• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KELUARGA DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR BERUSAHA: Studi Kasus Tentang Pembeiajaran Yang Dilakukan Orang Tua Terhadap Anak-Anaknya Dalam Keluarga Perajin Industri Kecil Pakaian Jadi Di Desa Soreang Kecamatan Soreang Kabupaten DT II Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN KELUARGA DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR BERUSAHA: Studi Kasus Tentang Pembeiajaran Yang Dilakukan Orang Tua Terhadap Anak-Anaknya Dalam Keluarga Perajin Industri Kecil Pakaian Jadi Di Desa Soreang Kecamatan Soreang Kabupaten DT II Bandung."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KELUARGA DALAM MENUMBUHKAN

MOTIVASI BELAJAR BERUSAHA

(Studi Kasus Tentang Pembeiajaran Yang Dilakukan Orang Tua Terhadap Anak-Anaknya Daiam Keluarga Perajin

industri Kecil Pakaian Jadi Di Desa Soreang Kecamatan Soreang Kabupaten DT II Bandung)

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis IKIP Bandung untuk memenuhi sebagian dari persyaratan menyelesaikan studi pada Program Pasca Sarjana

Bidang Studi Pendidikan Luar Sekolah

Oleh

Herni Kusantati

Nrp: 8932136

BIDANG STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG

(2)

Disetujui dan disyahkan oleh Tim Pembimbing

Prof Dr.

Soepardjo Adikusumo (Aim).

(3)

ABSTRAK

Judul Tesis : Peranan Keluarga Daiam

Menumbuhkan

Motivasi

Belajar Berusaha.

Sub Judul : Studi Kasus Tentang Pembeiajaran Yang Dilakukan

Orang Tua Terhadap Anak-Anaknya Daiam

Keluarga

Perajin Industri Kecil

Pakaian

Jadi

Di

Desa

Soreang Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung.

Penelitian ini beracuan dari permasalahan pokok: "Bagaimana

peranan keluarga daiam lingkungan

perajin

industri

kecil

pakaian jadi menumbuhkan

motivasi

belajar

berusaha

pada

anak-anak mereka?.

Dari

permasalahan

pokok

tersebut

dirumuskan

tujuan

penelitian, yaitu

:

untuk

mendapatkan

gambaran

tentang

peranan

keluarga

daiam

menumbuhkan

motivasi

belajar

berusaha pada

anak-anak

perajin

industri

kecil

pakaian

jadi.

Mengacu

pada

tujuan

dan

permasalahan

penelitian

tersebut diajukan pokok-pokok pertanyaan sebagai

berikut :

1. Bagaimana peranan orang tua daiam

menumbuhkan

motivasi

belajar berusaha

pada

anak-anak

mereka,

dan

faktor-faktor apa yang mendukung

upaya

kegiatan

pembeiajaran

tersebut?.

2. Bagaimana

bentuk

dan

proses

kegiatan

pembeiajaran

keterampilan berusaha yang dilakukan orang tua

terhadap

anak-anaknya?.

3. Bagaimana

hasil

kegiatan

pembeiajaran

keterampilan

berusaha yang dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya?

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berbentuk

studi kasus

dengan

menggunakan

teknik

pengumpulan

data

(4)

keluarga daiam menumbuhkan motivasi belajar

berusaha

ini,

digunakan analisis data melalui langkah-langkah

: reduksi

data, display data, mengambil

kesimpulan

dan

verifikasi.

Adapun temuan penelitian yang diperoleh

dapat

dikemukakan

sebagai berikut :

1. Daiam lingkungan keluarga perajin industri kecil pakaian

jadi

telah

tumbuh

upaya

pembeiajaran

keterampilan

memproduksi

dan

berdagang

pakaian

yang

dilakukan

terhadap anak-anak mereka.

2. Upaya menumbuhkan motivasi belajar ini dilatar belakangi

dan

didukung

oleh

berbagai

faktor,

antara

lain

:

pengalaman masa lalu

dan

sukses

orang

tua,

perlunya

menguasai keahlian, prospek yang

cukup

baik,

tuntutan

ekonomi dan kebutuhan

tenaga,

keterbatasan

pendidikan

sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat,

3. Upaya

menumbuhkan

motivasi

belajar

berusaha

pada

anak-anak

perajin

diwujudkan

daiam

bentuk

kegiatan

belajar

sambil

bekerja

(magang)

yang

umumnya

sudah

diperkenalkan

sejak

usia

sepuluh

tahunan.

Melalui

kegiatan ini anak-anak

memperoleh

informasi,

mendapat

tugas, pembiasaan kerja, bimbingan,

petunjuk,

nasihat,

dorongan,

yang

ditunjang

dengan

kerja

keras,

kedisiplinan dan keteladanan orang tua.

4. Kegiatan pembeiajaran membuahkan berbagi kemampuan, baik

kemampuan daiam

hal

pengetahuan,

keterampilan,

sikap

maupun nilai-nilai yang perlu dimiliki

untuk

melakukan

kegiatan usaha di bidang industri kecil.

Secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa daiam lingkungan

perajin

industri

kecil,

keluarga

khususnya

orang

tua

mempunyai

peranan

yang

sangat

besar

daiam

menumbuhkan

motivasi

belajar

berusaha

pada

anak-anak

mereka.

Tumbuhnya

kegiatan

pembeiajaran

ini

telah

menjadikan

(5)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK

v

KATA PENGANTAR ...

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

IX

DAFTAR ISI ...

xii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

xv

BAB

I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1

B. Identifikasi Masalah

14

C. Rumusan Masalah

16

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

17

E. Definisi Operasional

18

BAB II : KERANGKA TEORI

A. Pendidikan Informal Daiam Kerangka

Undang-Undang Sistem Pendidikan nasional No 2

Tahun 1989

,

'"'' 21

1. Posisi Pendidikan Informal Daiam

Subsistem PLS dan Sistem Pendidikan

Nasional

23

2. Pendidikan Informal

.

3^

B. Keluarga Sebagai Lingkungan Pendidikan

Informal

04

1. Konsep Keluarga

34

2. Fungsi Keluarga

36

3. Peranan Keluarga Daiam Pendidikan Anak.

38

a. Konsep dan Pendekatan Daiam

Pendidikan

33

(6)

1. Konsep Ki Hadjar Dewantoro 38

2. Konsep Abraham Maslow 40

3. Konsep Ivan Illich 41

4. Konsep Poulo Freire 43

b. Arah Pendidikan 46

c. Orang Tua Sebagai Pengemban

Tanggung Jawab Pendidikan 47

C. Sosialisasi Daiam Keluarga 51

1. Konsep Sosialisasi 51

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Sosialisasi 53

3. Keluarga Sebagai Sarana Sosialisasi ... 55

4. Proses Sosialisasi Daiam Lingkungan ...

Keluarga 57

a. Teori-Teori Belajar 58

b. Pendekatan Belajar Daiam Sosialisasi 64 c. Motivasi Belajar Daiam Sosialisasi . 67 d. Azas aktivitas Daiam Kegiatan

Belajar , 75

D. Tinjauan Tentang Industri Kecil Sebagai ..

Sarana Kegiatan Belajar 77

BAB III : PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian 85

B. Subjek Penelitian 87

C. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 91

1. Teknik Pengumpulan Data 91

2. Teknik Analisis Data 93

(7)

X I V

BAB IV : Hasil Penelitian

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 101

B. Keadaan Sentra Industri Kecil Pakaian ....

Jadi Desa Soreang 108

C. Peranan Keluarga Daiam Menumbuhkan

Motivasi Belajar Berusaha Daiam Keluarga . Perajin Industri Kecil Pakaian Jadi

Di Desa Soreang 124

BAB V : ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN

A. Reduksi Data 173

B. Penayangan Data (Display Data) 184

C. Pembahasan Hasil Penelitian 209

BAB VI.: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 230

B. Rekomendasi 235

DAFTAR PUSTAKA 238

(8)

PENDAHULUAN

A. LaiLSLT Belakang Masalah

Usaha

skala

kecil

merupakan

suatu

wahana

yang

penting artinya daiam meningkatkan

usaha-usaha

pemerataan

pembangunan daiam dunia ke tiga. Hal ini juga terlihat

daiam strategi pembangunan Indonesia, dan menjadi semakin

bertambah penting dengan rendahnya laju pertumbuhan ekonomi

semenjak permulaan dasawarsa delapan puluhan yang lalu.

Walaupun

industri kecil,

sebagaimana

juga

halnya

dengan

perusahaan kecil lainnya tidak dapat meningkatkan

pendapatan perkapita secara cepat, namun demikian

kemampuannya untuk menyerap tenaga kerja jauh lebih tinggi

dari industri besar manapun.

Adanya penambahan angkatan kerja baru sekitar dua

juta orang yang memasuki pasar tenaga kerja setiap

tahunnya, dan dibandingkan dengan kemampuan daya serap

perekonomian yang masih rendah, telah menempatkan industri kecil sebagai satu wahana yang penting artinya daiam pembangunan perekonomian Indonesia.

(9)

2

tersebut bermanfaat bagi lingkungan masyarakat bersangkutan. Industri tersebut biasanya menggunakan teknologi sederhana, bersifat padat karya, dan biasanya bekerja atas dasar sistem kekeluargaan.

'Usaha skala kecil di Indonesia merupakan kegiatan ekonomi yang sangat besar jumlahnya serta mampu menyediakan kesempatan kerja bagi masyarakat dengan tingkat pendidikan dan modal yang terbatas. Sebagai sarana penyediaan lapangan kerja dan peningkatan penghasilan, sektor ini mampu menunjang upaya pemerataan sebagai salah satu tujuan pembangunan nasional.

Usaha skala kecil dapat diletakkan sebagai bagian dari struktur perekonomian nasional serta berperan sebagai jembatan penghubung antara sektor tradisional dan proses modernisasi daiam tata perekonomian yang berlaku. Daiam kedudukan tersebut melalui kemampuannya membentuk nilai tambah ekonomi, usaha skala kecil secara kumulatif akan mampu menunjang laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Hal ini didukung pula oleh kebijakan pemerintah yang telah memberikan arah bagi pengembangan industri kecil sebagaimana diungkapkan daiam PELITA ke lima sebagai

berikut:

Pembangunan industri kecil termasuk industri kerajinan

dan industri rumah tangga serta yang informal dan tradisional dilanjutkan dan diarahkan untuk memperluas

lapangan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan

ekspor, menumbuhkan kemampuan dan kemandirian berusaha

serta meningkatkan pendapatan pengusaha kecil dan perajin. (GBHN:1988)

(10)

memperlihatkan bahwa pembangunan industri

kecil

bertujuan

untuk menumbuhkan kemampuan dan kemandirian

berusaha

yang

pada gilirannya akan dapat memacu peningkatan kualitas

manusia Indonesia.

v Manusia adalah kekuatan utama pembangunan dan

sekaligus juga merupakan tujuan pembangunan.

Sebagai subyek<

pembangunan, setiap manusia Indonesia, baik secara individu

maupun secara keseluruhan seyogyanya bertanggung jawab dan

memberikan kontribusinya daiam rangka mensukseskan

pembangunan. Berkaitan dengan hal tersebut adalah suatu keharusan logis apabila investasi terbesar daiam

pembangunan bangsa itu diemban oleh bidang pengembangan

kepribadian, pengetahuan, keterampilan serta optimalisasi

kualitas manusia. Pengertian ini menunjuk pada fungsi

pendidikan bangsa daiam menciptakan "human investment",

sebagai satu modal dasar utama dan pertama demi terselenggaranya pembangunan nasional.

Pembangunan manusia mengisyaratkan bahwa kerangka

berpikir pembangunan dengan status quo ekonomi (ekonomi sentris), sudah harus dihilangkan, . yang kemudian dimantapkannya pemikiran pembangunan dengan perhatian selain ekonomi, pun struktur sosial-kultural masyarakat dengan esensi kepentingan human investment-nya.

Kondisi ini menuntut alternatif re-inovasi arah

(11)

4

pembangunan Lionel Robbins (Nasikun : 1990) yang

mengemukakan bahwa berdasarkan pengalaman selama dua

Dasawarsa Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah

menciptakan pandangan intelektual yang tidak lagi melihat

standar hidup material yang tinggi akan dengan sendirinya

merupakan jaminan pencapaian martabat

manusia

yang

luhur

melainkan sebaliknya malahan seringkali menurunkan

martabat manusia oleh karena berbagai dampak dehumanisasi

dan degradasi lingkungan yang ditimbulkan.

Dikemukakan pula bahwa hasil dari apresiasi baru

tentang makna pembangunan yang demikian adalah pergeseran

penerimaan dan diseminasi konsep atau model pembangunan

dari model pembangunan yang berpusat pada produksi

(production-centered development) menuju konsep atau

model

pembangunan

berwawasan

kerakyatan

(people

-

centered

development) yang sesuai

dengan

ciri-ciri

atau

properti

dasar yang dimilikinya

yang

juga

disebut

sebagai

model

pembangunan yang berwawasan "martabat manusia".

Logika dasar model

pembangunan

yang

pertama

adalah

logika produksi, yang tujuan utamanya adalah

mencapai

dan

mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi,

melalui

pembentukan

organisasi-organisasi

ekonomi

dan

birokrasi

terpusat, yang fungsi utamanya adalah untuk

mengorganisasi

masyarakat menjadi satuan-satuan produksi yang efisien.

Model

pembangunan

berwawasan

produksi

melihat

(12)

fungsi dari peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Mendasari keyakinan tersebut adalah asumsi

bahwa melalui "mekanisme tetesan ke bawah" (trikle-down mechanism) peningkatan pendapatan dan kesejahteraan akan merembes dari "pusat" ke "pinggiran", dari sektor "modern" ke sektor "tradisional", dan di daiam tiap daerah dan tiap sektor dari penduduk kaya pada lapisan sosial paling atas

ke penduduk miskin pada lapisan sosial paling bawah.

Sekalipun investasi bagi pengembangan sumberdaya manusia

sangat dipentingkan di daiam model pembangunan berwawasan

produksi, perencanaan dan pelaksanaannya dilakukan lebih

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan keuntungan produksi

yang lebih besar daripada

berdasarkan

pertimbangan

bahwa

investasi tersebut secara langsung akan mengangkat martabat

manusia banyak.

Ahli pembangunan lain, Guy Grant (Nasikun : 1990)

mengemukakan

bahwa

pergeseran

menuju

model

pembangunan

berwawasan martabat manusia pada dasarnya merupakan

pergeseran

dari

model

pembangunan

berwawasan

produksi

menuju

suatu

model

pembangunan

yang

memiliki

propeti-properti

dasar

sebagai

berikut:

(1)

logika

yang

mendasarinya adalah logika

keseimbangan

ekologi

manusia;

(2) sumberdaya utama yang

mendukungnya

adalah

sumberdaya

informasi, yang sangat kaya—, dan inisiatif yang

kreatif;

sementara (3) tujuan yang ingin

dicapai

adalah

realisasi

potensi-potensi kemanusiaan

yang

penuh.

Dengan

semuanya

(13)

6

memberikan peranan warga masyarakatnya bukan hanya sebagai sumberdaya dan obyek pembangunan melainkan lebih sebagai subyek dan aktor pembangunan yang menentukan tujuan-tujuannya sendiri, menguasai sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, dan yang mengarahkan proses-proses yang mempengaruhi hidupnya sendiri. Sebagai konsekuensinya lebih lanjut, model

pembangunan berwawasan martabat manusia memberikan nilai

yang sangat tinggi pada inisiatif lokal dan sistem-sistem untuk mengorganisasi diri sendiri melalui satuan-satuan organisasional yang berskala manusiawi dan komunitas-komunitas yang mandiri.

Berkaitan dengan model pembangunan berwawasan martabat manusia, telah muncul pula pandangan baru terhadap makna

pembangunan yang mendasarkan diri pada pendekatan "another

development". Hal ini menjadi jelas daiam uraian Suzzane

Kindervatter, daiam buku "Nonformal Education, As An

Empowering Process", ia menjelaskan pendekatan another

development sebagai pendekatan yang menggabungkan teori

human need dan teori ketergantungan.

Pendekatan another development memiliki lima karakteristik sebagai berikut: Pertama, berorientasi pada

pemenuhan kebutuhan dasar, baik material maupun nonmaterial

termasuk di dalamnya adalah kreativitas dan kemampuan untuk

menentukan nasibnya sendiri (need oriented). Kedua, mengacu

pada pluralitas pola pembangunan, yang diharapkan dapat

(14)

mendasarkan

pembangunan

pada

kekuatan

sendiri

(self

reliant).

Keempat

menggunakan

sumberdaya

alam

dengan

kesadaran penuh akan keterbatasannya

(ecologically

sound).

Kelima

didasarkan

pada

transformasi

struktural,

yang

membantu.masyarakat untuk

berpartisipasi

daiam

pembuatan

keputusan yang mengatur kehidupan

mereka.

(based

on

the

transformation of social structures).

Bila

dilihat

daiam

kerangka

konsep

pembangunan

sebagaimana

dikemukakan

di

atas,

timbul

pertanyaan

bagaimana

peran

pendidikan,

termasuk

pendidikan

luar

sekolah terhadap konsep pembangunan tersebut.

Pada dasarnya pendidikan merupakan sarana utama

daiam

proses pembangunan, sehingga keberhasilan

pendidikan

akan

berpengaruh

pada

jalannya

pelaksanaan

pembangunan.

Pembangunan yang dilakukan melalui jalur

pendidikan,

baik

yang berlangsung di sekolah maupun di

luar

sekolah,

akan

membuat akal

budi

manusia

senantiasa

dipelihara

bahkan

terus

dipertajam

sehingga

dapat

menghasilkan

gagasan-gagasan dan penemuan-penemuan baru.

Bintoro

Tjokroaminoto

(1977:79) mengemukakan peranan pendidikan daiam pembangunan

sebagai berikut:

"Meningkatkan

mutu

sumberdaya

manusia

dipandang

sebagai

kunci

bagi

pembinaan

yang

dapat

menjamin

kemajuan

ekonomi

dan

kestabilan

sosial.

Sebab

itu

investasi harus diarahkan bukan saja untuk

meningkatkan

physical capital slojik tetapi juga iuimaji

capital

atojik

dengan mengambil

prioritas

kepada

usaha

meningkatkan

mutu pendidikan, kesehatan, dan gizi".

Kajian tentang kedudukan, peran, serta keberadaan sub

(15)

8

diperlukan

bila

dihubungkan

dengan

kecenderungan

perkembangan konsep pembangunan tersebut di atas.

v Secara ideal-konseptual PLS dengan landasan

"Pendidikan Sepanjang Hayat" mencoba menciptakan

individu-individu yang memiliki gagasan belajar untuk hidup.

Edgar Faure (1982) mengemukakan bahwa pendidikan tidak

identik dengan sekolah. Pendidikan mengandung konsep

belajar secara luas dengan tanpa melihat dimana, kapan dan bagaimana belajar itu berlangsung. Pendidikan mengandung hal-hal yang lebih luas, tidak hanya keterampilan akademik dan bahan-bahan pelajaran di sekolah, akan tetapi mencakup:

kemampuan bekerja untuk bekal hidup; pekerjaan-pekerjaan yang menyangkut keperluan rumah tangga, pengembangan apresiasi estetik dan cara-cara berpikir analitik, pembentukan sikap, nilai-nilai dan cita-cita, asumsi pengetahuan dan informasi tentang berbagai hal.

Konsep pendidikan sepanjang hayat menekankan bahwa manusia dapat belajar dan mesti belajar sepanjang hidupnya. Belajar daiam hal ini untuk mengikis kebodohan dan

(16)

kesejahteraan hidup. Masyarakat belajar dicirikan oleh adanya kemampuan belajar yang cukup tinggi dan hasrat serta dorongan untuk belajar secara berkesinambungan dari individu-individu suatu masyarakat. Dengan demikian pada masyarakat belajar, individunya secara dinamis dan partisipatif dapat menciptakan lingkungannya sebagai sarana belajar daiam rangka peningkatan kondisi kehidupannya.

- Pendidikan sepanjang hayat telah dituangkan daiam Garis Besar Haluan Negara sebagai berikut: "Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di daiam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat".

Pendidikan sebagai suatu sistem di daiam pembangunan nasional memiliki dua subsistem yaitu pendidikan sekolah

dan pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan luar sekolah

menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional merupakan

pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui

kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan

berkesinambungan.

Definisi pendidikan luar sekolah, sebagaimana dikemukakan oleh Supardjo Adikusumo adalah sebagai berikut:

"Pendidikan luar sekolah adalah setiap kesempatan

dimana terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di

luar sekolah, dan seseorang memperoleh informasi

pengetahuan, latihan atau bimbingan sesuai dengan usia

dan kebutuhan hidupnya dengan tujuan mengembangkan

tingkat keterampilan, sikap dan nilai - nilai yang

memungkinkan baginya menjadi peserta

yang

efisien

dan

efektif daiam lingkungan keluarganya, bahkan

masyarakatnya

dan

negaranya

(Sutaryat

Trisnamansyah,

1986:1.41).

Istilah komunikasi yang teratur dan terarah tersebut

(17)

10

atau pengetahuan, latihan serta bimbingan dan terdiri dari berbagai usia dan kebutuhan belajar. Tujuannya supaya peserta didik dapat mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai yang akhirnya dapat berpartisipasi aktif daiam membangun masyarakat.

i Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, satuan pendidikan luar sekolah meliputi keluarga, kelompok belajar, kursus, dan satuan pendidikan sejenis. Penjelasan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun

1991 Tentang PLS mengungkapkan bahwa:

"Pendidikan luar sekolah yang sangat mendasar sifatnya adalah pendidikan keluarga. Meskipun pendidikan keluarga amat penting, yang bahkan meletakkan dasar-dasar kesiapan hidup sebagai anggota masyarakat, pengaturannya merupakan wewenang keluarga yang bersangkutan".

t Pendidikan keluarga atau dikenal dengan istilah pendidikan informal menurut Coombs diartikan sebagai proses seumur

hidup bagi setiap orang daiam mencari dan menghimpun

pengetahuan, keterampilan, sikap dan pengertian yang

diperoleh dari pengalaman sehari-hari dan dari pengaruh

lingkungan di rumah, pada waktu kerja, pada waktu bermain,

dari teladan dan perilaku kaum kerabat, pembacaan koran dan

buku, mendengarkan radio, atau melihat televisi dan film.

Pada umumnya pendidikan informal ini tidak berorganisasi

dan seringkali kurang sistematis, namun ia merupakan sumber

terbesar dari segala apa yang dipelajari setiap orang seumur hidupnya (Coombs, 1984:9).

Keluarga sebagai satuan sosial terkecil daiam

(18)

wajar, daiam arti bahwa keluarga merupakan lingkungan

yang

paling

langsung

berkewajiban

mendidik

anak-anaknya.

Pendidikan yang diberikan orang tua pada

masa

kanak-kanak

memberikan landasan bagi

pendidikan

dan

kehidupannya

di

masa

depan.

Tugas

keluarga

daiam

melaksanakan

fungsi

pendidikan anak bukan hanya sekedar mewariskan

nilai-nilai

budaya-pengetahuan,

keterampilan,

nilai-nilai

dan

sikap

dari genarasi yang

satu

ke

generasi

berikutnya,

tetapi

mencakup pula upaya membantu

anak

belajar

memahami

diri

mereka

sendiri

(bakatnya,

kebutuhannya,

kemampuannya),

membantu mereka memahami

pribadi

orang

lain,

menyiapkan

mereka agar menjadi pribadi yang mantap yang secara mandiri

dapat menjalankan tugas hidupnya

dengan

baik,

dan

kelak

dapat

menjadi

anggota

masyarakat

yang

baik.

Sehingga

pendidikan daiam

keluarga

dapat

dipandang

pula

sebagai

suatu persiapan ke arah kehidupan anak daiam masyarakatnya.

3. Daiam kaitannya dengan fungsi pendidikan

anak,

usaha

industri kecil yang

umumnya

dikelola

secara

tradisional

dengan

menganut

sistem

kekeluargaan,

menjadi

penting

artinya

sebagai

wahana

untuk

pewarisan

keterampilan

berusaha bagi

anak-anak

generasi

penerusnya.

Penguasaan

keterampilan di lingkungan

industri

kecil

yang

biasanya

berkembang di daerah pedesaan ini merupakan

kegiatan

yang

bersifat turun temurun dan dipandang lumrah dilakukan

oleh

anak-anak perajin. Kegiatan magang yang

dilakukan

melalui

hubungan

kekerabatan

ini

memungkinkan

terjadinya

alih

(19)

12

daiam sektor produktif.

Tugas keluarga menyiapkan anak untuk hidup di masyarakat dapat dilakukan melalui kegiatan belajar sambil bekerja. Kegiatan ini pada dasarnya sudah dapat diperkenalkan kepada anak-anak usia 9 tahun ke atas dimana anak mulai tertarik pada kenyataan atau realitas. Melalui kegiatan belajar sambil bekerja lambat laun anak-anak dapat berkembang menjadi manusia yang suka bekerja {homo faber)

dan mampu berpikir (homo sapiens) melalui proses belajar yang sungguh-sungguh. Jika pada usia muda anak-anak sudah diperkenalkan, dilibatkan dan dibiasakan pada dunia kerja, dapat dipastikan bahwa pada usia di atasnya kelak mereka tidak akan canggung memasuki dunia kerja dan dengan keterampilan yang dimilikinya mereka akan siap kerja dengan

etos kerja yang tinggi.

Berkaitan dengan pendapat tersebut, Kuntjaraningrat

(1974:75) menyatakan bahwa :

"ada empat cara yang dapat dilakukan untuk membina suatu mentalitet pembangunan, yaitu : (1) dengan memberi contoh yang baik; (2) dengan memberi

perangsang-perangsang yang cocok; (3) dengan persuai dan

penerangan; dan (4) dengan pembinaan dan pengasuhan

suatu generasi yang baru untuk masa yang akan datang sejak kecil, daiam kalangan keluarga".

Kegiatan belajar sambil bekerja tidak akan berjalan dengan

sendirinya tanpa adanya dorongan untuk menggerakkan

kegiatan tersebut. Dengan kata lain, untuk dapat melakukan

sesuatu harus ada motivasi. Anak harus mempunyai motivasi

untuk mengikuti kegiatan belajar yang sedang berlangsung.

(20)

menunjukkan minatnya, aktivitasnya, dan

partisipasinya

di

daiam

mengikuti

kegiatan

belajar

atau

bekerja.

Daiam

hubungan ini, orang tua mempunyai peranan yang sangat besar

untuk mengusahakan agar anak mempunyai motivasi yang

cukup

kuat untuk melakukan kegiatan tersebut.

Idealnya

anak

mempunyai

motivasi

internal

atau

motivasi intrinsik untuk melakukan

kegiatan

belajar

yang

dilakukannya. Adanya motivasi ini

menunjukkan

bahwa

anak

menyadari bahwa kegiatan belajar yang diikutinya bermanfaat

untuknya karena sejalan dengan kebutuhannya. Minat

positif

ini timbul tidak karena dipaksakan oleh orang lain,

tetapi

tumbuh pada diri

anak

sendiri,

sesuai

dengan

apa

yang

dirasakannya bermanfaat bagi dirinya.

Daiam

aktivitas

pendidikan

seringkali

motivasi

internal ini tidak dimiliki atau

tidak

muncul

pada

diri

anak.

Karena

itu

tugas

orang

tualah

untuk

berusaha

menumbuhkan

motivasi

eksternal

pada

diri

anak.

Jenis

motivasi ini berasal dari luar diri

anak,

bukan

didorong

oleh kebutuhannya sendiri, oleh karenanya motivasi internal

mempunyai intensitas yang lebih baik, lebih kuat, dam lebih

tahan lama dari pada motivasi eksternal.

!-

Berkaitan dengan kegiatan pewarisan keterampilan

yang

dilakukan

secara

turun

temurun

di

lingkungan

keluarga

perajin

industri

kecil,

sangat

menarik

untuk

diamati

bagaimana

peran

orang

tua

daiam

menumbuhkan

motivasi

(21)

14

bidang wiraswasta perlu digiatkan dan dilaksanakan di

segala lapisan, sebagaimana digariskan daiam GBHN sebagai

berikut: "Usaha untuk meningkatkan kewiraswastaan, keahlian dan kemampuan dunia usaha nasional perlu terus dilanjutkan termasuk upaya untuk mendorong tumbuhnya jiwa kewiraswastaan dikalangan generasi muda".

Keterampilan berusaha yang dikembangkan melalui industri kecil yang dikelola di lingkungan keluarga memiliki arti yang sangat strategis bagi pembangunan nasional. Kemampuan individu yang dibina sejak dini diharapkan akan dapat menjadi pelaku ekonomi yang mantap, yang akan memberikan dan membentuk makna yang lebih nyata bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Daiam hal ini, tak dapat diabaikan bahwa inti kemandirian ekonomi nasional sangat bergantung pada kemampuan berwiraswasta di tingkat bawah. Bagaimanapun etos berusaha secara mikro inilah yang akan menentukan tercapainya momentum yang cukup bagi gerak ekonomi ke masa depan.

B. Identifikasi Masalah

Eksistensi industri kecil telah mengambil tempat

penting daiam masalah kesempatan kerja dan ketenagakerjaan.

Industri kecil yang pada umumnya hanya terbatas di daiam gerak perekonomian masyarakat atau daerah lokal saja, namun mengingat jumlahnya yang cukup besar telah memberi manfaat sosial (social benefit) yang sangat berarti bagi perekonomian nasional.

(22)

temurun dengan mengerahkan tenaga keluarga merupakan wahana

yang tepat untuk mendidik kemampuan anggota keluarga daiam

berwiraswasta secara mandiri. Oleh karenanya peranan

keluarga untuk menumbuh kembangkan motivasi belajar

berusaha pada anak-anak perajin perlu dibina sejak dini

sehingga dapat dihasilkan pelaku ekonomi yang memiliki etos

kerja dan mampu mewarnai gerak produktif setiap unit

ekonomi yang ada di masyarakat. ;

Upaya mewariskan dan mengembangkan industri kecil

perlu dilakukan karena memberikan berbagai keuntungan

sebagai berikut: Pertama. industri kecil dapat menciptakan

peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan

yang

relatif

murah. Kjejiua., industri kecil merupakan basis ekonomi rakyat

yang dapat menjadi

jembatan

untuk

memperkukuh

ketahanan

ekonomi nasional. Di samping itu meluaskan usaha industri kecil akan memberikan peluang yang semakin besar bagi

partisipasi ekonomi

khususnya

pada

lapisan

bawah

untuk

menumbuhkan dinamika ekonomi nasional secara keseluruhan. Ketiga. semakin banyak usaha-usaha kecil yang tersebar di

mana-mana,

maka semakin

baik

kondisi

pemerataan

ekonomi

yang akan dicapai. Pengembangan basis ekonomi

rakyat

akan

memperbaiki

ketimpangan

sosial

yang

ada

karena

kecenderungan kebijakan

pemerintah

yang

berorientasi

ke

atas. Keempat. sebagian besar populasi industri kecil

berlokasi di daerah pedesaan, sehingga jika di kaitkan

(23)

16

industri kecil merupakan jalan keluarnya. Kelima, kenyataan

sosial

dan

budaya

masyarakat

lebih

sesuai

untuk

mengembangkan ekonomi rakyat dengan

dukungan

usaha

kecil

dan basis kekeluargaan yang

tinggi.

Pengembangan

ekonomi

rakyat akan

mempertemukan

etos

ekonomi

dengan

semangat

dan realitas sosial budaya masyarakat.

Daiam

kaitannya

dengan

uraian

tersebut

di

atas,

kegiatan pembeiajaran

daiam

lingkungan

keluarga

perajin

industri kecil yang

merupakan

satuan

program

pendidikan

luar sekolah, perlu dibina dan dikembangkan

sebagai

upaya

untuk meningkatkan potensi sumber daya manusia.

C. Rnmnsan Masalah

Industri kecil yang umumnya dikelola daiam

lingkungan

keluarga merupakan sarana belajar bagi

para

perajin

yang

secara turun temurun mewariskan

keahlian

kepada

generasi

penerusnya. Adapun permasalahan yang akan diteliti adalah :

"Bagaimana

peranan

keluarga

daiam

lingkungan

perajin

industri kecil, menumbuhkan motivasi belajar berusaha

pada

anak-anak mereka"?.

Secara rinci permasalahan di atas dituangkan daiam beberapa

fokus penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan orang tua daiam

menumbuhkan

motivasi

belajar

berusaha

pada

anak-anak

mereka,

dan

faktor-faktor

apa

yang

mendukung

upaya

kegiatan

pembeiajaran

tersebut?.

(24)

keterampilan berusaha yang dilakukan orang tua

terhadap

anak-anaknya daiam lingkungan keluarga perajin

industri

kecil pakaian jadi?.

3. Bagaimana

hasil

kegiatan

pembeiajaran

keterampilan

berusaha yang dilakukan orang tua terhadap

anak-anaknya

daiam keluarga perajin industri kecil pakaian jadi?.

D. Tjujian. dan. Kegunaan Penelitian 1. Tu.iuan Penelitian

Penelitian

ini

secara

umum

ingin

mengungkapkan

berbagai

data

empirik

yang

berkenaan

dengan

peranan

keluarga daiam menumbuhkan motivasi belajar

berusaha

yang

dilakukan

pada

anak-anak

mereka

di

lingkungan

perajin

industri kecil pakaian jadi.

Secara

khusus

penelitian

ini

bertujuan

melacak

berbagai data empirik berkenaan dengan

peranan

orang

tua

daiam

menumbuhkan

motivasi

belajar

berusaha

dan

faktor-faktor

yang

mendukung

kegiatan

pembeiajaran

tersebut, bentuk dan proses pembeiajaran serta hasil

pembeiajaran keterampilan berusaha pada

anak-anak

perajin

industri kecil pakaian jadi.

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian

ini

dapat

dijadikan

masukan

bagi

perencana

pendidikan

luar

sekolah

daiam

menyusun

berbagai jenis dan bentuk kegiatan

belajar

daiam

lingkup

pendidikan

keluarga

yang

berorientasi

pada

penguasaan

(25)

18

khususnya usaha wiraswasta di bidang industri kecil.

Di samping itu hasil penelitian

ini

dapat

dijadikan

umpan balik bagi mereka yang terlibat daiam pembinaan usaha

industri

kecil

untuk

meningkatkan

keterlibatan

mereka

terutama daiam membina generasi

penerus

perajin

industri

kecil yang lebih berkualitas.

E. Definisi Qperasional

Agar terjalin kesatuan pemikiran,

maka akan dijelaskan

beberapa

istilah

yang

tertera

daiam

judul

dan

fokus

penelitian sebagai berikut:

Peranan

Keluarga.

Istilah

peranan

erat

kaitannya

dengan posisi atau status. Daiam hubungan ini Krech

(1962:310), mengungkapkan "the coordination and control of

the activities of members of a society are achieved through

systems of positions and roles" . Di daiam masyarakat

terdapat peranan-peranan khusus yang hanya diberikan kepada

pribadi-pribadi tertentu, sehingga

terbentuklah

apa

yang

disebut posisi atau status. Posisi atau status ini

memberikan seperangkat hak dan kewajiban pada pemegangnya,

yang akan membentuk suatu peranan. Peranan berhubungan erat

dengan harapan-harapan mengenai perilaku yang dianggap

pantas. Peranan keluarga daiam konteks penelitian ini

dimaksudkan adalah kesadaran orang tua terhadap tugas dan

tanggung jawabnya daiam menumbuhkan kemampuan anak-anaknya

untuk belajar berusaha daiam bidang industri kecil yang

(26)

Motivasi.

Motivasi merupakan suatu proses yang terjadi

pada diri manusia. Secara jelasnya bahwa kegiatan

individu

selalu

mempunyai

motif

dan

tujuan.

Perilaku

seseorang

pada

dasarnya

merupakan

wujud

nyata

adanya

motivasi.

Konsep

motivasi

sebagaimana

dikemukakan

oleh

Singgih

Dirgagunarsa (1975:92) adalah sebagai berikut

:

"Motivasi

adalah dorongan atau kehendak

yang

menyebabkan

timbulnya

semacam kekuatan agar seseorang itu berbuat atau bertindak,

dengan kata lain bertingkahlaku".

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa,

motivasi merupakan proses untuk menggiatkan dan

menguatkan

motif sehingga mendorong individu untuk melakukan kegiatan.

Daiam konteks penelitian ini, motivasi

dimaksudkan

adalah

upaya

atau

dorongan-dorongan

yang

dilakukan

keluarga

perajin industri kecil,

khususnya

orang

tua

yang

dapat

membangkitkan

tumbuhnya

minat

dan

keinginan

belajar

berusaha pada diri anak-anaknya.

Belajar Berusaha.

Pengertian

belajar

menurut

Gagne

adalah suatu perubahan disposisi atau

kemampuan

seseorang

yang dicapai dengan usaha

orang

itu

sendiri,

dan

bukan

diperoleh secara langsung dari pertumbuhkan dirinya

secara

alamiah (Sudjana, 1983:35). Tafsiran lain menyatakan, bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu

melalui interaksi dengan

lingkungan.

Tujuan

belajar

itu

sendiri, menurut Abraham Maslow (1970:150) adalah "

the full use of talents capacities,

potentialities,

etc".

(27)

20

kemampuan dan potensi seseorang. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa tujuan belajar tiada lain untuk mewujudkan

secara penuh perwujudan diri setiap individu yang hanya

diperoleh dengan jalan belajar. Daiam kaitannya dengan

penelitian ini belajar berusaha, dimaksudkan adalah upaya,

dorongan, dan bimbingan yang dilakukan orang tua

khususnyauntuk menumbuhkan bakat, kemampuan dan potensi

yang

ada

pada

anak-anaknya

untuk

mempelajari

berbagai

kecakapan atau keterampilan memproduksi dan berdagang

pakaian.

Melalui

upaya

pembeiajaran

daiam

lingkungan

keluarga diharapkan dapat diwariskan keterampilan

berusaha

di bidang industri pakaian jadi yang telah dibina oleh

keluarga perajin tersebut.

Perajin Industri Kecil Pakaian Jadi, ialah seseorang

yang mempunyai mata pencaharian utama di

bidang

pembuatan

dan penjualan pakaian jadi. Perajin

daiam

penelitian

ini

diartikan sederajat dengan pengusaha industri rumah tangga,

mereka sebagai perajin dan sekaligus sebagai pengusaha.

Umumnya

usaha

mereka

dilakukan

daiam

lingkungan

rumah

tangga, tenaga kerjanya terdiri dari anggota keluarga atau

kerabat sendiri. Setiap perajin mempekerjakan antara tiga

sampai dua

puluh

orang

tenaga.

Barang

yang

diproduksi

(28)

. .'.V.' •

.vx=x#**x3%>>..

•yy ..•>:••• •••«.-.. '•!»>.•.

. Sx .¥Sx

S &--x":$k

-V. V . V 1 V . W

•v-xx.

(29)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian.

Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh gambaran secara lebih mendalam tentang "Peranan keluarga daiam menumbuhkan motivasi belajar berusaha yang dilakukan daiam lingkungan keluarga perajin industri kecil pakaian jadi". Sesuai dengan maksud tersebut maka pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode

studi kasus.

Pendekatan kualitatif didasarkan atas fenomenologis yang pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan pengertian tentang perilaku manusia ditinjau dari aktor pelaku itu sendiri. Fenomenologis mempelajari pengalaman manusia daiam kehidupan, yang mempercayai bahwa kebenaran akan terungkap melalui upaya menyelami interaksi perilaku manusia, dan akhirnya memperoleh kesimpulan tentang apa yang penting, dinamis dan berkembang. Dengan demikian pendekatan kualitatif mempunyai karakteristik

tersendiri yang berbeda dengan pendekatan lain.

Bogdan dan Tailor (1975:5) mendefinisikan "metodologi

kualitatif" sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa : kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).

(30)

Sejalan dengan pendapat tersebut, S. Nasution (1988:5)

mengemukakan :"penelitian kualitatif pada hakikatnya ialah

mengamati orang daiam lingkungan hidupnya, berinteraksi

dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka

tentang dunia sekitarnya". Dengan demikian penggunaan metode penelitian kualitatif lebih mengutamakan kemampuan

peneliti untuk mengakrabi fokus permasalahan yang diteliti.

Berkaitan dengan penggunaan metode penelitian ini,

Bogdan dan Biklen (1982:27-29) menjelaskan bahwa ada lima

karakteristik daiam pendekatan kualitatif, yakni :

(1) Penelitian kualitatif hakekatnya mendapatkan data langsung dari sumbernya, dan peneliti sebagai instrumen inti. Peneliti langsung mengikuti kehidupan : sekolah, keluarga, atau lokasi lain yang menyangkut pendidikan.

(2) Penelitian kualitatif adalah deskriptif. Data yang

dikumpulkan meliputi transkrip interview, foto, catatan lapangan, video tape, dokumen dan catatan lainnya.

(3) Penelitian kualitatif lebih menekankan kepada proses

daripada hasil atau produk.

(4) Penelitian kualitatif berkecenderungan menganalisis

data secara induktif. Studi kualitatif tidak membuat

hipotesa. Teori dikembangkan dari bawah - disebut

"grounded theory" .

(5)

"Meaning'

adalah

esensi

penelitian

kualitatif.

Penelitian kualitatif disebut "participant perspective"

dan penelitian kualitatif percaya

bahwa

yang

didapat

(31)

87

Sejalan dengan ciri-ciri tersebut, S Nasution (1988)

secara terinci menjabarkan karakteristik pendekatan

kualitatif sebagai berikut : (1). Sumber data ialah situasi yang wajar atau "natural setting". (2). Peneliti sebagai instrumen penelitian. (3). Sangat deskriptif. (4). Mementingkan proses maupun produk. (5). Mencari makna dibelakang kelakuan atau perbuatan , sehingga dapat memahami masalah atau situasi. (6). Mengutamakan data langsung atau "first hand". (7). Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain. (8). Menonjolkan rincian kontekstual.

(9). Subjek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti. (10). Mengutamakan perspektif emic,

artinya mementingkan pandangan responden tentang bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya. (11). Verifikasi, yaitu mencari kasus lain yang berbeda dengan apa yang telah ditemukan untuk memperoleh hasil yang lebih dipercaya. (12). Sampling yang purposif, dipilih menurut tujuan penelitian. (13). Menggunakan "audit trail", yaitu mengikuti jejak atau melacak untuk mengetahui apakah laporan sesuai dengan yang dikumpulkan. (14). Partisipasi tanpa mengganggu untuk memperoleh situasi yang "natural". (15). Mengadakan analisis sejak awal penelitian.

(32)

mendalam mengenai unit kehidupan

sosial

tertentu

seperti

individu. kelompok, keluarga,

lembaga atau masyarakat

yang

hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan

terorganisasi

secara baik mengenai unit tersebut.

Studi kasus

adalah

metode

yang

lebih

berorientasi

untuk menggali secara lebih mendalam tentang

suatu

gejala

kehidupan. Robert C. Bogdan (1982) mengemukakan bahwa studi

kasus merupakan tipe

penelitian

yang

didasarkan

pada

:

"a detailed examination of on setting or one

single,

or one single depository of document".

Penerapan

metode

ini,

memberikan

kesempatan

bagi

peneliti untuk secara

langsung

memahami

serta

menyelami

keberadaan subjek penelitian. Bagi peneliti, pemahaman

dan

penghayatan yang mendalam setiap situasi dan perilaku

yang

ditampilkan

perajin-pengusaha

industri

kecil

daiam

kehidupannya, merupakan indikasi untuk mengungkap

berbagai

data berkaitan dengan peranan

keluarga

daiam

menumbuhkan

motivasi belajar berusaha yang dilakukan terhadap anak-anak

mereka sebagai generasi penerus perajin industri kecil.

B. Siibiat Xaotf. Diteliti (Responden).

Unit analisis atau satuan kajian daiam penelitian

ini

adalah individu

pengusaha

industri

kecil

pakaian

jadi.

Agar penelitian dapat dilakukan secara mendalam dan

karena

keterbatasan waktu daiam penelitian ini

maka

subjek

yang

diteliti jumlahnya dibatasi sebanyak enam

orang

pengusaha

industri kecil pakaian jadi.

(33)

89

berikut: pertama responden memiliki perusahaan di bidang

industri kecil yaitu memproduksi dan berdagang pakaian jadi; kedua usahanya cukup berkembang; ketiga berstatus sebagai kepala keluarga yang mempunyai anak dan berhasil melakukan pembeiajaran keterampilan berusaha pada anak-anaknya. Hasil dari kegiatan pembeiajaran ini berupa keberhasilan anak-anaknya mendirikan usaha sendiri di bidang industri kecil pakaian jadi atau keberhasilan daiam membiasakan dan melibatkan anak-anaknya untuk membantu

kegiatan usaha yang dikelola orang tuanya, dan keberhasilan

anak-anakna berwiraswasta secara mandiri di bidang industri kecil pakaian jadi terutama anak-anak yang telah

berkeluarga.

Atas dasar alasan dan kriteria tersebut di atas

penulis menetapkan enam orang responden pengusaha industri

kecil yang keberadaanya cukup beragam, sebagai berikut :

1. Bapak Saepul adalah pengusaha muda (35 tahun) yang

mengawali usahanya sebagai buruh jahit. Berkat

ketekunannya usahanya meningkat secara cepat dan saat

ini tergolong pengusaha yang sukses mengelola usahanya.

2. Bapak Haji Sidik adalah tokoh pengusaha industri kecil

yang pertama mengembangkan usaha industri kecil di desa

Soreang yaitu sejak Tahun 1943 dan berhasil membina

masarakat setempat sebagai perajin dan sekaligus

(34)

3. Bapak Atang adalah pengusaha industri kecil yang

pernah

memiliki usaha yang tergolong besar, karena berbagai

kesulitan ia mengalami kebangkrutan, dan saat ini

usahanya mulai berkembang lagi.

4. Bapak Hidayat adalah salah satu dari pengusaha

industri

kecil yang usahanya tergolong

besar

dengan

melibatkan

cukup banyak buruh jahit.

5. bapak Entis adalah pengusaha industri kecil yang

usahanya cukup

berhasil

dan

memiliki

kios

penjualan

pakaian yang dikelola bersama isteri

dan

anak-anaknya.

Sebagai bahan perbandingan bagi orang

tua

yang

melakukan

kegiatan pembeiajaran, daiam penelitian ini penulis memilih

seorang pengusaha industri kecil (Bapak Itang)

yang

tidak

melakukan pembeiajaran atau

tidak

mewariskan

pengetahuan

dan keterampilan yang dimilikinya kepada anak-anaknya.

Seluruh responden berdomisili di Desa Soreang

Kecamatan Soreang Kabupaten DT II Bandung. Pemilihan subjek

yang diteliti

dilakukan

berdasarkan

tujuan

yang

hendak

dicapai dari

penelitian

ini,

oleh

karenannya

responden

dipilih

secara

purposive.

Hal

ini

sejalan

dengan

karakteristik penelitian kualitatif, sebagaimana

dikemukakan

oleh

S.

Nasution

(1988:11),

bahwa

"metoda

naturalistik tidak menggunakan sampling random atau acakan

dan tidak menggunakan

populasi

dan

sampel

yang

banyak.

Sampel

biasanya

sedikit

dan

dipilih

menurut

tujuan

(purpose) penelitian".

(35)

91

informasi, penulis akan memanfaatkan beberapa informam yang

dipandang dapat memberikan informasi penting atau informasi

tambahan

tentang

responden

yang

diteliti.

Adapun

para

informan

dimaksud

antara

lain:

tokoh-tokoh

masyarakat

(baik pimpinan formal

maupun

pimpinan

informal),

isteri

dan anak-anak responden serta

perajin lainnya,

C. leJinik. Pengumpulan dan. Analisis D_a_t&.

1. Teknik pengumpulan data.

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan daiam

penelitian

ini

adalah

:

observasi,

wawancara,

studi

dokumentasi dan studi kepustakaan. \

Observasi atau pengamatan dilakukan

untuk

mengetahui

dari

dekat

kegiatan

dan

peristiwa

tertentu

yang

dilakukan oleh kasus sehingga dapat memberikan informasi

yang berguna sesuai dengan fokus penelitian.

Alasan metodologis penggunaan metode pengamatan ialah:

(1) pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari

segi

motif, kepercayaan,

perhatian, dan

perilaku

lainnya;

(2)

pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia

sebagai yang dilihat oleh subjek penelitian, menangkap arti

fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap kehidupan

budaya dari segi pandangan dan anutan para subjek pada

keadaan waktu itu; (3) pengamatan memungkinkan peneliti

untuk merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh

subjek; (4) pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan

yang diketahui bersama baik dari pihaknya maupun dari pihak

(36)

Wawancara dapat dipandang sebagai teknik pengumpulan

data

dengan

cara

tanya

jawab,

yang

dilakukan

dengan

sistimatik dan berlandaskan pada tujuan penelitian.

S.Nasution (1988) mengemukakan daiam wawancara kita

dihadapkan kepada dua hal. Pertama, kita harus secara nyata

mengadakan

interaksi

dengan

responden.

Kedua,

kita

menghadapi kenyataan,

adanya

pandangan

orang

lain

yang

mungkin berbeda dengan pandangan kita sendiri.

Apa yang

dapat

ditanyakan

daiam

wawancara,

Patton

(1980)

mengelompokan

enam

jenis

pertanyaan

dan

setiap

pertanyaan yang diajukan akan

terkait

dengan

salah

satu

pertanyaan

lainnya.

Ke

enam

jenis

pertanyaan

tersebut

yaitu :

(1) Pertanyaan

yang

berkaitan

dengan

pengalaman

atau

perilaku

(2) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai

(3) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan

(4) Pertanyaan tentang pengetahuan

(5) Pertanyaan yang berkaitan dengan indera

(6) Pertanyaan yang berkaitan dengan

latar

belakang

atau

demografi (Lexy J.

Moleong,1988:119-120).

S_tud_L dokumentasi dilakukan untuk

mengungkapkan

data

yang bersifat administratif dan data kegiatan-kegiatan yang

terdokumentasi.

Menurut

S.Nasution

(1988:85),

daiam

penelitian kualitatif, dokumen termasuk

sumber

non

human

resources

yang

dapat

dimanfaatkan

karena

memberikan

(37)

93

tersedia, siap pakai dan menggunakan bahan ini tidak

meminta biaya.

Daiam penelitian ini dipergunakan beberapa dokumen

berupa : data keadaan penduduk desa tempat responden

tinggal, jumlah penduduk, komposisinya, tingkat sosial

ekonomi, tingkat pendidikannya, rekapitulasi sentra

industri kecil pakaian jadi dan foto-foto yang

menggambarkan kegiatan pembeiajaran keterampilan

memproduksi pakaian yang dilakukan keluarga responden.

Penggunaan dokumen ini sangat berguna untuk memberikan

latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian,

dan dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek

kesesuaian data.

Di samping dokumen, digunakan pula catatan-catatan

lapangan

atau

fieldnotes

yang

sangat

diperlukan

daiam

menjaring data kualitatif.

Sekaitan dengan

fieldnotes

ini,

Bogdan

dan

Biklen

(1982)

mengemukakan

bahwa

catatan

lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa yang

didengar,

dilihat,

dialami

dan

dipikirkan

daiam

rangka

pengumpulan data

dan

refleksi

terhadap

data

kualitatif

(Lexi J Moleong, 1988:131).

S_iud_i kepustakaan. dipergunakan untuk mendapatkan

teori-teori, konsep-konsep sebagai bahan pembanding,

nguat atau

penolakan

terhadap

temuan

hasil

penelitian,

dan untuk mengambil kesimpulan (Subino, 1982:28).

2. Teknik analisis data.

(38)

penting

daiam

penelitian,

karena

memungkinkan

peneliti

memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan.

Menurut Patton (1980), analisis data adalah proses

mengatur data, mengorganisasikannya ke

daiam

suatu

pola,

kategori, dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya

dengan

penafsiran yaitu memberikan arti yang

signifikan

terhadap

analisis,

menjelaskan pola urutan, dan mencari hubungan

di

antara dimensi-dimensi uraian. Sedangkan Bogdan dan Taylor

(1975), mendifinisikan analisis data

sebagai

proses

yang

merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan

merumuskan hipotesis (ide)

sebagai

yang

disarankan

oleh

data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan

pada

tema

dan hipotesis itu.

Berdasarkan ke dua rumusan tersebut, Lexy J. Moleong

(1989:88) mengemukakan bahwa analisis

data

adalah

proses

mengorganisasikan

dan

mengurutkan

data

ke

daiam

pola,

kategori, dan satuan uraian dasar sedemikian rupa

sehingga

dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan

hipotesis

kerja

sebagai yang disarankan oleh data.

Dengan

memperhatikan

rumusan

tersebut

dapat

dikemukakan bahwa analisis data dilakukan daiam suatu

proses,

yaitu

proses

menyusun,

mengkategorikan

data,

mencari tema dengan maksud untuk mendapatkan maknanya.

Bagaimana

sebaiknya

menganalisis

data

kualitatif,

S.Nasution (1988) mengemukakan bahwa bermacam-macam cara

dapat dilakukan untuk menganalisis data

kualitatif,

salah

(39)

95

data, (2) "display" data, (3) mengambil kesimpulan dan

verifikasi.

Reduksi data adalah membuat abstraksi atau merangkum data daiam suatu laporan yang lebih sistimatis yang difokuskan pada hal-hal yang inti atau penting. Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, dan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan.

Display data dilakukan untuk mempermudah melihat

gambaran penelitian secara menyeluruh atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian. Display data dapat disajikan daiam berbagai macam matriks, grafik, networks,

charts atau daiam bentuk gambar.

Kesimpulan dan verifikasi merupakan upaya untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan. Upaya ini sebagaimana dikemukakan oleh S.Nasution (1988:130),

dilakukan dengan cara mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis, dan sebagainya. Kesimpulan ini mula-mula masih sangat tentatif dan kabur. Agar diperoleh kesimpulan yang lebih mantap, kesimpulan harus senantiasa diverifikasi selama

penelitian berlangsung.

Daiam penelitian ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data dan analisis data sebagaimana diuraikan di

atas. Data yang diperlukan dikumpulkan melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dan studi kepustakaan.

(40)

kemudian dibuat suatu gambaran

keseluruhan

sesuai

dengan

fokus penelitian. Langkah

selanjutnya

membuat

kesimpulan

dan mengadakan verifikasi terhadap setiap

kesimpulan

yang

telah

dibuat.

Langkah

tersebut

dilakukan

sejak

awal

penelitian, sehingga

dapat

diperoleh

temuan-temuan

yang

benar-benar dapat dipertanggung jawabkan.

D. Pftiaksanaan Penelitian

Rangkaian

keseluruhan

penelitian

ini

dilaksanakan

daiam dua tahap kegiatan, yakni tahap orientasi pendahuluan

dan tahap penelitian lapangan. 1. Orientasi pendahuluan.

Orientasi

pendahuluan

penulis

lakukan

sejak

awal bulan Juli 1991

sebelum

desain

penelitian

disusun.

Pada tahap orientasi ini penulis menjajagi beberapa perajin

industri kecil konfeksi pakaian yang ada di

beberapa

desa

di

Kecamatan

Soreang.

Melalui

penjajagan

ini

penulis

mendapatkan

berbagai

informasi/data

tentang

keadaan

perajin,

keadaan

usahanya

dan

regenerasi

usaha

yang

dilakukan keluarga perajin, baik yang telah maupun yang

sedang

dilaksanakan.

Informasi/data

ini

diperoleh

dari

perajin, tokoh

masyarakat,

dan

Ketua

Koperasi

Industri

Kecil Konfeksi Soreang.

Berdasarkan

informasi

tersebut

penulis

memperoleh

gambaran tentang beberapa perajin pengusaha industri

kecil

yang memungkinkan untuk dipilih sebagai

subjek

yang

akan

diteliti. Dan setelah mendapat persetujuan

untuk

meneliti

(41)

97

bagi para

perajin

maupun

masyarakat

setempat

merupakan

pimpinan

dan

tokoh

informal

masyarakat,

penulis

mulai

menyusun desain penelitian.

Setelah

desain

penelitian

disusun

dan

mendapat

persetujuan pembimbing untuk terjun

ke

lapangan,

penulis

mulai mempersiapkan diri dengan terlebih dahulu mencari

tempat pemondokan di desa tempat penelitian ini di lakukan

yaitu di Desa Soreang. Beruntung

sekali

penulis

mendapat

tawaran untuk tinggal di rumah Ketua Koperasi yang membuka

usaha konfeksi

pakaian

di

rumahnya

dan

juga

lokasinya

berdekatan dengan tempat tinggal para responden. Hal ini

tentunya akan memudahkan penulis untuk mengamati,

menghayati dan mendapatkan informasi yang lebih mendalam

tentang kehidupan para perajin.

Kesediaan Ketua Koperasi untuk

menampung

orang

yang

akan

meneliti

ternyata

bukan

untuk

pertama

kalinya,

beberapa peneliti dari Departemen Perindustrian maupun dari

Perguruan Tinggi lainnya pernah mondok di rumah beliau.

2. Tahap penelitian.

Kegiatan penelitian lapangan secara riil baru

dilakukan sejak tanggal 12 Agustus 1991 sampai dengan

pertengahan Februari 1992. Ijin penelitian dari pejabat di wilayah penelitian baru keluar tanggal 27 Agustus 1991.

(42)

Seterusnya penulis melakukan pendekatan

terhadap

beberapa

tokoh masyarakat,

tokoh

perajin

dan

subjek

yang

telah

ditetapkan untuk diteliti.

Kegiatan pengumpulan data dilakukan melalui observasi,

wawancara secara mendalam dan studi dokumentasi. Daiam

pengumpulan data ini,

tinggal

di

lingkungan

subjek

yang

diteliti memberikan keuntungan yang sangat besar.

Sepanjang hari bahkan sampai malam penulis dapat

mengamati

bagaimana kerja sama dan kesibukan yang melibatkan

seluruh

anggota keluarga

jika

pesanan

barang

sedang

meningkat.

Pengamatan terhadap subjek penelitian

yang

memiliki

kios

juga penulis lakukan di kios (pasar) sehingga penulis

bisa

merekam bagaimana

responden

bersama

anak-anaknya

menata

barang dagangan, menawarkan dagangan , melakukan

transaksi

dagang, dan sebagainya.

Mengamati

keseharian

mereka

ternyata

sangat

menyenangkan dan dengan cara

ini

penulis

dapat

mengenai

kehidupan serta kebiasaan-kebiasaan mereka baik pada

waktu

bekerja dan diluar jam kerja.

Untuk mengecek kebenaran data, pengumpulan data

tidak

hanya dilaksanakan terhadap subjek

yang

diteliti,

tetapi

dilakukan

juga

terhadap

sumber

lain.

Daiam

hal

ini

triangulasi dilakukan kepada

perajin,

perajin

pengusaha,

Ketua Koperasi, tokoh masyarakat,

isteri dan anak-anak dari

subjek yang diteliti,

Untuk menunjang keberhasilan pengumpulan data

penulis

(43)

99

setelah mendapat persetujuan dari subjek yang diteliti.

Untuk menjaga agar data yang dikumpulkan tetap

terfokus pada permasalahan yang diteliti, maka penulis terlebih dahulu menyiapkan pokok-pokok pertanyaan sebagai pedoman daiam pengumpulan data. Pertanyaan ini terbagi atas dua bagian yaitu : Bagian pertama menanyakan tentang riwayat usaha industri kecil yang dikelola responden sejak awal dirintisnya berikut perkembangannya sampai saat ini. Bagian ke_djuja., sesuai dengan tujuan penelitian pertanyaan difokuskan pada aspek-aspek yang berkaitan dengan peranan keluarga daiam menumbuhkan motivasi belajar berusaha, yang secara rinci disusun sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan orang tua daiam menumbuhkan motivasi belajar berusaha pada anak-anak mereka dan faktor-faktor apa yang mendukung kegiatan pembeiajaran tersebut?.

a. Sampai sejauh mana orang tua menginginkan/ mengharapkan anak-anaknya berusaha atau bekerja di bidang industri kecil pakaian jadi ?.

b. Sampai sejauh mana anak-anak dilibatkan daiam kegiatan usaha industri kecil yang dikelola oleh orang tuanya (responden)?.

c. Faktor-faktor apa yang mendorong keinginan orang tua melakukan kegiatan pembeiajaran keterampilan berusaha di bidang industri kecil kepada anak-anaknya?.

(44)

2. Bagaimana bentuk dan proses kegiatan pembeiajaran

keterampilan berusaha yang dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya daiam keluarga perajin industri kecil?. a. Sejak usia berapa anak-anak dilibatkan daiam kegiatan

usaha di bidang industri kecil yang dikelola oleh

orang tuanya?.

b. Bagaimana bentuk kegiatan pembeiajaran keterampilan berusaha yang dilakukan oleh orang tuanya?.

c. Bagaimana proses kegiatan pembeiajaran keterampilan

berusaha dilaksanakan?.

d. Pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai apa yang

diwariskan orang tua kepada anak-anaknya daiam

kegiatan pembeiajaran di bidang industri kecil?.

e. Bagaimana cara orang tua membiasakan anak-anaknya

agar mau terlibat daiam kegiatan usaha yang

dikelolanya?.

3. Bagaimana hasil dari kegiatan pembeiajaran tersebut?.

a. Apa yang diperoleh dari kegiatan pembeiajaran

keterampilan berusaha yang dilakukan terhadap

anak-anaknya? .

b. Sampai sejauhmana upaya pembeiajaran memberikan

(45)

\«Br

••wx*..

:x^•^v.

*'X;.;:% ^S

^

fe».

>-x^

>

'} .••. ;-..-* .V V ,•>'•>.*""' "'•? .•$

x- ,v. ' ^:•£ .• *•**.•!:r#/

r

. >x x-x-:

.-:• %-x.x-x* %W=!xW

^xix&Y** "•X-X;XvX:>* X;y -j ^Xw^X-X

ft¥ ix «x i

(46)

ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN

A. Reduksi D_aia

Daiam penelitian ini telah dikumpulkan berbagai

data,

untuk memudahkan dan mengontrol

data

agar

sesuai

dengan

fokus

yang

diteliti,

data

yang

ada

perlu

direduksi

berdasarkan fokus penelitian. Reduksi data dimaksudkan

untuk mengangkat

hal-hal

pokok

daiam

tema-tema

kajian,

menghubungkannya dengan berbagai fakta yang diperoleh

dari lapangan, serta berusaha menonjolkan data yang

dipandang penting.

Pentingnya reduksi data daiam penelitian kualitatif dikemukakan S. Nasution (1988:128) sebagai berikut:

"laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal penting, diberi susunan yang lebih sistematis, sehingga lebih mudah

dikendalikan".

Dari berbagai data yang diperoleh melalui prosedur penelitian yang digunakan, dapat dikemukakan data penelitian tentang "Peranan Keluarga Daiam Menumbuhkan Motivasi Belajar Berusaha", yang dirinci daiam fokus

penelitian sebagai berikut :

Fokus l. Peranan o_r_ang. tua daiam. menumbuhkan motivasi belajar berusaha dan. faktor-faktnr vang mendukungnya

Setiap orang dikehendaki atau tidak, dipastikan menjadi anggota suatu lembaga pendidikan, baik di daiam

(47)

174

keluarga masing-masing, sekolah maupun di lingkungan

masyarakat dimana ia tinggal.

Keluarga merupakan lingkungan yang paling langsung berkewajiban mendidik anak. Melalui pendidikan daiam keluarga, anak diharapkan menjadi pribadi yang mantap, yang secara mandiri dapat melaksanakan tugas hidupnya dan dapat menjadi anggota masyarakat yang baik.

Demikian halnya di lingkungan keluarga perajin

industri kecil pakaian jadi yang menjadi responden daiam

penelitian

ini.

Pada

lingkungan

keluarga

ini

telah

berlangsung upaya pembeiajaran keterampilan memproduksi dan

berdagang pakaian yang dilakukan terhadap anak-anak mereka.

Upaya pembeiajaran di lingkungan

desa

ini

pada

dasarnya

dilakukan secara turun temurun, baik dilakukan oleh orang

tua sendiri,

famili

atau

perajin

lainnya

yang

ada

di

lingkungan

desa

tersebut.

Usaha

wiraswasta

di

bidang

industri kecil pakaian jadi ini telah dirintis sejak tahun

1943 dan berkembang pesat sampai saat ini, bahkan telah

meluas ke desa-desa di sekitarnya yang memberikan lapangan kerja bagi ribuan penduduk desa.

Berbagai produk pakaian jadi, baik untuk wanita,

pria

dan anak-anak dihasilkan dari desa ini. Produk pakaian jadi

ini umumnya diperuntukan bagi masyarakat

lapisan

menengah

ke bawah, sehingga

pasarannya

cukup

luas

untuk

mengisi

kebutuhan pakaian jadi ke berbagai daerah

di

Jawa

Barat,

Jawa Tengah sampai ke luar Pulau Jawa.

(48)

menjahit

merupakan

s

Gambar

Gambar3.1
Gambar3.2
Gambar3.3
Gambar3.4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk data acuan Maret 2014, dengan peningkatan perbulan kendaraan sepeda motor pribadi sebesar 52 unit, mobil pribadi sebesar 10 unit, angkutan niaga sebesar 1

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan kepada masyarakat dan Instansi yang berkaitan dengan pernikahan sehingga nantinya

Berdasarkan uraian di atas, maka judul dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Likuiditas, Struktur Modal, Dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Yang

selama 5 tahun pertama kehidupan, maka menyebabkan anak menjadi individu yang dingin, kurang menyayangi, tidak berperasaan dan cenderung menjadi remaja delinkuen

Komputerisasi mesin uji kekcrasan ini dil ak ukan dengan beberapa tahap kegiatan yai lu pembualan adaptor kamera , insta lasi kamera pada mikroskop dan komputcr

Bahwa perbuatan Tergugat V dan Tergugat VI dan terus melakukan kegiatan diatas tanah milik Penggugat adalah suatu perbuatan melawan hukum atas hak orang lain yang menimbulkan

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang pernah dilakukan adalah pada penelitian ini terfokus pada persepsi dan perilaku Komunitas Madura Ampel terhadap keberadaan

40 Article 30 point (1) and (2) Governemnet Regulation Number 101 of 2014 on Waste Management and Toxic Material (State Gazette of the Republic of Indonesia Year 2014 Number