Yessy Meirliane, 2012
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………... i
UCAPAN TERIMA KASIH………... ii
ABSTRAK……… iv
DAFTAR ISI……… v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ………... 1
1.2 Masalah Penelitian………... 4
1.2.1 Identifikasi Masalah………... 4
1.2.2 Rumusan Masalah………... 4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 5
1.3.1 Tujuan Penelitian………... 5
1.3.2 Manfaat Penelitian………... 6
1.4 Anggapan Dasar dan Hipotesis Penelitian……… 6
1.4.1 Anggapan Dasar……… 6
1.4.2 Hipotesis Penelitian………... 7
1.5 Definisi Operasional………. 7
BAB 2 TEORI LANDASAN 2.1 Media Pembelajaran.……… 9
2.1.1 Pengertian Media Pembelajaran………... 9
2.1.2 Fungsi Media……….. 10
2.1.3 Manfaat MediadalamPembelajaran………... 11
Yessy Meirliane, 2012
2.1.5 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemilihan Media…... 13
2.2 Tayangan Media Tayangan Anak-anak “Bocah Petualang” Trans7 sebagai Media Pembelajaran………... 14
2.3 Pembelajaran Menulis Puisi……….. 19
2.3.1 Pengertian Menulis………... 19
2.3.2 Manfaat Menulis………... 21
2.4 Menulis Puisi………. 22
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian………. 26
3.2 Sumber Data………. 27
3.2.1 Populasi………. 27
3.2.2 Sampel………...27
3.3 Instrumen Penelitian………. 28
3.3.1 Instrumen Pembelajaran………28
3.3.1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 30
3.3.2 Instrumen Pengumpulan Data………... 41
3.4 Teknik Penelitian……….. 42
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data……… 42
3.4.2 Teknik Pengolahan Data………... 42
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deksripsi Proses Penelitian………... 47
4.2 DeskripsidanAnalisisHasilPenelitian……… 49
Yessy Meirliane, 2012
4.2.2 Deskripsi Analisis Data Pascates………. 58
4.2.3 Analisis HasilPenelitian………... 66
4.2.3.1 Data danPenskoran……… 66
4.2.3.2 Analisis Uji Reliabilitas Antarpenimbang…………. 68
4.2.3.2.1 UjiReliabilitasAntarpenimbang Data Prates……….. 69
4.2.3.2.2UjiReliabilitasAntarpenimbang Data Pascates……….………. 72
4.3 Pengolahan Data………... 75
4.3.1 Uji Normalitas Data Prates……….. 75
4.3.2 Uji Normalitas Data Pascates………78
4.4 UjiHipotesis………. 81
4.5 PembahasanTerhadapHasilPenelitian……… 84
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan……….. 86
5.2 Saran………. 87
BAB 1 PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah Penelitian
Indonesia sebagai negara berkembang menuntut masyarakatnya untuk
memiliki wawasan yang luas. Wawasan ini dapat diketahui salah satunya dari
kemampuan menulis dan membaca. Oleh karena itu, sebagai salah satu bagian
dari keterampilan berbahasa, menulis sangat penting untuk dikuasai. Dalam
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah pun, siswa diharapkan dapat
menguasai ragam keterampilan menulis yang tercakup dalam Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar.
Namun, menulis menjadi salah satu hal yang sulit dilakukan oleh siswa. Ini
merupakan permasalah yang harus dituntaskan. Keterampilan menulis siswa yang
rendah dapat dilihat dari beberapa hal, di antaranya penggunaan bahasa yang
kurang baik dan benar, kalimat yang kurang efektif, tulisan yang tidak sistematis,
dan pemilihan diksi yang kurang tepat.
Berbeda dengan kemampuan menyimak dan berbicara, kemampuan
membaca dan menulis tidak diperoleh secara alamiah. Kemampuan ini harus
dipelajari dan dilatihkan dengan sungguh-sungguh (Akhardiah dkk, 1996:iii). Oleh
karena itu, menulis harus dikembangkan secara berkala dan sistematis agar dapat
mencapai hasil yang memuaskan. Bagaimanapun juga, kemampuan menulis
merupakan sebuah proses dan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
Berdasarkan Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
SMP/MTs kelas VIII semester 2, pembelajaran menulis kreatif puisi merupakan
salah satu dari ragam menulis siswa yang harus dilaksanakan.
Puisi yang termasuk dalam genre sastra juga ternyata kurang diminati oleh
siswa. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa hal tersebut disebabkan oleh
kurang maksimalnya apresiasi yang diberikan oleh guru terkait sastra, khususnya
puisi. Selain itu motivasi siswa dan guru juga terbilang rendah. Padahal puisi ini
merupakan karya sastra yang unik karena lekat dengan kehidupan sehari-hari.
Akhardiah dkk (1996:181) menyebutkan bahwa puisi dicipta dalam nuansa
perasaan yang menuntut pengucapan jiwa yang spontan dan padat dan
mengungkapkan diri sendiri. Peristiwa yang intens itu atau yang sangat
menyentuh dapat menggugah seseorang dalam menciptakan puisi. Dengan puisi
juga kita dapat menyampaikan sesuatu dengan kata-kata yang penuh keindahan
dan bermakna.
Terkait dengan hal tersebut, pemilihan media yang tepat dalam
pembelajaran menulis dapat memotivasi minat dan kemampuan siswa untuk
menulis puisi. Faturrohman dan Sobry (2010:65) menyebutkan bahwa media
memiliki andil untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan menunjukkan hal-hal
yang tersembunyi. Ketidakjelasan atau kerumitan bahan ajar dapat dibantu dengan
menghadirkan media sebagai perantara. Bahkan dalam hal-hal tertentu media
dapat mewakilkan kekurangan guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran.
Karena jika tidak, media itu sendiri malah akan menjadikan hambatan bagi
pembelajaran bukan sebagai alat bantu.
Penelitian yang sejenis dilakukan oleh Meilawati dengan judul Peningkatan
Keterampilan Menulis Cerpen dengan Menggunakan Media Rekaman Iklan
Televisi Pada Siswa Kelas X SMA Negri 2 Bandung (tahun ajaran 2008/2009) dan
penelitian yang dilakukan Rina Fitrianti dengan judul Keefektifan Media
Tayangan Iklan Layanan Masyarakat di Televisi dalam Pembelajaran Menulis
Paragraf Persuasi pada Siswa kelas X SMAN 2 Kota Sukabumi (tahun ajaran
2009/2010). Hasil penelitian-penelitian tersebut membuktikan bahwa media
tayangan di televisi memberikan motivasi lebih bagi siswa dalam menulis.
Tayangan televisi memang bukan hal yang asing lagi bagi siswa, dengan arahan
yang baik maka tayangan televisi dapat dijadikan media pembelajaran yang tepat.
Pada penelitian sebelumnya, media tayangan televisi yang digunakan
adalah iklan layanan masyarakat. Tayangan iklan layanan masyarakat digunakan
sebagai media dalam menulis paragraf persuasi. Kali ini penulis mengambil
tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7. Tayangan anak dirasa masih
sesuai dengan usia rata-rata siswa yaitu 14 tahun. Dalam tayangan tersebut penulis
sering menemukan keindahan alam serta kejadian-kejadin menarik yang sangat
mungkin bila diekspresikan kembali dalam bentuk puisi.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka maksud dalam
penelitian ini yaitu menguji hipotesis yang telah ditetapkan bahwa tayangan
anak-anak “Bocah Petualang” efektif digunakan dalam pembelajaran menulis kreatif
1.2 Masalah Penelitian 1.2.1 Identifikasi Masalah
Penulis melakukan identifikasi masalah, yaitu rendahnya keterampilan
menulis siswa. Hal ini disebabkan intensitas latihan menulis yang kurang. Padahal
menulis merupakan suatu proses yang membutuhkan latihan. Terkait dengan
media, pemilihan media pembelajaran menulis yang tepat dapat memotivasi minat
dan kemampuan siswa untuk menulis. Namun penggunaan media pembelajaran
masih jarang dimanfaatkan oleh guru.
1.2.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimana kemampuan siswa kelas VIII SMP Kartika Siliwangi 2
dalam menulis puisi sebelum menggunakan media tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7?
2. Bagaimana kemampuan siswa kelas VIII SMP Kartika Siliwangi 2
dalam menulis puisi sesudah menggunakan media tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7?
3. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran
menulis paragraf argumentasi sebelum dan sesudah menggunakan media
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) mengetahui kemampuan siswa kelas VIII SMP Kartika Siliwangi 2
dalam menulis puisi sebelum menggunakan media tayangan
anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7;
2) mengetahui kemampuan siswa kelas VIII SMP Kartika Siliwangi 2
dalam menulis puisi sesudah menggunakan media tayangan
anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7;
3) mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara
kemampuan menulis puisi sebelum dan setelah menggunakan
media tayangan tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut.
1) Manfaat secara teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan teori media pembelajaran dan dapat mengembangkan
pengunaan media tayangan anak-anak dalam proses pembelajaran
2) Manfaat secara praktis
a) Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman
yang berarti bagi peneliti sebagai calon pendidik. Selain itu melatih
penulis menemukan dan menerapkan media yang inovatif dalam
pembelajaran
b) Bagi Guru
Dapat menambah referensi bagi guru dalam penggunaan media
untuk pembelajaran menulis, khususnya menulis paragraf puisi. Hal
ini sebagai upaya peningkatan kualitas pengajaran bagi guru.
c) Bagi Siswa
Siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru, sehingga
diharapkan adanya peningkatkan dalam kemampuan menulis,
khususnya paragraf puisi.
d) Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
terhadap penggunaan media audiovisual berupa tayangan anak-anak
1.4 Anggapan Dasar dan Hipotesis 1.4.1 Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini sebagai berikut.
1) Keterampilan menulis merupakan suatu proses yang membutuhkan
latihan.
2) Salah satu ragam keterampilan menulis yang harus dilaksanakan
dalam Kompetensi Dasar pada siswa SMP/MTs kelas VIII semester
2 adalah menulis puisi.
3) Pemilihan media pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan
pengalaman belajar yang bermakna siswa.
4) Media tayangan kanak-kanak di televisi merupakan salah satu media
yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis puisi.
1.4.2 Hipotesis
Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini yaitu H0 atau
hipotesis nol ditolak dan H1 atau hipotesis kerja diterima. Artinya ada
perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis puisi menggunakan
media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 dengan
kemampuan siswa menulis puisi tanpa menggunakan media tayangan
anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7. Media tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7 efektif digunakan dalam pembelajaran
1.5 Definisi Operasional
Istilah-istilah dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut.
1.5.1 Pembelajaran Menulis Puisi adalah proses menjadikan pembelajar atau
siswa untuk dapat menulis puisi sesuai unsur-unsur puisi.
1.5.2 Media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 merupakan
bagian dari media audio visual. Tayangan tersebut berisi informasi
mengenai keindahan alam dan budaya Indonesia yang dinaratori oleh
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode eksperimen kuasi.
Penelitian ini menggunakan desain “pretest-pascatest one group design” pada
kelas yang disebut sebagai kelas eksperimen semu. Pengukuran dalam penelitian
ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum penerapan threatment yang disebut
prates dan sesudah penerapan threatment yang disebut pascates. Metode
eksperimen digunakan untuk menguji coba suatu media pembelajaran. Apakah
media tersebut efektif atau tidak untuk dijadikan alternatif pembelajaran di kelas..
Pola penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Bagan 3.1
Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest
(Syamsudin dan Vismaia, 2007: 157)
Keterangan:
E : Kelas Eksperimen
O1 : tes awal (prates) menulis puisi di kelas eksperimen
O2 : tes akhir (pascates) menulis puisi di kelas eksperimen
X : pembelajaran menulis puisi dengan media tayangan anak-anak “Bocah
Petualang” TRANS7
Langkah-langkah yang peneliti tempuh dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1) Mengadakan tes awal untuk mengukur kemampuan menulis puisi siswa
sebelum threatment atau perlakuan diberikan.
2) Memberikan perlakuan atau threatment berupa penggunaan media tayangan
anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7.
3) Mengadakan pascates untuk mengukur kemampuan menulis puisi siswa
setelah threatment atau perlakuan diberikan.
3.2 Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto (1998:114) yang dimaksud dengan sumber data
dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data
penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Kartika XIX-2 Bandung.
3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto,
1998:115). Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda
alam yang lain. Populasi juga bukan sekadar jumlah yang ada pada
obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang
dimiliki oleh subyek atau obyek itu (Sugiyono, 2008:117). Berdasarkan
pengertian tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas
VIII SMP Kartika XIX-2 Bandung yang terdiri dari kelas VIII A, VIII B, VIII
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2007:117). Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi
harus betul-betul representatif (Sugiyono, 2008:118). Pengambilan sampel
dalam penelitian ini dilakukan secara acak sehingga setiap anggota dari
populasi memiliki peluang yang sama besar untuk diteliti. Sampel acak ini
berasal dari populasi terhingga dan didapatkan dengan cara mengundi
beberapa kelas yang termasuk ke dalam populasi. Sampel dalam penelitian ini
yaitu, kelas VIII A sebagai kelas eksperimen.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah yang digunakan mengukur fenomena alam
maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2008:148). Instrumen pada penelitian ini
sebagai berikut.
3.3.1 Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran merupakan instrument yang digunakan saat
pembelajaran berlangsung. Instrumen pembelajaran pada penelitian ini adalah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sebelum melaksanakan
pembelajaran, penulis menyusun langkah-langkah sebagai berikut.
Hal yang penulis lakukan dalam menyusun perencanaan
pembelajaran adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Rencana pembelajaran tersebut digunakan sebagai pedoman
belajar mengajar di kelas. Dalam RPP terdapat standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dan hal lain yang
dapat menunjang pembelajaran. Dalam RPP ini penulis menyajikan
kebutuhan yang relevan dengan pembelajaran dan kompetensi yang
harus dikuasai siswa, yaitu menulis puisi.
RPP yang penulis susun yaitu untuk pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar di kelas VIII-A SMP Kartika XIX-2 Bandung sebagai kelas
eksperimen.
2. Pelaksanaan pembelajaran
Setelah RPP disusun, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan
proses belajar mengajar sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
Adapun langkah-langkahnya yaitu mengadakan prates, menyajikan
materi dan memberikan perlakuan, dan mengadakan pascates.
a. Pelaksanaan prates
Langkah pertama dalam pelaksanaan pembelajaran ini adalah
mengadakan prates. Hal ini dimaksudkan agar penulis memperoleh
data hasil menulis puisi siswa sebelum siswa mendapatkan perlakuan
menulis puisi dengan media tayangan anak-anak Bocah Petualang
sama dengan satu jam pelajaran. Siswa yang mengikuti prates
berjumlah 36 orang siswa. Prates ini diberikan secara tertulis dengan
bentuk instrumen soal uraian.
b. Penyajian materi dan pemberian perlakuan
Setelah dilaksanakan prates, kegiatan selanjutnya adalah penyajian
materi dan pemberian perlakuan sesuai dengan rencana yang telah
disusun dalam RPP. Penyajian materi ini dilaksanakan dengan
memberikan penjelasan mengenai puisi. Selanjutnya pemberian
perlakuan kepada siswa, yaitu dengan menggunakan media tayangan
anak-anak Bocah Petualang TRANS7. Siswa diberikan pemaparan
keterkaitan media tersebut dengan pembelajaran menulis puisi. Oleh
penulis, siswa diarahkan untuk dapat menggali berbagai macam hal
menarik yang dapat dituangkan dalam bentuk puisi. Pemberian
perlakuan sebanyak dua kali perlakuan.
c. Pelaksanaan pascates
Pelaksanaan pascates merupakan langkah akhir dari
kegiatan-kegiatan sebelumnya. Siswa diberikan tes untuk mengetahui
keberhasilan pembelajaran yang sudah dilakukan. Pelaksanaan
pascates ini sama dengan waktu pelaksanaan prates, yaitu selama 40
menit di hari dan jam yang sama pula. Siswa yang mengikuti pascates
ini pun sama dengan siswa yang mengikuti prates. Pascates diberikan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Sekolah : SMP Kartika XIX-2 Bandung Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : VIII / 2 Alokasi Waktu : 2 X 40
A. Standar Kompetensi
16. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan dalam puisi bebas
B. Kompentensi Dasar
16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berakhir diharapkan:
1. Peserta didik mampu mendata objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi.
2. Peserta didik mampu menulis puisi menggunakan pilihan kata yang tepat.
D. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran inquiri (tanya jawab)
. Materi Pembelajaran a. Pengertian Puisi
bersifat konotatif karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang (majas).
Dibandingkan dengan bentuk karya sastra lain, puisi lebih bersifat konotatif. Bahasanya
lebih memiliki banyak kemungkinan makna. Hal ini terjadi karena terjadinya
pengonsentrasian atau pemadatan segenap kekuatan bahasa di dalam puisi (Waluyo,
1987:22).
Muljana (Waluyo, 1987:58) mengatakan bahwa puisi merupakan bentuk
kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khas. Pengulangan
kata tersebut menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas. Batasan ini berkaitan dengan
struktur fisiknya saja. Spencer (Waloyo, 1987:23) menyebutkan puisi merupakan
bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek
keindahan. Sedangkan Johnson (Waloyo, 1987:23) mengatakan bahwa puisi adalah
peluapan yang spontan dari perasaan yang penuh daya. Pengertian puisi tersebut lebih
merujuk pada segi bentuk batin puisi.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dibuat definisi umum yaitu puisi adalah
bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair yang bersifat
imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan
pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
b. Unsur-unsur Puisi
Secara umum unsur-unsur dalam puisi terbagi menjadi dua yaitu unsur lahir dan
unsur batin atau yang lebih dikenal dengan istilah unsur ekstrinsik dan intrinsik. Unsur
lahir atau ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, sedangkan
dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra. Berikut adalah struktur fisik puisi.
1) Diksi (Pemilihan Kata)
Kata-kata dalam puisi yang bersipat konotatif artinya memiliki kemungkinan makna
lebih dari satu. Kata-katanya juga di pilih yang puitis artinya mempunyai efek
keindahan dan berbeda dari kata-kata yang kita pakai dalam kehidupan sehari-hari
(Waluyo,1987:73).
Diksi juga berarti kemampuan untuk memilih kata dangan cermat sehingga dapat
membedakan secara tepat nuansa makna (perbedaan makna yang halus), gagasan yang
ingin disampaikan.
2) Pengimajian
Imaji adalah daya bayang, artinya menghadirkan ajakan untuk menciptakan
imajinasi dalam membuat puisi. (Waluyo,1987:78) mengatakan pengimajian adalah
kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti
penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji adalah gambaranangan yang muncul di
benak pembaca puisi.
Pengimajian juga berarti mengingatkan kembali pengalaman yang pernah terjadi
karena kemahiran penyair dalam menggambarkan suatu peristiwa. Adapun imaji yang
di timbulkan ada tiga macam, yakni imaji visual, imaji auditif, dan imaji taktil (cita
rasa).
3)Kata Kongret
Setiap penyair berusaha mengkonkretkan hal yang ingin di kemukakan agar
dilakukan setiap penyair berbeda dengan penyair lainnya (Waluyo,1987:83). Kata-kata
konkret dapat menumbuhkan daya imajinasi yang kuat agar pembaca dapat merasakan
apa yang diungkapkan penyair. Dengan kata yang diperkonkret, pembaca dapat
membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan penyair.
4)Bahasa Figuratif
Penyair menggunakan bahasa yang bersusun-susun atau berfigura sehingga disebut
bahasa figuratif. Bahasa figuratif adalah bahasa yang di gunakan penyair untuk
mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung
mengungkapkan makna (Waluyo,1987:83).
a) Metafora
Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak
disebutkan.
b) Perbandingan
Perbandingan adalah kiasan tidak langsung, artinya benda yang di kiaskan
kedua-duanya ada bersama pengiasannya dan digunakan kata-kata seperti, laksana,
bagaikan, bagai, bak.
c) Personifikasi
Personifikasi adalah keadaan atau peristiwa alam sering dikiaskan sebagai
keadaan atau peristiwa yang dialami oleh manusia. Dalam hal ini benda mati
dianggap sebagai manusia persona atau di”personifikasi”kan. Hal ini digunakan
untuk memperjelas penggambaran peristiwa dan keadaan itu.
Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair perlu melebih-lebihkan
hal yang diperbandingkan itu agar mendapatkan perhatian yang lebih seksama dari
pembaca.
e) Sinekdok
Secara harfiah sinekdok berarti mengambil bersama, berbuat sesama, memahami
sesuatu melalui yang lain. Sinekdok merupakan salah satu bahasa kiasan yang
menyebutkan sebagian atau bagian penting untuk benda itu sendiri. Sinekdok ada
dua yaitu pars prototo dan totem proparte. Pars prototo adalah gaya bahasa dalam
melukiskan suatu peristiwa dengan menyebutkan suatu bagian sedang yang
dimaksud seluruhnya. Totem proparte adalah gaya bahasa dalam melukiskan suatu
peristiwa atau hal dengan menyatakan suatu ke seluruhan sedang yang di maksud
hanya sebagian.
f) Ironi
Ironi adalah kata-kata yang bersipat berlawanan untuk memberikan sindiran.
5) Versifikasi (Rima, Ritme, dan Metrum)
Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritma. Waluyo (1987:90) Menyatakan
rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau
orkestrasi. Slamet Mulyana dalam Waluyo (1987:94) mengatakan bahwa ritma
merupakan pertentangan bunyi tinggi/rendah, panjang/pendek, keras/lemah, yang
mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk keindahan. Ritma
berbeda dengan metrum. Metrum berupa pengulangan tekanan kata yang tetap. Metrum
namun dalam deklamasi dan pembacaan puisi peranannya sangat penting.
6) Tata Wajah (Tipografi)
Menurut Waluyo (1987:97) tipografi merupakan kata-kata yang di susun
mewujudkan larik-larik yang panjang dan pendek, yang membentuk suatu kesatuan
yang padu. Pergantian larik panjang dan pendek sedemikian bervariasi secara harmonis
sehingga menimbulkan ritma yang padu. Peranan tipografi dalam puisi, selain untuk
menampilkan aspek artistik visual juga untuk menciptakan nuansa makna dan nuansa
tertentu.
Selain struktur fisik, puisi pun terbentuk oleh struktur batin. Sruktur batin tersebut
adalah sebagai berikut.
1)Tema
Tema merupakan nilai pokok dalam sebuah karya sastra dan menduduki tempat
utama. Tema dibagi menjadi dua yakni tema mayor dan tema minor, tema mayor
adalah tema yang paling menonjol atau yang menjadi fokus tema sedangkan tema
minor adalah tema yang tidak menonjol atau tema sampingan.
2) Amanat
Amanat biasa disebut juga dengan makna, amanat atau makna terbagi menjadi
makna niatan dan makna muatan. Makna niatan adalah makana yang diniatkan penulis
dalam karya yang tengah dibuatnya sedangkan makna muatan adalah makna yang
termuat dalam karya sastra
3)Perasaan
tangkap kalau puisi itu di baca keras dalam poetry reading atau deklamasi. Membaca
puisi dengan suara keras akan lebih membantu kita menemukan perasaan penyair yang
melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut.
4) Nada dan Suasana
Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca. Dari sikap itu terciptalah
suasana puisi. Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui, memberontak,
main-main, serius (sungguh-sungguh), patriotik, belas kasih (memelas), takut mencekam,
santai, masabodo, pesimis, humor (bergurau), mencemooh, kharismatik, filosopi,
khusyuk, dan sebagainya.
c. Jenis-jenis Puisi
Berikut ini adalah beberapa klasifikasi jenis puisi menurut Waluyo (1987:135-144)
1) Puisi Naratif, Lirik, dan Deskriptif
Klasifikasi puisi ini berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan
yang hendak disampaikan.
a) Puisi naratif
Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan-penjelasan penyair. Ada
puisi naratif yang sederhana, ada yang bersifat sugestif, dan ada yang
kompleks. Puisi-puisi naratif dapat berupa epik, romansa, balada, dan syair
(berisi cerita). Balada adalah puisi yang berisi cerita orang-orang perkasa, tokoh
pujaan, atau orang-orang yang menjadi pusat perhatian. Romansa adalah jenis
puisi yang menggunakan bahasa romantik. Puisi ini berisi kisah percintaan
sehingga membuat percintaan mereka lebih memesona.
b)Puisi Lirik
Dalam puisi lirik penyair mengungkapkan aku lirik atau gagasan pribadinya.
Ia tidak bercerita. Jenis puisi lirik misalnya elegi, ode, dan serenada. Elegi
adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Serenada ialah sajak
percintaan yang dapat dinyanyikan. Kata “serenada” berarti nyanyian yang
tepat dinyanyikan pada waktu senja. Ode adalah puisi yang berisi pujaan
terhadap seseorang, suatu hal, atau suatu keadaan. Pemujaan terhadap
tokoh-tokoh yang dikagumi merupakan puisi yang banyak ditulis oleh penyair.
c) Puisi Deskriptif
Dalam puisi deskriptif, penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap
keadaan atau peristiwa, benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatian
penyair. Jenis puisi yang dapat diklasifikasikan dalam puisi deskriptif misalnya
puisi satire, kritik sosial, dan puisi-puisi impresionistik. Satire adalah puisi yang
mengungkapakan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, namun
dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya. Kritik sosial
adalah puisi yang juga menyatakan ketidaksenangan penyair terhadap keadaan
atau terhadap diri seseorang, namun dengan cara membeberkan kepincangan/
ketidakberesan keadaan atau orang tersebut. Kesan penyair juga dapat kita
hayati dalam puisi impresionistik yang mengungkapkan kesan (impresi) penyair
terhadap suatu hal.
Puisi kamar ialah puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua
pendengar saja di dalam kamar. Sedangkan puisi auditorium adalah puisi yang
cocok untuk dibaca di auditorium, di mimbar yang jumlah pendengarnya dapat
ratusan orang. Puisi auditorium disebut juga puisi Hukla (puisi yang mementingkan
suara atau serangkaian suara).
3) Puisi Fisikal, Platonik dan Metafisikal
Pembagian puisi oleh David Daiches ini berdasarkan sift dari isi yang
dikemukakan dalam puisi itu.
Puisi fisikal bersifat realistis artinya menggambarkan kenyataan apa adanya.
Hal yang dilukiskan adalah kenyataan dan bukan gagasan. Hal-hal yang dilihat,
didengar, atau dirasakan adalah merupakan objek ciptaanya. Puisi-puisi naratif,
balada, puisi yang bersifat impresionistis, dan juga puisi dramatis biasanya
merupakan puisi fisikal.
Puisi platonik adalah puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat
spiritual atau kejiwaan.
Puisi metafisikal adalah puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca
merenungkan kehidupan dan merenungkan Tuhan.
4) Puisi Subjektif dan Puisi Objektif
Puisi subjektif juga disebut puisi personal, puisi yang mengungkapkan gagasan,
pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri penyair sendiri.
Puisi objektif adalah puisi yang mengungkapkan hal-hal di luar diri penyair itu
5) Puisi Konkret
Puisi konkret adalah puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati keindahan
bentuknya dari sudut pandang penglihatan. Dalam puisi konkret, tanda baca dan
huruf-huruf sangat potensial membentuk gambar yang memiliki arti.
6) Puisi Diafan, Gelap, dan Prismatis
Puisi diafan atau puisi polos adalah puisi yang kurang menggunakan
pengimajian, kata konkret dan bahasa figuratif, sehingga puisinya mirip dengan
bahasa sehari-hari.
Puisi gelap adalah puisi yang terlalu banyak mengandung lambang, kiasan,
majas, dsb. Puisi gelap biasanya sukar ditafsirkan maknanya.
Pada puisi prismatis penyair mampu menyelaraskan kemampuan menciptakan
majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca tidak
terlalu mudah menafsirkan makna puisi, namun tidak terlalu gelap sehingga
pembaca sukar memaknainya. Pembaca tetap dapat menelusuri makna puisi
tersebut, namun makna itu bagaikan sinar yang keluar dari prisma. Ada
bermacam-macam makna yang akan muncul. Puisi prismatik merupakan puisi yang kaya akan
makna.
7) Puisi Parnasian dan Puisi Inspiratif
Puisi parnasian adalah puisi yang diciptakan karena ilmu dan pengetahuan dan
bukan berdasar oleh inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair.
Puisi inspiratif adalah puisi yang diciptakan berdasarkan mood atau passion.
penyair benar-benar terlibat ke dalam puisi tersebut.
8) Stanza
Stanza adalah kumpulan larik sajak yang menjadi satuan struktur sajak,
ditentukan oleh jumlah larik, pola mantra, atau rima, dan bait. Jenis puisi stanza
biasanya terdiri atas delapan baris.
9) Puisi Demonstrasi dan Pamflet
Puisi demonstrasi adalah puisi dengan endapan pengalaman fisik, mental, dan
emosional penyair dengan gaya paradoks dan ironi, serta membakar semangat.
Puisi pamflet adalah ungkapkan protes yang mengunakan pengolahan gaya
bahasa serupa pamflet sehingga terkesan spontan. Pada umumnya kedua macam
puisi ini diungkapkan dengan gaya prosais.
10)Alegori
Puisi alegori sering mengungkapkan cerita yang isinya dimaksudkan untuk
memberikan nasihat tentang budi pekerti dan agama. Jenis puisi alegori yang
terkenal adalah parabel, yang disebut juga dongeng perumpamaan.
F. Langkah-langkah Pembelajaran
No Kegiatan Waktu
A. Kegiatan Awal
1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan
salam. (NBK Religius)
2. Mengecek kehadiran dan kesiapan peserta didik
untuk belajar (kerapian pakaian, kesiapan sumber
belajar, dan kebersihan kelas). (NBK Disiplin)
3. Melakukan apersepsi dengan menggali
pengetahuan awal mengenai puisi. (NBK Gemar
Membaca)
4. Menjelaskan kompetensi dasar yang akan dicapai.
(NBK Tanggung Jawab)
5. Memberikan motivasi kepada peserta didik.
B. Kegiatan Inti a. Pertemuan I
Prates menulis puisi dengan keindahan alam dengan
pilihan kata yang sesuai.
b.Pertemuan II
1. Peserta didik dijelaskan mengenai materi menulis
puisi (pengertian puisi, unsur-unsur puisi, dan
jenis-jenis puisi)
2. Peserta didik dijelaskan kekurangan-kekurangan
yang terdapat di dalam penulisan puisi pada
pertemuan sebelumnya.
3. Peserta didik diberikan tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7 yang akan berfungsi
sebagai media dalam pembelajaran menulis puisi.
4. Peserta didik menyimak tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7 yang bertema
kehidupan anak-anak di desa.
5. Peserta didik diberikan lembar tes berisi soal
uraian menulis puisi
6. Peserta didik menulis puisi berdasarkan apa yang
dilihat dan didengarnya pada tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7.
c.Pertemuan III
1. Peserta didik dijelaskan mengenai
kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalam penulisan puisi
pada pertemuan sebelumnya.
2. Peserta didik diarahkan pada tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7 yang akan
ditayangkan sebagai media dalam pembelajaran
menulis puisi.
G. Media atau Sumber Belajar
1) Buku teks Buku Sekolah Elektronik: Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk
“Bocah Petualang” TRANS7 bertema keindahan
alam.
4. Peserta didik diberikan lembar tes berisi soal
uraian menulis puisi.
5. Peserta didik menulis puisi berdasarkan apa yang
dilihat dan didengarnya pada tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7.
d. Pertemuan IV
Pascates menulis puisi dengan tema keindahan alam
dengan pilihan kata yang sesuai.
C. Kegiatan Akhir
1. Peserta didik dan guru membuat rumusan simpulan
materi untuk memantapkan pemahaman peserta
didik.
2. Peserta didik menyampaikan kesan dengan
menggunakan bahasa yang baik dan benar terhadap
pembelajaran yang baru berlangsung sebagai
kegiatan refleksi.
3. Guru menutup pembelajaran.
SMP/MTs Kelas VIII, Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawarti dan Teori dan
Apresiasi Puisi. Herman J. Waluyo
2) Audiovisual (tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS 7)
H. Penilaian
Penilaian proses dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung
Indikator Penilaian Penilaian Teknik Penilaian Bentuk Penilaian
1. Mampu mendata objek
yang akan dijadikan
bahan menulis puisi.
2. Mampu menulis puisi
menggunakan pilihan
kata yang tepat
Tes tulis/ Uraian Tes tulis/ Uraian Tugas proyek Tugas proyek Soal tes
Buatlah sebuah puisi dengan tema budaya atau keindahan alam dengan ketentuan
sebagai berikut.
1. Tulislah nama dan kelas pada kertas pekerjaan anda !
2. Tentukan judul sesuai dengan tema puisi!
Nama :...
Kelas :...
I. Pedoman Penilaian
Da ta ta rik judul P emi li ha n ka ta (diksi) P engim aji an Ga ya ba h asa P esa n ya ng ter ka
ndung da
lam
puisi
Bobot
1 25
2 25
3 25
4 25
... 25
Keterangan:
Interval skor setiap aspek penilaian 1-5
Skor maksimal = 25
∑ skor
Nilai = --- X 100
∑ bobot
Kriteria Penilaian 1. Daya tarik judul
5: pemilihan judul menarik, singkat, mengandung diksi metafora, dan sesuai dengan
tema dan isi puisi,
4: pemilihan judul menarik, singkat, mengandung diksi metafora, sesuai dengan
tema tetapi kurang sesuai dengan isi puisi
3: pemilihan judul menarik, singkat, tidak mengandung diksi metafora, namun
2: pemilihan judul menarik, singkat, tidak mengandung diksi metafora, dan tidak
sesuai dengan tema dan isi puisi
1: pemilihan judul tidak manarik, tidak sesuai dengan tema dan isi puisi
2. Pemilihan kata (diksi)
5: pemilihan kata dan ungkapan, tepat, bervariasi, bermakna konotatif, dan
menimbulkan keindahan pada puisi
4: pemilihan kata dan ungkapan tepat, bermakna konotatif, namun kurang bervariasi
dan kurang menimbulkan keindahan pada puisi
3: pemilihan kata dan ungkapan tepat, tidak bermakna konotatif, kurang bervariasi,
dan belum tidak menimbulkan keindahan pada puisi.
2: pemilihan kata dan ungkapan kurang tepat dan sangat terbatas
1: pemilihan kata tidak tepat dan tidak bervariasi
3. Pengimajian
5: penggunaan imaji sangat tepat, mengandung pencitraan dari lima panca indera,
bervariasi, dan dapat menimbulkan suasana dan gambar yang mendalam serta
memperkuat daya bayang pembaca
4: penggunaan imaji sangat tepat, mengandung beberapa pencitraan dari lima panca
indera bervariasi, dan dapat menimbulkan suasana dan gambar yang mendalam
namun kurang memperkuat daya bayang pembaca
3: penggunaan imaji cukup tepat dan bervariasi , mengandung beberapa pencitraan
dari lima panca indera, namun kurang dapat menimbulkan suasana dan gambaran
2: penggunaan imaji kurang tepat dan belum bervariasi, tidak mengandung
pencitraan dari lima panca indera, kurang menimbulkan suasana dan gambaran yang
mendalam serta belum dapat memperkuat daya bayang pembaca.
1: penggunaan imaji tidak tepat, tidak mengandung pencitraan dari lima panca
indera, tidak menimbulkan suasana dan gambaran yang mendalam serta tidak
memperkuat daya bayang pembaca
4. Gaya bahasa
5: terdapat banyak gaya bahasa dalam puisi dan tepat penggunaannya dalam
mengungkapkan isi dan menambah intensitas estetika puisi
4: terdapat beberapa gaya bahasa dalam puisi dan tepat penggunaanya dalam
pengungkapan isi dan menambah intensitas estetika puisi
3: terdapat sedikit gaya bahasa, namun tepat penggunaanya dalam mengungkapkan
isi dan enambah intensiras estetika puisi
2: terdapat gaya bahasa namun tidak tepat penggunaanya dalam mengungkapkan isi
dan menambah intensitas estetika puisi
1: tidak terdapat gaya bahasa dalam puisI.
5. Pesan yang terkandung dalam puisi
5 : pesan tersampaikan secara implisit dan memperkuat struktur batin puisi
4: pesan tersampaikan secara implisit, namun kurang memperkuat struktur batin
puisi
3: pesan tersampaikan secara langsung dan memperkuat struktur batin puisi
1: puisi tidak mengandung pesan.
Instrumen pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
tes. Tes yang diberikan adalah prates dan pascates. Prates digunakan untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai puisi. Hasil yang dilihat
yaitu nilai rata-rata siswa dalam menulis puisi sebelum menggunakan media
tayangan anak-anak Bocah Petualang TRANS7. Adapun pascates digunakan
untuk mengetahui nilai rata-rata siswa dalam menulis puisi setelah menggunakan
media tayangan anak-anak Bocah Petualang TRANS7.
Bentuk tes yang digunakan yaitu berupa tes kemampuan menulis puisi
berbentuk uraian. Format tes adalah sebagai berikut
Buatlah sebuah puisi dengan tema keindahan alam dengan ketentuan sebagai
berikut.
4. Tulislah nama dan kelas pada kertas pekerjaan anda !
5. Tentukan judul sesuai dengan tema puisi!
6. Waktu yang disediakan adalah 60 menit!
Nama :...
Kelas :...
3.4 Teknik Penelitian
Teknik yang digunakan dalam penenelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu
teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data.
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Data yang penulis kumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang
penulis peroleh dengan menggunakan teknik tes. Tes digunakan untuk
mendapatkan data yang menggambarkan kemampuan siswa sebelum dan
sesudah mendapatkan perlakuan pembelajaran. Tes dilakukan dua kali, yakni
pada saat awal (prates) dan akhir (pascates). Tes awal dilaksanakan sebelum
diberikan perlakuan dengan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang”
TRANS7 dan tes akhir dilaksanakan setelah diberikan perlakuan dengan media
tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7. Tujuannya adalah untuk
mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan media tayangan
anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 dalam pembelajaran menulis puisi.
3.4.2 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data pada penelitian ini dilakukan melalui
perhitungan statistik. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui silsilah
rata-rata nilai prates dan pascates untuk masing-masing aspek yang dinilai sebagai
indikator efektivitas perlakuan berupa penggunaan media tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7 dalam pembelajaran menulis puisi. Hasil
perhitungan tentu harus diinterpretasikan lebih lanjut sehingga menghasilkan
Adapun langah-langkah pengolahan data dalam penelitian adalah sebagai
berikut.
1) Menganalisis data prates dan pascates. Langkah-langkah analisis data
dilakukan dengan cara:
a) Menganalisis hasil menulis puisi siswa
b) Mengubah skor prates dan pascates menjadi nilai dengan rumus:
[image:40.595.149.464.280.584.2]
Table 3.1
Kategori Penilaian Menulis Puisi Berdasarkan Skala Nilai
Skala Nilai Kategori
85-100 Sangat Baik (SB)
70-84 Baik (B)
69-55 Cukup (C)
54-40 Kurang (K)
<40 Sangat Kurang (SK)
2) Melakukan uji reabilitas antar penimbang. Uji reabilitas antar penimbang ini
digunakan untuk mengetahui tingkat reabilitas penilaian antara penguji yang
satu dan penguji lainnya bagi setiap testi. uji reabilitas dilakukan dengan
,
[image:41.595.132.493.300.544.2]Setelah itu, hasil data-data tersebut dimasukkan kedalam format ANAVA.
Tabel 3.2 Format ANAVA
Sumber
Variasi SS Dk Varians
Siswa/Testi SSt∑dt2 N-1
Penguji SSp∑d2p K-1 -
Kekeliruan SSk∑d2kk (N-1)(K-1)
Setelah itu, dilakukan penghitungan reabilitasnya dengan rumus:
Keterangan:
r11 : reabilitas yang dicari Vt : variansi dari testi Vkk : variansi dari kekeliruan
Tabel 3.3 Tabel Guilford
Nilai Tingkat Korelasi
< dari 0,20 Tidak ada korelasi
0,20-0,40 Korelasi rendah
0,40-0,60 Korelasi sedang
0,60-0,80 Korelasi tinggi
0,80-0,99 Korelasi tinggi sekali
1,00 Korelasi sempurna
3)Melakukan uji normalitas nilai menulis puisi siswa hasil prates dan posttes dengan
menggunakan rumus Chi-kuadrat adalah sebagai berikut.
(Sugiyono, 2008:107)
Keterangan: x2 = Chi-kuadrat
fo = Frekuensi yang diobservasi fh = Frekuensi yang diharapkan
4) Melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
(1) Mencari rata-rata dari perbedan prates dan pascates
Md = ∑d
(2) Menghitung thitung
(3) Menentukan db
(4) Menentukan dengan taraf signifikansi ( ) = 0,05 dan derajat kebebasan yang
telah dicari sebelumnya
=
Kriteria pengujian: “tolak Ho jika thitung > ttabel, dalam hal lain Ho diterima”. Jika
, maka Ho diterima dan hipotesis kerja ditolak. Artinya penggunaan
penggunaan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 tidak efektif
digunakan dalam pembelajaran menulis puisi. Akan tetapi, jika , maka
Ho ditolak dan hipotesis kerja diterima. Artinya penggunaan media tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7 efektif diterapkan dalam pembelajaran menulis puisi.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitiaan, pengolahan, dan analisis data yang telah
dilakukan penulis, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan. Berikut simpulan
penulis mengenai penelitian terhadap efektivitas penerapan media tayangan
anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 dalam pembelajaran menulis puisi siswa kelas
VIII-A SMP Kartika XIX-2 Bandung .
1) Terdapat perbedaan signifikan antara kemampuan menulis siswa pada
awal tes (prates) sebelum menggunakan media tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7 pada saat tes akhir (pascates). Hal ini dapat
dilihat dari hasil uji signifikansi terhadap perbedaan rata-rata pada dua tes
tersebut. Adapun perbedaan rata-rata prates sebesar 39 sedangkan rata-rata
pada pascates 60,5. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan menulis
puisi siswa meningkat setelah menggunakan media tayangan anak-anak
“Bocah Petualang” TRANS7.
2) Pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan media tayangan
anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 berhasil dalam meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji rata-rata, yaitu thitung
(16,63) > ttabe l (2,039) dalam taraf signifikansi 95% dan α = 0,05. Hasil
perhitungan uji t tersebut membuktikan terdapat perbedaan yang signifikan
tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 dan sebelum
menggunakan media tersebut. Artinya hipotesis yang diajukan penulis
(Ha) diterima dengan kata lain media tayangan anak-anak “BOcah
Petualang” TRANS7 efektif digunnakan dalam pembelajaran menulis
puisi.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitiaan, pengolahan, dan analisis data yang telah
diuraikan penulis, ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembelajaran menulis puisi khususnya dan pembelajaran
bahasa Indonesia pada umumnya.
1) Media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 merupakan salah
satu alternatif yang layak dikembangkan untuk mengatasi masalah
rendahnya minat belajar siswa khususnya dalam pembelajaran menulis.
Untuk mencapai keberhasilan yang diinginkan dalam proses pendidikan di
sekolah, perlu didukung oleh semua pihak penyelenggara pendidikan
selain itu kesediaan guru untuk melakukan perubahan dalam pola dan
model pengajaran yang selama ini dipraktikan.
2) Guru hendaknya mengenal karakter siswa dengan baik sebelum
menggunakan media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi saat
proses pembelajaran berlangsung serta memudahkan siswa untuk dapat
3) Penulis berharap agar para pendidik yang menggunakan media tayangan
anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 dalam pembelajaran menulis
hendaknya lebih inovatif lagi dalam memilih beberapa episode yang akan
ditayangkan. Selain itu, harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
4) Penulis berharap agar ada penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan
media tayangan anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7 dalam
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam
pembelajaran menulis.
5) Sikap tanggap pengelola pendidikan dan instansi yang berkewenangan
dalam pengembangan kinerja tenaga pendidik, merupakan faktor penentu
bagi keberhasilan dan efektivitas pengembangan media tayangan
anak-anak “Bocah Petualang” TRANS7. Karena itu hasil penelitian ini
sebaiknya dapat dijadikan bahan masukan dalam rangka penyusunan
kurikulum pendidikan atau latihan tenaga kependidikan di sekolah.
Yessy Meirliane, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Akhardiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dansakura H. Ridwan, 1996. Menulis.
Jakarta: Depdikbud
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arsyad, A. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media
Fathurahman, PdanSobry S. 2010.Strategi belajar mengajar. Bandung: PT.
RefikaAditama
Fitriani, R. 2010. KEEFEKTIFAN MEDIA TAYANGANIKLAN LAYANAN
MASYARAKAT DI TELEVISIDALAM PEMBELAJARAN MENULIS
PARAGRAF PERSUASI. Skripsi. Bandung: tidakditerbitkan
Prihatin, E. 2008.Guru sebagaifasilitator. Bandung: PT. KarsaMandiriPersada
Sabarti, dkk. 1992. Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan
Tenaga Kependidikan.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Abdullah, R. S. dan Vismaia S. Damayanti. 2006. Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa. Bandung: PT Remaja Bumi Rosdakarya
Tarigan, H. G. 1982. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Yessy Meirliane, 2012
Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, DepartemenPendidikanNasional.2008.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: BalaiPustaka
Yamin, M. 2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan.