• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PEMBELIAN DAN SISTEM PERSEDIAAN TERHADAP EFISIENSI BIAYA PADA PT TSG CHEMICAL BEKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PEMBELIAN DAN SISTEM PERSEDIAAN TERHADAP EFISIENSI BIAYA PADA PT TSG CHEMICAL BEKASI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PEMBELIAN DAN SISTEM PERSEDIAAN TERHADAP EFISIENSI BIAYA PADA

PT TSG CHEMICAL BEKASI

PUTRI ARISKA NAPITUPULU 2017.10.2789

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MULIA PRATAMA BEKASI

2021

(2)

TANDA PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN JURNAL

NAMA : PUTRI ARISKA

NPM : 2017.10.2789

JURUSAN : AKUNTANSI PEMERIKSAAN

JENJANG PENDIDIKAN : STRATA SATU (S1)

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PEMBELIAN DAN SISTEM PERSEDIAAN TERHADAP EFISIENSI BIAYA PADA PT TSG CHEMICAL BEKASI

BEKASI, 11 OKTOBER 2021

Disetujui dan diterima oleh,

Pembimbing Teknis Pembimbing Materi

Drs. H. Nurfai, M.M Dr. Tony R. Sinambela, M.M Mengetahui,

Wakil Ketua 1 Ketua Jurusan

Hartadi, S.E., M.Ak Dr. Tony R. Sinambela, M.M

(3)

ABSTRAK Putri Ariska Napitupulu

2017102789 putrinapit70@gmail.com

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PEMBELIAN DAN SISTEM PERSEDIAAN TERHADAP EFISIENSI BIAYA PADA PT TSG

CHEMICAL BEKASI

Pengendalian internal merupakan suatu kegiatan pengawasan dan pemeriksaan oleh manajemen dengan tujuan efektivitas dan efisiensi operasi dapat mengidentifikasi ekonomis/tidak ekonomis kegiatan perusahaan. Dengan adanya sistem pengendalian internal, berguna dalam melindungi aset perusahaan terhadap kecurangan, pemborosan biaya, manipulasi biaya, dan pencurian.

Pada penelitian ini penulis membahas tentang pengendalian internal pembelian bahan baku dan pengendalian internal persediaan. Prosedur pembelian yang tidak efisien dapat membebani perusahaan dengan persediaan yang berlebihan. Peneliti menggunakan metode perhitungan Economic Order Quantity dan Reorder Point.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem pembelian bahan baku dan sistem persediaan sudah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku, dalam meningkatkan efisiensi.

Adapun metode yang digunakan peneliti dalam menganalisis data adalah Analisis Deskriptif dan Analisis kuantitatif. Jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik penelitian lapangan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian pada PT. TSG Chemical Bekasi, disimpulkan bahwa dalam pengendalian internal pembelian bahan baku, perusahaan telah memiliki pemisahan fungsi yang cukup jelas. Hal ini sudah sesuai dengan standart akuntansi yang berlaku. Namun pada pengendalian internal persediaan masih kurang efektif karena memiliki jaringan prosedur yang kurang teratur serta tidak sesuai dengan standart akuntansi yang berlaku. Banyak kehilangan (lost) dan kerusakan bahan baku dikarenakan kesalahan prosedur yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Hal ini mengakibatkan penekanan dalam meningkatkan efisiensi biaya menjadi tidak maksimal. Perusahaan juga tidak memiliki Safety Stock untuk jenis bahan baku utama, berbeda dengan perhitungan yang dilakukan peneliti menggunakan perhitungan metode EOQ dengan jumlah Safety Stock untuk masing-masing bahan baku yaitu Additives sebanyak 19.143 kg, bahan baku Isocyanate sebanyak 105.876 kg dan untuk bahan baku Polyol sebanyak 83.463 kg. Sudah jelas bahwa perhitungan metode EOQ layak diterapkan dalam perusahaan dengan permintaan produksi yang tidak seragam karena sangat efektif dan efisien. Hal ini dapat dilihat dari kuantitas pesanan perorder, tingkat frekuensi pemesanan, dan biaya yang harus dikeluarkan.

Kata kunci : Sistem Pengendalian Internal Pembelian, Sistem Persediaan, Efisiensi Biaya

(4)

ABSTRACT

Internal control is an activity of supervision and inspection by management with the aim of operating effectiveness and efficiency as well as compliance with applicable regulations because it can identify the economic/uneconomical activities of the company. With the existence of an internal control system, it is useful in protecting company assets against fraud, cost wastage, cost manipulation, and theft.

In this study, the author discusses the internal control of the purchase of raw materials and internal control of inventory. Inefficient purchasing procedures can burden the company with excessive inventory. Author using the calculation method of Economic Order Quantity and Reorder Point.

The purpose of this study is to determine whether the raw material purchasing system and inventory system are in accordance with applicable accounting standards, thereby increasing efficiency and increasing the company's profit level.

The methods used by researchers in analyzing the data are descriptive analysis and quantitative analysis. The type of data consists of primary data and secondary data. The data collection technique in this study was using field research techniques with interviews, observations, and documentation.

From the results of research at PT. TSG Chemical Bekasi, it was concluded that in the internal control of raw material purchases, the company has a fairly clear separation of functions. This is in accordance with applicable accounting standards. However, the internal control of inventory is still less effective because it has a network of procedures that are less regular and not in accordance with applicable accounting standards. Many losses (lost) and damage to raw materials due to procedural errors that cause losses for the company. This resulted in the emphasis in increasing cost efficiency to be not optimal. The company also does not have Safety Stock for the main types of raw materials, in contrast to the calculations carried out by researchers using the EOQ method calculation with the number of Safety Stock for each raw material, namely Additives as much as 19,143 kg, Isocyanate raw materials as much as 105,876 kg and for Polyol raw materials as much as 83,463 kg. It is clear that the calculation of the EOQ method is feasible in companies with non-uniform production demands because it is very effective and efficient. This can be seen from the quantity of orders per order, the level of frequency of orders, and the costs that must be incurred.

Key words : Purchasing Internal Control System, Inventory System, Cost Efficiency

(5)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Di era globalisasi ini, perkembangan dunia usaha semakin luas sehingga persaingan antar perusahaan juga semakin ketat. Semua perusahaan memiliki tujuan untuk menghasilkan laba yang maksimal (profit oriented). Baik perusahaan dagang, jasa maupun manufaktur. Untuk itu perusahaan sebagai unit usaha harus dapat mengelola sumber-sumber yang mempunyai nilai ekonomis yang terdapat dalam perusahaan. Salah satu cara agar perusahaan dapat mencapai tujuan mendapatkan laba yang maksimal adalah dengan melakukan efisiensi disemua departemen. Jika efisiensi bisa dilakukan maka biaya-biaya dapat ditekan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan tetapi tidak boleh menghilangkan atau mengurangi kualitas produk yang dihasilkan.

Kegiatan perusahaan tidak terlepas dari pembelian bahan baku. Dalam perusahaan manufaktur, pembelian bahan baku merupakan salah satu biaya yang harus dikeluarkan. Perbedaan jumlah barang pembelian yang diterima dengan surat jalan juga menjadi kendala yang berkaitan dengan persediaan dimana persediaan bahan baku mempunyai peranan yang sangat penting terhadap kelancaran proses produksi.

Persediaan merupakan salah satu jenis aset yang riskan, oleh karna itu perlu dilakukan perhitungan dan pengontrolan yang teratur.

Jika persediaan bahan baku kurang maka proses produksi akan terganggu, tetapi jika kelebihan persediaan bahan baku maka akan menjadi beban perusahaan karena modal kerja tertahan di persediaan bahan baku tersebut.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dengan diterapkannya sistem pengendalian internal dalam organisasi perusahaan, diharapkan secara menyeluruh harta perusahaan dapat dilindungi. Dengan sistem pengendalian internal, berguna dalam melindungi aset perusahaan terhadap kecurangan, pemborosan biaya, manipulasi biaya, dan pencurian yang dilakukan baik oleh pihak dalam perusahaan maupun pihak dari luar perusahaan dapat dihindarkan sehingga efisiensi dapat ditingkatkan.

Ukuran keefektifan sistem pengendalian internal akan terpenuhi apabila sistem informasi akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan telah dilaksanakan dengan baik.

Sistem informasi akuntansi adalah sistem yang digunakan management perusahaan yang meliputi semua cara untuk mengawasi, mengelola dan mengendalikan perusahaan. Pengendalian internal yang dilakukan perusahaan memiliki lingkup kerja yang sangat luas, pengendalian ini juga dapat mengidentifikasi 3E, yaitu efisiensi, efektivitas, dan ekonomis/tidak ekonomis kegiatan perusahaan. Oleh karna itu pengendalian internal sangat diperlukan dalam struktur organisasi agar dapat mengidentifikasi kelemahan control yang dilakukan manusia, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi dalam pengadaan persediaan bahan baku maupun barang jadi.

Prosedur pembelian bahan baku melibatkan beberapa bagian dalam perusahaan dengan maksud agar pembelian bahan baku dapat diawasi dengan baik.

Prosedur pembelian yang tidak efisien dapat membebani suatu perusahaan dengan persediaan yang berlebihan dan sebaliknya jika pembelian bahan baku kurang atau terlambat akan mempengaruhi persediaan juga. Kesalahan dalam perencanaan

(6)

pembelian bahan baku atau perhitungan persediaan berpengaruh terhadap laba yang akan diterima perusahaan.

Dengan berdasarkan perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) maka pembelian bahan baku akan tetap tersedia meskipun terdapat kendala dengan stock bahan baku yang kosong saat akan dipakai sebagai pengganti bahan baku yang rusak. Hal tersebut dapat diatasi dengan melaksanakan pengendalian internal atas sistem akuntansi persediaan mencakup kegiatan perusahaan yang dirancang dan terencana terhadap persediaan bahan baku. Jika perusahaan mampu mengendalikan biaya persediaan serendah mungkin, berarti perusahaan akan mampu meningkatkan efisiensi dan menaikkan tingkat keuntungannya. Oleh sebab itu penting bagi perusahaan untuk mengendalikan persediaan secara cermat untuk membatasi biaya penyimpanan yang terlalu besar ataupun kecil.

PT TSG Chemical merupakan industri yang bergerak dalam bidang manufaktur polyurethane. Produk yang diolah dan dihasilkan berbentuk cairan, ada beberapa masalah yang dihadapi mulai dari penguapan, kebocoran, lost (kehilangan) saat proses pengiriman dan banyak juga barang yang belum terpakai dalam jangka waktu yang cukup lama (slow moving) bahkan sudah ada yang hampir kadaluarsa sehingga membuat proses produksi perusahaan tidak berjalan dengan maksimal.

Hal ini disebabkan oleh tidak adanya perencanaan dalam pembelian bahan baku.

Sistem yang akurat akan menyediakan informasi yang diperlukan terutama dalam perencanaan pembelian bahan baku. Melalui sistem ini, diproses informasi yang diperlukan untuk menyusun laporan kepada

departemen yang bersangkutan dalam proses pembelian dan persediaan bahan baku.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian serta membahas masalah dengan judul:

“ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PEMBELIAN DAN SISTEM PERSEDIAAN TERHADAP EFISIENSI BIAYA PADA PT TSG CHEMICAL BEKASI”.

Batasan Masalah

Mengingat luasnya lingkup permasalahan, agar peneliti lebih fokus serta tidak meluas dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup hanya pada sistem pengendalian internal pembelian dan persediaan serta efisiensi biaya persediaan dengan mangambil sampel beberapa jenis bahan baku utama pada PT TSG Chemical Bekasi.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan pokok permasalahan penyusunan skripsi ini sebagai berikut:

a. Apakah Sistem Pengendalian Internal Pembelian sudah sesuai dengan SOP Perusahaan dalam meningkatkan efisiensi biaya pada PT TSG Chemical?

b. Apakah Sistem Pengendalian Internal Persediaan sudah sesuai dengan SOP Perusahaan dalam meningkatkan efisiensi biaya pada PT TSG Chemical?

c. Bagaimana Sistem Pengendalian Internal Pembelian dan persediaan dalam meningkatkan efisiensi biaya pada PT TSG Chemical?

(7)

Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah diuraikan dalam rumusan masalah, penelitian ini bertujan untuk:

a. Untuk mengetahui apakah Sistem Pengendalian Internal pembelian sudah sesuai SOP Perusahaan dalam meningkatkan efisiensi biaya di PT TSG Chemical.

b. Untuk mengetahui apakah Sistem Pengendalian Internal persediaan sudah sesuai dengan SOP Perusahaan dalam meningkatkan efisiensi biaya di PT TSG Chemical.

c. Untuk mengetahui bagaimana Sistem Pengendalian Internal pembelian dan persediaan dalam meningkatkan efisiensi biaya di PT TSG Chemical.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

a. Manfaat bagi penulis adalah untuk

menambah wawasan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai sistem pengendalian internal yang telah dipelajari.

b. Manfaat bagi peusahaan, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk manajemen dalam mengambil kebijakan dan melakukan evaluasi juga memperbaiki sistem kinerja perusahaan.

c. Manfaat bagi pembaca hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi atau acuan untuk penelitian selanjutnya.

LANDASAN TEORI Pengendalian Internal

Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) dalam buku Zaki Baridwan (2015:10), pengawasan internal itu meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat- alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian, dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi di dalam operasi, dan membatu menjaga dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu.

Menurut Hery (2014:20), Pengendalian internal adalah meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan kenadalan data akuntasi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Menurut Bambang Hartadi (2015) pengendalian internal adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga asset, memberikan informasi yang akurat dan handal, mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian internal adalah suatu kegiatan pengawasan dan pemeriksaan oleh manajemen, dewan komisaris, auditor intern dan personil lainnya dengan tujuan mendapatkan keyakinan tentang pencapaian tiga golongan berikut ini:

keandalan laporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

(8)

Tujuan Pengendalian Internal

Menurut Zaki Baridwan (2015:13) , tujuan utama pengendalian internal adalah sebagai berikut:

1. Menjaga keamanan harta milik suatu organisasi.

2. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi.

3. Memajukan efisiensi dalam operasi.

4. Membantu menjaga agar tidak ada yang menyimpang dari kebijaksanaan manajemen yang telah di tetapkan lebih dahulu.

Unsur-unsur Pengendalian Internal Suatu sistem pengendalian internal yang memuaskan harus meliputi unsur- unsur di bawah ini:

a. Organisasi

Untuk dapat memenuhi syarat bagi adanya suatu pengawasan yang baik, hendaknya struktur organisasi dapat memisahkan fungsi-fungsi operasional, penyimpanan, dan pencatatan. Suatu contoh pemisahan fungsi dalam perusahaan dan adanya penetapan garis wewenang dan tanggung jawab yang jelas adalah sebagai berikut:

1. Fungsi pembelian harus terpisah dari fungsi penerimaan.

2. Fungsi pembelian harus terpisah dari fungsi akuntansi.

3. Fungsi penerimaan harus terpisah dari fungsi penyimpanan barang.

4. Transaksi pembelian harus dilaksanakan oleh fungsi gudang, fungsi pembelian, fungsi penerimaan, fungsi akuntansi.

b. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan

Sistem otorisasi dan posedur pencatatan dalam suatu perusahaan merupakan alat bagi manajemen untuk mengadakan pengawasan terhadap operasi dan transaksi- transaksi yang terjadi dan untuk mengklasifikasikan data akuntansi yang tepat.

c. Praktik yang Sehat

Praktik yang sehat adalah setiap pegawai dalam perusahaan melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, misalnya:

1. Surat permintaan pembelian bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggung- jawabkan oleh fungsi gudang.

2. Surat order pembelian bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggung-jawabkan oleh fungsi pembelian.

3. Laporan penerimaan barang bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggung jawabkan oleh fungsi penerimaan.

d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

Untuk mendapatkan pegawai dengan kecakapan yang baik harus dimulai sejak penerimaan pegawai baru, misalnya:

1. Diadakan seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya.

2. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.

Untuk menjamin sistem pengendalian internal yang baik,

(9)

diperlukan beberapa pengawasan tambahan yang terdiri dari laporan- laporan, budget/standar, dan suatu staf audit internal.

Pengendalian Internal Pembelian

Pembelian adalah salah satu fungsi yang penting dalam berhasilnya operasi suatu perusahaan (Sofjan Assauri, 2013:161). Permintaan pembelian adalah contoh suatu aktivitas yang merupakan satuan pekerjaan yang ditujukan untuk memicu bagian pembelian melakukan pengadaan barang sesuai dengan spesifikasi dan jadwal sebagaimana yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Fungsi Terkait Prosedur Pembelian Adapun fungsi-fungsi yang terkait dalam prosedur pembelian antara lain sebagai berikut:

1. Fungsi Gudang

Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi gudang bertanggungjawab untuk mengajukan permintaan pembelian sesuai dengan keadaan persediaan yang ada di gudang dan untuk menyimpan barang yang telah diterima oleh fungsi penerimaan.

2. Fungsi Produksi

Fungsi produksi bertanggungjawab atas aktivitas yang berhubungan dengan jenis, jumlah dan kapan bahan baku akan digunakan.

3. Fungsi Pembelian

Fungsi pembelian bertanggungjawab untuk memperoleh informasi mengenai harga barang, menentukan pemasok yang dipilih dalam pengadaan barang, dan mengeluarkan order pembelian kepada pemasok yang dipilih.

4. Fungsi Penerimaan

Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi ini bertanggungjawab untuk melakukan pemeriksaan terhadap jenis, kualitas dan kuantitas barang yang diterima dari pemasok.

5. Fungsi Akuntansi

Fungsi akuntansi yang terkait dalam transaksi pembelian adalah fungsi pencatat utang dan fungsi pencatat persediaan. Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi pencatat utang bertanggungjawab untuk mencatat transaksi pembelian kedalam register bukti kas keluar dan untuk menyelenggarakan arsip dokumen sumber (bukti kas keluar) yang berfungsi sebagai catatan utang atau menyelenggarakan kartu utang sebagai buku pembantu utang.

Dokumen dalam Prosedur Pembelian Bahan Baku

Dokumen-dokumen yang digunakan sebagai dasar prosedur pencatatan pada sistem pembelian yang dibuat dalam transaksi pembelian bahan baku (Mulyadi, 2014) antara lain:

1. Surat Permintaan Pembelian (SPP) Jika persediaan bahan baku yang ada di gudang sudah mencapai jumlah tingkat minimum pemesanan kembali, bagian gudang kemudian membuat SPP.

2. Surat Permintaan Penawaran Harga Dokumen ini digunakan untuk meminta penawaran harga bagi bahan baku yang pengadaannya tidak bersifat berulang kali terjadi, yang menyangkut jumlah rupiah pembelian besar.

3. Surat Order Pembelian (SOP)

(10)

Dokumen ini digunakan untuk memesan bahan baku kepada pemasok yang telah dipilih. Bagian pembelian melaksanakan pembelian atas dasar surat permintaan pembelian dari bagian gudang.

4. Laporan Pencatatan Penerimaan Barang dibagian Gudang

Dokumen ini dibuat oleh fungsi penerimaan untuk menunjukkan bahwa bahwa barang yang diterima dari pemasok telah memenuhi jenis, spesifikasi, kualitas dan kuantitas seperti yang tercantum dalam surat order pembelian.

5. Surat Perubahan Order Pembelian Dokumen untuk memberitahukan secara resmi kepada pemasok tentang adanya perubahan order pembelian baik perubahan kuantitas, jadwal penyerahan barang, spesifikasi, penggantian (substitusi) atau hal lain yang bersangkutan dengan bisnis.

6. Faktur Pembelian, Bukti Kas Keluar dan Prosedur Pencatatan Utang yang Timbul.

Dokumen ini dibuat oleh fungsi akuntansi untuk dasar pencatatan transaksi pembelian. Bagian pembelian menerima faktur pembelian dari pemasok dan memberikan tanda tangan di atas faktur pembelian, sebagai tanda persetujuan.

Informasi yang Diperlukan Oleh Manajemen

Mulyadi (2013:303) menjelaskan bahwa informasi yang diperlukan oleh manajemen pembelian adalah:

a. Jenis persediaan yang telah mencapai titik pemesanan kembali.

b. Order pembelian yang telah dikirim kepada pemasok.

c. Order pembelian yang telah dipenuhi oleh pemasok.

d. Total saldo utang dagang pada tanggal tertentu.

e. Saldo utang dagang kepada pemasok tertentu.

f. Tambahan kuantitas dan harga pokok persediaan dari pembelian.

Pengendalian Internal Persediaan Menurut Mulyadi (2016:463) dalam buku sistem akuntansi, mengemukakan bahwa pengendalian internal atas persediaan merupakan hal yang penting karena mencakup kegiatan perusahaan yang dirancang dalam suatu metode, jaringan dan prosedur dalam perusahaan atas persediaan.

Klasifikasi persediaan pada perusahaan manufaktur yaitu:

1. Persediaan barang jadi (finished good inventory) adalah barang yang sudah selesai dikerjakan dalam proses produksi yang merupakan barang yang siap dijual.

2. Persediaan barang dalam proses (work in process inventory) adalah barang yang sedang dikerjakan (dalam proses) yang merupakan barang setengah jadi.

3. Persediaan bahan mentah (raw material inventory) yang merupakan bahan baku ataupun pelengkap yang akan digunakan dalam proses produksi.

Metode Pencatatan Persediaan

Menurut Mulyadi (2013:556) metode pencatatan persediaan dibagi menjadi dua yaitu:

1. Sistem persediaan perpetual

Metode ini disebut juga metode buku, karena dalam metode ini setiap jenis persediaan dibuatkan rekening sendiri

(11)

yang merupakan buku pembantu pesediaan.

2. Sistem persediaan Periodik

Sistem yang menggunakan register kas dan hanya mencatat harga jual. Cara untuk mengecek persediaan apa yang terjual dan persediaan apa yang tersisa adalah dengan melakukan perhitungan fisik secara periodik.

Perusahaan harus membuat asumsi arus biaya, pada saat unit-unit barang yang identik dibeli dengan harga yang berbeda- beda sepanjang satu periode. Menurut Stice dan Skousen (2012:120) dalam hal ini ada tiga metode yang sering digunakan, antara lain:

1. Metode First In First Out (FIFO) Metode ini mengasumsikan barang yang masuk pertama akan dijual terlebih dahulu.

2. Metode Last In Firt Out (LIFO)

Pemakaian metode LIFO pada awalanya terbatas untuk situasi yang jarang terjadi dimana unit-unit yang dijual diambil dari unit-unit yang dibeli paling akhir.

3. Metode Average

Metode ini mengasumsikan barang yang siap dijual memiliki harga barang yang sama pada setiap unitnya.

Fungsi yang Terkait Sistem Pengendalian Persediaan

Menurut Krismiaji (Krismiaji, 2015) fungsi yang terkait dengan sistem akuntansi persediaan antara lain:

1. Fungsi Pembelian

2. Fungsi Penerimaan Barang 3. Fungsi Gudang

4. Fungsi Penghitungan Fisik Persediaan 5. Fungsi Akuntansi

Prosedur Dalam Persediaan Bahan Baku

1. Prosedur Pembelian Persediaan Bahan Baku

2. Prosedur Penerimaan Persediaan Bahan Baku

3. Prosedur Penyimpanan dan Pengeluaran Persediaan Bahan Baku Dokumen dalam Prosedur Persediaan Bahan Baku

Menurut Mulyadi (2014:562), dokumen yang digunakan dalam prosedur persediaan antara lain:

a. Surat Order Pembelian, merupakan dokumen yang digunakan untuk melakukan order barang kepada pemasok.

b. Laporan Penerimaan Bahan Baku, dokumen ini dibuat oleh fungsi penerimaan guna menunjukkan bahwa barang yang diterima dari pemasok telah memenuhi syarat.

c. Bukti Memorial, dokumen ini dibuat untuk mencatat tambahan kuantitas dan harga pokok persediaan dalam kartu persediaan.

d. Kartu Perhitungan Fisik, dokumen ini digunakan untuk merekam hasil perhitungan fisik persediaan.

Efisiensi Biaya

Untuk menentukan efisiensi biaya, terdapat beberapa biaya yang harus diperhatikan dalam pembelian dan persediaan bahan baku tersebut. Dalam memperoleh bahan baku, perusahaan tidak hanya mengeluarkan biaya sejumlah harga beli bahan baku, tetapi juga mengeluarkan

(12)

biaya-biaya pembelian, pergudangan, dan biaya-biaya perolehan lainnya.

Tujuan dari pembelian adalah mendapatkan barang yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan pada harga yang pantas dan ketepatan waktu penyerahannya. Apabila tujuan ini dapat dicapai, peusahaan akan dapat menekan biaya operasi lebih rendah atau efisien sehingga diperoleh peningkatan profitabilitas.

Economic Order Quantity dalam Pengendalian Bahan Baku

Model kuantitas pesanan ekonomis (Economic Order Quantity) adalah salah satu teknik control persediaan yang sering digunakan. Sebuah teknik control persediaan yang meminimalkan biaya total dari pemesanan dan penyimpanan (Heizer dan Render, 2011:68).

Pada pendekatan EOQ, tingkat ekonomis dicapai pada keseimbangan antar biaya pemesanan (setup cost) dan biaya penyimpanan (holding cost). Jika ukuran lot besar maka biaya pemesanan akan turun tetapi biaya penyimpanan naik.

Sebaliknya, jika ukuran lot kecil maka biaya pemesanan akan naik tetapi biaya penyimpanan turun. Apabila perusahaan telah mendapatkan kuantitas pesanan yang paling optimal (EOQ), maka langkah selanjutnya adalah menentukan saat pemesanan kembali dari masing-masing item persediaan atau yang disebut dengan titik pemesanan kembali (reorder point).

1. Reorder Point (ROP)

Reorder Point (ROP) adalah suatu tingkat persediaan yang mengharuskan untuk melakukan pemesanan kembali pada persediaan dengan mempertimbangkan

waktu tunggu yang akan terjadi ketika saat pemesanan hingga pesanan diterima.

Besarnya titik pemesanan kembali dapat dihitung dengan rumus.

2. Safety Stock

Merupakan suatu dilema, dimana adanya stock out akan berakibat terganggunya proses produksi dan adanya stock yang berlebih akan meningkatkan biaya penyimpanan.

Penelitian Terdahulu

1. Ratih Nurhayati (2016) Analisis Komparatif Antara EOQ dan Order Cycle System dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Persediaan pada PT

KAWASHIMA ENGINEERING

PLASTIC INDONESIA, berdasarkan perhitungan metode EOQ dan metode OCS untuk total biaya pengendalian bahan baku ABS Cycolac dan ABS Cralastik, dapat dikatakan bahwa metode EOQ lebih efisien dimana selisih antara metode yang digunakan perusahaan dengan metode EOQ yaitu sebesar Rp. 2.990.642 dan memberikan efisiensi biaya persediaan 17,5 %.

2. Larmen Sihombing (2016) Analisis Perbandingan Pemakaian Bahan Baku Lokal dan Bahan Baku Import Terhadap Efisiensi Biaya Produksi Pada PT CAKRA TUNGGAL STEEL MILLS, hasil penelitian menunjukkan pemakaian bahan baku import lebih efisien dalam biaya produksi. Jadi penelitian ini memberikan hasil yang sangat baik jika pemakaian bahan baku import untuk produksi.

3. Sri Indraswari (2020) Evaluasi Pengendalian Intern Pembelian dan Penjualan Terhadap Efektivitas Perusahaan Pada PT AZZURA

(13)

GRIYA UTAMA, hasil penelitian menunjukkan bahwa,terdapat refund konsumen yang lumayan besar dan meningkat setiap tahunnya yang mengakibatkan turunnya efektivitas perusahaan khususnya chas flow.

Pengendalian intern pembelian belum efektif dikarenakan pengadaan stock material yang relative sedikit mengakibatkan membengkaknya anggaran. Pengecekan belum berjalan dengan baik, sehingga kemungkinan salah catat sisa stock sulit terdeteksi.

Kerangka Pemikiran Teoritis

Gambar 2.2 menerangkan bagaimana kerangka pemikiran memiliki hubungan antar variabel yang diteliti, dimana Sistem Pengendalian Internal Pembelian (X1) dan Sistem Pengendalian Internal Persediaan (X2), mempengaruhi efisiensi (Y).

Pengendalian internal itu meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian, dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi di dalam operasi, dan membatu menjaga dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.

Permintaan pembelian ditujukan untuk memicu bagian pembelian melakukan pengadaan barang sesuai dengan spesifikasi dan jadwal

sebagaimana yang direncanakan dalam kebutuhan oleh pemakai barang.

Kesalahan dalam menetapkan besarnya persediaan akan memperbesar beban bunga perusahaan, biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang. Ini juga dapat memperbesar kemungkinan kerugian yang disebabkan kerusakan, menurunnya kualitas, keusangan, dan lain-lain.

Ada banyak faktor untuk menentukan efisiensi biaya diantaranya, sistem pembelian dan sistem pesediaan.

Salah satu alat yang sering digunakan dalam meningkatkan efisiensi biaya adalah dengan menggunakan metode Kuantitas Pesanan yang Ekonomis.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data penelitian agar penelitian ini menjadi lebih mudah dan bertujuan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Pengukuran variabel penelitian ini dilakukan melalui data penelitian kuantitatif yaitu data laporan pembelian bahan baku, kartu stock persediaan dan bukti penerimaan barang PT TSG Chemical Bekasi.

Waktu Penelitian

Waktu penelitian dan pengumpulan data ini akan dilakukan sampai dengan penyusunan skripsi dimulai dari bulan November 2020 sampai bulan Maret 2021.

Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. TSG Chemical yang beralamat di Jl. Inspeksi Kalimalang, Blok GII Sektor 3, RT/RW 001/002, Sukadanau, Cikarang Barat, Bekasi.

Sistem Pengendalian Internal Pembelian (X1)

Sistem Pengendalian Internal Persediaan (X2)

Efisiensi (Y)

(14)

Jenis dan Sumber Data

Jenis sumber data yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini adalah data kuantitatif yang merupakan data berupa angka, yaitu laporan biaya pemesanan, biaya persediaan, biaya pemeliharaan tahun 2020.

Dan data kualitatif adalah data non angka yang sifatnya deskriptif, yaitu sistem pengendalian internal pembelian dan persediaan dalam prosedur pengadaan bahan baku (pembelian) dan penerapan kebijaksanaan dalam pengendalian persediaan.

Metode Analisis Data a. Analisis Kuantitatif

Perbandingan yang berhubungan dengan perhitungan sistem Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder of Purchase (ROP) dari suatu persediaan yang meliputi jumlah leadtime pembelian, lifetime, maksimum dan minimum stock bahan baku tersebut untuk mengetahui pengaruh kedua sistem pada hasil akhir permasalahan yang akan dibahas.

b. Analisis Deskriptif

Metode ini digunakan untuk menganalisa dengan cara penelaahan atas pengendalian internal, daftar pertanyaan dan pengamatan atas pengendalian internal perusahaan berperan penting mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul dan daftar pertanyaan diberikan kepada bagian pembelian.

Deskripsi Obyek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sistem Pengendalian Internal PT. TSG Chemical.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari laporan tahunan perusahaan, khususnya pada laporan pembelian bahan baku, laporan persediaan bahan baku dan biaya persediaan bahan baku. Periode pengamatan selama satu tahun terakhir, yaitu tahun 2020.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persediaan yang terdapat pada PT.

TSG Chemical Bekasi adalah Bahan Baku, Barang Dalam Proses, dan Barang Jadi, dimana dalam proses pembelian dan persediaannya memiliki beberapa kebijakan yang menjadi standart dalam mendukung produksi yang baik untuk menghasilkan produk yang berkualitas.

Kebijakan yang diterapkan oleh PT.

TSG Chemical Bekasi yaitu:

1. Pemilihan supplier yang tepat, minimal 2-3 supplier untuk membandingkan supplier mana yang dipilih untuk supply bahan baku yang dibutuhkan.

2. Pembelian secara import jika pada pasaran lokal bahan baku yang dibutuhkan tidak tersedia.

3. Pengecekan secara berkala untuk persediaan bahan baku yang disimpan di gudang untuk dipakai saat ada penggantian bahan baku yang rusak.

Pembelian bahan baku menggunakan sistem SAP, dimana secara automatic program akan melakukan proses permintaan pembelian berdasarkan dengan posisi stock yang ada pada saldo gudang.

Perhitungan pembelian ini berdasarkan pada Minimum stock, Maksimum stock, dan Reorder Point (ROP) pada persediaan bahan baku tersebut.

(15)

Jika proses persetujuan oleh bagian pada sistem SAP terkait sudah selesai, maka departemen pembelian akan melakukan proses pemilihan oleh beberapa supplier, dan meminta penawaran harga untuk bahan baku tersebut.

Jika penawaran sudah didapat maka departemen pembelian akan mengajukan proses persetujuan penawaran kepada departemen pengguna bahan baku terkait, berdasarkan persetujuan tersebut maka departemen pembelian akan mengeluarkan Order Pembelian (Purchase Order) kepada supplier.

Internal Control Questionnaries Pembelian

Kuesioner merupakan daftar pertanyaan mengenai berbagai informasi atau pendapat yang kompeten dan relevan, yang diperoleh untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pengendalian internal serta menentukan apakah pengendalian internal atas pembelian dan persediaan pada PT. TSG Chemical Bekasi sudah berjalan dengan baik atau tidak.

Oleh sebab itu, penulis melakukan wawancara berdasarkan kuesioner berikut ini dengan staf PT. TSG Chemical Bekasi.

Selain itu, kelemahan yang ditunjukkan dari hasil kuesioner tersebut akan menggambarkan lemah atau tidaknya pengendalian atas kegiatan operasional yang dijalankan oleh PT. TSG Chemical Bekasi khususnya meliputi kegiatan pembelian dan persediaan.

Berdasarkan hasil penelitian pada sistem pengendalian intenal pembelian melalui wawancara dan hasil jawaban kuesioner di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal yang dilakukan PT.

TSG Chemical Bekasi tidak berjalan dengan baik dan kurang efektif karena memiliki jaringan prosedur yang kurang teratur, dibuktikan dengan jawaban pada kuesioner di atas.

Berdasarkan hasil kuesioner tersebut, kelemahan yang telah ditemukan adalah sebagai berikut:

a. Setiap pesanan pembelian tidak didasarkan atas permintaan dari bagian gudang, juga tidak disetujui secara teratur mengenai harga, kuantitas dan kualitasnya. Supplier tidak dipilih berdasarkan jawaban penawaran harga bersaing dari berbagai supplier.

b. Dalam prosedur permintaan pembelian, bagian pembelian menerima permintaan pembelian dari direktur dan ajukan surat order pembelian ke direktur untuk penyetujuan. Kirim Order Pembelian yang telah disetujui direktur ke supplier yang sudah di tentukan oleh direktur.

c. Struktur organisasi perusahaan dan rangkaian tugas serta wewenang dari organisasi tersebut tidak sesuai dengan sistem yang ada, dimana penentuan pemasok, penawaran, dan negosiasi dilakukan oleh direktur.

d. Fungsi pembelian tidak mengikuti pengiriman barang untuk memastikan ketepatan waktu pengiriman dan tidak adanya bukti laporan pembelian terhadap fungsi gudang. Informasi dari bagian pembelian ke bagian penerimaan barang hanya sebatas informasi waktu kedatangan barang.

(16)

Prosedur Persediaan pada PT. TSG Chemical Bekasi

Pada PT. TSG Chemical Bekasi sistem pengendalian internal persediaan dimulai dari penerimaan barang masuk dan permintaan pengeluaran barang oleh departemen terkait yang akan dipakai pada penggantian bahan baku.

Proses penerimaan barang dimulai dari supplier mengirimkan barang beserta surat jalan, pada tahap ini bagian penerimaan akan mengecek surat jalan pada sistem berdasarkan dengan No Order Pembelian (Purchase Order) yang tertera pada surat jalan, jika barang yang tertera pada surat jalan sesuai dengan sistem maka bagian penerimaan akan mengecek secara fisik barang tersebut apakah sudah sesuai dengan spesifikasi, quantity, tipe, dan merk yang diminta dengan Order Pembelian.

Setelah proses penerimaan selesai dilakukan, maka bagian penerimaan akan membuatkan Laporan Penerimaan Barang (Goods Receipt) berdasarkan pada surat jalan yang diterima, dan memberikan laporan penerimaan barang tersebut kepada Kepala Gudang untuk ditandatangani dan mendistribusikan Laporan Penerimaan Barang tersebut ke departemen terkait.

Setelah departemen terkait menerima informasi barang yang dipesan datang maka pihak tersebut akan mengecek bahwa barang tersebut memang sesuai dengan yang diinginkan dan melakukan proses permintaan pengeluaran barang dengan melakukan reservasi pada sistem SAP.

Setelah departemen terkait melakukan reservasi untuk mendapat no reservasi untuk permintaan pengeluaran barang maka no reservasi tersebut

diberikan kepada bagian gudang untuk diproses menjadi dokumen Bukti Pengeluaran Barang (BPB) Good Issue yang menjadi dasar pengeluaran barang oleh gudang. Petugas yang mengeluarkan barang akan mengambil barang berdasarkan Jenis, Area, dan Quantity barang yang ada pada dokumen Bukti Pengeluaran Barang tersebut. Pada dokumen BPB ditandatangai oleh pengambil barang dan Departement Head.

Perusahaan menyadari bahwa bagian persediaan merupakan suatu bagian yang sangat sensitif dan rentan terhadap penyimpangan-penyimpangan seperti pencurian, penyusutan, pemborosan serta kesalahan dalam pencatatan.

Didalam pencatatan dan penilaian persediaan bahan baku digunakan sistem perfectual. Sistem pengeluaran dan penyimpanan bahan baku yang digunakan adalah sistem pergudangan tertutup yang melarang karyawan lain selain karyawan gudang untuk memasuki tempat penyimpanan, serta pencatatan yang selalu disertai dokumen yang telah diotorisasi secara tepat.

Internal Control Questionnaries Persediaan

Berdasarkan hasil penelitian pada sistem pengendalian intenal persediaan melalui wawancara dan hasil jawaban kuesioner di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal yang dilakukan PT.

TSG Chemical Bekasi kurang efektif karena memiliki jaringan prosedur yang kurang teratur, dibuktikan dengan jawaban pada kuesioner di atas.

Dari hasil kuesioner tersebut, kelemahan dan permasalahan yang telah ditemukan adalah sebagai berikut:

(17)

a. Dalam mengelola persediaan bahan baku, penulis melihat adanya kekurangan dimana sistem perhitungan fisik persediaan hanya dilakukan oleh fungsi akuntansi persediaan dan fungsi gudang.

b. Perencanaan dalam menyusun kebutuhan bahan baku kurang tepat antara apa yang direncanakan dengan realisasinya sehingga sering terjadi kelebihan dan kekurangan bahan baku.

c. Struktur organisasi perusahaan dan rangkaian tugas serta wewenang dari organisasi tersebut tidak sesuai dengan sistem yang ada.

d. Penempatan barang (tata letak) tidak beraturan, tidak sesuai dengan kategori barang sehingga penggunaan tempat (lokasi) tidak maksimal.

e. Banyak kehilangan (lost) dan kerusakan bahan baku dikarenakan kesalahan prosedur yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan.

Analisis atas Perhitungan EOQ dalam Pengendalian Atas Pembelian dan Persediaan Bahan Baku Terhadap Efisiensi Biaya

Prosedur pembelian bahan baku pada perusahaan manufaktur merupakan hal yang terpenting dalam suatu proses bisnis.

Proses berjalannya suatu bisnis terutama industri yang bergerak dalam kegiatan manufaktur, membutuhkan bahan baku agar kegiatan produksi dapat berjalan sehingga mampu menciptakan suatu produk yang siap untuk dijual.

Dalam pengendalian persediaan bahan baku, diperlukan stock opname yang biasa dilakukan sebulan sekali. Perusahaan menggunakan sistem pemakaian bahan

baku dengan perputaran cepat sehingga manajemen menganggap perlu mengetahui posisi persediaan barang, pemakaian bahan baku, biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan bahan baku dan lain- lain dalam jangka waktu yang cepat.

Perusahaan memiliki safety stock yang berubah-ubah jumlahnya, sedangkan untuk bahan baku campuran tidak memiliki safety stock. Kalaupun ada jumlahnya sangat sedikit, hal ini tergantung kebijakan bagian PPIC dalam menentukannya sesuai dengan forcasting yang berhubungan dengan situasi yang akan dihadapi periode yang akan datang.

Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan kebutuhan bahan baku yang mengarah pada perencanaan produksi, sehingga dalam menyusun rencana kebutuhan bahan baku ini diperlukan ketepatan antara apa yang direncanakan dengan realisasinya untuk menghindari kelebihan atau kekurangan bahan baku sehingga mampu meningkatkan efisiensi biaya.

Tabel 4.3

Data Pembelian Bahan Baku

Pembelian Bahan Baku Tahun 2020 Dalam Kg

DATE

ADDITIVES ISOCYANATE POLYOL

Harga/Kg 12.980

Harga/Kg 12.250

Harga/Kg 14.180

P PBB P PBB P PBB

Jan 4.750 8.443,61 20.000 34.495 22.448 37.335

Feb - 5.320 64.800 32.050 53.744 17.473,5

Mar 6.700 6.780 80.000 80.000 10.368 33.102

Apr 24.500 3.553,61 5.000 17.350 16.677 16.677

Mei 3.100 7.910 14.000 27.000 29.640 27.699

Jun 500 4.100 20.000 13.320 24.210 12.002

Jul 20.000 8.158 20.000 40.650 24.090 44.301

AgT 11.530 7.870 59.200 39.510 37.607 37.723

Sep - 8.050 40.000 44.700 45.847 32.848

Okt 1.060 8.328 40.000 53.130 24.445 36.918

Nov 6.385 5.840 80.000 21.480 52.976 26.623

Des 150 2.215 39.200 19.819,5 17.685 11.155,5 Total 78.675 76.568,2

2 476.600 423.505 359.737 333.857 Rata-rata 6.556 6.381 39.716 35.292 29.978 27.821

Total Harga Pembelian

Rp. 1.021.201.500 Rp. 5.838.350.000 Rp. 5.101.070.660

(18)

Adapun perhitungan yang akan dilakukan sehubungan dengan Economic Order Quantity (EOQ) atau kuantitas pesanan yang ekonomis:

1. Menentukan biaya pemesanan dan penyimpanan persediaan

2. Menentukan EOQ atau kuantitas pesanan yang ekonomis

3. Safety Stock atau persediaan pengaman

4. Reorder Point atau titik pemesanan kembali

5. Maximum stock atau persediaan maksimum

6. Menentukan biaya pemesanan dan penyimpanan persediaan.

Total Biaya Penyimpanan dan Pemesanan Bahan Baku Tahun 2020

Biaya Pemesanan Variabel (Rp) Biaya Penyimpanan Tetap (Rp) Bongkar

Muat

Cetak Form

Total Biaya Variabel

Biaya Depresiasi

Biaya Listrik

Total Biaya Tetap 39.375.180 148.000 39.523.180 40.000.000 96.000.000 136.000.000

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa total biaya pemesanan bahan baku Additives, Isocyanate dan Polyol adalah sebesar Rp. 39.523.180 dan total biaya simpan bahan baku sebesar Rp.

136.000.000. Untuk melakukan satu kali pemesanan bahan baku, perusahaan membutuhkan biaya sebesar Rp.

39.523.180 : 12 = Rp. 3.293.598 / pesanan.

- Biaya penyimpanan bahan baku Additives adalah Rp.136.000.000 / 78.675 kg = Rp. 1.729 / kg.

- Biaya penyimpanan bahan baku Isocyanate adalah Rp.136.000.000 / 476.600 kg = Rp. 285 / kg.

- Biaya penyimpanan bahan baku Polyol adalah Rp.136.000.000 / 359.737 kg

= Rp. 378 / kg.

Perhitungan Pengadaan Bahan Baku dengan Model EOQ

Berikut adalah data bahan baku utama tahun 2020:

a. Bahan Baku ADDITIVES 1. Menentukan EOQ

EOQ = √2 x RU x CO (CC x CU)

= √2 x 78.675 x 39.523.180 (20% x 18.250)

= √6218972373000 3.659

= √1703828047

= 41.277 kg

2. Persediaan Rata – rata

= EOQ/2

= 41.277 kg / 2

= 20.639 kg

3. Frekuensi pemesanan

= RU/EOQ

= 78.675/41.277

= 1.9 dibulatkan menjadi 2 kali 4. Biaya penyimpanan atau

pemilikan bahan baku selama setahun

= CC x EOQ 2

= 3.659 x 41.277 2

= Rp. 75.516.272

5. Biaya Pemesanan Additives setiap kali

= RU x CO EOQ

= 78.675 kg x Rp. 3.293.598 14.129

= Rp. 18.339.856

(19)

6. Total biaya persediaan untuk bahan baku Additives

= Biaya Penyimpanan + Biaya Pemesanan

= Rp. 75.516.272 + Rp. 18.339.856

= Rp. 93.856.128

b. Bahan Baku ISOCYANATE 1. Menentukan EOQ

EOQ =√2 x RU x CO (CC x CU)

=√2 x 476.600 x 39.523.180 (20% x 12.250)

=√37673495176000 2.450

= √15376936807

= 124.004 kg

2. Persediaan Rata – rata

= EOQ/2

= 124.004 kg / 2

= 62.002 kg

3. Frekuensi pemesanan setahun

= RU/EOQ

= 476.600/124.004

= 3.8 dibulatkan menjadi 4 kali 4. Biaya penyimpanan atau pemilikan

bahan baku selama setahun

= CC x EOQ 2

= 2.450 x 124.004 2

= Rp. 151.904.900

5. Biaya Pemesanan setiap kali

= RU x CO EOQ

= 476.600 kg x Rp. 3.293.598 124.004

= Rp. 12.658.695

6. Total biaya persediaan

= Biaya Penyimpanan + Biaya Pemesanan

= Rp. 151.904.900 + Rp. 12.658.695

= Rp. 164.563.595 c. Bahan Baku POLYOL

1. Menentukan EOQ

EOQ = √2 x RU x CO (CC x CU)

= √2 x 359.737 x 39.523.180 (20% x 14.180)

= √28435900407320 2.836

= √10026763190

= 100.134 kg

2. Persediaan Rata – rata

= EOQ/2

= 100.134 kg / 2

= 50.067 kg

3. Frekuensi pemesanan bahan baku Isocyanate setahun

= RU/EOQ

= 359.737/100.134

= 3.5 dibulatkan menjadi 4 kali 4. Biaya penyimpanan atau pemilikan

bahan baku selama setahun

= CC x EOQ 2

= 2.836 x 100.134 2

= Rp. 141.990.012

5. Biaya Pemesanan Polyol setiap kali

= RU x CO

EOQ

= 359.737 kg x Rp. 3.293.598 100.134

= Rp. 11.832.435

(20)

6. Total biaya persediaan untuk bahan baku Polyol

=Biaya Penyimpanan + Biaya Pemesanan

= Rp. 141.990.012 + Rp. 11.832.435

= Rp. 153.822.447

Perhitugan ROP (Reorder Point)

Berdasakan perhitungan EOQ, perusahaan juga bisa menghitung ROP untuk bahan baku tersebut, berikut perhitungan ROP yaitu:

1. Menentukan Safety Stock bahan baku Additives, Isocyanate, dan Polyol.

Penggunaan rata – rata bahan baku Additives, Isocyanate, dan Polyol dalam 1 tahun dan pemakaian normal untuk penundaan waktu 3 hari, maka Safety Stocknya adalah:

Safety Stock = Pemakaian rata-rata x Waktu Tunggu

- Additives = 6.381 kg x 3 hari

= 19.143 kg

- Isocyanate = 35.292 x 3 hari

= 105.876 kg

- Polyol = 27.821 x 3 hari

= 83.463 kg

2. Menentukan Reorder Point (ROP) atau Pemesanan Kembali.

Penggunaan rata – rata bahan baku Additives, Isocyanate, dan Polyol dalam 1 tahun dan pemakaian normal bahan baku untuk penundaan waktu 3 hari, maka Reorder Pointnya adalah:

ROP = (Leadtime x Pemakaian rata- rata) + Safety Stock

- Additives = (3 x 6.381 kg) + 19.143 kg = 38.286 kg

- Isocyanate =(3 x 35.292) + 105.876 kg = 211.752 kg

- Polyol = (3 x 27.821) + 83.463 kg

= 166.926 kg

3. Menentukan Maksimum Stock atau Pesanan Maksimum bahan baku Additives, Isocyanate, dan Polyol.

Persediaan Maksimum EOQ = Safety Stock + EOQ

- Additives = 19.143 kg + 41.277 kg

= 60.420 kg

- Isocyanate =105.876 kg + 124.004 kg = 229.880 kg

- Polyol = 83.463 kg + 100.134 kg

= 183.597 kg

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada PT. TSG Chemical Bekasi pada tahun 2020 dengan menggunakan metode EOQ menunjukkan bahwa kebutuhan rata-rata pemesanan bahan baku yang paling ekonomis untuk bahan baku Additives selama setahun adalah sebanyak 78.675 kg dengan kuantitas pemesanan yang paling ekonomis sebesar 41.277 kg akan terpenuhi dengan frekuensi pemesanan sebanyak 2 kali dengan total biaya sebesar Rp. 93.856.128. Untuk bahan baku Isocyanate dengan pembelian rata-rata setahun sebanyak 476.600 kg, pemesanan dengan kuantitas yang paling ekonomis sebanyak 124.004 kg dengan frekuensi pemesanan sebanyak 4 kali dalam setahun dan mengeluarkan biaya sebesar Rp.

164.563.595. Sedangkan untuk bahan baku Polyol, pembelian rata-rata setahun adalah sebanyak 359.737 kg dengan kuantitas pemesanan yang paling ekonomis sebesar 100.134 kg akan terpenuhi dengan frekuensi pemesanan sebanyak 4 kali dalam setahun dan mengeluarkan biaya sebesar Rp. 153.822.447.

Sedangkan untuk persediaan pengaman yang harus selalu tersedia untuk bahan baku Additives sebesar 19.143 kg, bahan baku Isocyanate 105.876 kg, dan bahan baku Polyol sebesar 83.463 kg.

(21)

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menggunakan perhitungan metode EOQ (Econimic Order Quantitiy) dengan frekuensi pemesanan yang tidak terlalu sering dilakukan layak diterapkan dalam perusahaan karena mempengaruhi efisiensi biaya khususnya mengurangi biaya pemesanan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan penulis pada PT. TSG Chemical Bekasi, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam hal pengendalian internal pembelian bahan baku, perusahaan telah memiliki pemisahan fungsi yang cukup jelas antara fungsi pembelian dengan fungsi akuntansi. Pesanan pembelian juga dibuat secara tertulis dan bernomor urut cetak. Hal ini sudah sesuai dengan standart akuntansi yang berlaku. Namun terdapat kelemahan dalam prosedur untuk pesanan pembelian, pemilihan supplier, penentuan harga dan kualitas barang sudah ditentukan oleh direktur.

Perusahaan juga masih menerima penawaran dalam pembelian bahan baku yang tidak memberi jaminan dari supplier/pemasok, dalam hal ini tentu akan menambah beban biaya bahan baku jika barang yang diterima tidak meminta jaminan yang diberikan oleh supplier sebagai pertimbangan dalam pembelian bahan baku untuk meminimalisir kerugian akibat pembelian bahan baku. Hal ini mengakibatkan penekanan dalam meningkatkan efisiensi biaya menjadi tidak maksimal.

2. Pengendalian internal persediaan yang dilakukan PT. TSG Chemical Bekasi

kurang efektif karena memiliki jaringan prosedur yang kurang teratur.

Dalam mengelola persediaan bahan baku, penulis melihat adanya kekurangan dimana sistem perhitungan fisik persediaan hanya dilakukan oleh fungsi akuntansi persediaan dan fungsi gudang. Perencanaan yang disusun dalam kebutuhan bahan baku tidak berjalan sesuai dengan realisasinya sehingga sering terjadi kelebihan dan kekurangan bahan baku. Penempatan barang (tata letak) tidak beraturan, tidak sesuai dengan kategori barang sehingga penggunaan tempat (lokasi) tidak maksimal. Banyak kehilangan (lost) dan kerusakan bahan baku dikarenakan kesalahan prosedur yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Hal ini mengakibatkan penekanan dalam meningkatkan efisiensi biaya menjadi tidak maksimal.

3. Perhitungan yang dipakai oleh perusahaan mengandung resiko yang tidak ringan, yaitu kehabisan persediaan bahan baku, dan ini dapat mempengaruhi kelancaran proses produksi secara continue. Pada biaya persediaan sangat besar jumlahnya, ini dikarenakan sistem produksi yang dijalankan oleh perusahaan adalah sistem produksi massal yang continue dan berlangsung terus menerus dengan jumlah produksi yang selalu berubah- ubah. Perusahaan juga tidak memiliki Safety Stock untuk jenis bahan baku utama, sedangkan pada perhitungan yang dilakukan dengan model EOQ jumlah Safety Stock untuk masing- masing bahan baku yaitu Additives sebanyak 19.143 kg, bahan baku Isocyanate sebanyak 105.876 kg dan untuk bahan baku Polyol sebanyak

(22)

83.463 kg. Disini sudah jelas bahwa model EOQ untuk perusahaan dengan permintaan produksi yang tidak seragam sangat efektif dan efisien, hal ini dapat dilihat dari kuantitas pesanan perorder, tingkat frekuensi pesanan, dan biaya yang harus dikeluarkan.

Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh penulis, maka penulis dapat memberikan saran-saran untuk PT. TSG Chemical Bekasi, sebagai berikut:

1. Perlu diperhatikan untuk pembuatan surat pesanan pembelian. Surat pesanan pembelian harus di buat oleh bagian pembelian berdasarkan permintaan dari bagian gudang.

Direktur tidak dapat menentukan supplier, harga, dan kualitas barang karena hal ini merupakan fungsi bagian pembelian. Bagian pembelian harus memantau ketepatan waktu pengiriman barang.

2. PT. TSG Chemical Bekasi harus lebih memperhatikan sistem pengendalian internal pembeliannya. Perusahaan sebaiknya menentukan Safety Stock juga Leadtime atau tenggang waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan sejak barang dipesan sampai barang diterima di gudang agar terhindar dari stock kosong persediaan yang berpengaruh langsung pada efisiensi biaya.

3. PT. TSG Chemical Bekasi sebaiknya lebih memperhatikan sistem pengendalian internal persediaan bahan baku agar ketersediaan bahan baku di gudang dapat diawasi dan tercontrol karena dampak

pengaruhnya sangat besar pada efisiensi biaya. Kesalahan dalam perhitungan perencanaan pembelian bahan baku akan sangat berpengaruh besar bagi profitabilitas perusahaan, dimana realisasinya adalah seringnya terjadi kekurangan atau bahkan kelebihan stock bahan baku dalam gudang.

4. Adanya kelemahan yang penulis lihat khususnya pada sistem perhitungan persediaan hanya dilakukan oleh pihak yang berwenang yaitu fungsi akuntansi dan fungsi gudang. Menurut penulis seharusnya perusahaan juga melakukan perhitungan fisik yang dilakukan oleh karyawan yang berada di luar wewenang/independen agar hasil perhitungan yang dilakukan dapat diandalkan.

5. PT. TSG Chemical Bekasi sebaiknya lebih memperhatikan kedua sistem yang diterapkan agar kedua sistem berjalan dengan baik dan sesuai dengan SOP sehingga terhindar dari kecurangan-kecurangan yang sering terjadi baik dari pihak eksternal, maupun dari pihak inernal perusahaan.

6. Perusahaan sebaiknya menerapkan perhitungan metode EOQ dalam menentukan Safety Stock juga Leadtime atau tenggang waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan sejak barang dipesan sampai barang diterima di gudang agar terhindar dari stock kosong.perusahaan untuk menggunakan aktiva lancar yang dimilki secara optimal.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan,Zaki. 2015. Sistem Akuntansi.

Yogyakarta : BPFE

Heri. 2014. Controllership. Jakarta : Grasindo

Hartadi,Bambang. 2015. Sistem Pengendalian Intern Ed ke-3.

Yogyakarta : BPFE

Assauri,Sofjan. 2013. Manajemen Operasi Produksi. Jakarta : Rajawali Pers Krismiaji. 2015. Sistem Informasi

Akuntansi. Yogyakarta : AMP YKPN

Mulyadi. 2014. Sistem Akuntansi. Ed ke-3.

Jakarta : Raja Grafindo Persada Mulyadi. 2013. Sistem Akuntansi. Ed ke-4.

Jakarta : Salemba Empat

Mulyadi. 2016. Akuntansi Biaya. Ed ke-5 : Yogyakarta : UPT STIM TKPN Warren. 2014. Pengantar Akuntansi.

Jakarta : Salemba Empat

Stice and Skousen. 2012. Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat Heizer dan Render. 2011. Operation Manajemen. Jakarta : Salemba Empat

Sugiono. 2014. Metode Penelitian dan Pengembangan. Bandung : Alfabeta Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

No.14 (IAI,2012)

Gambar

Gambar 2.2 menerangkan bagaimana  kerangka  pemikiran  memiliki  hubungan  antar variabel  yang  diteliti, dimana Sistem  Pengendalian  Internal  Pembelian  (X 1 )  dan  Sistem  Pengendalian  Internal  Persediaan  (X 2 ), mempengaruhi efisiensi (Y)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan tenaga kesehatan yang berpengetahuan baik mengenai mencuci tangan di rumah sakit sebanyak 43 orang dintaranya, tenaga kesehatan dngan lama kerja kurang dari

R.D Kandou Manado telah siap untuk pulang, dan terdapat hubungan antara discharge planning dengan kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner di ruangan CVBC

Pembuatan “MEDCA” alat pengukur BMI ( Body Mass Index ) dan BMR ( Basal Metabolic Rate ) dengan Coin Acceptor sebagai syarat untuk pemakaian ini merupakan

Hasil penelitian ini meliputi: (1) tokoh utama dalam karangan narasi siswa berupa tokoh “aku”, sedangkan tokoh sampingan berupa keluarga dan teman; (3) latar yang

Hasil analisis didapat (1) Ada Pengaruh metode guided inquiry teaching dengan memanfaatkan media pembelajaran pada mata pelajaran matematika dapat meningkatkan

Berdasar pada temuan penelitian dengan metode kualitatif- fenomenologis telah dihasilkan strategi tindak tutur direktif guru yang memunculkan respons warn afektif

Graf dapat dimanfaatkan untuk merepresentasikan hasil ekstraksi data dari file biner sidik jari menjadi bentuk atau struktur data yang mudah diolah untuk proses pencocokkan

Tidak terjadinya pemanasan air oleh elektroda bisa dari bermacam-macam sebab antara lain tidak adanya suplai daya listrik ke elektroda, atau elektroda sudah tidak dalam kondisi