Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY,
REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
(Penelitian Eksperimen Murni Pada Siswa Kelas X SMAN 13 Bandung)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Bahasa Jepang
oleh
Genia Kamilia Sufiadi
NIM 1103208
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY,
REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
(Penelitian Eksperimen Murni Pada Siswa Kelas X SMAN 13 Bandung)
Oleh
Genia Kamilia Sufiadi
Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Bahasa Jepang
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra
© Genia Kamilia Sufiadi 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GENIA KAMILIA SUFIADI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY,
REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
(Penelitian Eksperimen Murni Pada Siswa Kelas X SMAN 13 Bandung)
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Linna Meilia Rasiban, S.Pd., M.Pd
NIP. 198005072008012010
Pembimbing II
Nuria Haristiani, M.Ed., Ph.D
NIP. 198209162010122002
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Bahasa Jepang
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA
BAHASA JEPANG
(Penelitian Eksperimen Murni Pada Siswa Kelas X SMAN 13 Bandung)
Genia Kamilia 1103208
ABSTRAK
Pembelajaran bahasa Jepang di SMAN 13 Bandung, sebagian besar siswa berpendapat keterampilan berbicara merupakan hal yang tersulit. Dalam penelitian ini, peneliti memilih model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa sebelum dan setelah mendapat perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR). Selain itu, bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen murni. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 13 Bandung tahun ajaran 2014-2015. Sampel penelitiannya adalah 36 siswa kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen dan 36 siswa X MIA 2 sebagai kelas kontrol. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, sebelum diberikan perlakuan, nilai mean kelas eksperimen sebesar 2,70 dan kelas kontrol 2,69. Karena nilai thitung lebih kecil daripada ttabel, maka tidak ada perbedaan
yang signifikan antara kedua variabel. Namun setelah mendapatkan perlakuan, nilai
mean kelas eksperiman sebesar 5,97 dan kelas kontrol sebesar 3,04. Nilai thitung
diperoleh sebesar 20,93. Karena nilai thitung lebih besar daripada ttabel, maka terdapat
perbedaan yang signifikan antara kedua variabel. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang. Kemudian, berdasarkan hasil analisis data angket, sebagian besar siswa memberikan respon positif terhadap model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR).
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
APPLICATION OF AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) LEARNING MODEL TO INCREASE JAPANESE SPEAKING SKILLS (True Experimental to Student in First Grade at Bandung 13 SeniorHighSchool)
Genia Kamilia 1103208
ABSTRACT
Japanese learning in Bandung 13 Junior High School, most of student opine that Japanese speaking skills is the one difficult. In this research, author have chosen Auditory, Intellectually, and Repetition (AIR) learning model to increase Japanese speaking skill. The purpose of this research is to know about Japanese speaking skills of student, before and after application of Auditory, Intellectually, and Repetition (AIR) learning model. Moreover, to know student response about Auditory, Intellectually, and Repetition (AIR) learning model. The research type is true experimental. The population on this research are students in first grade at Bandung 13 Senior High School in academic year of 2014-2015. Then, the sample of this research are 36 students from class X MIA 1 as experiment class and 36 students from class X MIA 2 as control class. From the analysis of research data obtained that average grade of experiment class before getting treatment was 2,70, and control class was 2,69. The tcalculate is lower than ttable , hence Hk rejected Ho accepted. It means, there isn’t significant differences between both of variable. But, after getting treatment, average grade of experiment class was 5,97 and control class was 3,04. The ttable with degree of freedom 71 was 2,00 (5%) and 2,65 (1%), and tcalculate it was 20,93. Because tcalculate is higher than ttable , hence Hk accepted Ho rejected. It means, there is a significant differences between both of variable. It can be conclude that Auditory, Intellectually, and Repetition (AIR) learning model can increase Japanese speaking skills. Futhermore, based on result of questionnaire data, most of student give positive response about Auditory, Intellectually, and Repetition (AIR) learning model.
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR HAK CIPTA
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH . ... ii
ABSTRAK.. ... iv
DAFTAR ISI … ... xiii
DAFTAR TABEL… ... xvi
DAFTAR GAMBAR.. ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN … ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah … ... 3
1. Identifikasi Masalah Penelitian .. ... 3
2. Batasan Masalah Penelitian …. ... 4
3. Perumusan Masalah Penelitian … ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian... 6
1. Manfaat Teoritis … ... 6
2. Manfaat Praktis … ... 6
E. Struktur Organisasi Skripsi ……….. ... 7
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pembelajaran … ... 8
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Pengertian Model Pembelajaran … ... 10
2. Manfaat Model Pembelajaran … ... 11
C. Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) .. ... 12
1. Pengertian Model Pembelajaran AIR … ... 12
2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran AIR .. ... 14
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran AIR … ... 15
D. Berbicara ... 17
1. Pengertian Berbicara ... 18
2. Tujuan Berbicara . ... 19
3. Penilaian Keterampilan Berbicara . ... 20
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 22
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 25
B. Partisipan ... 28
C. Populasi dan Sampel ... 28
D. Instrumen Penelitian ... 29
1. Tes .. ... 29
2. Non Tes .. ... 35
E. Prosedur Penelitian ... 38
F. Analisis Data .. ... 43
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Penelitian .. ... 47
B. Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran .. ... 48
1. Kelas Eksperimen .. ... 48
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Hasil Analisis Data .. ... 71
1. Analisis Data Hasil Pre-test .. ... 71
2. Analisis Data Hasil Post-test .. ... 74
3. Analisis Data Hasil Angket . ... 77
D. Pembahasan .. ... 85
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 92
B. Implikasi ... 93
C. Rekomendasi .. ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 96
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Topik Pembelajaran ... 30
Tabel 3.2. Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara .. ... 31
Tabel 3.3. Skala Penilaian .. ... 31
Tabel 3.4. Penjabaran Aspek Penilaian . ... 32
Tabel 3.5. Kisi-kisi Angket . ... 37
Tabel 3.6. Jadwal Penelitian Kelas Eksperimen . ... 39
Tabel 3.7. Jadwal Penelitian Kelas Kontrol . ... 40
Tabel 3.8. Tabel Persiapan untuk Menghitung Nilai thitung . ... 44
Tabel 3.9. Klasifikasi Interpretasi Perhitungan Persentase Tiap Kategori ... 46
Tabel 4.1. Materi Audio Pertemuan I ... 49
Tabel 4.2. Materi Audio Pertemuan II . ... 53
Tabel 4.3. Materi Audio Pertemuan III . ... 57
Tabel 4.4. Materi Audio Pertemuan IV . ... 61
Tabel 4.5. Data Hasil Pre-test . ... 71
Tabel 4.6. Data Hasil Post-test . ... 74
Tabel 4.7. Persentase Hasil Data Angket . ... 78
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Macam-macam Desain Eksperimen ... 26
Gambar 3.2. Pre-test Post-test Control Group Design . ... 27
Gambar 4.1. Materi Slide Pertemuan I . ... 65
Gambar 4.2. Materi Slide Pertemuan II . ... 66
Gambar 4.3. Materi Slide Pertemuan III . ... 68
Gambar 4.4. Materi Slide Pertemuan IV . ... 70
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keputusan
Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 3. Expert Judgement Instrumen Penelitian Penelitian
Lampiran 4. Expert Judgement Materi
Lampiran 5. Kisi-kisi Soal Angket
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 7. Soal Wawancara Pre-test
Lampiran 8. Soal Wawancara Post-test
Lampiran 9. Soal Angket
Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 11. Profil Penulis
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Menurut Tarigan (1983, hlm.1) menyatakan bahwa, “dalam memperoleh
ketrampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang
teratur : mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak/mendengar bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis”. Dengan kata lain, dalam mempelajari bahasa, ada empat aspek yang harus dipelajari yaitu,
keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan
keterampilan menulis.
Sudah sejak lama bahasa Jepang terkenal di Indonesia dan banyak
peminatnya. Di Bandung sejak tahun 1980-an, bahasa Jepang mulai
diperkenalkan dan diajarkan kepada siswa di beberapa Sekolah Menengah Atas.
Bahasa Jepang merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari mulai dari
kelas X, XI, dan XII secara merata. Namun, untuk menyesuaikan dengan
kurikulum 2013 yang sekarang sedang dijalankan sebagai kurikulum pendidikan
di Indonesia, bahasa Jepang hanya diajarkan pada siswa di kelas minat saja, yaitu
kelas dimana siswa yang berminat pada bahasa Jepang saja. Siswa-siswa
diajarkan dasar-dasar bahasa Jepang seperti kosakata dan tata bahasa.
Untuk mengukur keberhasilan mempelajari bahasa Jepang yaitu dapat
berkomunikasi menggunakan bahasa Jepang, dimulai dari komunikasi yang
sederhana. Agar siswa lebih cepat dan efektif dalam meningkatkan keterampilan
berbicara bahasa Jepang, diperlukan suatu metode atau model pembelajaraan
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun penelitian terdahulu yang meneliti tentang efektivitas
penggunaan model pembelajaran AIR. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Mustaqimah mengenai efektifitas model pembelajaran AIR
dengan setting model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament) terhadap pemahaman konsep dan motivasi belajar matematika, diperoleh hasil bahwa model pembelajaran AIR dapat membantu siswa dalam
memahami konsep dan menambah motivasi belajar siswa. Adapun penelitian
yang dilakukan oleh Widiastuti dkk. tentang penerapan model pembelajarn AIR
berbantu Tape Recorder terhadap keterampilan berbicara bahasa Indonesia. Hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa model pembelajaran AIR dapat
meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia siswa.
Model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) adalah model pembelajaran dengan belajar menggunakan model auditory, intellectually, dan repetition. Artinya, siswa mencoba belajar dengan gaya belajar mendengar dan berbicara, lalu memikirkannya, dan mengulanginya. Peneliti ingin menguji
coba apakah model pembelajaran tersebut dapat efektif dilakukan untuk
meningkatkan ketermpilan berbicara siswa dalam bahasa Jepang. Model
pembelajaran ini dapat membuat siswa lebih berpartisipasi aktif dan sering
mengekspresikan dirinya, juga mampu menjadikan pengalamannya menjadi
sebuah pelajaran.
Dari hasil observasi pada 52 siswa yang mempelajari bahasa Jepang di
SMAN 13 Bandung, 49 siswa berminat pada pelajaran bahasa Jepang dan 3
siswa tidak berminat. Dalam mempelajari bahasa Jepang tentu ada kesulitannya,
begitupula yang dialami 52 siswa yang menjadi responden. 42,67% siswa
mengalami kesulitan dalam mempelajari huruf kana, 21,33% siswa mengalami
kesulitan dalam mempelajari kosakata, 21,33% siswa mengalami kesulitan dalam
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bahasa Jepang. Siswa tidak banyak yang menjawab kesulitan dalam berbicara,
karena mereka tidak sering mempelajari keterampilan berbicara di sekolah.
Pada hasil angket tentang „seberapa besar keterampilan berbicara bahasa
Jepang menurut anda sendiri‟, 25 siswa menjawab >50%, 21 siswa menjawab
50%<, dan 6 siswa menjawab 30%<, dari hasil tersebut terbukti keterampilan
berbicara siswa masih kurang. Dan pada pertanyaan „apakah siswa ingin
meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepangnya‟, 98,4% siswa
menjawab „YA‟. Dapat disimpulkan sebagian besar siswa memiliki motivasi untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam bahasa Jepang. Dan penulis
akan mencobanya menggunakan model pembelajaran Audiory, Intellectually, Repetition (AIR).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan membuat penelitian
dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Jepang (Penelitian Eksperimen Murni Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandung)”.
B. Rumusan Masalah Penelitian
1. Identifikasi Masalah Penelitian
Adapun masalah umum yang berkaitan dengan tema penelitian ini,
sebagai berikut.
a. Apakah guru sudah dapat menemukan strategi pembelajaran yang baik,
efektif, menarik, dan sesuai dengan kurikulum yang ada, sehingga dapat
menjadikan murid yang lebih pintar, aktif, mandiri, dan bertanggung
jawab?
b. Apakah kesulitan dalam mempelajari bahasa Jepang seperti hiragana,
katakana, kanji, tata bahasa dan kosakata yang cukup sulit, membuat pembelajar bahasa Jepang menjadi kurang berminat untuk mempelajari
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Mengapa banyak pembelajar bahasa Jepang yang pintar secara teori, tetapi
tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa Jepang?
d. Dari empat keterampilan dasar berbahasa, yaitu keterampilan menulis
keterampilan membaca, keterampilan menulis, dan keterampilan berbicara,
keterampilan mana yang paling sulit?
e. Apakah siswa SMAN 13 Bandung terlatih pada keterampilan berbicara
dalam bahasa Jepang?
f. Model pembelajaran apakah yang guru terapkan pada keterampilan
berbicara siswa dalam bahasa Jepang? Seberapakah presentase
keterampilan berbicara siswa SMAN 13 Bandung?
g. Apakah pernah model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) diterapkan pada pembelajaran bahasa Jepang?
h. Bagaimana keterampilan berbicara siswa dalam bahasa Jepang, apabila
diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR)? Adakah perbedaan sebelum dan sesudah diterapkan?
2. Batasan Masalah Penelitian
Pada saat pelaksanaan penelitian, agar penjelasan tidak jauh
melangkah dan lebih terarah, peneliti membatasi pada masalah yang akan di
teliti. Batasan masalah tersebut, sebagai berikut.
a. Penelitian ini akan meneliti pada siswa kelas X di Sekolah Menengah Atas
Negeri 13 Bandung.
b. Penelitian ini akan meneliti tentang keterampilan berbicara dalam bahasa
Jepang dengan kalimat sederhana yang digunakan sehari-hari serta sesuai
dengan buku panduan dan LKS.
c. Penelitian ini akan meneliti efektivitas penerapan model pembelajaran
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bandung dalam usaha meningkatkan keterampilan berbicara dalam bahasa
Jepang.
d. Penelitian ini akan meneliti tanggapan dan respon dari siswa mengenai
penggunaan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR)
dalam meningkatkan keterampilan berbicara dalam bahasa Jepang.
3. Perumusan Masalah Penelitian
Dari beberapa identifikasi masalah umum dan batasan masalah yang
telah diuraikan di atas, agar lebih fokus dan terarah, maka peneliti akan
merumuskan masalah yang lebih pokok, sebagai berikut.
a. Bagaimana kemampuan keterampilan berbicara siswa dalam bahasa
Jepang, sebelum diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR)?
b. Bagaiamana kemampuan keterampilan berbicara siswa dalam bahasa
Jepang, setelah diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR)?
c. Adakah perbedaan yang signifikan antara kelas (kelas eksperimen) yang
diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR)
dengan kelas (kelas kontrol) yang tidak menggunakan model
pembelajaran tersebut?
d. Bagaimana respon siswa tentang penggunaan model pembelajaran
Auditory, Intellectually, Repetition (AIR)?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah dijabarkan oleh
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Mengukur kemampuan keterampilan berbicara siswa dalam bahasa
Jepang, sebelum diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR).
b. Mengukur kemampuan keterampilan berbicara siswa dalam bahasa
Jepang, setelah diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR).
c. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan terhadap kelas
yang diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dengan kelas yang tidak menggunakan model penbelajaran tersebut. d. Mengetahui respon siswa tentang penggunaan model pembelajaran
Auditory, Intellectually, Repetition (AIR).
D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian
Penelitian ini juga dilakukan tidak semata-mata hanya dibuat saja, namun
ada manfaat yang bisa diperoleh, baik untuk penulis maupun orang lain.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk siswa guna membantu siswa dalam
mempelajari dan meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang.
Dengan peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jepang, siswa akan
lebih mudah pula mempelajari bahasa Jepang. Dan dapat membentuk
karakter siswa yang lebih mandiri dan percaya diri. Juga, karena model
pembelajaran ini menarik, siswa akan mempelajari bahasa Jepang dengan
menyenangkan dan bermotivasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembelajar, model pembelajaran ini diharapkan dapat
membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Bagi pengajar bahasa Jepang, model pembelajaran ini bisa dijadikan
salah satu metode alternatif dalam mengajarkan bahasa Jepang yang
lebih efektif dalam peningkatan keterampilan siswa berbahasa Jepang.
c. Bagi peneliti, dapat memberikan inspirasi untuk peneliti lainnya
dalam mengembangkan ide yang kreatif dan inovatif, khususnya
dalam pembelajaran bahasa Jepang.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam laporan hasil penelitian ini, akan ditulis dalam lima bab agar
informasi di dalamnya lebih jelas, yaitu bab pendahuluan, bab landasan teoritis,
bab metode penelitian, bab analisis data dan pembahasan, dan bab kesimpulan
dan saran.
Dalam bab pendahuluan, menguraikan latar belakang penelitian;
perumusan masalah penelitian yang terdiri atas, identifikasi masalah, batasan
masalah, dan rumusan masalah; tujuan penelitian; manfaat/ signifikasnsi
penelitian; serta struktur organisasi penelitian.
Bab landasan teoritis berisi tentang uraian teori-teori yang mendukung
tujuan dilakukannya penelitan, teori tentang pembelajaran yang meliputi
pengertian pembelajaran, mekanisme pembelajaran, tujuan pembelajaran, model
pembelajaran, macam-macam model pembelajaran, model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR); teori tentang berbicara dan keterampilan berbicara; penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.
Selanjutnya, dalam bab metode penelitian menguraikan desain penelitian
yang digunakan, partisipan yang terlibat dalam penelitian ini, populasi dan sampel,
penguraian instrumen penelitian yang digunakan, penjabaran prosedur penelitian
secara kronologis, dan penjelasan tentang bagaimana cara menganalisis data
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lalu pada bab analisis data dan pembahasan, menguraikan pengolahan
data pre-test dan post-test, pengolahan data angket, hasil penilaian keterampilan bebicara, serta pembahasan. Dan adapun bab kesimpulan dan saran, bab ini
menguraikan kesimpulan dan hasil penelitian, serta saran bagi pembelajar Bahasa
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
Sudaryanto (Sutedi, 2011, hlm. 53) mengatakan bahwa “metode adalah cara yang harus dilaksakan, teknik adalah cara melaksanakan metode”. Kegiatan
penelitian menurut merupakan “salah satu cara memperoleh ilmu pengetahuan
yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah berdasarkan suatu prosedur
yang tepat, dengan didukung oleh data yang lengkap dan akurat, sehingga pada
akhirnya ditemukan suatu teori atau suatu ilmu pengetahuan baru yang dapat
dianfaatkan dalam memecahkan suatu masalah” (Sutedi, 2011, hlm.9). Dapat
disimpulkan. Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah kerja yang
dugunakan dalam kegiatan penelitian secara teratur dan sistematis, mulai dari
tahap perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, sampai pada tahap
pengambilan kesimpulan.
A. Desain Penelitian
Penulis akan melakukan uji coba penelitian kependidikan dalam
penerapan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR). Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian
eksperimental. Sutedi (2011) menyatakan penelitian eksperimental cocok
digunakan pada tema penelitian yang menguji suatu efektifitas. Beliau
mengatakan bahwa
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sugiyono (2006, hlm.81) memaparkan terdapat beberapa desain
penelelitian yang dapat digunakan, yaitu “Pre-Experimental Design, True Experimental Design, Factorial Desaign, dan Quasi Experimental Design”. Hal ini dapat digambarkan seperti Gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.1. Macam-macam Desain Eksperimen
(Sugiyono, 2006, hlm. 82)
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah True Experimental Design atau eksperimen murni. Jika menggunakan desain penelitian ini, hasil penelitian memiliki validitas yang tinggi, karena dalam desain ini dapat
membandingkan dengan kelas kontrol dan dapat mengontrol semua variabel.
“Dikatakan true experimental (eksperimen yang betul-betul), karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya
eksperimen” (Sugiyono, 2006, hlm. 84).
Dalam penelitian eksperimen murni, dibutuhkan kelas eksperimen dan
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) pada pembelajaran berbicara bahasa Jepang. Sedangkan kelas kontrol, tidak diterapkannya model
pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR), namun menggunakan media Ms. Power Point dalam pembelajaran berbicara bahasa Jepang.
Dalam Gambar 3.1, terdapat dua bentuk desain true experimental. Pada penelitian ini bentuk desain true experimental yang digunakan yaitu, Pretest- Posttest Control Group Design. Desain penelitian ini dapat digambarkan seperti Gambar 3.2 berikut.
Gambar 3.2. Pretest- Posttest Control Group Design
(Sugiyono, 2006, hlm. 85)
Keterangan:
R : Sampel
O1 dan O3 : Hasil pengukuran sebelum diadakannya perlakuan (nilai
pretest)
O2 : Hasil pengukuran kelas eksperiman setelah diberi
perlakuan (nilai posttest)
O4 : Hasil pengukuran kelas kontrol (nilai posttest)
X : Treatment (perlakuan)
Dari gambar di atas dapat diketahui, sampel untuk kelas eksperimen
maupun kelas kontrol dipilih secara acak atau random. Setelah itu, untuk mengetahui keadaan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol, kedua kelas
tersebut diberi pretest. Hasil pretest yang baik apabila nilai dari kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan.
R O1 X O2
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada tahap selanjutnya setelah diketahui hasil dari pretest, kelas eksperimen mendapatkan treatment (perlakuan) penerapan model pembelajaran
Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang. Kemudian untuk mengetahui adanya perbedaan yang
signifikan antara kelas eksperimen yang mendapat perlakuan dengan kelas kontrol
dalam keterampilan berbicara bahasa Jepang, diadakannya posttest. Keefektifitasan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang, dapat dilihat dari
perbandingan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
B. Partisipan
Partisipan yang terlibat dari penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 13
Bandung kelas X. Jumlah partisipan yang terlibat sebanyak 72 siswa yang terdiri
atas 36 siswa kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen dan 36 siswa kelas X MIA
2 sebagai kelas kontrol. Berikut karakteristik yang spesifik dari partisipan.
1. Merupakan pembelajar bahasa Jepang.
2. Senang dan berminat mempelajari bahasa Jepang.
3. Merasa memiliki keterampilan berbicara bahasa Jepang di bawah atau
sama dengan 50%.
4. Ingin meningkatkan keterampilan berbicara dalam bahasa Jepang.
5. Bersedia mengikuti penelitian ini dari awal hingga akhir.
Adapun dasar pertimbangan dalam pemilihan partisipan pada
penelitian ini, sebagai berikut.
1. Penulis sedang melakukan Praktik Latihan Profesi (PLP) di SMA
Negeri 13 Bandung seiring dengan penyusunan skripsi.
2. Kelas X yang merupakan kelas lintas minat bahasa Jepang yaitu kelas X
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MIA 2 dikarenakan kelas tersebut sama-sama kelas MIA dan tentu
mempunyai nalar dan daya pikir yang tidak jauh berbeda.
C. Populasi dan Sampel
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2006, hlm. 90).
Dinyatakan juga oleh Sutedi (2011, hlm.179), mengemukakan bahwa “manusia
yang dijadikan sebagai sumber data disebut dengan populasi penelitian, kemudian
sebagian dari populasi tersebut dianggap bisa mewakili seluruh karakte dari
populasi yang ada dapat dipilih untuk dijadikan subjek penelitian”. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMAN 13 Bandung tahun ajaran
2014/2015.
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2006, hlm. 91). Pengambilan sampel ini diambil secara acak atau random atau dapat dikatakan juga teknik Simple Random Sampling. Dalam Sugiyono (2006, hlm.91), “dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi …… angggota populasi dianggap
homogen”. Maka, sampel dalam penelitian ini adalah 72 siswa kelas X di SMAN 13 Bandung, terdiri atas 36 siswa kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen dan 36
siswa kelas X MIA 2 sebagai kelas kontrol.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah “alat yang digunakan untuk mengumpulkan
atau menyediakan berbagai data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian”
(Sutedi, 2011, hlm. 155). Instrumen penelitian merupakan alat bantu untuk
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ada dua golongan dalam instrument penelitian, seperti yang dikemukakan Sutedi
(2011, hlm.155) bahwa “dalam penelitian pendidikan, instrument penelitian
secara garis besarnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu yang berbentuk tes
dan non tes” . Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Tes (Tes Lisan)
Tes biasanya digunakan untuk mengukur atau mengevaluasi hasil
pembelajaran siswa. Begitupula pada suatu penelitian pendidikan, untuk
mengukur kemampuan siswa setelah proses pembelajaran dengan perlakuan
berlangsung diberikanlah tes. Oleh karena itu, penelitian yang memberikan
perlakuan (penelitian eksperimental), biasanya menggunakan instrumen
penelitian berupa tes. “Instrumen berupa tes terdiri atas tes tulisan, tes lisan,
dan tes tindakan” (Sutedi, 2011, hlm. 155). Penelitian ini bertujuan untuk
mengukur kemampuan kemampuan berbicara, oleh karena itu instrumen tes
yang digunakan yaitu instrument tes lisan.
Peneliti memberikan pre-test dan post-test yang berupa tes lisan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes lisan ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal dan akhir siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol
dalam berbicara bahasa Jepang. Tes lisan ini berupa wawancara kepada setiap
individu, dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang diajukan sesuai
dengan empat topik pembelajaran yang digunakan saat pembelajaran.
Tabel 3.1. Topik Pembelajaran
Topik Pembelajaran Materi
Identitas Diri Perkenalan diri sendiri
(nama, tempat tinggal, kesukaan)
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Mengenalkan orang lain
Posisi Letak Benda Posisi letak benda mati
Posisi letak benda hidup
Keterangan Waktu Hari
Tanggal
Bulan
Jam
Keluarga Nama-nama keluarga
Jumlah orang
Umur
(Soal wawancara terlampir)
Dalam penilaian saat wawancara berlangsung, ada lima komponen
penilaian yang dinilai, antara lain: lafal dan intonasi; struktur kebahasaan;
diksi; volume; dan kefasihan. Berikut lembar penilaian yang digunakan.
Tabel 3.2. Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara
Siswa
Komponen Penilaian
Total Nilai
LI SB Diksi Volume KF
Keterangan:
LI = Lafal dan Intonasi
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KF = Kefasihan
Komponen-komponen penilaian tersebut diisi dengan skala penilaian
satu sampai lima. Dengan keterangan skala penilaian sebagai berikut.
Tabel 3.3. Skala Penilaian
5 Baik Sekali
4 Baik
3 Cukup
2 Kurang
1 Kurang Sekali
Untuk mempermudah proses penilaian/evaluasi, harus ada suatu
pedoman atau patokan dalam penilaian. Berikut ini penjabaran lebih lengkap
tentang skala penilaian aspek keterampilan berbicara sebagai patokan
penilaian, berdasarkan masukan dari Kurniawati (2014, hlm. 38-40) dalam
skripsinya.
Tabel 3.4. Penjabaran Aspek Penilaian
Lafal dan Intonasi
5
Pelafalan bunyi bahasa jelas, tidak ada
pengaruh bahasa ibu si penutur serta intonasi tepat atau sempurna.
4
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 tidak ada yang janggal.
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Volume jelas dan sama sekali tidak terdengar.
Kefasihan
5
Cara bicaranya sangat lancar dan fasih, baik dari segi penguasaan isi maupun bahasa.
4
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
Sutedi (2011, hlm.155) mengatakan “instrumen non tes dapat berupa
angket, pedoman observasi, pedoman wawancara, skala, sosiometri, daftar
(checklist), dan sebagainya”. Dalam penelitian ini, bentuk instrument non tes yang peneliti pilih adalah bentuk angket. Menurut Faisal (dalam Sutedi, 2011,
hlm.164) memaparkan, “teknik angket ini dilakukan dengan cara
pengumpulan datanya melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan
disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari responden”.
Angket diberikan bertujuan untuk mengetahui tanggapan dan respon
siswa terhadap penerapan model pembelajaran Auditory, Intellectually,
Repetition (AIR) dan mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran
Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) terhadap keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa. Angket ini diberikan pada kelas eksperimen saja, setelah
mendapatkan perlakuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR).
Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
tertutup. Sutedi (2011, hlm.164) mengatakan “angket tertutup yaitu angket
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
responden tidak memiliki keleluasaam untuk menyampaikan jawaban dari
pertanyaan yang diberikan kepadanya”. Pertanyaan- pertanyaan yang diajukan
dalam angket meliputi ketertarikan responden terhadap pembelajaran
berbicara bahasa Jepang dengan menggunakan model pembelajaran Auditory,
Intellectually, Repetition (AIR); mengetahui pernahkah responden mendapatkan perlakuan menggunakan model pembelajaran Auditory,
Intellectually, Repetition (AIR); efektifitas model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR) dalam meningkatkan keterampilan berbicara dalam bahasa Jepang; pendapat siswa terhadap penyampaian materi oleh guru
dengan menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR); peningkatan ketertarikan minat siswa dalam belajar bahasa Jepang setelah menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR). Berikut kisi-kisi angket pada penelitian ini.
Tabel 3.5. Kisi-kisi Angket
No. Indikator Angket Nomor Soal
Jumlah
Soal
1.
Mengetahui ketertarikan peserta didik
terhadap pembelajaran berbicara bahasa
Jepang dengan menggunakan model
pembelajaran Auditory, Intellectualy,
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Repetition (AIR).
2.
Mengetahui apakah peserta didik pernah atau
belum pernah mendapatkan model
pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR) sebelumnya.
2 1
3.
Mengetahui efektifitas model pembelajaran
Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)
dalam meningkatkan keterampilan berbicara
dalam bahasa Jepang.
3, 7, 8, 10 4
4.
Mengetahui pendapat siswa terhadap
penyampaian materi oleh guru dengan
menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR).
5, 6 2
5.
Mengetahui peningkatan ketertarikan minat
siswa dalam belajar bahasa Jepang setelah
menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR).
4 1
(Angket terlampir)
E. Prosedur Penelitian
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Persiapan Penelitian
a. Studi Pendahuluan
Studi Pendahuluan dilakukan untuk memperoleh gamabaran yang jelas
tentang subjek penelitian yang ada di lapangan sebagai bahan
pertimbangan agar penelitian ini dapat dilaksanakan.
b. Pembuatan Instrumen Penelitian
1) Pembuatan Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (terlampir)
2) Pembuatan soal pre-test (terlampir) 3) Pembuatan soal post-test (terlampir) 4) Pembuatan angket (terlampir)
c. Izin Penelitian
Hal ini bertujuan untuk melengkapi administrasi penelitian, yaitu
pembuatan surat izin penelitian yang ditujukan pada instansi yang terkait
dengan kegiatan penelitian, yaitu meminta izin penelitian kepada pihak
sekolah, guru mata pelajaran yang bersangkutan, dan khususnya kepada
kepala sekolah SMAN 13 Bandung, agar penelitian ini berjalan lancar dan
legal.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pre-test
Pre-test diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol, untuk mengetahui kemampuan awal sampel.
b. Memberikan Treatment (perlakuan)
Treatment (perlakuan) dengan menerapkan penerapan model pembelajaran
Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang, akan diberikan pada kelas
eksperimen sebanyak empat kali pertemuan. Sedangkan kelas kontrol
hanya menggunakan metode ceramah dengan media pembelajaran Ms.
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Memberikan post-test
Post-test diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol, untuk mengetahui kemampuan akhir sampel, setelah diberi perlakuan yang
berbeda.
d. Memberikan angket
Angket diberikan kepada kelas eksperimen saja, bertujuan untuk
mengetahui pendapat atau tanggapan siswa atas diberikannya treatment
tentang penerapan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition
(AIR)dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang.
Berikut ini adalah jadwal penelitian untuk kelas eksperimen.
Tabel 3.6. Jadwal Penelitian Kelas Eksperimen
No. Hari/Tanggal Waktu Kegiatan
1.
identitas diri dengan model
pembelajaran Auditory,
Intellectually, Repetition (AIR).
3.
posisi letak benda dengan model
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Intellectually, Repetition (AIR).
4.
keterangan waktu dengan model
pembelajaran Auditory,
Intellectually, Repetition (AIR).
5.
anggota keluarga dengan model
pembelajaran Auditory,
Intellectually, Repetition (AIR).
6.
Rabu,
3 Juni 2015
06.45-09.00
Pertemuan ke-6
Mengadakan post-test dan pembagian angket
Adapun jadwal penelitian untuk kelas kontrol adalah sebagai berikut.
Tabel 3.7. Jadwal Penelitian Kelas Kontrol
No. Hari/Tanggal Waktu Kegiatan
1.
09.15-11.30 Pertemuan ke-2:
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
identitas diri dengan metode
ceramah dan media Ms. Power
Point.
posisi letak benda dengan metode
ceramah dan media Ms. Power
Point.
keterangan waktu dengan metode
ceramah dan media Ms. Power
Point.
anggota keluarga dengan metode
ceramah dan media Ms. Power
Point.
6.
Rabu,
3 Juni 2015
09.00-10.45 Pertemuan ke-6 Mengadakan post-test.
3. Tahap Akhir
a. Mengumpulkan data hasil penelitian berupa tes dan angket.
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel dalam penelitian ini yakni:
1) Variabel (X) yaitu hasil belajar kelas eksperimen dalam peningkatan
keterampilan berbicara bahasa Jepang dengan model pembelajaran
Auditory, Intellectually, Repetition (AIR).
2) Variabel (Y) yaitu hasil belajar kelas kontrol dalam peningkatan
kemampuan berbicara bahasa Jepang tanpa model pembelajaran
Auditory, Intellectually, Repetition (AIR). c. Analisis data statistik
d. Anggapan dasar dan hipotesis
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah pembelajar bahasa
Jepang diarahkan untuk terus dapat meningkatkan kemampuannya dalam
berbahasa Jepang. Salah satunya dengan meningkatkan kemampuan
berbicara bahasa Jepang. Dengan model pembelajaran Auditory,
Intellectualy, Repetition (AIR) yang dikembangkan dan disesuaikan
dengan kondisi masyarakat, kebudayaan dan sistem pendidikan di
Indonesia, maka pembelajar bahasa Jepang di Indonesia dapat lebih
mudah dan efektif dalam menguasai bahasa Jepang.
Berdasarkan anggapan dasar yang dikemukakan sebelumnya,
penelitian ini memiliki hipotesis sebagai berikut.
1) Hipotesis Kerja (Hk) : Adanya perbedaan yang signifikan antara
tingkat keterampilan berbicara bahasa
Jepang siswa yang diterapkan model
pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR) (kelas eksperimen) dengan keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa
yang tidak diterapkan model pembelajaran
Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Hipotesis Nol (Ho) : Tidak adanya perbedaan yang signifikan
antara keterampilan berbicara bahasa Jepang
siswa yang diterapkan model pembelajaran
Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)
(kelas eksperimen) dengan keterampilan
berbicara bahasa Jepang siswa yang tidak
diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR) (kelas kontrol).
e. Menarik kesimpulan
Tahap ini adalah tahap pengambilan kesimpulan terhadap hasil yang
diperoleh dari penelitian ini.
F. Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil dua macam data
penelitian, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif digunakan
untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa,
sedangkan data kualitatif digunakan untuk mengetahui respon atau tanggapan
siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR) dalam peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jepang.
Data kuantitatif akan diambil dari penerapan teknik statistik kompあ
ransional untuk menganalisis data. “Statistik komparansional digunakan untuk
menguji hipotesis yang menyatakan ada-tidaknya perbedaan antara dua
variable (atau lebih) yang sedang diteliti. Oleh karena itu, statistik ini
digunakan dalam penelitian komparansi, yaitu penelitian yang berusaha untuk
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
228). Data diambil dari hasil pre-test dan post-test, kemudian dianalisis dengan langkah- langkah sebagai berikut:
1. Membuat tabel persiapan untuk menghitung nilai thitung
Tabel 3.8. Tabel Persiapan untuk Menghitung Nilai thitung
No. X Y
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
∑
M
2. Mencari mean kedua variabel dengan rumus berikut.
1
3. Mencari standar deviasi dari variabel X dan Y dengan rumus berikut.
1
4. Mencari standar error mean kedua variabel X dan Y dengan rumus berikut.
1
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2
6. Mencari nilai thitung dengan rumus berikut.
xy
7. Memberikan interpretasi terhadap thitung
a) Merumuskan hipotesis kerja (Hk): terdapat perbedaan yang signifikan
antara variabel X dan variabel Y
b) Merumuskan hipotesis nol (Ho): tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara variabel X dan variabel Y
8. Menguji kebenaran dengan membandingkan nilai ttabel
db = (N1+N2) – 1
(Sutedi, 2011, hlm. 230-232)
Adapun data kualitatif yang diperoleh dari angket, akan dianalisis
dengan menggunakan perhitungan Persentase. Data diperoleh dengan
langkah-langkah berdasarkan Kurniawati (2014, hlm. 45) sebagai berikut.
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Menghitung Persentase dan frekuensi dari setiap jawaban dengan rumus
berikut ini.
% 100
N F P
Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi jawaban
N = Jumlah responden
3. Membuat tabel persentase frekuensi
4. Menafsirkan hasil perhitungan data angket berdasarkan tabel berikut.
Tabel 3.9. Klasifikasi Interpretasi Perhitungan Persentase Tiap Kategori
Interval Persentase Interpretasi
0% Tidak seorang pun
1%-5% Hampir tidak ada
6%-25% Sebagian kecil
26%-49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
51%-75% Lebih dari setengahnya
76%-95% Sebagian besar
96%-99% Hampir seluruhnya
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan kesimpulan, implikasi, dan
rekomendasi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Pada kesimpulan berisi
tentang jawaban rumusan masalah dari penelitian ini yang dibuat sebelum
dilakukannya penelitian. Implikasi berisi tentang pengaruh positif dari penelitian ini
dan rekomendasi berisi tentang saran yang ditujukan pada pengajar dan peneliti yang
berminat melakukan penelitian selanjutnya.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan hasil
pengolahan data yang telah dianalisis, dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab
rumusan, sebagai berikut.
1. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pre-test yang bertujuan mengetahui kemampuan awal siswa dalam berbicara bahasa Jepang sebelum
diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR), dapat diinterpretasikan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Kemampuan awal berbicara bahasa Jepang
kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda, apabila
dipersentasekan hanya mencapai 27%, termasuk dalam nilai yang rendah.
Dikarenakan, keterampilan berbicaranya jarang sekali dilatih.
2. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil post-test yang bertujuan mengetahui kemampuan siswa setelah diterapkan model pembelajaran
Auditory, Intellectually, Repetition (AIR), terlihat jelas keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa pada kelas eksperimen menjadi cukup
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
awal berbicara siswa kelas eksperimen sebesar 27 %, sedangkan kemampuan
akhir setelah mendapatkan treatment sebesar 59,67%. Apabila dihitung perbandingannya antara kemampual awal dan kemampuan akhir sebesar 1 :
2,2.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen yang diterapkan
model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jepang dengan kelas kontrol yang
tidak diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition
(AIR), hanya menggunakan metode konvensional dengan media
pembelajaran Ms. Powerpoint dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang. Oleh karena itu, terbukti jelas model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) merupakan model pembelajaran yang efektif untuk peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jepang.
4. Berdasarakan hasil pengolahan data angket yang disebar pada kelas
eksperimen, dapat diketahui sebagian besar dengan persentase 81,39%
memberikan respon dan tanggapan positif untuk penerapan model
pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang.
B. Implikasi
Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa implikasi yang
berhubungan dengan penerapan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang. Implikasi tersebut, antara lain.
1. Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari post-test pada kelas eksperimen, keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa menunjukkan angka yang cukup
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebesar 1 : 2,2. Hal itu berarti adanya implikasi terhadap peningkatan
keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa pada penelitian ini.
2. Berdasarkan hasil data angket, sebagian besar siswa berpendapat model
pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) merupakan model pembelajaran yang menarik. Pada tahap Auditory, siswa menjadi lebih bersemangat mendengarkan bahasa Jepang, dan pada tahap Repetition, peneliti menggunakan teknik Role play untuk mengevaluasi hasil pembelajaran, itu membuat siswa tidak bosan. Hal tersebut berimplikasi
terhadap minat siswa terhadap pembelajaran bahasa Jepang yang lebih dalam
lagi.
C. Rekomendasi
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara
siswa dengan menerapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR). Berdasarkan data-data yang telah dianalisis, diperoleh hasil data yang dapat diinterpretasikan bahwa tujuan dari penelitian ini tercapai cukup
baik. Keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa setelah mendapatkan
perlakuan cukup meningkat dibandingkan dengan kemampuan awalnya.
Di samping itu, terdapat suatu hambatan dan kesulitan yang dialami saat
penelitian ini dilakukan. Sehingga tujuan penelitian ini tidak seluruhnya tercapai.
Peneliti berekspektasi keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa meningkat
dengan persentase minimal 50%. Namun pada realitanya, keterampilan berbicara
siswa cukup meningkat, hanya saja bertambah kurang lebih 33%. Hal itu
dikarenakan waktu yang minim. Dalam pemahaman materi, siswa terlihat sedikit
bingung saat materi sedang diberikan, karena penjelasan materi terlalu cepat.
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengulangan materi, bentuk tugas yang diberikan kurang bervariatif, sehingga
siswa menjadi sedikit malas mengerjakannya.
Berdasarkan ketidaktercapaian hal tersebut, terdapat beberapa saran
untuk para pengajar dan untuk peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini.
Pertama, model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dapat dijadikan salah satu model pembelajaran alternatif terutama pada pembelajaran
berbicara atau percakapan bahasa Jepang. Apabila akan menggunakan model
pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR), sebaiknya pahami lebih dalam lagi teori dan teknik pada model pembelajaran ini dan gunakan materi
serta alur pembelajaran yang bervariasi dan sederhana. Model pembelajaran
Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) juga dapat diterapkan pada mata pelajaran lainnya. Dalam proses penelitian, sebaiknya lakukan perlakuan lebih
dari empat kali dan gunakan waktu yang lebih lama, agar hasil yang diperoleh
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Boeree, G. (2010). Metode Pembelajaran dan Pengajaran: Kritik dan Sugesti Terhadap Dunia Pendidikan, Pembelajaran, dan Kecerdasan. Jogjakarta: Ar-ruz Media
Djiwandono, M.S. (2011). Tes Bahasa: Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: PT. Indeks
Kurniawati, N. (2014). Efektivitas Teknik Poster Comment Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa SMA. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung.
Meier, D. (2002). The Accelerates Learning Handbook (terjemahan Rahmani Astuti). Bandung: Kaifa
Mustaqimah. (2012). Efektivitas Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) Dengan Setting Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Terhadap Pemahaman Konsep dan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri Yogyakarta. (Skripsi). Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Genia Kamilia Sufiadi, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Subyakto, S.U. (1988). Metodologi Pengajaran Bahasa. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan. Jakarta
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta.
Suherman, E. (2003). Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar Matematika. Bandung: JICA
Sutedi, D. (2011). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: HUMANIORA.
Tarigan, H.G. (1983). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: ANGKASA.
Widiastuti dkk. (2014). Pengaruh Model Auditory, Intellectually, Repetition Berbantuan Tape Recorder Terhadap Keterampilan Berbicara. (Jurnal). Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
Singaraja