• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor gula nasional tahun 1995-2005 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor gula nasional tahun 1995-2005 - USD Repository"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

NASIONAL TAHUN 1995-2005

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Swasinto Hernukoro NIM : 011324003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

(2)
(3)
(4)

iv

‘ Beribu-ribu jalan yang akan kulalui,

kutentukan saat awal kumelangkah. ’

---Master Lanjar---

‘ Episode yang telah ku lampaui

telah menjadi episode yang terlewati

dan tak mungkin terlintasi kembali.

Episode yang akan ku tempuh esok,

masih menjadi rahasia Sang Sutradara.

Episode yang sudah disediakan dan yang harus kujalani

adalah hari ini...

Dan hari ini adalah perjalanan yang penuh kejutan ’

---from heaven---

‘ Pengalaman adalah Sebelum, Sewaktu, dan Sesudah

kuhadapi kenyataan ’

(---The Shinto’s---

‘ Takut, ragu, dan bimbang adalah permainan setan,

jalani episode hari ini dengan penuh kesadaran… ’

(5)

v

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada Allah

Bapa Sang Pencipta Yang Maha Kasih dan Maha Adil

atas kesempatan, pemahaman, dan ilmu untukku dalam

menyelesaikan karya dan belajarku.

Orang-orang sangat berarti di kehidupanku :

Kedua orang tuaku (Bpk. B. Noerjanto B.A dan Ibu C.

H. Sri Pudji Hastuti) yang telah menanamkan benih

iman dalam hatiku dan yang selalu menyebutku dalam

setiap doanya

.

Kakak dan Adikku tersayang (Felix Antonius Prama

Nugraha dan Dionysius Pradah Santika)

Saudara-saudaraku di Komunitas Damai yang telah

mengajarkan apa yang belum pernah aku rasakan: Mas

Lanjar, Mas Seno, Mas Pur, Mas Dodo, Mas Yatin, Pak

Bardi, Herpin, Joyo, Mas Agus, Mas Yoan, Setro

Saudara-saudariku di Pendidikan Ekonomi 2001 yang

telah mengecapkan kenangan yang paling wahid di

(6)
(7)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR GULA NASIONAL TAHUN 1995-2005

Oleh:

Swasinto Hernukoro Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor gula nasional yaitu: (1) produksi gula nasional; (2) konsumsi gula nasional; (3) harga gula nasional; (4) bea masuk impor gula.

Penelitian ini merupakan penelitian expost facto yang mencoba menganalisis dan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi impor gula nasional. Data yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari tahun 1995 sampai tahun 2005. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dengan sumber data Badan Pusat Statistik. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda.

Berdasarkan hasil diketahui bahwa:

1. produksi gula secara signifikan berpengaruh negatif terhadap impor gula; 2. konsumsi gula secara signifikan berpengaruh positif terhadap impor gula

dengan signifikansi;

3. harga gula tidak berpengaruh signifikan terhadap impor gula dengan signifikan;

4. bea masuk impor gula tidak berpengaruh signifikan terhadap impor gula dengan signifikan.

(8)

Swasinto Hernukoro Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The aims of this research were to find out and analyze (1) national sugar production; (2) national sugar consumption; (3) national sugar price; (4) tax sugar import.

This is a expost facto research which tries to analyze and examine the factors of national sugar import. Data which used in this research were taken from 1995-2005. The technique of collecting data was documentated from Statistic Centre Board. The technique of data analysis was used on double regression linier test.

The result of this research shows that :

1. Significant sugar production influences negatively towards sugar import; 2. Significant sugar consumption influences positively;

3. Sugar price doesn’t influence significantly towards significant sugar import;. 4. Taxes of sugar import doesn’t influence significantly toward significant sugar

import.

(9)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, berkat, dan bimbingan-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul ”Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Impor Gula Nasional Tahun 1995 – 2005” dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, dukungan, semangat, bimbingan dan doa yang melimpah dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo, J.R. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi.

4. Bapak Yohanes Harsoyo S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Drs. P.A. Rubiyanto selaku Dosen Pembimbing II yang juga dengan

sabar telah membimbing penulsi dalam penyusunan skripsi ini.

(10)

Bapak Soedarno (Alm), Pak Harsoyo, Pak Rubi, Pak Teguh, Pak Singo, Pak Yoni, Pak Indra, Bu Wigati, Bu Catur, Pak Heri, Pak Bondan, Pak Wid, Pak Muhadi, terima kasih atas bimbingan dan pelajaran-pelajaran yang telah penulis terima selama kuliah.

8. Mbak Titin, Pak Wawiek, Mbak Aris yang telah membantu penulis dalam mengurus administrasi selama kuliah terlebih dalam penyusunan skripsi. 9. Orang tuaku tercinta Bapak Bernardus. Noerjanto, B.A dan Ibu Crescentia.

Maria. Sri Pudji Hastuti atas kasih sayang dan doa yang tiada henti untuk keberhasilanku dalam studi.

10. Kakak dan adikku tercinta (Felix Antonius Prama Nugraha dan Dionysius Pradah Santika) atas dukungan untuk skripsiku.

11. TEMAN-TEMAN PEK ’01, terima kasih atas persaudaraan kita, terima kasih

atas kenangan-kenangan lucu dan fanny selama kuliah. Kapan-kapan reuni yo... ndak kangene selak ngoyot.

12. The Boys ‘01: Kaka, She Phe (The Sri), Joyo (The Snake),Yusup

(The Lambe), Hari (The Boncel), Hohok (The Monyol), Agung (The

Lodjon), Ronald (The Bodat), Yudi, Suradi, Dion, Edi & The Girls

01: Ririn, Rina, Eka, Agnes, Santi, Silas, Ita, Lilis, Prima

(11)

SMA sampai kuliah semester 10 dan ”AB 5874 KS” keturunan simbah balap yang telah menggantikan tugas menemaniku mengemban tugas.

14. Saudara – saudaraku di Komunitas Damai: Mas Lanjar, Mas Seno, Mas Pur, Mas Dodo, Mas Yatin, Pak Bardi, Herpin, Joyo, terima kasih atas segala doa, kasih sayang dan sharing pengalaman yang telah menambah pemahamanku akan kehidupan, dan maaf sudah banyak merepotkan.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna karena masih banyak kelemahan dan kekurangan yang ada didalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Yogyakarta, 14 Mei 2007

Penulis

Swasinto Hernukoro

(12)

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Pasar Gula Internasional ... 8

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Impor Gula... 11

1. Produksi Gula... 11

2. Konsumsi Nasional ... 13

3. Harga Gula ... 14

4. Bea Masuk Impor Gula ... 16

C. Kebijakan Pergulaan Nasional ... 17

D. Penelitian Terdahulu ... 20

E. Kerangka Berpikir... 22

F. Hipotesis... 23

(13)

BAB III METODE PENELITIAN... 24

A. Jenis Penelitian... 24

B. Data dan Sumber Data ... 24

C. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data... 25

E. Teknik Analisis Data... 26

1. Uji Normalitas dan Linieritas... 26

2. Uji Asumsi Klasik ... 28

3. Analisis Regresi Linear Sederhana ... 32

4. Analisis Regresi Linear Berganda... 32

5. Uji Koefisien Regresi Linear Individu... 34

6. Uji Koefisien Regresi Linear Berganda ... 35

BAB IV ANALSIS DATA DAN PEMBAHASAN... 37

A. Analisis Data ... 37

1. Pengujian Prasyarat Regresi... 37

2. Pengujian Asumsi Klasik ... 43

3. Uji Statistik ... 48

B. Pembahasan... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 62

DAFTAR PUSTAKA... 65 LAMPIRAN

(14)

3. Tabel 2.2 : Tarif Impor Gula di Beberapa Negara Tahun 2002

4. Tabel 2.3 : Produksi dan Konsumsi Gula Nasional Tahun 1990-2002 5. Tabel 2.4 : Perbandingan Harga Eceran Gula Tebu di Beberapa Negara 6. Tabel 3.1 : Statistik Durbin Watson Positif

7. Tabel 3.2 : Statistik Durbin Watson Negatif

8. Tabel 4.1 : Normalitas Data Kolmogorov-Smirnov 9. Tabel 4.2 : Hasil Uji Normalitas

10. Tabel 4.3 : Hasil Uji Linieritas Produksi Gula 11. Tabel 4.4 : Hasil Uji Linieritas Konsumsi Gula 12. Tabel 4.5 : Hasil Uji Linieritas Harga Gula

13. Tabel 4.6 : Hasil Uji Linieritas Bea Masuk Impor Gula 14. Tabel 4.7 : Hasil Multikolinieritas

15. Tabel 4.8 : Hasil Uji Heterokedastisitas 16. Tabel 4.9 : Hasil Analisis Uji F

17. Tabel 4.10 : Hasil Analisis Uji t 18. Tabel 4.11 : Hasil Analisis Uji R2

19. Tabel 4.12 : Produksi Gula Terhadap Impor Gula 20. Tabel 4.13 : Konsumsi Gula Terhadap Impor Gula 21. Tabel 4.14 : Harga Gula Terhadap Impor Gula

22. Tabel 4.15 : Bea Masuk Impor Gula Terhadap Impor Gula 23. Tabel 4.16 : Tarif Bea Masuk Gula Impor di Beberapa Negara

(15)

Lampiran 1. : Data Penelitian Lampiran 2 : Normalitas Data

Lampiran 3 : Linieritas Data X1 dan Y, X2 dan Y, X3 dan Y, X4 dan Y Lampiran 4 : Multikolinieritas, Heterokedastisitas, Autokorelasi Lampiran 5 : Regresi Bergand

(16)

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari – hari, gula memiliki peran yang tidak kalah

penting dari bahan – bahan pokok kita yang lain. Gula memiliki peran sebagai

pemberi rasa manis dalam makanan maupun minuman yang kita konsumsi

setiap harinya. Dengan mengkonsumsi gula, makanan atau minuman yang kita

santap menjadi lebih nikmat karena rasa manis yang terdapat dalam gula

menjadikan makanan atau minuman kita menjadi lebih enak. Selain sebagai

pemberi rasa manis dalam makanan maupun minuman, gula merupakan

sumber kalori yang mempunyai fungsi pengganti baik berupa karbohidrat

maupun bahan makanan sumber kalori non karbohidrat seperti lemak.

Di Indonesia, pabrik gula didirikan pertama kali di Jawa pada tahun

1637. Bermula sejak seorang penduduk diberi ijin untuk memproduksi gula

dengan cara – cara mendekati persyaratan perusahaan besar. Pada saat itu

mulai dikenal cara pengusahaan tebu dalam bentuk usaha perkebunan di

Indonesia (Mubyarto, 1991: 7). Pada jaman kolonial di Jawa terdapat tiga fase

(kurun) sejarah perkembangan industri gula. Fase pertama adalah industri gula

yang didirikan pada abad 17 hingga 18 di sekitar (ommelanden) sebelah Selatan Batavia. Pada saat itu para pengolah belum melihat kemungkinan gula

sebagai barang-dagangan yang menguntungkan, akibat tipisnya kesempatan

untuk mendominasi pasar internasional. VOC semula tidak mencampuri

(17)

urusan pertanian dan industri gula dan hanya mendatangkan gula dari Cina,

Taiwan, Benggala, dan Muang thai. Fase kedua antara tahun 1830 sampai

1870 yang biasa disebut sebagai kurun cultuurstelsel, bercirikan perusahaan negara (http://members.fortunecity.com/edicahy/thesis/bab1.htm). Sistem

yang digunakan dalam Cultuurstelsel adalah sistem tanam paksa yaitu bahwa seperlima tanah penduduk harus disediakan untuk tanaman yang ditetapkan

oleh pemerintah (kolonial), mengadakan berbagai bentuk kerja paksa dimana

petani diharuskan bekerja beberapa jam setiap hari pada perkebunan –

perkebunan Belanda tanpa mendapat upah (Mubyarto, 1991: 8); dan fase

ketiga adalah pasca 1870. Para investor swasta mencirikan fase ketiga ini,

peranan negara (kolonial) sangat diperkecil, muncul korporasi-korporasi gula

dengan investasi besar (http://members.fortunecity.Com/edicahy/thesis/

bab1.htm).

Pada tahun 1870 dikeluarkan Undang – undang Agraria yang menghapus

sistem tanam paksa, diantaranya mengenai tebu. Dengan adanya Undang –

undang Agraria tersebut, mengakibatkan terbukanya peluang berkembangnya

perkebunan – perkebunan swasta di Indonesia. Dalam perkembangan

berikutnya, adanya Undang – Undang Agraria, Undang – Undang Budidaya

Tebu maupun Peraturan Sewa Tanah, disertai dengan murahnya harga tanah

dan upah buruh, pembangunan jalan kereta api, jalan raya, telekomunikasi dan

perkapalan, industri gula di Jawa mengalami kemajuan pesat. Pada puncak

kemajuannya (1930) terdapat 179 pabrik gula yang beroperasi dan mampu

(18)

mengekspor gula sebesar 2 juta ton pada tahun 1931. Pada saat itu Indonesia

adalah produsen gula terbesar kedua dunia setelah Kuba (Mubyarto, 1991:

11).

Bila dilihat produksi gula dibandingkan masa kejayaannya (tahun 1830),

saat ini produksi gula dapat dikatakan menurun, karena saat ini dapat

dikatakan bahwa Indonesia bukan lagi sebagai negara pengekspor gula namun

sebagai negara pengimpor gula. Didalam data Statistik Komoditas

Perkebunan, Indonesia tidak disebutkan lagi sebagai negara produsen utama

gula dan pengekspor utama gula di dunia, namun sudah termasuk dalam daftar

negara pengimpor gula di beberapa produsen utama.

Dalam data produksi gula di Indonesia, produksi gula tertinggi pernah

dicapai pada tahun 1993 (sebesar 2,49 juta ton). Kemudian turun di tahun

1999 (sebesar 1,49 juta ton) dan naik lagi di tahun 2002 (sebesar 1,94 juta ton)

( Khudori, Pikiran Rakyat Cyber Media: 2003), sedangkan produksi nasional

untuk tahun 2005 mencapai 2,1 juta ton dan untuk tahun 2006 diperkirakan

mengalami kenaikan sebesar 2,3 juta ton (KCM, Sabtu, 4 Juni 2005) Dengan

produksi sebesar itu jika dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi nasional

yang mencapai rata – rata 3,2 – 3,4 juta ton pertahunnya (Susila, 21 Desember

2004) maka tidaklah mencukupi karena produksi nasional tidak sepadan

dengan konsumsi nasional. Disatu sisi harga gula yang rendah tidak

memotivasi petani untuk menanam tebu, namun disisi lain harga gula yang

tinggi tentu akan memberatkan konsumen. Di lain pihak industri makanan dan

(19)

dan menengah terancam gulung tikar karena tidak mampu menahan kenaikan

harga gula akibat kenaikan BBM. Jalan satu – satunya untuk memenuhi

kebutuhan gula nasional adalah dengan jalan mengimpor gula dari produsen

lain. Pemerintah telah mengeluarkan tiga kebijakan untuk mengatasi masalah

gula nasional antara lain

1. Instruksi kepada produsen dan distribusi untuk melakukan operasi pasar

khusus (OPK) dengan sasaran harga gula bisa ditekan sampai Rp.

5.500/Kg,

2. Penurunan bea masuk impor guladari Rp790 menjadi Rp530 per kilogram

untuk gula kristal putih dan Rp550 menjadi Rp250 per kilogram untuk

gula kristal mentah (raw sugar).

3. Mempercepat impor 300 ribu ton gula, termasuk 200 ribu ton untuk buffer

stock pada triwulan pertama tahun 2006 (Mudzakir, KCM 17 Mei2006).

Disisi lain dengan mengimpor gula dari luar negeri sangat

menguntungkan bagi konsumen dalam negeri sebab harga gula impor jauh

lebih murah dibandingkan harga gula dalam negeri. Pada tahun 2005 harga

gula sebesar Rp 5.500/Kg bahkan mencapai Rp.6000/Kg (KCM, 4 Juni 2005)

namun harga gula impor pada tahun 2005 sebesar Rp 5000/Kg (Suara

Merdeka 26 Juni 2005). Disisi lain harga gula impor yang murah telah

merugikan petani tebu di Indonesia. Gula pasir impor selain harganya yang

lebih murah, mutu gula impor juga jauh lebih baik dari pada gula dalam negeri

(Suara Merdeka, 26 Juni 2005). Menurut Kompas 27 April 2003 (Harsoyo, Y:

(20)

menurun kembali pada tahun 2001 dan 2002 masing-masing sebesar 1,6 juta

ton dan 1, 544 juta ton, sedangkan jumlah produksi untuk tahun 2001 dan

2002 sebesar 1,713 juta ton dan 1,755 juta ton. Walaupun terjadi penurunan,

namun jumlah impor tersebut masih terhitung tinggi dibandingkan jumlah

konsumsi nasional yang mencapai 3,3 juta ton. Dengan adanya Kepres RI No.

63 Thn.2003 Tentang Dewan Gula Indonesia (Tempo, 2003) diharapkan

pemerintah dapat membuat kebijakan – kebijakan yang dapat membantu baik

bagi PG, petani gula dan masyarakat dalam negeri.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Impor Gula Nasional”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian – uraian dalam latar belakang masalah diatas, penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah produksi gula nasional mempengaruhi jumlah impor gula?

2. Apakah konsumsi nasional mempengaruhi jumlah impor gula?

3. Apakah harga gula nasional mempengaruhi jumlah impor gula?

4. Apakah bea masuk gula impor mempengaruhi jumlah impor gula?

5. Apakah produksi, konsumsi, harga, dan bea masuk secara bersama – sama

(21)

C. Batasan Masalah

Agar permasalahan tidak terlalu luas dan untuk menghindari hal-hal yang

tidak sesuai dengan tujuan penelitian, maka penulis membatasi penelitian pada

1. Produksi gula dalam negeri

2. Konsumsi gula dalam negeri

3. Harga gula dalam negeri

4. Bea masuk gula impor

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang

mempengaruhi impor gula nasional. Faktor –faktor yang diteliti adalah

1) produksi gula dalam negeri,

2) konsumsi gula dalam negeri,

3) harga gula dalam negeri

4) bea masuk gula impor

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan tambahan

masukan dalam menentukan kebijakan yang mengatur khususnya

(22)

2. Bagi Penulis

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan tambahan

pengetahuan dan pengalaman dalam hal penelitian khususnya mengenai

analisis faktor – faktor yang mempengaruhi impor gula nasional.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu

bahan informasi untuk penelitian selanjutnya serta dapat dijadikan sebagai

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pasar Gula Internasional

Industri gula di Indonesia pernah mengalami zaman keemasan pada

masa pendudukan kolonial Belanda. Adanya sistem tanam paksa menjadikan

produktivitas tanaman tebu meningkat dua kali lipat dalam jangka waktu

kurang lebih setengah abad. Peningkatan produktivitas tersebut pada akhirnya

meningkatkan angka ekspor gula ke Eropa yang pada awal mulanya (tahun

1831) berjumlah 7.800 ton, meningkat pesat menjadi 161.800 ton pada tahun

1868 (Mubyarto,1991: 9), sehingga pada akhirnya (tahun 1918) menjadikan

Indonesia sebagai negara eksportir gula terbesar kedua setelah Kuba. Bila

dilihat kondisi pergulaan nasional saat ini sungguh jauh berbeda. Saat ini

Indonesia sudah menjadi negara pengimpor gula bahkan terbesar kedua

setelah Rusia (Harsoyo, 2004: 153).

Berdasarkan tabel dibawah ini, kebutuhan konsumsi gula dalam negeri

sebesar 3,3-3,4 juta ton pertahun. Data tersebut menempatkan Indonesia

kedalam urutan kesembilan dalam hal konsumsi gula di dunia dan menjadikan

Indonesia sebagai pangsa pasar produsen gula utama dunia.

(24)

Tabel 2.

Perkembangan dan Proyeksi Konsumsi Gula di Beberapa Negara Negara Konsumsi 2001/02 (juta ton) Konsumsi 2002/03 (juta ton) Konsumsi 2003/04 (juta ton)

India 19,760 20,750 21,500

Eropa Timur 15,014 14,868 14,507

Uni Eropa 14,332 14,458 14,529

Brazil 9,450 9,640 9,980

Amerika Serikat 9,249 8,699 9,117

China 9,050 9,122 9,194

Mexico 5,082 5,266 5,283

Pakistan 3,450 3,500 3,500

Indonesia 3,350 3,400 3,450

Jepang 2,277 2,314 2,250

Total Dunia 134,920 136,550 138,569

Sumber: USDA: Statistik Komoditas Perkebunan, Maret 2004

Tabel 2.1

Produksi dan Konsumsi Gula Dunia

Tahun Produksi (juta ton) Konsumsi (juta ton) 1996/1997 1997/1998 1998/1999 1999/2000 2000/2001 2001/2002 124.26 128.50 134.71 134.21 131.41 135.97 120.89 123.13 125.50 128.25 130.14 132.87

Sumber: Business News 9 Mei 2003

Dari tabel 2.1 diatas menunjukkan konsumsi gula di dunia lebih rendah

dibandingkan jumlah produksi sehingga berakibat terjadinya kelebihan suplai,

yang, kemudian membuat negara-negara produsen harus mampu melakukan

strategi dagang seperti tindakan dumping, untuk menjaga kelangsungan produksinya. Terbukti dari harga eceran di beberapa negara seperti Jepang

(25)

5.220,-/kg; padahal harga rata-rata gula dunia sekitar Rp 3.745,-/kg dengan

asumsi kurs dolar AS Rp 9.000,-/1 USD (Business News, 2003: 3). Bila

dicermati, harga gula domestik di negara-negara tersenut jauh lebih tinggi

daripada Indonesia namun negara-negara tersebut mampu mempertahankan

produksi gula domestiknya. Di Thailand misalkan, pada tahun 2002 harga gula

domestik mencapai USD300/ton namun harga ekspor gula mereka hanya

sebesar USD120-140/ton, sedangkan produksi gula mereka mencapai 6 juta

ton dan konsumsi gula sebesar 1,8-2 juta ton sehingga mereka mampu

mengekspor sebesar 3,8-4,3 juta ton pada tahun yang sama. Dengan

kemampuan ekspor sebesar itu (3,8-4,3 juta ton) dan harga gula ekspor lebih

rendah daripada harga gula domestik maka kebijakan praktik dumping

kemungkinan besar terjadi.

Dalam hal biaya produksi gula di Indonesia termasuk tinggi

dibandingkan negara lain. Brazil mampu memproduksi gula sebesar 22,4 juta

ton dengan biaya produksi USD204/MT pada tahun 2002, Australia

memproduksi gula sebesar 5,3 juta ton membutuhkan biaya produksi

USD249,1/MT, di Thailand membutuhkan USD272/MT untuk memproduksi

6 juta ton gula, sedangkan Indonesia membutuhkan USD280,6/MT untuk

memproduksi 1,75 juta ton gula.pada tahun 2002. Dengan biaya produksi

yang mahal dan hanya menghasilkan produksi gula yang tidak seimbang

dengan kebutuhan gula nasional, sementara harga gula dinegara lain relatif

lebih murah sedangkan produksi gula negara-negara tersebut melimpah,

(26)

proteksi dalam bentuk bea masuk dari negara-negara pengekspor gula juga

lebih tinggi daripada proteksi bea masuk gula impor di Indonesia. Di Uni

Eropa bea masuk yang diterapkan sebesar 240%, Amerika Serikat 155%, India

150%, Thailand 104%, dan Brazil 55% (Business News, 2003: 3) , sedangkan

Indonesia hanya menerapkan bea masuk impor gula sebesar 20%-25%.

Tabel 2.2

Tarif Impor Gula di Beberapa Negara Tahun 2002

No Negara Tarif Impor

1 Indonesia Rp550-Rp700/kg

2 Mesir 30%

3 Sri Langka 66%

4 Filipina 133%

5 Amerika Serikat 155%

6 Banglades 200%

7 Brasil 55%

8 Thailand 104%

9 Afrika Selatan 124%

10 Kolombia 130%

11 Uni Eropa 240%

Sumber: Harsoyo,Y. 2004: 154

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Impor Gula 1. Produksi gula

Indonesia merupakan negara agraris dan tanahnya subur sehingga

sangat cocok untuk ditanami tumbuh-tumbuhan perkebunan dan pertanian.

Hal ini dapat dibuktikan dengan salah satunya ekspor gula pada zaman

penjajahan Belanda. Kemampuan ekspor gula ini menjadikan Indonesia

(27)

Tabel. 2.3

Produksi dan Konsumsi Gula Nasional Tahun 1990-2002 Tahun Produksi

(ton)

Impor (ton) Konsumsi (ton)

Populasi Konsumsi per kapita 1990 1995 2000 2002 2.125.868 2.096.602 1.685.826 1.758.177 278.501 523.988 1.556.700 1.500.000 2.389.222 3.179.083 3.020.312 3.183.254 179.829 195.283 212.698 218.480 13.29 16.28 14.20 14.57

Sumber: Business News, 2003: 4

Dalam tabel diatas dapat terlihat bahwa produksi gula nasional

berjalan tidak seimbang dengan konsumsi. Jumlah konsumsi tahun 2002

dibandingkan dengan tahun 1990 meningkat 133% tetapi perbandingan

jumlah produksi pada tahun yang sama hanya mencapai 85%. Rendahnya

produksi gula ini diakibatkan oleh kondisi PG yang sudah sangat tua,

kapasitas mesin-mesin pengolah gula rendah dan kesulitan bahan baku

tebu akibat belum didukung areal pertanaman tebu. Dari 57 PG di Jawa,

10 diantaranya ditutup dan 47 yang masih aktif (Business News, 2003: 2).

Penurunan produksi akibat berkurangnya areal perkebunan tebu dan

bergeser ke lahan tegalan yang letaknya jauh dari PG berdampak pula pada

penurunan produktivitas dalam rentang waktu bersamaan (Rudhito, 2006:

5). Permasalahan dari biaya produksi juga muncul, pertama sewa tanah

yang semaikn mahal, kedua biaya buruh yang bersaing dengan industri

lain. Peningkatan dari faktor ini akan meningkatkan biaya produksi

pertanian tebu (Mubyarto, 1968: 105). Biaya produksi gula di Indonesia

juga terhitung tinggi (USD280,6/MT) dibandingkan Brazil yang mampu

(28)

USD204/MT, Australia memproduksi gula sebesar 5,3 juta ton

membutuhkan biaya produksi USD249,1/MT, dan Thailand membutuhkan

USD272/MT untuk memproduksi 6 juta ton gula (Business News, 2003:

3).

2. Konsumsi Nasional

Konsumsi gula di Indonesia tergolong tinggi yang menempatkan

Indonesia kedalam urutan kesembilan dalam hal konsumsi gula di dunia

(tabel 2) dan menjadikan Indonesia sebagai pangsa pasar produsen gula

utama dunia. Dalam tabel 2.3 tingkat konsumsi gula di Indonesia sebesar

3,3 sampai 3,4 juta ton lebih besar daripada tingkat produksi gula yang

hanya sekitar 1,6-1,7. Konsumsi yang sedemikian besar ini juga turut

dipengaruhi oleh tingginya populasi penduduk di Indonesia.

Menurut Mubyarto (1991: 77) konsumsi gula dibedakan dalam dua

pengertian yaitu

a. Konsumsi menurut ketersediaan atau jumlah yang tersedia untuk

dikonsumsi

Konsumsi ketersediaan bersifat agregat dan dihitung dengan

persamaan :produksi + impor – ekspor +/ - perubahan stok/persediaan

Konsumsi gula berdasarkan ketersediaan meliputi 4 macam

penggunaan yaitu: a. Pemakaian untuk konsumsi langsung oleh rumah

tangga, b. pemakaian oleh industri dan pembuat makanan/minuman, c.

(29)

spekulasi terutama bila keadaan harga tidak stabil dan bertendensi

naik.

b. Konsumsi langsung

Konsumsi langsung yaitu jumlah yang langsung dikonsumsi oleh

rumah tangga dalam wujud aslinya

3. Harga Gula

Perbedaan harga suatu barang antar negara dapat menjadi penyebab

suatu negara untuk melakukan ekspor atau impor. Pada gambar dibawah

ini menunjukkan permintaan (D) dan penawaran (S) barang x pada harga

(Px) tertentu di negara 1 (Gambar A) dan negara 2 (gambar B). Dari kedua

gambar tersebut terlihat bahwa harga barang x di negara 1 lebih rendah

daripada harga barang di negara 2.

Gambar 2.1

Gambar A Gambar B

(30)

Gambar2.2 Gambar C

Dalam gambar C menunjukkan gabungan kedua gambar tersebut

kedalam satu diagram. Harga baru tanpa perdagangan terjadi pada garis

horisontal (garis putus-putus a ke d) yang mengimbangi kelebihan

penawaran disatu negara dan kelebihan permintaan dinegara lain. Hal ini

ditunjukkan penawaran negara 1 mengimbangi permintaan di negara 2.

Dengan demikian a–b menyatakan ekspor dan c–d menyatakan impor.

Impor gula yang dilakukan oleh Indonesia menyebabkan gula

Indonesia kalah bersaing dengan gula impor baik dari segi harga maupun

kualitas. Biaya produksi gula di Indonesia yang tinggi dengan hasil

produksi yang minim dibandingkan dengan negara lain membuat harga

gula dan kualitas gula domestik kalah bersaing dengan gula impor.

Negara-negara tetangga pengekspor gula dengan biaya produksi yang kecil

dan hasil produksi yang besar dengan kualitas yang lebih baik

menggunakan sistem dumping guna menyelamatkan industri gula

dinegaranya. Oleh karena itu harga gula impor yang masuk ke Indonesia

(31)

Tabel 2.4

Perbandingan Harga Eceran Gula Tebu di beberapa negara Negara Harga/kg*) Jepang Swiss Perancis Inggris Jerman Swadia Korea Selatan Amerika Serikat China Bangladesh Nepal Australia Afrika Selatan Filipina Srilangka Thailand Malaysia Brasil Indonesia Rp 16.500. Rp 9.540 Rp 9.000 Rp 8.280 Rp 7.740 Rp 7.740 Rp 7.290 Rp 7.290 Rp 5.490 Rp 5.490 Rp 5.220 Rp 5.220 Rp 5.040 Rp 4.770 Rp 4.500 Rp 4.500 Rp 3.900 Rp 3.780 Rp 2.650

*) Kurs 1 dolar AS = Rp 9.000

Sumber: Harsoyo, Y, 2004: 154

4. Bea masuk impor gula

Selama ini proteksi gula di Indonesia terhitung masih kecil dibanding

negara-negara lain. Bea masuk yang diterapkan di Indonesia atas gula

impor sebesar 20%-25% (Harsoyo,Y: 2004:156). Bea masuk impor gula

yang ditetapkan oleh Indonesia tersebut termasuk cukup rendah, padahal

dinegara-negara lain seperti Uni Eropa menerapkan bea masuk impor

sebesar 240%, Amerika Serikat 155%, India 150%, Thailand 104% dan

Brasil 55% sedangkan batas toleransi yang diberikan oleh WTO untuk bea

(32)

Dengan bea masuk impor yang kecil seperti di Indonesia yang sangat

membutuhkan pasokan gula karena tidak tercukupinya kebutuhan

konsumsi gula akibat terbatasnya produksi gula domestik, maka Indonesia

sangat potensial untuk dijadikan segmen pasar ekspor gula bagi negara

pengekspor gula utama apalagi yang menerapkan sistem dumping.

C. Kebijakan Pergulaan Nasional 1. Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI)

Petani tebu memiliki peranan penting dalam penyedia bahan baku

untuk industri gula pasir. Kebijakan pemerintah dalam memberikan

perhatian bagi petani tebu adalah dengan dikeluarkannya Inpres No. 9

tahun 1975 mengenai Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Kebijakan ini

berpihak pada petani tebu karena menempatkan petani tebu sebagai

produsen tebu utama yang semula tugas tersebut menjadi tanggung jawab

pabrik gula, selain itu sistem TRI juga bertujuan untuk meningkatkan

produksi gula guna mencukupi kebutuhan gula dalam negeri dan untuk

meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produktivitas yang

dicapai dengan pengusahaan tanaman tebu secara intensif diatas lahan

masing-masing petani dengan dukungan berupa bantuan modal, bimbingan

teknis penanaman tebu kepada petani. Namun tujuan lain yang sebenarnya

lebih utama adalah pengalihan sistem penggunaan tanah dari sistem sewa

(33)

2. Dewan Gula Nasional (Kepres RI No.63 Tahun 2003)

Dewan gula merupakan lembaga non struktural yang berada dibawah

dan bertanggung jawab terhadap Presiden. Dewan Gula Nasional dibentuk

dalam rangka meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri gula, serta

dalam usaha memberdayakan petani agar mempunyai daya saing di pasar

internasional. Unsur-unsur dalam lembaga Dewan Gula tersebut terdiri

dari berbagai macam elemen seperti unsur petani, perusahaan-perusahaan

gula, lembaga konsumen, penyalur, pekerja, perguruan tinggi, dan

pemerintah.

3. Tata Niaga Impor Gula (Kep. Menperindag RI No.643/MPP/Kep/9/2002)

Tata niaga impor gula dimaksudkan untuk mengurangi besarnya

pasokan impor yang melebihi kebutuhan dalam negeri. Peningkatan

pasokan gula impor yang melebihi kebutuhan dalam negeri tersebut

menimbulkan kerugian bagi masyarakat terutama bagi petani/produsen

tebu yang berimbas pada pendapatan mereka. Isi dari Tata Niaga Impor

Gula mengenai peraturan gula yang boleh diimpor seperti gula kristal

mentah/gula kasar dan gula rafinasi yaitu gula yang dipergunakan sebagai

bahan baku proses produksi dan gula kristal putih yaitu gula yang dapat

dikonsumsi langsung tanpa diproses lebih lanjut. Semua jenis gula tersebut

hanya boleh diimpor oleh perusahaan yang telah mendapat pengakuan

sebagai Importir Produsen Gula atau IP Gula. Berdasarkan kebijakan tata

(34)

Perkebunan Nusantara (PN) IX, X, XI, dan PT Rajawali Nusantara

Indonesia (RNI) sebagai importir terdaftar.

4. Pembentukan Tim Pemantauan Pengadaan, Pendistribusian, dan

Perkembangan Harga Gula (Kep. Menperindag RI No. 328/ MPP/ Kep/ 4/

2003).

Pembentukan tim pemantauan, pendistribusian, dan perkembangan

harga gula tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan langkah-langkah

guna mencegah terjadinya kelangkaan dan lonjakan harga gula dipasaran

dalam negeri. Gula yang dipantau oleh tim tersebut adalah gula kristal

putih yang dapat dikonsumsi langsung tanpa proses lebih lanjut.

Tim Pemantauan Pengadaan, Pendistribusian dan Perkembangan harga

Gula bertugas untuk:

a. memantau pelaksanaan impor gula yang meliputi:

1) rencana dan realisasi impor (jumlah dan waktu tiba di pelabuhan

bongkar) berdasarkan izin impor yang dikeluarkan oleh Direktorat

Jenderal Perdagangan Luar Negeri

2) Stok impor yang disimpan di gudang yang dilaporkan oleh importir

3) Jumlah yang dibeli oleh distributor

b. memantau produksi gula dalam negeri yang meliputi:

1) rencana dan realisasi produksi gula pada industri gula (PTPN)

2) posisi stok gula gula yang dibeli dari petani yang berada di gudang

(35)

c. memantau distribusi dan perkembangan harga gula di distributor,

grosir, pengecer, (pasar) dan pembelian gula di tingkat petani.

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya mengambil dalam skripsi yang berjudul “

Tinjauan Deskriptif Impor Gula Indonesia Tahun 1992-2002” (Putranto,

2005). Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis secara deskriptif

produksi dan konsumsi gula Indonesia, perkembangan impor gula dan harga

gula dalam domestik dan harga gula internasional. Analisis data yang

digunakan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui produksi dan konsumsi gula, pertumbuhan impor gula,

dan pertumbuhan harga gula menggunakan rumus

Data tahun ke n - Data tahun ke n-1

Pertumbuhan = x 100 %

Data tahun ke n-1

b. Untuk mengetahui rata-rata produksi dan konsumsi gula menggunakan

rumus =

X = Variabel yang diteliti =

n t i

Xi

N N = Banyak data

c. Untuk mengetahui trend yang linear Y= a + bX sedangkan untuk yang non

linear Y= a + bX.

X = waktu

Kesimpulan yang diperoleh adalah

d. Jumlah produksi gula pasir kurang cukup untuk mencukupi kebutuhan

konsumsi. Kekurangan ini diakibatkan menurunnya produksi tebu yang

(36)

Rata-rata pemenuhan konsumsi gula oleh produk domestik hanya sekitar

57,7 %. Dengan uji trend dapat diperkirakan penurunan atau kenaikan gula

misalkan pada tahun 2007 akan terjadi penurunan produksi gula kurang

lebih 18,13 %.

e. Perkembangan impor gula pasir cenderung tinggi, rata-rata perkembangan

impor gula hampir 1,5 juta ton pertahun dengan rata-rata pemenuhan

konsumsi oleh produk impor sebesar 42,3 %. Dengan uji trend dapat

diperkirakan misalkan pada tahun 2007 perkembangan impor akan

mengalami kenaikan sebesar 29,51 %.

f. Harga gula Indonesia cenderung mengalami kenaikan. Dengan uji trend

dapat diperkirakan misalkan pada tahun 2007, harga gula dalam negeri

akan mengalami kenaikan sebesar 156,07 %. Dari yang semula Rp

2.560/Kg naik menjadi Rp 6.555, 432/Kg. Sedangkan harga gula

internasional diperkirakan pada tahun 2007 mengalami kenaikan 108,41 %

dari harga Rp 596/Kg menjadi Rp 1.242, 143/Kg. Faktor harga ini lah

yang akhirnya mendorong negara Indonesia untuk melakukan impor gula

dari negara pengekspor gula yang lain. Indonesia menjadi pasar ekpor gula

dari negara lain karena rendahnya tarif impor di Indonesia (sekitar Rp

(37)

E. Kerangka Berpikir 1. Produksi Nasional

Pada dasarnya ketidakmampuan produksi gula nasional untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi nasional dikarenakan jumlah produksi

gula nasional belum mencukupi kebutuhan konsumsi gula nasional,

sehingga dalam memenuhi kebutuhan gula nasional tersebut negara masih

memerlukan impor gula dari negara-negara produsen gula utama.

Ketidakmampuan tersebut dapat dikarenakan semakin berkurangnya luas

areal tanaman tebu semenjak diberikannya kebebasan bagi petani untuk

menentukan sendiri tanaman yang dibudidayakan sejak tahun 1995

(Harsoyo, Y. 2004:156). Selain itu membanjirnya produk gula impor yang

mutunya lebih baik dari gula dalam negeri serta harganya yang lebih

murah akan membawa kerugian bagi produsen gula nasional terutama bagi

petani yang ikut terimbas pada pendapatan yang menurun. Peran

pemerintah dalam membantu produsen gula nasional agar lebih

berproduktif sangat dibutuhkan.

2. Konsumsi nasional

Konsumsi gula nasional Indonesia tergolong besar yang

dikarenakan jumlah populasi penduduk yang masih tinggi. Namun disisi

lain produksi gula dalam negeri masih belum dapat mencukupi kebutuhan

konsumsi gula dalam negeri. Oleh karena itu impor gula dari negara

pengekspor utama gula merupakan alternatif bagi pemenuhan kebutuhan

(38)

3. Harga Gula

Harga gula domestik dipasaran lokal lebih tinggi dari harga gula

impor. Perbedaan harga gula tersebut membuat pilihan banyak masyarakat

untuk lebih memilih gula kristal putih dari hasil impor daripada gula lokal

yang kualitasnya jauh dari gula impor. Harga gula impor yang lebih murah

dari harga gula lokal tersebut dapat membuat pasaran gula lokal merosot

dan membuat bangkrut petani dan pabrik gula lokal.

4. Bea masuk impor

Bea impor di Indonesia terhitung masih rendah dibandingkan

dengan negara-negara lain yang menetapkan bea impor yang tinggi.

Dengan adanya bea impor gula yang rendah maka mengakibatkan

masuknya gula impor kedalam negeri sangat mudah. Dan mudahnya gula

impor tersebut masuk kedalam negeri mengakibatkan keresahan bagi

produsen gula nasional karena mutu dan harganya lebih baik dari gula

nasional.

F. Hipotesis

1. Impor gula dipengaruhi oleh produksi gula nasional

2. Impor gula dipengaruhi oleh konsumsi gula nasional

3. Impor gula dipengaruhi oleh harga gula nasional

4. Impor gula dipengaruhi.oleh bea masuk gula impor

5. Impor gula dipengaruhi oleh produksi gula, konsumsi gula, harga gula,

(39)

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Expost Facto. Penelitian Exspost Facto merupakan penelitian yang dilakukan terhadap peristiwa yang

telah terjadi dengan mengungkapkan data yang ada untuk mengetahui

faktor-faktor yang dapat menimbulkan peristiwa tersebut tanpa memberikan

perlakuan terhadap variabel bebas.

B. Data dan Sumber Data

Data-data yang diperoleh untuk menunjang penelitian ini diambil dari

Badan Pusat Statistik dan internet. Data yang diambil antara lain:

1. Data produksi gula nasional diukur dalam satuan ton selama periode

1995-2005

2. Data konsumsi gula nasional diukur dalam satuan ton selama periode

1995-2005

3. Data harga gula nasional diukur dalam satuan Rp/kg selama periode

1995-2005.

4. Data Bea masuk impor gula diukur dalam satuan Rp/kg selama periode

1995-2005.

Pengambilan data dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan

atau peneliti. Penulis mengambil data tahun 1995-2005, dengan

pertimbangan bahwa data tersebut merupakan data terbaru mengenai

(40)

produksi gula nasional, konsumsi gula nasional, harga gula nasional, dan

bea masuk impor gula. Data yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan jenis data sekunder deret waktu (time series) selama 10 tahun

(1995-2005) yang diambil dari Badan Pusat Statistik. Data sekunder yaitu

data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak

pengumpul data primer.

C. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang akan menjelaskan variabel terikat.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah produksi gula nasional (X1),

konsumsi gula nasional (X2), harga gula nasional per kg (X3), Bea

masuk gula (X4).

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang akan dijelaskan oleh variabel

bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah impor gula nasional

(Y).

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang mendukung penelitian ini, penulis

mengambil teknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi dan studi

pustaka. Dokumentasi adalah pengumpulan data melalui pencatatan

(41)

untuk mencari data mengenai produksi gula nasional, konsumsi gula

nasional, harga gula nasional dan bea masuk impor gula. Selain

dokumentasi, pengumpulan data juga dilakukan dengan cara studi pustaka,

yaitu pengumpulan data yang berhubungan dengan topik yang didapat dari

kepustakaan antara lain dari buku-buku atau referensi untuk memperoleh

data landasan teori dan pengetahuan.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji normalitas dan linieritas a. Pengujian normalitas

Dalam penelitian ini, pengujian normalitas menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov. Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah setiap variabel berdistribusi normal atau tidak.

Pengujian normalitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 11.0.

Jika nilai α hitung untuk tiap-tiap variabel penelitian ini dibawah α =

0,05 maka distribusi data variabel tersebut adalah tidak normal. Jika

masing-masing variabel mempunyai nilai lebih besar atau sama dengan

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian berdistribusi

normal. Adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut (Ghozali,I. 2002:36):

D = Max Fo(Xi) – SN (Xi)

Keterangan :

D = Deviasi maksimum

(42)

SN = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi

Jika nilai Fhitung > dari nilai Ftabel pada taraf signifikan 5%

(α=0,05), maka distribusi data dikatakan tidak normal. Sebaliknya jika

nilai Fhitung < dari nilai Ftabel maka distribusi dikatakan normal.

b. Pengujian linieritas

Pengujian linieritas dimaksudkan untuk menguji kelinieran

regresi ada tidaknya hubungan linier antara variabel bebas dengan

variabel terikat. Pengujian dilakukan dengan Uji F dengan rumus

sebagai berikut (Sudjana, 1992: 332):

F = 2

2

e TC

S S

Keterangan:

F = Nilai F untuk garis regresi

S2TC = Varians tuna cocok

Se2 = Varians kekeliruan

Berdasarkan hasil perhitungan selanjutnya dibandingkan

dengan Ftabel dengan taraf signifikansi 5%. Koefisien Fhitung diperoleh

dari perhitungan SPSS 11.0. Jika nilai Fhitung > nilai Ftabel maka

hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat linier dan

sebaliknya jika nilai Fhitung < dari nilai Ftabel maka hubungan antar

(43)

2. Pengujian asumsi klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis regresi,

terlebih dehulu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi ada tidaknya

pelanggaran dalam pengujian regresi linier ganda (Supranto J, 1984: 1).

Uji asumsi klasik yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Multikolinieritas (Multicolinearrity)

Multikolinieritas adalah adanya hubungan variabel-variabel

bebas di antara satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini disebut

variabel-variabel tidak orthogonal. Variabel yang bersifat tidak

orthogonal adalah variabel bebas yang korelasinya tidak sama dengan

nol. Untuk mendeteksi masalah ini digunakan rumus korelasi. Adapun

rumus korelasinya sebagai berikut:

rxy =

(

)(

)

(

)

}

{

(

)

{

}

− 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N keterangan :

r = Koefisien korelasi

Y = skor variabel Y

X = skor variabel X

N = jumlah data

Selanjutnya dengan bantuan komputer program SPSS diadakan

(44)

1. Jika VIF > 5, maka terjadi multikolinieritas

2. Jika VIF < 5, maka tidak terjadi multikolonieritas.

b. Heteroskedastisitas (Heteroscedasticity)

Heteroskesdastisitas adalah suatu keadaan dimana varians dan

kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas

(Supranto. J, 1984: 69). Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada

tidaknya masalah heteroskesdastisitas digunakan uji korelasi rank dari

Spearman (Spearman’s rank correlation test). Rumus korelasi rank dari Spearman didefinisikan sebagai berikut:

rs = 1 – 6

(

)

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢

⎢ ⎣ ⎡

1

2 2

n n

di

Dimana:

di = Perbedaan dalam rank yang diberikan kepada dua karakteristik

yang

berbeda dari individu atau fenomena ke i.

n = Banyaknya individu atau fenomena yang diberi rank.

Selanjutnya dengan bantuan komputer program SPSS, untuk

menentukan terjadi tidaknya masalah heteroskedastisitas digunakan

ketentuan sebagai berikut:

1. Jika rs hitung > rs tabel, maka terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika rs hitung < rs tabel, maka tidak terjadi heteroskesdastisitas.

Atau dapat juga dengan membandingkan tingkat

(45)

1. Jika probabilitas (P) > 0,05; maka terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika probabilitas (P) < 0,05; maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Autokorelasi

Autokorelasi atau korelasi serial, ialah kondisi yang berurutan

diantara gangguan atau disturbansi yang masuk kedalam fungsi regresi

atau korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan

menurut waktu atau ruang. Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah

autokorelasi dapat diuji dengan jalan menghitung “ The Durbin-Watson Statistic d”.

d =

)

(

=

= −

n

n t n

t

t t

e e e

1 2 2

1

Dimana: D = Statistik Durbin-Watson

et = Gangguan estimasi

t = Observasi terakhir

t-1 = Observasi sebelumnya

Untuk memperoleh kesimpulan apakah ada masalah autokorelasi

atau tidak, hasil hitungan statistik d harus dibandingkan dengan tabel

(46)

Tabel 3.1

Statistik Durbin-Watson

Jika Ho tidak ada serial korelasi positif maka

Nilai d Keterangan

d < dl Tolak Ho

d > du Terima Ho

dl ≤ d ≤du Tidak dapat disimpulkan

Tabel 3.2

Statistik Durbin Watson

Jika Ho tidak ada serial korelasi negatif Nilai d Keterangan

d>4 – dl Tolak Ho

d <4 – du Terima Ho

(47)

Gambar 3.1 Diagram pengujian hipotesis Durbin Watson

menolak Ho* Bukti autokorelasi negatif

daerah keragu-raguan

daerah keragu-raguan menolak Ho

Bukti autokorelasi positif

2 4-du 4-dl

du dl

menerima Ho atau

menolak H*o atau keduanya

0 4

3. Analisis regresi Linear Sederhana

Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui

pengaruh satu variabel independen dengan satu variabel dependen

(Sugiyono, 2005: 244).

Rumus yang digunakan adalah

Y = a + bX

Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan

a = Harga bila X = 0 (harga konstan)

b = Koefisien regresi

X = Subyek pada variabel independen

4. Analisis regresi linier berganda

Untuk menjawab masalah 1 sampai dengan 5, yaitu mengetahui

pengaruh variabel independen (produksi gula, konsumsi gula, harga gula,

(48)

maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2005: 347)

adalah :

Υ = a + b1Χ1 + b2Χ2 +b3X3+ b4Χ4

dimana: Υ = variabel terikat

a = konstanta

b1, b2, … b4 = koefisien regresi

Χ1, Χ2,…Χ4 = variabel bebas

Analisis untuk mengukur berapa besar pengaruh variabel

independen (produksi gula, konsumsi gula, harga gula nasional, bea

masuk) terhadap variabel dependen (impor gula), sehingga persamaan

regresinya menjadi:

Υ = a + b1Χ1 + b2Χ2 + b3Χ3 + b4Χ4

dimana :

Υ = Impor gula

a = konstanta

b1 = Koefisien Prediktor Χ1

b2 = Koefisien Prediktor Χ2

b3 = Koefisien Prediktor Χ3

b4 = Koefisien Prediktor Χ4

Χ1 = Produksi gula nasional

Χ2 = Konsumsi gula nasional

Χ3 = Harga gula

(49)

Untuk mencari koefisien regresi b1,b2,b3, dan b4 dapat

digunakan persamaan simultan sebagai berikut :

ΣΧ1Υ = b1ΣΧ12 + b2ΣΧ1ΣΧ2 + b3ΣΧ1ΣΧ3 + b4ΣΧ1ΣΧ4 + b5ΣΧ1ΣΧ5

ΣΧ2Υ = b1ΣΧ1ΣΧ2 + b2ΣΧ22 + b3ΣΧ2ΣΧ3 + b4ΣΧ2ΣΧ4 + b5ΣΧ2ΣΧ5

ΣΧ3Υ = b1ΣΧ1ΣΧ3 + b2ΣΧ2ΣΧ3 + b3ΣΧ32 + b4ΣΧ3ΣΧ4 + b5ΣΧ3ΣΧ5

ΣΧ4Υ = b1ΣΧ1ΣΧ4 + b2ΣΧ2ΣΧ4 + b3ΣΧ3Χ4 + b4ΣΧ42 + b5ΣΧ4ΣΧ5

a = Υ- b1Χ1 – b2Χ2 – b3Χ3 – b4Χ4 – b5Χ5

5. Uji koefisien regresi linear secara individu (parsial)

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh

keterandalan masing-masing koefisien regresi (b1,b2,b3,dan b4) dan dapat

juga diartikan sebagai penguji signifikan tidaknya pengaruh antara

variabel Χ1 terhadap Υ, Χ2 terhadap Υ, Χ3 terhadap Υ, Χ4 terhadap Y.

Untuk melakukan pengujian ini digunakan uji t. Sebelum melakukan

pengujian, maka ditentukan terlebih dahulu hipotesis sebagai berikut :

Ho: b1 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen

terhadap variabel dependen.

Hi : b1 ≠ 0, ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen

terhadap variabel dependen.

Rumus untuk t hitung adalah sebagai berikut:

(50)

Gambar 3.2 Diagram pengujian hipotesis

Kriteria penerimaan dan penolakan hipotaesis

1. Ho ditolak bila : thitung > ttabel berarti tidak ada pengaruh nyata dan

signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen.

2. Ho diterima bila : thitung < ttabel berarti ada pengaruh nyata dan

signifikan dari masing–masing variabel independen terhadap

variabel dependen.

6. Uji koefisien regresi berganda

Untuk melakukan uji hipotesis koefisien regresi secara berganda

(bersama-sama), maka digunakan uji F. Hipotesis untuk uji F sebagai berikut:

1. Ho : bi (1,2,3,4) = 0 berarti tidak ada pengruh antara variabel

(51)

2. Hi : b (1,2,3,4) ≠ 0 berarti ada pengaruh antara variabel independen

terhadap variabel dependen.

Rumus F hitung=R2/ k (1 – R2)/ (n-k-1)

Kriteria penolakan dan penerimaan hipotesis

1. Ho ditolak bila: Fhitung > F tabel berarti tidak ada pengaruh nyata dan

signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen

secara bersama-sama.

2. Ho diterima bila: Fhitung < Ftabel berarti ada pengaruh nyata dan

signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen

secara bersama-sama.

(52)

1. Pengujian Prasyarat Regresi

Sebelum melakukan analisis data, maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat regresi. Pengujian prasyarat regresi dilakukan untuk mengetahui apakah data-data yang didapat layak untuk diuji dengan uji regresi. Syarat-syarat tersebut adalah:

a. Pengujian Normalitas

Tabel 4.1

Normalitas Data Dengan Kolmogorov Npar test

Descriptive Statistics

11 1854095 282787.904 1448599 2219118

11 3096589 146191.631 2888843 3324662

11 3157848 1381781.817 1428820 5500000

11 13.64 13.246 0 30

11 1236974 312424.960 774468 1596736

produksi konsumsi harga beamasuk impor

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Tabel diatas menggambarkan mean, standar deviasi, nilai

minimum dan maksimum dari variabel dependen (variabel impor) dan

masing-masing variabel independen (variabel produksi, konsumsi,

harga,dan bea masuk).

(53)

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

11 11 11 11 11

1854094,6 3096589,0 3157848 13.64 1236974

282787,91 146191,63 1381782 13.246 312425

.212 .103 .174 .303 .241

.182 .103 .174 .303 .175

-.212 -.090 -.105 -.259 -.241

.704 .340 .577 1.005 .800

.705 1.000 .893 .265 .544

N

Mean

Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

produksi konsumsi harga beamasuk impor

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan rumus “Kolmogorov Smirnov”. Pengujian normalitas data dilakukan untuk semua data atau variabel penelitian yaitu sebagai berikut:

1). Produksi Gula

a) Dari tabel deskriptif statistik diperoleh jumlah case (N) 11, Mean 1854095, Standar deviasi 282787.904, Nilai minimum 1448599, dan nilai maksimum 2219118

(54)

2). Konsumsi Gula

a) Dari tabel deskriptif statistik diperoleh jumlah case (N) 11, Mean 3096589, Standar deviasi 146191.631, Nilai minimum 2888843, dan nilai maksimum 3324662

b) Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh nilai asymp. Sig yaitu: 1.000. Jadi probabilitas (Sig) 1.000>0.05. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa data konsumsi gula (X2) berdistribusi normal.

3). Harga Gula

a) Dari tabel deskriptif statistik diperoleh jumlah case (N) 11, Mean 3157848, Standar deviasi 1381781.817, Nilai minimum 1428820, dan nilai maksimum: 5500000

b) Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh nilai asymp. Sig yaitu 0.893. Jadi probabilitas (Sig) 0.893>0.05. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa data harga gula (X3) berdistribusi normal.

4). Bea Masuk Gula

(55)

b) Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh nilai asymp Sig yaitu 0.265. Jadi probabilitas (Sig) 0.265>0.05. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa data bea masuk gula (X4) berdistribusi normal.

5). Impor Gula

a) Dari tabel deskriptif statistik diperoleh jumlah case (N) 11, Mean 1236974,0 Standar deviasi 312424.960, Nilai minimum 774468, dan nilai maksimum 1596736

b) Dari hasil pengujian “One Sample Kolmogorov” diperoleh nilai asymp. Sig yaitu: .0.544. Jadi probabilitas (Sig) 0.544>0.05. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa data bea masuk gula (Y) berdistribusi normal.

b. Pengujian Linieritas

(56)

1). Produksi Gula (X!)

Tabel 4.3

Hasil Uji Linieritas Produksi Gula

ANOVA Tablea

2094607721922 1 2094607721922 23,591 ,000 1775783540943 20 88789177047,2

3870391262865 21 (Combined) Between Groups Within Groups Total impor * produksi

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

With fewer than three groups, linearity measures for data * ket cannot be computed. a.

Dari perhitungan impor gula dengan produksi gula dalam

pengujian linieritas diperoleh Fhitung sebesar 23,591 dengan

probabilitas 0.000. Hasil Fhitung kemudian dibandingkan dengan

Ftabel. Dengan menggunakan taraf signifikansi (α) 0.05, nemurator

1 dan denemurator 20 diperoleh Ftabel 4.35, jadi Fhitung 23.591>Ftabel

4.35 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga hubungan antara

impor gula (Y) dengan produksi gula (X1) bersifat linier.

2). Konsumsi Gula (X2)

Tabel 4.4

Hasil Uji Linieritas Konsumsi Gula

ANOVA Tablea

19019919996008 1 19019919996008 319,713 ,000

1189813485817,8 20 59490674290,892

20209733481826 21 (Combined) Between Groups Within Groups Total impor * konsums i

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

With fewer than three groups, linearity measures for data * ket cannot be computed. a.

Dari perhitungan impor gula dengan konsumsi gula dalam

pengujian linieritas diperoleh Fhitung sebesar 319.713 dengan

(57)

Ftabel. Dengan menggunakan taraf signifikansi (α) 0.05, nemurator 1 dan denemurator 20 diperoleh Ftabel 4.35, jadi Fhitung 319,713>Ftabel 4.35 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga hubungan antara impor gula (Y) dengan konsumsi gula (X2) bersifat linier.

3). Harga Gula (X3)

Tabel 4.5

Hasil Uji Linieritas Harga Gula

ANOVA Tablea

8372663864497,0 1 8372663864497,0 171,551 ,000

976112648962,81 20 48805632448,140

9348776513459,9 21 (Combined)

Between Groups Within Groups

Total impor *

harga

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

With fewer than three groups, linearity measures for data * ket cannot be computed. a.

(58)

4). Bea Masuk

Tabel 4.6

Hasil Uji Linieritas Bea Masuk

ANOVA Tablea

8415391413601 1 8415391413601 172,430 ,000

976093557507 20 48804677875,4

9391484971109 21

(Combined) Between Groups

Within Groups

Total impor *

beamas uk

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

With fewer than three groups, linearity measures for data * ket cannot be computed. a.

Dari perhitungan impor gula dengan bea masuk gula dalam

pengujian linieritas diperoleh Fhitung sebesar 172.430 dengan

probabilitas 0.000. Hasil Fhitung kemudian dibandingkan dengan

Ftabel. Dengan menggunakan taraf signifikansi (α) 0.05, nemurator

1 dan denemurator 20 diperoleh Ftabel 4.35, jadi Fhitung

172.430>Ftabel 4.35 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga

hubungan antara impor gula (Y) dengan bea masuk gula (X4)

bersifat linier.

2. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan

tujuan untuk mendeteksi dan mengetahui ada tidaknya pelanggaran atau

penyimpangan dalam pengujian “regresi linier berganda”. Pengujian

(59)

a. Pengujian Multikolinieritas

Tabel 4.7

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

502655,4 394895,6 1,273 ,250

-,960 ,018 -,869 -54,486 ,000 ,920 1,087

,793 ,143 ,371 5,532 ,001 ,052 4,150

1,184E-02 ,012 ,052 ,948 ,380 ,077 4,320

153997,4 69421,599 ,065 2,218 ,068 ,270 3,706

(Constant) produksi konsumsi harga beamasuk Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: impor a.

Pengujian multikolinieritas dilakukan untuk data dari variabel bebas yaitu sebagai berikut:

1). Produksi Gula

Dari hasil output “Collinearity Statistic” diperoleh VIF (Variance Inflation Factor) sebesar 1.087 yang berarti bahwa VIF 1.087 < 5. Dengan hasil tersebut maka variabel produksi gula bersifat tidak terjadi multikolinieritas sehingga dapat dikatakan bahwa produksi gula tidak mempunyai hubungan atau korelasi dengan variabel lainnya.

2). Konsumsi Gula

(60)

3). Harga Gula

Dari hasil output “Collinearity Statistic” diperoleh VIF (Variance Inflation Factor) sebesar 4,320 yang berarti bahwa VIF 4,320 < 5. Dengan hasil tersebut maka variabel harga gula bersifat tidak terjadi multikolinieritas sehingga dapat dikatakan bahwa harga gula tidak mempunyai hubungan atau korelasi dengan variabel lainnya.

4). Bea Masuk Gula

(61)

b. Pengujian Heterokedastisitas

Tabel 4.8

Hasil Uji Heterokedastisitas

Correlations

1,000 -,027 -,082 -,090 ,055

, ,937 ,811 ,791 ,873

11 11 11 11 11

-,027 1,000 ,927** ,844** -,127

,937 , ,000 ,001 ,709

11 11 11 11 11

-,082 ,927** 1,000 ,794** ,045

,811 ,000 , ,004 ,894

11 11 11 11 11

-,090 ,844** ,794** 1,000 -,090

,791 ,001 ,004 , ,791

11 11 11 11 11

,055 -,127 ,045 -,090 1,000

,873 ,709 ,894 ,791 ,

11 11 11 11 11

Correlation Coefficie Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficie Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficie Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficie Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficie Sig. (2-tailed) N produksi konsumsi harga beamasuk residu Spearman's rho

produksi konsumsi harga beamasuk residu

Correlation is significant at the .01 level (2-tailed). **.

Pada penelitian ini, pengujian heterokedastisitas dilakukan

deengan menggunakan uji korelasi rank dari Spearman (Spearman’s

rank corellation test). Pengujian ini dilakukan untuk menunjukkan

bahwa variasi (varians) dari variabel tidak sama untuk semua

pengamatan. Pengujian ini untuk semua variabel bebas.

1). Produksi gula (X1) dan residu

Pada output antara X1 dan residu menghasilkan angka (r) – 0,055

dengan probanilitas 0,873. Jadi dengan membandingkan

probabilitasnya diperoleh P 0,873 > 0,05. hal ini menunjukkan

antara produksi gula dengan impor gula “tidak terjadi

(62)

2). Konsumsi gula (X2) dan residu

Pada output antara X2 dan residu menghasilkan angka (r) 0,127 dengan probanilitas 0,709. Jadi dengan membandingkan probabilitasnya diperoleh P 0,709 > 0,05. hal ini menunjukkan antara konsumsi gula dengan impor gula “tidak terjadi heterokedastisitas”

3). Harga gula (X3) dan residu

Pada output antara X3 dan residu menghasilkan angka (r) 0,045 dengan probanilitas 0,894. Jadi dengan membandingkan probabilitasnya diperoleh P 0,894 > 0,05. hal ini menunjukkan antara harga gula dengan impor “tidak terjadi heterokedastisitas” 4). Bea masuk gula (X4) dan residu

Pada output antara X1 dan residu menghasilkan angka (r) 0,090 dengan probanilitas 0,791. Jadi dengan membandingkan probabilitasnya diperoleh P 0,791 > 0,05. hal ini menunjukkan antara bea masuk gula dengan impor gula “tidak terjadi heterokedastisitas”

c. Autokorelasi

(63)

perbandingan ternyata nilai d 2,454 terletak diantara 1,55-2,46 yang berarti tidak terdapat autokorelasi

3. Uji Statistik

Uji statistik dilakukan untuk mengetahui hasil dari analisis regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS. Model persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4 Keterangan: Y = Impor gula

A = Konstanta

X1 = Produksi gula X2 = Konsumsi gula X3 = Harga gula X4 = Bea masuk

Uji statistik yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji F, uji t, dan R2 (koefisien determinasi). Berikut ini penjelasan masing-masing uji statistik pada penelitian ini:

a. Uji F

(64)

variabel independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji F

ANOVAb

974724691859,81 4 2,437E+11 1068.103 .000a

1368863893.097 6 228143982,2

976093555752,91 10 Regression Residual Total Model 1

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), beamasuk, produksi, harga, konsumsi a.

Dependent Variable: impor b.

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil analisis diperoleh hasil Fhitung 1068,103 dengan signifikansi 0.000. karena Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel produksi gula, konsumsi gula, harga gula, dan bea masuk impor gula secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel impor gula.

b. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila nlai Thitung > Ttabel berarti variabel independen secara individual berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Tabel 4.10 Hasil Analisis Uji t

Coefficientsa

502655,4 394895,6 1,273 ,250

-,960 ,018 -,869 -54,486 ,000 ,920 1,087

,793 ,143 ,371 5,532 ,001 ,052 4,150

1,184E-02 ,012 ,052 ,948 ,380 ,077 4,320

153997,4 69421,599 ,065 2,218 ,068 ,270 3,706

(Constant) produksi konsumsi harga beamasuk Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

(65)

Hasil uji t pada tabel diatas dijelaskan dalam masing-masing variabel berikut ini:

1). Produksi Gula

Hasil analisis uji t untuk variabel produksi (Thitung) adalah 54,486 dengan nilai signifikansi 0,000. Oleh karena Thitung 54,486 > Ttabel 2,201, maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel produksi berpengaruh signifikan terhadap impor gula. Hasil uji t ini mendukung hipotesis penelitian bahwa produksi gula berpengaruh negatif terhadap impor gula nasional

2). Konsumsi Gula

Hasil analisis uji t untuk variabel konsumsi (Thitung) adalah 5,532 dengan nilai signifikansi 0,000. Oleh karena Thitung 5,532 > Ttabel 2,201, maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel konsumsi berpengaruh signifikan terhadap impor gula. Hasil uji t ini mendukung hipotesis penelitian bahwa konsumsi gula berpengaruh positif terhadap impor gula nasional

3). Harga Gula

(66)

4). Bea Masuk

Hasil analisis uji t untuk variabel bea masuk (Thitung) adalah 2,218 dengan nilai signifikansi 0,000. Oleh karena Thitung 2,201 < Ttabel 2,201, maka Ho diterima. Hal ini berarti bahwa variabel bea masuk tidak berpengaruh signifikan terhadap impor gula. Hasil uji t ini tidak mendukung hipotesis penelitian bahwa bea masuk gula berpengaruh negatif terhadap impor gula nasional

c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu alat untuk mengukur besarnya persentase pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 0 besarnya koefisien determinan suatu persamaan regresi, maka semakin kecil pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya semakin besar koefisien determinasi mendekati angka 1, maka semakin besar pula pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel 4.11 Hasil Analisis Uji R2

Model Summaryb

.999a .999 .998 15104.436 2.454

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-W atson

Predictors: (Constant), beamasuk, produksi, harga, konsumsi a.

Dependent Variable: impor b.

(67)

sebesar1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

B. Pembahasan

Dari uraian dalam analisis data tersebut diatas, maka akan diuraikan berbagai faktor dan alasan-alasan yang terkait dengan faktor yang mempengaruhi impor gula nasional. Dalam analisis data diatas, pengaruh keempat variabel independen tersebut dapat berupa

Gambar

Tabel 2.
Tabel 2.2
Tabel. 2.3
       Gambar A Gambar 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil buku dan beberapa skripsi di atas, dapat diketahui yang menjadi perbandingan dengan penelitian saya adalah perkembangan fisik Kota dari tahun 1993-2018,

(2) Kemampuan Guru dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan media teks dialog sudah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

Pada tahun 2010, Pemerintah Kota Tangerang merencanakan penggusuran terhadap 350 keluarga warga Kampung Neglasari di tepi Sungai Cisadane yang nota bene adalah

Hasil penelitian yang telah disebutkan serta dijabarkan diatas, dapat disimpulkan sesuai dengan gelaja atau bentuk perilaku hopelessness yang dikemukakan oleh

p€mdalahan rans berkaitrn de.gan hulum Sc6agai -riai da.i stukur orlani$r perusahaan yaog lerhimpun dalam sualu brro setiretrnaidan hukum. dalam b.nind3k aks nama

setiap pengurangan dana pada rekening giro rupiah yang dilakukan oleh pemegang rekening giro, Bank Indonesia atau pihak yang diberi kuasa oleh pemegang rekening giro

Untuk model tanpa waktu tunda diperoleh tiga titik tetap yang bersifat sadel dan simpul/spiral stabil, sedangkan titik tetap pada model dengan waktu tunda terdapat titik tetap

Pada rencana ruang, kawasan dibagi dalam beberapa ruang dengan tujuan untuk peningkatan kualitas aspek biofisik dengan cara menentukan tindakan konservasi, rehabilitasi dan