• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN NILAI SOSIAL DI KALANGAN REMAJA : Studi Deskriptif Pada SMU Negeri 9 Kodya Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDIDIKAN NILAI SOSIAL DI KALANGAN REMAJA : Studi Deskriptif Pada SMU Negeri 9 Kodya Bandung."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN NILAI SOSIAL

DI KALANGAN REMAJA

(STUDI DESKRIPTIF PADA SMU NEGERI 9 KODYA BANDUNG.)

TESIS

DIAJUKAN DALAM RANGKA MENEMPUH UJIAN STRATA DUA

PROGRAM PENDIDIKAN UMUM

>e^D'£>/,

OLEH

JULAEHA

9697 111

PROGRAM PASCASARJANA

UMVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Disyahkan dan Disetujui Olehs

Pembimbing I

(Prof. DR.—H. NURSID SUMAATMADJA)

V^^

NIP: 130047912

Pembimbing II

(Prof. DR. H. MAMAN ABDURRACHMAN)

(3)

*amu adslsh umat yang terbaik yanQ dilahirkxn untuk manusia, menyuruh yang ma'ruf dan

TfiZV^nc?^ yarDg munkar dan beriman kepada

Allah. (Qb All Imran 110)

? W

Bahwasanya aku diutus Allah untuk menyempur nakan keluhuran akhlak (budi pekerti >

(H.R. Ahmad)

Kupersembahkan untuk kedua orang tua,

suami tercinta serta anak-anakku

ter-sayang Primalia Rosidah Hadikusumah, Crika Fajarianah Hadikusumah dan

(4)
(5)

n i

ABSTRAK

Pendidikan nilai sn^isi Hi u~i

suatu Penyelidikan LrhaSap sfgalf kfj-,rmad\ -adalah

orang tua, guru dan Jn,?. f \ keSia.tan, tmdakan

mengembangkan sikw Der??iS sekolah dalam membina dan

baik dan adi] Hi h»i ?kU remaja berdasarkan kaidah

antar «SuS agLSadTjefaT^" ^ ^ >«8™1

sia-manCsla'^ng tid^k'sSsuaJ S8"^ »en«hasilkan

manu-sia utuh. Hal ifi

u

"J dengan tuJuan yakni

»anu-yang-^Tncul diCerSagai kalanSSn" ba"yaknya P^rmasalahan

kalangan remaja dJmfna akhiShir n"i E^T ^1&h

tawuran, kriminal, minum obat-oSat JerlaranHan ^ ^

segudang permasalahnn wr,* ~ •~,"tt<- i-eriarang dan masih

b«»p«y ..Sent? ..ssK'-p^jdfsrjni1*^ pen\iis

nannya dituiukan d»h» «™ 7 !. ' yang

Peneka-sosial di ka'lanSn 'elia Zmasalahan pendidikan nilai

diterapkan guru uPaya LrTlT^ I*^"' raetode yang

berlangsung falam kefuar^a"elafu? P^dinV^ Pr°S6S

dan Kewarganegaraan sertfpStdikan^gama'lslam"^31^

naturauEik'SJa" UaSf deL^"^^ »~akan metode

tahap orientasi—tJhao ^25?" tahaP-tahaPnya mulai dari

dan tahap auSn' kemudian I J*^' tahap member che°k

Pengumpulan data'melaluitekn^'u ^

digunakan dalam

dokumentasi. melalui teknik wawancara, observasi dan

bahwaBraa:^krendidaikanTanecasira ^aT^ keS™la"

tidak semuanya menganSung pendidikan *^ganegaraan

diantaranya menyangkut nilSi ?nd1v?du dan nilai p*031*1'

Dilam pihak mat-pri pon^^i , n niiai ekonomi.

berbe^a hanya peneLnann^ ^E-k8?"8 Islam t^k ^^ Pengembangan nilai sosi*w Kem£dlan dalam pembinaan dan

Kewarganag a e r "J! L^^1^ Panoasila dan

rapkan mefode diskusi Sa

' J" Agama Islam mene

bermain oeran S^nf^i, y Jmb' kerja kelompok serta

rapkan sSL^na demokrSi^keri^" Pih?k S6k°lah me"e

serta ketel£danan sSfenS^n *J ^

t0l°ng ^^long

melalui p^Sses pembtfsaSnan dalam >elua^a berlangsung

Kemudian sikap d S sis^^V^^

motivasi-menunjukkan bahwa sete!ah ZLt haSl1 Penelitian

pengembangan nilai ™?»i "enerima Pembinaan dan

hor-at, dfsiplL^dan50 angg^S ZZt *&?*$ •**?* SI**

dengan berkurangnya wibawfgJru dJn'orSng tL te£bukti

sarkan hal ter^phnt mob0 . ,s. u?n °rang tua. Berda-SMU neg i Lnnu L8!1 ^ ^ ^ kalangan remaJa
(6)

I V

%;rci£ ^iz^^ii:^ db:„Tk •«*• «• —

kurang tegas. oitambah dengan peraturan yang

nilai sosia! 3? ^SgaT^al" LT^dTpiLT"'IT

t.«.» bagi sis'r^nT. angga"ep ?aiukaL " . *»*

kepada para orang tua rPUm!n/ , Selanjutnya

tetap melakukan kfbiasaankPhf31 dlsamPaika" untuk

(7)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN PEERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

HALAMAN PERNYATAAN ii ABSTRAK iii KATA PENGANTAR v

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMAKASIH

DAFTAR ISI

x

DAFTARGAMBAR..

xiv

BAB I : PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah ..

o

C. Tujuan Penelitian g

D. Manfaat Penelitian 10

E• Def inisi Oferasional 10

BAB II : Pendidikan Nilai Sosial di Kal*

14

.angan Re

maja

A. Pandangan Konseptual Tentang Pendi

dikan....

14

1. Konsep Pendidikan 19

2. Beberapa Pemikiran Pendidikan Dalam

Konteks Nilai Budaya 21

B. Pandangan Konseptual Tentang

Nilai Sosial

Z v

1• Konsep Kebudayaan 2g

(8)

BAB III

X I

C. Pandangan Konseptual Tentang

Pendidikan Umum eg

1. Pengertian Pendidikan Umum 50 2. Tujuan Pendidikan Umum 54 3. Materi Pendidikan Umum 56 4. Proses Pendekatan dan Metode

Dalam Pendidikan Umum 53

D. Peranan Nilai Sosial Dalam Pengem

bangan Pendidikan Umum 59

1. Pendidikan dan Lingkungan Sosial. 59 2. Transformasi Nilai Sosial Melalui

Pendidikan Umum 53

3. Internalisasi Nilai Sosial Mela

lui Pendidikan Umum 66

E. Pandangan Konseptual Tentang

Keluarga 71

1. Konsep Keluarga 71

2. Fungsi Pendidikan Dalam

Keluarga 74

3. Peranan Keluarga Dalam Membina

dan Mengembangkan Nilai Sosial.. 75

4. Tujuan Berkeluarga Menurut

Aga-ma Islam g^

5. Peranan Sekolah Dalam Membina

dan Mengembangkan Nilai Sosial... 81

: Prosedur Penelitian 87

A. Metode Penelitian g7

(9)

X l l

C Sumber data...

o9

D. Instrumen Penelitian go

E. Teknik Pengumpulan Data 90

1• Teknik Wawancara go

2. Observasi

yj.

3. Dokumentasi g2

F. Analisis Data g

G. Tahap-Tahap Penelitian 93

1. Tahap Orientasi g3

2. Tahap Eksplorasi Q3

3. Tahap Member Check g4

4. Tahap Trianggulasi

5. Tahap Audit ...

95

95

BAB IV :Laporan Hasil Penelitian 96

A. Gambaran Umum Penelitian 97 B. Gambaran Lokasi Penelitian 97 C. Deskripsi dan Analisis 9g

1. Materi PPKN Kaitannya Dengan

Proses Pembinaan Dan Pengembang

an Nilai Sosial gg

a. Kerukunan gg

b. Ketaatan 104

c. Kecintaan 10g

d. Kebulatan Tekad 112

e. Kerjasama 115

f. Tenggang Rasa 120

(10)

X I 1 1

h. Pengendalian Diri 126

i. Tolong Menolong 130

2. Materi PAI Kaitannya Dengan

Proses Pembinaan Dan Pengembangan

Nilai Sosial 133

a. Kesadaran Berdisiplin Dalam

Kehidupan Pribadi Bermasyara

kat, Berbangsa Dan Bernegara 133 b. Qanaah (Berfikir Positif)

Dalam Kehidupan Pribadi

Dan Masyarakat 14Q

e. Zakat dan Pajak Peranannya

Dalam Meningkatkan Kesejah

teraan Masyarakat 145

d. Etos Kerja 148

e. Sikap dan Perilaku Orang

Beriman 1co

152 D. Internalisasi Nilai Sosial di Ka

langan Remaja SMU Negeri 9

E. Temuan Hasil Penelitian

155

157

1• Temuan Bermakna 157

2. Temuan Bermasalah 157

BAB V: Kesimpulan dan Rekomendasi

15g

A. Kesimpulan.... ,cn

159

B. Rekomendasi....

lbl

Daftar Pustaka..

163

(11)

DAFTAR GAMBAR

1. Bagan Perubahan Nilai Sosial dari

Masyarakat Tradisional ke Masyarakat

Modern

• Matrik Kerangka Kluckhohn Mengenai

Lima Masalah Dasar Dalam Hidup Manusia

Yang Menentukan Orientasi Nilai Budaya

• Bagan Perubahan Nilai-Nilai Budaya

dalam Proses Modernisasi

Grafis Empat Kategori Manusia Menurut

Penghayatan dan Pengamalan Nilai

Sosial....

X I V

8

39

45

(12)
(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Adanya krisis yang berlangsung dan berkepanjanga

di Indonesia sekarang ini, merupakan suatu keadaan yang

sangat memalukan bagi dunia pendidikan. Mengapa tidak?

Sebab ternyata pendidikan di Indonesia tidak seluruhnya

mampu menghasilkan manusia-manusia yang bermoral, hal

ini merupakan suatu kenyataan yang menganggaP bahwa.

inteleqtual lebih utama daripada moral. Suwarno

mengata-kan: "Tidak berarti seluruh rakyat Indonesia tidak bermoral melainkan hanya segelintir." (Diskusi

reforma-si Pendidikan 23 Juli 1998 di IKIP Bandung).

Persoa-lannya Ahmad Tasir berargumentasi masih dalam diskusi

mengatakan bahwa "bagaimana apabila yang segelintir itu

merupakan orang yang berkuasa pengaruhnya seperti

Soeharto,

akibatnya berimbas Pada

perilaku

penguasa

dan kekuasaan". Akhirnya sampai pada masyarakat bahkan lebih celaka lagi kekuasaan tidak bermoral ini ditiru

oleh para remaja yang justeru pada usia ini sedang

mencari identitas diri.

Berbicara masalah kenyataan, disini nampak adanya kecenderungan bahwa pendidikan yang ada tidak sesuai

dengan tujuan yang diharapkan yaitu UUSP no 2 Tahun

1989: pasal 4.

(14)

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidu

pan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia

seu-tuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki

pengeta-huan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani

kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung

jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Sebetulnya, segala persoalan pendidikan karena

disi-nyalir adanya; budaya remaja sebaya yang mengisolasi

diri dengan masyarakat dewasa, hal ini dikemukakan oleh

Coleman dalam bukunya The Adolescent Society, 1961. Beliau berpendapat bahwa tampilnya kelompok ini

disebab-kan karena kompleksitas kehidupan masyarakat industri.

Di satu pihak keluarga makin banyak kehilangan atau

melepaskan fungsi-fungsi yang khas yang sebelumnya

mereka miliki. Di pihak lain, lembaga pendidikan formal

(sekolah) semakin banyak dihadapkan kepada fungsi-fungsi

baru, bahwa sekolah diminta memerankan pendidikan

keluarga, sementara sekolah juga dibebani tugas-tugas

akademis yang sudah terakumulasi sebelumnya. Namun

dalam kenyataannya sekolah tidak mampu menggantikan

peran-peran pendidikan keluarga yang bersifat khusus

itu, akhirnya anak-anak memilih jalannya sendiri, yakni

mereka bergabung membentuk sub-kulturnya sendiri.

Seperti digambarkan Coleman: " with his fellows,

he cames to constitute a small society, one that has

most of its important interaction within it self, and

maintains only a few threads of connection with the

outside adult society" (Coleman:1961:3). Kemudian dalam

(15)

culnya Adolscent Society adalah akibat dari kecenderu ngan untuk terlalu cepat berdiri sendiri (autonomy) di

kalangan anak-anak dan diperkuat oleh sikap serba boleh

(Permissiveness) dari praktek-praktek pendidikan

progre-sif (Boocock, 1968:213).

Kemudian dalam hal ini kita mengakui bahwa tampilnya

sekolah-sekolah ke panggung kehidupan,

selain banyak

membawa harapan tetapi juga telah menimbulkan

permasala-han, namun permasalahan ini kesalahannya tidak terletak Pada sekolah semata tetapi juga kepada orang tua dan

masyarakat. Namun kita harus menyadari adanya

sinyale-men bahwa sekolah-sekolah itu dikonsentrasikan kepada tujuan-tujuan yang kontemporer, bahkan ada yang menyata kan bahwa corak dan pola pendidikan telah bergeser dari

Pola peadagogis ke transformatif. Pernyataan ini bisa

disimak dari sebuah tulisan tentang Keharusan dan Keperluan Il*u Pendidikan oleh team pengkaji IKIP Jakar

ta (1990). Dalam tulisan itu antara lain dikatakan bahwa

alasan-alasan pembangunan telah memaksa sekolah dan guru

guru lebih mengejar kualifikasi akademis dan

profe-sional, dimana mengajar lebih krusial dari mendidik (hal 26-27). Akibatnya tugas-tugas mendidik dalam artian

menanamkan nilai-nilai dan norma-norma dengan sendirinya menjadi terabaikan. Gejala seperti itu juga dibenarkan oleh banyak pakar diantaranya; Harsya Bahtiar menyatakan

bahwa "sekolah-sekolah kita dewasa ini sangat mengabai-kan fungsi sosialisasi" (Media Indonesia, 10 April

(16)

Padahal apabila berbioara tentang konsep pendidik

an, tidak boleh meluPaka„

pe„ikira„ -pMikJran

Ri

Had.ar Dewantara, mengingat beliau ada!ah perintis dan

Peletak kera„gka landasan pendidikan, yang

menjadi

Pedoman dasar bagi bangunan sistem pendidikan nasional

Oalam hal ini Ki „ad;ar Dewantara berharap "agar

pendi-^kan tidak putus tali-temalinya dengan kepribadian

bangsa''. (Martin Sardi, 1985> Kemudian terdapat ^

a,as yang mencirikan pendidikan kita dari Ki Hadjar

Oewantara yaitu: Kemanusiaan, Kodrat Hidup, kebangsaan

Kebudayaan, dan Kemerdekaan. Selain itu terkena! dengan

semboyannya,

Tut „uri Handayani, Ing

„,„„,

^

^^

««• Ing Badyo mangun kRrso

yapg leb.h tepat disebut

-bagai petunouk praktis pendidikan. Dengan demikian

apabxia dipahami esensi pendidikan (moral) sebagai upaya

mendekatkan manusia kepada kebudayaan dan masyarakatnya

«ka Jelas dalam konsepsi Dewantara terdapat Ja„abannya

»i -t. beliau kebudayaan adalah penentu kepribadian

Maka seyogyanya sekolah dan guru-guru tidak boleh

melu-pakan Prinsip-prin^inP PrinS1p ltu betapapunn-„ k~+. mereka disibukkan

oleh perkara-perkara kontemporer.

Berbioara masalah kebudayaan berarti kita berbioar,

tentang hakikat pembangunan nasional, sebab pada

da-.«„,. Jujun.S (1987:47) berpendapat bahwa "hakikat

Pembangunan nasional adalah upaya yang terarah dan

konsepsional untuk mengembangkan kebudayaan nasional

(17)

5

Upaya pengembangan sistem kebudayaan nasional didasarkan

kepada hasrat dan kehendak bangsa Indonesia yang

bersi-fat khas dengan latar belakang kebudayaan yang ada

dan

mengacu kepada kriteria pengembangan kebudayaan yang

bersifat universal. Apalagi bila dalam hal ini dikaitkan

dengan upaya pembangunan nasional yang bersifat

sistema-tis

dengan mengacu kepada konsepsi pembangunan yang

rasional dengan landasan kerangka keilmuan.

Penerapan

Pendekatan

ini dikaitkan dengan peningkatan

kecerdasan

bangsa sebagai produk dari upaya pembangunan nasional

secara otomatis mendorong kita untuk memperhatikan

kemajuan bangsa - bangsa lain yang mempunyai kebersamaan

dalam skala universal Kriteriacriteria «or,rtyang universal ini

menurut Juiun S ('\QR7 • a^^ ^ i u

J • ^iy87-47) adalah 'konsepsi modernisasi

sebagai penopang upaya pengembangan sistem kebudayaan

nasional".

Maksudnya bahwa konsep modernisasi tersebut

dalam penerapannya disesuaikan dengan latar belakang

budaya dan pandangan hidup bangsa, yang pada hekekatnya

merupakan serangkaian perubahan nilai dasar yang berupa;

nilai teori, nilai sosial, nilai ekonomi, nilai kuasa,

nilai estetika dan agama.

Berbioara masalah perubahan nilai-nilai dasar, dalam

hal

ini penulis menitik beratkan pada perubahan nilai

sosial,

khususnya perubahan nilai sosial yang terjadi

di kalangan remaja.

Apabila berbioara remaja, berarti kita berbioara

tentang masa depan bangsa, sebab maju mundurnya suatu

(18)

kenya-taan membuktikan bahwa perUaku para remaja sangat

menghkawatirkan generasi tua hal ini terbukti dengan

banyaknya tawuran bahkan sampai terjadi

pembunuhan

(Pikiran Rakyat, 1988, 26, Oktober). Fakta perilaku yang

menyimpang dari norma moral dipertegas oleh Kentar

Budhojo (Kompas, 1891, «, September)

..geJaJa kenakalsn

™«J.

talan ,eningkat Pada perilaku reBaJa yang ^^

semakin

beriness'

"d"« »J>

««>«*

W.-6Md.

mMMM "•"" namw tid"" *W»-««w Jug. .engnabisi

nyawa manusia. "

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi meningkatnya

Perilaku pelanggaran moral pada remaja, seperti

dikata-kan Zakiah Darajat antara i*i^ . •• ;

J antara lain: kurangnya pembinaan

cental,....kegoncangan suasana dalam masyarakat, kurang

Jelasnya hari depan di mata anak muda, pengaruh kebu

dayaan asing" (1978:48).

Disamping itu anak usia remaja

dikatakan "mulai memikirkan hal-hal yang benar dan yang

tidak benar, tentang norma-norma yang membimbing tingkah

lakunya. Dia mulai menyangsikan konsep-konsep mengenai

benar dan salah yang dikemukakan oleh orang tua atau

orang dewasa lainnya".

Dengan demikian anak usia remaja

sedang dihadapkan pada dilema moral yaitu antara moral

yang dianut dalam keluarga dengan moral yang disaksikan

dalam lingkungan.

Sehubungan dengan Pelanggaran-pelanggaran

moral

yang dikalangan remaja.

Maka pendidikan moral pada

remaja merupakan salah satu aspek dalam membina manusia

(19)

7 sebagai mahluk sosial •• •* u

^rsa/fla ^^a;? manusia lain ri„ i

sia lam dalam ruang dan „aktu yang

sama (Frants.M. Suseno, 1990 • 34 > * A.

^u . j4). Kemudian beliau

-yatakan bahwa "Kodrat manusia adalah sosial. Man„sia

dal" MSS'arakat "•>»«« *» teroipta untuk

-naadi „ltra bagi seSManya ..

-arti trdak meme„ti„gkan diri sendiri, tetapi

menguta--kan kepentingan umum, tidak individualistik dan

egoistik tptani K~ u

,,

t

erbU" UntUk ^ntingan

bersama

(Sunoto, 1997:7)..

Hasyarakat modern sekarang lnl merupakan ^

" ^

SangSt """ "•" »« P-didik khususnya dan

-»ya bagi semua yang berkeeimpung pada dunia pendidik

», sebab dalam hal ini lingkunga„ yang serba .^

;MS BendUkU"8 "— P™^ terutama pendidikan

mlai sebab masvaraknt- „~a

SyarSkat

"°de™

-engakibatkan lalu li„tas

-udayaan antar bangsa dengan melalui berbagai mas

"« b.U oetak maupun elektronrk semakin terbuka,

"«««. terjadi benturan-benturan atau pergeseran

antara nilai-nilai yang ada yaitu nilai ideologi, agama

-Pun nilai sosial dengan „ilai-„ilai baro. Bahka„ .

a!am ha! ini Kosasih Ojahiri (1398:4) ..^^

*»**«. kmd.hm. kesensngan, nUai tanbah ipM

^sionalis-sekuler dalam kehidupan ^^ ^

t^b^

dan globalistik menrr-,-,* h +

"elPa be"tenS n"""i ™nusia dalam

»e«bina nllai moral luhur

bangsa-Pernyataan di atas dapat digambarkan dale, bentuk

(20)

Gambar 1

Bagan Perubahan Nilai Sosial

Dan Masyarakat Tradisional ke Masyarakat Modern

Masyarakat Tradisional Masyarakat Modern Informasi terbatas Informasi Terbuka Pengalaman Generalis Status Kekerabatan Pendidikan Keahlian Prestasi Individu

x Nilai Sosial

Keluarga luas ' keluarga inti/7'

^ Teguh pada tradisi longgar pada tradisi^

Pendidikan rendah pendidikan sekolah/

Gotong royong individualist

Keluarga

Tradisional

Keluarga

Modern

T

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini mengambil SMU Negeri 9 dengan

pertimbangan lokasi antara tempat kerja penulis di SLTP

Negeri 32 Kodya Bandung yang letaknya di jalan Arjuna 18

berdekatan dengan SMU Negeri 9 yaitu di jalan Suparmin 1

sehingga memudahkan penulis dalam melakukan penelitian.

Penelitian ini bertitik tolak pada pokok pej

han: Bagaimanakah proses berlangsungnya nilai sosial di kalangan remaja, khususnya

[image:20.595.50.511.115.551.2]
(21)

Permasalahan tersebut di atas kemudian dijabarkan

kedalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Pokok bahasan apa sajakah dalam kurikulum PAI dan

PPKn yang menyangkut nilai sosial?

2. Metode apakah yang diterapkan guru PAI dan PPKn

dalam membina dan mengembangankan nilai sosial?

3. Upaya - upaya apa sajakah yang dilakukan pihak

sekolah, khususnya kepala SMU Negeri 9 Kodya Bandung

dalam rangka membina dan mengembangkan nilai so

sial?

4. Bagaimanakah proses pembinaan dan pengembangan nilai

sosial itu berlangsung dalam keluarga siswa?

[image:21.595.73.486.80.693.2]

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang pendidikan nilai sosial dikalangan remaja pada

SMU Negeri 9 Kodya Bandung, sebelumnya diketahui dan

diperoleh gambaran tentang:

1. Materi dalam kurikulum PAI dan PPKn yang menyang

kut nilai sosial.

2. Metode yang diterapkan guru PAI dan PPKn dalam

membina dan mengembangkan nilai sosial.

3. Upaya yang digunakan Kepala SMU Negeri 9 dalam

membina dan mengembangkan nilai sosial.

4. Proses pembinaan dan pengembangan nilai sosial di

(22)

10

D. Manfaat Penelitian

1.

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk

mengungkap pendidikan nilai sosial, terutama yang

berkenaan dengan materi, metode dan upaya-upaya yang

dilakukan kepala sekolah serta keluarga.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna

sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya dan mudah-mudahan dapat digunakan bagi para guru PAI dan PPKn

dalam membina dan mengembangkan nilai sosial.

e. Definisi Operasional

Untuk memperjelas persoalan yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian, berikut ini penulis jelaskan

beberapa definisi operasional yang diambil dari judul

Penelitian,

yakni;

Pendidikan Nilai Sosial di Kalangan

Remaja. Definisi operasional tersebut adalah:

Pendidikan

: pada dasarnya adalah dimaksudkan untuk

mengembangkan potensi-potensi individu secara optimal yang bersifat normatif, dalam arti ffiengacu kepada

norma-norma kedewasaan (M.I. Sulaeman, 1985:24).

Kemudian Ki Hadjar Dewantoro, dalam Martin Sardi (1975),

berpendapat bahwa pendidikan diartikan "sebagai daya

upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti

(kelu-huran batin), karakter, intelek (pikiran) pada anak".

kemudian menurut Wolfgang

Breinzinka

(1981:8) " The

concept of education refers to actions by which human

(23)

11

mental disposition of other human being ..." Dari kedua

Pandangan ini disimpulkan bahwa pendidikan adalah segala

kegiatan, tindakan, untuk membantu mengembangkan

kemampuan siswa dalam semua aspek; mental, sosial,

moral.

Nilai, beberapa para ahli mengemukakan tentang penger tian nilai diantaranya adalah Abdul Manan yang

berpen-dapat bahwa nilai adalah "rangkaian sikap yang menim-bulkan atau menyebabkan pertimbangan yang harus dibuat

untuk menghasilkan suatu standar atau rangkaian prinsip

dan aktivitas yang diukur" (1995:3). Sedangkan Milton

Rokeah berpendapat bahwa "nilai sebagai suatu

keper-cayaan atau keyakinan yang bersumber pada sistem nilai

seseorang mengenai apa yang patut atau tidak patut

dilakukan seseorang mengenai apa yang berharga dan apa

yang tidak berharga (Kosasih Djahiri, 1985: 20). Kemu

dian Endang Sumantri (1993:3) memberikan pengertian adalah "merupakan hal yang terkandung dalam hati nurani manusia yang lebih member! dasar dan prinsip akhlak,

yang merupakan standar dari keindahan dan efisiensi atau keutuhan kata hati (potensi).

Standar yang paling penting, yang dengannya seseo

rang dapat menentukan jenis tindakan yang patut berguna

dan tidak berguna, sehingga ia dapat mempertimbangkan

Perilaku adalah nilai moral. Dengan demikian nilai

moral merupakan pembimbing yang menunjukkan terhadap apa

yang baik dan apa yang tidak baik. Sementara itu Kosasih

(24)

Nilai adalah suatu yang berharui h<^ u

adifuHak0^^^"^ b----lah:hsatfnadarbeatikaEeyanu

s1an1dardakagaaall'yait„anhaaiarhaetika /*"" »"k-~

yaitu sah-afsah ser^fmenla^L^n 5S .ES£"k.EE"

nan din maupun kehidupan. em

keyaki-Sosial,

merupakan asal kata dari

socius

bahasa Yunani

yang berarti kawan atau masyarakat yang artinya adalah

"Golongan besar atau kecil dari beberapa manusia , yang

dengan sendirinya bertalian secara golongan dan

mempu-nyai Pengaruh satu sama lain"

(Hasan Sadly,

1963).

Sedangkan Aristotels menamakan manusia sebagai

eQon

Politikon yaitu makhluk sosial. menurut kamus umum

Bahasa Indonesia (1976) sosial berarti:

Segala sesuatu

mengenai masyarakat atau kemasyarakatan. Sedangkan

menurut Sunoto (1997:7) bahwa sosial berarti "tidak

mementingkan diri sendiri, tetapi mengutamakan

kepentin-gan umum, tidak individualistik dan egoistik, tetapi

berbuat untuk kepentingan bersama."

Remaja.

Beberapa para ahli menyimpulkan tentang remaja

diantaranya: Aristotels berpendapat bahwa remaja adalah

merupakan masa transisi yaitu dari anak menjadi dewasa

berumur antara 14 - 21 tahun. Sedangkan Dadang Sulaeman (1995) berpendapat bahwa remaja adalah umur antara 12 -18 tahun terbagi atas remaja awal atau pre adolesence

(12-15) dan remaja akhir atau lact adolesence (15-18).

Maksud dalam penelitian disini adalah remaja yang sedang

(25)

13

Dengan

demikian definisi operasional

mengenai

judul:

"Pendidikan nilai sosial dikalangan

remaja"

adalah suatu

penyelidikan terhadap segala kegiatan,

tindakan orang tua, guru dan kepala sekolah dalam membi

na dan mengembangkan sikap dan perilaku remaja

berda-sarkan kaidah baik dan adil dalam melangsungkan hubu

ngan personal antar manusia agar menjadi remaja yang

memiliki keseimbangan (berkeadilan) antara hak

dan

ke.ajiban, atau menjadi remaja yang tidak mementingkan

diri sendiri, tetapi mengutamakan kepentingan umum,

(26)
(27)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Bertitik tolak pada masalah dan tujuan dari peneli

tian ini, penulis menggunakan metode kualitatif atau

dikenal dengan sebutan naturalistik. Disebut kualitatif

karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif,

bukan kuantitatif karena tidak menggunakan alat-alat

Pengukur. Kemudian disebut naturalistik karena situasi

lapangan penelitian bersifat natural atau wajar,

dalam

hal ini tidak dibuat-buat melainkan berlangsung apa

adanya, tanpa dimanipulasi dsb.

Bogdan dan Taylor (1972) mendefinisikan, metodologi

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat kita amati. Sedangkan Nasutioan (1996:5) berpendapat bahwa

Penelitian naturalistik pada hakekatnya ialah"

mengama-ti orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan

mereka, berusaha untuk memahami bahasa dan tafsiran

mereka tentang dunia sekitarnya."

Setelah memperhatikan beberapa definisi tentang

metodologi kualitatif, maka ditarik kesimpulan bahwa

metode penelitian ini, lebih

.engutaiiaka^^^n

untuk mengakrabkan diri dari seorang pe ^—^

fokus dan subyek penelitiannya.

Nasution (1996:9-12) berpendapat bah3

(28)

88

naturalistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Sumber data ialah situasi yang wajar atau "natural

setting".

2. Peneliti sebagai instrumen penelitian.

3. Sangat deskriptif.

4. Mementingkan proses maupun produk.

5. Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan,

sehingga dapat memahami masalah atau situasi.

6. Mengutamakan data langsung atau "first hand".

7. Data atau informasi dari satu pihak harus dichek

kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari

sumber lain. Triangulasi.

8. Menonjolkan rincian kontekstual.

9. Subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama de

ngan peneliti.

10. Mengutamakan perspektif emic, artinya mementingkan

pandangan responden.

11. Verifikasi. Antara lain melalui kasus yang berten

tangan atau negatif.

12. Sampling yang purposif.

13. Menggunakan "audit trail", untuk mengetahui

apakah laporan penelitian sesuai dengan data yang

dikumpulkan.

14. Partisipasi tanpa mengganggu. Untuk memperoleh situ

asi yang natural atau wajar.

15. Mengadakan analisis sejak awal dan sepanjang peneli

tian .

(29)

B. Subyek Penelitian

Subyek utama dalam penelitian ini yaitu kaum remaja

yang diwaklli oleh srswa SMU Negeri 9 Kodia Bandung,

kelas 3, sejumlah enam orang (pria wanita) dari jurusan

IPA dan IPS masing-masing tiga orang yang dipilih secara

aoak, kemudian dari enam orang sis„a tadi orang tuanya

diPilih seoara aoak sebanyak tiga orang. Selanjutnya

untuk memperoleh data-data lain diperoleh dengan mela

lui :

Pertama.

Untuk memperoleh data tentang pokok

bahasan yang menyangkut nilai sosial, metode yang

digu-nakan guru PAI dan PPKn, serta upaya-upaya yang dilaku

kan kepala sekolah, maka data tersebut diambil dari

orang-orang yang terkait langsung dalam membina dan

mengembangkan nilai sosial, yaitu pihak sekolah yakni

Kepala Sekolah, Guru PAI serta Guru PPKn.

Kedua.

Untuk

memperoleh data tentang proses pembinaan dan pengemban

gan nilai sosial dalam keluarga, diambil dari keluarga,

yakni orang tua siswa yang dipilih seoara aoak.

C. Sumber Data

Data dalam penelitian ini terbagi dalam dua jenis,

yakni:

Pertama.

Data primer yang berupa kata-kata dan

tindakan yang diperoleh dari wawancara dan pengamatan

selama berlangsungnya proses belajar mengajar PAI dan

PPKn.

Kedua.

Data sekunder berupa sumber tertulis yang

berasal dari buku dan majalah ilmiah, arsip dan dokumen

(30)

90

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian naturalistik tidak ada pilihan

lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen

penelitian utama (Nasution, 1996: 55). Hal ini disebab

kan karena peneliti mempunyai ciri-ciri berikut: Perta

ma. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terha

dap segala stimulus dari lingkungan yang diperki rakan bermakna atau tidak bermakna bagi penelitian. Kedua.

Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap

semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam

data sekaligus. Ketiga. Tiap situasi merupakan suatu

keseluruhan. Tidak ada instrumen berupa test atau angket

yang dapat mengangkat keseluruhan situasi kecuali manu

sia. Hanya manusia sebagai instrumen dapat memahami situasi dalam segala seluk beluknya. Keempat. Suatu

situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat

dipahami dengan pengetahuan semata-mata. Kelima. Peneli

ti sebagai instrumen dapat segera menganalisa data yang

diperoleh. Keenam. Manusia sebagai instrumen dapat

mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan.

Maka peneliti bertindak sebagai instrumen.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yakni:

1. Teknik wawancara.

Teknik wawancara digunakan untuk mengetahui persepsi

(31)

91

dunia pikiran dan perasaan responden.

Dalam wawancara dihadapkan pada dua hal. Pertama,

secara nyata mengadakan interaksi dengan responden.

Kedua, menghadapi kenyataan adanya pandangan orang lain

yang mungkin berbeda dengan pandangan sendiri, sehingga

terungkapnya informasi bagaimana cara berinteraksi

dengan orang lain dan bagaimana memperoleh data tentang

pendapatnya berbeda. Dalam wawancara ini pendekatannya

lebih bersifat dialogis.

2. Observasi

Menurut Nasution (1996:59), observasi adalah "cara

memperoleh data dengan mengadakan pengamatan langsung di

lapangan oleh peneliti". Kemudian M.Q. Patton (Nasution,

1996:59) mengatakan bahwa manfaat observasi adalah:

a. Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu mema

hami konteks data dalam keseluruhan situasi.

b. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan

pendekatan induktif.

c. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang

tidak diamati orang lain.

d. Peneliti dapat menemukan yang sedianya tidak terung

kap oleh responden dalam wawancara karena sensitif.

e. Peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi

responden.

f. Dalam lapangan penenitian tidak hanya dapat mengada

kan pengamatan tetapi juga kesan-kesan pribadi.

(32)

92

suasana lingkungan yang diobservasi, adapun yang

diob-servasi adalah interaksi antara kepala sekolah dengan

guru, antara guru dengan guru, antara guru dengan murid,

kemudian antara murid dengan murid, selain di sekolah

observasi juga berlangsung di lingkungan keluarga yang

dijadikan obyek penelitian.

3. Dokumentasi

Dokumen terdiri atas tulisan pribadi seperti buku

harian.

surat-surat dan dokumen resmi,

berguna untuk

memberikan

informasi tentang latar belakang yang lebih

luas mengenai pokok penelitian, dapat dijadikan

triangu-lasi untuk mengecek kesesuaian data.

F. Analisis Data

Data kualitatif terutama berupa kata-kata, sehingga

analisis data dimulai sejak awal,

dengan mengikuti

langkah-langkah tertentu yang berbeda dengan penelitian

kuantitatif. Secara umum teknik analisis data penelitian

jenis ini meliputi:

1- Reduksi data

Data yang diperoleh dalam lapangan ditulis/diketik

dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci.

Laporan

ini akan terus menerus bertambah dan akan menambah

kesulitan bila tidak segera dianalisis sejak mula.

Laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal

yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting dicari

(33)

93

2. Display data

Data yang bertumpuk-tumpuk, laporan lapangan yang

tebal, sulit ditangani, maka harus diusahakan membuat

macam-macam matriks, grafik, networks dan charts, agar

dapat melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian

tertentu. (Nasution, 1996:129)

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Kesimpulan dilakukan sejak awal, walaupun sifatnya masih sangat kabur, tentatif, diragukan akan tetapi

dengan bertambahnya data akan berguna sebagai verifikasi

sehingga diperoleh kesimpulan yang lebih tepat. (Nasu

tion, 1996:130)

G- Tahap-Tahap Penelitian

1. Tahap Orientasi

Tahap orientasi dilakukan untuk mendapatkan infor

masi awal mengenai rencana tema penelitian yang akan

diajukan serta mempertajam masalah dan fokus peneli tian, sebelum penelitian disusun pada tahap ini penulis

mengunjungi beberapa SMU di Kodya Bandung.

2. Tahap Eksplorasi

Berdasarkan pengumpulan data pada tahap orientasi,

diperoleh gambaran dan paradigma yang semakin terarah, sehingga memberikan arahan yang jelas bagi dilakukannya

teknik pengumpulan data, baik melalui observasi, wawan

(34)

94

Tahap ini pada intinya meliputi:

a. Menyusun dan menentukan sumber data yang dapat

diper-eaya untuk memberikan informasi tentang tema peneli

tian baik dari pihak sekolah maupun dari pihak orang

tua.

b. Menyusun pedoman wawancara dan observasi resmi yang

berkembang pada waktu di lapangan yang merupakan

in-strumen perabantu peneliti.

e. Mengadakan wawancara dengan subyek penelitian, di samping melakukan observasi terhadap pelaksaan proses

belajar mengajar PAI dan PPKn.

d. Mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

tema penelitian untuk melengkapi data primer dari

hasil wawancara dan observasi.

e. Menyusun hasil laporan yang meliputi kagiatan men

deskripsikan, menganalisa dan menafsirkan data hasil

penelitian secara terus menerus sampai tuntas.

3. Tahap Member Check

Tahap ini dilakukan untuk memperoleh tingkat kredibili-tas hasil penelitian, sehingga informasi yang ada menda-patkan pembenaran dari subyek penelitian. Tahap ini

meliputi kegiatan:

a. Menyusun laporan penelitian yang diperoleh dari tahap

eksplorasi .

b. Menyampaikan laporan tersebut kepada masing-masing

(35)

95

4. Tahap Triangulasi

Tahap ini merupakan pemeriksaan keabsahan data yang

diperoleh dengan cara memanfaatkan sesuatu yang lain

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data yang ada. Tahap ini dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

a. Membandingkan hasil observasi dengan hasil

wawan-c a r a

b. Membandingkan informasi yang diperoleh dari pihak

sekolah serta keluarga dengan sekolah lain dan

tetangga keluarga yang dijadikan observasi.

5. Tahap Audit Trail

Tahap audit trail berguna untuk membuktikan

kebe-naran data yang ditampilkan dalam laporan ini setiap

data yang ditampilkan disertai dengan keterangan yang

menunjukkan sumbernya. sehingga data mudah ditelusuri

(36)
(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Bertolak

dari hasil penelitian dan dilengkapi

dengan temuan-temuan penelitian di atas, setelah

diada-kan analisis terhadap data tersebut, maka penulis

meru-muskan beberapa kesimpulan:

1. Ditinjau dari materi kurikulum, Pendidikan Panoasila

dan

Kewarganegaraan yang mengandung

nilai-nilai

sosial diantaranya kerukunan, ketaatan, keointaan,

kebulatan tekad, kerjasama, tenggang rasa, kesetiaan,

Pengendalian diri serta tolong menolong selebihnya

nemuat tentang nilai-nilai individu serta nilai

ekonomi.

Sedangkan

Pendidikan Agama Islam seoara

material kurang menonjolkan nilai-nilai sosial, namun

lebih

mengetengahkan nilai-nilai hubungan manusia

dengan Allah SWT.

2. Metode yang diterapkan guru dalam membina dan mengem

bangkan nilai sosial pada Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan serta Pendidikan Agama Islam

yakni

keteladanan, ceramah bervariasi, kerja kelompok, ber

main peran,

serta diskusi.

Metode-metode tersebut

telah sesuai dengan proses pembinaan dan pengembangan

nilai sosial di kalangan remaja khususnya kepada

siswa SMU Negeri 9 Kodya Bandung.
(38)

160

3. Upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam membina dan mengembangkan nilai sosial melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan serta Pendidikan Agama

Islam melalui keteladanan, penerapan sistem demokra

si, kerjasama dan tolong menolong.

4. Proses pembinaan dan mengembangkan nilai sosial dalam

keluarga berlangsung melalui proses pembiasaan dan

keteladanan serta motivasi. Sesuai dengan fungsi

pendidikan dalam keluarga.

5. Peranan keluarga dan pihak sekolah dalam membina ser ta mengembangkan nilai sosial menunjukkan hal ,yang

positif berkenaan dengan suasana demokrasi," kerjasa

ma, tolong menolong, keteladanan, pembiasaan serta

motivasi.

6. Dilain pihak ditemukan bahwa proses pembinaan dan Pe

ngembangan nilai sosial dalam hal disiplin, rasa hormat dan tanggung jawab siswa cenderung melemah.

Hal ini terbukti dari sikap dan perilaku siswa yang

kurang hormat baik kepada guru maupun orang tua.

Setelah memperhatikan hal-hal di atas bahwa peng

hayatan dan pengamalan nilai-nilai sosial yang berlaku

di kalangan remaja SMU Negeri 9 termasuk kedalam kate

gori Ab serta ab. Maksudnya:

A-b adalah 1. Mampu menjelaskan sifat dan konsekwensi

setiap alternatif (nilai) yang dipilih ma

upun yang tidak.

2. Tidak berperilaku yang terpola dan

(39)

161

a-b adalah 1. Tidak berminat atau tidak menyadari pera

nan nilai yang ditawarkan.

2. Tidak berperilaku sejalan dengan nilai

yang ditawarkan.

Hal ini terjadi walaupun upaya dari pihak sekolah

dan keluarga menunjukkan hal yang positif seperti kete

ladanan namun ternyata nilai sosial tidak sesuai dengan

yang diharapkan disebabkan waktu sekolah sempit, terlalu

banyaknya murid dalam satu kelas, gaji guru yang kurang

memadai sedangkan dalam keluarga karena kesibukan orang

tua, lingkungan kurang mendukung, serta pengaruh berba

gai mas media baik cetak maupun elektronik.

B. Rekomendasi

Berdasarkan analisis temuan dan kesimpulan

yang

telah disampaikan di atas, dari hasil penelitian dapat

direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:

1. Temuan hasil penelitian tentang pembinaan dan pe

-ngembangan nilai sosial menunjukkan suasana demokra

si, kerjasama, tolong menolong, dan keteladanan, yang

Positif.

Oleh karena itu sangat diharapkan kepada

kepala sekolah, guru dan karyawan SMU Negeri 9 Kodya

Bandung tetap berupaya menerapkan suasana tersebut di

atas.

(40)

162

ketat dari seluruh aparat sekolah.

3- Sebagai akibat perubahan zaman yang diiringi

dengan

Pengaruh kebudayaan asing terhadap kehidupan para remaja yang berdampak melemahnya disiplin, ras

hormat dan tanggung jawab, sehingga sangat berpenga

ruh terhadap kewibawaan orang tua. Dengan demiki

sangat dianjurkan kepada orang tua untuk lebih

Perhatikan faktor-faktor budaya luar yang negatif

yang berpengaruh terhadap nilai-nilai sosial anak.

3. Karena keterbatasan kemampuan peneliti untuk

mengung-kapkan secara komprehensif pembinaan nilai-nilai

sosial remaja, hanya pada kasus di SMU Negeri 9 Kodya

Bandung, sangat dianjurkan kepada mahasiswa S.2

Pendidikan Umum atau yang berminat untuk

mengungkap-kannya lebih lanjut pada populasi yang lebih luias

a

a n

(41)
(42)

Al- Qur'an

Al-Hadits

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manan, 1995, Pendidikan Nii»n v

Malang: IKIP Malang **' K°nSep dan Moral>

^?KM& d-Sn^n^-a^lS-

^

Yayasan Kanisius. ^Byaiiarca.

Bram|du;ariondAnr?;t19rf57'- ?UltUral *°°"dationS of

wmoation An Interdioiplinary Exploration New

York: Harper & Brother Publisher '

Uni?erfIty<?ressro1fSioaJa,'eS ^

"""""on:

ChatHetrinUSrAd^e9d7iaPendidika" *~ I-1-- '"•".=

Coleman,:J?meSFS,el961,sThe Adolescent Society, New

DadaSSndSaraMeaau: 1995' PSlk0l°8i «•"•*»• B««»»« =

DePdJabU^ala?9p5ustarS ^

»"'»" 1»-"^.

(43)

—^^V^^k^So^e^^e^iS^in'pl-aSra^''-164

Dewantara Ki Hading 1077 D j - _. -,

Gunung Agung ' ' Pendidikan Nasional, Jakarta

ManDritin^93DarPaLtdujPpaLidMa„TAarkat J"1" °lah «<*»

Pendidikan IKIP Bandung * Band™«: »™°ar

Endan^sLafInteg^iif11?" PendidTika" Dala" <^°

Sku »—fa

*—rE*2^\d;^IK1?-Fa"SiaMLr°S ?a^/endtidikan """"" <">" »«t-

PengembaS ™oU™?e„d*?rt£ Kedud^» MKDH dalam

Tinggi, (fhesisr^and^^lpl^KrB'andung'618—

G°leSaam2d;aelpusta^a uXmT^" E"1' J—

Gordon Thomas, 1997, Menjadi Guru yang Efektif nu

jemahkan oleh Aditya Kumara nLT t 5 ? « Dlter~ Pustaka Utama. "a Dewi" Jakarta: Gramedia

Harsojo^lSSe, Pengantar Antropologi, Bandung:

Bina-HarSFLgs5ts:siai?sasiSeMk0dlah V? ^

K sosialisasi, Media Indonesia, April 10.

"«*abaikan

Harun Nasution, dkk "Idd? c ^ m _, - ^

Jakarta: DJambaian ' EnSlkloPedl I»l» Indonesia,

""Pen^xdlk^n'^^o0' P£*k*f S««ah "« Filsafat

Pendidik-an!

^L^^rl™ "bmm ^

Jujun S Suriasumantri 1QR7 p^k. .

Y^yaktrL^^a^aoa^a00 =^

-

^

JUSU^lfK ^isa?' 1993' Pe»baharuan LPTK dalam Era

an1lKaip1SBaaS„1ddag.IndUStr1' ^^ "Lb"

(44)

/

165

Kentar Budhoyo, 1991, Kenakalan Remaja, Kompas Septem

Kluckhon and Kroeber, 1950, The Concept of Culture- A

Critical Review of Definition, Poper of The Peabody

Meseum Harvard University.

Koentjaraningrat, 1994, Kebudayaan Mentalitas dan

Pembangunan, Jakarta: Bunga Rampai.

—, 1996, Pengantar Antropologi, Jakarta: Rineka

Kohlberg L, 1995, Tahap-Tahap Perkembangan Moral, Diterjemahkan oleh John de Santo, Agus Cremers,

Yogyakarta: Kanisius.

Kosasih Djahiri, 1985, Strategi Pengajaran Afektif Ni lai Moral dan Pendidikan Nilai Moral, Bandung-Laboratorium Pengajaran PMP-KN IKIP Bandung.

\J ^T'-1?96, Menelusuri Dunia Afektif Pendidikan

wiiai dan Moral, Bandung: Mimbar Pendidikan IKIP

Bandung.

L ~ l 19,98> Sikap Perilaku Kehidupan Modern

Mela-P^rdkid^^S°?Ka?pS^an^gMOral LUhUr" BandUng:

Mimb-Kurniasih, 1993, Pengembangan Program Pendidikan Taman

Kanak-Kanak Sebagai Lembaga Penyelenggara Pendidik

an Umum, (Tesis), Bandung: IKIP Bandung.

Martin Sardi, 1985, Pendidikan Manusia, Bandung: Alum

-( M°Chtar ?^°ri\1995' Transformasi Pendidikan, Jakar

ta. IKIP Muhamadiyah Jakarta.

Mulyanto Sindhudarmoko, 1993, Pendidikan Indonesia, Jakarta, Dasamedia.

Muttaqien E. Z, 1994, Rumahku Surgaku, Bandung:

Al-Bayan.

~ Nasution 1982, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Bela

jar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara.

1996, Metode Penelitian Naturalistik Kualita

tif, Bandung: Tarsito

Nu'man Sumantri, 1993, Masalah Sub Sistem Pendidikan Umum Dalam Kerangka Sistem Pendidikan Terpadu,

Bandung: Yayasan Pendidikan Terpadu Krida

(45)

166

Nurcholish Madiid iqqr t„i ^

nesiaan, Bandung Mi.an" Kenoderaa" «»" *«

Indo-kBUrSBdd-rDaan1LagkSn Sad"nU-aB--g-"^e-ial

'""». P^resT' 18"' Th* S°Clal S"*«. «».,.= The

Peraturan Pemerintah no 27, 28, 29 dan 30 Tahun 1990

Phi"p ra^E- &^:rf.;-s» phiNiosophy

K=roar„ Hill Book CompanT^ VerT^T ^ansSo

Pikiran Rakyat. 1998. Oktober. 26.

R°°kFereheMpres9s73' Ihe "atUre °f »™» ™». «« York,

Shan?akaartad &Ralawal!*" P™ka" B«« «— ">*»•

S08dJaka?t°; L9^S.DlBenSl MMUSla »"*- Pembangunan,

-^^a-7;mpa?87Vogyaaka1SaSO?iar1aT^oana20°0' "b°»h

S°ed^ra?ika986" T*™'«~i Sosial, Yogyakarta: Bayu

Soerjono Soekanto iqr7 c„„^ •, .

Jakarta: RaJ^ai?' Soslol°^ ****" Pangantar,

8ud^^si^-^iSi^rsbssssr'--»

SUlaS?snTerhadap8?-- J™*!! !!Paya P«"d^atan

(46)

167

Sunoto, 1982, Mengenai Filsafat Pancasila, Yogyakarta:

Hanindita.

supr^aa; ?Tes?s1; &•!:"!?§• Tuak Pada • * "

SUra«5Sad, Bandu^; li^io.""*0™1*-"1 "al- "Ha!

SUSepok:^?1^-ioi9fcCe?t^a?^kS1^asSiu-h

TitU?crHkarlmd;io9n59Boo^Joy8 1~" in P"»™. ««

Undang-Undang RI Nomor 2 tshnn iqpq o • *.

Hasional, Jakarta: Sinai? Sranka

SteB Pendidil™

rasar Dunia, dalam Susanto Zuhdl. 1996 Cirehnn

Gambar

Gambar1
Penelitian initentang bertujuan untuk memperolehgambaranpendidikan nilai sosial dikalangan remajapada

Referensi

Dokumen terkait

Prekursor ZnO yang digunakan dalam penelitian adalah Zn(NO 3 ) 2 .6H 2 O yang dihasilkan menggunakan metode sol-gel sedangkan material yang akan dicoating adalah baja karbon

[r]

Berdasarkan hal terebut diatas dapat dikatakan bahwa Pemalsuan Kartu ATM ataupun Kartu Kredit dari Bank tertentu dapat digolongkan sebagai suatu bentuk tindak

VALIDITAS PREDIKTIF SKOR TES MOTIF BERPRESTASI DAN TES KREATIVITAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

[r]

Penerapan Konseling Behavioral Dengan Strategi Self Management Untuk Mneingkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X Akutansi 2 SMK Negeri 1 Seririt Tahun Pelajaran

Dalam hal ini yang dimaksud adalah “hak-hak istimewa ekstrateritorial”, yakni suatu istilah yang dipakai untuk melukiskan suatu keadaan dimana status seseorang atau

Umumnya dua jaringan yang terpisah yang menggunakan Firewall yang sejenis, atau seorang remote user yang terhubung ke jaringan dengan menggunakan software client