• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW MIXED, TUBE NON FINNED FOUR PASS,UNTUK MENGERINGKAN EMPON-EMPON DENGAN VARIASI MASS FLOW RATE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW MIXED, TUBE NON FINNED FOUR PASS,UNTUK MENGERINGKAN EMPON-EMPON DENGAN VARIASI MASS FLOW RATE"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW MIXED, TUBE NON FINNED FOUR PASS,UNTUK

MENGERINGKAN EMPON-EMPON DENGAN VARIASI MASS FLOW RATE

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Oleh:

ARIF SURYANTO NIM: D 200 130 213

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

(2)

i

(3)

ii

(4)

iii

(5)

1

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW MIXED, TUBE NON FINNED FOUR PASS, UNTUK MENGERINGKAN EMPON-EMPON DENGAN VARIASI MASS FLOW

RATE ABSTRAKSI

Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh mass flow rate pada heat exchanger cross flow mixed, tube non finned four pass terhadap perubahan temperatur, perubahan kalor, koefisien perpindahan panas fluida dingin, perpindahan kalor total, terhadap efisiensi heat exchanger, serta terhadap perubahan massa temulawak, dengan variasi mass flow rate 0,023kg/s, 0,027kg/s, 0,03kg/s, dan 0,033kg/s.

Cara kerja dari Heat Exchanger ini adalah dengan memanfaatkan aliran fluida dingin yang keluar dari blower sentrifugal, kemudian masuk ke dalam Heat Exchanger, di dalam Heat Exchanger fluida dingin tersebut akan menerima kalor dari fluida panas yang mengalir disela shell Heat Exchanger, dimana fluida panas tersebut bersumber dari kompor yang berada dibawah Heat Exchanger, setelah itu fluida dingin yang telah menerima kalor tersebut keluar dari Heat Exchanger dan menuju alat pengering empon-empon.

Hasil pengeringan optimal didapatkan pada fluida dingin dengan mass flow rate 0.027kg/s. jika dilihat dari diagram pengaruh mass flow rate terhadap kalor yang diterima fluida dingin, dan diagram pengaruh mass flow rate terhadap perubahan massa temulawak maka dapat disimpulkan bahwa perubahan temperature udara dingin (∆Tc) dan mass flow rate udara dingin adalah factor utama dalam proses pengeringan dengan menggunakanHeat Exchanger.

Kata kunci :Heat Exchanger, Mass flow rate, Kalor, Fluida, Cross Flow, Tube Non Finned

ABSTRACT

Heat Exchanger is devices used to transfer heat from the system to other systems without mass transfer and may serve as heaters or as coolants. The purpose of this research is to know the effect of mass flow rate on heat exchanger cross flow mixed, non finned four pass tube to temperature change, heat change, cold fluid heat transfer coefficient, total heat transfer to heat exchanger efficiency, and to change of temulawak mass, With variation of mass flow rate 0,023kg / s, 0,027kg / s, 0,03kg / s, and 0,033kg / s.

The operation of this Heat Exchanger is to utilize the cold fluid flow out

of the centrifugal blower, then into the Heat Exchanger, inside the Heat

Exchanger the cold fluid will receive the heat from the hot fluid flowing through

the Heat Exchanger shell, where the hot fluid is sourced from the stove Which is

(6)

2

under the Heat Exchanger, after which the cold fluid that has received the heat out of the Heat Exchanger and into the engine medicinal dryer.

Optimum drying results are obtained on cold fluids with a mass flow rate of 0.027kg / s. If seen from the diagram of the influence of mass flow rate on the heat received cold fluid, and the diagram of the influence of mass flow rate to the changes of temulawak mass it can be concluded that the change of cold air temperature (ΔTc) and cold air flow rate is the main factor in drying process with Using Heat Exchanger.

Keyword :Heat Exchanger, Mass Flow Rate, Heat, Fluid, Cross Flow, Tube Non Finned

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia sebagaian besar bekerja sebagai petani, mulai dari menanam padi, jagung, bahkan palawija atau empon-empon. Oleh karena itu, banyak usaha kecil menengah yang bergerak dibidang obat tradisional atau jamu yang berbahan dasar empon-empon, agar menjadi lebih praktis jamu atau obat tradisional tersebut dirubah menjadi bentuk serbuk, selain lebih praktis dipastikan jamu atau obat tradisional tersebut dapat bertahan lebih lama kadaluarsanya.

Sebelum dijadikan serbuk tentunya terdapat beberapa proses, salah satunya proses pengeringan.

Proses pengeringan yang umum digunakan yakni proses pengeringan secara alami dengan memanfaatkan sinar matahari, akan tetapi proses ini sangat bergantung dengan cuaca, sedangkan empon-empon yang dapat dijadikan serbuk adalah empon- empon yang telah benar-benar kering. Sehingga musim penghujan menjadi suatu kendala dalam proses pengeringan ini. Diharapkan dengan adanya sebuah mesin pengering, proses pengeringan dapat dilakukan lebih cepat dan tidak ada kendala cuaca.

Untuk mengoptimalkan mesin pengering tersebut, maka dipasang sebuah heat exchanger dengan prinsip kerja mengalirkan udara panas berkecepatan tinggi secara berkelanjutan. Heat Exchanger adalah alat penukar kalor yang berfungsi untuk mengubah temperatur dan fasa suatu jenis fluida. Proses tersebut terjadi dengan memanfaatkan proses perpindahan kalor dari fluida bersuhu tinggi menuju fluida bersuhu rendah. Bentuk heat exchanger yang sering digunakan ialah shell and tube. Dengan berbagai pertimbangan bentuk ini dinilai memiliki banyak keuntungan baik dari segi fabrikasi, biaya, hingga unjuk kerja. Pada penelitian ini penulis ingin

(7)

3

menganalisa Heat Exchanger cross flow mixed, tube non finned four pass dengan variasi mass flow rate 0,023kg/s, 0,027kg/s, 0,03kg/s dan 0,033kg/s.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana desain dan kontruksi Heat Exchanger cross flow mixed, tube non finned four pass, untuk mengeringkan empon-empon.

2. Bagaimana pengaruh variasi mass flow rate fluida dingin terhadap temperatur fluida dingin (∆Tc).

3. Bagaimana pengaruh variasi mass flow rate fluida dingin terhadap Kalor yang diterima oleh fluida dingin (qc).

4. Bagaimana pengaruh variasi mass flow rate fluida dingin terhadap koefisien perpindahan kalor fluida dingin (hc).

5. Bagamana pengaruh variasi mass flow rate fluida dingin terhadap koefisien perpindahan kalor total (U).

6. Bagamana pengaruh variasimass flow rate fluida dingin terhadap efisiensi heat exchanger (ὴ).

7. Bagaimana pengaruh mass flow rate fluida dingin terhadap perubahan masa empon-empon.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Mendapatkan desain dan kontruksi Heat Exchanger cross flow mixed, tube non finned four pass, untuk mengeringkan empon-empon.

2. Mengetahui pengaruh mass flow rate fluida dingin terhadap temperatur fluida dingin (∆Tc).

3. Mengetahui pengaruh mass flow rate fluida dingin terhadap kalor yang diterima fluida dingin (qc).

4. Mengetahui pengaruh variasi mass flow rate fluida dingin terhadap koefisien perpindahan kalor (hc).

5. Mengetahui pengaruh variasi mass flow rate fluida dingin terhadap koefisien perpindahan kalor total (U).

6. Mengetahui pengaruh mass flow rate fluida dingin terhadap efisiensi heat exchanger (ὴ).

7. Mengetahui pengaruh mass flow rate fluida dingin terhadap perubahan masa empon-empon.

(8)

4

1.4 Batasan Masalah

1. Mesin pengering Empon-empon.

2. Variasi mass flow rate yang digunakan dalam pengujian adalah 0,023kg/s, 0,027kg/s, 0,03kg/s dan 0,033kg/s.

3. Bahan uji empon empon yang digunakan adalah temulawak sebanyak 1kg setiap debitnya.

4. Dalam pengujian ini mass flow rate menjadi indikator utama terhadap hasil dari pengujian .

5. Pengujian menggunakan blower sentrifugal dengan diameter lubang 2 inch.

1.5 Tinjauan Pustaka

Dona Setiawan (2017) melakukan penelitian dengan menggunakan Heat Exchanger tube satu pass, shell tiga pass kemudian mengambil kesimpulan bahwa semakin besar mass flow rate fluida dingin maka perubahan temperatur dan kalor mass flow rate fluida dingin semakin bertambah.

Felix Wijaya (2016) menyimpulkan hasil perhitungan metode NTU dan hasil perhitungan dilapangan memiliki selisih yang cukup jauh dikarenakan alat ukur yang kurang akurat, dan isolasi yang kurang sempurna sehingga masih terjadi heat loss.

Handoyo Ekadewi Anggraini (2000) melakukan penelitian pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell, sehingga dapat diambil kesimpulan efektivitas meningkat hingga suatu harga maksimum dan kemudian akan berkurang

1.6 Landasan Teori

Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk

memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa

dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Penukar

panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida

dapat berlangsung secara efisien.

(9)

5

Pada Dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan panas dari dua fluida pada temperatur berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung..

Pada saat menganalisa alat penukar kalor, diperlukan penggunaan koefisien perpindahan panas secara menyeluruh (U) untuk menghitung seluruh efek dari perpindahan panas alat penukar kalor tersebut.

1.6.1 Teori kesetimbangan kalor

Kalor adalah energi dalam yang dipindahkan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah ketika kedua benda dicampur. Hukum kekekalan energi untuk kalor menyatakan bahwa untuk berbagai benda yang dicampur dan diisolasi sempurna terhadap lingkungan, banyak kalor yang dilepas benda sama dengan banyak kalor yang diterima benda lain. Hukum kekekalan energy untuk kalor dinyatakan pertama kali oleh Joseph Black dikenal sebagai Azas Black.

Gambar 1.1.Skema konsep kesetimbangan kalor

Q

lepas

= Q

terima

………..……….(1.1)

c

.Cp

c .

ΔT

c

= ṁ

h

.Cp

h .

ΔT

h

dimana :

Q : besar kalor (Joule)

m : massa (kg)

Cp : kalor jenis suatu benda (kJ/(kg K)) ΔT : perubahan suhu (K)

(10)

6 1.6.2 Perpindahan Kalor

a. Konduksi

Konduksi adalah pengangkutan kalor melalui satu jenis zat.

Sehingga perpindahan kalor secara hantaran/konduksi merupakan satu proses dalam karena proses perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam bahan.

Gambar 1.2 Perpindahan kalor konduksi pada dinding datar

Persamaan Perpindahan kalor konduksi pada dinding datar :

= (∆ ) … … … . . (1.2) Dimana :

q : Perpindahan Kalor (W) k : Konduktivitas thermal (W/mK)

∆T : Perbedaan Temperatur T1-T2 (K) A : Luas Permukaan (m2)

b. Konveksi (aliran)

konveksi adalah perpindahan kalor yang membutuhkan media perantara dalam proses perpindahan panasnya. Berbeda dengan konduksi, pada konveksi membutuhkan gerakan fluida untuk dapat memindahkan panas.

(11)

7

Gambar 1.3 Perpindahan kalor konveksi pada dinding datar Persamaan Penrpindahan kalor konveksi

= ℎ ( − )

= 1 ℎ

= 1

( − ) … … … . . (1.3) Dimana :

q : Perpindahan kalor (W)

h : Koefisien Perpindahan Kalor (W/mK) A : Luas dinding (m2)

R : Hambatan

Tw :Temperatur dinding (K) T : Temperatur aliran bebas (K)

2. METODE PENULISAN 2.1 Alat Pengujian

Tabel 1 Alat-alat yang digunakandalampengujian

No AlatPengujian Fungsi

1 Heat Exchanger Alat penukar kalor yang akan diuji 2 Mesin Pengering Mesin pengering empon-empon

3 Blower Digunakan sebagai penyuplai udara dingin 4 Burner Sebagai sumber mass flow rate fluida panas

(12)

8

Gambar 2.1 Desain Heat Exchanger Cross Flow Mixed, non Finned Tube Four Pass

Gambar 2.2. Skema aliran fluida pada Heat Exchanger Keterangan

= Aliran fluida dingin = Aliran fluida panas

(13)

9

Taabel 2. Daftar alat alat ukur

No Alat Ukur Fungsi

1 Thermocouple Untuk mengukur suhu

2 Anemometer Untuk mengukur kecepatan angin

3 Stopwatch Untuk menghitung waktu pengujian

4 Timbangan Jarum untuk menimbang gas LPG 5 Timbangan Digital Untuk menimbang empon-empon

Gambar 2.3 Instalasi Pengujian 2.2 BahanPenelitian

1. Udara 2. Temulawak 3. Gas LPG

2.3 Langkah-Langkah

a. Menyiapkan bahan dan alat uji seperti temulawak yang telah diiris dengan massa 1kg, mesin pengering, heat exchanger, blower, gas LPG, kompor beserta regulator, serta alat ukur, seperti timbangan, thermocouple, dan anemometer.

b. Memastikan semua alat ukur bekerja dengan benar dan normal.

c. Menimbang massa gas dalam tabung dengan timbangan analog kemudian memasang regulator kompor pada tabung gas LPG.

d. Merangkai heat exchanger, blower dan mesin pengering. Merangkai thermocouple kemudian memasang pada heat exchanger.

(14)

10

e. Mengecek dan memastikan kembali semua instalasi sudah terpasang dengan benar, untuk mendapat suhu mula pemanas maka dilakukan pemanasan awal selama 10 menit.

f. Setelah semua sudah terpasang dengan benar kemudian mengatur katup pada blower sebagai variasi mass flow rate.

g. Memasukkan 1 kg temulawak yang telah diiris kedalam mesin pengering.

h. Menyalakan Thermocouple, blower, mesin pengering serta kompor sebagai pemanas selama 30 menit.

i. Mencatat temperatur pada thermocouple setiap 10 menit sekali dalam waktu 30 menit.

j. Mematikan blower, kompor dan mesin pengering empon-empon secara bersamaan, kemudian mengambil temulawak.

k. Menimbang temulawak dengan timbangan digital, dan menimbang tabung gas LPG dengan timbangan analog, kemudian hitung selisih massa temulawak dan tabung sebelum dan sesudah pengujian.

l. Lakukan pengujian seperti diatas dengan variasi mass flow rate yang berbeda.

(15)

11

2.4 Diagram Alir Penelitian

Gambar 2.3 Diagram alir Penelitian

Study Literatur

Desain dan pembuatan alat

Pengujian Heat Exchanger Cross Flow Mixed, Tube Non Finned Four Pass, Dengan Variasi Mass Flow Rate

ṁ 0.023 kg/s ṁ 0.027 kg/s ṁ 0.03 kg/s ṁ 0.033 kg/s

Pengambilan data

Analisa Data dan Hasil

Kesimpulan

selesai

Mulai

(16)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pengaruh Mass Flow Rate

Temperatur Fluida Dingin

Diagram 3

ṁ 0.023kg/s

ṁ 0.03kg/s

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

PerubahanTemperatur ∆Tc(°C)

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mass Flow Rate Fluida Dingin Terhada Temperatur Fluida Dingin

3.1 Pengaruh mass flow rate fluida dingin (ṁ perubahan temperatur fluida dingin (∆T

kg/s ṁ

kg/s ṁ 0.0 Grafik 3.1 Grafik Distribusi Temperatur

92.56

68.84

61.5 55.44

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0.023 0.027 0.03 0.033

Mass flow rate fluida dingin ṁc(kg/s) Mass flow rate fluida dingin ṁc(kg/s)

Fluida Dingin Terhadap Perubahan

c

) terhadap

∆T

c

)

0.027kg/s

0.033kg/s Grafik 3.1 Grafik Distribusi Temperatur

55.44

0.033

(17)

13

Pada diagram 3.1 menunjukkan hasil perubahan temperatur pada mass flow rate fluida dingin 0,023 kg/s adalah 92.56 °C, pada mass flow rate fluida dingin 0,027 kg/s hasil perubahan temperatur adalah 68,84 °C, sedangkan pada mass flow rate fluida dingin 0,030 kg/shasil perubahan temperatur adalah 61,5

°C, dan pada mass flow rate fluida dingin 0,033 kg/s hasil perubahan temperatur adalah 55,44 °C.

3.2 Pengaruh Mass Flow Rate Fluida Dingin Terhadap Kalor yang Diterima Fluida Dingin

Diagram 3.2 Pengaruh mass flow rate fluida dingin (ṁ

c

) terhadap kalor yang diterima fluida dingin (q

c

).

Pada diagram 3.2 menunjukkan hasil kalor yang diterima fluida dingin pada mass flow rate fluida dingin 0,023 kg/s adalah 2148,040 W, pada mass flow rate fluida dingin 0,027 kg/s kalor yang diterima adalah 1875,408 W, sedangkan pada mass flow rate fluida dingin 0,030 kg/s kalor yang diterima adalah 1861,605 W, dan pada mass flow rate fluida dingin 0,033 kg/skalor yang diterima adalah 1845,986 W.

2148,040

1875.408 1861.605

1845.986

1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200

0.023 0.027 0.03 0.033

Kalor yang ditrimaqc(W)

Mass flow rate fluida dingin ṁc(kg/s)

(18)

14

3.3 Pengaruh Mass Flow Rate Fluida Dingin Terhadap Koefisien Perpindahan Kalor Fluida Dingin

Diagram 3.3 Pengaruh mass flow rate fluida dingin (ṁ

c

) terhadap koefisien Perpindahan kalor fluida dingin (h

c

)

Pada diagram 3.3 menunjukkan

hasil koefisien perpindahan kalor total pada mass flow rate fluida dingin 0,023 kg/s adalah 302,095 W/m2K, pada mass flow rate 0,027 kg/s koefisien perpindahan kalor fluida dingin adalah 339,970 W/m2K, sedangkan pada mass flow rate 0,03 kg/s koefisien perpindahan kalor fluida dingin adalah 368,769 W/m2K, dan pada mass flow rate 0,033 kg/s koefisien perpindahan kalor fluida dingin adalah 398,464 W/m2K.

3.4 Pengaruh Mass Flow Rate Fluida Dingin Terhadap Koefisien Perpindahan Kalor Total

Diagram 3.4 Pengaruh mass flow rate fluida dingin (ṁc) terhadap koefisien perpindahan kalor total (U)

302.095 339.970 368.769

398.464

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

0.023 0.027 0.03 0.033

Mass flow rate fluida dingin ṁc(kg/s) Koefisien perpindahan kalor fluidadinginhc(W/m²K)

9.253

7.146 7.559 7.822

0 2 4 6 8 10

0.023 0.027 0.03 0.033

Mass flow rate fluida dingin ṁc(kg/s) Koefisien perpindahan kalor total U (W/m²K)

(19)

15

Pada diagram 3.4 menunjukkan hasil koefisien perpindahan kalor total pada mass flow rate fluida dingin 0,023 kg/s adalah 9,253 W/m2K, pada mass flow rate fluida dingin 0.027 kg/s koefisien perpindahan kalor total adalah 7,146 W/m2K, sedangkan pada mass flow rate fluida dingin 0.030 kg/s koefisien perpindahan kalor total adalah 7.559 W/m2K, dan pada mass flow rate fluida dingin 0.033 kg/s koefisien perpindahan kalor total adalah 7,822 W/m2K.

3.5 Pengaruh Mass Flow Rate Fluida Dingin Terhadap Efisiensi Heat Exchanger

Diagram 3.5 Pengaruh mass flow rate fluida dingin (ṁ

c

) terhadap efisiensi ( )

Pada diagram 3.5 diatas menunjukkan hasil efisiensi Heat Exchanger pada mass flow ratefluida dingin 0,023kg/s adalah 38,946%, pada mass flow rate fluida dingin 0,027kg/s hasil efisiensi adalah 34,003%, sedangkan pada mass flow rate fluida dingin 0,030kg/s hasil efisiensi adalah 33,753%, dan pada mass flow rate fluida dingin 0,033kg/s hasil efisiensi adalah 33,47%.

38.946

34.003 33.753 33.470

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

0.023 0.027 0.03 0.033

Mass flow rate fluida dingin ṁc(kg/s) Efisiensikalor yang diserap Heat Exchanger (%)

(20)

16

3.6 Pengaruh Mass Flow Rate Fluida Dingin Terhadap Perubahan Massa Temulawak.

Diagram 3.6 Pengaruh mass flow rate fluida dingin (ṁ

c

) terhadap perubahan massa temulawak (∆m

temulawak

)

Pada diagram 3.6 diatas menunjukkan hasil perubahan massa temulawak pada mass flow rate fluida dingin 0,023kg/s adalah 213g, pada mass flow rate fluida dingin 0,027kg/s perubahan massa temulawak adalah 291g, sedangkan pada mass flow rate fluida dingin 0,03kg/s perubahan massa temulawak adalah 285g, dan pada mass flow rate fluida dingin 0,033kg/s perubahan massa temulawak adalah 277g.

213

291 285

277

0 50 100 150 200 250 300 350

0.023 0.027 0.03 0.033

PerubahanMassa Temulawak ∆Mt(kg)

Mass flow rate fluida dingin ṁc(kg/s)

(21)

17

4. PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

1. Didapatkan desain dan kontruksi Heat Exchanger Cross Flow Mixed, Tube Non Finned Four Pass dengan panjang shell 30cm, lebar 20cm, tinggi 45cm serta memiliki 8 tube, diameter 20mm dengan total panjang tube 120cm.

2. Semakin besar mass flow rate maka perubahan temperatur fluida dingin kecil.

3. Semakin besar mass flow rate fluida dingin maka semakin kecil kalor yang diterima fluida dingin.

4. Semakin besar mass flow rate fluida dingin maka semakin besar pula koefisien perpindahan kalor fluida dingin.

5. Koefisien perpindahan kalor terbesar yang diterima fluida dingin terdapat pada mass flow rate fluida dingin 0,023kg/s yaitu sebesar 8,448W/ K.

6. Efisiensi heat exchanger terbesar terdapat pada mass flow rate fluida dingin 0,023kg/s yaitu sebesar 35,56%.

7. Perubahan massa temulawak terbesar terdapat pada mass flow rate fluida dingin 0.027kg/s yaitu sebesar 291g.

4.2 SARAN

1. Pada perancangan selanjutnya peneliti dapat meningkatkan effisiensi heat exchanger dengan cara menambah luasan pipa heat exchanger serta mengganti bahan pembuatan heat exchanger dengan bahan yang lebih baik dalam penyerapan kalornya.

2. Peneliti juga dapat meningkatkan effisiensi heat exchanger dengan cara memberi isolator pada dindingnya, agar kalor yang dihasilkan burner gas LPG tidak banyak yang terbuang ke ruangan.

(22)

18

PERSANTUNAN

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan tepat waktu dan tanpa halangan berarti yakni dengan judul “Rancang Bangun dan Pengujian Heat Exchanger cross Flow Mixed, Tube Non Finned Four Pass, Untuk Mengeringkan Empon-empon Dengan Variasi Mass Flow Rate”.

Selama proses penyusunan Tugas Akhir penulis sadar bahwa banyak hambatan dan kesulitan yang dialami.Bantuan semangat dan dorongan serta bantuan baik materil maupun non materil tidak lepas dari jasa berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Allah S.W.T yang senantiasa melimpahkan rahmat, nikmat, karunia dan kasih sayang-Nya.

2. Ibu dan Bapak atas segala perhatian, doa, dan dukungan baik moral maupun materil yang telah diberikan.

3. Bapak Ir. Sri Sunarjono,MT,Ph.D, Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

4. Bapak Ir. Subroto, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta.

5. BapakIr. Sartono Putro, MT. selaku pembimbing utama yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam proses penelitian dan penyusunan Tugas Akhir ini.

6. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Mesin yang telah begitu banyak memberikan pengetahuan yang tiada ternilai,

7. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah berjasa besar dalam proses penelitian dan penulisan Tugas Akhir.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

(23)

Daftar Pustaka

Setiawan, Dona. (2017) “Rancang Bangun Heat Exchanger Tube Non Fin Satu Pass, Shell Tiga Pass Untuk Mesin Pengerin Empon-Empon”.

Skripsi Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wijaya, Felix. (2016) “Analisis Efektivitas Alat Penuar Kalor Shell dan Tube Dengan Air Sebagai Fluida Panas dan Fluida Dingin”. Skripsi Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Ekadewi, Angraini Handoyo. (2000) “Pengaruh Tebal Isolasi Thermal Terhadap Efektivitas Plat Heat Exchanger”. Jurnal Teknik Mesin Universitas Kristen Petra.

Wahyudi, Didik. (2000).”Optimasi Heat Exchanger Tabung Konsentris”. Jurnal Teknik Mesin Universitas Kristen.

Cengel, Y. A. (2003).”Heat Transfer”.Mc. Graw Hill New York Kanginan, Marthen. (2007). “Seribu Pena FISIKA”. Jakarta: Erlangga.

Mukherjee Rajiv (1998).”Effectifity Design Shell and Tube Heat

Exchanger”.Chem Eng Progress.

Gambar

Gambar 1.1.Skema konsep kesetimbangan kalor
Gambar 1.2 Perpindahan kalor konduksi pada dinding datar  Persamaan Perpindahan kalor konduksi pada dinding datar :
Gambar 1.3 Perpindahan kalor konveksi pada dinding datar  Persamaan Penrpindahan kalor konveksi
Gambar 2.1 Desain Heat Exchanger Cross Flow Mixed, non Finned Tube  Four Pass
+5

Referensi

Dokumen terkait

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas jajargenjang dan segitiga.

Respon genotipe berbeda nyata pada peubah tinggi tanaman, jumlah cabang, waktu bunga pertama muncul, waktu buah pertama muncul, rasio panjang dengan diameter buah, persentase jumlah

Mümin kardeşinin Allah yolunda ilerlediğini gördükçe mutlu olmalı, Allah’a şükredip onun gibi olmak için ve onun bu yolda daha da ilerleyebilmesi için dua

Berdasarkan istilah-istilah di atas, maka maksud dari judul tersebut adalah suatu penelitian untuk mengetahuiupaya yang dilakukan oleh TK Islam Hidayatul Mubtadi-ien

Selama MT 2009 telah dilakukan pengkajian PTT padi sawah di enam lokasi, yaitu: Nagari Batu Balang (kabupaten Limapuluh Kota), Nagari Pilubang dan Nagari Kasang

Sedangkan menurut (Burhanuddin, 2013:146) Pembiayaan adalah kegiatan penyedia dana untuk investasi atau kerja sama permodalan antara koperasi dengan anggota,

Proses perencanaan pengadaan alat medis dimulai dari sosialisasi dari pihak Direksi tentang penyusunan Rencana Anggaran Belanja (RAB) dan Program dari Rumah

Apa saja laporan yang anda inginkan dengan data Wisman pada bagian Pusat Data dan Informasi serta apakan memerlukan data warehouse dalam memperoleh informasi