METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA
DI PESANTREN “AL
-
ISHLAH”
TAJUG
INDRAMAYU JAWA BARAT
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Master Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh
AHMAD SAHMIR 1202628
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN AL-ISHLAH TAJUG
INDRAMAYU JAWA BARAT
Oleh
AHMAD SAHMIR
S.Pd.I IAIN SUNAN AMPEL Surabaya, 2004
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana
© Ahmad Sahmir 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBARAN PENGESAHAN
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN AL-ISHLAH TAJUG
INDRAMAYU JAWA BARAT
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMIMBING:
Pemimbing 1
Dr. H. Endis Firdaus, M. Ag. NIP. 1957 0303 1988 03 1 001
Pemimbing II
Dr. Munawar Rahmat, M. Pd. NIP. 19580128.198612.1.001
Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Metode Pembinaan Akhlak Mulia di Pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat” ini beserta seluruh isinya adalah
benar-benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang dijatuhkan kepada
saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dengan karya
saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, 3 januari 2015
Yang Membuat Pernyataan
1
Ahmad Sahmir, 2015
METOD E PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG IND RAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat
AHMAD SAHMIR
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh merosotnya moral bangsa sehingga terjadi dekadensi moral pada anak usia remaja yang masih sekolah, seperti tawuran, sex bebas, narkoba, tidak patuh dan hormat pada orang tua, dan lain sebagainya. Hal itu dikarenakan lembaga pendidikan belum mempunyai konsep metode pembinaan terhadap akhlak mulia yang dapat diterapkan dalam pembinaan siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh konsep metode pembinaan akhlak mulia yang tepat dan dapat diaplikasikan dengan baik pada sebuah lembaga pendidikan tertentu. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pada prosesnya peneliti menempatkan diri sebagai human instrument. Adapun lokasi penelitiannya adalah pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat, dengan subjek penelitiannya Kiyai (Pimpinan) pesantren sebagai elite respondent yaitu KH. Imam Mawardi Hakim. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Penelitian ini menemukan beberapa hal terkait dengan konsep metode pembinaan akhlak mulia, yaitu sebagai berikut: 1) Makna metode pembinaan akhlak mulia yaitu pembinaan mental yang dapat melahirkan sikap dan perilaku yang baik. 2) Tujuan metode pembinaan akhlak mulia yaitu untuk mempermudah dalam membentuk kepribadian santri yang berpedoman pada ajaran Islam dalam segala tingkah lakunya yang berorientasi kepada hari akhirat. 3) Macam-macam metodenya yaitu keteladanan, pembiasaan, hukuman, nasehat. 4) Dasar-dasar metodenya mengacu pada agama, psikologis, dan sosiologis. 5) Prinsip-prinsip metode pembinaan yaitu dilakukan terus menerus, perubahan individu dan sosial, sesuai dengan keadaan zaman, bervariasi, penyadaran, kasih sayang, dan keterkaitan.
2
Ahmad Sahmir, 2015
METOD E PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG IND RAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Coaching methods of noble character in Al-Ishlah Tajug boarding school Indramayu, West Java
AHMAD SAHMIR
This study was motivated by the moral decline of the nation resulting in moral decadence in children of school age adolescents who still like brawl, free sex, drugs, do not obey and respect their parents, and so forth. It is because the institution does not have the concept of the noble character of coaching methods that can be applied in coaching students. The purpose of this study was to obtain the concept of noble character coaching methods appropriate and well can be applied in a particular institution. This study used a qualitative descriptive approach. In the process the researchers put themselves as human instrument. The location of the study was the Al-Islah Tajug boarding school in Indramayu West Java, with a research subject, Kiyai (Leader) as an elite boarding respondent namely KH. Imam Mawardi Hakim. Data collection techniques using observation, interviews, and documentation study. This study found a couple of issues related to the concept of noble character coaching methods, as follows: 1) Meaning noble character coaching method that can give rise to mental coaching attitudes and good behavior. 2) Objective methods of coaching noble character is to facilitate in shaping the personality of the students are guided by the teachings of Islam in any behavior which is oriented to the hereafter. 3) Various methods are exemplary, habituation, penalties, advice. 4) The basics of the method refers to the religious, psychological, and sociological. 5) The principles of the method is performed continuously coaching, individual and social change, according to the circumstances of the times, varied, awareness, compassion, and connection.
1 Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAN... i
SURAT PERNYATAAN... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH... v
ABSTRAK... Error! Bookmark not defined.i DAFTAR ISI... viii
DAFTAR LAMPIRAN... x
PEDOMAN TRANSLITERASI ... xi
BAB I PENDAHULUAN ...
Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
C. Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Tujuan Penelitian... Error! Bookmark not defined.
E. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined.
F. Manfaat Penelitian... Error! Bookmark not defined.
G. Struktur Organisasi Tesis ... Error! Bookmark not defined.
BAB IIKAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
A. Konsep Metode Pembinaan Akhlak Mulia . Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian Metode Pembinaan Akhlak Mulia...Error! Bookmark not
defined.
2. Landasan Metode Pembinaan Akhlak Mulia ...Error! Bookmark not
defined.
3. Prinsip-Prinsip Metode Pembinaan Akhlak Mulia .Error! Bookmark not
defined.
4. Tujuan Metode Pembinaan Akhlak Mulia ...Error! Bookmark not
2 Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Mulia .... Error!
Bookmark not defined.
6. Ruang Lingkup Akhlak Mulia ... Error! Bookmark not defined.
7. Macam- macam Metode Pembinaan Akhlak Mulia Error! Bookmark not
defined.
B. Pendidikan Pesantren ... Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian Pesantren ... Error! Bookmark not defined.
2. Tujuan Pesantren ... Error! Bookmark not defined.
3. Tipologi Pesantren ... Error! Bookmark not defined.
4. Perbedaan Antara Pesantren Salaf dan Modern ...Error! Bookmark not
defined.
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan... Error! Bookmark not defined.
D. Hubungan Akhlak Mulia Dengan Pendidikan Agama Islam ... Error!
Bookmark not defined.
BAB IIIMETODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.
A. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
C. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Definisi Operasional... Error! Bookmark not defined.
E. Instrumen Penelitian... Error! Bookmark not defined.
F. Jenis dan Sumber Data ... Error! Bookmark not defined.
G. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.
H. Teknik Analisa Data ... Error! Bookmark not defined.
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Error! Bookmark not defined.
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1. Makna Metode Pembinaan Akhlak Mulia...Error! Bookmark not
defined.
2. Tujuan Metode Pembinaan Akhlak Mulia ...Error! Bookmark not
defined.
3. Macam- macam Metode Pembinaan Akhlak Mulia Error! Bookmark not
3 Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
4. Dasar-dasar Metode Pembinaan Akhlak Mulia...Error! Bookmark not
defined.
5. Prinsip-prinsip Metode Pembinaan Akhlak Mulia .Error! Bookmark not
defined.
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1. Makna Metode Pembinaan Akhlak Mulia .. Error! Bookmark not defined.
2. Tujuan Metode Pembinaan Akhlak Mulia .. Error! Bookmark not defined.
3. Macam- macam Metode Pembinaan Akhlak Mulia ...Error! Bookmark not
defined.
4. Dasar-dasar Metode Pembinaan Akhlak Mulia ...Error! Bookmark not
defined.
5. Prinsip-prinsip Metode Pembinaan Akhlak Mulia ....Error! Bookmark not
defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan... Error! Bookmark not defined.
B. Saran ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN
: Kategorisasi dan Koding Data Transkrip Hasil Wawancara
: Data Observasi
: Profil Pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat
: Petugas Kedisiplinan, Jenis Pelanggaran, dan Bentuk Hukuman
: Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler di Pesantren Al-Ishlah Tajug
: Jadwal Kuliah Subuh dan Khotbah Jumat
: Jadwal Azan dan Imam Salat Fardu
: Kelompok Bimbingan Sorogan Membaca Alquran
: Jadwal Kegiatan Setelah Shalat Subuh
: Foto-foto Kegiatan Santri
4 Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu Lampiran 12
Lampiran 13
: Pedoman Wawancara
: Keterangan Koding
PEDOMAN TRANSLITERASI DARI ARAB KE LATIN INDONESIA
Transliterasi yang digunakan dalam buku ini berdasarkan SK Bersama
Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 dan
0543b/U/1987 dengan beberapa contoh berikut:
A. Konsonan
Arab = Latin
Arab = Latin
Arab = Latin
Arab = Latin
ث ṡ ذ ż ص ṣ ظ ẓ
ح ḥ ز z ض ḍ ع ‘a
5 Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
غ g
B. Vokal
1. Vokal Tunggal
Arab Nama Latin Contoh Arab Dibaca
... fatḥaḥ a َأرـق qara`a
... kasraḥ i ََـحر raḥima
... ḍammaḥ u َبتـك kutiba
2. Vokal Panjang (maddah)
Arab Nama Latin Contoh Arab Dibaca
اـ fatḥaḥ ā ا اق qāmā
َ يـ kasraḥ ī يحر raḥīm
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Masalah terbesar yang menjadi persoalan bangsa Indonesia adalah
dekadensi moral. Prilaku anak usia remaja saat ini begitu memprihatinkan. Karena
usia remaja merupakan suatu masa yang terdapat banyak perubahan (pancaroba)
yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak meuju masa dewasa tanpa batasan
usia yang jelas (Haqani, 2004, hal. 8). Banyak pelanggaran dilakukan telah
merusak tatanan sosial dan agama, seperti tawuran, sex bebas, sikap tidak sopan,
sikap arogansi seperti geng motor, menentang orang tua, melakukan tindakan
kriminal, balapan liar, perjudian, tawuran/perkelahian, narkoba dan banyak lagi
sikap dan tingkah laku amoral yang mencerminkan akhlak tercela dilakukan
dalam kehidupan bermasyarakat. Hal itu telah banyak juga dilakukan oleh para
pelajar di Indonesia.
Menyangkut Perilaku buruk yang dilakukan oleh para pelajar tersebut
menurut Komariah (2011, hal. 46), dapat dikelompokkan menjadi tiga klasifikasi
yaitu kenakalan ringan (keras kepala, tidak patuh pada orang tua dan guru,
bolos/lari dari sekolah, malas belajar, suka berkelahi, serta tidak sopan dalam
perkataan dan perbuatan. kemudian kenakalan yang mengganggu terhadap
lingkungan/orang lain (mencuri, menodong, merampok, menganiaya, memfitnah,
merusak milik orang lain, membunuh, serta geng motor. Selanjutnya kenakalan
seksual (hetero-seksual dan homo-seksual yaitu dengan lain jenis dan sesama
jenis). Sejalan dengan itu, menurut Rahmat (2010, hal. 5), emosi para siswa yang
tidak terkontrol sehingga terjadi banyak tawuran di sana sini, para pelajar yang
menyalahgunakan penggunaan obat-obatan terlarang, pergaulan yang
memperlihatkan kebebasan antara lawan jenis dikalangan siswa dan siswi, banyak
sekali sikap tidak mempunyai rasa hormat terhadap para orang tua dan guru juga
banyak terlihat di kalangan para pelajar. Sebaliknya, perilaku yang terlihat saat ini
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
kejujuran, sopan santun, kesederhanaan, adil, kasih sayang, tolong-menolong,
kerja keras, disiplin, bersih, beriman, dan sebagainya.
Rusaknya moral dan akhlak bangsa tidak terlepas dari perkembangan
teknologi yang serba canggih pada zaman sekarang ini. Fenomena globalisasi ini
dapat melawan kekuatan penerapan karakter bangsa (Budimansyah, 2010, hal. 9).
Penggunaan teknologi tersebut sangat leluasa sehingga tidak ada batas lagi dengan
ruang dan waktu dalam berkomunikasi, bersosialisasi, dan berinteraksi antar
warga, masyarakat, dari satu wilayah ke berbagai wilayah sampai antar negara,
seperti jaringan internet, televisi, game (play station), dan alat-alat telekomunikasi
lainnya telah banyak memberikan kontribusi mengarahkan kepada nilai-nilai
negatif di dalamnya. Acara telivisi seringkali menyiarkan acara dan film yang
mempertontonkan kenakalan remaja, pertengkaran, perkelahian, merendahkan
orang lain, menghina orang lain, yang seolah-olah memberikan contoh untuk
ditiru oleh masyarakat yang berkesan mejadi acuan dalam perilaku bangsa
Indonesia. Begitu juga pada game (play station) yang dimainkan anak-anak
kebanyakan bermuatan permusuhan, perkelahian, dan menjatuhkan lawan yang
seolah-olah anak dididik untuk berbuat demikian. Didikan yang diperoleh melalui
permainan tersebut karena seringnya dilakukan sampai melekat pada dirinya
sebagai perbuatan yang musti ditiru dalam kehidupan nyata. Belum lagi tayangan
porno dan sex yang dengan mudah dapat diakses melalui media tersebut.
Dampaknya, semakin hari semakin tergeser nilai-nilai agama dalam kehidupan
masyarakat karena terpengaruh oleh budaya yang selalu mengedepankan
kebebasan dalam kehidupan. Kebudayaan barat yang anti terhadap aturan agama
dan mengedepankan kebebasan sangat mudah mengubah pola pikir, pola sikap,
dan tingkah laku yang melekat pada setiap individu masyarakat Indonesia,
terutama mereka yang masih labil dalam kepribadiannya yaitu di kalangan remaja.
Pengaruh program televisi lebih besar dari pada nilai-nilai yang diajarkan guru di
sekolah terhadap anak. Seberapapun giatnya guru dalam menanamkan nilai
kebaikan akan terkikis oleh dampak televisi yang lebih melekat pada diri anak. Itu
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
adikuasa yaitu Amerika yang dapat mempengaruhi kebudayaan lain yang berada
lebih rendah dari mereka. Budaya tersebut terus mengalir seolah-olah bagaikan
mata air dari puncak gunung yang mengalirkan ke lembah-lembah yang berada di
bawahnya dengan menggunakan berbagai sistem rekayasa untuk dapat
mempengaruhi yang lain yang kemudian dapat merubah pola dan gaya hidup
bangsa Indonesia (Rahmat, 2010, hal. 9-10).
Salah satu upaya yang dapat mengubah keadaan moral bangsa Indonesia
melalui pendidikan. Pendidikan dapat membentuk suatu perubahan yang
mengarah kepada pembentukan kepribadian sesuai dengan tujuan pendidikan
tersebut (Zuhairini, 1995, hal. 23). Oleh sebab itu, pendidikan merupakan elemen
yang sangat signifikan dalam menjalani kehidupan. Karena dari sepanjang
perjalanan manusia pendidikan merupakan barometer untuk mencapai nilai-nilai
kehidupan. Pendidikan di Indonesia sejatinya harus mengacu kepada filsafat
bangsa yaitu pancasila. Inti dari pancasila sebagaimana ungkapan Tafsir (Majid,
2013, hal. xiv) adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi, pendidikan mengarah
kepada terbentuknya manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.
Dilihat dari rumusan tujuan pendidikan nasional, bahwa tujuan pendidikan
tersebut sangat serasi dengan tujuan pendidikan agama Islam yaitu berdasarkan
UU No. 20/2003:
Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pada salah satu bagian dari tujuan pendidikan nasional di atas bertujuan
mewujudkan manusia yang berakhlak mulia. Ajaran agama Islam dalam bentuk
akidah dan syariat harus tertanam dalam diri setiap pemeluknya melalui
akhlaknya. Sebagai salah satu bentuk pribadi yang baik ialah yang berakhlak
mulia. Dilihat dari keberhasilan Nabi Muhammad dalam mengemban amanat
Allah dalam misi menyebarkan agama Islam ialah melalui akhlak mulianya dalam
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
yang berakhlak paling baik. Seperti telah tertulis dalam Alquran surat Al-Aḥzāb
Muhammad SAW. adalah terlaksananya perbaikan akhlak pada ummat manusia.
Sebagaimana tertulis dalam sebuah Hadis yang artinya: “sesungguhnya aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (Al-Baiḥaqī, 1344 H, hal. 472). Dari Hadis tersebut terlihat begitu pentinya pendidikan akhlak dalam pandangan Islam.
Karena itu rusaknya akhlak menyebabkan kerusakan pada suatu pendidikan dalam
pandangan Islam. Sebagai Salah satu bentuk implikasi pendidikan terhadap ajaran
Islam dalam bentuk akhlak mulia adalah dimuatnya mata pelajaran pendidikan
agama Islam (PAI) pada sekolah-sekolah umum di Indonesia.
Secara umum pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh
orang yang sudah matang atau dewasa mengenai kehidupan terhadap manusia
yang belum dewasa agar kelak mampu menjalani kehidupan dengan tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan kapasitasnya (Zuhairini, 1995, hal. 11). Sedangkan
pengertian kehidupan dalam pandangan Islam sangat luas yaitu meliputi
kehidupan di dunia dan akhirat. Perjalanan kehidupan manusia tidak hanya selesai
di dunia saja, melainkan sampai pada kehidupan yang abadi sebagai
pertanggungjawaban pada setiap individu di hadapan Tuhannya.
Berdasarkan pandangan pendidikan Islam tersebut di atas dapat
dikategorikan bahwa pendidikan seyogyanya mempersiapkan peserta didik agar
damai dan sejahtera pada kehidupan di dunia dan akhirat. Dengan kata lain, setiap
manusia diminta pertanggungjawabannya selama hidup di dunia ini yang dapat
 Seluruh teks dan terjemah Al-Quran dalam tesis ini dikutip dari Al-Quran in word yang telah
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
diperoleh hasilnya dan dipetik untuk kehidupan di akhirat. Dengan demikian
manusia tidak akan semena-mena dalam menjalankan kehidupannya. Perilakunya
akan senantiasa terkontrol dengan baik berdasarkan aturan agama yang sempurna.
Kesempurnaan hidup sebagai seorang muslim yaitu sebagai khalīfah dan „abdullāh (insān kāmil) di muka bumi dengan mencerminkan kepribadian yang
kāffah. Tentang insān kāmil sebagaimana dimaksud yaitu manusia yang dapat melaksanakan tugas sebagai khalīfah sebagaimana tertera dalam Alquran antara
lain pada Surah Al-Baqarah [2]: 30, dan sebagai khalīfah pada firman Allah
dalam surat Al-Żāriyāt [51]: 56 dan Al-Baqarah [2]: 21. Sesuai dengan pemahaman tersebut, berkaitan dengan yang dimaksud dari insān kāmil yang
disepakati oleh kaum muslimin adalah manusia sempurna seperti kepribadian para
Nabi dan Rasul (Rahmat, 2010, hal. 40).
Upaya yang telah dilakukan terhadap pembinaan akhlak mulia, salah
satunya dengan mencantumkan mata pelajaran pendidikan agama Islam di
sekolah. Namun, mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diberikan di
sekolah ternyata belum cukup memberikan kontribusi yang baik bagi
pembentukan perilaku siswa berakhlak mulia. Hal ini disebabkan karena
pemahaman yang diberikan melalui mata pelajaran tersebut masih belum melekat
pada kepribadian siswa. Selain kurangnya kontrol guru terhadap tingkah laku
peserta didik, juga kurangnya jam pelajaran pada mata pelajaran pendidikan
agama Islam di sekolah yang hanya sekitar dua jam mata pelajaran saja
perminggu. Di sisi lain, kurangnya suri teladan yang diperlihatkan oleh orang tua
dan guru terhadap para peserta didik dapat menyebabkan mereka tidak terbiasa
dengan tingkah laku yang baik berupa akhlak mulia dalam kehidupannya. Selain
itu, guru hanya menjadi transfer of knowledge dalam proses pendidikan yang
mengedepankan pengetahuan semata-mata tanpa memperhatikan perubahan sikap
dan tingkah laku siswa ke arah yang lebih positif (Daradjat, 1971, hal. 50).
Selanjutnya, jika dicermati praktek pembelajaran di lembaga-lembaga
pendidikan modern saat ini, tampak jelas adanya ketidakseimbangan antara
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
mendapat porsi yang jauh lebih besar, sementara yang kedua nyaris terabaikan.
Lembaga pendidikan saat ini mengalami degradasi fungsional dan semakin
berorientasi materialistik, di mana akurasi suatu lembaga pendidikan cenderung
diukur dari sejauh mana output-nya dapat berpartisipasi aktif dalam mengisi
lapangan kerja yang disediakan oleh dunia industri. Kondisi ini kemudian
mendorong lembaga pendidikan untuk lebih mementingkan pengembangan
kemampuan intelektual sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dunia industri.
Akreditasi sebuah lembaga pendidikan misalnya, antara lain diukur dari
sejauhmana output-nya dapat mencapai standar nilai rata-rata yang telah
ditentukan secara nasional, dan sekali lagi nilai rata-rata tersebut hanya
mencerminkan kapasitas intelektual seseorang, dan sama sekali tidak dapat
memberikan gambaran tentang kapasitas moral atau akhlaknya.
Sebagaimana diketahui bahwa tingkah laku itu terbentuk dari dua cara,
yaitu secara internal dan eksternal. Secara internal yaitu sifat yang dibawa oleh
seseorang pada dirinya sebagai bentuk kepribadiannya sejak lahir, sedangkan
secara eksternal adalah tabiat yang dimiliki seseorang karena pengaruh dari
lingkungan (Nata, 2003, hal. 146). Cara yang pertama merupakan fitrah yang
diberikan Allah merupakan kelebihan seseorang. Sedangkan cara yang kedua
merupakan hasil upaya manusia yang dapat mengubah perilakunya menjadi lebih
baik karena adanya kebiasaan yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa perilaku akhlak mulia dapat dibentuk
pada diri seseorang melalui penciptaan lingkungan yang baik yang mendukung
terhadap pembentukan akhlak mulia.
Pembinaan akhlak seseorang yang lebih utama seharusnya dilakukan
dalam lingkup keluarga terlebih dahulu, dimana keluarga merupakan pendidik
pertama dan utama yang sekaligus dapat mengontrol tingkah laku anak setiap hari.
Namun, menurut Durkheim seperti dikemukakan oleh Kohlberg, walaupun
pendidikan dalam lingkungan keluarga merupakan suatu persiapan pertama yang
baik sekali bagi kehidupan moral anak, tapi kegunaannya cukup terbatas. Suatu
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
hormat pada peraturan, yang mana hal tersebut di dalam keluarga hampir tidak
tersentuh (Kohlberg, 1995, hal. 120).
Berdasarkan beberapa kendala di atas maka perlu adanya konsep metode
yang tepat yang dapat dipergunakan oleh lembaga pendidikan dalam pembinaan
akhlak mulia. Metode yang benar dan bervariasi sangat dibutuhkan untuk dapat
menanamkan akhlak mulia pada anak bangsa. Sebab, seperti apapun materi yang
dianggap baik namun tidak memiliki metode yang relevan dalam penerapannya
maka tidak akan memperoleh hasil yang maksimal.
Adapun metode yang mungkin lebih tepat dalam menanamkan akhlak
mulia dengan menggunanakan konsep metode pembinaan akhlak mulia pada
pendidikan di pondok pesantren. Pendidikan yang diberikan berlangsung
sepanjang hari akan sangat efektif dalam membentuk kepribadian yang baik yang
mana di dalamnya terdapat berbagai metode pendidikan dan peraturan. Sementara
itu, pondok pesantren selalu berfokus pada prioritas pembentukkan mental spritual
dan etika yang diutamakan dengan menyediakan tempat santri bermukim di
dalamnya (Abdurrachman, 2002, hal. 75). Oleh sebab itulah para orang tua yang
mengirimkan anak mereka mengenyam pendidikan di pondok pesantren berharap
dapat menjadi anak yang alim, pandai dan menjadi ulama yang berakhlak mulia.
Selain itu, pondok pesantren merupakan bentuk pendidikan asli bagi ummat Islam
di Indonesia sedangkan sistem persekolahan yang ada pada saat ini merupakan
pola pendidikan yang dibawa oleh penjajah di masa Belanda (Rahmat, 2010, hal.
13). Wajar saja jika masyarakat mengkhawatirkan akan pendidikan anak-anak
mereka tercemar oleh lajunya arus globalisasi, maka mereka selalu kembali
memasukkan ke pondok pesantren sebagai tempat pendidikannya.
Sehubungan dengan hal tersebut, pembinaan akhlak (moral) akan lebih
efektif jika diterapkan dengan proses penyadaran, juga disiplin melalui peraturan
yang dapat diterima oleh peserta didik. Di sinilah letak makna penting lembaga
pendidikan pondok pesantren dalam proses pembinaan akhlak mulia. Sementara
itu, jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan formal lainnya yang tidak
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
besar waktu mereka dihabiskan di luar sekolah, maka pondok pesantren dapat
menjadi solusi terbaik. Hal itu disebabkan lembaga pendidikan Islam (pondok
pesantren) mampu melakukan pengawasan yang optimal dalam mengontrol
lingkungan pergaulan anak didik di luar jam sekolah.
Pada lembaga pondok pesantren tersedia sarana tempat tinggal, seperti
asrama bagi para santri, sehingga pembinaan dan kontrol terhadap mereka dapat
dilakukan secara maksimal, 24 jam sehari. Namun, mengisolir anak didik dari
lingkungan luar tentu saja bukanlah suatu jaminan bagi keberhasilan pendidikan
akhlak mulia. Yang terpenting adalah diperlukan sebuah konsep metode dan
aplikasi pembinaan akhlak mulia yang benar-benar matang dalam proses
pelaksanaannya. Berbagai metode pembinaan dapat dipergunakan secara
maksimal pada lembaga pendidikan di pondok pesantren tersebut.
Berdasarkan sejarahnya, lembaga pondok pesantren yang pada mulanya
hanya berupa pengajian yang diberikan pada langgar, masjid dan di rumah untuk
mempelajari Alquran dan kitab-kitab dalam bahasa arab dengan menggunakan
metode tradisional seperti metode sorogan dan bandongan (Dhofier, 2011, hal.
53-54). Namun sesuai dengan perkembangan zaman, maka pondok pesantren
telah menyesuaikan diri sebagai lembaga pendidikan Islam yang dapat menjadi
wadah bagi pengembangan kepribadian seseuai dengan perkembangan pemikiran
Islam terntang pendidikan yang menselaraskan antara pendidikan agama dan
umum dalam suatu lembaga yang islami dan mandiri tersebut. Sistem yang ada di
pesantren juga disesuaikan dengan sistem persekolahan dengan menerapkan
sistem klasikal, sehingga kurikulum umum dan agama dapat diterapkan secara
maksimal dari berbagai jenjang pendidikan yang juga diterapkan disana dengan
tujuan dapat membekali para santri ketika terjun di masyarakat (Ramayulis, 2011,
hal. 376).
Berdasarkan asumsi tersebut, penelitian ini bermaksud mengkaji konsep
metode pembinaan akhlak mulia yang diterapkan pada pondok pesantren yang
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
terkait dengan metode yang diterapkannya dalam pembinaan akhlak mulia bagi
para santrinya.
Di antara konsep metode yang diperguanakan yaitu pembiasaan.
Pembiasaan merupakan mengamalkan sesuatu yang dengan sengaja melakukan
sesuatu itu secara berulang-ulang sehingga menjadikan pelakunya terbiasa dengan
mudah melakukan hal tersebut dalam kehidupannya sehingga menjadi tabiat
baginya. Kebiasaan seperti itu disebut sebagai riyāḍah yaitu upaya menjadikan jiwa yang baik dengan membiasakan terhadap perbuatan yang baik (Al-Qasimi,
2013, hal. 311). Sebagaimana diketahui bahwa kebiasaan sering menjadi rutinitas
yang menjadikan setiap individu menjadi terbiasa dan akhirnya senang dalam
melakukan suatu kegiatan tertentu. Metode pembiasaan ini telah diajarkan oleh
Rasulullah kepada ummat Islam dalam melatih anak-anak untuk terbiasa
beribadah kepada Allah, seperti salah satu Hadisnya yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud yang maksudnya agar memerintahkan anak-anak dalam melatih mereka
untuk membiasakan salat dengan menyuruhnya ketika berumur tujuh tahun dan
dengan pukulan terhadap mereka ketika sudah berumur sepuluh tahun (Mulyasa,
2012, hal. 166). Betapa pentingnya peran pembiasaan dalam kehidupan, sehingga
dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ilmu faal (dalam bidang
olahraga) juga memerlukan pembiasaan sebagai gerak reflek untuk membentuk
perbuatan dalam rumus serta teori tertentu.
Sejalan dengan hal tersebut, untuk memberikan kesadaran pada setiap
pribadi diperlukan pembiasaan dalam melakukan suatu yang dinilai baik dan
pembiasaan dalam menghindari suatu yang dinilai buruk sesuai dengan dalil-dalil
agama yang telah menjelaskan tentang hal yang harus dikerjakan dan yang harus
ditinggalkan oleh seorang muslim diperlukan metode lain yang dapat mendukung
hal tersebut yaitu dengan metode targīb-tarhīb. Karena akhlak bukan hanya perilaku yang tampak oleh mata dalam bentuk perbuatan manusia saja, melainkan
berasal dari lubuk hati yang paling dalam yang menjadi sikap dan perangai
sebagai suatu kesatuan pada diri manusia. Untuk itu diperlukan kesadaran yang
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Dengan demikian perilaku yang keluar dari diri seseorang merupakan totalitas
kehendak dirinya untuk melakukan kebaikan.
Selanjutnya diperlukan pemahaman dari konsep metode targīb-tarhīb. Metode targīb-tarhīb adalah metode yang diambil dari Alquran dengan pengertian janji dan ancaman. Janji kebaikan atau ganjaran dengan bujukan untuk melakukan
suatu kebaikan serta ancaman agar tidak melakukan perbuatan yang salah, baik
dunyāwī atau ukhrāwī. Mengenai janji dan ancaman dapat digambarkan dalam bentuk ril yaitu pemberian hadiah dan hukuman yang bersifat mendidik yang
berbeda dengan ala barat (Rahmat, 2012, hal. 515). Dengan metode ini dapat lebih
mendorong terhadap akhlak mulia siswa karena melihat dari dua sisi yaitu adanya
ganjaran kebaikan yang akan diperoleh dan juga ancaman berupa siksa atau
hukuman yang akan diterima sesuai dengan perbuatannya seseorang baik atau
buruk.
Selain metode yang telah disebutkan di atas masih banyak lagi
metode-metode lain yang dipergunakan di pondok pesantren tersebut. Untuk lebih
mendalam tentang konsep metode dalam penanaman akhlak mulia, maka penulis
bermaksud melakukan penelitian di pondok pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu
Jawa Barat dengan judul “metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah
Tajug Indramayu Jawa Barat”.
B.Identifikasi Masalah Penelitian
Keadaan bangsa Indonesia saat ini sedang dilanda krisis moral. Fenomena
tersebut terbukti dengan maraknya tindakan kriminal dan kenakalan remaja.
Banyak para pelajar yang terlibat perkelahian, pergaulan yang melampawi batas
seperti sex bebas, narkoba, penentangan terhadap orang tua yaitu melawan
terhadap orang tua dan bahkan tidak ada lagi sikap sopan santun terhadap orang
tuanya, tidak patuh pada nasehat yang diberikan oleh guru, menganiaya orang lain
semaunya sendiri, dan banyak lagi tindakan biadab lain yang dilakukan oleh para
pelajar. Perilaku tersebut lama-kelamaan akan menghapus sikap baik pada diri
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
disiplin, jujur, kasih sayang, tolong-menolong, tawaḍḍu’, adil, kerja keras, dan sebagainya.
Ada beberapa faktor sebagai penyebab kemerosotan akhlak bangsa
Indonesia tersebut. Di antaranya faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Peran
keluarga sangat penting dalam membina moral anak. Penanaman etika
seyogyanya diberikan oleh orang tua sejak anak masih kecil. Pandangan ini sesuai
dengan konsep Islam berdasarkan Hadis Nabi yang artinya "Rasulullah SAW.
berkata: “Suruhlah anakmu mendirikan salat ketika berumur tujuh tahun dan
pukullah mereka karena meninggalkannya ketika ia berumur sepuluh tahun (HR.
Tirmidzi) ('Isā, t.t., hal. 210). Hadis itu mengindikasikan bahwa pendidikan
akhlak seharusnya diberikan oleh orang tua sebagai penanggung jawab utama.
Namun pada kenyataannya, orang tua selalu lepas tangan terhadap akhlak
anak-anak mereka. Di sisi lain, para orang tua kebanyakan tidak dapat dijadikan contoh
teladan bagi anak-anaknya.
Pesantren merupakan salah satu sarana pendidikan formal yang dapat
memberikan perubahan pada tingkah laku anak namun belum berhasil secara
maksimal. Kenyataan ini disebabkan kurang tepatnya konsep pendidikan yang
diterapkan. Pendidikan secara umum belum mengacu kepada pembinaan akhlak
mulia sesuai dengan tujuan yang diharapkan agama Islam yaitu mengedepankan
kepribadian yang ideal menuju terbentuknya insān kāmil (Rahmat, 2010, hal. 1).
Adapun kepribadian yang dimaksud dalam tujuan pendidikan nasional telah
disebutkan untuk membentuk manusia seutuhnya, diantara indikatornya adalah
berakhlak mulia. Karakter berakhlak mulia yaitu mempunyai sikap dan prilaku
yang baik terhadap pencipta (khāliq), antar sesama manusia (makhlūq), dan lingkungan („ālam) (Mulyasa, 2012, hal. 248). Sementara itu pendidikan yang
diberikan di sekolah sebagian besar hanya mengedepankan perkembangan
kognitif siswa, yaitu bagaimana agar mereka mampu menguasai pengetahuan
tertentu pada setiap mata pelajaran yang diberikan tanpa menekankan aspek
perilaku mereka ke arah yang lebih baik. Di sisi lain, guru dan orang tua belum
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
bagi anak-anak dalam kehidupannya. Selain itu juga karena banyaknya pengaruh
dari kecanggihan teknologi sehingga tidak ada sekat antara ruang dan waktu
seperti media televisi, internet, media telekomunikasi dan lain sebagainya.
Jika mengacu pada tujuan pendidikan nasional UU No.20/2003 yaitu yang
dirumuskan sebagai berikut:
...berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dengan mengacu kepada ketentuan undang-undang di atas, seharusnya
pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan formal yang dapat membentuk
kepribadian siswa mampu memberikan pendidikan secara utuh. Pendidikan yang
dapat menyentuh aspek tingkah laku santri. Perilaku yang diharapkan menjadi
pembeda antara manusia yang terdidik dan tidak terdidik. Wujud perilaku yang
baik berdasarkan konsep Islam ialah berakhlak mulia. Perilaku berakhlak mulia
tidak hanya memberikan dampak positif terhadap kebaikan kehidupan di dunia
saja, namun dampak yang lebih berarti akan menjadikan pribadi tersebut
menadapatkan kebahagiaan hidup di akhirat kelak. Karena tujuan dari perilaku
akhlak mulia itu tidak hanya patuh terhadap peraturan yang ada, namun untuk
kepatuhan terhadap Allah melalui ajaran agama Islam.
Selanjutnya, masyarakat merupakan tempat dimana seseorang dapat
barnaung dengan memberikan pengaruh dan dipengaruhi oleh keadaan tersebut.
Jika diperhatikan kebanyakan pengaruh yang terlihat di masyarakat sangat
melekat pada kehidupan anak. Misalnya kebiasaan yang ada di masyarakat sangat
memicu anak untuk berbuat demikian. Sama juga halnya dengan pengaruh era
globalisasi sangat mendominasi kehidupan di masyarakat. Kebudayaan di
Indonesia banyak dipengaruhi oleh budaya barat yang berusaha mengedepankan
kebebasan dan anti agama, sehingga aturan agama dan norma-norma dalam
kehidupan selalu dilanggar.
Sebagai pendidik tentunya proses yang dapat dirubah adalah pola dalam
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
lebih baik pada lembaga pendidikan yang dapat mengedepankan terhadap akhlak
mulia. Salah satu upaya dalam penanaman akhlak mulia siswa adalah dengan
memuat mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah. Namun yang menjadi
kendala dalam pelajaran pendidikan agama Islam yang diberikan pada setiap
sekolah formal yang ada yaitu belum dapat memberikan kontribusi terhadap
penanaman akhlak mulia siswa secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yang menjadi penghambat, di antaranya adalah kurangnya jam
mata pelajaran pendidikan agama Islam dibandingkan dengan mata pelajaran yang
lain seperti matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosisal, bahasa
Inggris dan lain sebagainya. Selain itu, faktor lingkungan sekolah yang belum
mendukung terhadap penanaman akhlak mulia siswa karena kurangnya
pengawasan yang dilakukan oleh pihak sekolah yang hanya membebankan
masalah akhlak kepada guru agama saja. Selanjutnya, sebagian guru juga tidak
dapat menjadi contoh dalam tingkah laku mereka yang dapat dijadikan suri
teladan bagi siswa.
Oleh sebab itulah upaya yang patut dilakukan dalam penanaman akhlak
mulia dalam diri siswa diperlukan suatu konsep metode yang tepat. Disinilah letak
peran pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai konsep
terhadap penanaman akhlak mulia terhadap santri. Salah satu metode yang
dipergunakan dalam kehidupan di pesantren ialah pembiasaan hidup yang Islami.
Penggunaan metode ini sangat sederhana, namun akan membuahkan hasil yang
maksimal karena dengan pembiasaan akan menjadikan suatu kegiatan yang sering
diulang-ulang dalam perilaku siswa dan akan melekat dalam dirinya. Pembiasaan
yang dilakukan dalam bentuk praktek langsung dalam kehidupan siswa
membutuhkan pengawasan dan keteladanan dengan pengkondisian lingkungan
yang baik. Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan akhlak mulia,
dimana siswa terbiasa dengan kegiatan yang kemudian menjadi refleks ketika
akan melakukannnya. Sejalan dengan hal tersebut, penggunaan metode nasehat
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
yang menjadi kesadaran bagi setiap individu. Dengan demikian terbentuklah
kepribadian muslim yang sempurna.
Metode pembiasaan merupakan metode yang sudah tua dipergunakan
dalam dunia pendidikan, dimana dalam pembiasaan tersebut dilakukan kegiatan.
Dalam pembiasaan kegiatan yang dilakukan secara langsung dan tidak sekedar
latihan praktek simulasi semata-mata (Syahidin, 2009, hal. 138). Artinya santri
diajak mengamalkan atau mengerjakan suatu kegiatan yang baik. Karena
pembentukan tingkah laku tidak bisa hanya diberikan berdasarkan pemahaman
saja, melainkan lebih mengarah kepada rutinitas kegiatan yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari. Kegiatan yang menjadi rutinitas tersebut akan meresap
kedalam jiwa dan berkesan dalam pikiran untuk senantiasa melakukannya
menjadi sebuah kebiasaan. Jika yang dilakukan itu merupakan kegiatan yang
positif ataupun negatif, maka akan membuat pelakunya senang mengerjakannya.
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang di dalamnya
terdapat proses pemahaman, penghayatan, dan pengamalan agama Islam
(Abdurrachman, 2002, hal. 86). Dilakukan pendidikan dan pengajaran di
dalamnya, dimana para santri yang belajar menimba ilmu pengetahuan langsung
mendapatkan pengawasan selama 24 jam dari para ustaz dan Kiyai 1. Dengan
pengawasan yang dilakukan di pondok pesantren menjadikan para santri
diarahkan terbiasa melakukan kegiatan yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
Aturan agama tidak hanya dipelajari dalam kelas saja, namun lebih ditekankan
dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kehidupan pondok
pesantren. Selain itu, di pondok pesantren terdapat kegiatan yang menjadi rutinitas
santri, baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat mengarah kepada
terbinanya akhlak mulia.
Salah satu pondok pesantren yang menerapkan konsep metode pembinaan
akhlak mulia dalam bentuk pengajaran dan pendidikan yang dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari adalah pesantren modern Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa
Barat. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitiannya pada pesantren tersebut.
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat ditarik kesimpulan tentang
masalah yang menjadi fokus pada penelitian ini yaitu mengenai metode
pembinaan akhlak mulia yang ada di lembaga pendidikan masih belum jelas.
Sehingga perlu digali dari tentang metode yang dimiliki pesantren Al-Ishlah Tajug
Indramayu Jawa Barat.
C.Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka secara
umum penelitian ini ingin menggali “bagaimana metode pembinaan akhlak mulia
di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat?”. Kemudian untuk
memudahkan peneliti dalam melakukan penelitiannya, maka dari rumusan
masalah tersebut dibuat beberapa pertanya penelitian yaitu yang dirinci sebagai
berikut:
1. Apa makna metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug
Indramayu Jawa Barat?
2. Apa tujuan metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug
Indramayu Jawa Barat?
3. Apa jenis metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug
Indramayu Jawa Barat?
4. Apa dasar-dasar metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah
Tajug Indramayu Jawa Barat?
5. Apa prinsip-prinsip metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah
Tajug Indramayu Jawa Barat?
D.Tujuan Penelitian
Adapaun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui konsep metode
pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat,
yang menyangkut hal-hal sebagai berikut:
1. Makna metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
2. Tujuan metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug
Indramayu Jawa Barat.
3. Macam-macam metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug
Indramayu Jawa Barat.
4. Dasar-dasar metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug
Indramayu Jawa Barat.
5. Prinsip-prinsip metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug
Indramayu Jawa Barat.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu
suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong,
2003, hal. 4). Untuk lebih lengkapnya tentang metode penelitian ini akan
dijelaskan pada bab 3 dalam tesis ini.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dipandang dari dua sisi, yaitu dari
sisi teoritis dan praktis. Penjelasan mengenai manfaat tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan bagi
setiap pembaca, khususnya bagi para mahasiswa jurusan PAI dan umumnya bagi
para pendidik dan tenaga kependidikan terkait gambaran tentang metode
pembinaan akhlak mulia bagi peserta didik.
2. Secara praktis
a. Dapat dijadikan umpan balik (feedback) bagi setiap pengelola lembaga
pendidikan, khususnya pada jenjang SLTP dan SLTA mengenai tentang
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
b. Penelitian ini juga bisa menjadi landasan dasar dalam mengimplementasikan
metode pembinaan akhlak mulia bagi peserta didik.
G.Struktur Organisasi Tesis
Untuk mempermudah pemahaman terhadap penulisan tesis ini, maka
dibuat struktur organisasi tesis yang akan di paparkan berdasarkan beberapa bab
yang ada. Gambaran tesis ini terdiri dari lima bab, yaitu:
Bab I berisikan pendahuluan, mencakup beberapa subbab, antara lain
meliputi latar belakang, identifikasi masalah, definisi operasional, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.
Bab II membahas tentang kajian pustaka yang terdiri dari beberapa sub
bab, yang antara lain ialah konsep metode pembinaan akhlak mulia yang meliputi
Pengertian metode pembinaan akhlak mulia, landasan metode pembinaan akhlak
mulia, prinsip-prinsip metode pembinaan akhlak mulia, tujuan metode pembinaan
akhlak mulia, faktor yang mempengaruhi akhlak mulia, ruang lingkup akhlak
mulia, macam-macam metode pembinaan akhlak mulia.
Bab III menjelaskan tentang metode penelitian yang meliputi beberapa
subbab, yaitu tentang metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, desain
penelitian, instrumen penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,
dan teknik analisa data.
Bab IV merupakan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan yang
terdiri dari beberapa subbab, yaitu tentang pemaparan data (hasil penelitian),
pembahasan data (pembahasan hasil penelitian), dan temuan penelitian.
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Sebuah penelitian dikatakan memenuhi kaedah ilmiah harus memperhatikan
prosedur dan aturan yang berlaku. Prosedur dan aturan yang berlaku mencangkup
penggunaan metode yang tepat. Sehingga dengan penggunaan metode yang tepat
diharapkan hasil penelitian nantinya akan menjadi penelitian yang ilmiah, logis,
sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode penelitian
adalah sebagai cara untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Hal ini sejalan
seperti yang diungkapkan Sugiyono (2013, hal. 18), metode penelitian merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Oleh karena itu peneliti berusaha mengambil metode yang sesuai dengan
permasalahan yang diteliti. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif, yaitu
suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data
tertulis/lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2003,
hal. 4).
Penelitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana
suatu kejadian dan melaporkan hasil apa adanya. Melalui penelitian ini,
diharapkan terungkat gambaran mengenai metode pembinaan akhlak mulia di
Pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat.
B.Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa
Barat. Diketahui bahwa pesantren tersebut sangat unggul dalam pembinaan
santrinya dengan mengutamakan terhadap pembinaan akhlak mulia, sehingga
banyak orang yang berminat untuk memasukkan anak mereka dari berbagai
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
peneliti tertarik untuk menggali lebih mendalam tentang metode yang diterapkan
di pesantren tersebut.
Untuk menggali mengenai metode pembinaan akhlak mulia dilakukan
pada subjek yang berkaitan. Subjek penelitian merupakan suatu sumber tempat
diperolehnya keterangan dalam penelitian atau dengan kata lain sebagai seseorang
atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan (Amirin, 1999, hal.
92-93). Dalam penelitian ini, penulis memilih Kiyai/pimpinan pesantren (KH.
Imam Mawardi Hakiem) sebagai subyek penelitian (elit responden) yang akan
diambil data darinya terkait dengan fokus penelitian ini, sebab seorang Kiyai
sebagai tokoh sentral di pondok pesantren sekaligus sebagai konseptor bagi
kegiatan yang ada di dalamnya. Di samping itu, untuk memperkuat data yang
diperoleh maka peneliti menggunakan sumber lain yang berkembang sesuai
dengan kebutuhan di lapangan.
C.Desain Penelitian
Penelitian ini bergerak dari latar belakang masalah yang ada yaitu
terjadinya dekadensi moral pada akhlak siswa. Adapun masalah yang perlu diteliti
adalah terkait metode pembinaan akhlak mulia. Penelitian ini bertolak dari
konsep-konsep yang berlaku tentang metode pembinaan akhlak mulia (Alquran
dan Hadis, UU SISDIKNAS no. 20 Tahun 2003 serta teori-teori yang
berhubungan dengan pembentukan akhlak mulia) yang dijadikan pijakan dalam
menganalisa permasalahan yang dikembangkan. Penelitian ini bertujuan
menemukan konsep metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug
Indramayu Jawa Barat. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan di antaranya adalah: 1) Wawancara 2) Observasi 3) Dokumentasi. Dari
data yang diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik tersebut, selanjutnya
adalah menganalisa data dengan beberapa tahapan yaitu: 1) Reduksi data 2)
Member check 3) Display data 4) Pengambilan keputusan. Sehingga dari analisis
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
tersebut ditarik kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi yang dijadikan produk
penelitian berupa kebijakan tentang metode pembinaan akhlak mulia.
Untuk mempermudah dalam memahami penjelasan di atas, maka dapat
dilihat seperti gambar di bawah ini:
Gambar 1. Desain Penelitian
Analisa Data
(Mereduksi Data, Member Check, Display Data, Pengambilan Keputusan)
Teknik Pengumpulan Data (Wawancara, Observasi, Dokumentasi)
Metode yang dipakai (Deskriptip kualitatif) Data Yang Harus Diperoleh (Konsep Metode Pembinaan Akhlak Mulia)
Latar Belakang Masalah (Dekadensi Moral Tentang Akhlak Siswa)
Masalah Yang Perlu Diteliti (Konsep Metode Pembinaan Akhlak Mulia)
Landasan Teori Penelitian
(Al-Qur’an dan Hadis, UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, Teori Pembentukan Akhlak Mulia)
Temuan Penelitian
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
D.Definisi Operasional
Definisi operasional penelitian merupakan salah satu tahapan dalam
penelitian. Tahapan ini dilakukan untuk mengoperasionalisasi atau menjelaskan
makna yang terkandung dari setiap variabel yang dikembangkan dalam sebuah
penelitian agar sesuai dengan maksud dan keinginan peneliti terkait permasalahan
yang akan digali. Hal ini sejalan dengan pendapat Rahmat (0229, hal. 12) yang
mengatakan bahwa operasionalisasi adalah sebagai kegiatan mengukur konsep
yang abstrak menjadi konstruk yang dapat diukur. Konsep itu sendiri diartikan
sebagai abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Bila
konsep ini secara sengaja dan secara sadar dibuat serta dipergunakan untuk tujuan
ilmiah, maka disebut konstruk. Dengan perkataan lain, konstruk adalah konsep
yang dapat diamati dan diukur.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep yang harus
dioperasionalisasikan sehingga konsep tersebut dapat diamati dan dapat diukur.
Konsep-konsep yang harus dioperasionalisasikan tersebut meliputi konsep
mengenai metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug.
“Metode” yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara yang digunakan dalam membina akhlak santri.
“Pembinaan akhlak mulia” yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses pembentukan mental (kepribadian) santri ke arah yang lebih baik
(sikap dan perilaku).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode pembinaan akhlak mulia
dalam penelitian ini adalah cara yang digunakan dalam proses pembentukan
mental (kepribadian) santri ke arah yang lebih baik, dari sikap maupun perilaku.
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen utamanya adalah seorang
peneliti sendiri. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam melakukan
penelitiannya maka peneliti berparsipasi secara langsung yaitu ikut berperan serta
pada penelitian yang dilakukan (Tohirin, 2012, hal. 62). Dengan peneliti sebagai
instrumen, penelitian dimungkinkan dapat memperoleh hasil yang lebih maksimal
dalam penelitiannya. Peneliti secara langsung mewawancarai, mengamati
Kiyai/pimpinan pondok pesantren yang menjadi subyek dalam penelitiannya.
Selain itu, peneliti juga mencari informasi dari berbagai pihak yang terkait dengan
kebutuhan data penelitian tersebut sebagai triangulasi, seperti bagian pengasuhan
santri, dan ustaz sebagai pengurus organisasi.
F. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai segala hal yang
berkaitan dengan tujuan penelitian. Dengan demikian tidak segala informasi atau
keterangan merupakan data. Untuk itu, hanya sebagian saja dari informasi yakni
yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis data
kualitatif. Karena data yang diperoleh tersebut dapat diukur secara tidak langsung,
artinya tidak menggunakan angka melainkan menggunakan kata-kata atau kalimat
(Hadi, 1995, hal. 66).
Karena pembicaraan berkisar soal penelitian maka selalu dipergunakan
dengan istilah data untuk menyebut informasi (keterangan dari segala sesuatunya).
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis data, yaitu:
a. Data primer. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti
dari sumber pertamanya (Suryabrata, 1998, hal. 84). Data tersebut diperoleh
dari yang bersangkutan, yaitu segala ucapan dari wawancara terhadap
pimpinan pesantren (KH. Imam Mawardi Hakim), sebagai penentu kebijakan
dalam kegiatan pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
b. Data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti
sebagai penunjang dari sumber pertama (Suryabrata, 1998, hal. 85). Data ini
berupa kata-kata selain dari sumber pertama, dokumen-dokumen, dan
observasi, yang kesemuanya itu dapat memperjelas pemahaman peneliti terkait
dengan kegiatan pembinaan akhlak mulia yang dilakukan di pesantren
Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat.
2. Sumber data
Sumber data yaitu dari mana data dapat diperoleh, pada penelitian ini
penulis menggunakan sumber data berupa person, place, dan paper (Arikunto,
1998, hal. 114).
a. Person merupakan sumber data yang biasa memberikan data berupa jawaban
lisan melalui wawancara. Dalam hal ini penulis mendapatkan data-data atau
informasi tentang gambaran umum objek penelitian di Pondok Pesantren
Al-Ishlah. Dari Pimpinan Pondok Pesantren (kiyai), bagian pengasuhan Santri
Pondok Pesantren, ketua organisasi santri ponpes, bagian administrasi
pesantren Al-Ishlah Tajug, karena para nara sumber tersebut sangat penulis
butuhkan guna kelancaran tesis ini.
b. Place merupakan sumber data yang bisa menyajikan tampilan berupa keadaan,
dengan penggunaan metode observasi di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu
Jawa Barat, seperti letak geografis, asrama, ruang pimpinan pondok, ruang
guru dan tata usaha, keadaan belajar, dan lain sebagainya.
c. Paper merupakan sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,
angka, gambar atau simbol lainnya yang ada di Pondok Pesantren Al-Ishlah
Tajug Indramayu Jawa Barat, misalnya struktur organisasi, data santri, data
guru dan sebagainya yang dapat memberikan informasi terkait dengan
keperluan penelitian.
Ahmad Sahmir, 2015
METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Untuk memperoleh informasi yang jelas, tepat dan lengkap maka
digunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data. Adapun teknik tersebut
antara lain, sebagai berikut:
a. Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara
cermat dan sistematik (Nasution, 1996, hal. 106). Jadi dalam penelitian ini
penulis melakukan pengamatan secara langsung mengenai kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh pihak yang berkaitan dan mengenai pandangan secara
umum tentang konsep metode pembinaan akhlak mulia di lingkungan
Pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat, perangkat-perangkat lainnya
yang berkaitan dengan aktifitas tersebut dalam implementasinya. Adapun
observasi tersebut dilakukan pada beberapa tempat yang ada di pesantren,
seperti di tempat ibadah (masjid), di asrama (kamar tempat tinggal santri), di
bagian tertentu ketika melakukan hukuman, dan di lingkungan sekitar tempat
yang menjadi kegiatan santri dan ustaz.
b. Interview (Wawancara) yaitu salah satu cara pengumpulan informasi dengan
tanya jawab secara bertatap muka dengan responden (Arsyad, 1995, hal. 96).
Dalam penelitian ini, penulis mengadakan wawancara (interview) secara
langsung maupun tidak langsung kepada pihak-pihak terkait dengan keperluan
untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat. Wawancara dalam
pengumpulan data ini penulis ajukan kepada Pimpinan Pesantren Al-Ishlah
Tajug Indramayu Jawa Barat, bagian pengasuhan santri, dan ustaz di Pesantren
Al-Ishlah Tajug Indramayu. Tujuan digunakannya teknik wawancara ini adalah
untuk memperoleh informasi mengenai metode pembinaan akhlak mulia di
pesantren tersebut.
c. Dokumentasi yaitu Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah
pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen, dan data yang
diteliti tersebut dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi,
akan tetapi hal ini juga dengan cara mencari data mengenai hal-hal berupa
catatan, buku, surat kabar, majalah, notulen hasil rapat, agenda dan sebagainya