PENDIDIKAN NILAI SOSIAL
DI KALANGAN REMAJA
(STUDI DESKRIPTIF PADA SMU NEGERI 9 KODYA BANDUNG.)
TESIS
DIAJUKAN DALAM RANGKA MENEMPUH UJIAN STRATA DUA
PROGRAM PENDIDIKAN UMUM
>e^D'£>/,
OLEH
JULAEHA
9697 111
PROGRAM PASCASARJANA
UMVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Disyahkan dan Disetujui Olehs
Pembimbing I
(Prof. DR.—H. NURSID SUMAATMADJA)
V^^
NIP: 130047912
Pembimbing II
(Prof. DR. H. MAMAN ABDURRACHMAN)
*amu adslsh umat yang terbaik yanQ dilahirkxn untuk manusia, menyuruh yang ma'ruf dan
TfiZV^nc?^ yarDg munkar dan beriman kepada
Allah. (Qb All Imran 110)
? W
Bahwasanya aku diutus Allah untuk menyempur nakan keluhuran akhlak (budi pekerti >
(H.R. Ahmad)
Kupersembahkan untuk kedua orang tua,
suami tercinta serta anak-anakku
ter-sayang Primalia Rosidah Hadikusumah, Crika Fajarianah Hadikusumah dan
n i
ABSTRAK
Pendidikan nilai sn^isi Hi u~i
suatu Penyelidikan LrhaSap sfgalf kfj-,rmad\ -adalah
orang tua, guru dan Jn,?. f \ keSia.tan, tmdakan
mengembangkan sikw Der??iS sekolah dalam membina dan
baik dan adi] Hi h»i ?kU remaja berdasarkan kaidah
antar «SuS agLSadTjefaT^" ^ ^ >«8™1
sia-manCsla'^ng tid^k'sSsuaJ S8"^ »en«hasilkan
manu-sia utuh. Hal ifi
u
"J dengan tuJuan yakni
»anu-yang-^Tncul diCerSagai kalanSSn" ba"yaknya P^rmasalahan
kalangan remaja dJmfna akhiShir n"i E^T ^1&h
tawuran, kriminal, minum obat-oSat JerlaranHan ^ ^
segudang permasalahnn wr,* ~ •~,"tt<- i-eriarang dan masih
b«»p«y ..Sent? ..ssK'-p^jdfsrjni1*^ pen\iis
nannya dituiukan d»h» «™ 7 !. ' yangPeneka-sosial di ka'lanSn 'elia Zmasalahan pendidikan nilai
diterapkan guru uPaya LrTlT^ I*^"' raetode yangberlangsung falam kefuar^a"elafu? P^dinV^ Pr°S6S
dan Kewarganegaraan sertfpStdikan^gama'lslam"^31^
naturauEik'SJa" UaSf deL^"^^ »~akan metode
tahap orientasi—tJhao ^25?" tahaP-tahaPnya mulai daridan tahap auSn' kemudian I J*^' tahap member che°k
Pengumpulan data'melaluitekn^'u ^
digunakan dalam
dokumentasi. melalui teknik wawancara, observasi danbahwaBraa:^krendidaikanTanecasira ^aT^ keS™la"
tidak semuanya menganSung pendidikan *^ganegaraan
diantaranya menyangkut nilSi ?nd1v?du dan nilai p*031*1'
Dilam pihak mat-pri pon^^i , n niiai ekonomi.
berbe^a hanya peneLnann^ ^E-k8?"8 Islam t^k ^^ Pengembangan nilai sosi*w Kem£dlan dalam pembinaan dan
Kewarganag a e r "J! L^^1^ Panoasila dan
rapkan mefode diskusi Sa
' J" Agama Islam mene
bermain oeran S^nf^i, y Jmb' kerja kelompok serta
rapkan sSL^na demokrSi^keri^" Pih?k S6k°lah me"e
serta ketel£danan sSfenS^n *J ^
t0l°ng ^^long
melalui p^Sses pembtfsaSnan dalam >elua^a berlangsung
Kemudian sikap d S sis^^V^^
motivasi-menunjukkan bahwa sete!ah ZLt haSl1 Penelitian
pengembangan nilai ™?»i "enerima Pembinaan dan
hor-at, dfsiplL^dan50 angg^S ZZt *&?*$ •**?* SI**
dengan berkurangnya wibawfgJru dJn'orSng tL te£bukti
sarkan hal ter^phnt mob0 . ,s. u?n °rang tua. Berda-SMU neg i Lnnu L8!1 ^ ^ ^ kalangan remaJaI V
%;rci£ ^iz^^ii:^ db:„Tk •«*• «• —
kurang tegas. oitambah dengan peraturan yangnilai sosia! 3? ^SgaT^al" LT^dTpiLT"'IT
t.«.» bagi sis'r^nT. angga"ep ?aiukaL " . *»*
kepada para orang tua rPUm!n/ , Selanjutnya
tetap melakukan kfbiasaankPhf31 dlsamPaika" untuk
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN PEERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN ii ABSTRAK iii KATA PENGANTAR v
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMAKASIH
DAFTAR ISI
x
DAFTARGAMBAR..
xiv
BAB I : PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah ..
o
C. Tujuan Penelitian g
D. Manfaat Penelitian 10
E• Def inisi Oferasional 10
BAB II : Pendidikan Nilai Sosial di Kal*
14
.angan Re
maja
A. Pandangan Konseptual Tentang Pendi
dikan....
14
1. Konsep Pendidikan 19
2. Beberapa Pemikiran Pendidikan Dalam
Konteks Nilai Budaya 21
B. Pandangan Konseptual Tentang
Nilai Sosial
Z v
1• Konsep Kebudayaan 2g
BAB III
X I
C. Pandangan Konseptual Tentang
Pendidikan Umum eg
1. Pengertian Pendidikan Umum 50 2. Tujuan Pendidikan Umum 54 3. Materi Pendidikan Umum 56 4. Proses Pendekatan dan Metode
Dalam Pendidikan Umum 53
D. Peranan Nilai Sosial Dalam Pengem
bangan Pendidikan Umum 59
1. Pendidikan dan Lingkungan Sosial. 59 2. Transformasi Nilai Sosial Melalui
Pendidikan Umum 53
3. Internalisasi Nilai Sosial Mela
lui Pendidikan Umum 66
E. Pandangan Konseptual Tentang
Keluarga 71
1. Konsep Keluarga 71
2. Fungsi Pendidikan Dalam
Keluarga 74
3. Peranan Keluarga Dalam Membina
dan Mengembangkan Nilai Sosial.. 75
4. Tujuan Berkeluarga Menurut
Aga-ma Islam g^
5. Peranan Sekolah Dalam Membina
dan Mengembangkan Nilai Sosial... 81
: Prosedur Penelitian 87
A. Metode Penelitian g7
X l l
C Sumber data...
o9
D. Instrumen Penelitian go
E. Teknik Pengumpulan Data 90
1• Teknik Wawancara go
2. Observasi
yj.
3. Dokumentasi g2
F. Analisis Data g
G. Tahap-Tahap Penelitian 93
1. Tahap Orientasi g3
2. Tahap Eksplorasi Q3
3. Tahap Member Check g4
4. Tahap Trianggulasi
5. Tahap Audit ...
95
95
BAB IV :Laporan Hasil Penelitian 96
A. Gambaran Umum Penelitian 97 B. Gambaran Lokasi Penelitian 97 C. Deskripsi dan Analisis 9g
1. Materi PPKN Kaitannya Dengan
Proses Pembinaan Dan Pengembang
an Nilai Sosial gg
a. Kerukunan gg
b. Ketaatan 104
c. Kecintaan 10g
d. Kebulatan Tekad 112
e. Kerjasama 115
f. Tenggang Rasa 120
X I 1 1
h. Pengendalian Diri 126
i. Tolong Menolong 130
2. Materi PAI Kaitannya Dengan
Proses Pembinaan Dan Pengembangan
Nilai Sosial 133
a. Kesadaran Berdisiplin Dalam
Kehidupan Pribadi Bermasyara
kat, Berbangsa Dan Bernegara 133 b. Qanaah (Berfikir Positif)
Dalam Kehidupan Pribadi
Dan Masyarakat 14Q
e. Zakat dan Pajak Peranannya
Dalam Meningkatkan Kesejah
teraan Masyarakat 145
d. Etos Kerja 148
e. Sikap dan Perilaku Orang
Beriman 1co
152 D. Internalisasi Nilai Sosial di Ka
langan Remaja SMU Negeri 9
E. Temuan Hasil Penelitian
155
157
1• Temuan Bermakna 157
2. Temuan Bermasalah 157
BAB V: Kesimpulan dan Rekomendasi
15g
A. Kesimpulan.... ,cn
159
B. Rekomendasi....
lbl
Daftar Pustaka..
163
DAFTAR GAMBAR
1. Bagan Perubahan Nilai Sosial dari
Masyarakat Tradisional ke Masyarakat
Modern
• Matrik Kerangka Kluckhohn Mengenai
Lima Masalah Dasar Dalam Hidup Manusia
Yang Menentukan Orientasi Nilai Budaya
• Bagan Perubahan Nilai-Nilai Budaya
dalam Proses Modernisasi
Grafis Empat Kategori Manusia Menurut
Penghayatan dan Pengamalan Nilai
Sosial....
X I V
8
39
45
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Adanya krisis yang berlangsung dan berkepanjanga
di Indonesia sekarang ini, merupakan suatu keadaan yang
sangat memalukan bagi dunia pendidikan. Mengapa tidak?Sebab ternyata pendidikan di Indonesia tidak seluruhnya
mampu menghasilkan manusia-manusia yang bermoral, hal
ini merupakan suatu kenyataan yang menganggaP bahwa.
inteleqtual lebih utama daripada moral. Suwarno
mengata-kan: "Tidak berarti seluruh rakyat Indonesia tidak bermoral melainkan hanya segelintir." (Diskusi
reforma-si Pendidikan 23 Juli 1998 di IKIP Bandung).
Persoa-lannya Ahmad Tasir berargumentasi masih dalam diskusi
mengatakan bahwa "bagaimana apabila yang segelintir itu
merupakan orang yang berkuasa pengaruhnya seperti
Soeharto,
akibatnya berimbas Pada
perilaku
penguasa
dan kekuasaan". Akhirnya sampai pada masyarakat bahkan lebih celaka lagi kekuasaan tidak bermoral ini ditiru
oleh para remaja yang justeru pada usia ini sedang
mencari identitas diri.
Berbicara masalah kenyataan, disini nampak adanya kecenderungan bahwa pendidikan yang ada tidak sesuai
dengan tujuan yang diharapkan yaitu UUSP no 2 Tahun
1989: pasal 4.
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidu
pan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seu-tuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki
pengeta-huan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani
kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sebetulnya, segala persoalan pendidikan karena
disi-nyalir adanya; budaya remaja sebaya yang mengisolasi
diri dengan masyarakat dewasa, hal ini dikemukakan oleh
Coleman dalam bukunya The Adolescent Society, 1961. Beliau berpendapat bahwa tampilnya kelompok ini
disebab-kan karena kompleksitas kehidupan masyarakat industri.
Di satu pihak keluarga makin banyak kehilangan atau
melepaskan fungsi-fungsi yang khas yang sebelumnya
mereka miliki. Di pihak lain, lembaga pendidikan formal
(sekolah) semakin banyak dihadapkan kepada fungsi-fungsi
baru, bahwa sekolah diminta memerankan pendidikan
keluarga, sementara sekolah juga dibebani tugas-tugas
akademis yang sudah terakumulasi sebelumnya. Namun
dalam kenyataannya sekolah tidak mampu menggantikan
peran-peran pendidikan keluarga yang bersifat khusus
itu, akhirnya anak-anak memilih jalannya sendiri, yakni
mereka bergabung membentuk sub-kulturnya sendiri.
Seperti digambarkan Coleman: " with his fellows,
he cames to constitute a small society, one that has
most of its important interaction within it self, and
maintains only a few threads of connection with the
outside adult society" (Coleman:1961:3). Kemudian dalam
culnya Adolscent Society adalah akibat dari kecenderu ngan untuk terlalu cepat berdiri sendiri (autonomy) di
kalangan anak-anak dan diperkuat oleh sikap serba boleh
(Permissiveness) dari praktek-praktek pendidikan
progre-sif (Boocock, 1968:213).
Kemudian dalam hal ini kita mengakui bahwa tampilnya
sekolah-sekolah ke panggung kehidupan,
selain banyak
membawa harapan tetapi juga telah menimbulkan
permasala-han, namun permasalahan ini kesalahannya tidak terletak Pada sekolah semata tetapi juga kepada orang tua dan
masyarakat. Namun kita harus menyadari adanya
sinyale-men bahwa sekolah-sekolah itu dikonsentrasikan kepada tujuan-tujuan yang kontemporer, bahkan ada yang menyata kan bahwa corak dan pola pendidikan telah bergeser dari
Pola peadagogis ke transformatif. Pernyataan ini bisa
disimak dari sebuah tulisan tentang Keharusan dan Keperluan Il*u Pendidikan oleh team pengkaji IKIP Jakar
ta (1990). Dalam tulisan itu antara lain dikatakan bahwa
alasan-alasan pembangunan telah memaksa sekolah dan guru
guru lebih mengejar kualifikasi akademis danprofe-sional, dimana mengajar lebih krusial dari mendidik (hal 26-27). Akibatnya tugas-tugas mendidik dalam artian
menanamkan nilai-nilai dan norma-norma dengan sendirinya menjadi terabaikan. Gejala seperti itu juga dibenarkan oleh banyak pakar diantaranya; Harsya Bahtiar menyatakan
bahwa "sekolah-sekolah kita dewasa ini sangat mengabai-kan fungsi sosialisasi" (Media Indonesia, 10 April
Padahal apabila berbioara tentang konsep pendidik
an, tidak boleh meluPaka„
pe„ikira„ -pMikJran
Ri
Had.ar Dewantara, mengingat beliau ada!ah perintis dan
Peletak kera„gka landasan pendidikan, yang
menjadi
Pedoman dasar bagi bangunan sistem pendidikan nasional
Oalam hal ini Ki „ad;ar Dewantara berharap "agar
pendi-^kan tidak putus tali-temalinya dengan kepribadian
bangsa''. (Martin Sardi, 1985> Kemudian terdapat ^
a,as yang mencirikan pendidikan kita dari Ki Hadjar
Oewantara yaitu: Kemanusiaan, Kodrat Hidup, kebangsaan
Kebudayaan, dan Kemerdekaan. Selain itu terkena! dengan
semboyannya,
Tut „uri Handayani, Ing
„,„„,
^
^^
««• Ing Badyo mangun kRrso
yapg leb.h tepat disebut
-bagai petunouk praktis pendidikan. Dengan demikian
apabxia dipahami esensi pendidikan (moral) sebagai upaya
mendekatkan manusia kepada kebudayaan dan masyarakatnya
«ka Jelas dalam konsepsi Dewantara terdapat Ja„abannya
»i -t. beliau kebudayaan adalah penentu kepribadian
Maka seyogyanya sekolah dan guru-guru tidak boleh
melu-pakan Prinsip-prin^inP PrinS1p ltu betapapunn-„ k~+. mereka disibukkan
oleh perkara-perkara kontemporer.
Berbioara masalah kebudayaan berarti kita berbioar,
tentang hakikat pembangunan nasional, sebab pada
da-.«„,. Jujun.S (1987:47) berpendapat bahwa "hakikat
Pembangunan nasional adalah upaya yang terarah dan
konsepsional untuk mengembangkan kebudayaan nasional
5
Upaya pengembangan sistem kebudayaan nasional didasarkan
kepada hasrat dan kehendak bangsa Indonesia yang
bersi-fat khas dengan latar belakang kebudayaan yang ada
dan
mengacu kepada kriteria pengembangan kebudayaan yang
bersifat universal. Apalagi bila dalam hal ini dikaitkan
dengan upaya pembangunan nasional yang bersifat
sistema-tis
dengan mengacu kepada konsepsi pembangunan yang
rasional dengan landasan kerangka keilmuan.
Penerapan
Pendekatan
ini dikaitkan dengan peningkatan
kecerdasan
bangsa sebagai produk dari upaya pembangunan nasional
secara otomatis mendorong kita untuk memperhatikankemajuan bangsa - bangsa lain yang mempunyai kebersamaan
dalam skala universal Kriteriacriteria «or,rtyang universal ini
menurut Juiun S ('\QR7 • a^^ ^ i u
J • ^iy87-47) adalah 'konsepsi modernisasi
sebagai penopang upaya pengembangan sistem kebudayaan
nasional".
Maksudnya bahwa konsep modernisasi tersebut
dalam penerapannya disesuaikan dengan latar belakang
budaya dan pandangan hidup bangsa, yang pada hekekatnya
merupakan serangkaian perubahan nilai dasar yang berupa;
nilai teori, nilai sosial, nilai ekonomi, nilai kuasa,
nilai estetika dan agama.
Berbioara masalah perubahan nilai-nilai dasar, dalam
hal
ini penulis menitik beratkan pada perubahan nilai
sosial,
khususnya perubahan nilai sosial yang terjadi
di kalangan remaja.
Apabila berbioara remaja, berarti kita berbioara
tentang masa depan bangsa, sebab maju mundurnya suatu
kenya-taan membuktikan bahwa perUaku para remaja sangat
menghkawatirkan generasi tua hal ini terbukti dengan
banyaknya tawuran bahkan sampai terjadi
pembunuhan
(Pikiran Rakyat, 1988, 26, Oktober). Fakta perilaku yang
menyimpang dari norma moral dipertegas oleh Kentar
Budhojo (Kompas, 1891, «, September)
..geJaJa kenakalsn
™«J.
talan ,eningkat Pada perilaku reBaJa yang ^^
semakin
beriness'
"d"« »J>
««>«*
W.-6Md.
mMMM "•"" namw tid"" *W»-««w Jug. .engnabisinyawa manusia. "
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi meningkatnya
Perilaku pelanggaran moral pada remaja, seperti
dikata-kan Zakiah Darajat antara i*i^ . •• ;
J antara lain: kurangnya pembinaan
cental,....kegoncangan suasana dalam masyarakat, kurang
Jelasnya hari depan di mata anak muda, pengaruh kebu
dayaan asing" (1978:48).
Disamping itu anak usia remaja
dikatakan "mulai memikirkan hal-hal yang benar dan yang
tidak benar, tentang norma-norma yang membimbing tingkah
lakunya. Dia mulai menyangsikan konsep-konsep mengenai
benar dan salah yang dikemukakan oleh orang tua atau
orang dewasa lainnya".
Dengan demikian anak usia remaja
sedang dihadapkan pada dilema moral yaitu antara moral
yang dianut dalam keluarga dengan moral yang disaksikan
dalam lingkungan.
Sehubungan dengan Pelanggaran-pelanggaran
moral
yang dikalangan remaja.
Maka pendidikan moral pada
remaja merupakan salah satu aspek dalam membina manusia
7 sebagai mahluk sosial •• •* u
^rsa/fla ^^a;? manusia lain ri„ i
sia lam dalam ruang dan „aktu yang
sama (Frants.M. Suseno, 1990 • 34 > * A.
• ^u . j4). Kemudian beliau
-yatakan bahwa "Kodrat manusia adalah sosial. Man„sia
dal" MSS'arakat "•>»«« *» teroipta untuk
-naadi „ltra bagi seSManya ..
-arti trdak meme„ti„gkan diri sendiri, tetapi
menguta--kan kepentingan umum, tidak individualistik dan
egoistik tptani K~ u
,,
t
erbU" UntUk ^ntingan
bersama
(Sunoto, 1997:7)..
Hasyarakat modern sekarang lnl merupakan ^
" ^
SangSt """ "•" »« P-didik khususnya dan
-»ya bagi semua yang berkeeimpung pada dunia pendidik
», sebab dalam hal ini lingkunga„ yang serba .^
;MS BendUkU"8 "— P™^ terutama pendidikan
mlai sebab masvaraknt- „~a
SyarSkat
"°de™
-engakibatkan lalu li„tas
-udayaan antar bangsa dengan melalui berbagai mas
"« b.U oetak maupun elektronrk semakin terbuka,
"«««. terjadi benturan-benturan atau pergeseran
antara nilai-nilai yang ada yaitu nilai ideologi, agama
-Pun nilai sosial dengan „ilai-„ilai baro. Bahka„ .
a!am ha! ini Kosasih Ojahiri (1398:4) ..^^
*»**«. kmd.hm. kesensngan, nUai tanbah ipM
^sionalis-sekuler dalam kehidupan ^^ ^
t^b^
dan globalistik menrr-,-,* h +
"elPa be"tenS n"""i ™nusia dalam
»e«bina nllai moral luhur
bangsa-Pernyataan di atas dapat digambarkan dale, bentuk
Gambar 1
Bagan Perubahan Nilai Sosial
Dan Masyarakat Tradisional ke Masyarakat Modern
Masyarakat Tradisional Masyarakat Modern Informasi terbatas Informasi Terbuka Pengalaman Generalis Status Kekerabatan Pendidikan Keahlian Prestasi Individu
x Nilai Sosial
Keluarga luas ' keluarga inti/7'
^ Teguh pada tradisi longgar pada tradisi^
Pendidikan rendah pendidikan sekolah/
Gotong royong individualist
Keluarga
Tradisional
Keluarga
Modern
T
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini mengambil SMU Negeri 9 dengan
pertimbangan lokasi antara tempat kerja penulis di SLTP
Negeri 32 Kodya Bandung yang letaknya di jalan Arjuna 18
berdekatan dengan SMU Negeri 9 yaitu di jalan Suparmin 1
sehingga memudahkan penulis dalam melakukan penelitian.
Penelitian ini bertitik tolak pada pokok pej
han: Bagaimanakah proses berlangsungnya nilai sosial di kalangan remaja, khususnya
[image:20.595.50.511.115.551.2]Permasalahan tersebut di atas kemudian dijabarkan
kedalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Pokok bahasan apa sajakah dalam kurikulum PAI dan
PPKn yang menyangkut nilai sosial?
2. Metode apakah yang diterapkan guru PAI dan PPKn
dalam membina dan mengembangankan nilai sosial?
3. Upaya - upaya apa sajakah yang dilakukan pihak
sekolah, khususnya kepala SMU Negeri 9 Kodya Bandung
dalam rangka membina dan mengembangkan nilai so
sial?
4. Bagaimanakah proses pembinaan dan pengembangan nilai
sosial itu berlangsung dalam keluarga siswa?
[image:21.595.73.486.80.693.2]C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang pendidikan nilai sosial dikalangan remaja pada
SMU Negeri 9 Kodya Bandung, sebelumnya diketahui dan
diperoleh gambaran tentang:
1. Materi dalam kurikulum PAI dan PPKn yang menyang
kut nilai sosial.
2. Metode yang diterapkan guru PAI dan PPKn dalam
membina dan mengembangkan nilai sosial.
3. Upaya yang digunakan Kepala SMU Negeri 9 dalam
membina dan mengembangkan nilai sosial.
4. Proses pembinaan dan pengembangan nilai sosial di
10
D. Manfaat Penelitian
1.
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk
mengungkap pendidikan nilai sosial, terutama yang
berkenaan dengan materi, metode dan upaya-upaya yang
dilakukan kepala sekolah serta keluarga.2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna
sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya dan mudah-mudahan dapat digunakan bagi para guru PAI dan PPKn
dalam membina dan mengembangkan nilai sosial.
e. Definisi Operasional
Untuk memperjelas persoalan yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian, berikut ini penulis jelaskan
beberapa definisi operasional yang diambil dari judul
Penelitian,
yakni;
Pendidikan Nilai Sosial di Kalangan
Remaja. Definisi operasional tersebut adalah:
Pendidikan
: pada dasarnya adalah dimaksudkan untuk
mengembangkan potensi-potensi individu secara optimal yang bersifat normatif, dalam arti ffiengacu kepada
norma-norma kedewasaan (M.I. Sulaeman, 1985:24).
Kemudian Ki Hadjar Dewantoro, dalam Martin Sardi (1975),
berpendapat bahwa pendidikan diartikan "sebagai daya
upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti
(kelu-huran batin), karakter, intelek (pikiran) pada anak".
kemudian menurut Wolfgang
Breinzinka
(1981:8) " The
concept of education refers to actions by which human
11
mental disposition of other human being ..." Dari kedua
Pandangan ini disimpulkan bahwa pendidikan adalah segala
kegiatan, tindakan, untuk membantu mengembangkan
kemampuan siswa dalam semua aspek; mental, sosial,
moral.
Nilai, beberapa para ahli mengemukakan tentang penger tian nilai diantaranya adalah Abdul Manan yang
berpen-dapat bahwa nilai adalah "rangkaian sikap yang menim-bulkan atau menyebabkan pertimbangan yang harus dibuat
untuk menghasilkan suatu standar atau rangkaian prinsip
dan aktivitas yang diukur" (1995:3). Sedangkan Milton
Rokeah berpendapat bahwa "nilai sebagai suatu
keper-cayaan atau keyakinan yang bersumber pada sistem nilai
seseorang mengenai apa yang patut atau tidak patut
dilakukan seseorang mengenai apa yang berharga dan apa
yang tidak berharga (Kosasih Djahiri, 1985: 20). Kemu
dian Endang Sumantri (1993:3) memberikan pengertian adalah "merupakan hal yang terkandung dalam hati nurani manusia yang lebih member! dasar dan prinsip akhlak,
yang merupakan standar dari keindahan dan efisiensi atau keutuhan kata hati (potensi).
Standar yang paling penting, yang dengannya seseo
rang dapat menentukan jenis tindakan yang patut berguna
dan tidak berguna, sehingga ia dapat mempertimbangkan
Perilaku adalah nilai moral. Dengan demikian nilai
moral merupakan pembimbing yang menunjukkan terhadap apa
yang baik dan apa yang tidak baik. Sementara itu Kosasih
Nilai adalah suatu yang berharui h<^ u
adifuHak0^^^"^ b----lah:hsatfnadarbeatikaEeyanu
s1an1dardakagaaall'yait„anhaaiarhaetika /*"" »"k-~
yaitu sah-afsah ser^fmenla^L^n 5S .ES£"k.EE"
nan din maupun kehidupan. em
keyaki-Sosial,
merupakan asal kata dari
socius
bahasa Yunani
yang berarti kawan atau masyarakat yang artinya adalah
"Golongan besar atau kecil dari beberapa manusia , yang
dengan sendirinya bertalian secara golongan dan
mempu-nyai Pengaruh satu sama lain"
(Hasan Sadly,
1963).
Sedangkan Aristotels menamakan manusia sebagai
eQon
Politikon yaitu makhluk sosial. menurut kamus umum
Bahasa Indonesia (1976) sosial berarti:
Segala sesuatu
mengenai masyarakat atau kemasyarakatan. Sedangkan
menurut Sunoto (1997:7) bahwa sosial berarti "tidak
mementingkan diri sendiri, tetapi mengutamakan
kepentin-gan umum, tidak individualistik dan egoistik, tetapi
berbuat untuk kepentingan bersama."
Remaja.
Beberapa para ahli menyimpulkan tentang remaja
diantaranya: Aristotels berpendapat bahwa remaja adalah
merupakan masa transisi yaitu dari anak menjadi dewasa
berumur antara 14 - 21 tahun. Sedangkan Dadang Sulaeman (1995) berpendapat bahwa remaja adalah umur antara 12 -18 tahun terbagi atas remaja awal atau pre adolesence
(12-15) dan remaja akhir atau lact adolesence (15-18).
Maksud dalam penelitian disini adalah remaja yang sedang
13
Dengan
demikian definisi operasional
mengenai
judul:
"Pendidikan nilai sosial dikalangan
remaja"
adalah suatu
penyelidikan terhadap segala kegiatan,
tindakan orang tua, guru dan kepala sekolah dalam membi
na dan mengembangkan sikap dan perilaku remaja
berda-sarkan kaidah baik dan adil dalam melangsungkan hubu
ngan personal antar manusia agar menjadi remaja yang
memiliki keseimbangan (berkeadilan) antara hak
dan
ke.ajiban, atau menjadi remaja yang tidak mementingkan
diri sendiri, tetapi mengutamakan kepentingan umum,
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Bertitik tolak pada masalah dan tujuan dari peneli
tian ini, penulis menggunakan metode kualitatif atau
dikenal dengan sebutan naturalistik. Disebut kualitatif
karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif,
bukan kuantitatif karena tidak menggunakan alat-alat
Pengukur. Kemudian disebut naturalistik karena situasi
lapangan penelitian bersifat natural atau wajar,
dalam
hal ini tidak dibuat-buat melainkan berlangsung apa
adanya, tanpa dimanipulasi dsb.
Bogdan dan Taylor (1972) mendefinisikan, metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat kita amati. Sedangkan Nasutioan (1996:5) berpendapat bahwa
Penelitian naturalistik pada hakekatnya ialah"
mengama-ti orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan
mereka, berusaha untuk memahami bahasa dan tafsiran
mereka tentang dunia sekitarnya."
Setelah memperhatikan beberapa definisi tentang
metodologi kualitatif, maka ditarik kesimpulan bahwa
metode penelitian ini, lebih
.engutaiiaka^^^n
untuk mengakrabkan diri dari seorang pe ^—^
fokus dan subyek penelitiannya.
Nasution (1996:9-12) berpendapat bah3
88
naturalistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sumber data ialah situasi yang wajar atau "natural
setting".
2. Peneliti sebagai instrumen penelitian.
3. Sangat deskriptif.
4. Mementingkan proses maupun produk.
5. Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan,
sehingga dapat memahami masalah atau situasi.
6. Mengutamakan data langsung atau "first hand".
7. Data atau informasi dari satu pihak harus dichek
kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari
sumber lain. Triangulasi.
8. Menonjolkan rincian kontekstual.
9. Subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama de
ngan peneliti.
10. Mengutamakan perspektif emic, artinya mementingkan
pandangan responden.
11. Verifikasi. Antara lain melalui kasus yang berten
tangan atau negatif.
12. Sampling yang purposif.
13. Menggunakan "audit trail", untuk mengetahui
apakah laporan penelitian sesuai dengan data yang
dikumpulkan.
14. Partisipasi tanpa mengganggu. Untuk memperoleh situ
asi yang natural atau wajar.
15. Mengadakan analisis sejak awal dan sepanjang peneli
tian .
B. Subyek Penelitian
Subyek utama dalam penelitian ini yaitu kaum remaja
yang diwaklli oleh srswa SMU Negeri 9 Kodia Bandung,
kelas 3, sejumlah enam orang (pria wanita) dari jurusan
IPA dan IPS masing-masing tiga orang yang dipilih secara
aoak, kemudian dari enam orang sis„a tadi orang tuanya
diPilih seoara aoak sebanyak tiga orang. Selanjutnya
untuk memperoleh data-data lain diperoleh dengan mela
lui :
Pertama.
Untuk memperoleh data tentang pokok
bahasan yang menyangkut nilai sosial, metode yang
digu-nakan guru PAI dan PPKn, serta upaya-upaya yang dilaku
kan kepala sekolah, maka data tersebut diambil dari
orang-orang yang terkait langsung dalam membina dan
mengembangkan nilai sosial, yaitu pihak sekolah yakni
Kepala Sekolah, Guru PAI serta Guru PPKn.
Kedua.
Untuk
memperoleh data tentang proses pembinaan dan pengemban
gan nilai sosial dalam keluarga, diambil dari keluarga,
yakni orang tua siswa yang dipilih seoara aoak.
C. Sumber Data
Data dalam penelitian ini terbagi dalam dua jenis,
yakni:
Pertama.
Data primer yang berupa kata-kata dan
tindakan yang diperoleh dari wawancara dan pengamatan
selama berlangsungnya proses belajar mengajar PAI dan
PPKn.
Kedua.
Data sekunder berupa sumber tertulis yang
berasal dari buku dan majalah ilmiah, arsip dan dokumen
90
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian naturalistik tidak ada pilihan
lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen
penelitian utama (Nasution, 1996: 55). Hal ini disebab
kan karena peneliti mempunyai ciri-ciri berikut: Perta
ma. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terha
dap segala stimulus dari lingkungan yang diperki rakan bermakna atau tidak bermakna bagi penelitian. Kedua.
Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap
semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam
data sekaligus. Ketiga. Tiap situasi merupakan suatu
keseluruhan. Tidak ada instrumen berupa test atau angket
yang dapat mengangkat keseluruhan situasi kecuali manu
sia. Hanya manusia sebagai instrumen dapat memahami situasi dalam segala seluk beluknya. Keempat. Suatu
situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat
dipahami dengan pengetahuan semata-mata. Kelima. Peneli
ti sebagai instrumen dapat segera menganalisa data yang
diperoleh. Keenam. Manusia sebagai instrumen dapat
mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan.
Maka peneliti bertindak sebagai instrumen.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yakni:
1. Teknik wawancara.
Teknik wawancara digunakan untuk mengetahui persepsi
91
dunia pikiran dan perasaan responden.
Dalam wawancara dihadapkan pada dua hal. Pertama,
secara nyata mengadakan interaksi dengan responden.
Kedua, menghadapi kenyataan adanya pandangan orang lain
yang mungkin berbeda dengan pandangan sendiri, sehingga
terungkapnya informasi bagaimana cara berinteraksi
dengan orang lain dan bagaimana memperoleh data tentang
pendapatnya berbeda. Dalam wawancara ini pendekatannya
lebih bersifat dialogis.
2. Observasi
Menurut Nasution (1996:59), observasi adalah "cara
memperoleh data dengan mengadakan pengamatan langsung di
lapangan oleh peneliti". Kemudian M.Q. Patton (Nasution,
1996:59) mengatakan bahwa manfaat observasi adalah:
a. Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu mema
hami konteks data dalam keseluruhan situasi.
b. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan
pendekatan induktif.
c. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang
tidak diamati orang lain.
d. Peneliti dapat menemukan yang sedianya tidak terung
kap oleh responden dalam wawancara karena sensitif.
e. Peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi
responden.
f. Dalam lapangan penenitian tidak hanya dapat mengada
kan pengamatan tetapi juga kesan-kesan pribadi.
92
suasana lingkungan yang diobservasi, adapun yang
diob-servasi adalah interaksi antara kepala sekolah dengan
guru, antara guru dengan guru, antara guru dengan murid,
kemudian antara murid dengan murid, selain di sekolah
observasi juga berlangsung di lingkungan keluarga yang
dijadikan obyek penelitian.
3. Dokumentasi
Dokumen terdiri atas tulisan pribadi seperti buku
harian.
surat-surat dan dokumen resmi,
berguna untuk
memberikan
informasi tentang latar belakang yang lebih
luas mengenai pokok penelitian, dapat dijadikan
triangu-lasi untuk mengecek kesesuaian data.
F. Analisis Data
Data kualitatif terutama berupa kata-kata, sehingga
analisis data dimulai sejak awal,
dengan mengikuti
langkah-langkah tertentu yang berbeda dengan penelitian
kuantitatif. Secara umum teknik analisis data penelitian
jenis ini meliputi:
1- Reduksi data
Data yang diperoleh dalam lapangan ditulis/diketik
dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci.
Laporan
ini akan terus menerus bertambah dan akan menambah
kesulitan bila tidak segera dianalisis sejak mula.
Laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal
yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting dicari
93
2. Display data
Data yang bertumpuk-tumpuk, laporan lapangan yang
tebal, sulit ditangani, maka harus diusahakan membuat
macam-macam matriks, grafik, networks dan charts, agar
dapat melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian
tertentu. (Nasution, 1996:129)
3. Kesimpulan dan Verifikasi
Kesimpulan dilakukan sejak awal, walaupun sifatnya masih sangat kabur, tentatif, diragukan akan tetapi
dengan bertambahnya data akan berguna sebagai verifikasi
sehingga diperoleh kesimpulan yang lebih tepat. (Nasu
tion, 1996:130)
G- Tahap-Tahap Penelitian
1. Tahap Orientasi
Tahap orientasi dilakukan untuk mendapatkan infor
masi awal mengenai rencana tema penelitian yang akan
diajukan serta mempertajam masalah dan fokus peneli tian, sebelum penelitian disusun pada tahap ini penulis
mengunjungi beberapa SMU di Kodya Bandung.
2. Tahap Eksplorasi
Berdasarkan pengumpulan data pada tahap orientasi,
diperoleh gambaran dan paradigma yang semakin terarah, sehingga memberikan arahan yang jelas bagi dilakukannya
teknik pengumpulan data, baik melalui observasi, wawan
94
Tahap ini pada intinya meliputi:
a. Menyusun dan menentukan sumber data yang dapat
diper-eaya untuk memberikan informasi tentang tema penelitian baik dari pihak sekolah maupun dari pihak orang
tua.b. Menyusun pedoman wawancara dan observasi resmi yang
berkembang pada waktu di lapangan yang merupakan
in-strumen perabantu peneliti.
e. Mengadakan wawancara dengan subyek penelitian, di samping melakukan observasi terhadap pelaksaan proses
belajar mengajar PAI dan PPKn.
d. Mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
tema penelitian untuk melengkapi data primer dari
hasil wawancara dan observasi.
e. Menyusun hasil laporan yang meliputi kagiatan men
deskripsikan, menganalisa dan menafsirkan data hasil
penelitian secara terus menerus sampai tuntas.
3. Tahap Member Check
Tahap ini dilakukan untuk memperoleh tingkat kredibili-tas hasil penelitian, sehingga informasi yang ada menda-patkan pembenaran dari subyek penelitian. Tahap ini
meliputi kegiatan:
a. Menyusun laporan penelitian yang diperoleh dari tahap
eksplorasi .
b. Menyampaikan laporan tersebut kepada masing-masing
95
4. Tahap Triangulasi
Tahap ini merupakan pemeriksaan keabsahan data yang
diperoleh dengan cara memanfaatkan sesuatu yang lain
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data yang ada. Tahap ini dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. Membandingkan hasil observasi dengan hasil
wawan-c a r a
b. Membandingkan informasi yang diperoleh dari pihak
sekolah serta keluarga dengan sekolah lain dan
tetangga keluarga yang dijadikan observasi.
5. Tahap Audit Trail
Tahap audit trail berguna untuk membuktikan
kebe-naran data yang ditampilkan dalam laporan ini setiap
data yang ditampilkan disertai dengan keterangan yang
menunjukkan sumbernya. sehingga data mudah ditelusuri
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Bertolak
dari hasil penelitian dan dilengkapi
dengan temuan-temuan penelitian di atas, setelah
diada-kan analisis terhadap data tersebut, maka penulis
meru-muskan beberapa kesimpulan:
1. Ditinjau dari materi kurikulum, Pendidikan Panoasila
dan
Kewarganegaraan yang mengandung
nilai-nilai
sosial diantaranya kerukunan, ketaatan, keointaan,
kebulatan tekad, kerjasama, tenggang rasa, kesetiaan,
Pengendalian diri serta tolong menolong selebihnya
nemuat tentang nilai-nilai individu serta nilai
ekonomi.
Sedangkan
Pendidikan Agama Islam seoara
material kurang menonjolkan nilai-nilai sosial, namun
lebih
mengetengahkan nilai-nilai hubungan manusia
dengan Allah SWT.
2. Metode yang diterapkan guru dalam membina dan mengem
bangkan nilai sosial pada Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan serta Pendidikan Agama Islam
yakni
keteladanan, ceramah bervariasi, kerja kelompok, ber
main peran,
serta diskusi.
Metode-metode tersebut
telah sesuai dengan proses pembinaan dan pengembangan
nilai sosial di kalangan remaja khususnya kepada
siswa SMU Negeri 9 Kodya Bandung.160
3. Upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam membina dan mengembangkan nilai sosial melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan serta Pendidikan Agama
Islam melalui keteladanan, penerapan sistem demokra
si, kerjasama dan tolong menolong.
4. Proses pembinaan dan mengembangkan nilai sosial dalam
keluarga berlangsung melalui proses pembiasaan dan
keteladanan serta motivasi. Sesuai dengan fungsi
pendidikan dalam keluarga.
5. Peranan keluarga dan pihak sekolah dalam membina ser ta mengembangkan nilai sosial menunjukkan hal ,yang
positif berkenaan dengan suasana demokrasi," kerjasa
ma, tolong menolong, keteladanan, pembiasaan serta
motivasi.
6. Dilain pihak ditemukan bahwa proses pembinaan dan Pe
ngembangan nilai sosial dalam hal disiplin, rasa hormat dan tanggung jawab siswa cenderung melemah.
Hal ini terbukti dari sikap dan perilaku siswa yang
kurang hormat baik kepada guru maupun orang tua.
Setelah memperhatikan hal-hal di atas bahwa peng
hayatan dan pengamalan nilai-nilai sosial yang berlaku
di kalangan remaja SMU Negeri 9 termasuk kedalam kate
gori Ab serta ab. Maksudnya:
A-b adalah 1. Mampu menjelaskan sifat dan konsekwensi
setiap alternatif (nilai) yang dipilih ma
upun yang tidak.
2. Tidak berperilaku yang terpola dan
161
a-b adalah 1. Tidak berminat atau tidak menyadari pera
nan nilai yang ditawarkan.
2. Tidak berperilaku sejalan dengan nilai
yang ditawarkan.
Hal ini terjadi walaupun upaya dari pihak sekolah
dan keluarga menunjukkan hal yang positif seperti kete
ladanan namun ternyata nilai sosial tidak sesuai dengan
yang diharapkan disebabkan waktu sekolah sempit, terlalu
banyaknya murid dalam satu kelas, gaji guru yang kurang
memadai sedangkan dalam keluarga karena kesibukan orang
tua, lingkungan kurang mendukung, serta pengaruh berba
gai mas media baik cetak maupun elektronik.
B. Rekomendasi
Berdasarkan analisis temuan dan kesimpulan
yang
telah disampaikan di atas, dari hasil penelitian dapat
direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:
1. Temuan hasil penelitian tentang pembinaan dan pe
-ngembangan nilai sosial menunjukkan suasana demokra
si, kerjasama, tolong menolong, dan keteladanan, yang
Positif.
Oleh karena itu sangat diharapkan kepada
kepala sekolah, guru dan karyawan SMU Negeri 9 Kodya
Bandung tetap berupaya menerapkan suasana tersebut di
atas.
162
ketat dari seluruh aparat sekolah.
3- Sebagai akibat perubahan zaman yang diiringi
dengan
Pengaruh kebudayaan asing terhadap kehidupan para remaja yang berdampak melemahnya disiplin, rashormat dan tanggung jawab, sehingga sangat berpenga
ruh terhadap kewibawaan orang tua. Dengan demiki
sangat dianjurkan kepada orang tua untuk lebih
Perhatikan faktor-faktor budaya luar yang negatif
yang berpengaruh terhadap nilai-nilai sosial anak.
3. Karena keterbatasan kemampuan peneliti untuk
mengung-kapkan secara komprehensif pembinaan nilai-nilai
sosial remaja, hanya pada kasus di SMU Negeri 9 Kodya
Bandung, sangat dianjurkan kepada mahasiswa S.2
Pendidikan Umum atau yang berminat untuk
mengungkap-kannya lebih lanjut pada populasi yang lebih luiasa
a n
Al- Qur'an
Al-Hadits
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Manan, 1995, Pendidikan Nii»n v
Malang: IKIP Malang **' K°nSep dan Moral>
^?KM& d-Sn^n^-a^lS-
^
Yayasan Kanisius. ^Byaiiarca.
Bram|du;ariondAnr?;t19rf57'- ?UltUral *°°"dationS of
wmoation An Interdioiplinary Exploration NewYork: Harper & Brother Publisher '
Uni?erfIty<?ressro1fSioaJa,'eS ^
"""""on:
ChatHetrinUSrAd^e9d7iaPendidika" *~ I-1-- '"•".=
Coleman,:J?meSFS,el961,sThe Adolescent Society, New
DadaSSndSaraMeaau: 1995' PSlk0l°8i «•"•*»• B««»»« =
DePdJabU^ala?9p5ustarS ^
»"'»" 1»-"^.
—^^V^^k^So^e^^e^iS^in'pl-aSra^''-164
Dewantara Ki Hading 1077 D j - _. -,
Gunung Agung ' ' Pendidikan Nasional, Jakarta
ManDritin^93DarPaLtdujPpaLidMa„TAarkat J"1" °lah «<*»
Pendidikan IKIP Bandung * Band™«: »™°arEndan^sLafInteg^iif11?" PendidTika" Dala" <^°
Sku »—fa
*—rE*2^\d;^IK1?-Fa"SiaMLr°S ?a^/endtidikan """"" <">" »«t-
PengembaS ™oU™?e„d*?rt£ Kedud^» MKDH dalam
Tinggi, (fhesisr^and^^lpl^KrB'andung'618—
G°leSaam2d;aelpusta^a uXmT^" E"1' J—
Gordon Thomas, 1997, Menjadi Guru yang Efektif nu
jemahkan oleh Aditya Kumara nLT t 5 ? « Dlter~ Pustaka Utama. "a Dewi" Jakarta: Gramedia
Harsojo^lSSe, Pengantar Antropologi, Bandung:
Bina-HarSFLgs5ts:siai?sasiSeMk0dlah V? ^
K sosialisasi, Media Indonesia, April 10."«*abaikan
Harun Nasution, dkk "Idd? c ^ m _, - ^
Jakarta: DJambaian ' EnSlkloPedl I»l» Indonesia,
""Pen^xdlk^n'^^o0' P£*k*f S««ah "« Filsafat
Pendidik-an!
^L^^rl™ "bmm ^
Jujun S Suriasumantri 1QR7 p^k. .
Y^yaktrL^^a^aoa^a00 =^
-
^
JUSU^lfK ^isa?' 1993' Pe»baharuan LPTK dalam Era
an1lKaip1SBaaS„1ddag.IndUStr1' ^^ "Lb"
/
165
Kentar Budhoyo, 1991, Kenakalan Remaja, Kompas Septem
Kluckhon and Kroeber, 1950, The Concept of Culture- A
Critical Review of Definition, Poper of The Peabody
Meseum Harvard University.
Koentjaraningrat, 1994, Kebudayaan Mentalitas dan
Pembangunan, Jakarta: Bunga Rampai.
—, 1996, Pengantar Antropologi, Jakarta: Rineka
Kohlberg L, 1995, Tahap-Tahap Perkembangan Moral, Diterjemahkan oleh John de Santo, Agus Cremers,
Yogyakarta: Kanisius.
Kosasih Djahiri, 1985, Strategi Pengajaran Afektif Ni lai Moral dan Pendidikan Nilai Moral, Bandung-Laboratorium Pengajaran PMP-KN IKIP Bandung.
\J ^T'-1?96, Menelusuri Dunia Afektif Pendidikan
wiiai dan Moral, Bandung: Mimbar Pendidikan IKIP
Bandung.
L ~ l 19,98> Sikap Perilaku Kehidupan Modern
Mela-P^rdkid^^S°?Ka?pS^an^gMOral LUhUr" BandUng:
Mimb-Kurniasih, 1993, Pengembangan Program Pendidikan Taman
Kanak-Kanak Sebagai Lembaga Penyelenggara Pendidik
an Umum, (Tesis), Bandung: IKIP Bandung.
Martin Sardi, 1985, Pendidikan Manusia, Bandung: Alum
-( M°Chtar ?^°ri\1995' Transformasi Pendidikan, Jakar
ta. IKIP Muhamadiyah Jakarta.
Mulyanto Sindhudarmoko, 1993, Pendidikan Indonesia, Jakarta, Dasamedia.
Muttaqien E. Z, 1994, Rumahku Surgaku, Bandung:
Al-Bayan.
~ Nasution 1982, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Bela
jar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara.
1996, Metode Penelitian Naturalistik Kualita
tif, Bandung: Tarsito
Nu'man Sumantri, 1993, Masalah Sub Sistem Pendidikan Umum Dalam Kerangka Sistem Pendidikan Terpadu,
Bandung: Yayasan Pendidikan Terpadu Krida
166
Nurcholish Madiid iqqr t„i ^
nesiaan, Bandung Mi.an" Kenoderaa" «»" *«
Indo-kBUrSBdd-rDaan1LagkSn Sad"nU-aB--g-"^e-ial
'""». P^resT' 18"' Th* S°Clal S"*«. «».,.= The
Peraturan Pemerintah no 27, 28, 29 dan 30 Tahun 1990
Phi"p ra^E- &^:rf.;-s» phiNiosophy
K=roar„ Hill Book CompanT^ VerT^T ^ansSo
Pikiran Rakyat. 1998. Oktober. 26.
R°°kFereheMpres9s73' Ihe "atUre °f »™» ™». «« York,
Shan?akaartad &Ralawal!*" P™ka" B«« «— ">*»•
S08dJaka?t°; L9^S.DlBenSl MMUSla »"*- Pembangunan,
-^^a-7;mpa?87Vogyaaka1SaSO?iar1aT^oana20°0' "b°»h
S°ed^ra?ika986" T*™'«~i Sosial, Yogyakarta: Bayu
Soerjono Soekanto iqr7 c„„^ •, . „
Jakarta: RaJ^ai?' Soslol°^ ****" Pangantar,
8ud^^si^-^iSi^rsbssssr'--»
SUlaS?snTerhadap8?-- J™*!! !!Paya P«"d^atan
167
Sunoto, 1982, Mengenai Filsafat Pancasila, Yogyakarta:
Hanindita.
supr^aa; ?Tes?s1; &•!:"!?§• Tuak Pada • * "
SUra«5Sad, Bandu^; li^io.""*0™1*-"1 "al- "Ha!
SUSepok:^?1^-ioi9fcCe?t^a?^kS1^asSiu-h
TitU?crHkarlmd;io9n59Boo^Joy8 1~" in P"»™. ««
Undang-Undang RI Nomor 2 tshnn iqpq o • *.
Hasional, Jakarta: Sinai? Sranka
SteB Pendidil™
rasar Dunia, dalam Susanto Zuhdl. 1996 Cirehnn