• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sikap Kerjasama - UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA MATERI SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP MENGGUNAKAN KARTU BINGO - repository per

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sikap Kerjasama - UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA MATERI SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP MENGGUNAKAN KARTU BINGO - repository per"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1.Sikap Kerjasama

a. Pengertian Sikap Kerjasama

Kerjasama merupakan usaha terkoordinasi yang menuntut

interaksi di antara anggota kelompok atau masyarakat yang diarahkan

untuk mencapai tujuan bersama. Djamarah (2010: 7) menyatakan

bahwa bekerjasama dalam kelompok akan menyadari bahwa dirinya

ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan

ikhlas mau membantu yang kekurangan. Sebaliknya, yang kekurangan

dengan rendah hati mau belajar dari yang mempunyai kelebihan, tanpa

ada rasa minder. Persaingan positif pun terjadi di kelas dalam rangka

untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Lie (2008: 28)

berpendapat bahwa kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat

penting dan diperlukan dalam kelangsungan hidup manusia. Tanpa

adanya kerjasama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi maupun

sekolah, khususnya tidak akan ada proses pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa kerjasama adalah interaksi antara siswa yang satu dengan

lainnya, yang dimana antara siswa tersebut saling berkaitan atau

(2)

membutuhkan kerja kelompok sangat diperlukan untuk memupuk rasa

persaudaraan antara siswa yang akan menambah keharmonisan.

Hubungan yang dimaksud adalah hubungan yang dinamis yaitu

hubungan yang saling menghargai, saling peduli, saling membantu dan

saling memberikan dorongan sehingga tujuan pembelajaran tercapai

dan dapat menumbuhkan prestasi belajar siswa.

b. Keuntungan Sikap Kerjasama

Sikap kerjasama harus dimiliki oleh setiap individu, karena

dalam kehidupan sehari-hari individu membutuhkan bantuan dari

individu lainnya. Menurut Isjoni (2011: 43) meningkatkan keterampilan

kerjasama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), yaitu tujuan

terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam cooperative learning

adalah siswa belajar keterampilan bekerjasama dan berhubungan ini

adalah keterampilan yang penting dan sangat diperlukan di masyarakat.

Keterampilan kooperatif berfungsi untuk melancarkan hubungan

kerjasama dan tugas siswa. Keterampilan tersebut dikemukakan oleh

Lungdren dalam Isjoni (2011: 46-48) antara lain:

1) Menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan

hubungan kerja dalam kelompok.

2) Memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau

dikerjakan anggota lain.

3) Setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia

(3)

4) Berada dalam kelompok selama kegiatan berlangsung.

5) Mengerjakan tugas atau meneruskan tugas yang menjadi tanggung

jawabnya agar kegiatan dapat diselesaikan.

6) Mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan

kontribusi terhadap tugas kelompok.

7) Meminta orang lain untuk berbicara atau berpartisipasi terhadap

tugas.

8) Menyelesaikan tugas dalam waktunya.

9) Menghormati perbedaan individu.

Keterampilan kerjasama membuat siswa saling membantu dan

menyadari dengan adanya kerjasama beban yang ditanggung semakin

ringan. Beban yang berat apabila ditanggung sendiri akan terasa ringan

ketika berbagi dengan semua anggota kelompok, misalnya mau

menjelaskan kepada anggota kelompok yang belum jelas. Setiap

anggota kelompok mempunyai tugas masing-masing sehingga ikut

memecahkan dan menyelesaikan masalah yang ada di dalam kelompok

sampai mencapai kesepakatan. Sesama anggota kelompok saling

membantu demi tercapainya tujuan kelompok.

Sebagaimana makhluk hidup yang bergantung satu sama lain,

antara siswa yang satu membutuhkan siswa lainnya. Maka siswa perlu

diajarkan keterampilan bekerja bersama. Melalui kerjasama siswa

(4)

mengambil keputusan. Johnson (2011: 164) menyebutkan beberapa

keuntungan dari bekerjasama dengan kelompok kecil, yaitu:

1) Kerjasama dapat menghilangkan hambatan mental akibat

terbatasnya pengalaman dan cara pandang yang sempit.

2) Lebih mungkin untuk menemukan kekuatan dan kelemahan diri.

3) Belajar untuk menghargai orang lain.

4) Mendengarkan dengan pikiran terbuka.

5) Membangun dengan persetujuan bersama.

6) Bertindak mandiri dan dengan penuh tanggung jawab.

7) Mengandalkan bakat setiap anggota kelompok.

8) Mempercayai orang lain.

9) Mengelurkan pendapat, dan

10)Mengambil keputusan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa sikap

kerjasama sangat penting dalam pembelajaran. Siswa yang melakukan

kerjasama akan mengetahui seberapa jauh kemampuan yang dirinya

miliki dan mampu menerima pendapat atau masukan dari orang lain.

Dengan kerjasama melatih siswa agar bertindak mandiri dan melatih

siswa agar lebih menghargai orang lain.

c. Indikator Sikap Kerjasma

Indikator sikap kerjasama sebagai acuan membuat pernyataan

pada angket kerjasama. Indikator sikap kerjasama siswa akan

(5)

Indikator kerjasama menurut Tedjasaputra, (2005: 88) dalam mencapai

kerjasama antara kelompok, yaitu:

1) membina dan mempertahankan hubungan dengan teman.

2) berbagi dengan teman lain,

3) menghadapi masalah bersama-sama,

4) menunggu giliran, dan

5) belajar mengendalikan diri.

Siswa yang melakukan kerjasama antara kelompok akan

menghargai atau memberi kesempatan terhadap anggota kelompok

untuk berpendapat, berbagi dengan teman, menyelesaikan tugas secara

bersama-sama dan mengendalikan diri atau mampu menghargai

perbedaan pendapat antara anggota kelompok. Kemampuan kerjasama

penting agar siswa bertindak lebih tanggung jawab atas tugas yang

diberikan oleh guru. Dalam kegiatan kelompok, diharapkan siswa

memahami tugasnya kemudian mengerjakannya sesuai kemampuan.

Hal ini akan membuat kegiatan diskusi lebih kondusif sehingga tidak

ada siswa yang hanya diam bahkan bermain sendiri saat melakukan

diskusi.

2.Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi dalam bahasa Inggris adalah achievement, sedangkan

dalam bahasa Melayu adalah pencapaian. Menurut Arifin (2011: 12) kata

(6)

Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi

belajar pada umumnya berkenaan dengan hasil belajar (learning

outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek

pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak

siswa. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial

dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang

kehidupannya manusia selalu mengajar menurut bidang dan kemampuan

masing-masing.

b. Fungsi Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hal yang penting dalam sebuah proses

pendidikan. Arifin (2011: 12) mengemukakan bahwa prestasi belajar

semakin terasa penting untuk dibahas karena mempunyai beberapa fungsi

utama, antara lain:

1) Prestasi belajar sebagai suatu indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasai siswa.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli

psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan

(couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan dorongan bagi

siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan

berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu

(7)

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi

pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat

dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan.

Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)

siswa. Dalam proses pembelajaran siswa fokus utama yang harus

diberikan, karena siswalah yang diharapkan dapat menyerap seluruh

materi pelajaran.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa

prestasi belajar adalah kemampuan atau usaha siswa untuk menerima

atau menolak serta menilai informasi yang diperoleh dalam poses belajar

mengajar. Prestasi belajar siswa dapat di ketahui melalui kegiatan

evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi atau rendahnya

prestasi belajar siswa.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Prestasi belajar yang siswa peroleh sewaktu-waktu dapat naik dan

turun, hal ini sesuai dengan kondisi siswa. Menurut Slameto (2010:

54-71) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah, secara

garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1) Faktor Intern (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan atau

kondisi jasmani atau rokhani siswa. Faktor intern dibagi menjadi tiga

(8)

a) Faktor jasmaniah

(1) Faktor kesehatan, yaitu dalam keadaan baik segenap badan

beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit, proses

belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang

terganggu.

(2) Cacat tubuh, merupakan suatu yang menyebabkan kurang baik

atau kurang sempurna mengenai badan atau tubuh. Cacat

biasanya berupa buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh

dan lain-lainnya.

b) Faktor rohaniah

Faktor-faktor rohaniah yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

(1) Intelegensi, berkaitan dengan Intelegency Question. Intelegensi

adalah kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke

dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui

relasi dan mmpelajarinya dengan baik.

(2) Perhatian, perhatian yang terarah dengan baik akan

menghasilkan pemahaman dan kemampuan yang mantap.

(3) Minat, kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu.

(4) Motivasi, merupakan keadaan internal organisme yang

mendorongnya untuk berbuat sesuatu.

(5) Bakat, kemampuan potensial yang dimiliki sesorang untuk

(9)

(6) Kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.

c) Faktor kelelahan

Keadaan pada seseorang anak ada dua macam, yaitu

kelelahan jasmani dan kelelahan rohani, kelelahan jasmani terlihat

dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk

membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan

adanya kelesuan dan kebosanan.

2) Faktor Ekstern (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan

siswa, faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga yaitu faktor

keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

a) Faktor keluarga, siswa yang akan belajar menerima pengaruh dari

keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara kedua

anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi

keluarga.

b) Faktor sekolah, yang mempengaruhi belajar mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan

siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, mata

pelajaran, kondisi gedung, metode belajar dan tugas rumah.

c) Faktor masyarakat, masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga

berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena

keberadaannya siswa dalam masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi

(10)

Faktor dari dalam diri siswa yang meliputi jasmaniah, rohaniah dan

kelelahan. Faktor dari luar siswa yaitu lingkungan keluarga, sekolah

maupun masyarakat. Faktor-faktor tersebut akan memberikan dampak

baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang akan dicapai

oleh siswa.

3.Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dalam

pelaksanaannya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok agar siswa

belajar berdiskusi. Model pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi

dan keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Rusman

(2013: 202) pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran

dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang

dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Model pembelajaran

kooperatif menurut Suprijono (2013: 54) adalah konsep yang lebih luas

meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih

dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Berdasarkan pendapat para ahli, pembelajaran kooperatif dapat

disimpulkan bahwa sebuah model pembelajaran yang dilaksanakan

dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok (setiap kelompok

terdiri dari 4 sampai dengan 6 orang) untuk bekerjasama mencapai tujuan

(11)

dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam Proses Belajar

Mengajar (PBL) dan siswa juga bisa belajar dari siswa lainnya.

b. Unsur-Unsur dalam Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif membantu siswa untuk menumbuhkan

sikap sosial, siswa belajar berpendapat dan menerima pendapat orang

lain. Menurut Lie (2008: 31) unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan

pada diri siswa agar pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

berjalan lebih efektif dan sesuai dengan tujuan adalah:

1) Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap

anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif,

pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap

anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang

lain bisa mencapai tujuan mereka.

2) Tanggung jawab perseorangan

Masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan

tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok

bisa dilaksanakan.

3) Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu

muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para

pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua

(12)

4) Komunikasi antaranggota

Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para

anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka

untuk mengutarakan pendapat mereka.

5) Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu mewujudkan waktu khusus bagi kelompok dan

hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama lebih

efektif.

c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatiif

Pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran cooperative

learning pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Slavin, 2008:

98):

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk memutuskan

materi belajarnya.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah.

3) Bila dimungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku

dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang membagi kelas

menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat

(13)

meningkatkan minat belajar, perhatian, kemampuan interpersonal dan

pestasi belajar siswa. Model ini mendorong siswa untuk saling membantu

antara teman kelompok dan menciptakan suasana belajar yang kondusif,

aktif dan penuh kegembiraan dan memecahkan sesuatu masalah.

4.Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang membuka

kesempatan bagi siswa agar aktif, seperti memberi kesempatan kepada

siswa untuk menyalurkan pikirannya demi kesuksesan kelompoknya.

Menurut Slavin (2008: 229) Co-op co-op adalah sebuah bentuk group

investigation yang cukup familiar. Model ini menempatkan anggota tim

saling bekerjasama untuk mempelajarai sebuah topik di kelas. op

Co-op memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam

kelompok-kelompok kecil, pertama untuk meningkatkan pemahaman

mereka tentang diri mereka dan dunia, dan selanjutnya memberikan

mereka kesempatan untuk saling berbagi pemahaman baru itu dengan

teman-teman sekelasnya. Metodenya sederhana dan fleksibel. Begitu

guru bisa memegang filosofi Co-op Co-op, maka mereka bisa memilih

sekian macam cara untuk mengaplikasikan pendekatan ini dalam kelas.

b. Langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op

Model pembelajaran biasanya terdapat sintaks yang jelas, hal ini

termasuk pada model pembeajaran kooperatif tipe Co-op Co-op memiliki

(14)

Menurut Slavin (2008: 229-236) sembilan langkah model pembelajaran

Co-op Co-op diantaranya:

1) Diskusi kelas terpusat pada siswa.

Pada awal pembelajaran, doronglah para siswa untuk menemukan dan

mengekspresikan ketertarikan mereka terhadap subjek yang akan

dipelajari. Tujuan dari diskusi ini untuk meningkatkan keterlibatan

siswa dalam pembelajaran IPA materi Sumber Daya Alam (SDA)

dengan cara menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan topik yang

akan dipelajari.

2) Menyeleksi tim pembelajaran siswa dan pembentukan tim

Atur siswa ke dalam tim yang heterogen terdiri dari empat sampai

lima anggota.

3) Seleksi topik tim

Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk memilih satu topik yang

menurut kelompoknya menarik. Tugas guru di dalam pembelajaran

yaitu mengamati dan memfasilitasi siswa, serta mendorong para siswa

untuk mendiskusikan berbagai macam topik diantara siswa agar

memastikan topik yang paling banyak menarik perhatian anggota tim

mereka.

4) Pemilihan topik kecil

Setelah kelas terbagi menjadi beberapa tim, tiap tim membagi topik

(15)

mencakup satu aspek dari topik tim agar masing-masing anggota ikut

berpartisipasi di dalam tim.

5) Persiapan topik kecil

Setelah para siswa membagi topik tim mereka menjadi topik-topik

kecil, mereka akan bekerja secara individual. Masing-masing siswa

tahu akan tanggung jawabnya terhadap topik kecil mereka dan bahwa

kelompok tersebut tergatung pada mereka untuk menemukan aspek

penting dari usaha yang dilakukan tim.

6) Presentasi topik kecil

Setelah para siswa menyelesaikan kerja individual mereka

mempresentasikan topik kecil mereka kepada teman satu timnya.

Anggota tim diberikan waktu khusus dan berdiri ketika

mempresentasikan topik kecilnya. Presentasi dan diskusi topik kecil di

dalam tim dilakukan dengan cara yang dapat membuat semua teman

satu tim memperoleh semua pengetahuan dan pengalaman yang

dilakukan oleh masing-masing anggota tim

7) Persiapan presentasi tim

Diskusi mengenai bentuk presentasi tim harus mengikuti sintesis

materi topik kecil. Bentuk presentasi tersebut harus ditentukan

berdasarkan konten materinya. Penggunaan papan tulis, OHP,

(16)

8) Presentasi tim

Setiap tim dipersilahkan untuk menyampaikan hasil diskusi. Semua

anggota tim bertanggung jawab pada bagian waktu, ruang, dan

bahan-bahan yang ada di kelas digunakan selama presentasi mereka, mereka

sangat dianjurkan untuk menggunakan sepenuhnya fasilitas-fasilitas

yang ada di kelas. Dalam presentasi boleh saja memasukkan sebuah

periode tanya jawab dan guru bisa menjadi moderator yaitu mengatur

jalannya presentasi agar berjalan dengan baik.

9) Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada saat presentasi tim yaitu yang mengevaluasi

seluruh siswa yang ada di kelas dan guru juga ikut meluruskan jika

ada pendapat siswa yang melenceng dari topik yang sedang dibahas.

Dari penjelasan di atas model pembelajaran kooperatif tipe Co-op

Co-op ini memiliki komponen pembelajaran yang hampir sama dengan

tipe yang lain, akan tetapi model Co-op- Co-op mempunyai

keistimewaan yaitu menggunakan metode spesialisasi tugas yang dapat

membuat semua anggota kelompok bekerja dan tidak ada yang hanya

duduk diam dan menunggu hasil. Penggunaan model ini diharapkan

siswa lebih meningkatkan sikap kerjasama sesama anggota kelompok

(17)

5.Permainan Kartu Bingo

a) Pengertian Permainan Kartu Bingo

Bingo digunakan dalam pembelajaran sebagai permainan agar

siswa mengikuti pembelajaran lebih tertarik dan tidak cepat bosan,

sehingga dalam mengikuti pembelajaran siswa lebih aktif. Silberman

(2007: 255) menyebutkan bahwa permainan bingo merupakan salah satu

strategi cara belajar siswa aktif, dimana dalam proses kegiatan

pembelajaran peserta didik dimaksudkan untuk aktif dalam

pembelajaran. Strategi ini mengingatkan kembali akan istilah-istilah yang

telah dipelajari oleh siswa selama menempuh mata pelajaran.

b) Langkah-langkah Permainan Kartu Bingo

Permainan binggo digunakan agar merangsang kemampuan

berpikir siswa menjadi cepat. Menurut Silberman (2006: 111-112)

langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan kartu bingo yaitu

sebagai berikut:

1) Ciptakan suatu pelajaran yang disampaikan dengan ceramah dengan

sekitar 9 poin kunci.

2) Kembangkan satu kartu Bingo yang berisi poin-poin pokok ini dalam

satu kisi-kisi 3 x 3. Tempatkan sebuah poin berbeda pada tiap-tiap dari

kotak ini. Jika anda mempunyai lebih sekitar dari 9 poin pokok, maka

biarkan beberapa kotak kosong.

3) Buatlah beberapa kartu Bingo tambahan dengan poin-poin kunci yang

(18)

berbeda. Hasilnya seharusnya bahwa beberapa, jika ada, kartu-kartu

Bingo itu sama.

4) Bagikan kartu-kartu Bingo kepada para peserta didik. Juga, beri

peserta didik dengan sebuah garis (strip) dari 9 titik berwarna yang

menentukan (sticking) sendiri (kira-kira separuh atau tiga perempat

inci dalam diameter). Perintahkan para peserta didik bahwa ketika

presentasi Anda mulai dari poin ke poin, maka mereka hendaknya

menempatkan sebuah titik pada kartu-kartu tersebut untuk tiap poin

yang Anda diskusikan. (Catatan: kotak-kotak kosong tidak dapat diisi

dengan sebuah titik).

5) Ketika peserta didik mengumpulkan tiga titik vertikal, horizontal, atau

diagonal dalam suatu lajur, maka mereka berteriak “Bingo!”

6) Selesaikan/sempurnakan pelajaran yang disampaikan dengan kuliah

tersebut. Mintalah siswa untuk mendapatkan Bingo

sebanyak-banyaknya.

Variasi

1) Gunakan istilah-istilah atau nama-nama kunci yang disebutkan dalam

pelajaran anda yang disampaikan dengan ceramah (daripada poin-poin

kunci) sebagai dasar bagi kartu-kartu Bingo. Ketika istilah atau nama

tersebut disebut pertama, maka para peserta didik bisa menempatkan

sebuah stiker dalam kotak yang tepat.

2) Buatlah jaring Bingo berukuran 2 × 2. Lanjutkan sampai mempunyai

(19)

pelajaran yang disampaikan dengan ceramah. Tunjukan empat saja

dari poin ini dalam sebuah kartu Bingo. Cobalah membuat beberapa,

jika ada, kartu-kartu sejenis dengan menyertakan informasi yang

berbeda pada masing/tiap kartu.

6.Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar (SD)

a. Pengertian Mata Pelajaran IPA

Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar adalah

ilmu pengetahuan alam. Menurut Aly dan Rahma (2010: 18)

mengungkapkan bahwa IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang

diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu

melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori

dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara

yang lain.

Ilmu pengetahuan alam penting untuk dipelajari karena

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Menurut Trianto

(2010: 136) Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu kumpulan teori yang

sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,

lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan

eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka,

jujur dan sebagainya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA

(20)

yang ada di dalam bumi maupun diluar bumi untuk mengembangkan

keterampilan, wawasan serta teknologi.

b. Tujuan Mata Pelajaran IPA

Konsep pembelajaran IPA di sekolah dasar masih terpadu, karena

belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi

dan fisika. Tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan

Nasional Standar Pendidikan (Susanto, 2015: 171) yaitu:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan dalam

ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan keteramilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA

(21)

c. Materi Pembelajaran IPA

Materi IPA yang dipilih untuk penelitian adalah materi sumber

daya alam pada kelas IV semester II dengan standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang sebagai berikut:

Standar Kompetensi:

11. Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

Kompetensi Dasar:

11.1 Menjelakan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan.

11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkunga,

teknologi, dan masyarakat.

11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian

lingkungan. (Silabus IPA Kelas IV SD)

7. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op dengan Kartu Bingo

8. Penelitian ini mengambil standar kompetensi memahami hubungan antara

sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op

berbantuan kartu bingo dalam meningkatkan kerjasama dan prestasi

belajar siswa.

9. Pembelajaan kooperatif tipe Co-op Co-op menggunakan kartu bingo

dimulai dengan melakukan tahap pertama yaitu diskusi kelas terpusat

(22)

siswa. Tahap kedua adalah pembagian tim, guru membagi kelas menjadi

empat tim. Tahap selanjutnya adalah tahap ketiga yaitu pembagian topik

tim, masing-masing kelompok dipersilakan untuk memilih salah satu

topik yang sudah guru sediakan. Tahap keempat adalah masing-masing

siswa memilih topik kecil yang nantinya dikerjakan secara individu,

setelah selesai mengerjakan lanjut pada tahap kelima yaitu presentasi

topik kecil yaitu masing-masing siswa menyampaikan hasil jawabannya

dan teman satu kelompoknya mendengarkan. Setelah semua anggota

kelompok menyampaikan jawabannya maka lanjut pada tahap keenam

yaitu presentasi tim. Salah satu tim menyampaikan hasil jawabannya yang

sudah didiskusikan kelompok di depan kelas, kemudian guru membagi

kelas menjadi tiga kelompok. Pembelajaran dilanjutkan dengan

permainan kartu bingo, setelah selesai melakukan permainan bingo baru

melakukan evaluasi.

10.Kartu bingo akan digunakan setelah kegitan presentasi berakhir. Guru

akan membagikan kartu bingo dan menjelaskan cara mengisi kartu bingo.

Ketika siswa mengumpulkan tiga titik vertikal, horizontal, atau diagonal

dalam satu jalur, maka siswa berteriak “Bingo!” Dengan intruksi dari

guru. Siswa yang dapat mengisi kartu lebih banyak dianggap memahami

materi dengan baik. Kegiatan terakhir yaitu evaluasi oleh guru hal ini

dilakukan untuk meluruskan jika terdapat pendapat siswa yang melenceng

(23)

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Co-op Co-op telah dilakukan oleh peneliti lain:

1. Jolliffe, W (2011), Co-operative Learning: Making it Workin the Classroom.

Penelitian tersebut membahas tentang metode efektif untuk perubahan

pedagogis. Selain itu penelitian ini juga menegaskan bahwa faktor-faktor

pelaksanaan Cooperative Learning perlu untuk guru dan murid. Pembelajaran

menggunakan Cooperative Learning sudah berkembang dan penggunaan

pembelajaran ini mempunyai dampak pada standar akademik dan komentar

dari kepala sekolah menunjukkan bahwa terdapat dampak terhadap murid.

2. Bataineh, M. Z. (2015), Think-Pair-Share, Co Op-Co Op and Traditional

Learning Strategies on Undergraduate Academic Performance. Penelitian

tersebut dilakukan untuk mengetahui efek dari menggunakan teknik

Think-Pair-Share, Co Op-Co Op dan strategi pembelajaran yang tradisional pada

prestasi akademik. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat efek positif yang signifikan

pada siswa yang mengikuti teknik pembelajaran Think-Pair-Share, Co Op-Co

Op dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan teknik tradisional

yang mengarah pada kenyataan bahwa instruktur dapat menggunakan model

pembelajaran kooperatif untuk mempersiapkan siswa untuk tugas-tugas

akademik yang berbeda dan situasi kehidupan.

3. Dewi, I. A. S. K., Kristiantari, Putra, (2014), Pengaruh Model Pembelajaran

(24)

PKn Siswa Kelas V SD. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu.

Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat 29 siswa atau

82,8% siswa memperoleh hasil belajar PKn dalam kategori sangat baik dan 6

siswa atau 17,2% siswa memperoleh hasil belajar PKn dalam kategori baik.

Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan siswa mengikuti model

pembelajaran Co-op Co-op (Kerjasama) berbasis terbuka sangat baik.

4. Nadiroh, I (2016), Penerapan Pembelajaran Co-op Co-op dengan

Menggunakan Media Wingeom untuk Meningkatkan Penalaran Pembelajaran

Siswa MI Tarbiyatul Huda. Jenis penelitian ini adalah PTK menggunakan 2

siklus. Hasil dari penelitian ini diperoleh persentase ketuntasan belajar siswa

pada siklus I yaitu 44,73% dan pada siklus II yaitu 76,31% berarti bahwa

persentase ketuntasan belajar siswa telah mengalami peningkatan. Pada siklus

II, persentase ketuntasan belajar siswa sudah mencapai kriteria keberhasilan

yaitu 75% siswa mencapai skor tes ≥68 (skala 1-100) dan rata-rata kelas pada

siklus satu yaitu 63,65 dan pada siklus II yaitu 72,85 mencapai skor ≥68

(skala 1-100).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan penelitian yang relevan

menunjukan bahwa pembelajaran Co-op Co-op dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa. Hal ini ditunjukan dengan prestasi belajar siswa lebih tinggi

dengan menggunakan pembelajaran Co-op Co-op. Pada penelitian yang akan

dilakukan pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dikombinasikan dengan

menggunakan kartu Bingo untuk meningkatkan sikap kerjasama dan prestasi

(25)

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan dengan guru kelas IV

SD Negeri 1 Lesmana ditemukan masalah dalam proses pembelajaran IPA.

Proses pembelajaran terlihat bahwa guru hanya menyampaikan materi. Guru

tidak mengkombinasikan pembelajaran menggunakan permainan, sehingga

siswa terlihat pasif atau siswa terkesan kurang tertarik dengan materi yang

sedang disampaikan guru. Masalah lain yang muncul yaitu sikap kerjasama

siswa yang masih kurang. Melihat kondisi tersebut perlu adanya inovasi dalam

menyampaikan pembelajaran khususnya pembelajaran IPA. Maka dengan

menerapkan pembelajaran menggunakan permainan kartu bingo diharapkan

prestasi belajar siswa meningkat, kemudian dengan model pembelajaran

(26)

Bagan 2.1 Kerangka pikir penelitian Kondisi awal: - Kerjasama antara siswa

rendah. Siswa

mengandalkan teman untuk mengerjakan tugas kelompok.

-Prestasi belajar siswa rendah.

Tindakan Siklus I: Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op menggunakan kartu bingo.

Kondisi akhir: Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Co-op

Co-op dapat meningkatkan kerjasama dan prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri 1 Lesmana

Observasi

Refleksi

Siklus II: Guru menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Co-op

Co-op menggunakan kartu bingo.

Observasi

Referensi

Dokumen terkait

Hani Handoko (2004 : 286), bahwa “Kegiatan manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian dan pengambilan keputusan merupakan sebuah kepompong yang tidur (tidak efektif)

Adapun Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Brebes, mengetahui

Untuk analisa fisik, dilakukan pemeriksaan seperti ada tidaknya cacking (penggumpalan), berat brutto yang sudah sesuai dengan standar atau belum, ada tidaknya

agar penilaian terhadap faktor ekstemal Gerai Ayam Goreng Fatmawati Cabang Bandung dapat lebih objektif dan lebih mendekati kondisi yang sebenarnya.. daD Analbb

Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan..

Berdasarkan angka 1 s/d 9 di atas, kami Pokja Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada ULP Kabupaten Bengkulu Utara, bertempat di Sekretariat ULP mengumumkan

Bahan yang digunakan dalam campuran pembuatan genteng polimer adalah. menggunakan ban dalam bekas , Polipropilena (PP), aspal iran

Penelitian ini merupakan teori yang telah diperoleh dibangku kuliah dengan kondisi yang sesungguhnya pada suatu perusahaan dan untuk menambah wawasan