• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN TUGAS CREATIVE MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN KREATIVITAS MATEMATIK SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN TUGAS CREATIVE MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN KREATIVITAS MATEMATIK SISWA."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PENGARUH PEMBERIAN TUGAS CREATIVE MIND MAP SETELAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN KREATIVITAS MATEMATIK SISWA

(Penelitian eksperimen terhadap siswa kelas VII Salah Satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

oleh

WAHYU HANDINING TYAS

0902050

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGARUH PEMBERIAN TUGAS CREATIVE MIND MAP SETELAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN KREATIVITAS SISWA

Oleh

Wahyu Handining Tyas

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Wahyu Handining Tyas 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

WAHYU HANDINING TYAS

PENGARUH PEMBERIAN TUGAS CREATIVE MIND MAP SETELAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN KREATIVITAS MATEMATIK SISWA

(Penelitian eksperimen terhadap siswa kelas VII Salah Satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung Barat)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I,

Prof. Dr .H. Darhim, M.Si.

NIP. 195503031980021002

Pembimbing II,

Dr. Hj. Aan Hasanah, M.Pd.

NIP. 197006162005012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

Drs. Turmudi M.Ed.,M.Sc.,Ph.D.

(4)

ABSTRAK

Wahyu Handining Tyas (0902050). Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kreativitas Matematik Siswa

Penelitian ini mengkaji tentang “Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kreativitas Matematik Siswa”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen menggunakan desain kelompok kontrol pretes-postes (pretes-postes control group design). Subyek dari penelitian ini adalah kelas VII F sebagai kelas eksperimen dan VII E sebagai kelas kontrol. Pembelajaran di kelas eksperimen dilakukan dengan pemberian tugas creative mind map setelah pembelajaran, sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran secara konvensional. Instrumen dalam penelitian ini meliputi seperangkat alat tes dan angket. Seperangkat alat tes tersebut meliputi soal-soal pretes dan postes mengenai kemampuan koneksi dan kreativitas matematik, sedangkan angket digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pemberian tugas creative mind map. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pemberian tugas creative mind map secara signifikan memiliki peningkatan kemampuan koneksi dan kreativitas matematik yang lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional. Peningkatan berdasarkan rata-rata indeks gain kelas eksperimen peningkatannya berada pada interpretasi sedang, baik pada kemampuan koneksi maupun kreatvitas matematiknya. Sementara itu, hasil pengolahan angket menunjukkan bahwa hampir seluruhnya siswa memberikan sikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan pemberian tugas creative mind map setelah pembelajaran matematika.

Kata kunci :koneksi dan kreativitas matematik,creative mind map,konvensional.

ABSTRACT

This research discusses about "The Effect of Creative Mind Map - Task to Enhance Student’ Mathematical Connection and Creativity Ability". The study used quasi-experimental method using pretes-posttes control group design. This study was conducted at one of State Junior High School in West – Bandung District. Instruments of this study involve two types namely test (to evaluate connection and creativity ability) and non-test (to observe students’ respons toward Task of Creativity Mind Map). The result of this resaerch showed that the entrancement of students’ mathematical connection and creativity ability who obtained Task of Creative Mind Map better than who obtained conventional. The result of questionnaire showed that generaly students’ responses toward task of creative mind map were positive.

(5)

v

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

2. Kemampuan Koneksi Matematika ... 8

3. Kemampuan Kreativitas Matematika ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Koneksi Matematika ... 9

B. Kemampuan Kreativitas ... 10

C. Kreativitas dalam Pembelajaran Matematika ... 13

D. Mind Map dan Creative Mind Map ... 14

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 16

F. Hipotesis ... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 18

B. Subjek Penelitian ... 18

C. Variabel Penelitian ... 19

D. Instrumen Penelitian ... 19

E. Perangkat Pembelajaran ... 25

F. Prosedur Penelitian ... 26

(6)

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 38

1. Analisis Data Kuantitatif ... 38

2. Analisis Data Kualitatif ... 57

B. Pembahasan ... 70

1. Kemampuan Koneksi dan Kreativitas Matematik ... 70

2. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran dengan Pemberian Tugas Creative Mind Map setelah Pembelajaran Matematika ... 71

3. Hasil Creative Mind Map Siswa... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN ... 77

(7)

vii

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Koefisien Korelasi ... 21

Tabel 3.2 Hasil koefisien Korelasi Butir Soal ... 21

Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas ... 22

Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 23

Tabel 3.5 Hasil Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 23

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ... 24

Tabel 3.7 Hasil Daya Pembeda Tiap Butir Soal ... 24

Tabel 3.8 Klasifikasi Indeks Gain (g) ... 33

Tabel 3.9 Sistem Penilaian Angket ... 36

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Data Pretes Koneksi ... 39

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Koneksi ... 40

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Pretes Koneksi ... 41

Tabel 4.4 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Data Pretes Koneksi ... 43

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Data Posttes Koneksi... 43

Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Data Indeks Gain Koneksi ... 44

Tabel 4.7 Interpretasi Peningkatan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 44

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Indeks Gain Koneksi ... 46

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Indeks Gain Koneksi ... 47

Tabel 4.10 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Indeks Gain Koneksi ... 48

Tabel 4.11 Statistik Deskriptif Data Pretes Kreativitas ... 49

Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kreativitas ... 50

Tabel 4.13 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Data Pretes Kreativitas ... 51

Tabel 4.14 Statistik Deskriptif Data Posttes Kreativitas ... 52

(8)

viii

Tabel 4.16 Interpretasi Peningkatan Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol... 53 Tabel 4.17 Hasil Uji Normalitas Data Indeks Gain Kreativitas ... 54 Tabel 4.18 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Indeks Gain Kreativitas

... 56 Tabel 4.19 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Indeks Gain Kreativitas ... 57 Tabel 4.20 Skor Data Angket Setiap Siswa dan Kategori Sikap

Siswa terhadap Pembelajaran dengan Pemberian Tugas Creative Mind Map setelah Pembelajaran Matematika ... 58

Tabel 4.21 Hasil Angket Respon Minat Siswa terhadap Matematika ... 59 Tabel 4.22 Hasil Angket Siswa terhadap Pembelajaran dengan

Pemberian Tugas Creative Mind Map

setelah Pembelajaran Matematika ... 60 Tabel 4.23 Hasil Angket Siswa terhadap Motivasi Belajar Matematika .... 61 Tabel 4.24 Hasil Angket Siswa terhadap Manfaat Pembelajaran dengan

Pemberian Tugas Creative Mind Map

setelah Pembelajaran Matematika ... 62 Tabel 4.25 Hasil Angket Respon Minat Siswa terhadap Soal-soal

Matematika ... 63 Tabel 4.26 Hasil Angket terhadap Manfaat Pembelajaran Matematika

(9)

ix

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Lampiran A.1 RPP Kelas Eksperimen ... 78

Lampiran A.2 RPP Kelas Kontrol ... 99

Lampiran A.3 Lembar Kegiatan Siswa Kelas Eksperimen ... 118

LAMPIRAN B Lampiran B.1 Kisi-kisi Soal Kemampuan Koneksi Matematik ... 127

Lampiran B.2 Kisi-kisi Soal Kemampuan Kreativitas Matematik ... 133

Lampiran B.3 Soal Uji Instrumen/Pretes ... 137

Lampiran B.4 Soal Posttes ... 139

Lampiran B.5 Kisi-kisi Angket ... 140

Lampiran B.6 Angket ... 141

Lampiran B.7 Lembar Observasi ... 142

LAMPIRAN C Lampiran C.1 Skor Hasil Uji Coba Instrumen Tes ... 145

Lampiran C.2 Hasil Uji Instrumen dengan ANATES Versi 4.0 ... 146

LAMPIRAN D Lampiran D.1 Data Skor Pretes, Postes dan Indeks Gain Kelas Eksperimen... 152

Lampiran D.2 Data Skor Pretes, Postes dan Indeks Gain Kelas Kontrol ... 153

Lampiran D.3 Output Analisis Data Pretes dengan SPSS versi 20.0 for windows ... 154

Lampiran D.4 Output Analisis Data Postes dengan SPSS versi 20.0 for windows ... 158

(10)

x

for windows ... 162

LAMPIRAN E Lampiran E.1 Rekapitulasi Skor Hasil Angket Setiap Siswa ... 166

Lampiran E.2 Rekapitulasi Hasil Lembar Observasi Guru ... 167

Lampiran E.3 Rekapitulasi Hasil Lembar Observasi Siswa ... 168

LAMPIRAN F Lampiran F.1 Contoh Jawaban Uji Instrumen ... 169

Lampiran F.2 Contoh Jawaban Pretes Kelas Eksperimen ... 170

Lampiran F.3 Contoh Jawaban Pretes Kelas Kontrol ... 171

Lampiran F.4 Contoh Jawaban Postes Kelas Eksperimen ... 172

Lampiran F.5 Contoh Jawaban Postes Kelas Kontrol ... 173

Lampiran F.6 Contoh Jawaban LKK Kelas Eksperimen ... 174

Lampiran F.8 Contoh Isian Lembar Observasi Guru... 180

Lampiran F.9 Contoh Isian Lembar Observasi Siswa ... 181

Lampiran F.10 Contoh Jawaban Angket Siswa ... 182

LAMPIRAN G Lampiran G.1 Surat Izin Uji Instrumen dan Izin Penelitian ... 183

Lampiran G.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Instrumen dan Penelitian ... 184

Lampiran G.3 Kartu Bimbingan ... 185

Lampiran G.4 Dokumentasi ... 186

(11)

xi

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kemajuan suatu Negara, seperti halnya di Indonesia kualitas pendidikan juga harus ditingkatkan supaya tercipta manusia yang berkualitas agar mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat di masa yang akan datang. Oleh karena itu, untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas, guru dan dosen mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat penting.

Berdasarkan pada Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu.

Berlandaskan pada sistem pendidikan nasional, maka seorang calon pendidik harus mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi dalam proses pembelajaran agar terwujud tujuan dari penyelenggaraan pembelajaran tersebut. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses pembelajaran dikelompokkan menjadi dua yaitu: faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor internal mencakup faktor fisiologis yaitu mengenai kondisi umum maupun panca indra dan faktor psikologis yang berhubungan dengan minat, kecerdasan, bakat, dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal mencakup lingkungan sosial dan faktor instrumental mengenai kurikulum, program pembelajaran, fasilitas, metode pembelajaran, ataupun pendidik.

(13)

2

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dalam menyampaikan materi pelajaran dan tidak kalah penting kondisi peserta didik itu sendiri.

Selain itu, pemerintah memberikan perhatian khusus dalam bidang pendidikan, baik dari segi proses, maupun hasil pendidikan. Menurut Wahyana (1986) dalam Kristina Eniwati (1998) proses pendidikan akan melibatkan 4 komponen yaitu : guru, siswa, kurikulum, dan lingkungan. Dari keempat komponen tersebut siswa merupakan komponen terpenting, karena siswa yang mengalami perubahan akibat terjadinya proses belajar mengajar dan menentukan hasil akhir dari proses belajar mengajar itu sendiri, sedangkan komponen-komponen yang lainnya merupakan penunjang terjadinya perubahan pada diri siswa tersebut.

Menurut para ahli psikologi kognitif, materi pelajaran yang terlupakan oleh siswa tidak benar-benar hilang dari ingatan akalnya, materi pelajaran itu masih terdapat dalam subsistem akal permanen siswa namun terlalu lemah untuk diingat kembali sehingga diperlukan sebuah alat (pendekatan belajar) yang dapat membuat sistem memori siswa berfungsi optimal dalam memproses materi pelajaran yang diberikan (Syah, 2003: 171).

Seorang calon guru harus mempersiapkan segala sesuatu yang mendukung demi kelancaran proses belajar mengajar sehingga tercipta suasana kelas yang kondusif, efektif, dan efisien. Kondisi tersebut akan mendukung siswa untuk dapat lebih berkonsentrasi dalam mengikuti proses belajar mengajar, sehingga siswa akan berprestasi dengan baik.

Depdiknas (2002) mengemukakan prinsip pembelajaran yang mesti diperhatikan dalam pembelajaran matematika. Beberapa prinsip tersebut adalah berpusat pada siswa, belajar dengan melakukan, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, serta mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.

(14)

3

tetapi aplikasinya juga pada bidang lain. Oleh karena pentingnya peranan matematika dalam kehidupan, bidang studi matematika perlu terus ditingkatkan pembelajarannnya, pemerintah dan institusi pendidikan yang terkait telah melakukan upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia, namun keluhan tentang sulitnya belajar matematika masih banyak ditemui pada pelaksanaan pembelajaran.

Peserta didik melihat pelajaran matematika sebagai pelajaran yang sulit untuk dipahami, sehingga menyebabkan peserta didik menjadi bosan bahkan bagi sebagian peserta didik melihat matematika sebagai pelajaran yang menakutkan. Kesulitan belajar matematika yang timbul tersebut tidak semata-mata karena materinya yang sulit tetapi juga karena cara atau metode pembelajaran guru yang monoton bagi siswa.

Sementara itu, sistem pembelajaran matematika pada saat ini sangat menekankan pendayagunaan keaktifan siswa dalam proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tetapi dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya dituntut aktif saja tapi juga kreativitasannya, karena kreativitas dalam pembelajaran dapat menciptakan situasi yang baru, tidak monoton, dan menarik, sehingga siswa akan lebih tertarik dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Sejauh ini pembelajaran matematika di Indonesia masih didominasi oleh pembelajaran konvensional. Pada era global sekarang ini tidak lagi memungkinkan kita memposisikan guru sebagai mahatahu dan beranggapan bahwa siswa tidak tahu atau belum tahu apa-apa sehingga perlu diberikan informasi yang dianggap perlu oleh guru. Siswa diposisikan sebagai objek, sementara guru sebagai narasumber. Siswa kurang diberi kesempatan dalam mengembangkan dan menemukan pemahamannya sendiri. Oleh karena itu, siswa menganggap bahwa belajar matematika merupakan sesuatu yang tidak berkesan atau bermakna. Akibatnya, informasi-informasi yang diberikan sulit untuk diserap, diproses dan disimpan dengan baik oleh memori siswa.

(15)

4

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kreativitas yang dimilikinya. Oleh karena itu, di desain sebuah pembelajaran dengan cara memberikan tugas membuat creative mind map setelah pembelajaran berlangsung.

Pembelajaran dengan creative mind map merupakan pembelajaran yang diarahkan kepada pendekatan yang berpusat pada siswa. Siswa dapat membangun sendiri pemahaman matematiknya setelah mereka membaca, melakukan aktivitas belajar, menyelesaikan suatu masalah, dan membuat sebuah keputusan. Pola pendekatan seperti ini diharapkan siswa memperoleh kesempatan menemukan pemahaman menggunakan kompetensi yang dimilikinya dan memberikan ruang kepada siswa untuk mengembangkan cara belajarnya.

Proses belajar mengajar tidak sekedar memorisasi dan pengulangan (recall), tidak juga penekanan pada penguasaan materi atau informasi matematik

yang diajarkan, akan tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan hayati serta diaplikasikan dalam keseharian oleh paserta didik. Sehingga siswa dapat memandang, menggali permasalahan, mencoba mencari pemecahan masalah yang berkaitan dengan matematika, disiplin ilmu lain maupun yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Kemampuan kreativitas dan koneksi belum maksimal dikembangkan pada sekolah di Indonesia. Pembelajaran matematika di sekolah cenderung hanya untuk meningkatkan nilai matematika saja tanpa memperhatikan mutu dan aspek matematika lain yang saling berhubungan. Pembelajaran seperti itu, hanya memacu otak kiri, sedangkan otak kanan yang berhubungan dengan warna, gambar, imajinasi, dan kreativitas belum digunakan secara optimal. Akibatnya siswa belum dapat menghasilkan ide kreatif dalam memecahkan masalah apalagi kemampuan untuk mengkoneksi masalah.

(16)

5

permasalahan sederhana. Sehingga kemampuan kreativitas di Indonesia masih tergolong rendah.

NCTM dalam Fatimah (2007, h. 5) telah mengisyaratkan bahwa kriteria guru dalam hal kegiatan koneksi matematika terutama koneksi dengan displin ilmu yang lain ”... Mathematics teachers must seek and gain the active participation of teacher of other arise in their class.” Calon guru matematika

harus mencoba dan mencari partisipasi aktif dari guru mata pelajaran lain dalam menggali ide matematik yang muncul di setiap mata pelajaran masing-masing.

Menurut NCTM dalam Fatimah (2007, h.7) mengungkapkan bahwa membuat koneksi merupakan standar yang jelas dalam matematika dan juga menjadi salah satu standar utama yang disarankan dalam pembelajaran matematika. Melalui koneksi matematik, konsep pemikiran dan wawasan siswa terhadap matematika semakin luas, tidak hanya terfokus pada salah satu topik tertentu yang sedang dipelajari. Tanpa koneksi, siswa harus belajar dan mengingat terlalu banyak konsep yang terpisah, sementara matematika kaya akan prinsip-prinsip yang relevan dengan bidang lain. Oleh sebab itu, pembelajaran dengan Creative Mind Map mempunyai peluang untuk meningkatkan kemampuan

koneksi dan kreativitas matematik siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada pendahuluan, maka penyusun merumuskan beberapa masalah yang akan dijadikan pokok pembahasan agar menjadi lebih terarah yaitu:

1. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang belajar dengan pemberian tugas creative mind map lebih baik daripada siswa yang belajar dengan metode konvensional?

2. Apakah terdapat peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa dengan pemberian tugas creative mind map setelah pembelajaran matematika? 3. Apakah peningkatan kemampuan kreativitas matematik siswa yang belajar

(17)

6

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Apakah terdapat peningkatan kemampuan kreativitas matematik siswa dengan pemberian tugas creative mind map setelah pembelajaran matematika?

5. Bagaimanakah respon siswa terhadap pemberian tugas creative mind map setelah pembelajaran matematika?

C. Tujuan Pengkajian Materi

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang belajar dengan pemberian tugas creative mind map lebih baik daripada siswa yang belajar dengan metode konvensional

2. Mengetahui apakah terdapat peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa dengan pemberian tugas creative mnd map setelah pembelajaran matematika

3. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan kreativitas matematik siswa yang belajar dengan metode pemberian tugas creative mind map lebih baik daripada siswa yang belajar dengan metode konvensional

4. Mengetahui apakah terdapat peningkatan kemampuan kreativitas matematik siswa dengan pemberian tugas creative mind map setelah pembelajaran matematika

5. Respon siswa terhadap pemberian tugas creative mind map dalam pembelajaran matematika

D. Manfaat Penelitian

Hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

(18)

7

2. Manfaat Praktis a. Bagi peserta didik

Peserta didik akan lebih termotivasi dalam memahami suatu konsep matematika dan kemampuan koneksi serta kreativitasnya dapat berkembang.

b. Bagi guru

Memberikan motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi pembelajaran yang sesuai dan bervariasi serta informasi tambahan mengenai pemberian tugas creative mind map

c. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dengan adanya informasi yang diperoleh sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah.

E. Definisi Istilah

1. Tugas Creative Mind Map merupakan bagian dari mind map yang

berbentuk peta, grafik, illustrasi, representasi, yang biasanya dalam bentuk diagram pohon. Creative mind map dapat disebut juga dengan teknik belajar yang tidak jauh berbeda dengan peta konsep. Secara lebih sederhana penyusunan creative mind map merupakan sebagai bagian dari mind map adalah sebagai berikut:

a. Membaca uraian materi secara cermat, untuk menentukan gagasan utama dan gagasan-gagasan intisari dari materi yang dipelajari. Letakan gagasan utama ditengah kertas kosong.

b. Buatlah beberapa garis tebal berlekuk sesuai dengan kreasi yang dari gambar gagasan utama menuju sub gagasan yang lainnya. Dari setiap sub gagasan tersebut ditarik lagi garis penghubung lain yang menyebar seperti cabang dan ranting pohon.

(19)

8

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kriteria penilaian sebuah creative mind map yang baik adalah jika semua aspek yang meliputi kelancaran, keluwesan, orisinalitas dan elaborasi muncul.

2. Kemampuan Koneksi Matematika adalah kemampuan seseorang dalam

memperlihatkan hubungan internal dan eksternal matematika, yang meliputi: koneksi antar topik matematika, koneksi dengan disiplin ilmu lain, dan koneksi dengan kehidupan sehari-hari.

3. Kemampuan Kreativitas Matematika adalah kemampuan siswa untuk

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah metode eksperimen, yaitu metode yang menuntut peneliti memanipulasi dan mengendalikan satu atau lebih variabel bebas serta mengamati variabel terikat, untuk melihat perbedaan yang sesuai dengan manipulasi variabel-variabel bebas tersebut, dengan tujuan utama eksperimen ialah untuk menetapkan apa yang mungkin terjadi

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pembelajaran matematika dengan creative mind map terhadap kemampuan koneksi dan kreativitas siswa SMP. Penelitian ini menggunakan dua kelompok siswa yang berbeda dan ada manipulasi perlakuan, serta kedua kelompok tersebut dipilih secara acak. Gambaran eksperimennya adalah sebagai berikut:

O X1 O

O O

Keterangan:

O : Tes awal/Tes akhir

X1 : Pembelajaran matematika dengan tugas creative mind map

B. Subjek Penelitian

(21)

19

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:61) variabel bebas (variabel independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen). Sedangkan variabel terikat (variabel dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel bebas adalah pemberian tugas creative mind map setelah pembelajaran matematika, sedangkan variabel terikat adalah

kemampuan koneksi dan kreativitas matematik.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal kemampuan koneksi dan kreativitas siswa. Sedangkan instrumen non-tes berupa angket dan lembar observasi. 1. Instrumen Data Kuantitatif

a. Tes Koneksi Matematik dan Kreativitas Matematik

Tes kemampuan koneksi dan kreativitas matematik terdiri dari pretes dan posttes. Tes ini dikembangkan berdasarkan pada indikator kemampuan koneksi dan kreativitas matematik. Tes yang digunakan adalah tes tertulis berbentuk uraian (subjektif). Pretes dan posttes dilakukan untuk mengamati perbedaan hasil belajar yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dilangsungkan pada kelas eksperimen yang mendapat pembelajaran dengan pemberian tugas creative mind map dan kelas kontrol yang mendapat pembelajaran dengan metode biasa. Pretes dilakukan pada awal pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan. Sedangkan posttes dilakukan di akhir pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan koneksi dan kreativitas matematis siswa setelah diberi perlakuan.

(22)

20

kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembedanya dari soal-soal tersebut yaitu butir demi butir untuk diteliti kualitasnya. Perhitungan yang dilakukan menggunakan bantuan program Anates Versi 4.0.

1) Validitas

Suherman dan Kususmah (1990: 135) mengemukakan bahwa suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau shaih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu, keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya.

Adapun dalam Suherman dan Kusumah (1990: 154), rumus yang digunakan untuk menghitung validitas butir soal dengan menggunakan angka kasar (row score) adalah

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

: koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y. N : banyak subjek (testi)

̅ , simpangan terhadap rata-rata dari setiap data pada kelompok variabel X.

̅ , simpangan terhadap rata-rata dari setiap data pada kelompok variabel Y.

(23)

21

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.1

Klasifikasi Koefisien Korelasi

Besarnya

r

xy Kategori

0,80 rxy 1,00 Sangat Tinggi

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan bantuan Software Anates Uraian Versi 4.0.5 dalam menentukan daya validitas untuk setiap

butir soal, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3.2

Hasil Koefisien Korelasi Butir Soal

No Nilai rxy Kategori

Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

2) Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg), hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang, waktu dan tempat yang berbeda, tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi (Suherman dan Kusumah, 1990:167).

Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha (Suherman dan Kusumah, 1990: 194) yaitu:

(24)

22

Keterangan:

r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan n : banyak subyek

: jumlah varians skor tiap item

: varians skor total

Koefisien reliabilitas yang menyatakan derajat keterandalan, dinyatakan dengan r11. Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J.P Guliford (Suherman dan Kusumah, 1990: 177) yaitu:

Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas ( ) Interpretasi

Derajat reliabilitas sangat rendah

Derajat reliabilitas rendah

Derajat reliabilitas sedang

Derajat reliabilitas tinggi

Derajat reliabilitas sangat tinggi

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan bantuan Software Anates Uraian Versi 4.0.5, reliabilitas data hasil tes siswa adalah 0,67.

Menurut kriteria dari koefisien reliabilitas termasuk derajat reliabilitas tinggi.

3) Indeks Kesukaran

Suherman dan Kusumah (1990:212) mengungkapkan bahwa derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang dinyatakan dengan bilangan yang disebut Indeks Kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval (kontinum) 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah.

Rumus untuk menentukan indeks kesukaran soal uraian adalah sebagai berikut:

(25)

23

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Keterangan:

IK : indeks kesukaran

SA : jumlah skor kelompok atas SB : jumlah skor kelompok bawah JA : jumlah skor ideal kelompok atas JB : jumlah skor ideal kelompok bawah

Klasifikasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan menurut Suherman dan Kusumah (1990:213) adalah:

Tabel 3.4

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran (IK) Klasifikasi

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK 0,30 Soal sukar

0,30 < IK 0,70 Soal sedang

0,70 < IK 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal terlalu mudah

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan bantuan Software Anates Uraian Versi 4.0.5 dalam menentukan indeks kesukaran untuk setiap

butir soal, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3.5

(26)

24

(atau testi yang menjawab salah). Dengan kata lain, daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal untuk membedakan antara testi (siswa) yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemmapuan rendah.

Klasifikasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan menurut Suherman dan Kusumah (1990;202) adalah:

Tabel 3.6

Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda (DP) Klasifikasi

DP 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP 0,20 Jelek

0,20 < DP 0,40 Cukup

0,40 < DP 0,70 Baik

0,70 < DP 1,00 Sangat baik

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan bantuan Software Anates Uraian Versi 4.0.5 dalam menentukan daya pembeda untuk setiap

butir soal, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3.7

Hasil Daya Pembeda Tiap Butir Soal

Nomor Soal Daya Pembeda

(27)

25

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2. Instrumen Data Kualitatif

a. Angket

Angket adalah suatu cara pengumpulan data tentang sikap siswa dalam belajar, sikap guru, serta interaksi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan suatu lembaran pengamatan instrumen yang menginventarisasikan data tentang sikap siswa dan guru dalam kegiatan belajar dan mengajar yang bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran pemberian tugas creative mind map yang sedang berlangsung. Observer dalam penelitian ini adalah rekan sesama mahasiswa atau guru. Hasil dari observasi tersebut menjadi bahan evaluasi dan bahan masukan bagi peneliti agar pertemuan-pertemuan berikutnya menjadi lebih baik.

E. Perangkat Pembelajaran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan rencana kegiatan pembelajaran yang menggambarkan prosedur pembelajaran yang dibuat oleh guru untuk setiap pertemuan sebagai persiapan mengajar, sehingga pelaksanaan pembelajaran terorganisir, sistematis dan lebih terarah serta dapat mencapai tujuan yang diinginkan dengan mengacu pada satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi.

2. Lembar Kegiatan Kelompok (LKK)

(28)

26

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri atas empat tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Mengidentifikasi permasalahan mengenai bahan ajar, merencanakan pembelajaran, serta alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Melakukan observasi serta melakukan perizinan ke tempat penelitian. c. Menetapkan pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian.

d. Membuat instrumen penelitian.

e. Melakukan bimbingan instrumen dengan dosen pembimbing.

f. Melakukan uji coba instrumen penelitian kepada siswa di luar sampel penelitian.

g. Menganalisis kualitas instrumen. h. Merevisi instrumen (jika diperlukan).

i. Menghubungi kembali pihak sekolah untuk teknis pelaksanaan penelitian.

j. Pemilihan sampel penelitian.

k. Membuat rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar dalam bentuk LKK.

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah:

a. Memberikan tes awal terhadap kelas kontrol dan kelas eksperimen. b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada kedua kelas tersebut.

Untuk kelas eksperimen, pembelajaran dilakukan dengan pemberian tugas creative mind map pada akhir pembelajaran, untuk kelas kontrol pembelajaran dengan menggunakan model embelajaran konvensional. c. Melakukan observasi yang dibantu oleh guru dan atau rekan

mahasiswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

(29)

27

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Tahap Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif dari dua kelas.

b. Mengolah dan menganalisis hasil data kuantitatif berupa tes awal dan tes akhir.

c. Mengolah dan menganalisis data kualitatif berupa hasil angket dan lembar observasi.

d. Mengkonsultasikan hasil pengolahan data dengan dosen pembimbing

4. Tahap Penulisan laporan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah:

a. Membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan.

b. Menyusun laporan hasil penelitian.

c. Merevisi laporan setelah melakukan bimbingan

G. Teknis Pengolahan Data

Pengumpulan data dilakukan pada setiap kegiatan siswa dan situasi yang berkaitan dengan penelitian menggunakan instrumen berupa tes, angket, lembar observasi, dan jurnal harian. Tes yang diberikan berupa pretes dan posttes yang diberikan pada dua kelas eksperimen. Angket hanya diberikan kepada kelas eksperimen untuk melihat respon siswa terhadap pemberian tugas creative mind map setelah pembelajaran matematika. Untuk menunjang kebenaran dari jawaban siswa terhadap pengisian angket, maka dilengkapi dengan lembar observasi yang diisi oleh observer.

(30)

28

1. Analisis Data Kuantitatif

Data yang diperoleh dari proses belajar mengajar adalah data kuantitatif yang meliputi data pretes dan data posttes. Data tersebut kemudian dilakukan analisis untuk menjawab hipotesis yang diajukan. Setelah data kuantitatif diperoleh, maka tahapan menganalisisnya adalah sebagai berikut:

a. Analisis data Pretes

Langkah-langkah menguji data hasil pretes adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis Data Secara Deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil pretes, terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap deskriptif data yang meliputi rata-rata, simpangan baku, nilai maksimum, dan nilai minimum. Hal ini perlu dilakukan sebagai langkah awal dalam melakukan pengujian hipotesis

2. Uji Normalitas

Tahap pertma yang dilakukan adalah menguji kenormalan dari data hasil pretes itu sendiri. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh merupakan data yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 20.0. Uji normalitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5% karena sampel yang akan digunakan merupakan kelompok besar yang berjumlah lebih dari 30 orang.

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data pretes adalah sebagai berikut:

H0 : Data pretes yang berasal dari populasi berdistribusi normal. H1 : Data pretes yang berasal dari populasi berdistribusi tidak

normal.

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

(31)

29

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Jika kedua kelas penelitian berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. Jika salah satu dari kedua kelas penelitian yang dianalisis berdistribusi tidak normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians melainkan dilakukan uji statistika nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney untuk pengujian hipotesisnya. 3. Uji Homogenitas Varians Kelas

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas penelitian memiliki variansi yang homogen atau tidak homogen. Jika kedua kelas berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varians kelas dengan menggunakan uji Levene’s test dengan nilai signifikansi 5%. Sedangkan jika minimal satu kelas penelitian tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan statistika non parametrik. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas varians kelompok adalah sebagai berikut :

H0 : Varians pretes untuk kedua kelas penelitian homogen H1 : Varians pretes untuk kedua kelas penelitian tidak homogen Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika signifikansi pengujiannya  0,05, maka H0 diterima 2) Jika signifikansi pengujiannya < 0,05, maka H0 diterima 4. Uji Statistika Nonparametrik

Jika salah satu atau kedua kelas penelitian pretes tidak memenuhi asumsi normalitas, pengujiannya menggunakan uji statistik nonparametrik Mann-Whitney.

5. Uji Perbedaan Dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata skor pretes kedua kelas sama atau tidak. Jika kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan variansnya diperoleh homogen, maka untuk pengujian hipotesis dilakukan uji t atau Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen.

(32)

30

variansnya diperoleh tidak homogen, maka untuk pengujian hipotesis dilakukan uji t yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians tidak homogen. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji kesamaan dua rata-rata adalah sebagai berikut :

H0 : Terdapat perbedaan kemampuan koneksi dan kreativitas matematik antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol

H1 : Terdapat perbedaan kemampuan koneksi dan kreativitas matematik antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika signifikansi pengujiannya  0,05, maka H0 diterima. 2) Jika signifikansinya  0,05, maka H0 ditolak.

b. Analisis Data Posttes

Analisis data posttes dilakukan untuk melihat apakah kemampuan koneksi dan kreativitas matematik antara siswa yang belajar dengan metode pemberian tugas creative mind map setelah pembelajaran matematika lebih baik daripada siswa yang belajar dengan metode biasa. Dalam menganalisis data ini menggunakan bantuan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 20.0 dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menganalisis Data Secara Deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil pretes, terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap deskriptif data yang meliputi rata-rata, simpangan baku, nilai maksimum, dan nilai minimum. Hal ini perlu dilakukan sebagai langkah awal dalam melakukan pengujian hipotesis. 2. Uji Normalitas

(33)

31

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas adalah sebagai berikut :

H0 : Skor posttes (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berdistribusi normal.

H1 : Skor posttes (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berdistribusi tidak normal

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika signifikansi pengujiannya  0,05, maka H0 diterima 2) Jika signifikansinya  0,05, maka H0 ditolak.

Jika kedua kelas penelitian berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. Jika salah satu dari kedua kelas penelitian yang dianalisis berdistribusi tidak normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians melainkan dilakukan uji statistika nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney untuk pengujian hipotesisnya.

3. Uji Homogenitas varians Kelas

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas penelitian memiliki variansi yang homogen atau tidak homogen. Jika kedua kelas berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varian kelas dengan menggunakan uji Levene’s test dengan nilai signifikansi 5%. Sedangkan jika minimal satu kelas penelitian tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan statistika non parametrik. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas varians kelompok adalah sebagai berikut :

H0 : Varians posttes untuk kedua kelas penelitian homogen H1 : Varians posttes untuk kedua kelas penelitian tidak homogen Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

(34)

32

4. Uji Statistika Nonparametrik

Jika salah satu atau kedua kelas penelitian untuk posttes tidak memenuhi asumsi normalitas, pengujiannya menggunakan uji statistik nonparametrik Mann-Whitney.

5. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas control atau tidak. Jika kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan varians kedua kelas yang diperoleh homogen, maka untuk pengujian hipotesis dilakukan uji t yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen. Jika

kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal tetapi varians kedua kelas yang diperoleh tidak homogen, maka untuk pengujian dilakukan uji t yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians tidak homogen. Untuk data yang tidak memenuhi asumsi normalitas, maka pengujiannya menggunakan statistika non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney.

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji kesamaan dua rata-rata adalah sebagai berikut :

H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan koneksi dan kreativitas matematik antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol

H1 : Terdapat perbedaan kemampuan koneksi dan kreativitas matematik antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika signifikansi pengujiannya  0,05, maka H0 diterima 2) Jika signifikansinya  0,05, maka H0 ditolak.

c. Analisis Data Gain

(35)

33

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

melihat perbedaan hasil belajar melalui model pembelajaran yang berbeda antara dua kelas tersebut. Nilai gain siswa diperoleh dengan rumus berikut ini.

Nilai gain = nilai posttes – nilai pretes

Setelah diperoleh nilai gain dari kedua kelas tersebut, rata-rata nilai gain dari dua kelas dibandingkan.

Berbeda dengan gain, indeks gain digunakan untuk mengkategorikan nilai gain. Indeks gain diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Kriteria skor indeks gain menurut Hake (dalam Isnaini, 2012) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8

Klasifikasi Indeks Gain(g)

Besarnya Gain (g) Interpretasi

Tinggi

Sedang

Rendah

Bila data pretes sama, maka data yang digunakan hanya data postes saja. Data gain sebenarnya tidak harus diuji kenormalan dan homogenitas seperti halnya data pretes dan postes. Hal itu dikarenakan rumus gain merupakan perhitungan dari data pretes dan postes dibagi nilai skor maksimum dikurang nilai pretes. Hal itu menunjukkan bahwa apabila data pretes dan postes normal dan homogen, maka data gain yang dihasilkan pun akan normal dan homogen. Langkah-langkah untuk mengujinya adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis Data Secara Deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil postes/indeks gain terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap deskripsi data yang

(36)

34

2. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran skor indeks gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak normal. Pengujian normalitas data menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov menggunakan taraf nyata  = 5%.

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas adalah sebagai berikut :

H0 : Indeks gain (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berdistribusi normal.

H1 : Indeks gain (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berdistribusi tidak normal

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika signifikansi pengujiannya  0,05, maka H0 diterima 2) Jika signifikansinya  0,05, maka H0 ditolak.

Jika kedua kelas memiliki indeks gain berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. Jika salah satu dari kedua kelas yang dianalisis berdistribusi tidak normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians melainkan dilakukan uji statistika nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney untuk pengujian hipotesisnya.

3. Uji Homogenitas Varians Kelas

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah indeks gain kedua kelompok memiliki variansi yang homogen atau tidak homogen.

Jika kedua kelas berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varian kelompok dengan menggunakan uji Levene’s test dengan nilai signifikansi 5%. Sedangkan jika minimal satu kelas

penelitian tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan statistika non parametrik. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas varians kelompok adalah sebagai berikut :

(37)

35

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1) Jika signifikansi pengujiannya  0,05, maka H0 diterima 2) Jika signifikansinya  0,05, maka H0 ditolak

4. Uji Statistika Nonparametrik

Jika salah satu atau kedua kelas penelitian data indeks gain tidak memenuhi asumsi normalitas, pengujiannya menggunakan uji statistik nonparametrik Mann-Whitney.

5. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Jika kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan varians kedua kelas yang diperoleh homogen, maka untuk pengujian hipotesis dilakukan uji t yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen. Jika kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal tetapi varians kedua kelas yang diperoleh tidak homogen, maka untuk pengujian dilakukan uji t yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians tidak homogen. Untuk data yang tidak

memenuhi asumsi normalitas, maka pengujiannya menggunakan statistika non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji kesamaan dua rata-rata adalah sebagai berikut :

H0 : Peningkatan kemampuan koneksi dan kreativitas matematik siswa kelas eksperimen tidak lebih baik daripada siswa kelas kontrol H1 : Peningkatan kemampuan koneksi dan kreativitas matematik siswa

kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika signifikansi pengujiannya  0,05, maka H0 diterima 2) Jika signifikansinya  0,05, maka H0 ditolak.

2. Analisis Data Kualitatif

(38)

36

kreativitas siswa. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menjawab hipotesis yang diajukan.

a. Lembar Observasi

Data hasil observasi yang diperoleh ditulis dan dikumpulkan dalam tabel berdasarkan permasalahan yang kemudian dianalisis secara deskriptif. b. Angket Skala Sikap

Pengolahan data angket ini dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Menurut Suherman dan Kusumah (1990:235) dalam menganalisis hasil angket, skala kualitatif ditransfer ke dalam skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif (favorable) kategori SS diberi skor tertinggi, makin menuju ke STS skor yang diberikan berangsur-angsur menurun. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable) untuk kategori SS diberi skor terendah, makin menuju ke STS skor yang diberikan berangsur-angsur makin tinggi.

Setiap jawaban siswa pada angket tersebut diberi bobot, dan pembobotan yang dipakai menurut Suherman dan Kusumah (1990:236) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9

Sistem Penilaian Angket

Pernyataan Sikap SS S TS STS

Pernyataan Positif 5 4 2 1

Pernyataan Negatif 1 2 4 5

Setelah data terkumpul, kemudian data disajikan dalam bentuk tabel dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi setiap alternatif jawaban serta untuk mempermudah dalam membaca data. Data yang diperoleh, kemudian dipersentasekan sebelum dilakukan penafsiran dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

(39)

37

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebelum dilakukan penafsiran, terlebih dahulu data yang diperoleh dihitung rata-ratanya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

̅ ∑

Keterangan:

̅ : rata-rata

W : Nilai setiap kategori

F : Jumlah siswa yang memilih setiap kategori Kriteria:

(40)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan tentang pengaruh pemberian tugas creative mind map setelah pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kreativitas siswa, diperoleh kesimpulan: 1. Peningkatan kemampuan koneksi siswa dengan pemberian tugas creative

mind map setelah pembelajaran matematika lebih baik daripada siswa yang

memperoleh pembelajaran secara konvensional.

2. Terdapat peningkatan kemampuan koneksi siswa dengan pemberian tugas creative mind map setelah pembelajaran matematika. Hal ini terlihat dari

rata-rata indeks gain kelas eksperimen yaitu sebesar 0,46. Ini menunjukkan bahwa kualitas peningkatan kemampuan koneksi kelas eksperimen berada pada interpretasi sedang.

3. Peningkatan kemampuan kreativitas siswa dengan pemberian tugas creative mind map setelah pembelajaran matematika lebih baik daripada siswa yang

memperoleh pembelajaran secara konvensional.

4. Terdapat peningkatan kemampuan kreativitas siswa dengan pemberian tugas creative mind map setelah pembelajaran matematika. Hal ini terlihat dari

rata-rata indeks gain kelas eksperimen yaitu sebesar 0,48. Ini menunjukkan bahwa kualitas peningkatan kemampuan koneksi kelas eksperimen berada pada interpretasi sedang.

(41)

73

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Saran

Berdasarkan uraian pada hasil penelitian, pembahasan dan simpulan, mengenai penerapan pembelajaran dengan pemberian tugas creative mind map setelah pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan kreativitas matematik siswa, saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya mengenai pemberian tugas creative mind map setelah pembelajaran matematika dapat dilakukan pada materi, indikator dan kompetensi matematika yang berbeda dengan subyek penelitian yang lebih luas.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Agus. (2010). Pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Adaptive Reasoning. [tidak diterbitkan]

Adiyoga, R. (2008). Pengaruh Penggunaan Strategi Means-Ends Analysis terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan. Anonim. (2010). Meningkatkan Kreativitas Anak dalam Belajar Matematika

[Online]. Tersedia: http://www.masbied.com. [ 20 Desember 2012]

Anonim. (2012). Review Jurnal [Online]. Tersedia: http://dhata21.wordpress.com. [12 Januari 2013]

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Caesararihdya. (2010). Indikator Konsep Kreativitas [Online]. Tersedia: http://arihdyacaesar.wordpress.com. [13 januari 2013]

Depdiknas. (2006). Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Depdiknas. (2006). Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Depdiknas. (2006). Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pedidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Eko. (2008). Pengertian Kreativitas [Online]. Tersedia: http://eko13.wordpress.com. [16 Desember 2012]

Furchan, A. (2004). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan.Yogyakarta.Pustaka Belajar

(43)

75

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hamzah, (2003). Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematik Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri Di Bandung Melalui Pendekatan Pengajuan Masalah. Disertasi pada Program Pascasarjana UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Herdian. (2010). Kemampuan Koneksi Matematika Siswa [Online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-koneksi-matematik-siswa/. [10 Januari 2013]

Heryanto, Nandang. ( 2008). Pembelajaran Ruang Dimensi Tiga dengan Menggunakan Model Pembelajaran Creative Problem Solving dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan Jarnawi dan Ayu. (2008). “Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map setelah

Pembelajaran terhadap Kemampuan Kreativitas dan Koneksi Matematik

Siswa”. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Matematika dan

Pendidikan Matematika 2008, Bandung

Kurniawan, R. ( 2006). Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa SMK. Tesis pada Program Pascasarjana UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Mariana, S. (2011). Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Pemberian Tugas Mind Map setelah Pembelajaran terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas pada Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). (1989). Curriculum and Evaluation Standard for School Mathematics. Reston, Virginia: NCTM

Nurlaelah E. (2009) Pencapaian Daya dan Kreativitas Matematik Mahasiswa Calon Guru melalui Pembelajaran berdasarkan Teori APOS. Disertasi pada Program Pascasarjana UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Suhendar. (2007) Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Koneksi Matematika Siswa SMP yang Berkemampuan Rendah melalui Pendekatan Kontekstual dengan Pemberian Tugas Tambahan (Studi Eksperimen Di SMP YWKA Bandung). Tesis pada Program Pascasarjana UPI Bandung. Tidak diterbitkan

(44)

76

Tyas. (2010). Definisi Kreativitas [Online]. Tersedia: : http://tyaset4.blog.com. [15 Februari 2013].

Uyanto SS. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta. Graha Ilmu Yudianto, yudi. (2003). Pengembangan Kemampuan Elaborasi Siswa Sekolah Dasar melalui Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pemecahan Maasalah. Tesis. Bandung: Tidak Diterbitkan

Wirodikromo, Sartono. (2004). Matematika untuk SMA kelas X. Jakarta: Penerbit Erlangga

(45)

77

Wahyu Handining Tyas, 2013

Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map Setelah Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kreativitas Matematik Siswa

Gambar

Tabel 3.1 Klasifikasi Koefisien Korelasi
Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas
Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran
Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pagano dan McKnight dalam Masri (2002), mengembangkan pengukuran kepuasan pelanggan yang sering digunakan pada jasa transportasi, meliputi delapan aspek pelayanan,

Selain melakukan evaluasi, tujuan akhir penelitian ini adalah mempelajari pengelolaan tata kelola teknologi informasi sesuai dengan standar COBIT 4.1 framework, membangun

Gambaran keungan yang ditampilkan pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah berkaitan studi kelayakan, kepada berbagai pihak khususnya petani apabila

Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak

Perancangan antarmuka meliputi desain antarmuka yang akan ditampilkan pada aplikasi toko online berbasis android, perancangan antar muka meliputi perancangan splash

misal meja dan kursi di kelas v, meja guru di kelas v, luas ruangan kelas v, dan seterusnya; (6) siswa yang sudah selesai diminta untuk menulisnya di papan tulis

Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan dengan adanya perbedaan yang nyata (p&lt;0.05) dari jumlah neutrofil pada ketiga

Dalam Peraturan Menteri tersebut, Pemagangan diartikan sebagai bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan