• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR DAN FUNGSI SENI TRADISI GAOK SERTA MODEL PELESTARIANNYA MELALUI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRUKTUR DAN FUNGSI SENI TRADISI GAOK SERTA MODEL PELESTARIANNYA MELALUI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMA."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat,1980:160). Menurut definisi tersebut, masyarakat dibentuk oleh unsur-unsur manusia yang berinteraksi, adat-istiadat serta rasa kebersamaan. Pengaturan interaksi dalam masyarakat tidak terlepas dari norma-norma kehidupan yang dijadikan acuannya, dalam hal ini, Koentjaraningrat menggunakan istilah adat-istiadat. Tanpa adanya norma tersebut, masyarakat hanya sebatas kumpulan manusia dengan tidak adanya rasa kebersamaan.

Berdasarkan konsep masyarakat tersebut, dapat dijelaskan secara tidak langsung tentang keberadaan kebudayaan sebagai salah satu unsur terpenting dari masyarakat. Pengkajian suatu masyarakat akan selalu terkait dengan pengkajian kebudayaan yang terdapat pada masyarakatnya. Hal ini disebabkan kebudayaan berfungsi sebagai pedoman dalam pola tingkah laku, kebiasaan, serta gejala-gejala lain manusia dalam masyarakat. Seperti yang dijelaskan Geertz (Sudikan, 2001:3) bahwa tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat terikat oleh kebudayaan, yang terlihat perannya sebagai mekanisme kontrol bagi tingkah laku manusia.

(2)

sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, serta sebagai pedoman bagi tingkah lakunya. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan masyarakat itu sendiri yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Fakta ini membuktikan bahwa pada masyarakat seperti di Indonesia yang heterogen, maka memungkinkan adanya keragaman kebudayaan.

Demikian halnya dengan seni tradisional yang ada di Indonesia, pembahasan keragaman kebudayaan tidak bisa lepas dari keragaman seni tradisional (seni tradisi), sebab seni tradisional ini merupakan salah satu unsur kebudayaan yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum atau puak suku bangsa tertentu (htt://id Wikipedia.org/wiki/seni_tradisional). Seni tradisional tersebut berakar dari kebudayaan nenek moyang terdahulu. Oleh karena itu, secara historis seni tradisional telah menjadi bagian hidup masyarakat lama Indonesia -masyarakat Nusantara- dan telah memberikan manfaat serta pengalaman yang sangat berharga bagi masyarakat pendukungnya.

(3)

Seni tradisional lahir dalam dunia tradisional, yang di dalamnya terkandung hubungan antara sastra dan masyarakat tempat sastra itu lahir sangat erat. Robson (1988:9) menyebutnya dengan istilah sastra klasik, yaitu sastra yang diciptakan dalam masyarakat yang masih keadaan tradisional. Sastra itu beredar di masyarakat dan menjadi miliknya selama beberapa waktu sebelum dicatat. Rosidi (1995:296) mengatakan bahwa,”Sastra daerah itu merupakan karya sastra yang lahir dalam bahasa daerah yang terdapat di seluruh wilayah Indonesia, baik yang berbentuk lisan maupun tulisan.”

Di Wilayah Nusantara, seni tradisional didominasi oleh tradisi lisan. Hal ini terjadi berdasar pada suatu kenyataan bahwa masyarakat daerah sebelum abad sekarang -modern- merupakan masyarakat yang buta huruf, terutama di kalangan para petani, sehingga dalam mengungkapkan banyak hal di dalam kehidupannya tidak terlepas dari budaya lisan, seperti manakala akan menghadapi musim panen, mendoakan bayi yang baru lahir atau bersih desa dengan maksud menghalau segala marabahaya yang mengancam ketenangan, keselamatan dan kesehatan warga. Semua kegiatan tersebut ada dalam konteks kehidupan bermasyarakat yang pada akhirnya menjadi suatu kebiasaan secara turun-temurun sampai anak cucunya. Kebiasaan ini pun menjadi corak khas masyarakat itu berada sehingga menjelma menjadi seni tradisi lisan masyarakat tersebut.

(4)

yang tertutup dan tidak biasa berterus terang dalam menyampaikan perasaan dan pikirannya kepada orang lain. Oleh sebab itu, kegiatan bersastra merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menyampaikan itu (perasaan, nasihat, dan fatwa). Fungsi lain yang lebih dirasakan oleh masyarakat tradisional adalah sebagai hiburan. Masyarakat lama (daerah) menikmati seni tradisional sebagai suatu arena hiburan yang sangat berarti. Selain mereka akan bertemu dengan sesama kawan atau saudara, mereka juga akan mendapatkan suasana segar setelah siang hari bekerja di ladang atau di sawah. Melalui acara-acara kumpul bersama mendengarkan alunan suara yang berisi ajaran atau nasihat bagi pendengarnya (penonton). Fungsi ini biasanya dilakukan pada waktu malam hari, manakala warga telah datang dari tempat bekerjanya.

(5)

Kekhawatiran tentang lenyapnya sastra tradisi lisan dapat kita rasakan saat sekarang. Bahkan lebih jelas diungkapkan Tashadi (1994:2), “Hasil-hasil budaya daerah ini sebagian masih ada yang hidup dan berkembang dengan subur, namun masih banyak pula yang dikhawatirkan akan hilang dan musnah.”

Dalam hubungannya dengan kekhawatiran tersebut, Mahmud (1988:90) menjelaskan bahwa, kepunahan atau kemunduran seni tradisional ternyata yang paling jelas menimpa unsur pertunjukan atau pagelarannya, sedangkan unsur sastranya umumnya masih dapat dipertahankan melalui tulisan atau rekaman elektronik. Contohnya saja seni Beluk hampir punah di Pasundan secara langsung memusnahkan seni penembangan dan pelaguan wawacan karena Beluk merupakan wahana aktualisasi penembangan wawacan itu.

Data lain yang dapat menjadi bukti yang lebih up date adalah laporan hasil survey di Jawa Barat tentang seni tradisional yang dilakukan RHI Slamet menyebutkan bahwa ”sebanyak 45 dari 391 jenis kesenian tradisional Jawa Barat nyaris punah, sedangkan 49.023 seniman dan budayawan dilanda keterpurukan ekonomi” (Pikiran Rakyat, 1 Maret 2009).

(6)

melibatkan pelaku seni sebagai bagian dari entitas dan totalitasnya bukanlah masalah yang sederhana.

Lain halnya dengan kondisi seni tradisional dalam bentuk pertunjukan seperti sampyong, wayang kulit, atau wayang golek masih dikatagorikan seni tradisional yang tetap terpelihara. Dengan berbagai upaya, para pewarisnya berusaha menghadirkan seni tradisional tersebut dalam berbagai kesempatan pertunjukan.

Usaha-usaha konservasi yang dilakukan secara sadar dan terarah untuk melindungi seni tradisional tersebut, mutlak diperlukan. Salah satu bentuk upaya yang paling mungkin ditempuh adalah penginventarisan, pencatatan, perekaman dan pendokumentasian. Rosidi (1995:III) dalam kata pengantarnya menganggap betapa pentingnya usaha-usaha tersebut, sebagai upaya “mengamankan” kesenian-kesenian dari kepunahan.

Salah satu kesenian daerah atau seni tradisional yang dikhawatirkan akan dilupakan sehingga punah dari kehidupan kesenian kita adalah seni tradisi Gaok yang berada di Kelurahan Sindangkasih Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat. Beberapa penembang seni ini sudah meninggal, dan hanya tersisa beberapa orang yang dapat melakukan pertunjukan seni tradisi Gaok. Mereka pun sulit untuk mendapatkan kesempatan melakukan pertunjukan. Sementara usia mereka semakin tua. Oleh karena itu, penelitian kesenian ini perlu segera dilakukan sebelum benar-benar hilang dan lenyap dalam proses akulturasi.

(7)

pelestarian yang konkret. Bentuk pelestarian budaya tersebut dapat dilakukan melalui usaha pewarisan oleh masyarakat itu sendiri atau setidaknya para seniman daerah atau seniman yang mempunyai perhatian, para guru kesenian termasuk guru bahasa Sunda dan bahasa Indonesia sampai para pemegang kebijakan dalam hal ini para pejabat daerah setempat. Tanpa itu semua, kesenian atau tradisi Gaok beberapa tahun ke depan hanya ada dalam catatan dokumentasi.

Dari beberapa institusi yang ada di masyarakat, sekolah menjadi bagian penting untuk dipercaya sebagai lembaga yang akan menginformasikan dan melestarikan tradisi Gaok kepada generasi mendatang. Melalui kurikulum pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA, seni tradisi ini dapat diperkenalkan kepada siswa. Hal yang diperkenalkan dapat berupa bentuk pertunjukan kesenian dan dapat juga berupa naskah cerita yang sering dibacakan dalam pertunjukan tradisi Gaok, umpamanya cerita Sulanjana, Nyi Rambut Kasih, Talaga Manggung atau cerita lainnya.

Masuknya seni tradisi suatu daerah pada kurikulum Sekolah, selain membawa misi pelestarian dan pengembangan, juga membawa misi tujuan lainnya. Hal ini seperti yang dijelaskan Hamid (1986:3) yang mengungkapkan bahwa setiap sastra lisan bertujuan untuk memberi hiburan, pengajaran atau memenuhi fungsi-fungsi lain. Fungsi yang dimaksud meliputi fungsi pendidikan moral, agama, sosial serta fungsi kehidupan lainnya.

(8)

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah difokuskan pada aspek struktur dan fungsi seni tradisional Gaok serta model pelestariannya melalui pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA. Aspek struktur diarahkan pada penganalisisan struktur yang membangun sebuah pertunjukan tradisi Gaok. Aspek fungsi akan dilihat kaitannya dengan unsur manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok masyarakat. Sedangkan aspek model pelestariannya, penulis akan menitikberatkan pada model pembelajaran secara khusus dalam pembelajaran apresiasi sastra di SMA.

Untuk lebih jelasnya, masalah yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah struktur seni tradisi Gaok masih terjaga?

2. Apakah dapat diidentifikasi perilaku manusia dalam pertunjukan seni tradisi Gaok?

3. Apa fungsi seni tradisi Gaok bagi masyarakat?

4. Bagaimanakah model pelestarian budaya seni tradisi Gaok melalui pembelajaran apresiasi sastra di SMA?

C. Tujuan Penelitian

(9)

1. mendeskripsikan struktur seni tradisi Gaok;

2. mengidentifikasi perilaku masyarakat pendukungnya dalam pertunjukan seni tradisi Gaok;

3. mendeskripsikan fungsi seni tradisi Gaok bagi masyarakat pendukungnya; 4. merekomendasikan rencana model pelestarian budaya seni tradisi Gaok melalui

pembelajaran apresiasi sastra di SMA berdasarkan hasil diskusi dengan para pejabat, budayawan, masyarakat, serta para generasi muda di Majalengka.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu sastra, khususnya sastra lisan. Hal ini penting untuk dijadikan referensi penelitian sastra atau penelitian seni tradisi lainnya. 2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat semakin menumbuhkan wawasan kebangsaan generasi muda Indonesia, sehingga mereka lebih mengenal jati dirinya sendiri. Dengan demikian, diharapkan tumbuh dan hidup pikiran kritis dan selektif terhadap kebudayaan yang datang dari luar.

(10)

c. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalam seni tradisional Gaok yang diperoleh melalui penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk semakin meningkatkan kualitas kehidupan.

d. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat merangsang para peneliti lainnya untuk melakukan penelitian sejenis, baik terhadap seni tradisi Gaok Kabupaten Majalengka maupun tradisi Sunda lainnya.

e. Hasil penelitian ini dapat membantu para guru Muatan Lokal Bahasa Sunda dan guru Bahasa dan Sastra Indonesia di Kabupaten Majalengka dalam mencari bahan ajar serta mempersiapkan pembelajaran.

E. Definisi Operasional

Guna mengantisipasi terjadinya kesalahpahaman tentang peristilahan yang digunakan, berikut dikemukakan definisi operasional istilah-istilah tersebut. 1. Struktur seni tradisi Gaok ialah susunan unsur-unsur yang membangun

pertunjukan seni tradisi yang meliputi unsur dalang (para pemain) dan penonton, busana yang dipergunakan, wawacan (teks), waditra (alat-alat musik yang digunakan), susunan pertunjukan dan waktu, tempat dan jarak dalam pertunjukan.

(11)

3. Model pelestarian seni tradisi Gaok dalam pembelajaran apresiasi sastra di SMA ialah cara-cara untuk mempertahankan seni tradisi yang ada di masyarakat sehingga tidak punah dengan menjadikan seni tradisi tersebut sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra di SMA dengan mempertimbangkan pemikiran para budayawan, seniman, tokoh-tokoh seni tradisi serta partisipan lainnya.

F. Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian yang digunakan sebagai pedoman penelitian adalah sebagai berikut.

1. Seni tradisi Gaok merupakan salah satu unsur budaya yang ikut memperkaya khazanah budaya nasional.

2. Seni tradisi lisan mengandung unsur-unsur pembangun dari dalam yang saling terkait sebagai satu-kesatuan sehingga memiliki makna.

3. Seni tradisi lisan mengandung nilai-nilai pendidikan, sejarah, budaya, dan sosial masyarakat pendukungnya.

4. Usaha analisis terhadap struktur dan fungsi seni tradisi akan membantu memahami makna yang terkandung dalam seni tradisi tersebut.

(12)

G. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang seni tradisi Gaok yang ada di Kabupaten Majalengka pernah dilakukan oleh Toto Rismanto (1994) dari Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Bandung. Penelitian dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul Tinjauan Deskriptif Seni tradisi Gaok Desa Kulur Kabupaten Majalengka. Penelitian tersebut mengungkapkan permasalahan lahirnya seni tradisi Gaok di Majalengka serta menganalisis seni tradisi tersebut berdasarkan unsur seni karawitan.

Hasil penelitian yang dilakukan tersebut disimpulkan bahwa, seni tradisi Gaok di Wilayah Majalengka secara umum tidak dapat diidentifikasi asal-usul, waktu pertama kemunculan, serta pencetus seni tradisi tersebut. Hal ini terjadi karena beberapa hal di antaranya, seni radisi Gaok sudah dilakukan oleh beberapa generasi. Generasi pada jaman penjajahan mengalami kevakuman akibat dilarang oleh Pemerintah Kolonial Belanda waktu itu.

(13)
(14)

47 BAB III

METODE, TEKNIK, DAN INSTRUMEN PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-analisis. Pendeskripsian data dilakukan dengan cara menunjukkan fakta-fakta yang berhubungan dengan struktur, fungsi seni tradisi Gaok. Penelitian tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data tetapi meliputi analisis dan interpretasi dari data tersebut (Surakhmad, 1994:139).. Selain melakukan penelitian di tempat, penulis juga melakukan studi kepustakaan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan penelitian, khususnya untuk mengetahui latar budaya dan hal-hal yang berhubungan dengan tradisi Gaok.

Danandjaja (1997:193) mengatakan bahwa penelitian dengan tujuan pengarsipan atau pendokumentasian bersifat penelitian di tempat. Dengan penelitian seperti ini, menurutnya, ada tiga tahap yang harus dilalui oleh peneliti agar penelitian berhasil, yaitu (1) tahap penelitian di tempat, (2) tahap penelitian di tempat sesungguhnya, dan (3) cara pembuatan naskah folklor bagi perarsipan. Berdasarkan hal tersebut, pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai dengan persiapan, di antaranya:

(1) menetapkan daerah yang dijadikan tempat (lokasi) penelitian,

(15)

(3) menentukan informan,

(4) merekam pertunjukan tradisi Gaok, dan

(5) melakukan wawancara terhadap penutur dan informan.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan mendeskripsikan serta menggali nilai-nilai budaya, struktur, fungsi seni tradisi Gaok. Selain ini pula, berdasarkan hasil wawancara serta dialog dengan informan ataupun para pakar pendidikan dan kebudayaan yang ada di Majalengka, penulis mengajukan sebuah model pelestarian budaya tradisi Gaok melalui pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA.

B. Teknik Pengumpulan Data

(16)

Untuk memperoleh keberlakuan pertunjukan tradisi Gaok termasuk struktur dan fungsi serta model pelestariannya maka digunakan teknik nontes. Salah satunya teknik wawancara terarah disertai pencatatan atau perekaman dengan kaset dan perekaman gambar dengan handycam. Selain teknik wawancara, penulis juga menggunakan teknik observasi yang digunakan untuk melihat secara langsung pertunjukan seni tradisi Gaok.

Untuk lebih jelasnya, teknik pengumpulan data, tahapan-tahapannya menurut prosedur penelitian sebagai berikut.

1. Tahap Pra-Penelitian

Tahap ini meliputi; (1) penetapan seni tradisi yang akan dipertunjukan, (2) menentukan tempat (lokasi) penelitian Kelurahan Sindangkasih Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka, (3) mengadakan survey ke lokasi penelitian, (4) mempersiapkan instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu pedoman wawancara, pedoman observasi, alat perekam suara dan alat perekan gambar (handycam), kamera, catatan lapangan dan alat tulis.

2. Tahap Penelitian

(17)

3. Tahap Pelaporan

Tahap pelaporan meliputi; (1) menganalisis struktur pertunjukan dan fungsi seni tradisi Gaok (2) menganalisis hasil wawancara; (3) menyusun model pelestarian yang direncanakan; serta (4) membuat laporan penelitian.

C. Instrumen Penelitian

Nasution (1996:55) mengatakan, manusia sebagai instrument utama dalam penelitian kualitatif dipandang lebih serasi. Pada penelitian ini penulis berperan sebagai instrumen utama dalam menjaring data dan informasi yang diperlukan. Namun, untuk melakukan itu penulis menggunakan pedoman wawancara, tape recorder, handycam, kamera, dan lembaran angket, serta catatan lapangan.

(18)

Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang keberlakuan nilai budaya dan fungsi tradisi Gaok serta termasuk harapan masyarakat Kelurahan Sindangkasih Kabupaten Majalengka dalam rangka pelestarian budaya tradisi Gaok tersebut. Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis membedakan antara pedoman wawancara yang digunakan secara khusus untuk penutur atau pelaku seni tradisi Gaok dan informan lain dari masyarakat setempat termasuk masyarakat umum di Majalengka yang berkompeten dalam bidang kesenian daerah atau budaya daerah. Dalam hal ini, di antaranya budayawan, seniman, para guru di SMA (guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda, Bahasa Indonesia dan Seni Budaya), pejabat berwenang dalam kesenian atau instansi lain yang terkait dalam pelestarian budaya daerah.

Pedoman observasi digunakan untuk melihat atau mengamati secara langsung persiapan dan proses pelaksanaan pertunjukan seni tradisi Gaok. Penulis sebagai peneliti mengobservasi juga beberapa hal yang berkaitan dengan pertunjukan seperti perilaku pemain (pegaok), penonton (masyarakat sekitar), dan properti yang digunakan dalam pertunjukan.

(19)

D. Informan Penelitian

Informan utama dalam penelitian ini adalah dalang atau tukang cerita yang berasal dari Kelurahan Sindangkasih Kabupaten Majalengka. Data utama penelitian adalah pertunjukan seni tradisi Gaok yang dipentaskan oleh pelaku seni tradisi Gaok Kelurahan Sindangkasih yang komunitasnya mulai sudah berkurang. Usaha pengumpulan data juga dilakukan dengan bantuan masyarakat setempat seperti Lurah Sindangkasih, para tokoh masyarakat serta beberapa orang masyarakat. Mereka diwawancarai tentang keberlakuan nilai-nilai budaya dalam pertunjukan seni tradisi Gaok beserta fungsinya pada Masyarakat Sindangkasih. Selain itu, Penulis mengadakan wawancara dengan para pejabat berwenang Disdikbudpora Kabupaten Majalengka di antaranya Kasubag Kebudayaan, para seniman dan budayawan serta informan dari lingkungan sekolah atau guru. Informasi tersebut diperlukan mengingat seni tradisi Gaok akan diupayakan pelestarian pertunjukannya.

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, penulis mendatangi rumah para informan. Penulis terlebih dahulu memperkenalkan diri dan beramah-tamah lalu diikuti wawancara. Khususnya bagi penutur.

E. Data dan Sumber Data

(20)

data menjadi tiga bagian, yaitu kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis , foto dan statistik.

Data yang dijadikan bahan penelitian adalah pertunjukan seni tradisi Gaok yang direkam serta naskah cerita yang dibawakan dalam pertunjukan tersebut. Sumber data tersebut di antaranya pelaku seni tradisi Gaok, masyarakat sekitar di Kelurahan Sindangkasih Kabupaten Majalengka. Data-data direkam dan dicatat serta dikumpulkan kemudian dianalisis.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian menggunakan metode deskriptif, menurut Surakhmad (1994:139), tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data tetapi meliputi analisis dan interpretasi terhadap data tersebut. Oleh sebab itu, analisis dilakukan terhadap struktur, fungsi seni tradisi Gaok, model pembelajaran yang disusun penulis,dan data wawancara, lalu diinterpretasikan.

Untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini ditempuh langkah-langkah sebagai berikut, yaitu;

(1) menentukan aspek-aspek struktur , fungsi tradisi Gaok,

(2) mendeskripsikan struktur, fungsi tradisi Gaok,

(21)

(4) menetapkan dan menyusun pertanyaan-pertanyaan berdasarkan data yang telah dikategorikan,

(5) menginterpretasikan data sesuai dengan teori yang digunakan,

(6) menyusun perencanaan model pelestarian seni tradisi Gaok,

(7) menganalisis model pembelajaran yang dibuat,

(8) menarik kesimpulan,

(22)

117 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Seni tradisi Gaok di Majalengka, khususnya di Dusun Dukuh Asem Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di wilayah tersebut. Berbeda dengan di beberapa desa yang ada di Kabupaten Majalengka, seni tradisi Gaok di Dukuh Asem sampai saat ini masih terpelihara dan terjaga. Terbukti dengan masih dilakukannya acara pertunjukan setiap beberapa bulan sekali atau minimal tiga kali dalam satu tahun. Pertunjukan tersebut biasanya dilakukan dalam acara membuka tanah, Mapag Sri, dan setelah panen padi.

Simpulan hasil penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut.

(23)
(24)
(25)

4. Model yang diusulkan oleh penulis untuk pelestarian seni tradisi Gaok sebagai bagian dari kearifan lokal dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual atau Contextual Teching and Learning (CTL). Model ini dilandasi dengan tujuh strategi pembelajaran yaitu, konstruktivisme, inkuiri, pemodelan, bertanya, masyarakat belajar, refleksi, dan penilaian nyata. Siswa diarahkan untuk mengenali lebih dalam melalui observasi langsung ke lapangan (masyarakat yang masih melakukan pertunjukan seni tradisi Gaok) serta mengenali kearifan lokal masyarakat lainnya yang ada di sekitar. Dalam kegiatan itu, diharapkan akan terjadi suatu proses kegiatan yang melibatkan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa sehingga mampu menjadi pelestari seni tradisi leluhurnya.

A. Saran

Dalam upaya untuk melestarikan seni tradisi Gaok ini, penulis menyampaikan beberapa saran yang ditujukan ke berbagai pihak terkait, sebagai berikut.

(26)

2. Pembicaraan program pelestarian terkait erat dengan dana yang dianggarkan pemerintah daerah, Besaran dana diharapkan seimbang dengan program yang akan dilaksanakan sehingga selain terjadi efektivitas pelestarian seni tradisi daerah juga efektivitas pendanaan.

3. Perhatian pemerintah terhadap seni tradisi lokal diharapkan lebih nyata. Salah satunya yang belum dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka adalah belum diwadahinya para seniman tradisional termasuk seniman Gaok dalam sebuah sanggar seni tradisi budaya daerah. Jika hal itu dilakukan, maka harapan untuk kegiatan pelestarian seni tradisi ini akan terwujud.

4. Salah satu lembaga yang saat ini sering dipakai tempat untuk mewariskan budaya adalah sekolah. Setiap sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi diharapkan dapat menyusun silabus pembelajaran yang salah satunya membahas seni tradisi daerah (Gaok) sebagai bagian dari kearifan lokal masyarakat Majalengka.

(27)
(28)

123

Abrams, M.H. (1971). A Glosaary of Literaty Terms. New York: Holt, Rinehart and

Winston

Alatas, S.H. (Ed). (1987). Kumpulan Kritikkan Sastra Timur dan Barat. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Aminuddin. (1995). Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press.

Aminuddin. (2000). Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Bacom, Willian R. (1965a). Four Function of Folklore. The Study of Folklore (Alan Dundes ed.) Englewood cliffs:NJ. Prentice Hall Inc.

Badrun, Ahmad. (2003). Patu MBojo:Struktur, Konteks Pertunjuan, Proses Penciptaan dan Fungsi.(Disertasi). Jakarta: Universitas Indonesia.

Baried, St.B,dkk. (1985). Memahami Hikayat dalam Sastra Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Brown, Gillian dan Geordge Yule. (1996). Analisis Wacana,(Terj) Soetikno. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Brunvard, J.H. (1968). The Study of American Folklore.An Introduction. New York: W.W. Norton 7 Co.Inc.

Danandjaja, J. (1994). Folklore Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain.

Jakarta: Grafiti.

Day, Tony. (1989). “Studi Pertunjukan dan Seni Wayang Kulit Jawa: Ide-ide Dasar, Pendekatan, dan Permasalahannya” dalam Warta ATL. Nomor IV, Mei 1998.

Esten, Mursal. (1990). Sastra Indonesia dan Tradisi Subkultural. Bandung: Angkasa.

(29)

Fenannie, Zainuddin. (2000). Telaah Sastra. Surakarta: MUP

Hamid, Ismail. (1986). Sastra Rakyat:Suatu Warisan.Penerbit Fajar Bakthi

SDN:Kuala Lumpur.

Hawkes, T. (1987). Strukturalism and Semiotics. London: Metheun & Co Ltd.

Herusatoto, Budiono. (2008). Simbolisme Jawa. Jogjakarta: Ombak

Hoerip, Satyagraha. (1982). Sejumlah Masalah Sastra. Jakarta: Seni Esni.

Hutomo,Suripan Hadi. (1991). Mutiara yang Terlupakan :Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya:HISKI.

Jones, A. (1968). Outlines of Literature. Short Stories, Novels, and Poems. New York: The Macmillan Company.

Joyce, Bruce, Weil, Marsha., with Emily Calhoun. (2000). Models of Teaching.6th ed.Bostom: Allyn and Bacom A Pearson Education Company.

Kartoko, D & B. Rahmanto. (1986). Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta:

Kanisius.

Kennedy, X.J. (1983). Literature and Introduction to Fictions, Poetry and Drama. Boston: Little Brown & Company.

Kenny, W. (1966). How to Analyze Fiction. New York: Monarch Press.

Khristina. (2004). Kajian Truktur, Nilai Budaya, dan Konteks Cerita Rakyat dalam Tradisi Barebab di Kabupaten Padang Pariaman. Tesis SPs. Bandung: UPI.

Koesnosoebroto, S.B. (1988). The Anatomi of Prose Fiction. Jakarta: Depdikbud PLPPTK.

Koentjaraningrat. (1977). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. (1980). Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(30)

Krech, D. (1982). Individual and society. Tokyo: Mc. Graw-Hill International Co.

Lubis, M. (1981). Teknik Mengarang. Jakarta: Nunang Jaya.

Lutan, Rusli. (2001). Keniscayaan Pluralitas Budaya. Bandung: Angkasa.

Luxemburg, J.V. (1989). Pengantar Ilmu Sastra. Diindonesiakan oleh Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia.

Mahmud,K.K. (1993). Sastra Indonesia dan Daerah. Bandung: Angkasa.

Maleong,Lexy J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Muhadi dan Hasanuddin. (1990). Prosedur Analisis Fiksi. Padang: IKIP Padang.

Nasution. (1996). Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung:Tarsito.

Nurgiyantoro,B. (1995b). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada Press.

Oemarjati,B.S. (1971). Bentuk Lakon dalam Sastra Indonesia. Jakarta: Gunung

Agung

Pudentia, MPSS. (Ed).(1998). Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Yayasan Tradisi Lisan.

Pudentia, MPSS. (2009). Seni Pertunjukan. [Online]. Tersedia:http://id wikipedia.org/wiki/seni.tradisional.

Rahmanto.B. (1999). Cerita Rekaan dan Drama. Jakarta: UT

Rampan, Korrie Layun. (1983). Perjalanan Sastra Indonesia. Jakarta: Gunung Jati.

Robson, A.D. (1988). Pengkajian Sastra-sastra Tradisional Indonesia. Jakarta: P3B.

Rokeach, Milton. (1973). The Nature of Human Values, Et.al. New York: The Free Press.

Rosidi, Ayip. (1995). Sedikit Catatan tentang Apresiasi Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

(31)

Rusyana,Yus. (1984). Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro.

Rusyana,Yus. (1994). Keadaan Penelitian Dewasa Ini tentang Sastra Daerah, makalah untuk FKHPSS, Jakarta 28 November 1993-1 Desember 1994

Schechner, Richard. (2002). Perfomance. Studies. An introduction. London & New York: St. Edmundsbury Press.

Slamet, RHI. (2009). “45 Seni Tradisi Nyaris Punah”. Pikiran Rakyat. (2 Maret 2009)

Semi, M Antar. (1990). Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Semi, M Antar. (1993). Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.

Soekanto, S. (1986). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.

Soemardjo. (1983). Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni.

Spradley, P,James.(1997). Metode Etnografi.Yogyakarta:PT. Tiara Wacana Yogya.

Stanton, R. (1995). An Introduction to Fiction. London: Hold, Rinehard and Wiston.

Sudikan,Setya Yuwana.(1993). Metode Penelitian Sastra Lisan. Surabaya:Citra Wacana.

Sudjiman, P. (1985). Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Suharianto, S. (1982). Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Utama.

Surakhmad, W. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito.

Suriasumantri. (1999). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Sutrisno, S. (1983). Hikayat Hang Tuah: Analisis Struktur dan Fungsi. (Disertasi). Yogyakarta: UGM

Tashadi,dkk. (1994). Refleksi Nilai-nilai Budaya Jawa. Jakarta: Depdiknas.

(32)

Teew, A. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Teew, A. (1991). Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.

Wangsadiharja,E. (1995). Simbar Kancana Ngadeg Raja: Fragmen Talaga Manggung. Majalengka: Catur Mitra Pendidikan Kab. Majalengka

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan nilai akademik berbasis web merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan pelayanan manajemen sekolah. Sistem Informasi Akademik SMK Negeri 2 Depok Sleman

Dengan jelas, Yesus menyatakan bahwa Tuhan tidak hanya memiliki belas kasihan kepada orang-orang berdosa, tetapi Ia juga ingin agar kita pun memiliki kasih yang sama kepada

Kecamatan Medan Sunggal Dalam Anggka Tahun 2010.. Badan Pusat Statistik Kota Medan

“ Pemanfaatan multimedia sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang Penggolongan Hewan Berdasarkan Jenis

Tujuan dilakukan penulisan ilmiah ini adalah untuk mengetahui jumlah persediaan bahan baku percetakan yang optimal dengan biaya minimum yang dapat dilakukan pada PT. Metode

Pada sistem pengenalan pengucap, programa dinamis digunakan untuk mendapatkan jalur kecocokan antar dua template sinyal masukan yang telah dipetakan dan

Universitas Negeri

Deli dalam membantu masyarakat yang terkena banjir seperti memberikan. bantuan makanan berupa mie instan, beras,nasi bungkus, tumpangan