• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN MODAL SOSIAL PADA KONTRAK PINJAMAN ANTARA PEDAGANG DENGAN RENTENIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN MODAL SOSIAL PADA KONTRAK PINJAMAN ANTARA PEDAGANG DENGAN RENTENIR"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ANTARA PEDAGANG DENGAN RENTENIR

(Studi Kasus di Pasar Karuwisi Kota Makassar)

ANDI MATTUPUAN 10571 0192813

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2017

(2)

ii

RENTENIR (STUDI KASUS DI PASAR KARUWISI KOTA MAKASSAR)

Nama Mahasiswa : ANDI MATTUPUAN No. Stambuk : 10571 0192813

Program Studi : ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN Fakultas : EKONOMI DAN BISNIS

Perguruan Tinggi : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Menyatakan bahwa Skripsi ini telah diperiksa dan diujikan didepan Tim Penguji Skripsi Strata Satu (S1) pada hari Sabtu 07 Oktober 2017. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

Makassar, 10 Oktober 2017

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Sanusi A.M., SE, M.Si Saida Said, SE, M.Ak

NBM : 602 417 NBM : 1151806

Mengetahui :

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ketua Jurusan IESP

Ismail Rasulong, SE., MM Hj. Naidah, SE. M.Si

NBM : 903 078 NBM : 710 561

(3)

iii

Makassar Nomor : ……… dan telah di pertahankan di depan penguji pada hari…… tanggal………..2017, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangnan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

………..

Makassar, ………..

Panitia ujian :

1. Pengawas umum : 2. Ketua :

3. Sekretaris : 4. Penguji :

(4)

iv

Skripsi, Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Makassar, di bimbing oleh Bapak H.

Sanusi A.M. selaku pembimbing I dan Ibu Saida Said selaku pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran modal sosial yang terdiri dari kepercayaan, jaringan, dan nilai/ norma, pada kontrak pinjaman antara pedagang dengan rentenir di pasar karuwisi kota Makassar. Metode penelitian yang di gunakan ialah metode penelitian deskriptif kualitatif. Data yang di gunakan ialah data primer berupa observasi dan wawancara.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa modal sosial mempunyai peranan penting dalam kontrak pinjaman antara pedagang dengan rentenir baik dari segi kepercayaan, jaringan, dan nilai/norma. Dari sisi kepercayaan, rentenir percaya untuk memberikan pinjaman setelah adanya komunikasi yang intens dan adanya tempat penjualan tetap. Dari sisi jaringan, hubungan personal membuat pedagang merasa nyaman berutang pada rentenir. Dari sisi nilai/norma, adanya nilai siri’

membuat pedagang pantang tidak melunasi hutang-hutangnya dan baik pedagang maupun rentenir tahu bahwa tidak boleh menambah hutang sebelum melunasi hutang sebelumnya.

Kata kunci: Modal Sosial, Kontrak Pinjaman, Pedagang,dan Rentenir.

(5)

v

serta shalawat kepada baginda Rasulullah, Muhammad SAW atas selesainya skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Peran Modal Sosial pada Kontrak Pinjaman antara Pedagang dengan Rentenir” ini merupakan laporan penelitian kualitatif terhadap aktivitas pinjam-meminjam antar pedagang dengan rentenir di Pasar Karuwisi Kota Makassar. Terbukti bahwa Modal Sosial menjadi unsur penting yang menyebabkan terjadinya pinjam-meminjam antar kedua belah pihak.

Dalam kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan semangat baik moral maupun materil. Hal ini sangat membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis akan menyampaikan ucapan Terima kasih yang tiada terhingga kepada :

1. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE, MM. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

(6)

vi

5. Bapak / Ibu Dosen beserta para Staf Fakultas Ekonomi Dan Bisnis.

6. Para pedagang pasar karuwisi Makassar. Yang telah bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.

7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa (i) terkhusus untuk kelas IESP 1/2013. Serta semua pihak yang turut membantu secara langsung maupun tidak langsung, serta banyak memberikan saran dan masukannya sehingga skripsi ini dapat di selesaikan.

8. Terkhusus kepada kedua orang tua saya, Ayah (almarhum) dan Ibu (almarhumah) yang saya sayangi. Karya kebaikan apapun yang peneliti lakukan saat ini hingga akhir semua itu juga termasuk berkat didikan mereka berdua dan termasuk untuk mereka berdua. Semoga Allah menjadikan skripsi ini sebagai amal jariyah untuk ku dan mereka berdua.

Menyadari akan keterbatasan, kemampuan peneliti, maka sangat di harapkan kiranya pembaca memberi kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi peneliti.

Makassar,.. Juli 2017

Peneliti

(7)

vii

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Pengertian Modal Sosial ... 8

B. Pengertian Pedagang ... 12

C. Pengertian Rentenir ... 14

D. Munculnya Lembaga Keuangan Informal ... 17

E. Modal Sosial Sebagai Back-Up Jaminan Kredit ... 17

F. Sisi Positif Dan Negatif Modal Sosial Dalam Tindakan Hutang Piutang ... 22

(8)

viii

I. Kerangka Pikir ... 33

J. Hipotesis... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 34

A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 34

B. Jenis Dan Sumber Data ... 34

C. Populasi dan Sampel ... 36

D. Metode Analisis Data... 37

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 39

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 39

B. Profil Pedagang yang Berutang ke Rentenir... 39

C. Hasil Analisis... 40

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Upaya Rentenir Menggaet Nasabah... 51

B. Kehati-hatian dan Kerahasiaan Rentenir... 54

C. Jaringan ... 56

D. Kepercayaan... 60

E. Nilai, Norma dan Sanksi ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

(9)

ix

(10)

x

(11)

xi

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga keuangan memiliki perang sangat penting dalam perekonomian.

Lembaga keuangan membantu memperlancar pertukaran produk berupa barang dan jasa dengan menggunakan uang. Lembaga keuangan menghimpun dana dari masyarakat lalu menyalurkannya kembali kemasyarakat dalam bentuk pinjaman.

Dengan kata lain, lembaga keuangan membantu menyalurkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana kepihak yang membutuhkan dana. Aliran dana inilah yang menjadi stimulus kegiatan ekonomi masyarakat.

Berdasarkan legalitasnya, lembaga keuangan terbagi dua, yaitu lembaga keuangan formal dan informal. Lembaga keuangan formal ialah lembaga keuangan yang biasanya membantu pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya bank yang diatur oleh otoritas moneter.

Berbeda dengan lembaga formal, lembaga keuangan informal memiliki ciri bebas dan fleksibel. Bebas dari segala aturan yang dikenakan terhadap lembaga keuangan formal. Fleksibel tentang kapan, siapa, dimana, dan bagaimana lembaga tersebut beroperasi. Tidak ada undang-undang yang mengatur operasi lembaga ini.

Contoh lembaga keuangan informal antara lain rentenir dan arisan yang praktiknya masih banyak ditemukan hingga kini. Arisan yang digemari terutama oleh ibu-ibu, sedangkan rentenir keberadaannya sangat susah diketahui sebab cenderung tertutup dan sangat susah dideteksi oleh pihak luar.

1

(13)

Tertutupnya aktivitas rentenir atau toppa mana’ doe’ dalam bahasa Makassar disebabkan adanya norma-norma dimasyarakat yang bertentangan dengan praktek rentenir. Masyarakat yang notabene beragama islam menyebut uang rentenir sebagai “uang riba” dan rentenir sebagai “pemakan riba”. sedangkan hukum memakan riba dalam syariat islam adalah haram. Dosa paling minimal dalam memakan riba disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Masud RA dan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:

“Riba itu terdiri dari 73 pintu. Pintu yang paling ringan seperti seorang laki-laki menikahi ibunya sendiri.” (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim)

Bahkan dalam Al-Qur’an Allah ta a’la menyatakan perang terhadap riba.

Allah ta a’la berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kalian orang-orang yang beriman. Jika kalian tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangi kalian. Dan jika kalian bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagi kalian pokok harta kalian;

kalian tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiayah.” (Al-Baqarah: 278-279) Riba secara bahasa berarti ziyadah (tambahan). secara istilah riba berarti menetapkan bunga/melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok, yang dibebankan kepada peminjam.

Sekalipun informal (tidak legal) dan bertentangan dengan norma -norma yang berlaku, sebagian kelompok masyarakat tetap mempertahankan eksistensi rentenir.

Fenomena maraknya rentenir dalam pasar tradisional digambarkan Boeke dalam Nugroho (2001: 4) sebagai dual economy. Dimana didalam pasar selain terdapat sektor formal seperti perbankan dan koperasi yang berada dalam naungan

(14)

pemerintah, juga terdapat sektor informal yang tidak terkontrol oleh pemerintah, yaitu rentenir.

Orang-orang yang melakukan kontak pinjaman dari rentenir biasanya pedagang-pedagang kecil dipasar tradisional. Para pedagang ini merupakan kelompok masyarakat miskin yang mendekati garis kemiskinan. Barang dagangan mereka berupa bahan kebutuhan pokok seperti, sayur-mayur, lauk, pauk, jajanan, gorengan, atau barang-barang kecil kebutuhan rumah tangga seperti timba, bakul, sapu, dan lain-lain.

Dari sisi ekonomi, melakukan kontrak pinjaman dengan rentenir sesungguhnya sangat memberatkan. Rentenir mengenakan bunga yang jauh lebih tinggi dari pada bunga perbankan hingga mencapai 10 % atau bahkan sampai 20 % per bulan. Sementara bunga bank hanya pada kisaran 1-2 % per bulan.

Tingginya bunga yang diterapkan rentenir kerap kali menyusahkan pedagang kecil dipasar traditional yang berutang kepada mereka. Keuntungan penjualan lebih banyak dinikmati oleh para rentenir. Dengan kondisi ini, pedagang kecil yang memang sudah miskin menjadi semakin sulit memperbaiki taraf hidup ekonominya.

Secara rasional manusia akan memilih meminjam dana dengan bunga yang lebih rendah atau bahkan tanpa bunga sama sekali. Sebagaimana dipaparkan Hamka (2009: 8) bahwa:

“Apabila dikorelasikan dengan sektor keuangan, nasabah (pedagang) akan memilih sumber dana yang dapat dipinjam dengan pengembalian yang sama atau pengembalian dengan bunga sekecil mungkin. Secara rasional juga manusia akan meninggalkan pinjaman yang berbunga tinggi kemudian beralih kepada pinjaman yang berbunga rendah atau tanpa bunga.”

(15)

Juga dinyatakan oleh Damsar (1997: 2) bahwa dalam persoalan ekonomi manusia memiliki kecenderungan, “mengeluarkan biaya serendah mungkin untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.”

Pernyataan ini dijelaskan dalam teori The cost-Benefit Principle, yaitu, take no action unless its marginal benefit is at least a great as its marginal cost”

(Frank dan Bernade, 2007). Teori ini menjelaskan bahwa manusia tidak akan melakukan suatu tindakan jika manfaat yang diterima lebih kecil dari pada biaya yang dikeluarkan. Dengan demikian maka manusia tersebut berfikir secara rasional. Namun ternyata dalam melakukan kontrak pinjaman, pedagang pasar traditional masih memilih rentenir sekalipun bunga pinjamannya jauh lebih tinggi dari pada lembaga keuangan formal sehingga praktik rentenir masih tetap eksis.

Fenomena masih maraknya kontrak pinjaman kepada rentenir dikalangan pedagang pasar, sementara sudah ada dana KUR (kredit usaha rakyat) dan proses peminjamannya pun telah dimudahkan, merupakan tindakan ekonomi yang diluar kerangka berpikir konvensional.

Mengikuti pendekatan ekonomi klasik/neo klasik misalnya dengan teori The Cost-Benefit Principle, maka unsur-unsur kelembagaan yang hidup dalam struktur sosial dianggap tidak memiliki pengaruh terhadap kegiatan ekonomi. Namun, fenomena terjeratnya pedagang pasar traditional terhadap kredit para rentenir mengandung aspek sosial yang melahirkan tindakan ekonomi.

Silalahi dalam Damsar (2001: 3), menyebutkan bahwa :

“Persoalan ekonomi tidak hanya menyangkut ekonomi an sich, tetapi ia berjalan berliku dan melekat pada institusi lainnya dari masyarakat seperti agama, politik, dan pemerintahan, budaya, sosial, dan seterusnya. Dengan kata lain pembahasan ekonomi haruslah mempertimbangkan institusi-institusi

(16)

masyarakat lainnya yang dapat memperlancar atau menghambat aktivitas-aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh aktor-aktor ekonomi. Oleh karena itu untuk memahami fenomena yang terjadi, diperlukan berbagai pendekatan dan berbagai cabang ilmu sosial.”

Teori ekonomi kelembagaan menjelaskan bahwa tindakan ekonomi yang terjadi dalam masyarakat tidak hanya dimotivasi oleh aspek-aspek ekonomi itu sendiri. Yustika (2008: 53) menjelaskan bahwa:

“Secara eksplisit, cabang-cabang ilmu ekonomi kelembagaan itu ingin menunjukkan bahwa fenomena ekonomi tidak dapat dilihat hanya dari perspektif ekonomi ortodoks semata, tetapi harus ditangani lebih luas. Inilah yang membedakan dengan teori ekonomi konvensional (klasik/neoklasik) yang melihat kegiatan transaksi ekonmi sebagai peristiwa ekonomi saja.

Sebaliknya, ekonomi kelembagaan melihat transaksi sebagai kejadian sosial yang berdimensi luas.”

Fenomena terjeratnya pedagang pasar dalam kredit rentenir dapat dijawab dengan kajian ekonomi kelembagaan dengan pendekatan sosiologi ekonomi tentang tindakan ekonomi spekulatif-irrasional. Damsar (2009: 43) menjelaskan bahwa tindakan ekonomi spekulatif-irrasional merupakan tindakan ekonomi yang tidak mempertimbangkan instrumen yang ada dengan tujuan yang hendak dicapai.

Tindakan tersebut dilatarbelakangi oleh modal sosial (social capital) antara pelaku ekonomi.

Di Bangladesh, Grameen Bank menggunakan modal sosial sebagai jaminan pinjaman. Bank ini membuktikan bahwa sekalipun tanpa jaminan dalam bentuk aset sebagaimana umumnya jaminan pinjaman, dengan modal sosial bank tetap dapat menyalurkan kredit. Modal sosial antara lain harga diri masyarakat yang pantang curang, mekanisme kontrol secara sosial, kekerabatan, eksistensi hingga potensi orang bersangkutan menjadi jaminan Grameen Bank dalam menyalurkan kredit ke masyarakat (Prasetya: 2009).

(17)

Fenomena pedagang pasar traditional yang masih melakukan kontrak pinjaman dengan rentenir saat pemerintah telah menggalakkan dan KUR (kredit usaha rakyat) dan memudahkan proses pengurusannya, tidak rasional jika dipandang dari konsep ekonomi konvensional bahwa untuk memaksimalkan keuntungan, seharusnya pedagang tersebut meminjam dana ke lembaga dengan bunga pinjaman rendah atau tanpa bunga sama sekali. Fenomena ini dapat dijelaskan dengan teori ekonomi kelembagaan bahwa adanya modal sosial antara pelaku ekonomi, yaitu antara pedagang pasar traditional dan rentenir, menyebabkan pedagang traditional melakukan kontrak pinjaman dengan rentenir dari pada dengan lembaga keuangan formal. Oleh sebab itu, sangat menarik untuk melihat rasionalisasi pedagang pasar traditional memilih berhutang kepada rentenir serta bagaimana peran modal sosial yang terjalin antar mereka berpengaruh terhadap keputusan meminjam.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penulisan ini ialah : Bagaimana peran modal sosial pada kontrak pinjaman antara pedagang dengan rentenir?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui peran modal sosial pada kontrak pinjaman antara pedagang dengan rentenir.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya

(18)

tentang rentenir.

2. Bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat menjadi bahan pengetahuan tentang operasi rentenir di Pasar Karuwisi Makassar.

3. Bagi Lembaga Keuangan Formal

Penelitian ini dapat menjadi bahan pelajaran untuk mengembangkan usaha.

(19)

8 A. Pengertian Modal Sosial

Definisi modal sangat beragam, namun secara umum modal sosial dapat dimaknai sebagai institusi, hubungan, sikap dan nilai yang memfasilitasi interaksi antara individu antara kelompok masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan melalui pembangunan ekonomi dan pembangunan masyarakat itu sendiri (Iyer 2005).

Ada beberapa tokoh yang berperan memperkenalkan konsep modal sosial dalam karya-karya mereka seperti Bourdieu, Coleman dan Putnam (Sabatini 2005).

1. Menurut Bourdieu ada 3 dimensi modal yang berhubungan dengan kelas sosial yaiti : modal ekonomi, modal kultural, dan modal sosial. Bourdieu adalah ilmuan sosial dari aliran Neo Marxis yang mengaitkan modal sosial dengan konflik kelas. Modal sosial bagi Bourdieu adalah relasi sosial yang dapat dimanfaatkan seorang aktor dalam rangka mengejar kepentingannya.

Dengan demikian modal sosial bisa menjadi alat perjuangan kelas. Bourdieu (1986) mendefinisikan modal sosial sebagai sumber daya yang dimiliki seseorang ataupun sekelompok orang dengan memanfaatkan jaringan, atau hubungan yang terlembaga dan ada saling mengakui antar anggota yang terlibat di dalamnya. Dari defenisi tersebut ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam memahami modal sosial yaitu: pertama, sumber daya yang

(20)

dimiliki seseorang berkaitan dengan keanggotaan dalam kelompok dan jaringan sosial. Besarnya

2. Modal sosial yang dimiliki seseorang tergantung pada kemampuan orang tersebut memobilisasi hubungan dan jaringan dalam kelompok atau dengan orang lain di luar kelompok. Kedua, kualitas hubungan antar aktor lebih penting daripada hubungan dalam kelompok (Bourdieu 1986). Bourdieu melihat bahwa jaringan sosial tidak bersifat alami, melainkan dibentuk melalui strategi investasi yang berorientasi kepada pelembagaan hubungan kelompok yang dapat dipakai sebagai sumber untuk meraih keuntungan.

Karya Bourdieu walaupun monumental tapi kurang dikenal luas kecuali oleh mereka yang bisa berbahasa prancis.

3. Modal sosial baru menjadi perhatian setelah Coleman menulis tentang topik ini. Coleman melengkapi kajian Bourdieu dengan melihat modal sosial berdasarkan fungsinya. Menurutnya, modal sosial mencakup dua hal yaitu : (1) Modal sosial mencakup aspek tertentu dari struktur sosial; dan (2) modal sosial memfasilitasi pelaku (aktor) bertindak dalam struktur tersebut. Lebh lanjut Coleman juga mengembangkan pemahaman modal sosial yang meliputi asosiasi (hubungan) vertikal dan horizontal. Asosiasi vertikal ditandai dengan hubungan yang bersifat hirarkis dan pembagian kekuasaan yang tidak seimbang antar anggota masyarakat. Hubungan semacam ini mempunyai konsekuensi positif maupun negatif. Sedangkan asosiasi horizontal adalah hubungan yang sifatnya egaliter dengan pembagian kekuasaan yang lebih merata (Coleman 1998).

(21)

4. Tokoh yang paling sering disebut memperkenalkan konsep modal sosial adalah Robert Putnam. Putnam menjabarkan modal sosial sebagai seperangkat asosiasi antar manusia yang bersifat horisontal yang mencakup jaringan dan norma bersama yang berpengaruh terhadap produktivitas suatu masyarakat. Intinya Putnam melihat modal sosial meliputi hubungan sosial, norma sosial, dan kepercayaan (trust) (Putnam 1995). Penekanan modal sosial adalah membangun jaringan (networks) dan adanya pemahaman norma bersama. Namun perlu disadari pemahaman norma bersama belum cukup menjamin kerjasama antar individu karena bisa saja ada yang tidak taat (moral hazard). Oleh karena itu dibutuhkan sanksi sosial yang bersifat informal sehingga kualitas hubungan dan interaksi sosial tetap terjaga dengan baik. Sanksi sosial dimaksudkan agar tidak terjadi deviasi terhadap norma yang ada (Coleman 1998; Iyer 2005). Disini modal sosial yang dimaksud adalah sistem nilai yang dianut bersama dan aturan tentang perilaku sosial masyarakat yang di dalamnya sudah meliputi kepercayaan dan tanggung jawab sosial. Lebih lanjut modal sosial berpengaruh terhadap lingkungan sosial dan lingkungan politik yang kemudian ikut membentuk norma tentang kepemerintahan, aturan hukum, dan kebebasan politik (North 1990).

Dari berbagai uraian di atas tekanan berbagai definisi modal sosial adalah sebagai kepercayaan, norma, dan jaringan yang memungkinkan anggota komunitas bertindak kolektif. Definisi modal sosial yang telah dipaparkan memang sederhana tapi perlu kritis melihatnya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan berbagai defenisi yang telah kita pelajari. Pertama, definisi di

(22)

atas fokus pada sumber modal sosial dan bukan akibat modal sosial (Portes 1998).

Norma dan jaringan dapat dianggap sebagai sumber modal sosial. Tentu di sini karakteristik modal sosial seperti kepercayaan dan reprositas sudah tercakup di dalamnya. Kedua, berbagai definisi di atas membuka peluang dimasukannya berbagai dimensi modal sosial yang memungkinkan pemahaman modal sosial menjadi lebih kompleks. Selain itu, ada asumsi teoretis bahwa setiap komunitas mempunyai akses yang sama terhadap modal sosial. Definisi modal sosial memberi kesan bahwa suatu masyarakat dapat mengisolir diri dan akan mampu bertahan jika mempunyai modal sosial yang kuat. Pandangan isolasionis seperti ini lebih memilih memenuhi semua kebutuhan dari sumber yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Pandangan ini tidak salah namun kita perlu menyadari bahwa ada sisi negatif dari pemahaman modal sosial yang sempit. Misalnya, suatu masyarakat karena lebih mementingkan pemenuhan kewajiban sosial, mereka kurang memperhatikan peningkatan ekonomi rumah tangga sehingga mengakibatkan menurunnya tingkat kesejahteraan rumah tangga. Ini adalah salah satu kritik kelompok neo-klasik terhadap konsep modal sosial. Menurut kelompok neo-klasik, interaksi sosial individual dianggap sebagai tindakan tidak rasional karena biaya sosial dan uang cukup besar namun produktivitas individu terus menurun (Woolcock 2000).

Jadi, Modal Sosial adalah bagian-bagian dari organisasi sosial seperti kepercayaan, norma, dan jaringan yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan yang terkoordinasi. Modal sosial juga didefinisikan sebagai kapabilitas yang muncul dari kepercayaan umum di dalam

(23)

sebuah masyarakat atau bagian-bagian tertentu dari masyarakat tersebut. Selain itu, konsep ini juga diartikan sebagai serangkaian nilai atau norma informal yang di miliki bersama di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama.

B. Pengertian Pedagang

Pengertian pedagang secara etimologi adalah orang yang berdagang atau bisa juga disebut saudagar. Jadi pedagang adalah orang-orang yang melakukan kegiatankegiatan perdagangan sehari-hari sebagai mata pencaharian mereka.

Damsar (1997:106) mendefinisikan pedagang sebagai berikut:

“Pedagang adalah orang atau instansi yang memperjual belikan produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung”

Manning dan Effendi (1991) menggolongkan para pedagang dalam tiga kategori, yaitu:

1. Penjual Borongan (Punggawa)

Penjual borongan (punggawa) adalah istilah umum yang digunakan diseluruh Sulawesi selatan untuk menggambarkan perihal yang mempunyai cadangan penguasaan modal lebih besar dalam hubungan perekonomian.

Istilah ini digunakan untuk menggambarkan para wiraswasta yang memodali dan mengorganisir sendiri distribusi barang-barang dagangannya.

2. Pengecer Besar

Pengecer besar dibedakan dalam dua kelompok, yaitu pedagang besar yang termasuk pengusaha warung di tepi jalan atau pojok depan sebuah halaman rumah, dan pedagang pasar yaitu mereka yang memiliki hak atas

(24)

tempat yang tetap dalam jaringan pasar resmi.

3. Pengecer Kecil

Pengecer kecil termasuk katergori pedagang kecil sektor informal mencakup pedagang pasar yang berjualan dipasar, ditepi jalan, maupun mereka yang menempati kios-kios dipinggiran pasar yang besar.

Adapun yang dikemukakan Damsar (1997) membedakan pedagang menurut jalur distribusi barang yang dilakukan, yaitu:

1. Pedagang distributor (tunggal), yaitu pedagang yang memegang hak distribusi satu produk dari perusahaan tertentu.

2. Pedagang partai (besar), yaitu pedagang yang membeli produk dalam jumlah besar yang dimaksudkan untuk dijual kepada pedagang lainnya seperti grosir.

3. Pedagang eceran, yaitu pedagang yang menjual produk langsung kepada konsumen.

Pedagang kaki lima adalah suatu usaha yang memerlukan modal relatif sedikit, berusaha dalam bidang produksi dan penjualan untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen tertentu. Usahanya dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap strategis dalam lingkungan yang informal.

Pedagang kaki lima menurut An-nat (1983:30) bahwa istilah pedagang kaki lima merupakan peninggalan dari zaman penjajahan Inggris. Istilah ini diambil dari ukuran lebar trotoar yang waktu dihitung dengan feet (kaki) yaitu kurang lebih 31 cm lebih sedikit, sedang lebar trotoar pada waktu itu adalah lima kaki atau sekitar 1,5 meter lebih sedikit.

(25)

Jadi orang berjualan di atas trotoar kemudian disebut pedagang kaki lima (PKL). Sedangkan Karafir (1977:4) mengemukakan bahwa pedagang kaki lima adalah pedagang yang berjualan di suatu tempat umum seperti tepi jalan, taman-taman, emperemper toko dan pasar-pasar tanpa atau adanya izin usaha dari pemerintah. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pedagang kaki lima adalah mereka yang berusaha di tempat-tempat umum tanpa atau adanya izin dari pemerintah. Bromley (Manning, 1991:228) menyatakan bahwa:

“Pedagang kaki lima adalah suatu pekerjaan yang paling nyata dan penting dikebanyakan kota di Afrika, Asia, Timur Tengah, atau Amerika Latin. Namun meskipun penting, pedagang-pedagang kaki lima hanya sedikit saja memperoleh perhatian akademik dibandingkan dengan kelompok pekerjaaan utama lain”

Pedagang dapat dikategorikan menjadi:

1. Pedagang grosir, beroperasi dalam rantai distribusi antara produsen dan pedagang eceran.

2. Pedagang eceran, disebut juga pengecer, menjual produk komoditas langsung ke konsumen secara sedikit demi sedikit atau satuan. Pemilik toko atau warung adalah pengecer.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pedagang adalah orang yang melakukan perdagangan, memperjualbelikan barang yang tidak diproduksi sendiri, untuk memperoleh suatu keuntungan.

C. Pengertian Rentenir

Rentenir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang mencari nafkah dengan membungakan uang; tukang riba; pelepas uang; lintah darat.

(26)

Rentenir ini berasal dari serapan bahasa Belanda yaitu rentenieren berarti hidup dari bunga tabungan, tidak perlu bekerja lagi. Sementara itu arti yang umum di Indonesia, seorang rentenir diartikan sebagai lintah darah, sedangkan arti kata rente sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bunga uang;

riba. Dalam hubungannya dengan bunga, bahwa secara umum, bunga adalah pendapatan yang menjadi keuntungan pihak yang mempunyai modal (Kaslan A. Tohir, 1955 : 299).

Sejumlah ahli filsafat dan ekonomi berpendapat bahwa pembayaran bunga sebagai suatu hal yang tidak adil. Aristoteles mengatakan bahwa sekeping mata uang tidak dapat beranak kepingan uang yang lain. Plato dalam karyanya, juga mengutuk bunga. Selanjutnya, Keynes sangat mengecam argumen klasik mengenai pengaruh suku bunga pada tabungan. Keynes beranggapan bahwa tingkat pendapatan lebih menjamin persamaan antara tabungan dan investasi daripada suku bunga. Selain itu, dari semua teori bunga yang ada tidak satu pun yang dapat menjawab secara memuaskan mengapa bunga harus dibayarkan (Hertanto Widodo, 1999 : 47).

Dalam menjalankan praktik-praktik rente ekonomi, rentenir akan memainkan dua karakter yang berbeda (ambivalen). Rentenir awalnya akan datang dengan memainkan peran sebagai dewa penolong yang amat baik, bersahaja dan emphatik, seperti menawarkan pinjaman dengan berbagai kemudahan, seperti tanpa menjanjikan adanya agunan, pokok pinjaman dan besarnya bunga tidak tertulis atau kesederhanaan dan kepraktisan dalam melakukan transaksi pemberian pinjaman. Karakter berikutnya akan dimainkan oleh rentenir setelah berjalannya

(27)

waktu yaitu karakter yang kurang simpatik dengan tindakan beraroma pemerasan dan pengancaman.

Keunggulan rentenir dapat dilihat dari proses peminjamannya yaitu lebih mudah, cepat dan tidak perlu agunan (didasarkan rasa saling percaya). Peminjam yang baru biasanya diperlakukan dengan sangat baik, selanjutnya disesuaikan dengan perilaku dan latar belakang dari masing-masing peminjam apakah orang biasa, petani, pedagang, pegawai dan berbagai profesi yang lain. Jumlah besar dan kecilnya pinjaman tidak dibatasi, tergantung kepada kemampuan pemberi pinjaman demikian juga kebutuhan peminjam. Peminjam tidak perlu repot mendatangi pemberi pinjaman untuk membayar cicilan pinjaman atau sekedar bunga pinjaman, karena biasanya pemberi pinjaman yang mendatangi peminjam uang. Kelemahan rentenir adalah karena mengenakan bunga (rentenir tidak mau disebut bunga, biasanya mereka lebih suka disebut dengan istilah jasa) yang terlalu tinggi, biasanya rentenir menetapkan bunga dengan interval 10 persen sampai dengan 30 persen per bulan. Sementara kalau dibandingkan pinjaman dari Penggadaian, Koperasi Simpan Pinjam, BPR dan Bank Umun, yang mana kisaran bunganya tidak lebih dari 10 persen sampai dengan 15 persen per tahun (berpatokan pada suku bunga acuan Bank Indonesia).

Jadi dapat disimpulkan bahwa rentenir merupakan seseoranng yang memberi pinjaman dengan bunga yang lebih tinggi dibanding dengan lembaga keuangan formal yang ada, dengan kesepakatan yang telah ditentukan secara sepihak.

(28)

D. Munculnya Lembaga Keuangan Informal

Pada hakikatnya, lembaga keuangan informal adalah lembaga keuangan yang bergerak pada sektor finansial yang tidak resmi. Dengan demikian, orang yang bergerak dalam usaha keuangan informal tersebut juga dapat dikatakan sebagai tenaga kerja informal. Menurut Depnakertrans dalam Midjan ( 2007:1), sektor informal adalah seluruh usaha yang bersifat baik komersial maupun tak-komersial yang tidak terdaftar, tidak memiliki struktur organisasi resmi, dimana sektor tersebut memiliki beberapa karakteristik; usaha keluarga, kegiatan berskala kecil, dan terdapat ketergantungan pada sumberdaya lokal.

Lembaga keuangan informal juga muncul karena terdapatnya dua kegiatan ekonomi, yaitu terdapatnya permintaan (demand) dan penawaran (supply) dari aktor-aktor ekonomi. Permintaan terjadi karena terdapatnya banyak hal; Hendaya dan Bustaman (2007;2) mengatakan bahwa dari sisi permintaan, petani meminjam dana pada lembaga keuangan informal disebabkan oleh preferensi dalam mengakses dana yang lebih mudah, disamping mereka sendiri tidak memiliki akses untuk menjangkau lembaga keuangan formal, yaitu perbankan.

Dari sisi penawaran, pihak yang “mendirikan” lembaga keuangan informal merupakan orang yang pada dasarnya memiliki motof-motif ekonomi, yang memaksimalkan pendapatan.

E. Modal Sosial Sebagai Back-Up Jaminan Kredit

Dalam memenuhi kebutuhan, setiap orang atau masyarakat harus melakukan sebuah aktivitas. Dalam perspektif ekonomi, tindakan atau aktivitas tersebut disebut tindakan ekonomi. Sedangkan sosiologi ekonomi memaknai tindakan

(29)

tersebut sebagai tindakan sosial sebab tidak mungkin suatu tindakan terjadi tanpa adanya interaksi sosial.

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi baik secara invidual maupun kelompok. Interaksi sosial itu dapat terjadi melalui proses-proses sugesti, identifikasi, simpati, dan imitas (Supardan, 2007:151). Proses yang terus-menerus akan melahirkan suatu keterlekatan. Sedangkan keterlekatan merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat (embedded) dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung diantara para aktor (Damsar, 2009:139).

Mengacu pada pengertian keterlekatan, maka tindakan hutang piutang yang terjalin antara pedagang dan rentenir akan melekat dalam jaringan. Sedangkan pengertian jaringan yaitu ada ikatan antara simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan media (hubungan sosial) (Damsar, 2009:157).

Relasi-relasi sosial yang terbentuk ketika individu-individu berupaya menggunakan sumber-sumber infividual mereka sebaik-baiknya tidak hanya penting dilihat sebagai komponen-komponen struktur sosial. Relasi-relasi sosial tersebut juga dapat dilihat sebagai sumber-sumber untuk individu tersebut (Coleman, 2008:362). Hal inilah yang disebut Coleman sebagai “modal sosial”

yakni kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama-sama demi mencapai tujuan bersama di dalam berbagai kelompok dan organisasi (Coleman, 2008:418).

Robalino (2000:3-11) menyatakan bahwa :

“The concept of social capital is relatively new in economics. Broadly speaking, social capital refers to the set of social networks, norm and formal and informal institutions that exist within a given economy and that shape individual’s interactions. By shaping these interactions, social capital influences individual’s behaviors and choices, and ultimately the evolution of the economic system.”

(30)

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa modal sosial mengacu pada kumpulan jaringan sosial, norma, serta lembaga-lembaga formal dan informal yang ada dalam suatu perekonomian yang membentuk interaksi-interaksi individu. Saat membentuk interaksi-interaksi ini, modal sosial mempengaruhi perilaku individu dan akhirnya merubah sistem ekonomi.

Unsusr-unsur yang terkandung di dalam modal sosial selaras dengan Coleman (1988;102-105) yang menyebutkan tiga bentuk dari modal sosial.Pertama, kewajiban dan ekspektasi. Kedua, saluran-saluran informasi. Ketiga, norma sosial.

Berikut penjelasan pada masing-masing bentuk dari modal sosial.

1. Kepercayaan

Kemampuan berasosiasi menjadi modal yang sangat penting bagi kehidupan ekonomi dan aspek eksistensi sosial yang lain. Akan tetapi, kemampuan ini sangat tergantung pada sesuatu kondisi dimana komunitas itu mau saling berbagi untuk mencari titik temu norma-norma dan nilai-nilai bersama. Jika titik temu ini ditemukan, maka pada gilirannya kepentingan-kepentingan individual akan tunduk pada kepentingan-kepentingan komunitas kelompok. Dari nilai-nilai bersama akan bangkit apa yang disebut kepercayaan (Fukuyama, 2002:13).

Kepercayaan (trust) dalam kegiatan ekonomi sangat penting karena eksistensinya dapat mengurangi pengeluaran untuk elakukan pengawasan (monitoring) dan mengegakkan kontrak (enforcing contracts) (Yustika, 2008:182). Dengan demikian, kepercayan yang terjalin antara pedagang dan rentenir akan memuluskan aksi tindakan hutang piutang. Dismaping itu,

(31)

kepercayaan ini akan memberikan manfaat bagi pedagang maupun rentenir.

Bagi pedagang, kepercayaan dapat dijadikan penghapus jaminan. Sedangkan bagi rentenir, kepercayan dapat mengurangi biaya pengawasan serta meminimalisasi resiko kredit macet.

2. Jaringan

Jaringan menurut Lawang (2004:50-51) yaitu ada ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan media (hubungan sosial).

Sebagaimana jaringan dalam konsep modal sosial memberikan akses pada sumber daya. Hal tersebut sejalan dengan Yustika (2008:182) bahwa dalam jaringan terdapat informasi yang sangat penting sebagai basis tindakan.

Informasi sangat penting sebagai basis tindakan. Informasi itu mahal, tidak gratis. Tentu saja, individu yang memiliki jaringan lebih luas akan lebih mudah dan murah untuk memperoleh informasi, sehingga bisa dikatakan modal sosialnya tinggi, demikian pula sebaliknya (Yustika 2008:183)

Bentuk modal sosial yang sangat penting adalah potensi informasi yang melekat pada relasi-relasi sosial. Informasi penting untuk mendasari tindakan.

Informasi sekurang-kurangnya memerlukan perhatian, yang selalu cepat diberikan. Alat yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi adalah penggunaan relasi sosial yang dipertahankan untuk tujuan-tujuan lain (Coleman, 2009:428).

Jaringan informasi yang terjalin antar pedagang dan rentenir akan memudahkan keduanya dalam melakukan transaksi hutang piutang. Bagi pedagang, jaringan tersebut akan memudahkan mendapatkan modal usaha.

(32)

Sedangkan bagi rentenir, jaringan tersebut memudahkan menyalurkan kreditnya.

3. Norma

Norma merupakan entitas supra individual. Yaitu sekumpulan hak yang diakui dari beberapa individu untuk membatasi atau sebaliknya menentukan tindakan-tindakan individu yang menjadi sasaran norma (coleman, 2008:

397). secara umum, norma dipahami sebagai aturan main bersama yang menuntun perilaku seseorang. Norma memberikan suatu cara dimana seseorang mengorientasikan dirinya terhadap orang lain (Damsar, 2009: 216).

Dasar pengertian norma yaitu, memberikan pedoman bagi bagi seseorang untuk bertingkah laku dalam masyarakat. Kekuatan mengikat norma-norma tersebut sering dikenal dengan empat pengertian antara lain cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiada (custom) (Soekanto, 2010: 174).

Ketika norma efektif terbentuk, norma tersebut menjadi bentuk modal sosial yang kuat tetapi kadamg rapuh (Coleman, 2008: 380). norma akan menjadi rapuh ketika suatu komunitas tidak menerapkan aturan yang disusun bersama. Dengan demikian norma tidak hanya memudakan beberapa tindakan tetapi juga membatasi tindakan lain.

Norma merupakan aturan-aturan sosial yang tidak tertulis dan terorganisir.dimana faktor-faktor tersebut bersifat kolektif yang dapat mencegah individu dari penyimpangan-penyimpangan sosial. Apabila nasabah dari lembaga keuangan informal tidak membayar hutangnya, maka

(33)

terdapat norma yang berlaku pada masyarakat, dimana kahimnya mempengaruhi stabilitas dan interaksi sosial dari nasabah itu sendiri dimata masyarakat tertentu (Hamka, 2009: 19).

F. Sisi Positif dan Negatif Modal Sosial dalam tindakan Utang Piutang Coleman (2008: 453) mengartikan modal sosial ini sangat penting bagi komunitas karena (1) memberikan kemudahan dalam mengakses informasi bagi anggota komunitas; (2) menjadi media pembagian kekuasaan dalam komunitas; (3) mengembangkan solidaritas; (4) memungkinkan mobilisasi sumber daya komunitas; (5) memungkinkan pencapaian bersama; dan (6) membentuk perilaku kebersamaan dan berorganisasi komunitas.

Sedangkan kekuatan menggerakkan sebagai aspek dinamis dari modal sosial dipahami dalam arti bahwa modal sosial sebagai investasi dapat membesar, mengecil, tetap atau bahkan menghilang dalam suatu struktur hubungan sosial.

Kekuatan menggerakkan oleh aktor dalam aktivitas ekonomi pada suatu struktur hubungan sosial. Segala sumber daya sosial (jaringan, kepercayaan, nilai, dan norma) yang dimiliki tersebut mengandung kekuatan menggerakkan investasi untuk menjadi lebih besar atau lebih kecil (Damsar, 2009: 217).

Namun modal sosial juga memberikan dampak negative. Yustika (2008:

195-196) ,menyebutkan empat dampak negative dari modal sosial, yaitu:

1. Ikatan sosial yang terlalu kuat cenderung akan mengabaikan dan membatasi akses pihak luar untuk memperoleh peluang yang sama dalam melakukan kegiatan ekonomi.

2. Sangat mungkin terjadi dalam sebuah kelompok terdapat beberapa

(34)

individu/aktor yang berpotensi mengganjal individu lainnya karena kepemilikan akses, misalnya informasi yang lebih besar.

3. Selalu ada pilihan atas suatu dilemma antara “solidaritas komunitas” dan

“kebebasan individu”. dalam sebuah komunitas atau wilayah yang memiliki norma yang sangat kuat, kontrol sosial umumnya represif sehingga berpotensi menghalangi kebebasan personal dari tiap anggotanya.

4. Jamak terjadi sebuah situasi di mana solidaritas kelompok dibangun berdasarkan pengalaman bersama untuk melawan masyarakat yang mendominasi.

G. Hubungan Saling Membutuhkan antara Pedagang dan Rentenir

Modal sosial yang terjalin antara pedagang dan rentenir akan menjadi pelicin dalam hutang piutang. Heertje (2000: 492) mendefinisikan ekonomi informal (informal economy) merupakan istilah yang sering dihubungkan dengan perekonomian “bawah tanah”, “perekonomian gelap” atau “perekonomian yang terabaikan” yang semuanya mengacu pada jenis-jenis transaksi ekonomi yang tidak tercermin pada statistik resmi.

H. Penelitian Terdahulu

Hamka dan Danarti (2009) membahas mengenai keberadaan (eksistensi) Bank Thithil dalam aktifitas masyarakat pasar batu. Hasil penelitiannya yaitu eksistensi Bank Thithil (rentenir) dipasar batu ditunjang oleh berbagi hal: yaitu preferensi sesorang dalam memaksimalkan profit, adanya nasabah yang maih mau mengakses dana dari rentenir, interaksi antara pedagang yang berlangsung secara

(35)

terus menerus dan melekat didalam jejaring sosial, akses yamg jauh lebih mudah bagi para pedagang tradisional yang yang telah memilki jaringan. Selain itu, waktu beroperasinya juga yang lebih fleksibel daripada lembaga keuangan formal, sehingga lebih mudah dijangkau oleh pedagang-pedagang traditional dipasar batu yabng beraktivitas mulai dini hari. Eksistensi ini juga didukung dengan manajemen resiko kredit yang dimiliki oleh Bank Thithil itu sendiri dalam mempertahankan usahanya.

Bunga (2004) meneliti dipasar Bimbing Kota Malang. Penelitian ini membahas ragam modal sosial dan cara modal sosial berperan dalam kontrak pinjaman anatara pedagang dengan rentenir, serta bagaimana modal sosial yang terjalin antara pedagang dengan rentenir berpengeruh terhadap keberlangsungan usaha pedagang pasar tradisional pasar Bimbing Kota Malang. Hasilnya modal sosial berupa kepercayaan, jaringan, maupun nilai dan norma, sangat berperan dalam kontrak pinjaman antara pedagang dengan rentenir. Adapun implikasinya terhadap kelangsungan usaha dapat merugikan dan menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yakni pertama, motif pedagang meminjam uang, tidak hanya digunakan sebagai tambahan modal tapi juga untuk pembayaran pendidikan anak dan kebutuhan lain.

Kedua, sistem pencatatan yang kurang disiplin. Ketiga, adanya sugesti kepercayaan tentang ketidakberkahan. Faktor eksternal meliputi pertama, angsuran dan tingkat suku bunga Bank Thithil yang tinggi. Kedua, pembeli yang berkurang karena goncangan akibat relokasi pasar dan musim penghujan, ketiga, yaitu kenaikan haraga bahan baku.

(36)

Tri Pranadji (2006) tentang penguatan modal sosial untuk pemberdayaan masyarakat pedesaan dalam pengelolaan agroekosistem lahan kering. Dengan tujuan diantaranya; (a) menjelaskan adanaya hubungan erat antara kerusakan ALK terhadap tingkat melemahnya modal sosial setempat, (b) menganalisis pengaruh penerapan model pengelolaan ALK yang dikembangkan pemerintah terhadap tingkat kehidupan dan cara masyarakat pedesaan setempat, (c) menganalisis elemen modal sosial dilandaskan pada nilai-nilai budaya, manajemen sosial, kepemimpinan, penyelenggaraan, pemerintah desa. Dengan hasil penelitian secara historis dapat dikatakan bahwa kerusakan ALK di desa-desa (Boyolali) bagian hulu DAS dinilai sudah sangat parah, kemampuan masyarakat pedesaan dalam mengurangi tekanan terhadap ALK dipengaruhi oleh kekuatan modal sosial yang berhasil diwujudkan oleh masyarakat pedesaan setempat. Desa yang memiliki modal sosial yang paling kuat adalah desa yang masyarakatnya memiliki modal sosial yang relatif kuat, sehingga tingkat kesejahteraan masyarakatnya cenderung tinggi dan proses transformasi sosial ekonominya berlangsung lebih cepat.

Lembaga penelitian Universitas Padjajaran (2008), tentang pemetaan dan pemanfaatan modal sosial dalam penanggulangan kemiskinan di Jawa Barat.

Dengan hasil bahwa modal sosial yang ada , baik dikalangan masyarakat prural maupun urban masih dalam tahap bonding (sebagai pengikat saja), belum sebagai jembatan (bridging) yang menghubungkan seluruh potensi warga. Hal ini ditandai dengan oleh; (a) kelompok-kelompok yang terbentuk mayoritas berdasarkan persamaan baik karena kekerabatan, persamaan etnik, persamaan agama, persamaan strata ekonomi, dsb; (b) kerjasama dilaksanakan terbatas pada

(37)

komunitas yang sama; serta (c) pendanaan dalam kelompok tersebut pada umunya swadaya dari iuran anggota.

Robert Putnam (1993), making democracy work civic Traditionsin Modern Italy. Dengan tujuan yaitu pertama, mengetahui hubungan antara modal sosial dengan tradisi kewargaan ditingkat lokal, kedua mengetahui pengaruh desentralisasi dikawasan Italy Utara dan Italy Selatan. Adapun hasilnya yaitu pertama, desentralisasi menumbuhkan modal sosial dalam tradisi kewargaan ditingkat lokal. Kedua, kawasan Italia Utara jauh lebih unggul dan maju ketimbang kawasan Italy Selatan, dari sisi desentralisasi, demokrasi lokal, modal sosial, tradisi kewargaan, kinerja pembangunan ekonomi.

AP (2002) Modal Sosial sebagai sarana pengembangan masyarakat (studi kasus di Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mamasa, Provinsi Sulawesi Selatan). Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu pertama, untuk mengetahui bentuk dan peran modal sosial dalam pengembangan masyarakat yang dikhususkan pada aspek pertanian. Kedua, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuhnya modal sosial pada aspek pertanian di dalam pengembangan masyarakat. Dan hasil penelitian ini yaitu, bentuk modal sosial dapat diketahui dengan tingginya nilai-nilai di dalam kemasyarakatan yang ditandai dengan sikap gotong royong dides sumberjo dan bentuk modal sosial dalam masyarakat petani adalah dengan adanya organisasi lokal seperti kelompok tani dan peran modal sosial berhasil di dalam mengembangkan masyarakat khususnya masyarakat tani.

Tri yani Anugrahini (2004) modal sosial komunitas migran dalam upaya

(38)

mempertahankan eksistensi komunitasnya (studi kasus warga PJKA di pemukiman Ilegal Jalan Bungur BesarRaya, Jakarta Pusat). tujuan penelitian ini adalah untuk memahami tentang bagaimana suatu komunitas migran di wilayah perkotaan. Dari penelitian ini dijelaskan bahwa sebagai warga pendatang diperkotaan, mereka selalu dihadapkan pada persoalan tempat tinggal, pemenuhan kebutuhan sehari-hari, melakukan kegiatan sehari-hari atau usaha untuk mempertahankan eksistensinya di Kota Jakarta.

Ujianto Singgih Prayitno (2004) modal sosial dan ketahanan ekonomi keluarga miskin: studi sosiologi pada komunitas Bantarang Ciliwung. Tujuannya untuk menemukan modal sosial komunitas di Bantarang Ciliwung untuk mempengaruhi ketahanan ekonomi keluarga miskin. Hasil analisis kuantitatif ditemukan bahwa hubungan bermakna yang kuat diantara variabel yang diuji terhadap ketahanan ekonomi keluarga miskin dengan variabel kelompok dan jaringan, kepercayaan, solidaritas, aksi kolektif dan kerjasama, informasi dan komunikasi, kohesi dan inklusi sosial terdapat hubungan bermakna lemah.

Fukuyama (1995) modal sosial, efektivitas organisasional dan biaya transaksi.

Hasilnya modal sosial berhubungan positif dengan efektivitas organisasional melalui pengurangan biaya transaksi organisasional.

Badarudin (2003) modal sosial, masyarakat nelayan. Dengan hasil bahwa; (a) patron-klien yang lahir dari sikap saling percaya (trust) sebagai salah satu elemen modal sosia, (b) koperasi sebagai salah satu perwujudan modal sosial sikap saling percaya, mampu menjadi kekuatan yang cukup potensial, (c) serikat tolong menolong merupakan pranata yang berfungsi secara ekonomi dan juga berfungsi

(39)

sosial dalam hal ritual keagamaan, (d) arisan sebagai suatu pranata untuk mensiasati perangkap kemiskinan pada masyarakat nelayan.

Tabel 2.1

No Judul/Peneliti/Tahun/Tujuan Metodologi Hasil Penelitian 1. Penguatan modal sosial untuk

pemberdayaan masyarakat pedesaa dalam pengolahan agroekosistem lahan kering/Tri Pranadji/2006/tujuan

penelitian:

1. Menejelaskan adanya hubungan erat antara kerusakan ALK terhadap tingkat melemahnya modal sosial setempat.

2. Menganalisi pengaruh penerapan model

pengeloalaan ALK yang dikembangkan pemerintah terhadap tingkat kehidupan dan cara masyarakat pedesaan setempat.

3. Menganalisis elemen modal dilantaskan pada nilai-nilai budaya, manajemen

sosial,kepemimpinan, penyelenggaraan, pemerintah desa.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan penganalisaan secara crossection.

Secara historis dapat dikatakan bahwa kerusakan ALK

didesa-desa (boyolali) bagian hulu DAS dinilai sudah sangat parah, kemampuan masyarakat pedesaan dalam mengurangi tekanan terhadap ALK dipengaruhi oleh kekuatan modal sosial yang berhasil diwujudkan oleh masyarakat pedesaan setempat. Desa yang memiliki modal sosial yang paling kuat adalah desa yang masyarakatnya memiliki modal sosial yang relatif kuat,

sehingga tingkat kesejahteraan masyarakatnya cenderumg tinggi dan proses transformasi sosial ekonominya

berlangsung lebih cepat.

2. Pemetaan dan pemanfaatan modal sosial dalam

penanggulangan kemiskinan di jawa barat/ Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran / 2008 / 1. Mengidentifikasi dan

mengukur kondisi modal sosial di Jawa Barat 2. Menganalisis keterkaitan

antara modal sosial dengan penanggulangan

kemiskinan di Jawa Barat.

3. Merumuskan desain

Analisis data yang dilakukan , baik secara kuantitatif maupun kualitatif data yang diperoleh dalam studi

kepustakaan dan focus group

discussion dianalisi dengan teknik analisis kualitatif berupa interpretasi.

Modal sosial yang ada, baik dikalangan masyarakat prural maupun urban masih dalam tahap bonding (sebagai pengikat saja), belum sebagai jembatan (bridging) yang menghubungknan seluruh potensi warga . hal ini ditandai oleh: (a) kelompok-kelompok yang terbentuk mayoritas berdasarkan persamaan baik karena kekerabatan, persamaan etnik, persamaan agama, persamaan strata ekonomi, dsb;

(40)

pemanfaatan modal sosial untuk penanggulangan kemiskinan di Jawa Barat.

(b) kerjasama yang

dilaksanakan terbatas pada komunitas yang sama; serta (c) pendanaan dalam kelompok tersebut pada umumnya swadaya dari iuran anggota.

3. Making democracy work civic Traditionsin Modern

Italy/Robert

Putnam/1993/bertujuan untuk:

pertama untuk mengetahui hubungan anatara modal sosial dengan tradisi kewargaan ditingkat lokal, kedua mengetahui pengaruh

desentralisasi di kawasan italy Utara dan Italy Selatan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif.

Pertama, desentralisasi menumbuhkan modal sosial dan tradisi kewargaan ditingka lokal. Kedua, kawasan Italia utara jauh lebih unggul dan maju ketimbang kawasan Italia Selatan, dari sisi desentralisasi, demokrasi lokal, modal sosial, tradisi kewargaan, kinerja pembangunan ekonomi.

4. Modal sosial sebagai sarana pengembangan masyarakat (studi kasus dikecamatan Wonomulyo, kabupaten Polewali Mamasa, Provinsi Sulawesi Selatan) Masdin AP /2002/ bertujuan: pertama, untu mengetahui bentuk dan peran modal sosial dalam

pengembangan masyarakat yang dikhususkan pada aspek pertanian, kedua

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempegaruhi tumbuhnya modal sosial pada aspek pertanian didalam

pengembangan masyarakat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mencari fakta dengan interpretasi yang tepat.

Bentuk modal sosial dapat diketahui dengan tingginya nilai-nilai didalam

kemasyarakatan yang ditandai dengan sikap dan gotong royong di desa Sumberjo dan bentuk modal sosial di dalam masyarakat petani adalah dengan adanya organisasi lokal seperti kelompok tani dan peran modal sosial berhasil didalam mengembangkan masyarakat khususnya masyarakat tani.

5. Modal sosial komunitas migran dalam upaya mempertahankan eksistensi komunitasnya (studi kasus warga PJKA di

pemukiman ilegal Jalan Bungur BesarRaya,

Jakpus/Triyani Anugrahini /2004/ bertujuan untuk

memahami tentang bagaimana suatu komunitas migran diwilayah perkotaan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Dari penelitian ini dijelaskan bahwa sebagai warga

pendatang diperkotaan, mereka selalu dihadapkan pada

persoalan tempat tinggal, pemenuhan kebutuhan sehari-hari, melakukan

kegiatan sehari-hari atau usaha untuk mempertahankan

eksistensinya dikota Jakarta.

(41)

6. Modal sosial dan ketahanan ekonomi keluarga miskin; studi sosiologi pada komunitas Bantarang Ciliwung. Oleh Ujianto Singgih Prayitno /2004/ tujuan untuk menemukan modal sosial komunitas di Bantarang

Ciliwung untuk mempengaruhi ketahanan keluarga miskin.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kuatitatif pendekatan positive kualitatif

substantif.

Hasil analisis kuantitatif ditemukan bahwa ditemukan hubungan bermakna yang kuat diantara variabel yang diuji terhadap ketahanan ekonomi keluarga miskin. Uji korelasi terhadap ketahanan ekonomi keluarga miskin dengan variabel kelompok dan jaringan, kepercayaan, dan solidaritas, aksi kolektif dan kerjasama, informasi dan komunikasi, kohesi dan inklusi sosial terdapat hubungan bermakna lemah.

7. Fukuyama (1995) Modal sosial, efektivitas

organisasional dan biaya transaksi.

Modal sosial berhubungan positif dengan efektivitas organisasionalmelalui pengurangan biaya transaksi organisasional.

8. Badarudin (2003)Modal sosial,

masyarakat nelayan. 1. Patron-klien yang lahir

dari sikap saling percaya (trust) sebagai salah satu elemen modal sosial.

2. Kopersi sebagai salah satu perwujudan modal sosial sikap saling percaya, mampu menjadi kekuatan yang cukup potensial.

3. Serikat tolong menolong merupakan pranta yang berfungsi secara ekonomi dan juga berfungsi secara sosial dalam hal ritual keagamaan.

4. Arisan sebagai suatu pranata untuk mensiasati perangkap kemiskinan pada masyarakat nelayan.

9. Hamka dan Danarti (2009)

membahas mengenai Penelitian ini

menggunakan Eksistensi bank thithil

(rentenir)dipasar batu ditunjang

(42)

keberadaan (eksistensi) Bank Thithil dalam aktivitas masyarakat pasar batu.

pendekatan

kuantitatif. oleh berbagai hal : yaitu preferensi seseorang dalam memaksimalkan profit,adanya nasabah yang masih mau mengakses dana dari rentenir, interaksi antar pedagang yang berlangsung secara terus menerus dan melekat didalam jejaring sosial, akses yang jauh lebih mudah bagi para

pedagang tradisional yang telah memiliki jaringan. Selain itu, waktu beroperasinya rentenir yang lebih fleksibel dar pada lembaga keuangan formal, sehingga lebih nudah dijangkau oleh pedagang-pedagang tradisional dipasar kota Batu yang beraktivitas mulai dini hari. Eksistensi ini juga didukung dengan manajemen resiko kredit yang dimiliki oleh Bank Thithil itu sendiri dalam mempertahankan usahanya.

10. Bunga (2014) Ragam modal sosial dan cara modal sosial berperan dalam kontrak pinjaman anatara pedagang dengan rentenir, serta

bagaimana modal sosial yang terjalin anatara pedagang dengan rentenir berpengaruh terhadap kelangsungan usaha dagang pedagang pasar tradisional pasar bimbing kota Malang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualiatatif.

Modal sosial berupa kepercayaan , jaringan, maupun nilai dan norma, sangat berperan dalam kontrak pinjaman antara pedagang dengan rentenir. Adapun implikasinya terhadap kelangsungan usaha dapat merugikan dan

menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal . faktor internal yang pertama, motif pedagang meminjam uang, tidak hanya digunakan sebagai tambahan modal tapi juga untuk

pembayaran biaya pendidikan anak dan kebutuhan lain.

Kedua, sistem pencatatan pedagang yang kurang disiplin.

(43)

Ketiga, adanya sugesti kepercayaan tentang ketidak berkahan . faktor eksternal meliputi pertama, angsuran dan tingkat suku bunga Bank Thithil yang tinggi. Kedua, pembeli yang berkurang karena goncangan akibat relokasi pasar dan musim penghujan.

Ketiga, yaitu kenaikan harga bahan baku.

11. Peran modal sosial pada kontrak pinjaman antara pedagang dan rentenir (studi kasus di Pasar Sentral Kota Makassar)/ Wahyudi Husain / 2016/ untuk mengetahui peran modal sosial pada kontrak pinjaman antara pedagang dan rentenir.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Modal sosial berperan membuat pedagang memilih rentenir dari pada lembaga keuangan formal. Dari sisi jaringan, hubungan personal setelah perkenalan membuat pedagang merasa nyaman berutang pada rentenir.

Begitupun sebaliknya, rentenir merasa nyaman memberikan pinjaman pada pedagang. Dari sisi kepercayaan, rentenir percaya untuk memberi pinjaman sebab adanya komunikasi yang intens dan adanya tempat jualan tetap pedagang. Dengan adanya kepercayaan ini pula dapat dilakukan negosiasi jika pedagang belum mampu membayar hutangnya pada saat rentenir menagih. Dari sisi nilai dan norma, adanya nilai siri’

(tanggung jawab) membuat pedagang pantang lari dari hutang-hutangnya. Baik

pedagang maupun rentenir tahu bahwa tidak boleh menambah hutang sebelum lunas hutang sebelumnya.

(44)

I. Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini penulis menggunakan kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Modal Sosial

Pedagang Rentenir

Analisis Data

Hasil Penelitian

(45)

34 A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pasar Karuwisi Kota Makassar. Untuk selanjutnya mengambil data dilakukan pada beberapa Pedagang di Pasar Karuwisi yang beralamat di Jl. Keamanan Makassar. Penelitian ini direncanakan selama 2 bulan, mulai dari bulan Mei hingga Juli 2017.

B. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini ialah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian dimana data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka. Jika data tersebut berupa angka, maka hanya digunakan sebagai penguat argumen saja. Dalam penelitian kualitatif tidak dilakukan pengolahan data secara statistika. Data dalam penelitian kualitatif berasal dari wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo, dan lain-lain. Sehingga yang menjadi tujuan penelitian kualitatif ini ialah ingin menggambarkan realita empiris dibalik fenomena secara mendalam, rinci, dan tuntas (Moleong, 2000: 12). Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan realita empiris dibalik rasionalisasi pedagang pasar melakukan kontrak pinjaman dengan rentenir yang memiliki bunga pinjaman yang lebih tinggi.

(46)

Pertimbangan penulis menggunakan metode penelitian kualitatif sebagaimana diungkapkan oleh Moleong (2000: 34):

a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda

b. Metode ini secara tidak langsung mempererat hubungan antara peneliti dan informan

c. Metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan manajemen pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

2. Sumber Data

Digolongkan menurut sumbernya, data dapat dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti berupa hasil wawancara sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu, dokumentasi, studi pustaka, dan literature yang berhubungan dengan penelitian.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari observasi dan wawancara.

Observasi dilakukan secara langsung terhadap pedagang pasar dalam melakukan transaksi kredit pada rentenir.

Metode observasi yang akan dilakukan dalam peneltian ini adalah pengambilan gambar, interaksi pedagang dengan rentenir, serta aktifitas lainnya yang berlangsung selama penelitian yang berhubungan dengan maksud penelitian.

Metode wawancara dilakukan kepada pedagang pasar dengan teknik

(47)

tertentu, yaitu peneliti kadang-kadang menyembunyikan identitas sebagai mahasiswa yang sedang meneliti tentang rentenir. Ini peneliti lakukan disebabkan isu rentenir dikalangan masyarakat pasar merupakan isu yang sangat sensitif. Di satu sisi rentenir dibutuhkan. Di sisi lain rentenir dibenci.

Itulah sebabnya pedagang pasar sangat tertutup jika diwawancarai tentang rentenir. Oleh karena itu, pada mulanya peneliti akan menanyakan hal-hal yang bersifat umum sambil berusaha membuat hubungan yang kondusif dengan informan. Setelah itu, peneliti berusaha sedikit demi sedikit agar pedagang berbicara tentang interaksi mereka dengan rentenir.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang merupakan perhatian peneliti. Obyek dapat berupa makhluk hidup, benda-benda, prosedur dan lain-lain. Secara sederhana, populasi dapat diartikan sebagai berikut :

a. Keseluruhan subyek penelitian

b. Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas dan ciri-ciri yang ditetapkan.

c. Sejumlah subyek yang lengkap dan jelas.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai sumber daya yang mewakili karakteristik tertentu dalam suatu penelitian ( Subana, 2000:24 ) jadi dalam

(48)

penelitian ini populasinya adalah para pedagang di Pasar Karuwisi Kota Makassar yang telah melakukan kontrak pinjaman dengan rentenir sebanyak 50 orang pedagang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian kecil dari populasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara fild research yaitu pengumpulan data dari lapangan yang diperoleh melalui observasi lapangan, wawncara langsung, dan dokumentasi. Di sini penulis mengambil 5 pedagang sebagai sampel di pasar Karuwisi kota Makassar.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif yaitu menguraikan tentang bagaimana peran modal sosial pada kontrak pinjaman antara pedagang dengan rentenir yang terjadi di Pasar Karuwisi Kota Makassar.

Penelitian deskriptif kualitatif merupakan salah satu dari jenis penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kejadian atau fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung dengan menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi. Penelitan ini menafsirkan dan menguraikan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam suatu masyarakat, pertentangan antara dua keadaan atau lebih, hubungan antar variabel yang timbul, perbedaan antar fakta yang ada serta pengaruhnya terhadap suatu kondisi, dan sebagainya.

(49)

Adapun masalah yang dapat di teliti dan di selidiki oleh penelitian deskriptif kualitatif ini mengacuh pada studi kuantitatif, studi komparatif (perbandingan), serta dapat juga menjadi sebuah studi korelasional (hubungan) antara satu unsur dengan unsur lainnya. Kegiatan penelitian ini meliputi pengumpulan data, analisis data, interprestasi data, dan pada akhirnya dirumuskan suatu kesimpulan yang mengacu pada analisis data tersebut.

(50)

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian di laksanakan di Pasar Karuwisi Makassar yang terletak di Kelurahan Maccini Parang, Kecamatan Makassar, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Di sebelah utara berbatasan dengan Jalan Maccini Raya, sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Abubakar Lambogo, sebalah Barat berbatasan dengan Jalan Kemauan, dan sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Mesjid Muhajirin.

Pasar Karuwisi atau di sebut pasarnya Maccini merupakan batas kelurahan karuwisi dan kelurahan maccini, yang menempati areal jalan keamanan. Pasar ini merupakan pasar terpanjang di kota Makassar menurut sumber. Di dalam pasar ini dijual berbagai macam dagangan. Mulai dari sembako, lauk-pauk, pakaian, alat elektronik, alat-alat kebutuhan rumah tangga, kosmetik, hingga perhiasan. Di pasar ini juga terdapat berbagai warung makan seperti, coto, bakso, gado-gado dan lain-lain.

Pada umumnya pedagang yang berdagang dipasar karuwisi di dominasi oleh suku bugis-makassar. Selain itu juga terdapat suku tionghoa dan suku jawa dipasar tersebut.

B. Profil Pedagang yang Berutang ke Rentenir

Pedagang yang berutang pada rentenir umumnya ialah pedagang yang memiliki keterbatasan modal usaha dan keterbatasan dana untuk memenuhi

39

(51)

kebutuhan hidup sehari-hari. Dimana biaya kebutuhan hidup para pedagang dan modal usaha yang mereka miliki tidak relevan. Dengan arti, biaya kebutuhan sehari-hari lebih besar di banding dengan pendapatan keseharian mereka.

Sebagian besar nasabah atau kreditur rentenir di pasar karuwisi ini yakni adalah pedagang kecil, seperti penjual eceran sayuran, buah-buahan, bumbu masak dan lainnya.

Tabel 4.1

Daftar Nama Informan Penelitan di Pasar Karuwisi Makassar

No

Nama Pedagang

(nama inisial)

L/P Umur Barang

Dagangang

1 DC Perempuan 46 Sayuran

2 MR perempuan 43 Tempe, tahu,

dan keripik

3 PD perempuan 62 Buah-buahan

4 SJ Laki-laki 47 Ikan

5 TR Laki-laki 53 Rempah-rempah

C. Hasil Analisis

Awalnya peneliti terlebih dahulu mencari serta menganalisa para pedagang yang kemungkinan besar mempunyai aktivitas pinjam-meminjam dengan rentenir, yakni pedagang kecil. Peneliti melakukan wawacara kepada para pedagang pada siang hari, karena dianggap sebagai waktu yang kondusif. Di banding pada pagi

(52)

hari dan sore hari, dimana para pedagang sangat sibuk melakukan transaksi jual beli dengan para pembeli. Mula-mula peneliti menanyakan tentang biaya yang dikeluarkan pedagang untuk tempat jualan. Umunya para pedagang kecil tersebut menempati areal jalanan pasar tepatnya didepan para pedagang pemilik toko/

rumah. Dimana pemilik toko / rumah tidak memberikan beban biaya untuk menempati areal didepan tokonya tersebut dengan syarat kebersihan terjaga dan tidak menghalangi pembeli yang akan masuk ketoko tersebut. Namun dilain sisi para pedagang kecil tersebut tetap harus membayar biaya retribusi pasar. Peneliti menanyakan hal ini dengan maksud menjalin hubungan emosional dengan calon informan sehingga ,memudahkan meneliti informasi yang terkait dengan penelitian. Hingga akhirnya peneliti bisa mendapatkan pedagang yang siap untuk di wawancarai lebih lanjut. Peneliti hanya bisa mendapat lima responden untuk mengumpulkan informasi-informasi yang akan diteliti.

Berikut ini hasil wawancara peneliti dengan informan. Peneliti melakukan koding terhadap transkrip wawancara sebagai bentuk interpretasi. Dengan koding dapat diketahui makna setiap penuturan informan. Selanjutnya dari hasil koding inilah akan ditemukan modal sosial yang berperan dalam hubungan antara pedagang pasar dengan rentenir yang akan dibahas dalam bab berikutnya. Adapun penjelasan dari masing-masing koding ialah sebagai berikut:

1. Proaktiv

Yaitu rentenir proaktif mendatangi pedagang. Rentenir tidak menunggu pedagang datang meminjam pinjaman.

(53)

2. Cepat

Rentenir cepat memberikan dana pinjaman. Tida membutuhkan waktu yang lama,pedagang sudah dapat memperoleh dana pinjaman dari rentenir.

3. Kebutuhan Mendesak

Pedagang meminjam dana dari rentenir karena kebutuhan yang sudah mendesak, seperti membiayai pendidikan anak.

4. Jaringan

Pedagang mengenal rentenir dari perkenalan langsung dengan rentenir.

Seorang pedagang mengenal pedagang lain yang berutang pada rentenir.

5. Kekurangan Modal

Kekurangan modal para pedagang menyebabkan mereka berutang pada rentenir.

6. Tambahan Modal

Keinginan menambah modal menyebabkan pedagang meminjam uang ke rentenir.

7. Susah Mengurus Pinjaman Di Bank

Pedagang berutang pada rentenir sebab susahnya mengurus pinjaman di bank.

8. Jaminan

Jaminan pada bank menyebabkan pedagang memilih berutang pada rentenir yang tidak mempersyaratkan jaminan seperti di bank.

9. Malu

Pedagang malu jika ketauhan berutang pada rentenir. Begitupun rentenir malu dikenali sebagai rentenir.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir PenelitianModal Sosial

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sumber pengendapan sedimen di muara umumnya berasal dari lahan tanah di daerah hulu yang telah menyerap 210 Pb unsupported dengan partikel penyusun tanah yang

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan gejala klinis ikan patin (Pangasius sp.) pasca infeksi bakteri Aeromonas hydrophila, mengetahui pengaruh ekstrak

Penelitian mengenai pemberian kapur dan beberapa sumber bahan organik untuk mengurangi penggunaan pupuk buatan bagi tanaman jagung pada Oxisol telah dilakukan di Kenagarian

Rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian ini adalah apakah pemberian dosis pupuk kandang kotoran ayam pada tanah gambut pedalaman berpengaruh

Analisa kritis wacana media di sini berkaitan dengan perspektif budaya lebih luas seperti dialektika antara kesadaran sosial dan mahluk sosial, seperti praktik

Ketentuan Presidential Threshold awal mulanya diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, pada periode tahun 2004,

Dengan menggunakan kriteria taraf keberhasilan tindakan, dapat diketahui rata-rata aktivitas siswa dalam pelaksanaan tindakan pada pertemuan 1 berada dalam

Adapun beberapa aktivitas yang dilakukan di SMA Negeri 1 Talang Kelapa yaitu diantaranya proses pengolahan data absensi guru dan siswa, proses pengolahan data