No.Daftar FPIPS : 2162/UN.40.2.5.1/PL/2014
PENGELOLAAN KAMPUNG BANCEUY SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI KABUPATEN SUBANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata
Program Studi Manajemen Resort & Leisure
Oleh:
BONITA 1005581
PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
No.Daftar FPIPS : 2162/UN.40.2.5.1/PL/2014
Pernyataan
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Bonita 2014
Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
No.Daftar FPIPS : 2162/UN.40.2.5.1/PL/2014
LEMBAR PENGESAHAN
BONITA
1005581
PENGELOLAAN KAMPUNG BANCEUY SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI KABUPATEN SUBANG
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I
Prof.Dr.WanjatKastolani, M.PD
NIP: 1962051 2198703 1 002
Pembimbing II
Rosita, SS.,MA
NIP : 1978101 9200604 2 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Manajemen Resort & Leisure
Fitri Rahmafitria, SP.,M.Si.
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN………...………... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Definisi Operasional………...5
F. Sistematika Penulisan……….6
G. Desain Penelitian………7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A.Pariwisata dan Kepariwisataan... 8
B.Jenis Objek Wisata dan Pariwisata ... 9
C.Sarana dan Prasarana Pariwisata ... 10
D.Desa Wisata ... 14
1.Kiteria Desa Budaya………....21
E.Wisata Budaya ... 23
F.Pengelolaan Pariwisata ... 27
1.Kriteria Pengelolaan Obyek Wisata ... 27
G. Community Based Tourism ... 31
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
I.Desain Penelitian ... 38
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
A. Lokasi Penelitian ... 32
B. Metode Penelitian ... 35
C. Populasi dan Sampel ... 36
D. Variabel Penelitian ... 37
E. Instrumen Penelitian ... 40
F. Teknik Penentuan Narasumber ... 40
G. Teknik Pengumpulan Data ... 41
H. Teknik Pengolahan Data ... 42
I. Prosedur Penelitian ... 45
J. Pengujian Keabsahan Data ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49
A. Hasil Penelitian ... 49
1.Gambaran Umum Kampung Adat Banceuy ... 49
2.Sejarah Singkat………....50
3.Potensi dan Daya Tarik Wisata ... 53
4.Sarana dan Prasarana yang ada di Kampung Adat Banceuy... 64
5.Sistem Kepengurusan ... 69
B.Pembahasan ... 74
C. Upaya Perbaikan Penglolaan Kampung Banceuy ... 81
D. Konsep Pariwisata Berkelanjutan... 85
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 88
A.Kesimpulan ... 88
B.Rekomendasi ... 91
Daftar Pustaka………...…
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel Halaman
2.1Standar Kelayakan Menjadi Daerah Tujuan Wisata ... 13
2.2Kriteria Desa Budaya ... 19
3.1 Variabel Penelitian ... 38
4.1 Standar Kelayakan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata ... 62
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Kerangka Pemikiran ... 38
3.1 Komponen dan Analisis Data... 43
4.1 Sesajen dalam upacara Ruwatan Bumi ... 54
4.2 Upacara Hajat Wawar ... 55
4.3 Mitembeyan ... 55
4.4 Upacara Hajat Solokan ... 56
4.5 Kesenian Gembyung ... 58
4.6 Curug Bentang ... 62
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Pedoman Wawancara ... 93
Lampiran 2 Laporan Hasil wawancara ... 97
Lampiran 3 Foto Dokumentasi Penelitian... 108
Lampiran 4 Surat Penelitan ... 111
Lampiran 5 Buku Bimbingan ... 112
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 “PENGELOLAAN KAMPUNG BANCEUY SEBAGAI WISATA BUDAYA
DI KABUPATEN SUBANG”
Bonita 1005581 ABSTRAK
Kampung Banceuy merupakan salah satu obyek daya tarik wisata budaya yang ada di Kabupaten Subang. Dengan kekayaan alam dan potensi wisata dalam kebudayaan yang dimiliki Kampung Banceuy merupakan salah satu aset yang harus dikelola dengan baik agar mampu memberikan kotribusi terhadap pendapatan daerah. Permasalahan yang dihadapi yaitu manajemen pengelolaan yang belum terencana dan terstruktur dengan baik. Selain itu kurangnya sumber daya manusia yang berkompeten dalam bidang pariwisata yang menyebabkan pengelolaan Kampung Banceuy terhambat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi pengelola dan memberikan upaya-upaya perbaikan terhadap pengelolaan Kampung Banceuy. Penelitian kualitatif analisis deskriptif. Populasi penelitian ini menggunakan social situation terdiri dari tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), aktivitas (activity) yang ada di Kampung Banceuy. Hasil observasi ini peneliti menganalisa beberapa kendala yang dihadapi pengelola dengan aspek manajemen pengelolaan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelakasanaan, pengawasan dan unsure-unsur manajemen yang mempengaruhinya yaitu men/women, materials, machines, methods, markets, dan money. Setelah itu peneliti memberikan saran dengan menyusun perbaikan pengelolaan yaitu dengan meningkatkan kualitas SDM dan perencanaan strategis mengenai pengelolaan yang efektif dan efisien.
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
“MANAGEMENT OF KAMPUNG BANCEUY AS A CULTURAL TOURISM
IN SUBANG REGENCY” Bonita
1005581 ABSTRACT
Kampung Banceuy is one of the cultural tourist attraction in Subang Regency. The wealth of natural and cultural tourism potential owned by Kampung Banceuy is in an asset must be managed properly in order to be able in contributing to the local revenue. The problem faced in Kampung Banceuy by the management has not planned well structured. In addition the lack human resources who competent in tourism led the management of Kampung Banceuy inhibited. The purpose of this research to identify the problem faced by management and suggest some efforts for the management to solve the problem. This research using “social
situation” as the population, it consists of three elements: place, actors, and
activity that found in Kampung Banceuy. The research analyzed the result of several observational constraint faced by management include planning, organizing, implementation and controlling . Management elements that can influence the men/women, materials, methods, machines, money and markets. After the researchers develop a strategy to improve the management of superior management of existing
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan merupakan
andalan utama pengahasil devisa di berbagai negara, kegiatan pariwisata juga
tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Indonesia merupakan negara kepulauan
yang terdiri atas kurang lebih 17.508 pulau yang mencakup wilayah yang luasnya
lebih dari 1,9 juta km dan dua pertiganya merupakan wilayah perairan.Kondisi
geografis yang demikian memberikan peluang yang besar bagi upaya
pembangunan ekonomi suatu negara. Indonesia memiliki sumber daya yang
beranekaragam dan mempunyai unsur-unsur keindahan alam (natural beauty), keaslian (originality), kelangkaan (scarcity), dan keutuhan (wholeness) dan diperkaya dengan kekayaan alam berupa keanekaragaman flora dan fauna,
ekosistem, serta gejala alam. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam
kebudayaan dan kesenian yang berbeda antar daerah satu dengan daerah lainnya.
Seni dan budaya merupakan hasil karya manusia yang diperoleh dari ekspresi
jiwa, rasa, dan cipta masyarakat. Seni dan budaya erat kaitannya dengan
pariwisata. Dimana seni dan budaya dapat memperkokoh pariwisata sehingga
dapat menjadi potensi yang luar biasa hingga dapat menarik wisatawan. Dalam
kegiatan pariwisata budaya terdapat sepuluh elemen budaya yang bisa menjadi
daya tarik wisata yakni ; kerajinan, tradisi, sejarah dari suatu tempat, arsitektur,
makanan lokal/tradisional, seni dan musik, cara hidup masyarakat, agama, bahasa,
pakaian tradisional (Shaw dan William:1997, hlm 78). Dengan seni dan budaya
yang beragam ditambah dengan keindahan alam Nusantara itu semua dapat
dijadikan aset yang berharga bagi kemajuan pariwisata di Indonesia Selain
2
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wisata budaya juga diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya memelihara warisan budaya dari para leluhur.
Jawa Barat merupakan daerah yang mayoritas bersuku sunda, dimana budaya
sunda merupakan warisan budaya dari leluhur kita sejak dulu. Kebudayaan suku
sunda bermacam-macam, sebut saja tari jaipongan, Singa depok, Wayang Golek,
dan masih banyak lagi. Kebudayaan tersebut merupakan potensi wisata yang
cukup menjanjikan, terutama bagi wisatawan asing yang sangat tertarik dengan
kebudayaan Indonesia. Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah di Jawa
Barat yang berada didaerah pantai utara. Wilayah Kabupaten Subang luasnya
2.051,76 km2.. Kondisi geografis terdiri dari dua wilayah, yaitu di utara
merupakan dataran rendah yang langsung mengarah ke Laut Jawa dan wilayah
selatan yang merupakan dataran tinggi gunung. Wilayah utara cenderung
merupakan kawasan sentra perdagangan. Hal ini disebabkan karena wilayah
tersebut dilintasi jalur pantura yang merupakan salah satu jalur paling sibuk di
Pulau Jawa, sedangkan Wilayah selatan merupakan sentra perekonomian yang
berbasis pada sektor agraris terdapat area perkebunan seperti karet dan teh.
Wilayah selatan Subang juga merupakan kawasan wisata khususnya wisata alam
yang didukung wisata agro. Diantaranya perkebunan teh di daerah Ciater, terdapat
objek wisata sumber air panas. Selain itu juga terdapat wisata alam air terjun yaitu
Cijalu dan Cileat yang terdapat di daerah Sagalaherang. Selain wisata alam,
daerah Subang selatan juga memiliki aset warisan budaya diantaranya ziarah
makam Arya Wangsa Goparana di Desa Sagalaherang kemudian Kampung
Banceuy yang memiliki potensi sebagai obyek daya tarik wisata di Kabupaten
Subang.
Diambil dari (culturefrombanceuy.blogspot.com) Kampung Banceuy
merupakan salah satu daerah yang terdapat diwilayah Subang Selatan tepatnya di
Desa Sanca Kecamatan Ciater Kabupaten Subang dan hanya berjarak ± 10 km
dari kawasan wisata Ciater. Pada Tahun 1999 Kampung Banceuy Kecamatan
Ciater Kabupaten Subang yang dijadikan situs kepurbakalaan oleh pemerintah
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hal ini dibuktikan dengan adanya pemasangan plang dipintu masuk Kampung
Banceuy, dengan mengacu kepada UU No.5 Tahun 1992 tentang benda cagar
budaya dengan ketentuan pidana pasal 26 dengan tujuan untuk melestarikan benda
cagar budaya. Kampung Banceuy memiliki potensi yang sangat besar sebagai
kawasan wisata yang berbasis kampung budaya karena kondisi alam yang asri dan
alami terdiri dari pegunungan dan terletak dilembah gunung Tangkuban Perahu.
Kehidupan masyarakatnya yang masih menjunjung tinggi adat istiadat juga
merupakan daya tarik wisata Kampung Banceuy sebagai wisata budaya . Selain
itu sebelum sampai ke Kampung Banceuy melewati objek daya tarik wisata Curug
Bentang dimana pengunjung dapat menikmati pemandangan perkebunan dan
sawah milik warga. Tata cara hidup yang masih tradisional yang ada di desa
tersebut bisa dijadikan sebagai objek daya tarik wisata. Keberadaan Kampung
Banceuy merupakan pola perkampungan yang mencerminkan satu kesatuan yang
utuh yang satu sama lain ditampilkan melalui formasi dan komposisi rumah,
rumah yang berdekatan, dengan memusat (bertitik pusat) kepada satu bangunan
milik orang yang dipertuakan di Kampung itu, orangnya disebut sesepuh. Pola
kampung secara keseluruhan terdiri dari rumah-rumah yang berhubungan dengan
fasilitas yang mencerminkan pola hidup harmonis dalam kesatuan lingkungan,
sehigga merupakan perpaduan antara aspek-aspek yang keramat (sacral) dan lingkungan yang tetap terpelihara dalam suasana silih asah, silih asih dan silih asuh sebagai satu konsep saling menyayangi diantara keluarga, kerabat dan paling utama cerminan gotong royong masyarakat dalam segala bentuk perilaku
dan kehidupan. Harmonisasi dan pengembangan kehidupan sosial, ekonomi dan
budaya dan lingkungan dalam pola perkampungan.Pola perkampungan tersebut model dari masyarakat sunda artinya, keberadaanya cukup representatif guna
mewakili tata kehidupan orang sunda masa silam dan dapat memberikan
pemahaman atas sejumlah adat istiadat, kepercayaan, sistem kepemerintahan,
kesenian, teknologi, dan aspek kehidupan masyarakat sunda lainnya.
Hasil observasi di lapangan dengan segala kekayaan budaya dan potensi wisata
4
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wisata budaya di Kabupaten Subang, pengunjung yang datang juga cukup banyak
sekitar 50-100 orang setiap bulan ada yang mengunjungi Kampung
Banceuy(menurut hasil wawancara) yang datang ke Banceuy biasanya rombongan
dari sekolah yang bertujuan study tour atau biasanya rombongan klub motor trail
yang datang ke Banceuy untuk menguji nyali di trek tanah yang memang cocok
untuk pengguna motor trail. Hanya saja Kampung Banceuy kurang dikelola
dengan baik, sistem pengelolaan yang belum terstruktur dan terorganisasi, dan
sarana prasarana yang kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan wisatawan
yang datang ke Banceuy sehingga pengunjung yang datang tidak selalu ada setiap
harinya tidak seramai tempat wisata lainnya contohnya saja Ciater.
Aspek pengelolaan yang terdiri atas perencanaan, penggorganisasian,
penggunaan, dan pengawasan Kampung Banceuy diharapkan dapat membantu
pembangunan Kampung Banceuy sebagai kawasan wisata budaya di Kabupaten
Subang dan mendatangkan wisatawan lebih banyak lagi. Karakteristik
pengelolaan Kampung Adat pada umumnya berbasis pada wisata terpadu dengan
memanfaatkan peninggalan budaya dan potensi alam. Selain itu pola
pengembangan Community Based Tourism sangat cocok untuk pola pengembangan dikawasan pedesaan sebagai obyek daya tarik wisata karena
semua aktivitas dalam kegiatan pariwisata melibatkan masyarakat sekitar. Budaya
dan alam merupakan dua hal yang selalu mengusik rasa keingintahuan manusia.
Rasa ingin tahu mendorong seseorang untuk mengadakan perjalanan (Pendit,
1994; hlm 217-218). Konsep pengelolaan tersebut bisa dijadikan sebagai acuan
dalam mengelola Kampung Banceuy sebagai wisata budaya di Kabupaten Subang
agar terwujudnya desa budaya ideal yang dapat memberikan kontribusi terhadap
masyarakat sekitar sekaligus upaya dalam pelestarian benda cagar budaya. Maka
dari itu peneliti perlu melakukan penelitian sebagai berikut “Pengelolaan
Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya di Kabupaten Subang”
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Daya tarik apa saja yang ada di Kampung Banceuy sebagai wisata budaya?
2. Kendala apa saja yang dihadapi Kampung Banceuy dalam pengelolaan
Kampung Banceuy sebagai wisata budaya di Kabupaten Subang?
3. Bagaimana upaya memperbaiki pengelolaan yang ada di Kampung Banceuy?
C.Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi daya tarik wisata yang ada di Kampung Banceuy sebagai
wisata budaya di Kabupaten Subang
2. Menganalisis kendala-kendala yang dihadapi dalam pengelolaan yang terjadi di
Kampung Banceuy
3. Menyusun upaya-upaya perbaikan pengelolaan yang ada di Kampung Banceuy
agar wisata budaya berkelanjutan yang aman, nyaman, selaras dan serasi antara
sarana dan prasarana, penduduknya, dan pengunjung/wisatawan yang datang.
D.Manfaat Penelitian
Data dan informasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
salah satu masukan dalam penentuan pengambilan kebijakan pengelolaan
Kampung Banceuy sebagai Kawasan Wisata Budaya bagi pihak pengelola
yaitu penduduk Kampung Banceuy. Selain itu juga diharapkan pengelolaan
yang sesuai dan efektif mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sekitar dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat dalam
penyelenggaraan pengelolaan.
E.Definisi Operasional
1. Pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan yang bertujuan menggali
dan memanfaatkan segala potensi-potensi yang dimiliki secara efektif untuk
6
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Kawasan wisata adalah suatu kawasan yang mempunyai luas tertentu yang
dibangun dan disediakan untuk kegiatan pariwisata
3. Desa wisata biasanya berupa kawasan yang memiliki kawasan karakteristik
khusus yang layak untuk dijadikan daerah tujuan wisata.Penduduk yang
memiliki budaya dan tradisi yang relative masih asli, selain itu faktor
pendukung seperti makanan khas, sistem pertanian dan sistem sosial ikut
mewarnai sebuah kawasan desa wisata.
4. Wisata budaya merupakan perjalanan wisata dengan tujuan mengenali hasil
kebudayaan setempat seperti: upacara adat, seni pertunjukkan adat,
ritual-ritual, peninggalan nenek moyang dan lain sebagainya.
5. Sistem pengelolaan desa wisata adalah kelembagaan yang telah terbentuk yaitu
kelompok desa wisata, menata operasionalnya: produk wisata yang ditawarkan,
penyediaan fasilitas, sistem pemasaran.
6. Strategi pengembangan CBT adalah cara atau metode yang dapat dipakai sebagai acuan dalam mengelola Kampung Banceuy sehingga dapar
berkelanjutan dan memberdayakan masyarakat.
F. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Berisi mengenai latar belakang masalah yang menjadi alasan pengambilan
kajian tentang “Pengelolaan Sarana prasarana Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya.Agar kajian tersebut lebih terfokus, maka dibuat
rumusan masalah.Dalam bab ini juga dipaparkan tentang tujuan penulisan yang
ingin dicapai dari penelitian ini.
BAB II Tinjauan Pustaka
Berisi tentang penjabaran mengenai literatur yang digunakan dan mendukung
terhadap permasalahan yang dikaji.Literatur-literatur oleh penulis sebagai
tinjauan kepustakaan yang berhubungan dengan kajian pariwisata.
BAB III Metode Penelitian
Berisi mengenai metode dan teknik penelitian digunakan untuk mencari
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang akan digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu metode penelitian
yang bertujuan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi saat ini,
kemudian data tersebut dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dan dianalisis
dengan memaparkan suatu keadaan yang terjadi pada saat sekarang serta
menjelaskan setiap variabel yang diteliti.Sedangkan teknik penulisan penulis
menggunakkan cara observasi, wawancara, dan studi literatur.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam bab ini diuraikan mengenai hal-hal yang berrhubungan dengan hasil
penelitian yang diperoleh penulis.Secara garis besar, bab ini menguraikan
kondisi sarana prasarana yang ada di Kampung Banceuy, kendala dalam
mengelola sarana prasarana serta upaya perbaikan dalam pengelolaan sarana
prasarana Kampung Banceuy
BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi
Pada bab ini disajikan penafsiran atau pemaknaan penelitian secara terpadu
semua hasil penelitian yang telah diperoleh tentang kesimpulan menegnai
“Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasam Wisata Budaya di
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kampung Adat Banceuy tepatnya di Desa Sanca
Kecamatan Ciater Kabupaten Subang. Kampung Adat Banceuy termasuk kedalam
wilayah administratif Desa Sanca, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang. Provinsi
Jawa Barat. Jarak dari jalan raya Cisalak ±10 km. Lokasi penelitian diperlukan
kendaraan pribadi untuk mencapai objek wisata dikarenakan tidak adanya
transportasi umum yang melewati Kampung Adat Banceuy. Satu-satunya yang
ada adalah ojeg yang tadinya dipergunakan membawa masyarakat ke Kota, tetapi dikarenakan saat ini hamper seluruh warga Desa Sanca memiliki kendaraan
bermotor, ojeg sudah jarang sekali dipergunakan.
Gambar 3.1 Lokasi Kampung Banceuy
Sumber:google earth
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
±8km. Jarak tempuh dari Kabupaten Subang adalah ±23km. Jarak dari Ibukota
Provinsi Jawa Barat adalah ±50 Km. Sedangkan jarak tempuh dari Ibukota Negara
Jakarta adalah ±183 Km. Luas Kampung Adat Banceuy adalah ±154 hektar,
dengan batas-batas desa sebagai berikut:
Utara = Sawah Tegalmalaka (Dusun Ciwirangga)
Selatan = Cipadaringan (Desa Cibitung)
Barat = Kampung Pangkalan
Timur = Sungai Cipunagara (Desa Pasanggrahan Kecamatan
Kasomalang)
B.Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut (Sugiono: 2013,
hlm 15), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositifsime, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, pengambilan sample sumber dan data dilakukan secara
purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi
(gabungan) analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan pada makna daripada generalisasi. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif pendekatan kualitatif.
Analisis .Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. (Sujana dan
Ibrahim dalam Sugiyono:2013 hlm 26).Metode deskriptif pendekatan kualitatif
bertujuan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi saat ini, kemudian data
tersebut dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dan dianalisis dengan memaparkan
suatu keadaan yang terjadi pada saat sekarang serta menjelaskan setiap variable
yang diteliti.Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan
menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau
kelompok tertentu (Melly G.Tan (dalam Sugiyono:2013 hlm 45) Metode
penelitian deskriptif memiliki dua ciri pokok : 1).Memusatkan perhatian pada
41
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masalah yang bersifat aktual.2).Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang
diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional. Metodologi
penelitian merupakan suatu hal yang penting dalam melakukan suatu penelitian,
dengan menggunakkan suatu metode dalam penelitian maka akan dapat
mendeskripsikan sumber data yang diperlukan sehingga dapat merumuskan dan
memecahkan permasalahan yang ada dalam suatu penelitian. Penelitian deksriptif
melalui pendekatan kualitatif dianggap tepat untuk mengkaji perilaku pencarian
informasi dikarenakan beberapa hal :
a).Tujuan penelitiannya adalah mengungkapkan fakta kehidupan sehari-hari
informan
.b).Dengan mengungkapkan fakta yang ada, peneliti dapat memahami kebutuhan
yang mendorong informan melakukan pencarian informasi
c).Dengan mengenali kebutuhan informasi informan, peneliti dapat memahami
makna informasi untuk kehidupan informan.
d).Dengan pengetahuan-pengetahuan diatas peneliti akan mampu memahami
informan sebagai pemakai informasi dengan lebih baik.Penelitian kualitatif
juga merupakan data yang berbetuk skema dan gambar (Sugiyono:2013, hlm
56)
Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif,
pendekatan kualitatif dala penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan data
yang ada serta menguraikan dan menginterpretasikan sesuatu seperti apa adanya,
serta menghubungkan sebab-akibat pada saat penelitian sehingga bisa
merumuskan pemecahan amsalah, berkaitan dengan penelitian kualitatif yaitu
sebagai berikut :
1. Riset kualitatif mempuyai latar belakang alami karena merupakan alat penting
adalah sumber data yang berlangsung dari perisetnya
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Periset kualitatif lebih memperhatikan proses (dari sumber fenomena sosial)
ketimbang hasil atau produk semata.
4. Periset kualitatif cenderug menganalisa datanya secara induktif.
5. “Makna” (bagaimana subjek yang diteliti memberi makna hidupnya dan
pergumulannya merupakan soal esensi untuk rancangan kualitatif)
Penelitian kualitatif lebih menekankan pada penggunaan diri si peneliti sebagai
alat. Peneliti harus mampu mengungkapkan gejala sosial di lapangan dengan
mengerahkan segenap fungsi inderawinya. Dengan demikian peneliti harus
diterima oleh responden dan lingkungannya agar mampu mengungkapkan data
yang tersembunyi melalui tutur bahasa, bahasa tubuh, perilaku maupun ungkapan.
Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian lain. Untuk mengetahui perbedaan
tersebut ada 14 ciri penelitian kualitatif yaitu :
1. Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan dalam kondisi asli atau
alamiah (natural setting)
2. Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama
pengumpulan data, yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan
pengamatan dan wawancara.
3. Dalam penelitian kualitatif diusahakan pengumpulan data secara deskriptif
yang kemudian ditulis dalam laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini
berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka saja.
4. Penelitian kualitatif lebih emmentingkan proses daripada hasil dan akibat dari
berbagai variabel yang saling mempengaruhi.
5. Latar belakang tingkah laku dan perbuatan dicari maknanya. Dengan demikian
makan apa yang ada di balik tingkah laku manusia merupakan hal yang pokok
bagi peneliti kualitatif. Mengutamakan data langsung atau “first hand”.
Penelitian kualitatif menuntut sebanyak mungkin kepada penelitinya untuk
43
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Dalam penelitian kualitatif digunakan metode triangulasi yang dilakukan
secara ekstensif baik triangulasi metode maupun triangulasi sumber data.
7. Mementingkan rincian konstektual. Peneliti mengumpulkan data dan mencatat
data yang snagat rinci mengenai hal-hal yang dianggap bertalian dengan
masalah yang diteliti.
8. Subjek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti, jadi tidak sebagai
objek atau yang lebih rendah kedudukannya.
9. Mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan responden,
yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dan segi pendiriannya.
10. Verifikasi, penerapan metode ini antara lain melalui kasus yang
bertentangan atau negatif.
11. Pengambilan sampel secara perposif. Metode kualitatif menggunakan
sampel yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian.
12. Menggunakan “audit trail” adalah dnegan mencantumkan metode
pengumpulan data dan analisis data.
13. Menggunakan analisis sejak awal penelitian. Data yang diperoleh langsung
dianalisa dan dilanjutkan dengan pencarian data lagi dan dianalisa, demikian
seterusnya sampai dianggap mendapat hasil data yang memadai.
14. Teori bersifat dasar. Dengan menggunakan data yang diperoleh dari
lapangan dapat dirumuskan kesimpulan atau teori.
C.Social Situation
Menurut Sugiyono (2012:114), dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Social
Situation
Activity/aktivitas Place/tempat
Actor/orang
situasi obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas
(activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu.Situasi sosial dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 3.2
Situasi Sosial (Social situation)
Sumber: Sugiyono(2012)
1. Tempat (place)
Dalam penelitian ini yang menjadi tempat penelitian adalah seluruh ruang
lingkup Kampung Banceuy.
2. Pelaku (actors)
Dalam penelitian ini didalamnya terdiri dari Kepala Dinas Pariwisata
Kabupaten Subang, Kelompok Pariwisata sebagai pengelolaa Kampung Banceuy,
Masyarakat sekitar Kampung Banceuy.
2. Aktivitas (activity)
Kegiatan dengan cara berinteraksi secara sinergis yaitu di tempat atau lokasi
Kampung Banceuy.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian menurut Sugiyono (2009,hal 60) adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
45
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.1 Tabel
Variabel Penelitian
No Sasaran Variabel Definisi Operasional 1. Mengidentifikasi
potensi dan sarana prasarana Kampung Banceuy sebagai wisata budaya di kabupaten Subang
Keberadaan
peninggalan sejarah dan kolonial
Terdapatnya peninggalan sejarah yang terdapat di kawasan wisata budaya, museum, peninggalan sejarah, dan bangunan keagamaan yang merupakan peninggalan penyebaran agam
Kondisi
peninggalan sejarah dan kolonial
Kondisi dari peninggalan sejarah yang meliputi bentuk dan cirri khas yang memang melekat pada kawasan sejarah dan budaya
Karakteristik keberadaan
kebudayaan dan kesenian tradisional
Terdapatnya kebudayaan dan kesenian tradisional seperti ritual keagamaan, adat istiadat, kesenian, cara hidup, khas masyarakat sekitar kawasan wisata budaya
Keunikan
kebudayaan dan kesenian tradisional
Terdapatnya kekhasan dari kebudayaan dan kesenian tradisional dan mempunyai perbedaan dengan kawasan lainnya
Keberadaan pertunjukan
Frekuensi dari berbagai pertunjukan atau atraksi budaya sebagai suatu event rutin atau berkala
Ketersediaan utilitas Ketersediaan pelayanan air bersih, listrik, telekomunikasi, drainase, dan persampahan pada kawasan
Ketersediaan akomodasi
Keberadaan tempat tinggal para penduduk setempat atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk
Ketersediaan fasilitas pelayanan wisata
Ketersediaan pelayanan dari fasilitas kesehatan, perbankan, keamanan, dan pendidikan. Ketersediaan
fasilitas pendukung wisata budaya
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pertunjukan, dan teater. Ketersediaan moda
angkutan dan sarana transportasi
Berkaitan dengan ketersediaan moda angkutan dan sarana transportasi yang dapat digunakan sebagai pelayanan menuju lokasi wisata.
Kondisi aksesbilitas jalan menuju obyek daya tarik wisata
Kondisi jalan yang baik akan lebih memudahkan kendaraan nyaman dan aman.
2. Mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi pengelola dalam pengelolaan Kampung Banceuy
Jenis dan bentuk masa bangunan dari kawasan
Berkaitan dengan jenis bangunan yang berada di kawasan wisata budaya mendukung atau bertentangan dengan kawasan wisata budaya Bentuk pengelolaan
yang sudah dilakukan pengelola
Berkaitan dengan aspek pengelolaan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggunaan, dan pengawasan yang diaplikasikan dengan sarana dan prasarana
Kontribusi pemerintah
Terkait dengan kontribusi yang diberikan pemerintah dalam membangun pariwisata
3. Menganalisa upaya perbaikan pengelolaan Kampung Banceuy
Pelayanan infrastruktur pendukung wisata
Peningkatan kualitas pelayanan infrastruktur pendukung wisata seperti peningkatan pelayanan akomodasi, fasilitas, pelayanan wisata, dan fasilitas pendukung wisata budaya.
Kualitas SDM Peningkatan kualitas SDM masyarakat sekitar untuk mengembangkan kawasan menjadi kawasan wisata
Sikap
keramahtamahan
Peningkatan keramahtamahan dan masyarakat terhadap pengunjung/ wisatawan sebagai tuan rumah yang baik dan ramah.
Kesempatan investasi
Peningkatan kesempatan investasi bagi investor yang ingin mengembangkan kawasan wisata yang dilakukakn dengan pengembangan promosi dengan menggunakan kecanggihan teknologi untuk menarik investor.
47
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat-alat penelitian yang digunakkan untuk
mengumpulkan data dari subjek penelitian. Selain menggunakan diri sendiri
sebagai instrument utama dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakkan alat
bantu lain berupa :
a. Pedoman Wawancara
b. Alat Tulis
c. Kamera
F. Teknik Penentuan Narasumber
Dalam penelitian ini, ada dua teknik untuk menentukan subyek yang akan
dijadikan narasumber, yaitu :
a. Purposive yaitu mencari subyek pangkal dan subyek kunci terkait penelitian. Jadi yang menjadi subyek pangkal dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas
Pariwisata dan Budaya Kabupaten Subang. Sedangkan, subyek kunci adalah
Pak Odang yang menjadi Juru bicara Kampung Adat Banceuy.
b. Snowball yaitu teknik penentuan subyek sehingga jumlah subyek penelitian semakin banyak, ibarat bola salju bila menggelinding makin lama makin besar.
Dari yang subyek kunci pertama yaitu Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya
Kabupaten Subang dan seterusnya merekomendasikan subyek lain yang terkait
penelitian yaitu Pak Aep Ruslan sebagai staf bagian kebudayaan, Pak Iim
sebagai staf bagian kesenian dan sejarah, Kepala dusun Banceuy sampai
dengan masyarakat Kampung Adat Banceuy.
Seperti yang telah dikemukakan (Sugiyono:2013, hlm218) purposive sampling
yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu.Pertimbangan tertentu itu misalnya orang tersebut yang dianggap paling
tahu tentang apa yang peneliti harapkan, atau mungkin informan sebagai penguasa
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diteliti.Snowball sampling merupakan pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit lama-lama menjadi besar.
G.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Observasi Lapangan
Observasi merupakan tindakan atau proses pengambilan informasi melalui
media pengamatan, observasi juga merupakan teknik pengumpulan yang
mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan
dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan.
2. Wawancara
Dalam penelitian ini metode wawancara adalah metode yang dilakukan dalam
pengumpulan data dengan cara menanyakan secara langsung data yang
dibutuhkan kepada seseorang yang berkaitan langsung atau pelaku budaya itu
sendiri. Dalam penelitian ini sebagai narasumber yaitu: Kepala Dinas Pariwisata
Kabupaten Subang, Seksi Bidang pengelolaan sarana wisata,seksi pembangunan
sarana wisata, Seksi bidang sejarah dan nilai tradisional. Sebagai berikut profil
yang dijadikan sebagai narasumber dalam penelitian ini:
a. Subjek 1
Subjek pertama bernama Rohana Odang, berjenis kelamin laki-laki.
Tinggal di Kampung Banceuy. Kang Odang ini merupakan juru bicara
Kampung Banceuy yang dipercayakan oleh seluruh masyarakat Kmapung
Banceuy. Kang Odang juga berperan sebagai kordinator kesenian yang ada
di Kampung Banceuy.
b. Subjek 2
Subjek kedua bernama Ahmad Rohendi berjenis kelamin laki-laki, tinggal
di Kampung Banceuy. Bapak Rohendi ini merupakan Ketua RW 02, selain
itu Bapak Rohendi merupakan sesepuh Kampung Banceuy yang dituakan. c. Subjek 3
Subjek ketiga bernama Bapak Nana Rohana berjenis kelamin laki-laki
49
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemangku pariwisata yang dibentuk di Kampung Banceuy, pekerjaan
Bapak Nana adalah seorang pegawai Kelurahan Sanca.
d. Subjek keempat
Subjek keempat bernama Bapak Aep Ruslan berjenis kelamin laki-laki
tinggal di Subang.Bapak Aep ini merupakan staf bagian kebudayaan
pariwisata di Disbudpar Kabupaten Subang.
e. Subjek kelima
Subjek kelima bernama Bapak Agustias Amin berjenis kelamin laki-laki
tinggal di Subang. Bapak Agus merupakan sekretaris di Kantor Disbudpar
Kabupaten Subang dan salah satu pendiri Kampung Adat Banceuy
f. Subjek keenam
Subjek keenam bernama Teti khoerunissa berjenis kelamin perempuan
tinggal di Kampung Banceuy. Ibu Teti ini adalah salah satu masyarakat
Kampung Banceuy.Pekerjaan Ibu Teti merupakan Guru SD di SD
karangMadu yang ada di Kampung Banceuy.
g. Subjek ketujuh
Subjek ketujuh beranama Maman Suparman berjenis kelamin laki-laki.
Merupakan petani aren di Kampung Banceuy.
3. Studi Literatur
Yaitu teknik pengumpulan data dengan penelusuran literature yang bersumber
dari buku, media, pakar ataupun dari hasil penelitian orang lain yang bertujuan
untuk menyusun dasar teori yang kita gunakan dalam melakukan penelitian,
terutama mengenai pengembangan potensi budaya.
4. Studi Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam metodologi penelitian sosial untu menulusuri histories. Mengambil data dari berbagai sumber seperti dokumen, brosur,data pemerintah setempat,
karya-karya monumental dan sebagainya.
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah data-data terkumpul teknik pengolahan data yang dipergunakkan dalam
penelitian ini adalah analisis data kualitatif yang merupakangambaran dari data
yang disusun sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada. Pada
prinsipnya metode analisis deskriptif kualitatif lebih cenderung kepada kata-kata
dari pada deretan angka-angka. Data yang muncul dalam analisis ini lebih banyak
berupa deskripsi atau gambaran-gambaran yang jelas dan objekitif mengenai
kondisi Kampung Adat Banceuy. Pengaplikasian rumusan masalah berdasarkan
teori, semua rumusan masalah yang dihadapi saat penelitian akan diaplikasikan
melalui pendekatan-pendekatan teori, baik dari studi literatur maupun tinjauan
pustaka. Akan tetapi tidak semua masalah bisa diaplikasikan kedalam teori karena
semua masalah berisifat relative. Menurut Bogdan(dalam Sugiyono:2013, hlm
244) data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannnya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,
memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang
dapat diceritakan kepada orang lain. Proses analisis data yang dinyatakan
Nasution 1988 (dalam Sugiyono:2013, hlm 245) analisis data dimulai sejak dari
merumuskan masalah dan menjelaskan masalah, sebelum terjun kelapangan, dan
[image:30.595.116.537.549.693.2]berlangsung terus menerus sampai penulisan hasil penelitian.
Gambar 3.2
Komponen dalam analisis data (interactive model)
Data Collection Data Display
Conclusion
51
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sumber:Buku Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Sugiyono:2013)
Dalam penelitian ini hal-hal yang akan dianalisis adalah faktor-faktor yang
harus dilakukan pengelola terhadap nilai budaya agar tidak lenyap dan
peningkatan masyarakat agar lebih sejahtera dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat Kampung Adat Banceuy. Pengelolaan sarana dan prasarana yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggunaan, pengawasan yang terdiri
dari pemeliharaan , monitoring dan evaluasi harus tepat sasaran agar tercapainya
tujuan pengelolaan sarana dan prasarana yang efektif dan efisien. Selain itu
terwujudnya pariwisata yang berkelanjutan berdasarkan prinsip manajemen
pengelolaan yang harus diperhatikan terdiri dari :
1. Men and women, menganalisis bagaimana latar belakang pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang pariwisata.
2. Materials, menganalisis adalah lahan dan bahan baku yang dimiliki Kampung Adat Banceuy yang dapat mendukung ketersediaan sarana dan prasarana.
3. Machines, menganalisis ketersediaan sistem informatika dan komunikasi yang dimiliki Kampung Adat Banceuy dalam menunjang masyarakat untuk
mengelola sarana dan prasarana Kampung Adat Banceuy.
4. Methods, menganalisis prosedur kerja mengenai pengelolaan sarana dan prasarana Kampung Banceuy yang sudah berjalan.
5. Money, menganalisis sumber dana yang diperoleh Kampung Adat Banceuy.
6. Markets, menganalisis pemasaran yang sudah dilakukan pengelola Kampung Banceuy dalam memasarkan produk wisata yang ada di Kampung Banceuy.
Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif
dimana data yang diperoleh dideskriptifkan atas suatu fenomena sosial atau alam
secara sistematis, factual, dan akurat, dan kemudian data yang diperoleh dalam
penelitian ini diuraikan dan diinterpretasikan kedalam sesuatu seperti apa adanya,
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rumusan masalah yang dihadapi pada saat penelitian akan diaplikasikan melalui
pendekatan-pendekatan teori, baik dari studi literature maupun tinjauan pustaka.
Akan tetapi tidak semua masalah bisa diaplikasikan kedalam teori karena semua
masalah bersifat relatif.
I. Prosedur Penelitian
Dalam menyusun penelitian ini peneliti membagi menjadi tiga tahapan yaitu:
1.Tahap Persiapan
Tahap persiapan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data-data observasi lapangan, yaitu data observasi keadaan
lingkungan Kampung Adat Banceuy maupun keadaan masyarakat Kampung
Adat Banceuy.
b. Mengumpulkan berbagai literatur yang berkaitan dengan Kampung Adat
Banceuy dan masalah yang akan diteliti.
c. Mempersiapkan panduan wawancara dan peralatan yang membantu dalam
proses pelaksanaan wawancara dan peralatan yang membantu dalam proses
pelaksanaan wawancara, seperti alat perekam dan alat tulis.
d. Menghubungi subjek penelitian untuk menentukkan waktu wawancara.
e. Membaca buku-buku tata cara wawancara yang baik dan benar.
2.Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
a. Menghubungi subjek untuk memberitahukan lebih awal dan membuat janji
waktu untuk melakukan wawancara serta tempat dilakukannya wawancara.
b. Melakukan wawancara dengan subjek sesuai dengan waktu dan tempat yang
telah disepakati dengan merekam pembicaraan selama wawancara
53
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Membuat catatan observasi yang dilakukan subjek selama wawancara. Hasil
observasi adalah berupa gambaran subjek pada saat dilakukan wawancara
dan situasi wawancara.
3.Tahap pengolahan Data
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah mengumpulkan berbagai
sumber-sumber data yang ada di buku, internet, maupun tulisan seseorang tentang
Kampung Adat Banceuy sebagai penunjang dalam penulisan penelitian ini.
Setelah data terkumpul, tahap pertama yang dilakukan adalah reduksi data,
display data, dan kemudian verifikasi data. a. Reduksi Data
Tahap pertama yang dilakukan untuk mengkaji informasi dari subjek adalah
mereduksi data. (Menurut Sugiyono:2011, hlm 34), mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting dicari tema dan polanya.Sehingga data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
pengumpulan data. Sebelum melakukan reduksi data, peneliti menetapkan terlebih
dahulu indikator-indikator yang akan dijadikkan bahan untuk melakukan analisis.
Dalam menetapkan indikator, peneliti menetapkan berdasrkan daftar pertanyaan
wawancara dan informasi yang didapat dilapangan pada saat melakukan proses
wawancara. Reduksi data ni dilakukkan dengan memberikan tanda berupa
garis-garis pada pertanyaan-pertanyaan yang dianggap cocok untuk dimasukkan
kedalam setiap indikator yang telah ditentukan sebelumnya.
b. Display Data
Tahap kedua yang dilakukan setelah mereduksi data adalah mendisplay data
(menyajikan data). Penyajian data ini dilakukkan dalam bentuk uraian singkat
yang bersifat naratif dari kata yang telah direduksi, kemudian dimasukkan
kedalam indikator-indikator atau aspek yang digali yang telah ditentukkan
sebelumnya yang akan dijadikkan bahan untuk melakukan analisis.Selanjutnya
display data ini akan disajikan dalam sebuah tabel.
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahap ketiga yang dilakukan dalam menganalisis data adalah verifikasi
(penarikan keismpulan). Seringkali pertanyaan-pertanyaan yang saling
berhubugan satu sama lain antar indikator, maka dapat diambil kesimpulan umum
dari pertanyaan responden yang akan dijadikan dasar bagi proses analisis
selanjutnya.
J. Pengujian Keabsahan Data.
Ada beberapa hasil penelitian kualitatif yang diragukan kebenarannya karena
beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam
penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan
observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan
apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu, agar hasil penelitian
kualitatif dapat diterima atau dipercayai, peneliti melakukan beberapa cara untuk
menentukan keabsahan data menurt Lincoln dan Guba (dalam Burhan
Bungin:2008, hlm 76) yaitu:
1.Kredibilitas
Beberapa kriteria dalam menilai hasil penelitian kualitatif adalah lama
penelitian, observasi yang detail, triangulasi, peer debriefing, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check.Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:
a. Memperpanjang keikutsertaan peneliti dalam proses pengumpulan data di
Kampung Adat Banceuy, dapat menguji informasi dari beberapa subjek
penelitian ini untuk membangun kepercayaan para subjek penelitian
terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
b. Pengamatan (observasi) yang terus menerus, untuk menemukan cirri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu
yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara
55
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data tersebut.
d. Peer debrifieng (membicarakan dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi.
e. Mengadakan member check yaitu peneliti menguji kemungkinan duga-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-pengujian untuk
mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta dengan
mengajukkan pertanyaan-pertanyaan tentang data.
2. Transferabilitas, yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain. Hasil penelitian kualitatif memiliki standar transferabilitas yang tinggi
bilamana para pembaca laporan penelitian ini memperoleh gambaran dan
pemahaman yang jelas tentang konteks dan rumusan masalah penelitian.
3. Depandability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakkan
konsep-konsep ketika membuat interprestasi untuk menarik kesimpulan.
4. Konfirmabilitas, yaitu apakah hasil penelitian dapt dibuktikkan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan
dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian
dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang ditentukan serta pembahasan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kampung Banceuy merupakan desa yang berbasis budaya serta memiliki
potensi yang bisa dijadikan daya tarik wisata di Kabupaten Subang. Potensi
wisata yang dimiliki berupa potensi alam dan potensi budaya. Potensi alam
yang ditandai dengan kondisi alam pegunungan yang lingkungannya masih asri
dan terdapat wisata air terjun curug bentang yang bisa menjadi magnet
tersendiri untuk mendatangkan wisatawan. Sedangkan potensi budaya yang
terdapat di Kampung Banceuy yakni ciri masyarakat yang masih memegang
teguh adat istiadat dan kepercayaan yang diwariskan para leluhur mereka yang
ditandai dengan upacara adat untuk menghormati para leluhur dan keyakinan
masyarakat untuk terhindar dari marabahaya, kesenian yang apabila dikemas
dengan tepat bisa menarik perhatian wisatawan yang datang ke Kampung
Banceuy , selain itu terdapat peninggalan sejarah berupa makam para leluhur
yang sangat mereka hormati yaitu makam Aki Leutik, dan Eyang Ito, makam ini akan ramai dikunjungi para peziarah pada waktu-waktu tertentu apabila
manajemen pengelolaan Kampung Banceuy berjalan baik, potensi wisata yang
ada disana akan terekxplorasi sebagaimana mestinya dan akan memberikan keuntungan bagi masyarakat lokal yang bertindak sebagai pengelola.
2. Kondisi sarana dan prasarana yang ada di Banceuy belum memadai untuk
mendukung Kampung Banceuy sebagai wisata budaya. Perlunya banyak
perbaikan terhadap pembangunan sarana dan prasarana yang ada di
Banceuy.Serta perlunya perbaikan mengenai manajemen pengelolaan yang
96
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Dalam pengelolaan objek wisata terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Ada dua faktor yang berperan penting khususnya dalam
pengelolaan Kampung Banceuy menunjang kegiatan pariwisata. Faktor internal
berasal dari masyarakat sekitar sendiri sebagai pengelola Kampung Banceuy .
Masyarakat lokal Kampung Banceuy merupakan faktor yang sangat penting
dimana masyarakat yang bertindak sebagai pengelola bisa mengontrol dan
terlibat langsung dalam manajemen dan pembangunan pariwisata, sedangkan
masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha-usaha pariwisata juga
mendapat keuntungan itu bertujuan untuk menuntut pemberdayaan secara
politis dan demokratisasi dan distribusi keuntungan kepada komunitas yang
kurang beruntung di pedesaan. Pada kenyataan dilapang dirasa belum adanya
kesadaran bahwa potensi yang dimiliki apabila dikelola dengan baik dan tepat
dapat membawa kesejahteraan kepada masyarakat disekitar Kampung Banceuy
Hal itu terlihat dari terbengkalainya sarana prasarana yang sudah dibangun
untuk menunjang pariwisata seperti penginapan yang sekarang sudah tidak
dipergunakan akibat oknum yang tidak bertanggung jawab, selain itu
aksesbilitas menuju Kampung Banceuy kurang diperhatikan, petunjuk arah
yang kurang sehingga wisatawan kesulitan untuk mencapai objek wisata, tidak
adanya toilet umum untuk pengunjung yang datang, tidak terdapat lahan parkir
yang khusus.
4. Upaya perbaikan pengelolaan yang harus dilakukan oleh lembaga atau instansi
terkait baik itu pengelola maupun Pemerintah Daerah di dalamnya terdapat
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Subang adalah:
a) Membuat perencanaan strategis mengenai pengelolaan Kaapung Banceuy,
pembentukan struktur organisasi dan pembagian tugas menurut divisi yang
diperlukan.
b) Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional dengan
pelatihan khusus di bidang pariwisata.
c) Meningkatkan promosi objek wisata Kampung Banceuy :
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peragaan (display) misalnya didirikannya rumah percontohan yang
dahulu digunakan sebagai rumah tempat tinggal para leluhur agar
walaupun rumah-rumah tradisional berupa rumah panggung sudah tidak
digunakan lagi oleh masyarakat Kampung Banceuy masih bisa dilihat
oleh wisatawan dan wisatawan dapat merasakan tinggal di rumah
tradisional tersebut.
Barang cetakan berupa leaflet, booklet, atau brochure yang berisikan
mengenai Kampung Banceuy, jarak yang ditempuh dari Ibukota, atau
dari Kabupaten Subang kemudian aksesbilitasnya, alat transportasi,
akomodasi, makanan khas, kesenian yang bisa dilihat wisatawan,
kerajinan tangan sebagai souvenir.
Pameran khusus yang mencerminkan kebudayaan yang dimiliki
Kampung Banceuy di pameran-pameran pembangunan yang biasanya
diselenggarakan oleh Kabupaten.
2. Promosi Tidak Langsung
Publikasi dalam majalah, surat kabar.
Upaya-upaya perbaikan yang efektif dan efisien di Kampung Banceuy adalah
mengenai sumber daya manusia, pemanfaatan lahan sebagai bahan baku untuk
produk wisata, ketersediaannya teknologi informasi dan teknologi untuk
menunjang kinerja pengelola, tersedianya dan jelasnya prosedur maupun metode
kerja yang bertujuan untuk menjalankan pengelolaan yang tepat, efektif dan
efisien, mengkaji ulang untuk perolehan sumber keuangan untuk peningkatan
fasilitas sarana prasarana agar dapat berkembang dan menjadi daya tarik wisata
yang baik serta membuat pemasaran yang baik agar dkenal oleh masyarakat
umum. Dengan pengelolaan yang baik dan berjalan secara efektif dan efisien
terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan pengelola kepada masyarakat
yaitudengan tiga pendekatan : 1). Pendekatan spiritual dimana pemberian
pemahaman terhadap toleransi nilai spiritual, moral dan etika yang harus
dimengerti agar kegiatan pariwisata seimbang dengan itu semua. 2). Pendekatan
98
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebagai nilai yang dianut masyarakat dalam pengelolaan Kampung Banceuy .3)
Pendekatan pembangunan berkelanjutan pendekatan yang saling berkaitan antara
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pendekatan ini diharapkan bisa memelihara
sumber daya yang ada di Kampung Banceuy untuk bisa tetap terjaga
keberlanjutannya dalam jangka waktu yang panjang.
B.Rekomendasi
Berikut ini adalah hal-hal yang direkomendasikan bagi pihak-pihak tertentu
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diantaranya :
1) Meningkatkan kualitas SDM untuk menunjang peningkaan kualitas
pelayanan pariwisata melalui:
a. Bantuan tenaga-tenaga kompeten pariwisata dari instansi-instansi yang
lebih tinggi, seperti Depbudpar membantu instansi tingkat propinsi.
Bilamana lebih jauh diperlukan, membantu di instansi kabupaten.
b. Pembukaan kesempatan Pendidikan/pelatihan Jenjang Jabatan
Pariwisata (oleh Pusat Pendidikan dan Latihan – PUSDIKLAT,
Depbudpar) bagi pemangku jabatan pariwisata, Diparda, maupun yang
terkait dengan kepariwisataan (tourism related office), seperti Dinas Kebudayaan, Dinas Tatakota, Bappeda dsb.
c. Dengan tersusunnya SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia), merupakan peluang untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan para pemangku jabatan pariwisata di daerah, misalnya
melalui Action Program yang kegiatannya antara lain
“Menyelenggarakan Pelatihan bagi Pelatih (Training of Trainers)
Pariwisata” yang secara “getok tular” melatih sataff lainnya secara
beranting.
2) Metode pengelolaan Kampung Banceuy
a) Penyusunan kebijakan yang berisikan penyusunan kebijakan
pengelolaan kawasan wisata yang berdampak langsung dan tidak
langsung untuk mendukung pengelolaan Kampung Banceuy sebagai
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) Penyediaan fasilitas, pada kenyataannya di lapangan pengelola atau
pelaku usaha tidak mampu menyediakan fasilitas secara mandiri, oleh
sebab itu diharapkan pemerintah yang berperan sebagai fasilitator dapat membantu dalam emnopang modal usaha, pemberian subsidi kepada
fasilitas dan pelayanan wisata.
c) Mengidentifikasi isu strategis seperti ketimpangan pembangunan antar
wilayah, pembangunan infrastruktur termasuk transportasi, atraksi
wisata, akomodasi, dan regulasi pemerintah. Kebijakan sektor
pembangunan lainnya yang sangat vital dalam mendukung pengelolaan
yaitu pendidikan dan pelatihan SDM pariwisata.
d) Konsultasi dengan semua pemangku kepentingan yang dapat dilakukan
dengan beragam cara antara lain melalui pendekatan formal dan
terstruktur dengan para pelaku usaha, lembaga usaha pariwisata, dan
lemabag pemerintahan baik yang mengelola kepariwisataan maupun
diluar kepariwisataan yang menopang perkembangan kepariwisataan.
3) Model Pengelolaan Kampung Banceuy
Strategi pengelolaan sumber daya yang tersedia di Kampung Banceuy perlu
mendapatkan perhatian karena sudah semakin terbatasnya sumber daya
tersebut. Oleh karena itu beberapa prinsip harus diperhatikan:
a) Penggunaan sumber daya yang tersedia perlu mendapatkan perhatian
sehingga sumber daya yang tersedia bisa berkelanjutan dan bisa
digunakan dan dimanfaatkan oleh generasi penerus (reneval resources). b) Pemanfaatan untuk berbagai kepentingan (multi use) yang dapat berjalan bersamaan . Misalnya Kampung Banceuy terkenal dengan
penghasil buah aren dan gula aren yang bisa dijadikan kegiatan
wisatawan terjun langsung dalam proses pembuatan gula aren.
Pengelolaan kawasan wisata yang terpadu yang dapat menghasilkan
kebutuhan baik bagi usaha kawasan, masyarakat, dan pemerintah serta
100
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c) Penentuan zonasi fasilitas agar lebih mendukung Kampung Banceuy
sebagai kawasan wisata agar lebih jelas pembagian kawasan dimana
fokus-fokus untuk kegiatan pariwisata.
d) Konservasi sumber daya yang tersedia untuk tetap dilestarikan
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fardani, Faris (2014) “Strategi Pengelolaan Kampung Cirendeu sebagai Daya Tarik
Wisata Budaya di Kota Cimahi”. Skripsi Strata 1 pada FPIPS UPI Bandung :
tidak diterbitkan.
Garrord, Brian, Local Partisipation in the Planning ang Management of Eco Tourism: A Rivised Model Approach, Bristol: Univesity of The West Of England. 2001.
Koentjaraningrat.(1974). Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Marpaung.SH, 2000.”Pengetahuan Kepariwisataan”: Bandung, Alfabeta
Martha.G (2009) “Villa Isola Sebagai Objek Daya Tarik wisata Dalam Upaya Pelestarian Budaya”.Skripsi Strata 1 pada FPIPS UPI Bandung :tidak diterbitkan
Nuryanti,Wiendu.(1993).Concept, Perspevtive and Challenges, makalah bagian dari laporan Konferensi Intenasional mengenai Pariwisata Budaya.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.Hlm 2-3
Nyoman,S Pandit .Ilmu Pariwisata.Jakarta:P.T.Pradnya Paramita.1994
Undang – Undang No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Pitana,I Gede (1994).Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Bali.Denpasar:Offiset BP.
Pendit, Nyoman.S (1994).Ilmu Pariwisata:Sebuah Pengantar Perdana.Jakarta:Pradnya Paramitha.
Ritchie dan Zins. (1978). Tourism in Contemporary Society, An Introductory Text. Chapter 19: Social and Cultural Impacts. Page 221.
Richard Sharpley, Tourism and Sustainable Development: Exploring the Theorical Divice. Journal of Sustainable Tourism , VIII(1-9).2000
Bonita, 2014
Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D.Bandung, Alfabeta.2013
Suwantoro.G, Dasar-dasar Pariwisata.Yogyakarta:Andi.2002
Terry, George R.(1982).Participle of Management, Newyork:Dow Jones-Irwin
Widhiastuty.A (2013). Strategi Pengembangan Kampung Adat Banceuy sebagai Kawa