teknik Tata Artistik digunakan untuk uji coba instrumen.

Subjek penelitian ini terdiri dari siswa tingkat XI TP4 A berjumlah 33 orang. Materi yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada kurikulum 2013 Mata Pelajaran Teknik Tata Artistik yang berkaitan dengan Kompetensi Dasar Pembuatan Setting Program Acara Televisi sebagai bagian dari kompetensi menyiapkan unsur-unsur artistik program acara televisi.

Waktu penelitian direncanakan selama enam bulan, di lapangan direncanakan selama empat minggu dengan tiga kali pertemuan yang masing-masing pertemuan 4 x 45 menit untuk perlakuan dan tiga kali pertemuan untuk posttest.

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov

1 Studi pendahuluan

2 Perumusan masalah

3 Penyusunan instrumen

4 Validasi instrumen

5 Pengumpulan data

6 Pengolahan data dan

(18)

Dalam penelitian ini, peneliti juga dibantu oleh guru yang berperan sebagai peer observer yang membantu peneliti melaksanakan observasi pada saat pembelajaran berlangsung dan memberi masukan kepada peneliti sehingga perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil belajar pada penerapan model PBM dapat maksimal.

B.Metode Penelitian

Mc Millan, Schumacher (Sukmadinata, 2011, hlm. 53) membagi penelitian ke dalam dua pendekatan yakni pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Cresswell (Emzir, 2008, hlm. 27) membagi penelitian ke dalam tiga pendekatan yakni pendekatan kualitatif, pendekatan kuantitatif, dan pendekatan metode gabungan.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memaparkan pembelajaran pada Mata Pelajaran Teknik Tata Artistik di SMKN 1 Cimahi dalam mencapai kompetensi yang dibutuhkan industri, secara rinci tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran pengaruh dari penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam mencapai kompetensi yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor pada Mata Pelajaran Teknik Tata Artistik di SMKN 1 Cimahi. Pendekatan yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen, jenis kuasi eksperimen.

Eksperimen ini menurut Sukmadinata (2011, hlm. 207) disebut sebagai eksperimen semu berkenaan dengan adanya pengontrolan variabel. Tujuan dari penelitian eksperimental adalah untuk menyelidiki data ada tidak hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan tertentu pada beberapa kelas eksperimen dan menyediakan kontrol untuk perbandingan.

Penelitian eksperimen merupakan metode yang sistematis untuk menjawab

pertanyaan “Jika sesuatu dilakukan pada kondisi-kondisi yang dikontrol dengan diteliti, maka apa yang terjadi?”. Peneliti memanipulasi suatu stimulus, perlakuan atau kondisi-kondisi eksperimental, kemudian mengobservasi pengaruh atau perubahan yang diakibatkan oleh manipulasi yang dilakukan secara sengaja dan logis. Percobaan-percobaan dilakukan untuk menguji hipotesis serta untuk menemukan hubungan-hubungan kausal yang baru akan tetapi walaupun hipotesis telah dapat diuji dengan metode percobaan, tetapi penerimaan atau penolakan

(19)

hipotesis bukanlah merupakan penemuan suatu kebenaran yang mutlak. Sukmadinata (2008, hlm. 59) berpendapat bahwa “Metode eksperimen semu pada dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah dalam pengontrolan

variabel”.

Metode penelitian kuasi eksperimen yang diterapkan peneliti tidak menggunakan random assignment melainkan menggunakan kelompok yang sudah ada. Peneliti berharap dengan digunakannya metode ini, pembelajaran berlangsung secara alami sehingga memberikan kontribusi terhadap validitas penelitian.

C.Desain Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data dengan tujuan memecahkan permasalahan melalui penelitian sedangkan desain penelitian adalah kerangka kerja atau rencana sebelum melaksanakan penelitian, sedangkan. Suatu metode penelitian memiliki desain penelitian tertentu. Jenis penelitian eksperimen menurut Emzir (2008, hlm. 02-105) terdiri dari beberapa desain yakni the non equivalent control group design, the time series design, desain berimbang dan desain Faktorial

Desain kuasi eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series design dengan menggunakan dua kelompok atau disebut juga two group

time series design. Penggunakan desain ini berdasarkan pertimbangan bahwa

peneliti perlu melakukan pengukuran secara berkala terhadap suatu kelompok untuk mengetahui apakah variabel tetap yakni penerapan model pembelajaran memiliki pengaruh terhadap kompetensi siswa, seperti yang diungkapkan oleh Furchan (2011, hlm. 401) bahwa desain rangkaian waktu dapat dipakai dalam situasi sekolah guna menyelidiki pengaruh perubahan besar dalam kebijakan administrasi terhadap kejadian yang bersifat disipliner atau suatu studi yang memerlukan pengukuran sikap siswa berulang kali serta pengaruh yang ditimbulkan dari pertunjukkan sebuah film dokumenter yang dirancang untuk mengubah sikap. Penggunaan kelas kontrol dilakukan agar variabel lain diluar yang ditentukan oleh peneliti dapat dikendalikan.

(20)

menutup kekurangan pada desain satu kelompok yaitu ketidakberhasilannya mengendalikan pengaruh sejarah seabgai sumber variansi luar. Adanya kelompok pengendali ini memberikan kemungkian untuk dilakukannya perbandingan yang diperlukan. Apabila kelas eksperimen menunjukkan adanya perubahan antar seri tapi kelas kontrol tidak maka efek tersebut pasti disebabkan oleh perlakuan. (Furchan, 2011, hlm. 404)

Berikut adalah gambaran desain penelitian yang akan dilakukan:

Seri Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

1 Eksperimen (E) O1 A1 O4

Kontrol (K) O1 B1 O4

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

2 Eksperimen (E) O2 A2 O5

Kontrol (K) O2 B2 O5

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

3 Eksperimen (E) O3 A3 O6

Kontrol (K) Q3 B3 Q4

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :

O1O2O3 = Nilai Pretest sebelum perlakuan

A1 A2 A3 =Perlakuan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah B1 B2 B3 =Perlakuan menggunakan Model Direct Teaching

O4 O5 O6 = Nilai Postest setelah perlakuan kelas eksperimen

Desain time series dalam Sugiyono (2013, hlm. 115) pada kelompok ekserimen akan menghasilkan kemungkinan hasil penelitian yang digambarkan dalam alternatif grafik sebagai berikut:

(21)

Hasil penelitian yang paling baik ditunjukkan pada Grafik A, hasil pretest menunjukkan keadaan kelompok stabil dan konsisten (O1=O2=O3=O4) setelah diberi perlakuan keadaannya meningkat secara konsisten (O1=O2=O3=O4). Grafik B memperlihatkan ada pengaruh perlakuan terhadap kelompok yang sedang dieksperimen tetapi setelah itu kembali ke posisi semula. Grafik C memperlihatkan pengaruh luar lebih berperan dari pengaruh perlakuan sehingga grafiknya naik terus. Grafik D menunjukkan keadaan kelompok tidak menentu.

Subyek penelitian diambil dalam kelompok kelas tanpa penugasan random karena peneliti tidak mungkin mengubah kelas yang telah ada sebelumnya. Kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dari sejumlah kelompok yang ada. Kemudian masing-masing kelompok diberikan pretest berupa tes esay untuk mengetahui kemampuan awal siswa, kemudian menghitung hasil pretest masing-masing kelompok tersebut. Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas, peneliti melakukan uji dua buah rata-rata nilai pretest kedua kelompok tersebut.

Uji dua buah rata-rata nilai pretest dari kelas eksperimen dan pretest dari kelas kontrol digunakan untuk mengetahui perbedaan dari kedua kelompok yang akan dibandingkan sehingga kedua kelompok tersebut memang layak untuk dijadikan sebagai kelompok penelitian. Selanjutnya diberikan perlakuan kepada kelas eksperimen dengan model PBM sedangkan pada kelas kontrol digunakan Model pembelajaran Direct Teaching (tidak diberikan perlakuan).

Setelah selesai perlakuan, masing-masing perlakuan, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan posttest berupa tes esay dan unjuk kerja untuk mengetahui kompetensi aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang dicapai oleh siswa setelah dilakukanya perlakuan. Kemudian peneliti menghitung hasil posttest masing-masing kelompok tersebut. Pada data hasil belajar dari posttest

dilakukan uji normalitas dan homogenitas, setelah itu dilakukan uji dua buah rata-rata dari hasil posttest kedua kelompok.

D.Definisi operasional dan Variabel penelitian a. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(22)

memaksimalkan potensi dari dalam maupun luar diri siswa untuk mencapai perubahan perilaku di bidang kognitif, afektif maupun psikomotor.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menyajikan sebuah masalah yang harus dipecahkan oleh siswa sehingga siswa membentuk pengetahuannya sendiri. Masalah diberikan sebelum siswa mendapatkan materi atau konsep yang berkaitan dengan masalah, sehingga memicu rasa ingin tahu siswa. PBM juga melatih siswa untuk bekerja dalam tim dan mahir memecahkan masalah yang dihadapi.

b. Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan yang diperoleh melalui proses pembelajaran dan pengalaman yang mencakup pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan psikomotor (perilaku).

Apsek kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir seperti kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah.

Aspek afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai dan apresiasi. Seseorang memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek manakala telah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi. Tingkatan afektif yang dimaksud dalam penelitian ini khususnya berkaitan dengan sikap kerja.

Aspek psikomotor meliputi semua tingkah laku yang menggunakan syaraf dan otot badan. Aspek ini berhubungan dengan bidang studi yang lebih banyak menekankan pada gerakan-gerakan atau keterampilan. Aspek psikomotorik adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan seseorang.

c. Teknik Tata Artistik

Tata artistik berarti salah satu unsur dalam produksi program televisi yang berkaitan dengan aturan keindahan. Tata artistik dalam televisi secara umum terdiri dari set, properti, tata rias dan kostum.

d. Industri

(23)

dipancarkan melalui pemancar untuk dapat diterima oleh televisi-televisi di berbagai tempat dan jarak tertentu.

Dari definisi-definisi yang telah disebutkan, maka peneliti bermaksud untuk menerakan model pembelajarn berbasis masalah pada mata pelajaran Tata Artistik. Pembelajaran mencakup berbagai komponen yakni tujuan, materi/bahan ajar, metode dan media, evaluasi, siswa dan adanya guru. Sebagai sebuah sistem, masing-masing komponen saling berinteraksi yaitu saling berhubungan secara aktif dan saling memengaruhi. Dari komponen-komponen tersebut, peneliti membuat perencanaan pembelajaran dalam bentuk Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) yang dibuat dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan mata pelakaran. Pelaksanaan pembelajaran model PBM dilakukan dengan mengikuti tahap pembelajaran yang tercantum dalam peraturan Mendikbud tahun 2013 yakni tahap pendahuluan, inti dan penutup. Sintak model PBM dimasukan ke dalam tiga tahapn tersebut. Kompetensi siswa peneliti analisis dari evaluasi hasil pembelajaran dengan mengamati pencapaian kompetensi siswa baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi dilaksanakan selama tiga kali hingga pada seri ketiga diharapkan siswa mencapai kompetensi yang paling maksimal. Pencapaian ini diharapkan dapat maksimal karena setiap peneliti selesai melaksanakan satu seri penelitian, peneliti mereview perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi kemudian dilakukan perbaikan pada perencanaan, pelaksanan dan evaluasi selanjutnya hinga seri penlitian ketiga berakhir.

E. Prosedur dan Alur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahapan yakni tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan (eksperimen) dan tahap akhir. Berikut penjelasan dari masing-masing tahapan:

1. Tahap persiapan

a. Studi pendahuluan untuk mengidentifikasi masalah dan penyebab serta merumuskan masalah.

(24)

c. Melakukan telaah kurikulum untuk mengetahui tujuan atau kompetensi dasar yang hendak dicapai agar model pembelajaran yang diterapkan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

d. Mengadakan observasi ke sekolah yang dituju sebagai tempat penelitian.

Observasi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sitausi dan kondisi siswa juga jadwal pembelajaran sehinga peneliti dapat menyesuaikan waktu penelitian agar tidak mengganggu pembelajaran di sekolah. Setelah dilakukannya observasi, dibuat surat izin penelitian.

e. Mempelajari dan menyusun perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran mengacu pada perangkat pembelajaran yang berlaku di SMKN 1 Cimahi. Tahapan ini mencakup kegiatan mempelajari struktur kurikulum, silabus dan menyusun RPP.

f. Membuat dan menyusun instrumen penelitian

Instrumen penelitian berupa soal tes esay sebanyak 14 pertanyaan. 5 pertanyaan seri 1 dan 2, 4 pertanyaan seri 3. Selain itu, instrument juga berupa soal tes kinerja berikut lembar penilaian tes kinerja mencakup aspek afektif dan psikomotor

g. Melakukan uji coba dan judgement instrumen penelitian

Instrumen penelitian berupa soal tes esay diujicoba pada siswa kelas XII yang telah mendapatkan materi yang soalnya akan diujicobakan. Uji coba soal dilakukan kepada 30 orang siswa. Sedangkan tes kinerja dikonsultasikan dan dilakukan expert judgment kepada teman sejawat, waka kurikulum dan dosen. h. Menganalisis hasil uji coba instrumen

Instrumen yang telah diuji coba maupun expert judgement dianalisis hasilnya dan dilakukan revisi-revisi yang mengacu pada hasil analisis dan expert judgment.

2. Tahap pelaksanaan a. Memberikan tes awal

(25)

kerja dan ketentuan yang perlu dipelajari terlebih dahulu. Aspek cara melakukan langkah dan cara melaksanakan ketentuan ini terwakili di dalam soal esay.

b. Memberikan perlakuan

Perlakuan dilaksanakan sebanyak tiga kali (tiga seri). Di mana setiap perlakuan berlangsung 4x45 menit baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Setiap perlakuan mengacu pada RPP yang sudah dipersiapkan sebelumnya yang berkaitan dengan penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada kelas eksperimen dan Model Pembelajaran Direct Teaching pada kelas kontrol. Pada tahap ini peneliti disertai dua orang guru sebagai observer untuk menilai keterlaksanaan model pembelajaran dan respons siswa selama pembelajaran berlangsung. Hasil observasi ini dianalisa untuk perbaikan perlakuan pada seri selanjutnya.

c. Memberikan tes akhir

Tes akhir dilaksanakan sebanyak satu kali setiap seri sehingga total tes akhir adalah tiga kali. Tes akhir terdiri dari tes esay dan tes kinerja. Tes ini berlangsung 45 menit tes esay dan 45 menit tes kinerja. Instrumen pada tes kinerja dalam bentuk lembar pengamatan untuk aspek afektif dan psikomotor.

d. Memberikan angket

Pemberian angket dilakukan setelah dilkukannya post tes pada seri ke-3. Anget disebarkan pada kelas eksperimen untuk mengetahui sejauh mana respons siswa terhadap model PBM.

3. Tahap akhir

a. Mengolah data dan menganalisis dari hasil pretest dan postest, baik tes esay dan tes kinerja (dalam bentuk lembar pengamatan) untuk selanjutnya dilakukan pengujian statistik untuk menguji hipotesis menggunakan program excell dan SPSS. Selain hasil pre dan postest hasil observasi dan angket respons siswa juga diolah dan dianalisis secara deskriptif untuk melengkapi data hasil pengolahan statistik.

(26)

Gambar 3.3. Alur Penelitian

 Membuat dan menyusun instrumen

penelitian

Melakukan uji coba dan judgement

instrumen penelitian

 Menganalisis hasil uji coba instrumen

Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Pembelajaran Direct Teaching

Pembelajaran seri ke-1

 Mengolah data dan menganalisis data  Membahas hasil penelitian

(27)

F. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik fenomena ini disebut variabel penelitian.

Penelitian ini mengembangkan jenis instrumen tes yang terdiri dari tes objektif dan tes unjuk kerja. Kedua instrumen tes ini diberikan dalam bentuk pretest dan postest. Data pendukung yang digunakan didapat dari non test berupa angket. Berikut uraian secara rinci untuk masing-masing instrumen:

1. Tes untuk mengukur kognitif

Tes berupa tes esay. Butir soal pada instrumen penguasaan konsep yang digunakan dalam penelitian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, diujicobakan, dan dilakukan analisis validitas dan reabilitas. Butir soal yang digunakan mencakup materi yang berkaitan dengan konsep dasar dalam set produksi program TV mencakup elemen set, gambar denah dan tampak depan. 2. Tes untuk mengukur psikomotor dalam bentuk tes unjuk kerja

Tes ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang bentuk perilaku yang diharapkan muncul dari peserta tes (keterampilan) atau penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemonstrasikan dan aplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Tingkatan psikomotorik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peniruan, penggunaan dan ketepatan. Lembar observasi untuk mengkur afektif saat dilakukannya tes unjuk kerja

Lembar observasi ini berupa instrumen penilaian sikap yang ditunjukkan siswa saat melaksanakan tes unjuk kerja. Tingkatan afektif yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri dari penerimaan, pemberian respons dan penghargaan nilai. 4. Angket

(28)

G.Analisis Uji Alat Tes

Data yang terkumpul pada penlitian ini berupa data kuantitatif yang diolah menggunakan microsoft excell dan software SPSS, selanjutnya data tersebut menjadi bahan rujukan untuk mengambil keputusan hipotesis penelitian. Hasil observasi aktivitas siswa dalam bentuk angket sebagai pendukung untuk mendeskripsikan hasil penlitian. Data yang diolah berupa skor tes awal dan tes akhir untuk mengetahui pengaruh dari penerapan model PBM terhadap peningkatan kompetensi siswa.

Pengolahan data terdiri dari: 1. Validitas butir soal

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data perlu diuji untuk memenuhi kriteria instrumen sesuai dengan pendapat Arikunto (2006, hlm. 168) yang mengungkapkan bahwa instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting, yaitu valid dan reliabel.

Arikunto (1995, hlm. 63) mengemukakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan dan kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Pengujian validitas, dilakukan dengan terlebih dahulu dicari korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir dengan rumus Pearson Product Moment”.

rxy = √{ ( )} ( )

Keterangan:

r = koefisien korelasi skor antargubahan n = jumlah responden

∑ = skor ubahan pertama

∑ = skor ubahan kedua yang dikorelasikan

Kaidah keputusan: jika rhitung>rtabel, berarti valid. Demikian pula sebaliknya. Jika instrumen valid, maka kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) adalah sebagai berikut:

(29)

0,600 – 0,799 : tinggi 0,400 – 0,599 : cukup 0,200 – 0,399 : rendah 0,000 – 0,199 : sangat rendah 2. Reliabilitas tes

Reabilitas adalah tingkat konsistensi atau stabilitas sarana pengukuran sejalan dengan waktu. Reliabel berarti handal sehingga reliability atau reliabilitas berarti keterhandalan atau dapat dihandalkan. Dalam penelitian, instrumen yang digunakan adalah buatan peneliti (tidak baku) sehingga perlu diuji reliabilitasnya melalui suatu uji coba. Reliabilitas hasil pengujian dinyatakan dengan koefisien korelasi r yang menunjukkan hubungan antara dua kumpulan skor yang umumnya dihitung dengan pearson’s product moment correlation coefficient. Dalam penelitian ini digunakan metode belah dua, yaitu sebuah tes dan dicobakan satu kali (single test single trial method). Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes, maka digunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut:

r11 =

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas internal seluruh item

rb = korelasi product moment antara belahan (ganjil-genap) atau (awal-akhir) Berdasarkan penelitian pendahuluan terhadap 30 orang responden untuk menguji kelayakan soal diperoleh hasil validitas dan reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.2 Tabel Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Tes Kognitif

(30)

3 0,591 0,361

4 0,904 0,361

5 0,612 0,361

Seri-3 r hitung r tabel

Koefisien Reliabilitas

Sperman Brown 0,742

1 0,903 0,361

2 0,845 0,361

3 0,613 0,361

4 0,861 0,361

Koefisien Reliabilitas

Sperman Brown 0,769

Hasil di atas menunjukkan dari masing masing seri setiap item soal diketahui memiliki nilai validitas di atas 0,361 sehingga dapat dinyatakan sebagai item valid. Berdasarkan uji reliabilitas, ketiga seri tersebut diperoleh koefisien reliabilitas Sperman Brown sebesar di atas standar yang ditetapkan yaitu 0,700. Sehingga dapat disimpulkan instrument tes tersebut mempunyai keandalan yang baik dalam mengukur variabel kognitif. Dengan demikian kuesioner cukup layak dipergunakan untuk penelitian.

3. Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda pada setiap butir soal dapat digunakan rumus DP =

(Arikunto, 2012: 232)

Keterangan :

DP = Daya pembeda

BA = Jumlah peserta didik pada kelompok atas BB = Jumlah peserta didik pada kelompok bawah JA = Jumlah peserta didik kelompok atas

JB = Jumlah peserta didik kelompok bawah

Untuk hasil perhitungan daya pembeda, kemudian ditafsirkan dan diinterpretasikan mengikuti interpretasi menurut Arikunto, S (2012: 232) yaitu :  0,00 < DP ≤ 0,20 Kurang

(31)

Berikut adalah hasil analisi daya pembeda untuk 14 soal esay yang akan digunakan dalam penelitian.

Tabel 3.3 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes Esay untuk Aspek Kognitif

Nilai Daya

0,20< DP ≤ 0,40 Cukup 2,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14, 12

0,40<DP≤ 0,70 Baik 1,3 2

0,70<DP≤1,00 Sangat Baik - -

Keterangan : Soal no 1-5 Seri 1, Soal no 6-10 Seri 2, Soal no 11-14 4. Analisis Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran dari tiap item soal dihitung berdasarkan jawaban seluruh peserta didik yang mengikuti tes. Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran adalah :

B = Jumlah peserta didik yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh peserta didik peserta tes

Untuk hasil perhitungan tingkat kesukaran, kemudian ditafsirkan dan diinterpretasikan mengikuti interpretasi (Arikunto, 2012: 225) yaitu :

 0,00 < TK ≤ 0,30 Sukar  0,30 < TK ≤ 0,70 Sedang  0,70 < TK ≤ 1,00 Mudah

Berikut adalah hasil analisi daya pembeda untuk 14 soal esay yan akn digunakan dalam penelitian.

Tabel 4.4 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Esay untuk Aspek Kognitif

Nilai Daya Pembeda Kategori No. Soal Jumlah

(32)

H. Teknik Pengolahan Data

1. Data Hasil Belajar (tes esay dan tes kinerja)

Pengolahan data hasil belajar siwa sebelum dan sesudah pembelajaran baik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol seperti yang dituliskan oleh Rostika, (2013: 57-58) dilakukan melalui langkah-langkah berikut:

a. Memberikan skor jawaban sesuai kunci (untuk tes kinerja melalui lembar pengamatan nilai nol jika tidak dilakukan dan 1 jika dilakukan)

b. Membuat tabel berisikan skor tes per nomor soal

c. Menghitung total skor siswa (untuk tes kinerja memperhitungkan bobot setiap aspek)

d. Menghitung nilai siswa dalam prosentase: Nilasi siswa (%) =

x 100%

e. Menghitung rata-rata keseluruhan dan nilai rata-rat yang diperoleh siswa untuk masing-masing kelompok, yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah. f. Menghitung Normalisasi Gain antara nilai rata-rata pre tet dan nilai rata-rata

posttest. Secara keseluruan mengunkan rumus David E. Meltzer.

Normalisasi Gain =

x 100% g. Melakukan uji normalitas

Uji ini untuk mengetahui kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat untuk menguji hipotesis menggunakan statistik parametrik, jika hasil uji tidak normal dan tidak homogen, dilakukan uji non parametrik. Uji normalitas data pretest-postest digunakan uji statistik one-sample Kolmogorov-Smirnov Test pada SPSS, hasilnya dengan membandingkan Assymp Sig (2 tailed) dengan nilai alpha

(α). Kriteria pengujian adalah apabila probailitas Assymp.Sig (sig 2 tailde)> alpha

(α), maka tes berdistribusi normal. (Rostika, 2013: 57-58). Hipotesis pengujian normalitas adalah:

H0 angka signifikansi (Sig) ≤ 0,05 maka data berdistribusi tidak normal Ha angka signifikansi (Sig) > 0,05 maka data berdistribusi normal h. Melakukan uji homogenitas

(33)

dianalisis lebih lanjut. Uji homogenitas data normalisasi gain pretest-postest digunakan uji statistik test of homogeneity of variance pada SPSS hasilnya dengan membandingkan probabilitas Assymp Sig (tailed) dengan nilai apha. Kriteria pengujiannya adalah apabila probabilitas Assymp.Sig (Sig-2 tailed)>alpha maka data sampel bervariansi homogen. (Rostika, 2013: 59)

Hipotesis pengujian homogenitas adalah:

H0 angka signifikansi (Sig) ≤ 0,05 maka data tidak bervariansi homogen.. Ha angka signifikansi (Sig) > 0,05 maka data bervariansi homogen. i. Uji hipotesis penelitian

Uji hipotesis penelitian didasarkan pada data nilai pretest-postest dan data N-Gain. Sugiyono, (Rostika, 2013: 59), untuk sampel independen tidak berkorelasi mempunyai ketentuan, jika data berdistribusi normal dan variansinya homogen dilanjutkan dengan uji t (t-test) dengan langkah-langkah:

a. Membuat H0 dan Ha dalam bentuk kalimat

Hipotesis terdiri dari dua macam yakni hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipoteses kerja dalam kalimat positif dan hipotesis nol dalam kalimat negatif. Hipotesis kerja (Ha atau H1) dirumuskan untuk menjawab permasalahan dengan menggunakan teori yang ada hubungannya dengan masalah penlitian dan belum berasarkan fakta di lapangan. Hipotesis alternatif dirumuskan dalam kalimat positif. Hipotesis nol adalah perntaraan tidak ada hubungan, pengaruh atau perbedaan antara parameter dan statistik. (Sugiyono, 2013, hlm. 95-96).

Hipotesis statistik dikemukakan dalam pernyatan sebagai berikut: 1. Hipotesis Nol (H0)

Tidak terdapat pencapaian kompetensi yang lebih tinggi pada aspek kognitif antar seri pada siswa dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

Hipotesis Alternatif (Ha)

Terdapat pencapaian kompetensi yang lebih tinggi pada aspek kogntif antar seri. pada siswa dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

2. Hipotesis Nol (H0)

Tidak terdapat pencapaian kompetensi yang lebih tinggi pada aspek afektif antar seri pada siswa dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

(34)

Terdapat pencapaian kompetensi yang lebih tinggi pada aspek afektif antar seri. pada siswa dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

3. Hipotesis Nol (H0)

Tidak terdapat pencapaian kompetensi yang lebih tinggi pada aspek psikomotor antar seri. (Seri 3 ke 2 dan seri 2 ke 1) pada siswa dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

Hipotesis Alternatif (Ha)

Terdapat nilai kompetensi yang lebih tinggi pada aspek psikomotor antar seri. (Seri 3 ke 2 dan seri 2 ke 1) pada siswa dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

4. Hipotesis Nol (H0)

Tidak terdapat peningkatan pencapaian kompetensi yang lebih tinggi pada aspek kognitif pada siswa yang mendapatkan penerapan model PBM dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan penerapan model pembelajaran Direct Teaching.

Hipotesis Alternatif (Ha)

Terdapat pencapaian kompetensi yang lebih tinggi pada aspek kognitif pada siswa yang mendapatkan penerapan model PBM dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan penerapan model pembelajaran Direct Teaching.

5. Hipotesis Nol (H0)

Tidak terdapat pencapaian kompetensi yang lebih tinggi pada aspek afektif pada siswa yang mendapatkan penerapan model PBM dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan penerapan model pembelajaran Direct Teaching. Hipotesis Alternatif (Ha)

Terdapat pencapaian kompetensi pada aspek afektif yang lebih tinggi antara siswa yang mendapatkan penerapan model PBM dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan penerapan model pembelajaran Direct Teaching.

6. Hipotesis Nol (H0)

(35)

Terdapat pencapaian kompetensi yang lebih tingi pada aspek psikomotor antara siswa yang mendapatkan penerapan model PBM dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan penerapan model pembelajaran Direct Teaching.

b. Membuat H0 dan Ha model statistik

c. Mencari rata-rata, standar deviasi, varians dan korelasi d. Mencari nilai t dengan menggunakan rumus t.

Keterangan n= jumlah sampel, x= Rata-rata sampel, 1/2 = varians sampel e. Menentukan kaidah pengujian diantaranya taraf signifikansinya = 0,05, derajat

kebebasan dengan rumus dk = n-2, dan kriteria pengujian dua pihak jika

–ttabel ≤ thitung ≤ +t tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak. f. Membandingkan ttabel dengan thitung

2. Data Hasil Observasi

Data lembar observasi terhadap siswa untuk melihat aktivitas siswa yang mendapatkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Direct Teaching dianalisis menggunakan metode deskriptif.

a. Data Hasil Angket

Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan bersifat positif diberi skor tertinggi 5 yang menyatakan Sangat Setuju (SS), skor 4 yang menyatakan Setuju (S), skor 3 yang menyatakan ragu-ragu (RR), skor 2 yang menyatakan Tidak Setuju (TS) dan skor 1 yang menyatakan Sangat Tidak Setuju (STS), dan sebaliknya jika digunakan pernyataan negatif pada daftar pernyataan pada angket. Data yang terkumpul selanjutnya dijumlahkan dari masing-masing pilihan. Untuk menghitung persentase hasil angket respons siswa dengan rumus:

(36)

b. Data hasil pengamatan

Data pengamatan aktivitas siswa yang pengamtannya dilakukan oleh

observer, berisi opsi “Ya” dan “Tidak”. Data tes kinerja yang diamati oleh peneliti

berisi opsi nilai “1” jika dilakukan dan “0” jika tidak dilakukan. Data yang terkumpul selanjutnya dijumlahkan dari masing-masing pilihan. Persentase hasil jawaban menggunakn rumus:

(37)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

1. Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RRP) mata pelajaran Teknik Tata Artistik pada Kompetensi Keahlian Teknik Produksi dan Penyiaran Program Pertelevisian sudah mengacu kepada tujuan pembelajaran secara lengkap yang mencakup domain kognitif, psikomotor dan afektif mengacu pada pencapaian kompetensi dan mengacu pada sintak Model Pembelajaran Berbasis Masalah yang terdiri dari lima fase yakni orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Refleksi dan evaluasi). RPP ini juga mengacu pada karakteristi PBM diantaranya menyajikan masalah, melakukan penyelidikan autentik, kolaboratif, menghasilkan produk dan mengaitkan materi antar disiplin ilmu.

2. Pelaksanaan pembelajaran model PBM pada mata pelajaran Teknik Tata Artistik terlaksana dengan baik sesuai sintak PBM dan karakteristiknya di setiap seri, kecuali di seri satu di mana tidak dilaksanakannya tahap presentasi karena keterbatasan waktu. Pada seri selanjutnya pelaksanaan pembelajaran lebih baik, guru dan siswa terlihat lebih terbiasa dengan Model PBM. Perbaikan di setiap seri mengacu pada catatan hasil observasi. Pelaksanaan pembelajaran juga berimplikasi pada pencapaian kompetensi yakni sebagai berikut:

a. Terdapat perbedaan peningkatan kompetensi pada aspek kognitif secara signifikan yang dilihat dari perolehan skor pretest dan posttest terlihat di setiap seri yang menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Berbasis Masalah memberikan pengaruh pada peningkatan pencapaian kompetensi siswa.

(38)

c. Terdapat peningkatan secara signifikan pada aspek afektif di seri ke-3 namun pada seri ke-2 cenderun menurun namun tidak signifikan,

d. Terdapat peningkatan secara signifikan pada kompetensi aspek psikomotor seri ke-3, sedangkan pada seri ke-2 meningkat secara deskriptif namun tidak signifikan.

3. Model Pembelajaran PBM juga dibandingkan dengan model pembelajaran Direct Teaching yang umumnya dilakukan oleh guru, namun dengan

perbaikan pada perencanaan dan pelaksanaan. Perbandingan kompetensi siswa setelah penerapan model pembelajaran PBM dengan Direct Teaching adalah sebagai berikut:

a. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan aspek kognitif antara model pembelajaran Berbasis Masalah dan Direct Teaching.

b. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada aspek afektif antara pembelajaran dengan model pembelajaran Berbasis Masalah dan Direct Teaching.

c. Terdapat perbedaan yang signifikan pada aspek psikomotor antara pembelajaran dengan model pembelajaran Berbasis Masalah dan Direct Teaching.

4. Respons siswa terhadap pendekatan PBM pada mata pelajaran Teknik Tata Artistik pada Kompetensi Keahlian Teknik Produksi dan Penyiaran Program Pertelevisian hampir seluruhnya memberikan tanggapan positif jika dilihat dari kuesioner dan hasil observasi kelas.

B. Implikasi

Implikasi dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan yang secara deskriptif namun tidak signifikan antar seri pada aspek kognitif dan afektif memberikan implikasi bahwa guru harus lebih baik lagi dalam membuat perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan model PBM. Evaluasi terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran harus dilakukan sehingga pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran berikutnya kompetensi siswa dapat lebih baik. Kreativitas guru dalam memodifikasi model pembelajaran namun tetap sesuai dengan sintak

(39)

PBM diperlukan karena adanya perbedaan karakteristik mata pelajaran dan siswa.

2. Peningkatan yang secara deskriptif namun tidak signifikan antara kelas eksperimen dan kontrol pada aspek kognitif dan afektif khususnya dapat disebabkan oleh kecocokan model dengan karakteristik siswa sehingga guru harus lebih jeli membuat analisis karakteristik siswa sebelum menerapkan model pembelajaran sehingga kompetensi yang dicapai siswa lebih optimal pada setiap aspek baik kognitif, afektif maupun psikomotor. Mata pelajaran yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural namun di sisi lain diperlukan adanya kreativitas, kerjasama tim, dapat menerapkan berbagai model pembelajaran secara bergantian disesuaikan dengan kompetensi dasar.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Lembaga Pemerintah yang berkaitan dengan Pendidikan

Diharapkan pemegang kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan tidak memaksakan penggunaan model pembelajaran tertentu karena penggunaan moel pembelajaran akan sangat berkaitan dengan karakteristik mata pelajaran, siswa, fasilitas sekolah dan alokasi waktu pembelajaran.

Diharapkan Dinas Pendidikan Kota Cimahi dapat memfasilitasi guru untuk dapat meningkatkan kemampuannya dengan mengadakan atau memberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan model-model pembelajaran sehingga dalam proses pembelajaran di sekolah, guru-guru dapat menggunakan alternatif penyajian materi pelajaran dengan berbagai macam model pembelajaran.

2. Bagi Kepala Sekolah

(40)

Direct Teaching untuk aspek kognitif dan afektif. Diharapkan Kepala

sekolah dapat memberikan rekomendasi dan motivasi kepada guru-guru untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas untuk mengetahui model yang tepat untuk masing-masing Mata Pelajaran dan masing-masing kelas.

3. Bagi Guru

Model PBM dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kompetensi siswa. Model ini juga membuat siswa lebih antusias karena diberikan tantangan dan bekerja secara tim meskipun tidak menutup kemungkinan model lain tepat untuk Mata Pelajaran dan kelas yang berbeda karakteristiknya. Perencanaan pembelajaran merupakan langkah yang menentukan kesuksesan pelaksanaan pembelajaran, sehinga model apapun yang diterapkan akan berdampak baik jika direncanakan dengan baik dan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Guru sebaiknya terus belajar, meningkatkan pengetahuannya berkaitan dengan pembelajaran, khususnya mengkaji berbagai model pembelajaran bahkan mengembangkannya sehingga pembelajaran tidak dipaksakan dengan hanya beberapa model karena keterbatasan wawasan dari guru itu sendiri. Antusiasme guru untuk melakukan Penelitan Tindakan Kelas (PTK) juga diperlukan agar guru dapat menerapkan pembelajaran secara maksimal yang didasarkan pada kajian dan penelitan secara ilmiah.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

(41)

Gambar

gambar berikut:
Gambar 1.2 Jumlah kompetensi yang belum dipelajari berdasarkan  bidang pekerjaan (Sumber: Dokumen Paket Keahlian TP4 SMKN 1 Cimahi)
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
Gambar 3.2. Berbagai kemungkinan hasil penelitian menggunakan desain time series
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pendidikan non-formal berperan penting dalam membentuk minat saya menjadi wirausaha8. Pengalaman kerja orang lain

Pengaruh Inovasi Produk Dan Kualitas Produk Terhadap Keunggulan Bersaing Pengusaha Batik Trusmi Di Kabupaten Cirebon.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keresahan peneliti terhadap maraknya perilaku korup yang seakan sudah membudaya dan mengakar dalam berbagai aspek kehidupan

He continued with an explanation of the Transition Support Program (TSP), a framework for budgetary support from the Development Partners, for 3 years. He provided a brief report

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas IV SD Negeri Panancangan 2 Kota Serang Provinsi Banten, melalui penerapan model sains teknologi

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KETERAMPILAN TEKNIK SEPAKBOLA USIA DINI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetaui tingkat ketelitian hasil interpretasi Citra Quickbird berwarna tahun 2012 untuk