• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI CITRA GURU DALAM TUJUH NOVEL INDONESIA MODERN PASCAPROKLAMASI KEMERDEKAAN BERDASARKAN TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REPRESENTASI CITRA GURU DALAM TUJUH NOVEL INDONESIA MODERN PASCAPROKLAMASI KEMERDEKAAN BERDASARKAN TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

v

1.5 Definisi Operasional... 6

BAB II NOVEL INDONESIA MODERN PASCAPROKLAMASI KEMERDEKAAN, PENOKOHANCITRA GURU, DAN PSIKOLOGI SASTRA ... 8

2.1 Pengertian Novel Indonesia Modern Pascaproklamasi Kemerdekaan... 8

2.2 Tokoh dan Penokohan dalam Novel ... ... 12

2.2.1 Hakikat Tokoh dan Penokohan ... 12

2.2.2 Jenis-jenis Tokoh ... 14

2.2.3 Metode Karakterisasi dalam Telaah Novel... 19

2.3 Pencitraan dalam Novel... 34

2.4 Citra Guru ... 36

2.5 Psikologi Sastra... 43

2.5.1 Pengertian Psikologi Sastra... 43

2.5.2 Perilaku Manusia dalam Karya Sastra... 45

2.5.3 Teori-teori Psikologi ... 46

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN ... 65

3.1 Metode Penelitian ... 65

(2)

vi

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN TUJUH NOVEL INDONESIA MODERN PASCAPROKLAMASI KEMERDEKAAN... 69

4.1 Deskripsi dan Analisis Novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Mochtar Lubis ……….... 69

4.1.1 Sinopsis Novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Mochtar Lubis ………… 69

4.1.2 Deskripsi dan Analisis Tokoh Guru dalam Novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Mochtar Lubis... 72

4.1.3 Karakter Guru Isa dalam Novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Mochtar Lubis... 91

4.1.4 Relasi Guru Isa dengan Tokoh Lainnya... 93

4.1.5 Analisis Tokoh Guru dalam Novel Jalan Tak Ada Ujung Berdasarkan Teori Psikoanalisis Sigmun Freud... 96

4.1.6 Citra Guru pada Novel Jalan Tak Ada Ujung Karya MochtarLubis ... 108

4.2 Deskripsi dan Analisis Novel Bu Guru Dwisari Karya Umar Nur Zain .. 111

4.2.1 Sinopsis Novel Bu Guru Dwisari Karya Umar Nur Zain ... 111

4.2.2 Deskripsi dan Analisis Tokoh Guru dalam Novel Bu Guru Dwisari Karya Umar Nur Zain ... 114

4.2.3 Karakter Bu Guru Dwisari dalam Novel Bu Guru Dwisari Karya Umar Nur Zain ... 122

4.2.4 Relasi Bu Guru Dwisari dengan Tokoh-tokoh Lainnya ... 125

4.2.5 Analisis Tokoh Guru dalam Novel Bu Guru Dwisari Berdasarkan Teori Humanistik ... 131

4.2.6 Citra Guru pada Novel Bu Guru Dwisari Karya Umar Nur Zain ... 137

4.3 Deskripsi dan Analisis Novel Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini ... 144

4.3.1 Sinopsis Novel Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini ... 144

(3)

vii

4.3.3 Karakter Bu Suci dalam Novel Pertemuan Dua Hati

Karya Nh. Dini ... 154

4.3.4 Relasi Tokoh Bu Suci dengan Tokoh Lain ... 157

4.3.5 Analisis Tokoh Guru dalam Novel Pertemuan Dua Hati Berdasarkan Teori Kognitif - George Kelly ... 162

4.3.6 Citra Guru pada Novel Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini ... 166

4.4 Deskripsi dan Analisis Novel Sang Guru Karya Gerson Poyk ... 171

4.4.1 Sinopsis Novel Sang Guru Karya Gerson Poyk ... 171

4.4.2 Deskripsi dan Analisis Tokoh Guru dalam Novel Sang Guru Karya Gerson Poyk ... 174

4.4.3 Karakter Ben dalam Novel Sang Guru Karya Gerson Poyk ... 182

4.4.4 Relasi Tokoh Ben dengan Tokoh Lain ... 184

4.4.5 Analisis Tokoh Guru dalam Novel Sang Guru Berdasarkan Teori Psikologi Sosial (Self Adjusment) – Bonner ... 189

4.4.6 Citra Guru pada Novel Sang Guru Karya Gerson Poyk ... 192

4.5 Deskripsi dan Analisis Novel Bukan Pasar Malam Karya Pramoedya Ananta Toer ... 196

4.5.1 Sinopsis Novel Bukan Pasar Malam Karya Pramoedya Ananta Toer …. 196 4.5.2 Deskripsi dan Analisis Tokoh Guru dalam Novel Bukan Pasar Malam Karya Pramoedya Ananta Toer ... 198

4.5.3 Karakter Tokoh Ayah dalam Novel Bukan Pasar Malam Karya Pramoedya Ananta Toer ………. 204

4.5.4 Relasi Tokoh Ayah dengan Tokoh Lain ... 205

4.5.5 Analisis Tokoh Guru dalam Novel Bukan Pasar Malam Berdasarkan Teori Psikologi Individual - Alfred Adler ……… 207

4.5.6 Citra Guru pada Novel Bukan Pasar Malam Karya Pramoedya Ananta Toer ……… 211

4.6 Deskripsi dan Analisis Novel Sedimen Senja Karya SN Ratmana ... 214

4.6.1 Sinopsis Novel Sedimen Senja Karya SN Ratmana ……….. 214

4.6.2 Deskripsi dan Analisis Tokoh Guru dalam Novel Sedimen Senja Karya SN Ratmana ……… 215

(4)

viii

4.6.4 Relasi di antara Tokoh dalam Novel Sedimen Senja ... 227

4.6.5 Analisis Tokoh Guru dalam Novel Sedimen Senja Berdasarkan Teori Frustasi - Floyd L. Ruch ... 230

4.6.6 Citra Guru pada Novel Sedimen Senja Karya SN Ratmana ... 238

4.7 Deskripsi dan Analisis Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata ... 246

4.7.1 Sinopsis Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata ... 246

4.7.2 Deskripsi dan Analisis Tokoh Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata ... 251

4.7.3 Karakter Tokoh Bu Muslimah dan Pak Harfan dalam Novel Laskar Pelangi ... 258

4.7.4 Relasi Tokoh Guru dengan Tokoh Lain ... 262

4.7.5 Analisis Tokoh Guru dalam Novel Laskar Pelangi Berdasarkan Teori Humanistik Abraham Maslow ... 265

4.7.6 Citra Guru pada Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata ... 269

4.8 Pembahasan Representasi Citra Guru dalam Tujuh Novel Indonesia Modern Pascaproklamasi Kemerdekaan ... 271

4.8.1 Novel Bertokoh Guru ... 271

4.8.2 Kepribadian Guru yang Direpresentasikan dalam Tujuh Novel Indonesia Modern Pascaproklamasi Kemerdekaan ... 272

4.8.3 Kondisi Kejiwaan Guru yang Direpresentasikan dalam Tujuh Novel Indonesia Modern Pascaproklamasi Kemerdekaan ... 277

4.8.4 Representasi Citra Guru dalam Tujuh Novel Indonesia Modern Pascaproklamasi Kemerdekaan ... 297

4.8.5 Representasi Citra Guru berdasarkan Peran dan Fungsi Guru ... 333

4.9 Kegiatan Pembelajaran Novel Berdasarkan Tinjauan Psikologi Sastra .... 335

4.91 Hakikat Pembelajaran Sastra ... 335

4.9.2 Apresiasi Sastra (Novel) ... 338

4.9.3 Fungsi Sastra dan Manfaat Apresiasi Sastra ... 339

4.9.4 Pendekatan Didaktis dalam Mengapresiasi Sastra ... 340

4.9.5 Pendekatan Psikologi Sastra dalam Mengapresiasi Novel ... 342

4.9.6 Kegiatan Pembelajaran Novel Berdasarkan Psikologi Sastra ... 343

(5)

ix

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 347

5.1 Kesimpulan ... 347

5.2 Saran ... 353

DAFTAR PUSTAKA ... 355

RIWAYAT HIDUP ... 365

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Mengapa seseorang membaca novel? Wendt (1969:vii) menjelaskan mengenai alasan-alasan mengapa seseorang membaca novel: for one thing, they're fun; to meet people; to see how people act and to see the consequences of acts (untuk

kesenangan, untuk bertemu dengan orang lain, untuk melihat bagaimana orang berperilaku dan mengetahui akibat dari perilaku tersebut). Selain untuk mengisi waktu atau mencari kesenangan, seseorang membaca novel karena bermaksud menemui orang-orang tertentu yang sulit ditemui dalam dunia nyata. Pembaca dapat menemui para pahlawan atau penjahat besar sekalipun dengan kompleksitas perilakunya. Seseorang membaca novel karena bermaksud melihat perilaku manusia dan konsekuensi dari perilaku tersebut. Pada intinya, seseorang membaca novel karena novel menceritakan tentang kehidupan manusia dengan bermacam-macam masalah dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesamanya.

(7)

sendiri yang tidak pernah langsung mengungkapkan fenomena sosial. Karya sastra dapat juga mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang kadang-kadang kurang jelas dalam masyarakat.

Selain dapat dipandang dari sisi sosial, novel juga dapat dilihat dari sisi psikologis. Novel berisi tentang kehidupan yang diwarnai oleh perilaku manusia. Novel sebagai bentuk sastra merupakan jagad realita yang di dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan diperbuat manusia atau yang disebut dengan tokoh (Siswantoro, 2005:29).

Salah satu persoalan kehidupan sosial dan individual yang terekam dalam novel adalah persoalan pendidikan. Persoalan tersebut terkait erat dengan permasalahan guru dan lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat dimaklumi karena guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang amat vital, selain komponen peserta didik, kurikulum, dan fasilitas pendidikan. Guru merupakan ujung tombak pendidikan yang kehadirannya dapat menentukan berhasil tidaknya proses pembelajaran. Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.

Dewasa ini guru masih dipandang sebelah mata oleh banyak pihak. Sejak era Orde Baru guru mendapat gelar sebagai ”pahlawan tanpa tanda jasa”. Gelar ini sekarang dipandang hanya sebagai penghargaan semu belaka karena dalam kenyataannya guru tetap saja menjadi masyarakat kelas dua. Rendahnya penghargaan terhadap guru mungkin disebabkan oleh status guru dari segi sosial dan ekonomi masih terhitung rendah. Profesi guru bukanlah profesi yang menjanjikan secara materi juga bukan profesi yang diidolakan oleh masyarakat.

(8)

kenyataan. Rekaman citra guru mungkin juga terjadi pada karya sastra sebagai gambaran kehidupan pada zamannya. Karya sastra ada dalam masyarakat. Dengan kata lain, tidak ada karya sastra tanpa masyarakat. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap guru dan bagaimana pandangan pengarang terhadap guru akan tertuang dalam karya sastra.

Guru sering juga menanggung beban harapan masyarakat yang terlalu tinggi. Adanya anggapan guru sebagai seseorang yang digugu dan ditiru menuntut guru untuk memiliki kompetensi lebih dibanding yang lain. Guru harus memiliki seperangkat aturan moral dan norma yang tidak boleh dilanggar. Dengan demikian, kondisi kejiwaan dan kepribadian guru perlu mendapat perhatian.

Karya sastra sebagai hasil penghayatan pengarang terhadap hidup, kehidupan dan masyarakat dapat menggambarkan idealisme pengarang sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Bagaimana guru digambarkan dalam karya sastra belum mendapat perhatian secara khusus dalam bentuk kajian keilmuan. Demikian pula psikologi sastra termasuk bidang keilmuan yang masih relatif baru sehingga belum banyak peneliti yang memanfaatkannya. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah penelitian bagaimana representasi citra guru di dalam karya sastra Indonesia melalui tinjauan psikologi sastra yang dapat direfleksikan sebagai nilai-nilai dalam pendidikan dan kemasyarakatan.

1.2 Pertanyaan Penelitian

1) Novel Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan apa saja yang menghadirkan citra guru?

(9)

3) Seperti apakah citra guru digambarkan dalam novel Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan berkaitan dengan status personal?

4) Seperti apakah citra guru digambarkan dalam novel Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan berkaitan dengan status profesional?

5) Seperti apakah citra guru digambarkan dalam novel Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan berkaitan dengan status sosial?

6) Seperti apakah kondisi kejiwaan guru yang direpresentasikan dalam novel Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan?

7) Seperti apakah kondisi kepribadian guru yang direpresentasikan dalam novel Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan merumuskan tentang

1) novel Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan yang menghadirkan citra guru;

2) peran yang dipegang oleh para tokoh dalam novel Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan;

3) citra guru yang digambarkan dalam novel Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan berkaitan dengan status personal;

4) citra guru digambarkan dalam novel Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan berkaitan dengan status profesional;

(10)

6) kondisi kejiwaan guru yang direpresentasikan dalam novel Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan;

7) kondisi kepribadian guru yang direpresentasikan dalam novel Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini secara teoretis, yaitu:

1) Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai citra guru Indonesia yang terdapat dalam novel-novel Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan. 2) Penelitian ini juga dapat memberikan informasi mengenai simpul-simpul yang

mempertautkan antara teks sastra Indonesia, citra guru Indonesia, dan usaha-usaha pembentukan citra guru Indonesia dalam kaitannya dengan kajian psikologi sastra.

3) Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai proses pembentukan (konstruksi) sosok guru Indonesia secara mental melalui teks sastra berdasarkan teori psikologi.

Manfaat penelitian ini secara praktis, yaitu:

1) Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan penghargaan terhadap guru baik secara pribadi maupun secara profesi.

2) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam menganalisis karya sastra berdasarkan tinjauan psikologi sastra.

(11)

1.4 Asumsi Penelitian

Perumusan masalah dan penentuan tujuan penelitian di atas didasarkan pada beberapa asumsi berikut.

1) Pencitraan terhadap guru berbeda-beda.

2) Karya sastra merupakan rekaman kondisi sosial.

3) Citra guru terpancar dalam karya-sastra yang mengangkat tokoh-tokohnya sebagai guru.

4) Kepribadian sebagai salah satu representasi citra guru merupakan salah satu kajian dalam psikologi.

1.5 Definisi Operasional

Agar maksud penelitian ini lebih jelas, perlu didefinisikan beberapa istilah atau kata kunci yang berkenaan dengan judul penelitian ini.

1) Representasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:836) diartikan sebagai perbuatan mewakili atau keadaan diwakili. Representasi citra guru pada penelitian ini adalah citra guru yang dihadirkan oleh tokoh-tokoh guru yang ada pada novel-novel Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan.

2) Citra guru adalah gambaran secara mental mengenai sosok guru yang terbentuk melalui teks sastra (novel).

(12)

pascaproklamasi kemerdekaan pada penelitian ini adalah novel yang diterbitkan setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya tahun 1945.

(13)

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yakni berusaha mengungkap fakta-fakta mengenai tokoh guru yang terdapat dalam teks sastra (prosa) berbentuk novel Indonesia modern dan berusaha mengungkap perilaku dan kepribadian tokoh guru dengan bingkai teori psikologi. Usaha pendeskripsian atas fakta yang tergali atau terkumpul dilakukan secara sistematis. Artinya, fakta tidak sekadar diberi uraian, tetapi terlebih dahulu dipilah-pilah menurut klasifikasi, diberi interpretasi berdasarkan kriteria tinjauan psikologi, dan melakukan refleksi.

3.2 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua instrumen, yakni:

1) instrumen berbentuk kartu data dari tujuh novel yang dianalisis berkaitan dengan penokohan;

2) instrumen berupa peneliti, posisi ini tidak dapat dihindari karena kegiatan pengumpulan data tidak dapat dilakukan melalui perantara atau sarana lain.

3.3 Sumber Data

(14)

Dengan demikian, sumber data dipilih yang representatif dalam arti menurut keperluan, kecukupan, kemendalaman, kememadaian, dan kemenyeluruhan deskripsi citra guru Indonesia di dalam novel-novel Indonesia. Atas dasar hal ini ditetapkan novel-novel berikut: Jalan Tak ada Ujung karya Mochtar Lubis (1952), Bu Guru Dwisari karya Umar Nur Zain (1982), Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini (1988),

Sang Guru karya Gerson Poyk (1993), Bukan Pasar Malam karya Pramoedya

Ananta Toer (2003), Sedimen Senja karya SN Ratmana (2006), Laskar Pelangi karya Andrea Hirata (2006).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi atau kajian kepustakaan, dalam hal ini kajian terhadap teks-teks novel Indonesia. Secara hermeneutis, kajian kepustakaan ini dilakukan dengan penghayatan secara langsung dan pemahaman arti secara rasional. Untuk melaksanakan hal tersebut dikembangkan rambu- rambu studi dokumentasi yang berfungsi sebagai instrumen penelitian. Teknik studi dokumentasi direalisasikan atau diterapkan dengan tiga langkah berikut ini:

1) Peneliti membaca sekritis-kritisnya, secermat-cermatnya, dan seteliti-telitinya seluruh sumber data teks novel-novel Indonesia yang ada. Pembacaan secara hermeneutis ini dimaksudkan untuk memahami dan memiliki kembali makna yang terdapat di dalam sumber data.

2) Peneliti membaca secara berkesinambungan dan berulang-ulang seluruh sumber data teks novel-novel Indonesia.

(15)

lanjut. Penandaan ini disesuaikan dengan sumber data. Dengan ketiga langkah tersebut diharapkan dapat diperoleh data penghayatan dan pemahaman arti secara mendalam dan mencukupi.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dikerjakan dengan langkah sebagai berikut:

1) membaca secara kritis dan mendalam setiap novel yang dijadikan sampel; 2) menganalisis perwatakan tokoh guru setiap novel berdasarkan data yang

mendukung;

3) mengelompokkan data berdasarkan aspek-aspek yang dianalisis disertai pengkodean data;

4) menganalisis perwatakan tokoh guru berdasarkan teori psikologi yang sesuai; 5) membuat rekonstruksi citra guru berdasarkan analisis data;

6) mengambil simpulan; 7) melakukan refleksi.

3.6 Pengujian Keabsahan Data

(16)

3.7 Paradigma Penelitian

NOVEL INDONESIA MODERN

TOKOH-TOKOH GURU

REPRESENTASI CITRA GURU

(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dalam karya sastra Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik sebagai tokoh utama maupun sebagai tokoh sampingan. Novel-novel tersebut berjudul Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis, Bu Guru Dwisari karya Umar Nur Zain, Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini, Sang Guru karya Gerson Poyk, Bukan Pasar Malam karya Pramoedya Ananta Toer, Sedimen Senja karya SN

Ratmana, dan Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

Kondisi kejiwaan guru yang direpresentasikan dalam novel Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan secara keseluruhan menunjukkan kondisi kejiwaan yang bermacam-macam. Setiap individu memiliki kondisi psikologis yang berbeda sesuai dengan prinsip dan orientasinya dalam menjalani kehidupan baik secara personal, profesional, maupun sosial. Sifat-sifat manusia berupa rasa iri hati, frustasi, kecewa, cemas, dan takut merupakan sifat bawaan yang bisa terjadi pada siapapun termasuk pada guru. Reaksi individu dalam menanggapi permasalahan pun sangat dipengaruhi oleh caranya berpikir dan melakukan persepsi serta membuat interpretasi.

(18)

yang superior dan banyak dipuja. Kehadirannya dalam fiksi secara sempurna belum menjamin dapat hadir pula secara sempurna dalam realitas. Lain halnya dengan tokoh yang sikap positif dan sikap negatifnya tergambarkan keduanya membuat kehadiran tokoh tersebut tampil secara wajar dalam novel.

Representasi citra guru dalam tujuh novel Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan berkaitan dengan status personal secara lengkap digambarkan pada novel Bu Guru Dwisari dan Pertemuan Dua Hati. Status personal itu berupa harga diri, visi, komitmen, keyakinan diri, aspirasi, dan jati diri. Pada novel Sang Guru ada empat aspek status personal berupa harga diri, visi, komitmen, keyakinan diri, sedangkan aspek aspirasi dan jati diri tidak dinyatakan secara tekstual melainkan secara implisit. Pada novel Lasakar Pelangi digambarkan lima aspek status personal berupa visi, komitmen, keyakinan diri, aspirasi, dan jati diri. Tidak ditemukan secara tekstual aspek harga diri. Tiga aspek status personal digambarkan pada novel Bukan Pasar Malam berupa aspek harga diri, visi, aspirasi, dan Sedimen Senja berupa harga

diri, visi, dan jati diri. Adapun pada novel Jalan Tak Ada Ujung hanya ada dua status personal berupa aspek harga diri dan visi secara implisit.

(19)

Representasi citra guru digambarkan dalam tujuh novel Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan berkaitan dengan status profesional tampak hampir secara lengkap pada novel Bu Guru Dwisari berupa aspek tanggung jawab, otonomi, akuntabilitas, kompetensi, pengetahuan, penelitian guru, publikasi, managemen partisipatif. Sedangkan aspek organisasi profesi tidak ditemukan secara tekstual. Dan pada novel Pertemuan Dua Hati berupa aspek tanggung jawab, otonomi, akuntabilitas, kompetensi, pengetahuan, penelitian guru, dan publikasi namun aspek organisasi profesi dan managemen partisipatif tidak ditemukan secara tekstual. Pada novel Laskar Pelangi terdapat lima aspek status professional berupa aspek tanggung jawab, otonomi, akuntabilitas, kompetensi, pengetahuan. Pada novel Sedimen Senja hanya dua aspek berupa, otonomi dan kompetensi. Pada novel Jalan Tak Ada Ujung dan Bukan Pasar Malam masing-masing satu aspek berupa tanggung jawab. Sedangkan pada novel Sang Guru tidak tampak status profesional secara eksplisit dalam teks.

Dapat disimpulkan, status profesional tampak dengan jelas dan tampil hampir secara lengkap pada novel yang dengan sengaja menampilkan kehidupan tokoh guru secara tematis seperti yang tampak pada novel Bu Guru Dwisari dan novel Pertemuan Dua Hati. Pada novel Sang Guru meskipun judulnya jelas mengenai guru

tidak menggambarkan status profesional secara tekstual. Status profesional ini tergantung pada sisi kehidupan mana yang akan dihadirkan oleh pengarang pada penokohan.

(20)

mengingat Bu Dwi merupakan sosok guru ideal yang tidak berorientasi secara materi. Berbeda dengan pada novel Pertemuan Dua Hati status sosial Bu Suci tampak pada aspek material karena Bu Suci lebih menekankan sikap profesionalisme juga harus terukur secara materi. Orientasi materi di samping idealisme menyebabkan aspek gaji, standar kerja minimum, kesejahteraan dan insentif tambahan ketiganya muncul secara lengkap serta dalam aspek nonmateri hanya berupa aspek kerja sama. Pada novel Jalan Tak Ada Ujung status sosial yang tampak pada aspek nonmateri yakni, aspek pengakuan masyarakat, kerja sama dan kepemimpinan sedangkan aspek material tidak tampak secara tekstual dalam pengertian yang positif melainkan keadaan yang sebaliknya. Adapun empat novel lainnya Sang Guru, Bukan Pasar Malam, Sedimen Senja, dan Laskar Pelangi tidak tampak status sosial baik secara materi maupun nonmateri.

Dapat disimpulkan, representasi citra guru secara status sosial pada novel Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan secara materi masih menunjukkan status ekonomi rendah karena konflik yang terjadi dalam cerita lebih banyak disebabkan oleh kesulitan hidup yang disebabkan oleh sulitnya menopang penghidupan. Adapun secara nonmateri status sosial guru mendapat penghargaan dan penghormatan serta memiliki harkat dan martabat. Dalam segi kemasyarakatan profesi guru dipandang layak mendapat kepercayaan dalam memimpin kegiatan-kegiatan di masyarakat. Selain itu dalam hal kerja sama antarwarga masyarakat profesi guru sering mendapat prioritas untuk menempati jabatan tertentu.

(21)

perasaan takut dan cemas disertai mimpi-mimpi buruk yang terjadi pada Guru Isa dapat dijelaskan dengan teori Psikoanalisis–Freud berupa peranan id, ego dan superego dalam menyeimbangkan emosi-emosi dilengkapi dengan pertahanan diri berupa represi.

Untuk memahami kondisi psikologis Bu Guru Dwi dalam novel Bu Guru Dwisari digunakan teori Psikologi Humanistik-Maslow. Bu Dwi merupakan sosok

guru ideal yang memiliki ciri-ciri orang yang mengembangkan diri secara optimal dalam bentuk aktualisasi diri. Semua ini dapat teraktualisasikan karena kebutuhan-kebutuhan lainnya telah terpenuhi oleh Bu Dwi. Di samping itu sebagai guru Bu Dwi memiliki kesehatan mental sehingga idealisme dan prinsip hidupnya dapat mendukung profesi guru dijalani dengan pelayanan secara maksimal.

Untuk memahami kondisi psikologis Bu Suci dalam novel Pertemuan Dua Hati digunakan teori Kognitif. Hal ini dilakukan mengingat Bu Suci berperan

sebagai pelaku pertama dan utama dengan sudut penceritaan pengarang sebagai orang pertama dengan gaya aku-an. Dengan demikian pada saat penceritaan unsur pikiran Bu Suci sangat dominan. Bu Suci mengolah dan menginterpretasikan masalah yang dihadapi sehingga dia memiliki peluang untuk menentukan sikapnya sebagai guru yang harus bertindak profesional dilandasi oleh perasaan kasih sayang dan perhatian. Bu Suci menghayati profesi guru dilandasi rasa syukur dan ikhlas.

(22)

guru yang tidak menjamin secara ekonomi pun dapat dijelaskan melalui teori tersebut.

Untuk memahami kondisi psikologis ayah dalam novel Bukan Pasar Malam digunakan Psikologi Individual teori kepribadian Alfred Adler. Ayah memiliki kepribadian yang unik yang didasari oleh prinsip yang kuat dan orientasi hidup yang jelas. Profesi guru yang dipilih pun merupakan sebuah strategi dalam mewujudkan cita-citanya menjadi nasionalis. Perhatian ayah yang besar terhadap masyarakat dan kepentingan orang lain dapat dijelaskan dengan teori tersebut.

Untuk memahami kondisi psikologis Hermiati, Rustamadji dan Suyono dalam novel Sedimen Senja digunakan Teori Frustasi Floyd L.Ruch. Tokoh-tokoh dalam novel ini mengalami frustasi akibat jalinan hubungan cinta segitiga di antara mereka. Kejadian-kejadian yang dialami tokoh yang mengalami kekecewaan akibat keinginannya tidak terpenuhi dan usaha mengatasi permasalahannya dapat dijelaskan secara psikologis dengan teori tersebut.

Untuk memahami kondisi psikologis Bu Muslimah dan Pak Harfan dalam novel Laskar Pelangi digunakan Psikologi Humanistik Maslow. Sama halnya dengan tokoh Bu Dwi, tokoh Bu Muslimah dan Pak Harfan mewakili sosok guru ideal sehingga aktualisasi diri mereka pun tampak dengan jelas pada novel Laskar Pelangi meskipun mereka hanya berperan sebagai tokoh sampingan. Kondisi psikologis Bu Muslimah dan Pak Harfan dapat dijelaskan melalui teori tersebut.

(23)

5.2 Saran

Psikologi sastra merupakan kajian baru dalam penelitian sastra dan belum banyak mendapat perhatian para peneliti. Pada penelitian ini, peneliti harus membekali diri dengan teori sastra dan teori psikologi sebelum memulai penelitian. Penelitian ini pun mensyaratkan teori-teori psikologi sebagai bagian dari perangkat analisis. Oleh karena itu, penguasaan terhadap teori sastra dan teori psikologi sangatlah penting. Pemanfaatan teori psikologi sebagai alat untuk memahami karakter tokoh secara mendalam harus disesuaikan dengan kecenderungan karakter, watak, dan gejala psikologis yang tampak pada tokoh.

Di dalam penelitian ini terdapat kelemahan dalam hal banyaknya novel yang harus dianalisis. Analisis terhadap satu novel akan lebih baik hasilnya dibandingkan analisis terhadap banyak novel. Analisis akan lebih terfokus dan mendalam dengan menerapkan teori psikologi yang sesuai dan tepat untuk menguraikan karakter tokoh sebagai cerminan sifat dan watak manusia.

Selama ini analisis secara struktural lebih banyak mengungkapkan sifat dan watak tokoh dalam penokohan dan karakterisasi secara sepintas saja. Misalnya hanya menyebutkan watak tokoh itu baik atau jahat, suka iri, sombong, mudah marah, dan lain-lain. Setelah dicoba menganalisis watak tokoh berdasarkan teori psikologi tertentu ternyata banyak hal yang dapat diungkapkan. Yang lebih menarik lagi sifat-sifat yang dimiliki oleh tokoh dapat dijelaskan secara rinci berdasarkan teks sastra dan teori psikologi. Demikian pula sikap-sikap tokoh yang negatif dapat dijelaskan secara lengkap penyebabnya dengan teori psikologi untuk memahami perilaku tersebut.

(24)
(25)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2007. Analisis Eksistensial: Sebuah Pendekatan Alternatif untuk Psikologi dan Psikiatri. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Allen, P. 2004. Membaca, dan Membaca Lagi. Magelang: Indonesiatera.

Aminuddin.1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press

Aminuddin.2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Anees, Bambang Q. dan Adang Hambali. 2008. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Arismantoro (ed.). 2008. Tinjauan Berbagai Aspek Character Building. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.

Baharuddin. 2007. Psikologi Pendidikan, Refleksi Teoretis terhadap Fenomena. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Barrows, Kate. 2003. Iri Hati: Seri Gagasan Psikoanalisis. Yogyakarta: Pohon Sukma.

Berry, Ruth. 2001. Freud: Seri Siapa Dia? Jakarta: Erlangga.

Boeree, C. George. 2008. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Prismasophie.

Card, Orson scott. 2005. Penokohan dan Sudut Pandang: Mencipta Sosok Fiktif yang Memikat dan Dipercaya Pembaca. Bandung: Mizan Learning Center (MLC).

Clayton, John J. 1992. The Heath Introduction to Fiction (Fourth Edition). Toronto: D.C. Heath and Company.

(26)

Damono, Sapardi Djoko. 1993. "Sastra dan Pendidikan", Makalah Seminar Internasional Sastra, Film, dan Pendidikan. Fak. Sastra Universitas Indonesia. Damono, Sapardi Djoko. 2002 . Pedoman Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta: Pusat

Bahasa.

Darma, B. 1984. Sejumlah Esei Sastra. Jakarta: Karya Unipress.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Djojosuroto, Kinayati dan M.L.A. Sumaryati. 2000. Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan Sastra. Bandung: Nuansa Cendikia.

Djojosuroto, Kinayati. 2006. Analisis Teks Sastra dan Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka.

Dwiloka, B. dan Rati R. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta Eagleton, T. 2006. Teori Sastra: Sebuah Pengantar Komprehensif. Terjemahan oleh

Widyawati. Yogyakarta: Jalasutra.

Eddy, Nyoman Tusthi. 1991. Kamus Istilah Sastra. Ende Flores: Nusa Indah.

Emanuel, Ricky. 2003. Kegelisahan: Seri Gagasan Psikoanalisis. Yogyakarta: Pohon Sukma.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra, Epistemologi, Model, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Endraswara, Suwardi. 2005. Metode dan Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Buana Pustaka.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Psikologi Sastra: Teori, Langkah dan Penerapannya.. Yogyakarta: Media Pressindo.

Eneste, Pamusuk. (ed.). 1982. Proses Kreatif: Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang. Jakarta: Gramedia.

(27)

Fokkema, D.W. dan E. Kunne-Ibsch. 1998. Teori Sastra Abad Kedua Puluh. Terjemahan Praptadiharja. Jakarta: Gramedia.

Forster, E.M. 1974. Aspect of The Novel. London: William Clowes & Sons.

Freud, Sigmund. 1986. Sekelumit Sejarah Psikoanalisa Alih bahasa oleh K. Bertens. Jakarta: Gramedia.

Fudyartanta, RBS. 2005. Psikologi Kepribadian Freudianisme.Yogyakarta: Zenith. Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran Sastra Indonesia Respon dan Analisis. Jakarta:

Depdikbud.

Georges, Robert A. and Michael O. Jones. 1980. People Studying People: The Human Element in Fieldwork. London: University of California Press.

Gerungan, W.A.2004. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Graham, Helen.2005. Psikologi Humanistik dalam Konteks Sosial, Budaya dan Sejarah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Haber, Audrey and Richard P. Runyon. 1984. Psychology of Adjustment. Illinois: The Dorsey Press.

Hamalik, Oemar. 2006. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hardjana, A. 1985. Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia Harland, R. 2006. Superstrukturalisme. Yogyakarta: Jalasutra.

Hartoko, Dick dan B. Rahmanto.1998. Kamus Istilah Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Hasanudin, D.R. dan Tedi R. 2006. Budaya, Bahasa, Semiotika. Bandung: Balatin

Pratama.

Hirsch, Nicola Abel. 2003. Eros: Seri Gagasan Psikoanalisis. Yogyakarta: Pohon Sukma.

Hoerip, S. 1982. Sejumlah Masalah Sastra. Jakarta: Sinar Harapan.

Holmes, Jeremy. 2003. Narsisisme: Seri Gagasan Psikoanalisis. Yogyakarta: Pohon Sukma.

(28)

Jabrohim(ed.).1994. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jabrohim(ed.). 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.

Jarvis, Matt. 2009. Teori-teori Psikologi: Pendekatan Modern untuk Memahami Perilaku, Perasaan dan Pikiran Manusia. Bandung: Nusa Media.

John, Alfred.1995. How to Develop a Powerful Personality. Malaysia: Crescent News (K.L) SDN.BHD.

Julian M., James dan John Alfred. 2008. Belajar Kepribadian (The Accelerated Learning for Personality). Yogyakarta: Pustaka Baca!

Junus, Umar. 1985. Resepsi Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia.

Junus, Umar. 1988. Karya sebagai Sumber Makna. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Kartono, Kartini.1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju. Kartono, Kartini. 2005. Teori Kepribadian. Bandung: Mandar Maju. Keraf, G. 2000. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Kennedy, Roger. 2003. Libido: Seri Gagasan Psikoanalisis. Yogyakarta: Pohon Sukma.

Kleden, I. 2004. Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan. Jakarta: Grafiti. Khan, Inayat. 2000. Dimensi Spiritual Psikologi. Bandung: Pustaka Hidayah.

Koesoema A, Doni. 2009. Pendidik Karakter di Zaman Keblinger: Mengembangkan Visi Guru sebagai Pelaku Perubahan dan Pendidik Karakter. Jakarta: Grasindo.

Koeswara, E.1987. Psikologi Eksistensial, Suatu Pengantar. Bandung: Eresco. Kohlberg, L. 1995. Tahap-Tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta: Kanisius. Knott, William C. 1983. The Craft of Fiction (Third Edition). Virginia: reston

(29)

Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Luxemburg, Jan van. dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Terjemahan oleh Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia.

Luxemburg, Jan van. dkk. 1991. Tentang Sastra. Terjemahan oleh A. Ikram. Jakarta: Intermasa.

Mahayana, Maman S. dkk. 1992. Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern. Jakarta: Gramedia.

Mahayana, M. S. 2005. Sembilan Jawaban Sastra Indonesia: Sebuah Orientasi Kritik. Jakarta: Bening Publishing.

Mahayana, M. S. 2007. Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Mar’at, Samsunuwiyati dan Lieke Indieningsih Kartono. 2006. Perilaku Manusia: Pengantar Singkat tentang Psikologi. Bandung: Refika Aditama.

Milner, Max. 1992. Freud dan Interpretasi Sastra. Jakarta: Intermasa.

Minderop, A. 2005. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor. Misiak, Henryk dan Virginia Staudt Sexton. 2005. Psikologi Fenomenologi

Eksistensial dan Humanistik: Suatu Survei Historis. Bandung: Refika Aditama.

Moesono, Anggadewi (ed.) 2003. Psikoanalisis dan Sastra. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia.

Moody, H.L.B. 1988. Metode Pengajaran Sastra (Saduran bebas B. Rahmanto). Yogyakarta: Kanisius.

Moore, T.W. 1982. Philosophy of Education An Introduction. London: Routledge and Kegan Paul.

(30)

Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Music, Graham. 2003. Emos dan Afeksi: Seri Gagasan Psikoanalisis. Yogyakarta: Pohon Sukma.

Musthafa, Bachrudin. 2008. Teori dan Praktik Sastra dalam Penelitian dan Pengajaran. Jakarta: New Concept English Education Centre dan SPS UPI.

Naim, Ngainun. 2009. Menjadi Guru Inspiratif: Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Natawidjaja, P. S. 1986. Apresiasi Stilistika. Jakarta: Intermasa.

Notosoedirdjo, Moeljono dan Latipun. 2007. Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapannya. Malang: UMM Press.

Nurdin, Muhamad. 2008. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Nurgiantoro, Burhan.1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: Grasindo.

Osborne, Richard. 2000. Freud untuk Pemula. Yogyakarta: Kanisius.

Pajaczkowska, Claire. 2003. Penyimpangan: Seri Gagasan Psikoanalisis. Yogyakarta: Pohon Sukma.

Pradopo, Rachmat Djoko.1995. Beberapa Teori Sastra, Metode, Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia. Yogyakarta: Gama Media. Purwanto, M. Ngalim.1991. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rajabi, Mahmoud. 2006. Horison Manusia. Jakarta: Al-Huda.

Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(31)

Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural Studies, Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, N.K. 2007. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rokhman, Muh. Arif dkk.2003. Sastra Interdispliner, Menyandingkan Sastra dan Displin Ilmu Sosial. Yogyakarta: Qalam.

Ruthven, K.K. 1979. Critical Assumptions. London: Cambridge University.

Sabarguna, Boy S. 2006. Analisis Data pada Penelitian Kualitatif. Jakarta: UI-Press. Sachri, A. 2006. Estetika Makna, Simbol, dan Daya. Bandung: Penerbit ITB.

Safaria, T. 2005. Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak. Yogyakarta: Amara Books.

Sardjono, Partini.1992. Pengantar Pengkajian Sastra. Bandung: Yayasan Pustaka Wina.

Sarumpaet, R.K.T. (ed.). 2002. Sastra Masuk Sekolah. Magelang: Indonesia Tera. Sarwadi.2004. Sejarah Sastra Indonesia Modern.Yogyakarta: Gama Media. Saryono, Djoko. 2009. Dasar Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Elmatera Publishing. Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media. Scholes, R. 1975. Structuralism Literature. New Haven & London: Yale University

Press.

Segal, Julia. 2003. Fantasi: Seri Gagasan Psikoanalisis. Yogyakarta: Pohon Sukma. Segers, Rien. T. 2000. Evaluasi Teks Sastra. Yogyakarta: Adicita.

Selden, R. 1989. Practising Theory and Reading Literature an Introduction. New York: Harvester Wheatsheaf.

Selden, R. 1991. Panduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(32)

Singh, Kalu. 2003. Sublimasi: Seri Gagasan Psikoanalisis. Yogyakarta: Pohon Sukma.

Siswantoro. 2005. Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologis. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Siswantoro, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.

Sjarkawi. 2008. Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi Aksara.

Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Soedarsono, Soemarno. 2007. Hasrat untuk Berubah: Jati Diri Refleksi Empiris. Jakarta: Elex Media Komputindo-Gramedia.

Soedarsono, Soemarno. 2008. Membangun Kembali Jati Diri Bangsa: Peran Penting Karakter dan Hasrat untuk Berubah. Jakarta: Elex Media Komputindo-Gramedia.

Soeroso,dkk. 2009. Kritik Sastra. Yogyakarta: Elmatera Publishing.

Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Soewandi, A.M. Slamet (ed.) Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah: Berdasarkan Pendekatan Komunikatif. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Somad, Abdul. 2009. Tentang Guru. Bandung: Alqa Print. Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjiman, P. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sudjiman, P dan Aart van Z. (ed.). 1992. Serba-serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia. Sudjiman, P. 1993. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Grafiti.

Sugiharti, Bambang (ed.). 2008. Humanisme dan Humaniora: Relevansinya bagi Pendidikan. Yogyakarta: Jalasutra.

(33)

Sugiono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhendar,M.E. dan Pien Supinah. 1993. Pendekatan Teori, Sejarah, dan Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung: Pionir Jaya.

Sumardjo, Jacob. dan Saini K.M. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Sumardjo, Jacob. 1992. Lintasan Sastra Indonesia Modern, Jilid 1. Bandung: Citra

Aditya Bakti.

Sumardjo, Endro dkk. 2004. Mengembalikan Wibawa Guru. Jakarta: Balai Pustaka. Suparlan. 2006. Guru sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat.

Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget.Yogyakarta: Kanisius.

Supratiknya, A.1993. Psikologi Kepribadian 1: Teori-teori Psikodinamik Klinis. Yogyakarta: Kanisius.

Supratiknya,A.1993. Psikologi Kepribadian 2: Teori-teori Holistik (Organismik-Fenomenologis).Yogyakarta: Kanisius.

Supratiknya,A.1993. Psikologi Kepribadian3: Teori-teori Sifat dan Behavioristik.Yogyakarta: Kanisius.

Supriadi, Dedi. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Suwondo, Tirto. 2003. Studi Sastra, Beberapa Alternatif. Yogyakarta: Hanindita

Graha Widia.

Suyitno. 2009. Kritik Sastra. Surakarta: UNS Press.

Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syamsuddin AR dan Vismaia S.D. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung Remaja Rosdakarya.

(34)

Teeuw, A. 1989. Sastra Indonesia Modern I. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Teeuw, A. 1991. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Todorov, T. 1985. Tata Sastra. Jakarta: Djambatan.

Tompkins, J. P. (ed.). 1983. Reader Response Criticism. Baltimore: The John Hopkins University Press.

Tirtawirya, Putu Arya. 1983.Apresiasi Puisi dan Prosa. Ende Flores: Nusa Indah. Usman, Moh. Uzer. 1990. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wahab, A. 1991. Isu Linguistik Pengajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Airlangga

University Press.

Wellek, Rene & Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Wijaya, Cece & A. Tabrani Rusyan. 1991. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses

Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wilcox, Lynn. 2006. Personality Psychotherapy: Perbandingan dan Praktik Bimbingan Konseling Psikoterapi Kepribadian Barat dan Sufi. Yogyakarta: IRCiSoD.

Wiyatmi.2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.

Yudiono K.S. 2007. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2007. Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yuwono, Untung. 2007.Gerbang Sastra Indonesia Klasik. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Zaimar, O.K.S. 2002. “Telaah Semiotik dalam Karya Sastra” dalam Semiotik Kumpulan Makalah Seminar. Jakarta: Lembaga Penelitian UI.

Zain, Umar Nur.1982. Bu Guru Dwisari. Jakarta: Sinar Agape Press.

Zaviera, Ferdinand.2007. Teori Kepribadian Sigmund Freud. Yogyakarta: Prismasophie.

Referensi

Dokumen terkait

penelitian dengan judul “ Konflik Batin Tokoh Rinai Dalam Novel Rinai, Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Terhadap Pembelajaran Sastra”. Rumusan Masalah. Berasarkan

Konflik batin tokoh utama dalam novel Bidadari Tak Bersayap karya. Budi Satrio tinjauan

batin yang dialami tokoh utama Laras dalam novel Sang Dewi karya. Moammar Emka yang diterbitkan oleh Gagasmedia yang berjumlah

Berdasarkan analisis psikologi sastra, konflik batin tokoh utama dalam novel Pusparatri karya Nurul Ibad meliputi: (1) konflik mendekat-menjauh, yaitu konflik batin

Berdasarkan analisis psikologi sastra, konflik batin tokoh utama dalam novel Pusparatri karya Nurul Ibad meliputi: (1) konflik mendekat-menjauh, yaitu konflik batin

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan alur, latar, karakteristik tokoh dan konflik batin yang dialami tokoh Setadewa, serta implementasi dalam pembelajaran sastra

Penelitian novel tersebut akan difokuskan kepada sisi psikologis lima tokoh wanita yang mengalami stres pasca-trauma yang disebabkan oleh peristiwa traumatik yang dialami Marni

GAMBARAN PEMIKIRAN MODERN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI KAKI BUKIT CIBALAK KARYA AHMAD TOHARI: ANALISIS..