• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR:Studi Kualitatif pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Labortorium UPI Kampus Cibiru Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR:Studi Kualitatif pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Labortorium UPI Kampus Cibiru Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah peneliti ucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “ANALISIS

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR”

ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Dasar Konsentrasi

Matematika SD SPs UPI Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

informasi objektif tentang kemampuan komunikasi matematis siswa selama

proses pembelajaran berlangsung.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis masih banyak

kekurangan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu dan pengalaman

peneliti. Oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti

harapkan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan, peneliti berharap semoga tesis ini

bermanfaat bagi peneliti khususnya dan para pembaca umumnya.

(2)

Peneliti.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti menyadari dan merasakan sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian

tesis ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak.

Untuk itu peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan

setulus-tulusnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Porf. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed. selaku Pembimbing I, sekaligus

sebagai Direktur Pascasarjana UPI, yang di tengah-tengah kesibukannya telah

memberikan bimbingan, arahan, dan nasehat serta selalu memberi motivasi

dengan penuh kesabaran mulai dari awal sampai akhir penyusunan tesis ini.

2. Bapak Dr. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D. selaku Pembimbing II yang selalu

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, nasehat, dan

motivasi dengan penuh perhatian dan kesabaran sampai selesai penyusunan

tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M.Pd., M.A. selaku ketua Program Studi

Pendidikan Dasar, yang telah banyak memberikan kemudahan.

4. Ibu Dra. Hj. Entang Kartika, M.Pd selaku Kepala Sekolah Dasar Laboratorium

UPI Kampus Cibiru yang memberi ijin dan dukungannya atas pelaksanaan

penelitian ini.

5. Ibunda tercinta Hj. Aminah, Suami, anak tercinta, kakak-kakak, dan seluruh

(3)

do’a serta dorongan dan bimbingan sejak mengikuti perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini.

6. Ibu Aas Hasanah, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan Keluarga Besar SDN

Jelegong III Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung, yang telah memberi

dukungan kepada peneliti.

7. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Dasar, dan semua

pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Teriring doa yang tulus, semoga segala kebaikan yang bapak/ibu, saudara

berikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amien.

Bandung, 10 Juli 2012 Peneliti

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian/Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Originalitas Penelitian ... 12

G. Definisi Istilah ... H. Sistematika Penulisan ... 15 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 17

1. Pengertian ... 17

2. Aspek –aspek Komunikasi Matematika... 19

3. Indikator Komunikasi Matematis... 22

B. Pembelajaran Matematika ... C. Pentingnya Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika ... 24

26 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode ... 30

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 32

C. Jenis Data Penelitian ... 33

D. Instrumen Penelitian ... 35

E. Sampel Sumber Data ... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 36

G. Analisis Data ... 39

H. Pengecekan Keabsahan Temuan ... 41

(5)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 49

B. Penyajian Data ... 50

C. Temuan Penelitian ... 54

D. Pembahasan ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 131

B. Rekomendasi ... 135

DAFTAR PUSTAKA ... 137

LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Rencana Pembelajaran ... 141

B. Instrumen Penelitian ... 160

C. Data Hasil Penelitian ... 176

D. Foto Penelitian ... 229

Permohonan Ijin Penelitian ... 233

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Perbedaan dan Persamaan Beberapa Penelitian ... 14

4.1 Hubungan Pertanyaan Penelitian dan Prinsip Triangulasi ... 48

4.2 Kemunculan Indikator Kemampuan Komunikasi ... 55

4.3 Diagram Nilai Lembar Kerja Siswa ... 76

4.4 Diagram Hasil Evaluasi Siswa Pada Konsep Pengukuran Waktu .. 81

4.5 Rata-rata Nilai Siswa ... 119

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

3.1 Komponen dalam Analisis Data ... 40

3.2 Triangulasi Sumber Data ... 42

3.3 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.4 Triangulasi Waktu Pengumpulan Data ... 43

4.1 Siswa Merespon Pertanyaan Guru ... 57

4.2 Kemampuan siswa dalam menyatakan ide secara tulisan ... 59

4.3 Kemampuan siswa dalam menyatakan ide secara tulisan ... 60

4.4 Kemampuan siswa dalam menyatakan ide secara tulisan ... 60

4.5 Hasil Pekerjaan Siswa pada Lembar Evaluasi ... 62

4.6 Hasil Pekerjaan Siswa pada Lembar Kerja Siswa ... 62

4.7 Contoh Lembar Kerja Siswa ... 64

4.8 Lembar Evaluasi Siswa ... ... 65

4.9 Lembar Kerja Siswa tentang menentukan waktu awal dan akhir ... 67

4.10 Lembar Evaluasi tentang menghitung waktu awal dan akhir ... 68

4.11 Hasil Pekerjaan Siswa pada LKS ... 70

4.12 Aktivitas Siswa saat mendengar penjelasan Guru ... 72

4.13 Aktivitas Siswa dalam kegiatan diskusi ... 73

4.14 Aktivitas Siswa dalam kegiatan Menulis tentang Matematika ... 74

4.15 Aktivitas Siswa saat mengajukan pertanyaan ... 77

4.16 Aktivitas Siswa dalam menjelaskan saat Presentasi ... 78

4.17 Sikap Siswa ketika menanggapi pertanyaan dari Guru ... 82

4.18 Penggunaan Media sebagai Motivasi dalam Pembelajaran ... 85

4.19 Pemberian Bintang keaktifan ... 86

4.20 Aktivitas Siswa dalam diskusi ... 87

4.21 Aktivitas Siswa pada kegiatan Presentasi ... 87

4.22 Hasil Pekerjaan Siswa ... 89

4.23 Lembar Kerja Siswa ... 101

4.24 Aktivitas Siswa saat merespon pertanyaan ... 102

4.25 Kemampuan Siswa dalam menyatakan ide secara tulisan ... 103

4.26 Kemampuan Siswa dalam menyatakan ide secara tulisan ... 104

4.27 Kemampuan Siswa dalam menyatakan ide secara tulisan ... 104

4.28 Hasil Pekerjaan Siswa pada Lembar Evaluasi ... 106

4.29 Hasil Pekerjaan Siswa pada Lembar Kerja Siswa ... 107

4.30 Contoh Lembar Kerja Siswa ... 108

4.31 Lembar Evaluasi Siswa dalam mengungkap kemampuan ... 109

4.32 Lembar Kerja Siswa tentang Perubahan Waktu ... 111

4.33 Lembar Evaluasi tentang Perubahan Waktu ... 111

4.34 Hasil Pekerjaan Siswa pada Lembar Kerja Siswa ... 112

(8)

4.36 Aktivitas Diskusi ... 115

4.37 Aktivitas menulis tentang Matematika ... 115

4.38 Aktivitas Siswa dalam menjelaskan saat Presentasi ... 117

DAFTAR LAMPIRAN Halaman A. Rencana Pembelajaran R. 1 Rencana Pembelajaran 1 ... 141

R. 2 Rencana Pembelajaran 2 ... 146

R. 3 Rencana Pembelajaran 3 ... 151

R. 4 Rencana Pembelajaran 4 ... 156

B. Instrumen Penelitian B1 LK 1 Lembar Kerja 1 ... 160

LK 2 Lembar Kerja 2 ... 162

LK 3 Lembar Kerja 3 ... 164

LK 4 Lembar Kerja 4 ... 166

B2 LE 1 Lembar Evaluasi 1 ... 167

LE 2 Lembar Evaluasi 2 ... 168

LE 3 Lembar Evaluasi 3 ... 169

LE 4 Lembar Evaluasi 4 ... 170

B3 FW 1 Format Wawancara Guru ... 171

FW 2 Format Wawancara Siswa ... 173

FOb Format Observasi ... 174

FCL Format Catatan Lapangan ... 175

C. Data Hasil Penelitian C1 D.TW 1 Transkrif Wawancara Siswa ... 176

D.TW 2 Transkrif Wawancara Guru ... 177

C2 D.Ob 1 Transkrif Observasi 1 ... 180

D.Ob 2 Transkrif Observasi 2 ... 183

D.Ob 3 Transkrif Observasi 3 ... 186

D.Ob 4 Transkrif Observasi 4 ... 189

C3 D.AV 1 Transkrif Audio Video ... 191

D.AV 2 Transkrif Audio Video ... 194

D.AV 3 Transkrif Audio Video ... 197

D.AV 4 Transkrif Audio Video ... 199

C4 DT.CL 1 Transkrif Catatan Lapangan ... 201

DT.CL 2 Transkrif Catatan Lapangan ... 204

DT.CL 3 Transkrif Catatan Lapangan ... 207

DT.CL 4 Transkrif Catatan Lapangan ... 210

C5 S.Doc 1 Rekap Nilai Evalusi Akhir ... 213

S.Doc 2 Rekap Nilai Lembar Kerja Siswa ... 214

S.Doc 3 Rekap Penguasaan Konsep Matematika ... 215

S.Doc 4 Rangkuman Hasil Jawaban Siswa pada setiap Soal Test 216 C6 Data Pekerjaan Siswa (LKS) ... 218

(9)
(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Dalam dunia pendidikan matematika merupakan salah satu mata pelajaran

di sekolah yang mendapatkan porsi perhatian terbesar baik dari kalangan

pendidik, orangtua maupun siswa. Banyak di antara orangtua yang memiliki

persepsi bahwa matematika merupakan pengetahuan terpenting yang harus

dikuasai siswa. Sayangnya, tidak semua siswa memiliki kemampuan cemerlang di

bidang matematika. Bahkan banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika

merupakan pelajaran yang sulit dan menjadi hal yang paling menyeramkan.

Salah satu tujuan diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar

dan menengah, tercantum dalam permen nomor 22 tahun 2006 pada butir ke

empat yaitu “agar siswa mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,

tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah”.

Kalimat tersebut bermakna bahwa komunikasi matematis merupakan salah

satu kemampuan penting yang harus dikembangkan dalam diri siswa, sejalan

dengan kalimat yang terdapat dalam NCTM (2000: 60), bahwa: “Communication

is an essential part of mathematics and mathematics education”. Ini bermakna

bahwa kemampuan komunikasi matematika menjadi hal yang fundamental yang

(11)

Lebih lanjut dalam NCTM (2000: 29) dijelaskan bahwa: “The process

standards problem solving, Reasoning and Proof, communication, connections,

and representation highlight ways of acquiring and using content knowledge”.

Maksudnya bahwa komunikasi merupakan salah satu dari lima standar

proses yang ditekankan dalam NCTM, sehingga komunikasi menjadi hal yang

sangat penting dikembangkan dalam proses pembelajaran matematika, karena

melalui komunikasi inilah siswa dapat menyampaikan ide-idenya kepada guru dan

kepada siswa lainnya. Dengan demikian kemampuan berkomunikasi mutlak

diperlukan bagi siswa dalam setiap proses pembelajaran, karena tanpa didukung

kemampuan berkomunikasi proses pembelajaran tidak dapat berlangsung baik.

Brenner (1998: 107) mengemukakan bahwa:

Penekanan atas komunikasi dalam pergerakan reformasi matematika berasal dari suatu konsensus bahwa hasil pembelajaran sangat efektif di dalam suatu konteks sosial. Melalui konteks sosial yang dirancang dalam pembelajaran matematika, siswa dapat mengkomunikasikan berbagai ide yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah matematika.

Dengan demikian jelas sekali bahwa melalui komunikasilah siswa dapat

menyampaikan ide-idenya dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul

dalam proses pembelajaran, sehingga tercipta aktivitas siswa yang menjadi tujuan

utama dalam proses pembelajaran.

Lebih lanjut Brenner (1998: 104), menyatakan bahwa: “Peningkatan

kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan matematika adalah satu dari tujuan

utama pergerakan reformasi matematika”. Menurut Hulukati (2005: 18)

“Kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan masalah matematika pada

(12)

Bahkan menurut Barody yang dikemukakan oleh Hulukati, (2005: 17), ada dua

alasan mengapa kemampuan berbahasa itu sangat penting dibutuhkan dalam

berkomunikasi, yaitu:

Mathematics as language; matematika tidak hanya sekedar alat bantu

berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, atau menyelesaikan masalah, namun matematika juga adalah alat yang tak terhingga nilainya untuk mengkomunikasikan berbagai ide dengan jelas, tepat, dan ringkas, dan Mathematics learning as social activity, sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, interaksi antar siswa, misalnya komunikasi antara guru dan siswa yang merupakan bagian penting untuk memelihara dan mengembangkan potensi matematika siswa.

Dari ketiga pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa terdapat

hubungan yang erat antara kemampuan komunikasi matematis, bahasa dan

pemecahan masalah. Dengan demikian untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika, siswa membutuhkan kemampuan komunikasi

matematis yang ditunjang dengan pemahaman terhadap bahasa.

Oleh karena adanya hubungan antara bahasa dan matematika, maka guru

sebagai tenaga profesional di lapangan harus mampu membuat suatu hubungan

yang membantu siswa mengekspresikan masalah matematika ke dalam bahasa

simbol atau model matematika.

Karakteristik matematika yang abstrak, sarat dengan istilah dan simbol,

mengakibatkan banyak siswa yang hanya menelan mentah saja semua materi

tanpa mencoba untuk memahami informasi yang terkandung di dalamnya,

sehingga penomena yang terjadi di lapangan adalah kebanyakan siswa menerapkan

metode menghafal rumus untuk belajar matematika. Padahal esensi dari

pembelajaran matematika bukanlah untuk menghafal, melainkan lima standar

(13)

penalaran dan bukti, komunikasi, koneksi dan representasi. Artinya bahwa lima

kemampuan tersebut harus dikembangkan dalam setiap pembelajaran matematika.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi

matematis di Indonesia masih kurang baik. Survei yang dilakukakan Trends in

International Mathematics and Science Study (TIMSS) menunjukkan bahwa:

“Penekanan pembelajaran matematika di Indonesia lebih banyak pada penguasaan

keterampilan dasar, hanya sedikit sekali penekanan penerapan matematika dalam

konteks kehidupan sehari-hari, berkomunikasi secara matematis, dan bernalar

secara matematis” (Herman, 2006: 5).

Selanjutnya hasil penelitian Tim Pusat Pengembangan Penataran Guru

Matematika juga mengungkapkan bahwa: “Di beberapa wilayah Indonesia yang

berbeda, sebagian besar siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan

masalah dan menerjemahkan soal kehidupan sehari-hari ke dalam model

matematika” (Shadiq, 2007: 2-3). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan

komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa Indonesia masih kurang baik.

Hal-hal yang mengindikasikan masih rendahnya kemampuan komunikasi

matematika siswa dalam pembelajaran adalah: Siswa kurang percaya diri dalam

mengomunikasikan gagasannya dan masih ragu-ragu dalam mengemukakan

jawabannya ketika ditanya guru; ketika ada masalah dalam bentuk soal cerita

siswa bingung bagaimana menyelesaikannya, siswa kesulitan membuat model

matematika dari soal cerita tersebut, dan belum mampu untuk mengomunikasikan

ide atau pendapatnya dengan baik, pendapat yang disampaikan oleh siswa sering

(14)

Kondisi di atas terjadi karena dalam pembelajaran matematika

konvensional siswa jarang sekali diminta untuk mengkomunikasikan ide-idenya.

Hal ini dikemukakan oleh Silver (Turmudi, 2008) bahwa:

Aktivitas siswa sehari-hari terdiri dari menonton gurunya menyelesaikan soal-soal di papan tulis, kemudian meminta siswa bekerja sendiri dalam buku teks atau LKS yang disediakan. Konsekuensinya kalau siswa diberi soal yang berbeda dengan soal latihan mereka membuat kesalahan atau mengalami kesulitan dalam mencari penyelesaiannya.

Ini menunjukkan bahwa siswa hanya menghapalkan prosedur penyelesaian

sehingga kemampuan komunikasi siswa tidak akan berkembang. Pendapat ini

didukung oleh Undang (1998: 1) yang mengatakan bahwa: “Guru sebagai subjek

dan siswa sebagai objek masih tetap mendominasi dunia pendidikan”. Guru sama

sekali tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat mengungkapkan rasa

ingin tahunya, melalui pertanyaan atau pemberian tanggapan terhadap konsep

yang sedang dipelajari, sehingga mereka tidak memiliki kesempatan dan

kebebasan untuk dapat berbuat, mencari tahu dan membangun pengetahuannya

sendiri. Akibatnya siswa menjadi pasif, tidak memiliki motivasi untuk belajar,

kurang bergairah, dan kurang kreatif. Hal inilah yang menyebabkan kemampuan

komunikasi matematis siswa rendah, demikian pula tujuan pendidikan tidak dapat

dicapai secara optimal. Pendapat yang senada disampaikan oleh Marpaung (2000:

264) bahwa: ”Problem yang muncul pada pembelajaran konvensional adalah

apabila ditanya suatu konsep atau proses siswa tidak menjawab dengan penuh

keyakinan atau malah diam”.

Semua ini merupakan problematika yang harus segera dicari solusinya sehingga

(15)

Terdapat beberapa alasan pentingnya kemampuan komunikasi matematis

siswa dikembangkan dalam pembelajaran matematika: Pertama, kemampuan

komunikasi diperlukan untuk mempelajari bahasa dan simbol-simbol matematika

serta mengekspresikan ide-ide matematika. Selanjutnya komunikasi juga

bermanfaat untuk melatih siswa dalam mengemukakan gagasan secara jujur

berdasarkan fakta, rasional, serta meyakinkan orang lain dalam rangka

memperoleh pemahaman bersama.

Dengan demikian kondisi pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai

subjek pasif, atau objek dalam pembelajaran jelas sangat tidak menguntungkan

terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru sebagai fasilitator, mediator dan

motivator dalam proses pembelajaran benar-benar dituntut harus dapat

mengakomondasi dan memfasilitasi ide siswa. Siswa harus dapat

mengilustrasikan dan menginterprestasikan berbagai masalah dalam bahasa dan

pernyataan-pernyataan matematika serta dapat menyelesaikan masalah tersebut

menurut aturan atau kaidah matematika.

Kemampuan siswa mengilustrasikan dan menginterprestasikan berbagai

masalah dalam bahasa dan pernyataan-pernyataan matematika, serta dapat

menyelesaikan masalah tersebut menurut aturan atau kaidah matematika,

merupakan karakteristik siswa yang mempunyai kemampuan komunikasi

matematis. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan dalam Principles and

Standards for School Mathematics dari NCTM (Yonandi, 2010: 276) bahwa

kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari beberapa indikator

(16)

Kemampuan menyatakan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, serta menggambarkan secara visual, kemampuan menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan maupun tertulis, dan kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, simbol-simbol matematika, dan struktur-strukturnya untuk memodelkan situasi atau permasalahan matematika.

Untuk mencapai indikator di atas, guru sebagai ujung tombak di lapangan

memiliki peran sentral, guru perlu menemukan cara bagaimana menyampaikan

berbagai konsep yang diajarkan agar dapat bermakna bagi siswa serta dapat dipahami

dan diingat lebih lama oleh siswa, bagaimana guru dapat berkomunikasi secara

efektif, serta bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari

siswa, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mampu

mengkaitkannya dengan kehidupan nyata yang mereka lihat dan mereka alami.

Dari gambaran tersebut jelas diperlukan sistem pembelajaran di samping

mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis juga dapat melibatkan

siswa secara aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya, serta mampu

menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya dengan konteks situasi

kehidupan nyata, agar pembelajaran menjadi bermakna. Hal ini sejalan dengan

pernyataan yang tercantum dalam kurikulum (Depdiknas, 2006:1), bahwa:

Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual

problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara

bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika.

SD Laboratorium UPI yang beralamat di Desa Cibiru Wetan Kecamatan

Cilenyi Kabupaten Bandung merupakan salah satu SD yang berada di bawah

naungan UPI yang telah menerapkan berbagai model/pendekatan pembelajaran

(17)

Di antaranya adalah pembelajaran matematika realistik (PMRI) dan pelaksanaaan

model pembelajaran matematika melalui pemecahan masalah.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala sekolah Laboratorium

UPI pada tanggal 24 April 2012 diperoleh gambaran bahwa model/pendekatan

tersebut diterapkan dan dikembangkan dengan asumsi bahwa model/pendekatan

tersebut fokus pada siswa sebagai pembelajar yang aktif, dan dipandang tepat

dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa, karena

belajar dengan model tersebut bukan hanya mendengarkan dan mencatat, tetapi

melibatkan proses pengalaman secara langsung, sehingga diharapkan siswa

berkembang secara utuh, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya.

Dengan demikian visi SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru dalam

menciptakan generasi yang unggul, kompetitif dan berbudaya dapat dicapai

melalui misi SD tersebut yaitu mengembangkan program pembelajaran yang

mampu membina kecerdasan spiritual, intelektual dan emosional sesuai dengan

kebutuhan perkembangan individu peserta didik serta melalui penciptaan

lingkungan yang kondusif dan demokratis dalam upaya membantu perkembangan

bakat, minat, nilai dan kompetensi peserta didik secara optimal.

Tujuan lain yang diharapkan oleh SD laboratorium UPI dalam menerapkan

model pembelajaran tersebut adalah dicapainya harapan pemerintah seperti yang

tercantum dalam kurikulum (Depdiknas, 2006: 1) bahwa:

(18)

Studi ini akan mencoba menganalisis kemampuan komunikasi matematis

siswa kelas IV Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru. Analisis

kemampuan komunikasi matematis siswa ini dilakukan secara kualitatif dengan

berbagai alasan, di antaranya:

Pertama, analisis kualitatif jarang sekali dilakukan, selama ini analisis

hanya terfokus pada analisis kuantitatif, padahal pendidikan tidak hanya berkaitan

dengan persoalan angka melainkan dibutuhkan pemikiran-pemikiran yang

visioner yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan. Hal ini sejalan dengan

pendapat Asmani (2011: 151) bahwa :

Pendidikan tidak hanya berkaitan dengan persoalan angka dan statistik, tetapi juga pemikiran-pemikiran progresif yang menjadi ruh pendidikan. Oleh sebab itu, dibutuhkan penelitian kualitatif untuk membangkitkan pemikiran-pemikiran kreatif dan visioner dalam dunia pendidikan agar cepat berkembang pesat.

Kedua, pendidikan sebagai suatu sistem tidak hanya berorientasi pada

hasil melainkan juga pada proses untuk meraih hasil yang optimal. Hal ini sesuai

dengan esensi dari pendekatan kualitatif yang lebih mementingkan proses

dibanding hasil.

Ketiga, permasalahan yang ada dalam penelitian ini lebih tepat dicarikan

jawabannya dengan metode kualitatif karena dengan metode kualitatif diharapkan

data yang didapat lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna

sehingga tujuan penelitian dapat dicapai.

B. Fokus Penelitian/Batasan Masalah

Agar permasalahan di dalam penelitian ini tidak meluas, maka penelitian

(19)

1. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah analisis terhadap kemampuan

komunikasi matematis siswa yang belajar melalui model PMRI (Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia)

2. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas IV sekolah dasar laboratorium UPI

Kampus Cibiru yang berjumlah 23 orang.

C. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang diuraikan di atas,

secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana kemampuan

komunikasi matematis siswa kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru?”

Permasalahan tersebut dijabarkan lebih khusus ke dalam pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kemampuan komunikasi matematika siswa kelas IV SD

Laboratorium UPI selama proses pembelajaran berlangsung?

2. Masalah apa saja yang dihadapi siswa dan guru dalam mengembangkan

kemampuan komunikasi matematis selama proses pembelajaran berlangsung?

3. Bagaimanakah upaya guru dalam mengembangkan kemampuan komunikasi

matematis siswa kelas IV SD Laboratorium UPI selama proses pembelajaran

berlangsung?

D. Tujuan Penelitian.

Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka secara umum

(20)

matematis siswa kelas IV sekolah dasar, secara khusus penelitian ini bertujuan

untuk :

1. Memperoleh gambaran kemampuan komunikasi matematika siswa kelas IV

SD Laboratorium UPI selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Memperoleh gambaran masalah yang dihadapi siswa dan guru dalam proses

pengembangan kemampuan komunikasi selama proses pembelajaran

berlangsung.

3. Memperoleh gambaran upaya yang dilakukan guru dalam mengembangkan

kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IV SD Laboratorium UPI

dalam proses pembelajaran?

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang

mendalam dan komprehensif terhadap peneliti khususnya dan instansi-instansi

pendidikan yang sedang dan akan mengembangkan kemampuan komunikasi

matematis di sekolah. Dan secara ideal, penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi beberapa aspek, di antaranya:

1. Secara Teoritis

a. Memberikan sumbangan keilmuan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

terutama berkenaan dengan kemampuan komunikasi matematis siswa.

b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain yang akan melakukan

(21)

2. Secara Praktis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dalam

pembelajaran matematika di sekolah dasar, dan secara khusus diharapkan

bermanfaat bagi berbagai pihak di antaranya:

a. Bagi institusi yang diteliti, sebagai masukan yang konstruktif dalam

mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

b. Menjadi bahan masukan dan sekaligus referensi bagi kepala sekolah, beserta

wakil kepala sekolah, guru, komite sekolah dan seluruh warga sekolah dalam

memahami dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

c. Bagi siswa, melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi matematis dalam setiap pembelajaran matematika.

d. Bagi para pengambil kebijakan, sebagai salah satu acuan dalam

mengambil keputusan dan kebijakan tentang pengembangan kemampuan

komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran di sekolah.

F. Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan proses analisis terhadap kemampuan komunikasi

matematis siswa sekolah dasar (Studi Kualitatif Pada Siswa Kelas IV Sekolah

Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru). Berdasarkan hasil eksplorasi peneliti,

terdapat beberapa hasil penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian ini,

(22)

Penelitian Agustyaningrum (2010), dengan judul “Implementasi Model

Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Kelas IX B SMP Negeri Sleman”.

Penelitian ini merupakan upaya dalam meningkatkan kemampuan komunikasi

matematis siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Sleman tahun ajaran 2010-2011.

Adapun hasil temuan menunjukkan tahap-tahap pembelajaran Learning Cycle

yang meliputi tahap engagement, eksploration, explanation, elaboration dan tahap

evaluation dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IX

B SMP Negeri 2 Sleman.

Penelitian lain adalah penelitian yang ditulis oleh Sofyan (2008) yang

diberi judul: “Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah

Pertama”. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah model pembelajaran yang lebih

baik dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan

komunikasi matematis siswa. Adapun hasil temuan dari penelitiannya

menyimpulkan bahwa: terdapat kaitan yang signifikan antara kemampuan

pemecahan masalah matematika dengan kemampuan komunikasi matematis pada

siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah terbuka daripada siswa yang

mengikuti pembelajaran berbasis masalah terstruktur dan pembelajaran

konvensional.

Berbeda dengan dua penelitian yang telah disebutkan di atas, penelitian

yang akan peneliti laksanakan ini difokuskan pada Sekolah Dasar. Selain itu

(23)

kelas IV Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru. Penelitian ini

bertujuan mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa yang meliputi:

kemampuan komunikasi matematis siswa selama proses pembelajaran

berlangsung, kesulitan yang dihadapi siswa dan guru dalam mengembangkan

kemampuan komunikasi matematis, dan upaya yang dilakukan guru dalam

mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa selama proses

pembelajaran berlangsung.

Untuk memperjelas posisi penelitian ini, maka peneliti akan menjabarkan

tabel persamaan dan perbedaan dengan beberapa penelitian yang dibahas

sebelumnya. Hal ini menjadi penting agar dapat mengungkapkan celah yang

menjadi perbedaan dan persamaan dari beberapa penelitian tersebut. Secara rinci

tebel perbedaan dan persamaan penelitian dapat dilihat pada halaman berikut:

Tabel 1.1

Perbedaan dan Persamaan Beberapa Penelitian

No. Nama/Tahun dan Judul

Penelitian Persamaan Perbedaan

Penelitian yang peneliti laksanakan 1 Nina Agustyaningrum,

S.Pd.Si Mahasiswi pada Jurusan Pendidikan Matematika, Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta, dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas IX B SMP Negeri Sleman”

Sama-sama mengkaji masalah kemampuan komunikasi matematis siswa Lebih menekankan pada implementasi tahapan Learning Cycle dalam meningkatkan indikator kemampuan komunikasi matematis siswa Kajian difokuskan pada analisis kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IV Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru.

Penelitian bersifat grounded theory

(24)

G. Definisi Istilah

Definisi istilah merupakan penjelasan atas konsep penelitian yang ada

dalam judul penelitian. Definisi istilah sangat berguna dalam memberikan

pemahaman dan batasan yang jelas agar penelitian ini tetap terfokus pada kajian

yang diinginkan peneliti. Adapun beberapa istilah yang perlu di definisikan antara

lain:

“Analisis merupakan kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam

bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih terstruktur dan mudah

dimengerti” (Yulaelawati, 2007: 72).

“Komunikasi matematis merupakan kesanggupan atau kecakapan siswa

untuk menyatakan dan menafsirkan gagasan matematis secara lisan, tertulis, atau

mendemonstrasikan apa yang ada dalam persoalan matematika”. (Depdiknas,

2004: 24). Fokus dalam penelitian ini adalah pada kemampuan komunikasi

matematis siswa dalam menyelesaikan suatu butir soal, sesuai dengan indikator

kemampuan komunikasi yang ingin dicapai dan akan diteliti.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan tesis tentang “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa Sekolah Dasar (Studi Kualitatif pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

Laboratorium UPI Kampus Cibiru Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung),

secara keseluruhan terdiri dari lima bab, masing-masing bab disusun secara rinci

dan sistematis. Adapun sistematika penulisan dan pembahasannya diuaraikan

(25)

BAB I : Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, fokus

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

originalitas penelitian, definisi istilah dan sitematika penulisan.

BAB II : Merupakan kajian teori yang berfungsi sebagai acuan teoritik dalam

melakukan penelitian ini. Pada bab ini dijelaskan tentang

pengertian komunikasi matematis, aspek-aspek komunikasi,

indikator komunikasi, pembelajaran matematika, dan pentingnya

komunikasi dalam pembelajaran matematika.

BAB III : Bab ini mengemukakan metode penelitian yang berisi tentang

metode, lokasi dan subjek penelitian, jenis data penelitian,

instrumen penelitaian, sampel sumber data, tekhnik pengumpulan

data, analisis data, pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap

penelitiaan.

BAB IV : Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi

gambaran umum subjek penelitian, penyajian data, temuan

penelitian, dan pembahasan.

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode

Untuk menganalisis kemampuan komunikasi matematis siswa sekolah

dasar dengan indikator komunikasi sesuai dengan butir rumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, maka digunakan metode penelitian kualitatif.

Metode ini digunakan karena masalah yang diteliti sangat kompleks

danspeneliti bermaksud memahami situasi sosial lebih mendalam dan terarah

yaitu ingin menganalisis lebih jauh kemampuan komunikasi matematis siswa.

Karena itu situasi tersebut tidak mungkin dijaring dengan mengunakan metode

penelitian kuantitatif.

Hal ini sejalan dengan pendapat Strauss dan Corbin (Creswell, J 1998: 24)

bahwa penelitian kualitatif adalah “Jenis penelitian yang menghasilkan

penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan

prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran)”.

Pada bagian lain Judith Preissle (Creswell, J. 1998: 24) menyatakan

tentang pengertian penelitian kualitatif sebagai berikut:

“Qualitative research is a loosely defined category of research designs or models, all of which elicit verbal, visual, tactile, olfactory, and gesture data in the form of descriptive narratives like field notes, recordings, or orther transcriptions from audio-and vidiotapes and other written records and pictures or films”

Bogdan & Biklen, S (1992: 21-22) menjelaskan bahwa: “Penelitian

kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

(27)

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

kualitatif adalah suatu proses penelitian untuk menyelidiki suatu fenomena sosial

dan masalah manusia secara deskriptif dalam bentuk narasi.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah

grounded theory, dengan penekanan terhadap kemampuan komunikasi matematis

siswa kelas IV sekolah dasar. Pemilihan metode ini didasarkan atas keingintahuan

peneliti untuk melakukan analisis lebih dalam tentang kemampuan komunikasi

matematik siswa kelas IV sekolah dasar. Sehingga pada akhirnya dapat disusun

suatu teori baru yang didasari oleh teori yang sudah ada yang dapat memberi

gambaran yang jelas tentang kemampuan komunikasi matematis siswa.

Penelitian grounded menawarkan pendekatan yang berbeda dari jenis

penelitian kualitatif yang lain, seperti fenomenologi, etnografi, etnometodologi,

dan studi kasus.

Dalam penelitian kualitatif, grounded theory tidak berangkat dari teori untuk

menghasilkan teori baru (from a theory to generate a new theory), melainkan

berupaya menemukan teori berdasar data empirik, bukan membangun teori secara

deduktif logis.

Karena itu, grounded theory melepaskan teori dan peneliti langsung terjun

ke lapangan untuk mengumpulkan data. Dengan kata lain, penelitian model

grounded bergerak dari data menuju konsep. Data yang telah diperoleh dianalisis

menjadi fakta, dan dari fakta diinterpretasi menjadi konsep. Jadi prosesnya adalah

(28)

Grounded theory adalah teori yang dikembangkan secara induktif selama

penelitian berlangsung, dan melalui interaksi yang terus menerus dengan data di

lapangan (Alwasilah, 2011: 76).

B.Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Laboratorium UPI kampus Cibiru. Adapun

yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dengan jumlah 23

orang, terdiri atas 9 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswi perempuan pada

tahun pelajaran 2011/2012.

Peneliti tertarik untuk melalukan penelitian di SD Laboratorium UPI

Kampus Cibiru dengan beberapa alasan:

Pertama, Sekolah tersebut merupakan sekolah yang berada di bawah naungan

UPI yang telah menerapkan berbagai model pembelajaran yang menekankan

pada siswa sebagai pembelajar atau subjek dalam pembelajaran sehingga

memungkinkan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis

siswa. Hal ini dilihat dari visi, misi dan tujuan sekolah yang mengarah pada

pengembangan program pembelajaran yang mampu membina kecerdasan

spiritual, intelektual dan emosional sesuai dengan kebutuhan perkembangan

individu peserta didik dan menciptakan lingkungan kondusif dan demokratis

untuk membantu perkembangan bakat, minat, nilai dan kompetensi peserta didik

secara optimal demi terwujudnya generasi yang unggul, kompetitif dan

berbudaya.

(29)

pendidikan S1.

Ketiga, latar belakang peserta didik yang hampir 100% dari TK dan telah

diuji.

C. Jenis Data Penelitian

Jenis data yang diungkap dalam penelitian ini bersifat naratif dan uraian.

Juga data penjelasan dari informan baik lisan maupun data dokumen yang tertulis,

perilaku subjek yang diamati di lapangan juga menjadi data dalam proses

pengumpulan data hasil penelitian ini. Jenis data dalam penelitian ini

dideskripsikan sebagai berikut:

1. Catatan Lapangan.

Dalam membuat catatan lapangan, peneliti melakukan prosedur dengan

mencatat seluruh peristiwa yang benar-benar terjadi di lapangan sebagai hasil

observasi partisipatif yang dilakukan peneliti.

Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa yang dilihat,

didengar, dialami dan dipikirkankan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi

terhadap data. Catatan lapangan berfungsi sebagai jantungnya penelitian, karena

tanpa catatan lapangan tidak akan diperoleh data yang lengkap dan terpercaya

untuk disusun dalam laporan penelitian (Satori, 2011: 194).

Adapun proses catatan lapangan dalam penelitian ini dideskripsikan

sebagai berikut:

(30)

Selesai melakukan kegiatan tersebut (pulang ke rumah) barulah peneliti menyusun

catatan lapangan secara utuh.

Catatan lapangan ini berbeda dengan catatan di lapangan. Ketika di

lapangan saat pengumpulan data catatan yang dibuat berupa coretan seperlunya

pada buku catatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Joukowsky (Satori, 2011: 194)

bahwa, “Catatan di lapangan atau field notes, sesuai dengan namanya, merupakan

catatan yang dibuat langsung pada buku catatan ketika peneliti berada di

lapangan”. Catatan di lapangan ini diubah ke dalam catatan yang lengkap dan

dinamakan catatan lapangan.

Proses penyusunan catatan lapangan terus berlanjut selama ada catatan

dari lapangan sebagai hasil observasi, pengamatan dan studi dokumentasi.

Penulisan catatan lapangan ini bertujuan untuk mencatat segala yang terjadi di

lapangan dengan rinci dan menghindari kemungkinan lupa yang disebabkan

keterbatasan peneliti.

2. Rekaman Audio Video

Peneliti merekam wawancara dengan beberapa pihak terkait, yaitu guru,

siswa dan kepala sekolah. Dari data hasil rekaman tersebut peneliti deskripsikan

dalam bentuk transkrip wawancara. Peneliti juga melakukan rekaman video

terhadap aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.

3. Dokumentasi

Data ini dikumpulkan melalui berbagai sumber data tertulis, baik yang

berhubungan dengan masalah kondisi objektif, juga silsilah dan pendukung data

(31)

4. Foto.

Foto merupakan bukti yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata

namun sangat mendukung kondisi objektif penelitian berlangsung.

D.Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif maka yang menjadi

instrumennya adalah peneliti sendiri. Pendekatan kualitatif menuntut kehadiran

peneliti di lapangan karena peneliti sebagai instrumen utama penelitian, sekaligus

sebagai perencana tindakan, pengumpul data, penganalisa data, dan pelapor hasil

penelitian. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Moleong

(2011: 53) bahwa: “Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia

sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis,

penafsir, dan akhirnya sebagai pelapor penelitian yang dilaksanakan”.

E.Sampel Sumber Data

Pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling. Sugiyono (2008: 218) mengemukakan bahwa purposive sampling

adalah “teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu”.

Pertimbanga dimaksudkan untuk memperoleh data atau informasi yang luas, rinci,

dan mendalam tentang kemampuan komunikasi siswa sehingga didapat suatu

kebenaran yang bermakna dan menyeluruh. Sampel diambil dari tiga katagori

(32)

Sumber data penelitian terdiri dari unsur manusia sebagai instrumen kunci

yaitu peneliti yang terlibat dalam observasi partisipasi, serta guru dan siswa

sebagai unsur informan. Unsur non manusia digunakan sebagai data pendukung.

F.Teknik Pengumpulan Data.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif, di

mana data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata dan gambar, bukan

angka-angka. Data tersebut berasal dari catatan observasi, naskah transkif wawancara,

dokumen, foto, dan rekaman audio video, yang dikumpulkan melalui teknik

observasi partisipasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sugiyono (2012: 63) bahwa “Ada

empat macam tekhnik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, angket,

dokumentasi dan gabungan keempatnya”.

1. Observasi

Observasi menjadi teknik utama pengumpulan data penelitian ini, karena

peneliti ingin melihat langsung gerak-gerik, sikap, suasana dan kesan secara

menyeluruh dalam penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Alwasilah (2011:

165) bahwa “Observasi penelitian adalah pengamatan sistematis dan terencana

yang diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan reliabilitasnya”. Hal

senada dikemukakan Asmami (2011: 123) bahwa “Observasi adalah pengamatan

dan pencatatan sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian”.

Peneliti meyakini bahwa suatu objek hanya dapat diungkap datanya apabila

(33)

Bentuk observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi

partisipasi (participant observation) yaitu metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan

pengindraan di mana observer atau peneliti terlibat dalam keseharian responden.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sugiyono (2012: 65) bahwa, “Dalam

observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,

mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas

mereka”. Adapun data yang ingin diungkap melalui observasi ini adalah seluruh

aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung, terutama yang

berhubungan dengan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari guru dan

siswa sebagai sumber data penelitian, maksudnya sambil observasi peneliti ikut

melakukan apa yang dikerjakan sumber data dan ikut merasakan suka dukanya.

Melalui observasi partisipasi ini peneliti berharap data yang diperoleh akan lebih

lengkap, tajam dan menyeluruh.

Tujuan peneliti melakukan observasi partisipasi adalah untuk memperoleh

data yang lebih lengkap, tajam, sampai mengetahui tingkat makna dari perilaku

yang nampak, yang tidak terungkapkan oleh responden dalam wawancara,

sehingga dapat menepis kesenjangan antara apa yang dikatakan partisipan dengan

kenyataan yang sebenarnya terjadi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Maleong

(Satori, 2011: 117), bahwa “Observasi partisipasi pada dasarnya berarti

mengadakan pengamatan dan mendengarkan secara secermat mungkin sampai

(34)

2. Wawancara

“Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu

topik tertentu” (Sugiyono, 2012: 72).

Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal mendalam yang

tidak ditemukan melalui observasi. Adapun data yang ingin diungkap peneliti

melalui wawancara ini meliputi: masalah yang dihadapi siswa dan guru dalam

mengembangkan kemampuan komunikasi matematis serta upaya guru dalam

mengembangkan kemampuan tersebut.

Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam. Menurut

Asmani (2011: 122-123) wawancara mendalam (in–depth interview) adalah:

Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau

orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman

(guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam

kehidupan sosial yang relatif lama.

Dalam pelaksanaan wawancara peneliti menggunakan instrumen sebagai

pedoman wawancara disertai alat bantu lain yaitu: buku catatan untuk mencatat

semua percakapan dengan sumber data,serta audio video untuk merekam semua

percakapan dan memotret aktivitas pembicaraan peneliti dengan sumber data.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan sebagai pelengkap dari

(35)

kredibel/dapat dipercaya apabila didukung oleh dokumen yang terkait dengan

fokus penelitian. Adapun dokumen yang diteliti dalam penelitian ini meliputi:

propil sekolah, Administrasi guru termasuk di dalamnya RPP dan data tentang

perkembangan kemajuan dan nilai siswa.

Menurut Satori (2011: 149) studi dokumentasi adalah “Mengumpulkan dokumen

dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara

intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian

suatu kejadian”. Lebih lanjut Satori (2011: 147) menegaskan bahwa “Dokumen

merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa

catatan anecdotal, surat, buku harian, dan dokumen-dokumen”.

Melalui studi dokumentasi ini, peneliti berharap memperoleh informasi

bukan hanya dari orang sebagai nara sumber, tetapi memperoleh informasi dari

macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan.

G. Analisis Data.

“Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan

refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis,

dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian” (Creswell, 2010: 274).

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan mulai dari sebelum memasuki

lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai dari lapangan. Hal ini sejalan

(36)

merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan

berlangsung terus menerus sampai penulisan hasil penelitian”.

Sebelum peneliti memasuki lapangan, analisis dilakukan terhadap data

hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk

menentukan fokus penelitian, namun masih bersifat sementara dan akan

berkembang setelah peneliti masuk lapangan dan selama di lapangan.

Selama di lapangan analisis dilakukan pada saat pengumpulan data

berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Jika

setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti melanjutkan lagi

sampai data yang dianggap kredibel.

Hal ini sesuai dengan pendapat Miles and Huberman (Sugiyono, 2011: 91)

bahwa, “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”.

Aktivitas dalam analisis data ini meliputi data reduction, data display, dan

conclusion drawing/verification, seperti tampak pada halaman berikut ini:

Gb. 3.1 Komponen dalam analisis data

Data Collection

Data Reduction

Data Display

(37)

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa langkah yang dilakukan dalam

analisis data pada penelitian ini adalah dari data yang sudah terkumpul, peneliti

segera mereduksi data tersebut, dalam hal ini peneliti merangkum, memilih data

yang pokok dan penting, dan membuat katagorisasi berdasarkan huruf besar,

huruf kecil dan angka.

Setelah data direduksi langkah selanjutnya mendisplay data (menyajikan

data) dalam bentuk teks yang bersifat naratif, berupa grafik dan chart. Dalam

mendisplay data, huruf besar, huruf kecil dan angka pada saat reduksi data

disusun ke dalam urutan sehingga strukturnya dapat dipahami.

Langkah ketiga yang dilakukan oleh peneliti dalam analisis data adalah

verification atau membuat kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan

peneliti masil bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan

bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

H. Pengecekan Keabsahan Temuan.

Dalam penelitian kualitatif temuan atau data dinyatakan valid apabila tidak

ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya

terjadi pada objek yang diteliti. (Sugiyono, 2008: 268)

Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui uji

kredibilitas yang meliputi triangulasi (triangulation), dan penggunaan referensi.

(38)

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. (Sugiyono,

2012: 125) .

Berpijak dari pendapat di atas maka triangulasi yang dilakukan dalam

penelitian ini meliputi : triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data,

dan triangulasi waktu.

a. Triangulasi sumber.

Triangulasi sumber dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengecek

data yang diperoleh melalui beberapa sumber yaitu, guru, kepala sekolah dan

siswa.

Data dari ketiga sumber tersebut dideskripsikan, dikatagorisasikan, mana

pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data

tersebut. Setelah data dianalisis dan menghasilkan suatu kesimpulan

selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data tersebut. Secara

[image:38.595.110.511.238.675.2]

rinci gambaran triangulasi dapat dilihat pada bagan berikut:

Gambar 3.2. Triangulasi Sumber Data.

Kepala Sekolah

Guru

(39)

b. Triangulasi Teknik.

Triangulasi teknik dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengecek

data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, misalnya data yang

diperoleh dengan wawancara di cek dengan observasi, dokumentasi atau catatan

lapangan. Gambaran triangulasi teknik ini dapat dilihat dari gambar di halaman

[image:39.595.114.502.243.553.2]

berikut:

Gambar 3.3. Triangulasi Teknik Pengumpulan Data.

c. Triangulasi Waktu.

Karena waktu sering mempengaruhi kredibilitas data, maka peneliti

melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, dan teknik yang lainnya

dalam waktu atau situasi yang berbeda.

Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara

berulang sehingga sampai ditemukan kepastian gambar datanya. Gambaran

triangulasi waktu yang dilakukan peneliti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 3.4. Triangulasi Waktu Pengumpulan Data.

Observasi Wawancara

Catatan Lapangan

Sore Siang

[image:39.595.161.458.632.716.2]
(40)

I. Tahap-tahap Penelitian.

Penelitian ini dilakukan secara sistematis dengan tahapan penelitian

sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan:

a. Observasi Awal

Peneliti melakukan observasi awal ke lokasi penelitian dengan tujuan

memotret profil sekolah mulai dari gambaran lokasi penelitian, mengetahui

sejarah singkat SD Laboratorium UPI Cibiru, mengenal guru, siswa, latar

belakang pendidikan subjek penelitian dan mengetahui sekilas tentang

pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah tersebut.

b. Merumuskan Masalah.

Rumusan masalah sangat penting dalam sebuah penelitian. Oleh

karena itu peneliti harus merumuskan masalah setelah melakukan beberapa studi

pendahuluan. Dengan adanya rumusan masalah, peneliti lebih terfokus dan mudah

membuat laporan hasil penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ke

lapangan (observasi) sesuai dengan acuan pada metode penelitian, wawancara

(41)

penelitian, dan mempelajari dokumen yang berhubungan dengan objek

penelitian.

b. Analisis Data

Setelah melakukan persiapan, peneliti mengumpulkan data yang diperoleh

dari lapangan kemudian menganalisis data tersebut untuk dijadikan laporan pada

akhir penelitian dan disusun secara sistematis untuk memudahkan tahap penulisan

laporan penelitian. Analisis data dilakukan setiap saat terutama setelah

memperoleh data baru.

Seperti yang dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan komunikasi matematis siswa

kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru, maka langkah konkrit yang

dilakukan peneliti dalam menganalis tentang kemampuan komunikasi matematis

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan indikator komunikasi matematis yang akan dianalisis.

2) Mengumpulkan data mentah (transkrip wawancara, transkrip audio video,

catatan lapangan, tranksrip observasi, dokumentasi, gambar/foto-foto,

sebagai hasil dari kegiatan observasi, wawancara, rekaman audio video,

dan studi dokumentasi yang peneliti lakukan selama proses penelitian

berlangsung, terhadap aktivitas guru dan siswa yang berhubungan dengan

kemampuan komunikasi matematis.

3) Mengolah dan mempersiapkan data tentang kemampuan komunikasi

(42)

4) Membaca keseluruhan data yang diperoleh dari lapangan selama

melakukan penelitian.

5) Mengcoding data untuk memudahkan analisis.

6) Menyajikan data dengan teks naratif, gambar dan diagram batang.

7) Menarik kesimpulan tentang analisis kemampuan komunikasi matematis

siswa berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian.

3. Tahap Penyusunan Laporan.

Setelah proses penelitian selesai dilaksanakan, peneliti membuat laporan

penelitian berupa hasil yang sebenarnya yang diperoleh dari lapangan seperti

catatan-catatan hasil observasi, wawancara, studi dokumentasi dan rekaman audio

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Temuan dan pembahasan yang disajikan pada Bab IV, menghasilkan

kesimpulan-kesimpulan yang berkaitan dengan masing-masing pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1. Kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari kemampuan siswa

dalam memunculkan indikator komunikasi tersebut. Indikator kemampuan

komunikasi matematis tersebut muncul secara epektif melalui pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan matematika realistik yang ditunjang oleh

metode diskusi, tanya jawab dan presentasi. Adapun indikator kemampuan

komunikasi matematis yang muncul pada siswa kelas IV SD Laboratorium

UPI Kampus Cibiru selama proses pembelajaran berlangsung meliputi:

kemampuan menjelaskan ide, situasi atau persoalan matematika secara lisan

maupun tulisan; kemampuan menghubungkan benda nyata dan gambar ke

dalam ide matematika; kemampuan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam

bahasa atau simbol matematika; kemampuan membaca dengan pemahaman

suatu presentasi matematika; kemampuan membuat konjektur, menyusun

argumentasi, dan membuat generalisasi (kesimpulan); kemampuan

mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika, serta kemampuan

menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah

(44)

Semua indikator kemampuan komunikasi matematis ini muncul pada siswa

kelas IV SD, selama proses pembelajaran dengan pendekatan PMRI

berlangsung, namun intensitas kemunculan indikatornya berbeda untuk setiap

siswa dan pada tahapan pendekatan pembelajaran yang dilakukan guru.

2. Semua indikator kemampuan komunikasi matematis siswa muncul dalam

setiap tahapan pembelajaran matematika realistik, tetapi tidak semua siswa

memunculkan semua indikator tersebut. Namun secara umum pada sebagian

besar siswa semua indikator tersebut muncul. Siswa yang berkemampuan

tinggi dan sedang lebih berpeluang untuk memunculkan semua indikator

tersebut, sementara siswa yang tergolong berkemampuan rendah hanya

memunculkan sebagian dari indikator komunikasi matematis tersebut.

3. Ada beberapa faktor yang mendorong munculnya kemampuan komunikasi

matematis siswa selama pembelajaran berlangsung, antara lain: penggunaan

media, strategi, serta model pembelajaran inovatif PMRI yang ditunjang oleh

metode tanya jawab, diskusi dan presentasi, kemampuan siswa, pemberian

motivasi, dan pembiasaan yang dilakukan guru turut pula menunjang terhadap

pencapaian indikator kemampuan komunikasi tersebut.

4. Di antara jumlah siswa sebanyak 23 orang ada beberapa orang siswa yang

sulit memunculkan semua indikator kemampuan komunikasi matematis

tersebut, di antaranya: indikator kemampuan komunikasi membaca dengan

pemahaman suatu presentasi matematika dan menyatakan peristiwa

sehari-hari dalam bahasa dan simbol matematika, serta kemampuan membuat

(45)

5. Ada beberapa faktor yang membuat siswa kesulitan dalam memunculkan

kemampuan komunikasi matematis, terdiri dari faktor internal yaitu faktor

yang muncul dari dalam diri siswa, meliputi: pembawaan siswa yang memiliki

rasa malu pendapatnya didengar oleh orang lain, dan perbedaan kemampuan

yang dimiliki siswa baik dalam memahami suatu presentasi matematika,

maupun kemampuan siswa dalam berbahasa, serta faktor eksternal yang

muncul dari luar diri siswa yang meliputi: kemampuan guru dalam mengemas

pembelajaran termasuk di dalamnya penggunaan pendekatan/strategi

pembelajaran, media dan sumber belajar yang membangkitkan minat siswa,

pembiasaan, pemberian motivasi, dan pemberian penghargaan turut menjadi

faktor terhadap kemunculan indikator kemampuan komunikasi matematis

siswa.

6. Ada beberapa kesulitan yang dihadapi guru dalam pembelajaran matematika

terutama dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa di

antaranya: siswa yang kurang konsentrasi, kurang bisa bekerja sama dengan

temannya dan terkadang siswa kurang percaya diri dalam mengemukakan

pendapatnnya, sehingga diperlukan upaya guru dalam mengemas

pembelajaran agar dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa, serta rasa

percaya diri dan sikap kooperatif pada siswa, yang bermuara pada pencapaian

kemunculan indikator kemampuan komunikasi matematis siswa secara

(46)

7. Ada beberapa upaya yang dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan

komunikasi matematis siswa antara lain: menggunakan model pembelajaran

inovatif yaitu model pembelajaran PMRI didukung dengan penggunaan

metode diskusi, tanya jawab dan presentasi, memberikan kesempatan dan

keleluasaan pada siswa untuk menyampaikan ide/tanggapannya terhadap

permasalahan yang muncul, menggunakan alat peraga dan media

pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi siswa, serta pemberian

penghargaan dengan menggunakan bintang keaktifan juga menjadi stimulan

bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya.

8. Berdasarkan analisis terhadap seluruh data yang diperoleh peneliti selama

penelitian berlangsung, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi

matematis siswa kelas IV Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru

cukup baik, walaupun kemunculan indikator komunikasi matematis tersebut

tidak sama untuk setiap siswa. Hal ini dapat terlihat dari kemunculan berbagai

indikator komunikasi matematis pada setiap tahapan dalam pendekatan yang

digunakan guru selama proses pembelajaran berlangsung, yang meliputi:

kemampuan menjelaskan ide baik secara lisan maupun tulisan dengan benda

nyata atau gambar; kemampuan menghubungkan benda nyata dan gambar ke

dalam ide matematika; menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau

simbol matematika; membaca dengan pemahaman suatu presentasi

matematika; membuat konjektur, dan menyusun argumentasi; mendengarkan,

berdiskusi dan menulis tentang matematika, serta kemampuan menjelaskan

(47)

Hal ini ditunjang pula dengan hasil nilai rata-rata siswa selama proses

pembelajaran berlangsung yaitu: 94,24 untuk rata-rata nilai LKS dan 89,89

untuk nilai evaluasi akhir, sehingga diperoleh nilai rata-rata akhir (evaluasi +

LKS) sebesar 92.12.

B. Rekomendasi

Sebagai respon terhadap temuan dan kesimpulan, maka peneliti

merekomendasikan hal-hal berikut ini:

1. Kemampuan komunikasi matematis merupakan hal yang penting dalam

pembelajaran matematika oleh karena itu guru sebagai ujung tombak dan

pemegang kendali utama di lapangan, harus senantiasa mengembangkan

kemampuan komunikasi matematis dalam setiap pembelajaran matematika

dengan menggunakan berbagai strategi/pendekatan dalam pembelajaran agar

indikator-indikator kemampuan komunikasi matematis siswa dapat muncul

dan berkembang optimal.

2. Penggunaan model/pendekatan pembelajaran inovatif, salah satunya

Pendekatan Matematika Realistik (PMRI) yang didukung dengan penggunaan

metode tanya jawab, diskusi, dan presentasi disarankan untuk dilaksanakan

dalam pembelajaran matematika sebagai sarana dalam mengembangkan

indikator kemampuan komunikasi matematis siswa, terutama di sekolah dasar,

(48)

3. Pada peneliti selanjutnya disarankan agar pandai mengemas pembelajaran

menjadi sesuatu yang menarik dan bermakna bagi siswa dengan menggunakan

multi media/metode, melakukan pembiasaan dan memberikan penghargaan

sebagai upaya dalam membangkitkan motivasi dan inspirasi dalam

memunculkan indikator kemampuan komunikasi matematis siswa.

4. Disarankan pula agar pembelajaran difokuskan pada siswa sebagai subjek

pembelajar yang aktif (student centered) bukan teacher centered, sehingga

siswa tidak terbelenggu dan dapat mengembangkan seluruh potensi yang

dimilikinya yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan

demikian paradigma lama yang menganggap siswa sebagai objek dalam

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Agustyaningrum, N. (2010). Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle

5E Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Sleman. Tesis pada Jurusan Pendidikan

Matematika, Pascasarjana UGM Yogyakarta: Tidak diterbitkan.

Alwasilah, C. (2011). Pokoknya Kualitatif.Jakarta: Pustaka Jaya

Ansari, B.I. (2003). Menumbuh Kembangkan Kemampuan Pemahaman dan

Komunikasi Matematika Siswa SMU melalui Strategi Think-Talk-Write.

Makalah National Seminar On Science And Mathematics. FMIPA-UPI in

cooperation with JICA. Dirjen Dikti Depdiknas. 25 Agustus 2003.

Asmami, M.J. (2011) Tuntutan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian

Pendidikan. Jogjakarta: DIVA Pres.

Asikin, M. (2002). ”Menumbuhkan Kemampuan Komunikasi Matematika melalui

Pembelajaran Matematiak Realistik”. Jurnal Matematika atau

Pembelajarannya (Proseding Konferensi Nasional Matematika XI). 7, (Edisi khusus), (492-496).

Bogdan, R., & Biklen, S. (1992). Qualitative Research for Education. Boston, MA: Allyn and Bacon.

Brenner, M.E. (1998). Development of Mathematical Communication in Problem

Solving by Language Minority Student. Bilingual Research Journal,

22:2,3&4 Spring, Summer, & Fall.(online). Tersedia: Http://www.(11Juni 2008)

Creswell, J. W. (1998). Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California.

Creswell, J. W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantutatif, dan

Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dahar, R. W. (1993). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Darmodjo, H & Kaligis, J. (1993). Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. (2004). Materi Pelatihan Terintegrasi Buku 3 Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

(50)

Depdiknas. (2006). Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Tingkat Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Media Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional (2001), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional (2003), Undang-Undang No 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Model – Model Pembelajaran yang Efektif. Bahan Sosialisasi KTSP. Jakarta: Depdiknas

Shadiq, F. (2007). Laporan Hasil Seminar dan Lokakarya Pembelajaran

Matematika 15–16 Maret 2007 di P4TK (PPPG) Matematika.

Yogyakarta.Tersedia di: http://fadjarp3g.files.wordpress.com/2008/06/07-lapsemlok_limas.pdf (diakses tangga

Gambar

tabel persamaan dan perbedaan dengan beberapa penelitian yang dibahas
Gambar 3.2. Triangulasi Sumber Data.
Gambar 3.4. Triangulasi Waktu Pengumpulan Data.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan terhadap Produksi Kelapa Sawit ( Elaeis guineensisJacq. ) Berumur 12,15,18 Tahun di PTPN II Unit Sawit Seberang – Babalan Kecamatan Sawit

In the compression process to the string homogenous Variable Length Binary Encoding (VLBE) algorithm is better than Even-Rodeh Code algorithm shows the Compression Ratio on the

Salah satu metode pembuatan yang dapat dibilang efektif dalam proses memahami dasar permainan bola voli adalah dengan menggunakan metode multimedia, karena metode ini

Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry” , Bagian 1.Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen

Radiografi bitewing adalah radiografi yang digunakan untuk melihat permukaan gigi yang meliputi mahkota gigi, interproksimal dan puncak alveolar pada maksila dan mandibula

description to the messages written in the novel ‘The Scarlet letter’ by its author. Nathaniel Hawthorne to

3.7 Pengujian Aktivitas Analgetik Ekstrak Etanol Ranting (ramulus) Patah Tulang (Euphorbia tirucalli L.) (EERPT) dengan Metode Plantar tes Infra red (IR) 96 nm .... 4.2

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR DAERAH DEKONSEN