• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII SMPN 6 MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII SMPN 6 MALANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

*) Nahnu Robid Jiwandono adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang, 2012.

KARAKTERISTIK KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII SMPN 6 MALANG

Nahnu Robid Jiwandono*) Universitas Negeri Malang E-mail: Newnyu26@gmail.com Dr. H. Imam Agus Basuki, M. Pd.

Dr. Hj. Titik Harsiati, M. Pd.

ABSTRACT: This study aims to identify the characteristics of a narrative essay created by students in grade VII SMPN 6 Malang. This study used a qualitative approach. The results of this study are: (1) the main character of the figure of "I" while the additional figure are the family or friends; (3) setting that used is close to the lives of students; (4) the characteristics of the plot that used is forward plot; and (5) the most used themes include: the themes about the experience of traveling and scary experience.

Keywords: narrative essay, intrinsic elements

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik karangan narasi siswa kelas VII SMPN 6 Malang. Penelitian ini menggunakan metode deskrpitif kualitatif. Hasil penelitian ini meliputi: (1) tokoh utama dalam karangan narasi siswa berupa tokoh “aku”, sedangkan tokoh sampingan berupa keluarga dan teman; (3) latar yang dipilih siswa adalah latar yang dekat dengan kehidupan siswa; (4) alur yang digunakan adalah alur maju; dan (5) tema yang banyak digunakan adalah tema pengalaman berwisata dan pengalaman menakutkan.

Kata kunci: karangan narasi, unsur intrinsik

Menulis pengalaman merupakan salah satu bentuk dari menulis karangan narasi sehingga dapat ditelaah dari segi unsur-unsurnya. Hal tersebut sesuai dengan persamaan-persamaan yang disebutkan oleh beberapa ahli berikut. Menurut Keraf (2004: 136) narasi merupakan sutau wacana yang bertujuan menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Wibowo (2003: 59) menjelaskan bahwa tulisan narasi menggarisbawahi aspek penceritaan atas suatu rangkaian peristiwa yang dikaitkan dengan kurun waktu tertentu. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis pengalaman merupakan salah satu bentuk dari menulis karangan narasi. Karangan narasi terdiri dari unsur-unsur intrinsik atau unsur-unsur yang membangun karangan narasi dari dalam. Unsur-unsur tersebut meliputi: urutan peristiwa, latar, pelaku, perwatakan, tema, dan sudut pandang. Berdasarkan hal tersebut, karangan narasi dapat ditelaah dari struktur yang membangunnya. Pada penelitian ini karangan narasi yang ditelaah adalah karangan narasi yang ditulis oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang

(2)

Kegiatan menulis sudah diajarkan pada siswa sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi, termasuk di sekolah menengah pertama. Salah satu keterampilan menulis yang diajarkan di SMP adalah menulis pengalaman pribadi. Hal tersebut sesuai dengan kurikulum kelas VII SMP pada Kompetensi Dasar Menulis pengalaman pribadi dengan memperhatikan cara pengungkapan dan bahasa yang baik dan benar. Melalui kegiatan menulis pengalaman pribadi ini siswa dilatih untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran secara jelas kepada pembaca.

Alasan pemilihan siswa SMP sebagai subjek penelitian adalah karena pada usia tersebut siswa masuk dalam masa transisi dari anak-anak menuju remaja sehingga perlu untuk diketahui bagaimana karakteristik karangan siswa pada masa tersebut. Pada usia sekitar 12 tahun ke atas (usia SMP), siswa telah masuk ke masa remaja awal dan mulai meninggalkan masa-masa kanak-kanak akhir. Konopka (dalam Yusuf, 2001: 184) menyebutkan bahwa masa remaja meliputi (a) remaja awal:12—15 tahun; (b) remaja madya;15—18 tahun, dan (c) remaja akhir:19—22 tahun. Berdasarkan penjelasan tersebut diketahui bahwa siswa kelas VII SMP masuk pada masa remaja awal. Menurut Piaget (dalam Yusuf, 2001: 184) periode anak pada usia 12 tahun ke atas merupakan period of formal operation, maksudnya pada umumnya kemampuan berpikir siswa usia ini sudah mampu memahami sesuatu yang bermakna (meaningfully) tanpa memerlukan objek konkret atau visual. Berdasarkan pernyataan tersebut, berarti anak sudah mampu memahami hal-hal yang bersifat abstrak dan imajinatif. Yusuf (2001: 196—197) memberikan penjelasan yang lebih spesifik yaitu pada masa remaja usia awal, perkembangan emosi anak menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik karangan narasi yang ditulis oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang. Karakteristik tersebut dibatasi pada unsur-insur intrinsik karangan narasi yang meliputi: karakteristik tokoh-penokohan, karakteristik alur, karakteristik latar, dan karakteristik tema.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pemilihan pendekatan ini didasarkan pada adanya kecocokan antara data yang diteliti, tujuan penelitian, dan karakteristik penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dalam bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moeleong, 2010: 6).

Penelitian kualitatif lebih menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh, dirundingkan, dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sebagai sumber data. Begitu pula dengan penelitian kualitatif ini sumber data yang diperoleh dari siswa kelas VII berupa karangan narasi, dianalisis oleh peneliti sebagai instrumen utama dibantu dengan ahli yang bertugas membimbing dan pada akhirnya disepakati bersama menjadi sebuah kesimpulan pada hasil penelitian.

(3)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif karena dalam penelitian ini berusaha mendeskripsikan secara sistematis keadaan yang nyata tentang karangan narasi siswa SMP kelas VII. Metode deskriptif kualitatif sangat cocok karena data yang diperoleh berupa paparan verbal atau rangkaian kata-kata yang berupa karangan narasi siswa kelas VII SMPN 6 Malang.

Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen kunci baik dalam pengumpulan data maupun analisis data. Instrumen pendukung yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen berdasarkan rumusan masalah dan instrumen berupa lembar petunjuk pengerjaan.Data penelitian ini berupa hasil karangan narasi siswa. Sumber data adalah subjek dari data diperoleh. Berdasarkan pengertian tersebut, maka sumber data penelitian ini adalah hasil karangan narasi siswa kelas VII SMPN 6 Malang. Data dianalisis berdasarkan karakteristik yang meliputi unsur-unsur intrinsiknya yaitu tema, pelaku, perwatakan, latar, dan alur. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan tes tulis. Data penelitian ini diperoleh melalui tes tulis yang berupa penugasan. Siswa diberi tugas menulis karangan narasi dengan batasan-batasan yang telah ditentukan oleh peneliti agar data yang diperoleh menjadi lebih terfokus. Siswa juga diberi lembaran berupa Lembar Kerja Siswa. Di dalamnya terdapat panduan untuk mengerjakan tugas dan batasan-batasan dalam nemulis karangan narasi.

Langkah-langkah analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah identifikasi, kodifikasi, klasifikasi, deskripsi, reduksi, dan penyimpulan. Identifikasi dilakukan dengan membaca karangan narasi siswa secara keseluruhan dan mengidentifikasi bagian-bagian dari karangan yang berupa unsur-unsur intrinsik. Selanjutnya dilakukan kodifikasi atau pemberian kode. Pemberian kode dilakukan untuk memudahkan kegiatan analisis karangan secara keseluruhan. Kodifikasi dilakukan dengan memberi kode pada masing-masing karangan. Kemudian peneliti melakukan klasifikasi atau pengelompokan pada unsur-unsur intrinsik yang telah ditetapkan. Sebagai contoh pada unsur intrinsik tema, diklasifikasikan menjadi tema tentang pengalaman berwisata, pengalaman lucu, pengalaman menakutkan, pengalaman kegiatan di sekolah, dan pengalaman tentang belajar sesuatu. Selanjutnya dilakukan deskripsi data dan disesuaikan dengan kriteria permasalahan karangan narasi dengan aspek yang diteliti meliputi karakteristik karangan narasi dari segi unsur intrinsiknya yaitu: tema, latar, pelaku, perwatakan, dan alur. Setelah itu, peneliti menyajikan data. Adapun data yang disajikan adalah data tentang karakteristik karangan narasi siswa dari segi unsur intrinsik. Langkah terakhir adalah penyimpulan.

HASIL PENELITIAN

Karakteristik tokoh dalam karangan narasi siswa kelas VII SMPN 6 Malang dibagi menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh sampingan. Tokoh utama yang dipakai oleh pengarang adalah tokoh “aku” atau “saya”. Tokoh “aku’ dipakai oleh pengarang karena pengarang masih kelas VII SMP sehingga memaknai pengalaman sebagai pengalaman pribadi yang pernah dia alami, bukan pengalaman orang lain.

(4)

Penokohan merupakan cara pengarang dalam melukiskan karakter tokohnya. Pada karangan narasi siswa kelas VII SMPN 6 Malang terdapat dua cara yang dilakukan pengarang dalam melukiskan karakter tokohnya, yaitu dengan cara eksplisit atau langsung dan implisit atau tidak langsung. Pelukisan karakter tokoh secara langsung dilakukan oleh siswa sebagai pengarang dengan cara menyebutkan secara langsung karakter tokoh, seperti berwatak baik, sabar, penakut, penyayang, dsb. Akan tetapi pengarang juga menyertakan deskripsi tentang tokoh yang mendukung karakter tokoh yang telah disebutkan secara langsung. Selain cara langsung, siswa kelas VII SMPN 6 Malang juga menggunakan cara tidak langsung atau implisit dalam melukiskan karakter tokohnya. Cara tidak langsung tersebut dilakukan dengan (a) mendeskripsikan perilaku tokoh (b) mendeskripsikan jalan pikiran tokoh, dan (c) berdasar pada ucapan-ucapan tokoh.

Latar merupakan merupakan lukisan tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Latar dapat menciptakan kesan realistis dan menciptakan kesan seolah-olah peristiwa peristiwa itu sungguh-sungguh ada. Latar terbagi menjadi tiga yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.

Latar tempat yang digunakan oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang adalah lingkungan rumah, lingkungan sekolah, dan tempat wisata. Latar tempat wisata digunakan oleh pengarang untuk karangan yang mengambil tema tentang pengalaman berwisata, sedangkan latar lingkungan rumah dan sekolah banyak digunakan oleh siswa kerena memang sangat dekat dengan kehidupan siswa. Siswa kelas VII SMP dalam kesehariannya pasti akrab dan sering beraktivitas di lingkungan rumah, sekolah, dan sesekali mereka berwisata di tempat-tempat wisata.

Latar waktu yang dipilih oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang beragam mulai dari pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari. Latar pagi hari banyak digunakan dalam karangan yang menceritakan aktivitas di pagi hari seperti berangkat sekolah, sarapan, dan persiapan untuk berwisata. Latar siang digunakan pada aktivitas di sekolah, pulang sekolah, dan kegiatan berwisata. Latar sore banyak digunakan pada karangan yang menceritakan kegiatan belajar sepeda dan belajar motor. Latar malam juga banyak digunakan oleh siswa karena beberapa karangan mengangkat tema tentang pengalaman menakutkan yang dialaminya. Latar malam sangat cocok digunakan pada tema pengalaman yang menakutkan karena identik dengan gelap, sepi, dan dihubungkan dengan waktu yang tepat munculnya hantu oleh siswa kelas VII SMP.

Latar suasana yang paling banyak dipilih oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang adalah suasana menyenangkan. Sebagian besar menggunakan latar suasana menyenangkan seperti saat berwisata atau mendapatkan suatu prestasi di sekolah. Selain itu juga banyak yang menggunakan latar suasana menakutkan atau menyeramkan untuk karangan yang bertema pengalaman menakutkan. Latar suasana lain yang muncul adalah suasana menyedihkan, lucu, dan suasana menegangkan. Pelukisan latar yang digunakan oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang sebagian besar dilakukan dengan cara langsung.

(5)

Alur merupakan tahapan atau urutan peristiwa dalam suatu cerita. Alur dibagi menjadi tiga jenis yaitu alur maju, mundur, dan alur gabungan. Alur yang digunakan oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang adalah alur maju dengan masalah sederhana. Alur maju dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap awal yang terdiri dari pengenalan dan pemunculan konflik, tahap tengah yang terdiri dari konflik dan klimaks, dan tahap akhir atau penyelesaian. Konflik yang digunakan sangat sederhana, bahkan sebagian tidak terdapat klimaks. Alur maju digunakan oleh siswa kelas VII SMP karena cenderung lebih sederhana dan sesuai dengan daya pikir mereka. Mereka berpikir peristiwa harus dijalin secara runtut dari yang pertama sampai yang terakhir. Walaupun begitu ada juga karangan yang pada tahap tengahnya, masalah yang dimunculkan kurang begitu kompleks. Masalah yang digunakan sebagian besar sangat sederhana berkutat pada kehidupan sehari-hari anak-anak.

Tema yang dipilih oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang sangat beragam. Tema tersebut meliputi: tema tentang pengalaman berwisata, pengalaman menakutkan, pengalaman tentang kegiatan sekolah, pengalaman persahabatan, pengalaman lucu atau konyol, dan pengalaman tentang belajar sesuatu. Tema-tema tersebut banyak diangkat oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang karena memang dekat dengan kehidupan anak-anak. Mereka mengungkapkan apa yang mereka rasakan, seperti rasa senang, sedih, dan takut pada karangan yang merupakan pengalaman mereka sendiri. Tema yang paling banyak digunakan adalah tema tentang pengalaman berwisata dan tema tentang pengalaman menakutkan.

PEMBAHASAN

Karakteristik Tokoh dan Penokohan

Sesuai dengan data yang diperoleh, tokoh utama yang dipilih oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang adalah tokoh “aku” atau “saya”. Tokoh “aku” atau “saya” dipilih oleh siswa karena siswa memahami pengalaman sebagai pengalaman pribadi yang pernah dialaminya. Siswa yang masih dalam kategori remaja awal memiliki daya pikir yang lebih sederhana dibandingkan dengan orang dewasa dan kemungkinan masih memiliki rasa “keakuan” atau egois yang tinggi sehingga menampilkan tokoh utama “aku” atau “saya” dalam karangannya.

Tokoh-tokoh sampingan atau tokoh tambahan yang banyak dipilih oleh siswa adalah keluarga yang meliputi ayah, ibu, kakak, adik, nenek, dsb. Selain itu tokoh sampingan yang sering muncul adalah teman atau sahabat. Keluarga dan teman banyak dipilih oleh siswa karena tokoh-tokoh tersebut sangat dekat dengan kehidupan anak yang masih berada pada tingkat SMP kelas VII.

Karakter tokoh yang dipilih kebanyakan merupakan karakter-karakter sederhana seperti baik, sabar, ikhlas, dan penakut. Siswa cenderung memakai karakter yang sebenarnya seperti apa yang dia lihat dan rasakan, bukan mereka-reka. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995: 165) menyatakan bahwa pelaku cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Siswa memilih menggunakan tokoh

(6)

yang benar-benar ada dengan karakter yang seperti apa adanya karena cerita yang dikarang berdasarkan pengalaman yang pernah mereka alami. Siswa menampilkan tokoh-tokoh dengan karakter sederhana dan sesuai dengan apa yang mereka alami atau rasakan berdasarkan pengalaman mereka. Walaupun dengan karakter yang sederhana, anak sudah mampu berpikir secara abstrak dan mampu berimajinasi dengan pikirannya. Hal ini sesuai dengan teori dari Piaget (dalam Yusuf, 2001:184) yang menyatakan bahwa periode anak pada usia 12 tahun ke atas merupakan period of formal operation, maksudnya pada umumnya kemampuan berpikir siswa usia ini sudah mampu memahami sesuatu yang bermakna (meaningfully) tanpa memerlukan objek konkret atau visual.

Penokohan merupakan cara pengarang dalam melukiskan karakter tokohnya. Berdasarkan data yang diperoleh, siswa kelas VII SMPN 6 Malang menggunakan dua cara untuk melukiskan karakter tokoh, yaitu secara langsung atau eksplisit dan secara tidak langsung atau implisit. Cara yang paling banyak digunakan siswa dalam

melukiskan karakter tokohnya adalah dengan cara langsung diikuti dengan deskripsi pendukung tentang perilaku tokoh tersebut. Cara lain yang digunakan siswa kelas VII dalam melukiskan karakteristik tokohnya adalah dengan cara implisit. Cara implisit dilakukan dengan (a) mendeskripsikan perilaku tokoh (b) mendeskripsikan jalan pikiran tokoh, dan (c) berdasar pada ucapan-ucapan tokoh. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa cara tidak langsung menampilkan watak tokoh meliputi: (a) dengan melukiskan keadaan kamar tempat tinggalnya, cara berpakaiannya, cara berbicaranya dsb, (b) dengan melukiskan sifat tokoh dalam menanggapi suatu kejadian atau peristiwa dan sebagainya, dan (c) dengan melukiskan bagaimana tanggapan tokoh-tokoh lain dalam cerita bersangkutan (Suharianto, 1982: 31).

Akan tetapi bila dibandingkan, cara langsung lebih banyak digunakan oleh pengarang dalam menggambarkan karakter tokoh. Hal ini sesuai dengan daya pikir anak SMP yang masih sederhana dan menginginkan karakter yang jelas dan tidak kabur sehingga siswa langsung menyebutkan karakter tokoh dalam karangannya. Karakteristik Latar

Setting adalah latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis (Aminuddin, 1987: 67). Sesuai dengan teori tersebut, latar dalam karangan narasi siswa kelas VII SMPN Malang terbagi menjadi: latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.

Berdasarkan data yang diperoleh, latar tempat yang digunakan oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang adalah lingkungan rumah, lingkungan sekolah, dan tempat wisata. Lingkungan rumah dan sekolah banyak digunakan pada karangan narasi siswa karena sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa kelas VII SMP sehari-hari pasti beraktivitas di sekolah dan di rumah. Tempat wisata menjadi latar tempat yang dipilih oleh siswa terutama pada karangan yang bertema pengalaman berwisata. Walaupun tidak sering digunakan oleh siswa untuk beraktivitas, tempat wisata sering menimbulkan kesan bahagia atau senang bagi siswa ketika mereka berwisata.

(7)

Latar waktu yang dipilih oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang beragam mulai dari pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari. Latar pagi hari banyak digunakan dalam karangan yang menceritakan aktivitas di pagi hari seperti berangkat sekolah, sarapan, dan persiapan untuk berwisata. Latar siang digunakan pada aktivitas di sekolah, pulang sekolah, dan kegiatan berwisata. Latar sore banyak digunakan pada karangan yang menceritakan kegiatan belajar sepeda dan belajar motor. Latar malam juga banyak digunakan oleh siswa karena beberapa karangan mengangkat tema tentang pengalaman menakutkan yang dialaminya. Latar malam sangat cocok digunakan pada tema pengalaman yang menakutkan karena identik dengan gelap, sepi, dan dihubungkan dengan waktu yang tepat munculnya hantu oleh siswa kelas VII SMP.

Latar suasana yang banyak dipilih oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang adalah suasana menyenangkan. Latar menyenangkan digunakan oleh siswa untuk menceritakan pengalaman mereka ketika berwisata, mendapatkan prestasi di sekolah, dan kejadian-kejadian lucu yang mereka alami. Ada juga yang memilih latar suasana menyedihkan. Latar menyedihkan digunakan siswa untuk menceritakan pengalaman ketika mereka berpisah dengan orang yang mereka cintai, seperti saudara dan sahabat. Tidak sedikit juga yang menggunakan latar menakutkan untuk karangan yang bertema pengalaman menakutkan. Pelukisan latar yang digunakan oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang sebagian besar dilakukan dengan cara langsung.

Karakteristik Alur

Alur merupakan tahapan atau urutan peristiwa dalam suatu cerita. Alur dibagi menjadi tiga jenis yaitu alur maju, mundur, dan alur gabungan. Alur yang digunakan oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang adalah alur maju. Alur maju dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap awal yang terdiri dari pengenalan dan pemunculan konflik, tahap tengah yang terdiri dari konflik dan klimaks, dan tahap akhir atau penyelesaian. Alur maju digunakan oleh siswa kelas VII SMP karena cenderung lebih sederhana dan sesuai dengan daya pikir mereka. Mereka berpikir peristiwa harus dijalin secara runtut dari yang pertama sampai yang terakhir. Walaupun begitu ada juga karangan yang pada tahap tengahnya, masalah yang dimunculkan kurang begitu kompleks. Masalah yang digunakan sebagian besar sangat sederhana berkutat pada kehidupan sehari-hari anak-anak.

Alur yang dipilih oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang secara keseluruhan adalah alur maju. Hal ini sesuai dengan teori dari Nurgiyantoro (1995: 153) yang menyatakan bahwa secara teoretis plot atau alur dapat dibedakan menjadi dua yaitu plot kronologis dan plot tak kronologis. Plot koronologis disebut juga plot lurus, maju, atau plot progresif. Plot tak kronologis disebut juga plot sorot balik, mundur, flash back atau plot regresif. Plot maju berarti peristiwa-peristiwa yang ada diceritakan dengan runtut mulai dari tahap awal (pengenalan, pemunculan konflik), tengah ( pertikaian, klimaks), dan akhir (penyelesaian). Pada plot mundur, peristiwa yang diceritakan tidak runtut, bisa dimulai dari tahap tengah atau akhir lebih dahulu. Hampir serupa dengan pendapat tersebut, menurut Sumardjo dan Saini (1986: 434)

(8)

alur terdiri atas alur mundur, alur maju, alur mundur dan alur gabungan. Selanjutnya masih menurut Sumardjo dan Saini (1986: 444 ), alur dapat dipecah lagi menjadi bagian-bagian: (1) pengenalan, (2) timbul konfllik, (3) konflik memuncak, (4) klimaks, dan (5) pemecahan masalah.

Karakteristik Tema

Berdasarkan data yang diperoleh, tema yang digunakan oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang sangat beragam. Tema-tema tersebut meliputi tema tentang pengalaman berwisata, pengalaman menakutkan, pengalaman tentang kegiatan sekolah, pengalaman persahabatan, pengalaman lucu atau konyol, dan pengalaman tentang belajar sesuatu. Tema-tema tersebut banyak diangkat oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang karena memang dekat dengan kehidupan anak-anak. Mereka mengungkapkan apa yang mereka rasakan, seperti rasa senang, sedih, dan takut pada karangan yang merupakan pengalaman mereka sendiri. Hal ini sesuai dengan teori dari Yusuf (2001:196—197) yang menyatakan bahwa pada masa remaja usia awal, perkembangan emosi anak menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial.

Tema yang dipilih oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang sangat beragam. Tema tersebut meliputi: meliputi tema tentang pengalaman berwisata, pengalaman menakutkan, pengalaman tentang kegiatan sekolah, pengalaman persahabatan, pengalaman lucu atau konyol, dan pengalaman tentang belajar sesuatu. Tema-tema tersebut mewakili perasaan yang dirasakan oleh siswa berdasarkan pengalaman yang mereka alami. Pengalaman yang dialami oleh siswa bermacam-macam dan tentu saja tema yang dipilih siswa juga beragam. Tema tersebut merupakan ide cerita utama yang selanjutnya dikembangkan menjadi jalinan peristiwa yang membentuk suatu cerita utuh. Hal tersebut sesuai dengan teori berikut. Nurgiyantoro (1995:68) menyatakan bahwa tema merupakan makna keseluruhan yang mendukung cerita, dengan sendirinya ia akan tersembunyi di balik cerita yang mendukungnya. Melalui karyanya, pengarang menawarkan makna tertentu dalam kehidupan, mengajak pembaca untuk melihat, merasakan, dan menghayati makna kehidupan tersebut dengan cara memandang permasalahan itu sebagaimana ia memandangnya.Oleh sebab itu kehadiran tema dalam sebuah karya sastra sangat penting sebagai sarana penyampai pesan pengarang kepada pembaca.

Tema yang paling banyak dipilih oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang adalah tema tentang pengalaman berwisata dan pengalaman menakutkan. Tema tentang kegiatan berwisata banyak digunakan oleh siswa karena siswa yang masih dalam kategori remaja awal masih terbawa sifat anak-anaknya sehingga cenderung menyukai menceritakan hal-hal yang menyenangkan dibandingkan dengan hal-hal menyedihkan. Judul karangan yang bertema pengalaman berwisata antara lain: Pergi ke jatim park 1, Bertamasya ke Selecta, Kebun Teh, Jalan-jalan ke Kebun Binatang Surabaya, dll. Pengalaman menakutkan banyak juga dipilih karena siswa kelas VII cenderung masih mempercayai cerita-cerita hantu. Mereka sering mengalami kejadian-kejadian aneh dan menakutkan. Berdasarkan hal itulah, pengalaman menakutkan menjadi pengalaman yang sangat berkesan bagi mereka.

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Karakteristik tokoh yang dipilih oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang dalam karangan narasinya terbagi menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh sampingan. Tokoh utama yang dipilih oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang adalah tokoh “aku” atau “saya”, sedangkan tokoh-tokoh sampingan atau tokoh tambahan yang banyak dipilih oleh siswa adalah keluarga yang meliputi ayah, ibu, kakak, adik, nenek, dsb. Selain itu tokoh sampingan yang sering muncul adalah teman atau sahabat. Keluarga dan teman banyak dipilih oleh siswa karena tokoh-tokoh tersebut sangat dekat dengan kehidupan anak yang masih berada pada tingkat SMP kelas VII.

Karakter tokoh yang dipilih kebanyakan merupakan karakter-karakter sederhana seperti baik, sabar, ikhlas, dan penakut.

Siswa kelas VII SMPN 6 Malang menggunakan dua cara untuk melukiskan karakter tokoh, yaitu secara langsung atau eksplisit dan secara tidak langsung atau implisit. Cara yang paling banyak digunakan siswa dalam melukiskan karakter tokohnya adalah dengan cara langsung diikuti dengan deskripsi pendukung tentang perilaku tokoh tersebut.

Alur yang dipilih oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang secara keseluruhan adalah alur maju. Alur maju cenderung dipilih oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang karena sesuai dengan daya pikir mereka yang masih sederhana, sehingga cenderung mengurutkan suatu peristiwa secara runtut darai kejadian pertama sampai kejadian terakhir dalam karangannya.

Latar tempat yang digunakan oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang adalah lingkungan rumah, lingkungan sekolah, dan tempat wisata. Latar waktu yang dipilih oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang beragam mulai dari pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari. Latar suasana yang paling banyak dipilih oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang adalah suasana menyenangkan.Pelukisan latar yang digunakan oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang sebagian besar dilakukan dengan cara langsung.

Tema yang dipilih oleh siswa kelas VII SMPN 6 Malang sangat beragam. Tema tersebut meliputi: tema tentang pengalaman berwisata, pengalaman menakutkan, pengalaman tentang kegiatan sekolah, pengalaman persahabatan, pengalaman lucu atau konyol, dan pengalaman tentang belajar sesuatu.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan penelitian, maka dikemukakan saran berikut ini. Bagi guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, hendaknya menjadikan penelitian ini sebagai masukan untuk menambah pengetahuan dan kreativitas guru dalam mengembangkan media dan strategi pembelajaran di sekolah, terutama dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian tentang karakteristik karangan narasi, disarankan untuk mencoba melakukan penelitian pada jenjang pendidikan lain seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah pengetahuan tentang karakteristik karangan narasi siswa kelas VII SMP.

(10)

DAFTAR RUJUKAN

Aminuddin.1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. Keraf, Gorys. 2004. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.

Sumardjo dan Saini. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta : Gramedia.

Moeleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suharianto. 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta.

Wibowo, Wahyu. 2003. Manajemen Bahasa: Pengorganisasian Karangan Pragmatik dalam Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa dan Praktisi Bisnis. Jakarta: PT Gramedia.

Yusuf, Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Fotocopy Keputusan Gubernur Bali Nomor 267/03-P/HK/2018 tentang Penerima dan Besaran Honorarium Tenaga Kontrak/Non Pegawai Negeri Sipil sebagai Tenaga Dokter Hewan, Sopir dan

produk khususnya yang bekerja dengan menggunakan mesin ceklik. Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan pemasangan cover pengaman. pada mesin dan mewajibkan memotong

This paper presents an optimized look-up table (i.e. voltage vector selection) and a Constant Frequency Torque Controller (CFTC) proposed in [7] to achieve constant

terbatasnya pengalaman dan cara pandang yang sempit. 2) Lebih mungkin untuk menemukan kekuatan dan kelemahan diri. 3) Belajar untuk menghargai orang lain. 4) Mendengarkan dengan

PROFIL REPRESENTASI MENTAL SISWA KETIKA MEMBACA GAMBAR REPRESENTASI KONVENSI DAN ISOMORFISME SPASIAL PADA MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA.. Universitas Pendidikan

Dalam penelitian ini, algoritma yang digunakan adalah Frequent Pattern- Growth (FP-Growth) yaitu pengembangan dari metode Apriori yang merupakan salah satu

Pengembangan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Bagi Anak Tunanetra Di SLB Negeri A Kota Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Pelaksanaan usaha Desain dan Pembuatan Pop Up sebagai Media Edukasi Sains ini terbagi menjadi enam tahap yang dilaksanakan selama 5 bulan yaitu (a) tahap pematangan konsep