• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR PENYEBAB COST OVERRUN PADA KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA MEDAN. Alfin Khoir Marpaung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FAKTOR FAKTOR PENYEBAB COST OVERRUN PADA KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA MEDAN. Alfin Khoir Marpaung"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB COST OVERRUN PADA KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Melengkapi Syarat Penyelesaian Pendidikan Sarjana Teknik Sipil

Disusun oleh :

Alfin Khoir Marpaung 12 0404 017

BIDANG STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Pembangunan konstruksi gedung khususnya di kota-kota besar di Indonesia semakin pesat sejalan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Dalam pelaksanaan proyek konstruksi banyak dijumpai proyek yang mengalami cost overrun maupun keterlambatan waktu. Dalam penyelenggaraan konstruksi, faktor biaya merupakan bahan pertimbangan utama dalam pelaksanan proyek. Oleh karena itu, biaya proyek harus dikelola dengan baik sehingga kemungkinan terjadinya cost overrun bisa diminimumkan.

Salah satu kota yang sedang berkembang adalah kota medan, kota medan sebagai salah satu kota metropolitan untuk mewujudkan jati dirinya sebagai kota metropolitan, maka banyak kita lihat pembangunan – pembangunan di segala bidang. Rendahnya nilai produktivitas tenaga kerja di kota medan serta kondisi lahan yang tidak sesuai dengan perencanaan akan menimbulkan resiko-resiko pada perencanaan pembangunan proyek konstruksi gedung, semakin besar proyek maka akan semakin besar resiko pembengkakan biayanya, Agar nilai cost overrun bisa diperkecil pada proyek berikutnya, maka perlu mengetahui penyebab dominan terjadinya cost overrun yang ditinjau dari segi perencanaan dan pelaksanaan, koordinasi sumber daya, pengendalian biaya dan waktu.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor penyebab cost overrun pada konstruksi gedung dengan menggunakan metode wawancara terhadap responden yang bekerja pada proyek tersebut. Analisa data dengan memberikan kuisioner kepada pihak-pihak pengambil keputusan di lokasi proyek terkhusus yang ada di Kota Medan. Hasil pengumpulan kuesioner, terkumpul 41 responden.

Dari hasil pengumpulan data dilakukan proses pengolahan data dengan bantuan komputer dengan program SPSS versi 20. Adapun hasil yang di dapat dari penelitian ini adalah Dari analisis data yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa didapat hasil validitas dari variabel – variabel penyebab cost overrun sebanyak 15 variabel (sebesar 43 %) sedangkan tingkat variabel yang saling berkorelasi antara variabel bebas dan terikat sebanyak 14 variabel (sebesar 40 %) serta di dapat tingkat reabilitas dari 41 kuesioner yang disebar, terdapat 6 kuesioner yang tidak reliable dan 35 kuesioner yang reliable.

Kata Kunci : Faktor – Faktor penyebab, Cost Overrun, Konstruksi Gedung

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat karunia-Nya, serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Sholawat dan Salam tidak lupa pula saya curahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah membawa kita menuju alam yang terang benderang akan ilmu pengetahuan seperti saat ini.

Tugas Akhir ini berjudul “ANALISIS FAKTOR – FAKTRO PENYEBAB COST OVERRUN PADA KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA MEDAN” Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat menempuh jenjang pendidikan Strata Satu (S-1) pada Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, tentunya tidak dapat terlepas dari segala hambatan dan rintangan, namun berkat bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak serta dukungan dan saran dari berbagai pihak, akhirnya Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk tidak berlebihan kiranya dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, dan juga selaku dosen pembimbing yang telah memberikan begitu banyak ilmu yang tak ternilai harganya serta masukan-masukan, tenaga, pikiran yang dapat membimbing saya sehingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Syahrizal, M.T., selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Serta selaku kordinator sub jurusan

(4)

3. Ibu Dewi Ariessa Rezky, S.T.,M.T., selaku Co-Pembimbing Tugas Akhir saya yang selalu mencurahkan semua ilmu dan waktunya untuk terus membimbing saya dari awal sampai akhir.

4. Abang Bambang. Abang satya anugrah/ucok dan abang Gemal/Gejond selaku motivator saya dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dan selalu memberi dukungan hingga akhir.

5. Bapak/Ibu Dosen Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan banyak sekali ilmu yang bermanfaat selama saya menempuh pendidikan di Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak/Ibu Staf TU Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bantuan dalam proses administrasi selama saya menempuh pendidikan di Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

7. Teristimewa di hati buat keluarga saya, terutama kepada kedua orang tua saya, Mama Nurliana Gultom. Spd dan Ayah Suprapto Marpaung yang telah memberikan doa, motivasi, semangat dan nasihat kepada saya. Terima kasih yang tak terhingga atas segala pengorbanan, cinta, kasih sayang, dan doa yang tiada batas untuk saya. Adik – adikku Sari Fatimah Azzahra Marpaung dan Yusuf Arfandi Marpaung yang telah banyak membantu dan mendukung saya selama ini terima kasih atas doanya.

8. Teman mahasiswa seperjuangan 2012, Rudini Sirait, Suriadi, Bambang Nurdansyah, Dame setiawan,T. Rizky Nanda, Sahri Dani, Anrico Boy, Rizky

(5)

Ade, Juraida Siregar, Bagus Hariawan, Wahyu Aprinanda, Rahmayanti, Siti, Mitra Hutagalung, Zulfikar, Adie sanjaya, M. Arya, Carlos Marpaung, Andry Ernala saya ucapkan Terima Kasih dan buat stambuk 2012 yang tidak bisa di ketik satu-satu

9. Abang dan Kakak mahasiswa stambuk 2009, 2010, 2011 yang telah banyak membantu memberikan informasi maupun memberikan dukungan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

10. Adik-adik mahasiswa stambuk 2013, 2014, 2015 yang telah banyak membantu memberikan dukungan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Saya menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, sehingga saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menambah pengetahuan dan wawasan saya di masa depan.

Akhirnya saya berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi saya dan rekan-rekan serta adik-adik di Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Medan, April 2017

Alfin Khoir Marpaung

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... I KATA PENGANTAR ... II DAFTAR ISI ... V DAFTAR TABEL ... VII DAFTAR LAMPIRAN ... IX

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Batasan Masalah ... ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 4

1.6. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Proyek Konstruksi Gedung... 6

2.2. Manajemen Proyek Konstruksi Gedun ... 7

2.3. Review Penelitian Sebelumnya ... 8

2.4. Proyek Konstruksi ... 13

2.5. Jenis-Jenis Proyek Konstruksi ... 14

2.6. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Proyek Konstruksi ... 15

2.7. Manajemen Proyek Konstruksi ... 16

2.8. Komponen Penting dalam Estimasi Biaya Proyek ... 18

2.9. Biaya Proyek ... 20

2.9.1. Biaya Langsung (direct cost) ... 20 2.9.2. Biaya Tidak Langsung (indirect cost) ... 21

(7)

2.10. Cost Engineering ... 22

2.10.1. Estimasi Biaya (cost estimate) ... 23

2.10.2. Pengendalian Biaya ... 25

2.11. Pelaksanaan Proyek Konstruksi... 26

2.12. cost overrun ... 27

2.12.1 cost overrun Pada Tahap Awal Proyek Konstruksi ... 28

2.12.2. cost overrun Pada Saat Proses Konstruksi ... 29

2.12.3. cost overrun Pasca Konstruksi ... 32

2.13. Analisis Data Penelitian ... 32

2.13.1. Data Dan Pengukuran ... 32 2.13.1. Populasi ... 32

2.13.3. Sampel Dan Teknik Sampling ... 33

2.13.4. Statistik Dalam Penulisan ... 33

2.13.5. Data Penelitian ... 35

2.13.6. Analisa Statistik Deskriptif ... 35

2.13.7. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36

2.13.8.Uji Normalitas Data ... 39

2.14. Uji SPSS ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

3.1. Pendahuluan ... 42

3.2. Jenis Metode Data ... 43

3.2.1.Data Kualitatif ... 43

3.3.Desain Data ... 45

3.4. Populasi Dan Teknik Sampling ... 46

(8)

3.4.1 Populasi ... 46

3.4.2. Sampel Dan Teknik Sampling ... 46

3.5. Strategi Penelitian ... 48

3.6. Tahap dan Prosedur Penelitian ... 49

3.7. Peralatan Penelitian ... 50

3.8. Jenis Data dan Sumber Data ... 51

3.9. Pengumpulan Data dan Variabel Penelitian ... 52

3.10. Pembuatan Kuesioner ... 54

3.11. Analisis Penelitian ... 55

3.11.1. Uji Validitas ... 55

3.11.2. Uji Reabilitas ... 56

3.11.3. Analisa Korelasi ... 56

3.12. Kesimpulan dan Saran ... 57

3.13. Bagan Alir Penelitian ... 58

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 60

4.1. Data Proyek ... 60

4.2. Analisa Data Penelitian/Data Kualitatif ... 60

4.2.1. Uji Validitas ... 63

4.2.2. Uji Reabilitas ... 67

4.2.3. Analisa Korelasi ... 68

4.3. Faktor Penyebab Pembengkakan Biaya ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN ... 79

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hubungan Jumlah Butir Dengan Reabilitas Instrument... 39

Tabel 3.1 Teknik Pengambilan Sampel... 47

Tabel 3.1 Strategi Penelitian Untuk Masing – Masing Situasi... 48

Tabel 3.2 Variabel Penyebab Pembengkakan Biaya (Cost Overrun)... 53

Tabel 3.3 Skala Penilaian Kuesioner Terhadap Dampak... 54

Tabel 4.1 Tabel Tabulasi Data... 60

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas... 62

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Tahap Ke-2... 64

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Tahap ke-3... 65

Tabel 4.5 Hasil Uji Reabilitas ... 66

Tabel 4.6 Tabel Korelasi Data... 68

Tabel 4.7 Variabel Yang Saling Berkorelasi... 71

Tabel 4.8 Peringkat Penyebab Pembengkakan Biaya ... 74

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner... 79

Lampiran 2. Tabulasi Data ... 82

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas... 84

Lampiran 4. Hasil Uji Reabilitas... 88

Lampiran 5. Hasil Analisa Korelasi... 89

Lampiran 6. Tabel Nilai R Produk Momen... 92

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan konstruksi gedung khususnya di kota-kota besar di Indonesia semakin pesat sejalan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Dalam pelaksanaan proyek konstruksi banyak dijumpai proyek yang mengalami cost overrun maupun keterlambatan waktu. cost overrun pada tahap pelaksanaan proyek sangat tergantung pada perencanaan, koordinasi, dan pengendalian dari kontraktor, sehingga proses konstruksi berjalan dengan baik.

Dalam penyelenggaraan konstruksi, faktor biaya merupakan bahan pertimbangan utama dalam pelaksanan proyek. Oleh karena itu, biaya proyek harus dikelola dengan baik sehingga kemungkinan terjadinya cost overrun bisa diminimumkan

Tipe proyek bangunan komersial (kompleks perumahan, apartemen, bangunan perkantoran, pusat perbelanjaan, komplek ruko, perhotelan) maupun bangunan fasilitas umum (gedung sekolah, gedung pemerintahan, sarana rekreasi, pasar dan terminal) lebih sering mengalami pembengkakan biaya, dibandingkan dengan bangunan industry

Dan pada kenyataannya, cost overrun sering ditemukan pada suatu proyek konstruksi selama tahap pelaksanaan pekerjaan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor dari proyek konstruksi itu sendiri. Dengan demikian, hendaknya setiap faktor diperhatikan dengan baik atau selalu dipertimbangkan ditahap

(12)

estimasi awal, sehingga dapat dicegah atau dihindari terjadinya cost overrun pada proyek konstruksi.

Salah satu kota yang sedang berkembang adalah kota medan, kota medan sebagai salah satu kota metropolitan untuk mewujudkan jati dirinya sebagai kota metropolitan, maka banyak kita lihat pembangunan – pembangunan di segala bidang

Dalam terwujudnya proses pembangunan tentu erat kaitannya dengan kegiatan proyek konstruksi, proyek konstrusi merupakan suatu bidang yang dinamis dan akan mengandung resiko. Risiko dapat memberikan pengaruh terhadap produktifitas, kinerja, kualitas dan batasan biaya proyek, Risiko yang tidak terkendali akan menjadi masalah dan menimbulkan kerugian pada proyek akibat dari cost overrun dan keterlambatan pelakasanaan pekerjaan.

Rendahnya nilai produktivitas tenaga kerja di kota medan serta kondisi lahan yang tidak sesuai dengan perencanaan akan menimbulkan resiko-resiko pada perencanaan pembangunan proyek konstruksi gedung, semakin besar proyek maka akan semakin besar resiko pembengkakan biayanya, Agar nilai cost overrun bisa diperkecil pada proyek berikutnya, maka perlu mengetahui penyebab dominan terjadinya cost overrun yang ditinjau dari segi perencanaan dan pelaksanaan, koordinasi sumber daya, pengendalian biaya dan waktu

Biaya Pelaksanaan proyek konstruksi yang tepat dan meminimalisir resiko – resiko yang terjadi akan menguntungkan bagi pihak kontraktor. Untuk menghindari resiko – resiko yang terjadi ini maka peneliti ingin melakukan kajian tentang penyebab cost overrun proyek konstruksi gedung, agar dapat memperkecil

(13)

resiko – resiko yang terjadi dalam proyek serta menghindari kemungkinan masalah serta hal – hal yang sama – sama tidak kita inginkan.

Ketika proyek konstruksi mengalami keterlambatan maka akan terjadi cost overrun, apabila terjadi cost overrun maka akan ada biaya tambahan yang di keluarkan oleh pihak kontraktor sehingga akan mengalami kerugian bagi kontraktor menyebabkan keutungan yang di dapat oleh pihak kontraktor akan semakin sedikit.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya cost overrun pada proyek konstruksi gedung di Kota Medan.

2. Faktor-faktor apakah yang secara dominan menjadi penyebab cost overrun pada proyek konstruksi gedung khususnya di Kota Medan.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya cost overrun proyek konstruksi gedung di kota Medan

2. Menganalisis faktor-faktor manakah yang dominan menyebabkan terjadinya cost overrun pada proyek konstruksi gedung di kota Medan

(14)

1.4 BATASAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas, maka untuk menghindari penyimpangan pembahasan maka dibuat pembatasan masalah, sebagai berikut :

1. Responden Pada penelitian ini adalah Pemilik proyek, konsultan dan kontraktor

2. Lokasi penelitian dikhususkan pada konstruksi gedung di kota Medan (Sumatera Utara)

3. Penelitian ini di lakukan pada bagian perencanaan, bagian koordinasi dan bagian pengendalian

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis,

menambah wawasan tentang manajemen risiko pada faktor penyebab cost overrun proyek gedung bertingkat tinggi.

2. Bagi jasa kontraktor,

memberikan masukan tentang faktor – faktor penyebab terjadinya cost overrun pada konstruksi gedung sehingga dapat meminimalisir cost overrun pada proyek konstruksi gedung berikut nya.

(15)

3. Bagi institusi,

sebagai salah satu bahan bacaan/referensi untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang manajemen pengendalian biaya konstruksi.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan dibuat dalam 5 bab dengan uraian sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang penulisan,rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah dan manfaat penelitian

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan diuraikan dasar teori dari berbagai macam sumber yang akan digunakan penulis untuk membahas faktor-faktor penyebab cost overrun pada konstruksi gedung.

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang segala metodologi yang dilakukan dalam penelitian berupa urutan-urutan tahapan pelaksanaan penelitian untuk mengumpul dan menyusun data dari proyek yang ditinjau.

BAB IV: PEMBAHASAN

Bab ini terdiri dari pembahasan mengenai penyelesaian masalah dikaitkan dengan teori maupun literatur secara sistematis.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran penulis setelah melakukan analisis masalah pada proyek.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan membuat suatu bangunan, yang umumnya mencakup pekerjaan pokok dalam bidang teknik sipil dan teknik arsitektur. Didalam suatu proyek konstruksi terdapat berbagai kegiatan, kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan sementara dan berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber dana tertentu untuk melaksanakan tugas dengan sasaran yang telah ditetapkan.

Menurut Soeharto (1997), banyak kegiatan dan pihak-pihak yang terlibat didalam pelaksanan proyek konstruksi menimbulkan banyak permasalahn yang bersifat kompleks. Kompleksitas proyek tergantung dari :

1. Jumlah macam kegiatan didalam proyek.

2. Macam dan jumlah dan hubungan antar kegiatan (organisasi) didalam proyek itu sendiri.

3. Macam dan jumlah hubungan antar kegiatan (organisasi) didalam proyek dengan pihak luar.

Kompleksitas ini tergantung pada besar kecilnya suatu proyek. Proyek kecil dapat saja bersifat lebih kompleks dari pda proyek dengan ukuran yang lebih besar. Kompleksitas memerlukan pengaturan dan pengendalian yang sedemikian rupa sehingga tidak terjadi benturan-benturan dalam pelaksanaan proyek, maka diperlukan adanya manajemen proyek yang handal dan tangguh untuk menompang pelaksanaan proyek.

(17)

Gambaran proses pekerjaan konstruksi menurut Soeharto (1997) sebagai suatu yang panjang, rumit dan melibatkan banyak pihak. Keberhasilan proses pekerjaan konstruksi sangat tergantung dari saling keterkaitan antara pihak yang terlibat dalam proses konstruksi. Dalam proses konstruksi pihak-pihak yang terlibat dapat dari perorangan / perubahan sebagai pelaku utama, dimana pemilik, bisa swasta / swasta perorangan / pemerintah dan bertanggung jawab atas konsepsi proyek, dan pemilik adalah pihak yang paling menentukan. Pemilik dibantu dari pihak engineering. Untuk pelaksanaan fisik dikerjakan oleh kontraktor umum atau kontraktor spesiali.

2.2 MANAJEMEN POYEK KONSTRUKSI GEDUNG

Manajemen proyek konstruksi mempunyai karakteristik, unik, melibatkan banyak sumber daya, dan membutuhkan organisasi. Dalam proses penyelesaian harus berpegang pada tiga kendala (triple constrain) : sesuai spesifikasi yang ditetapkan, sesuai time schedule dan sesuai biaya yang ditetapkan (Fahira. F, 2005) selanjutnya Wulfram mengatakan tujuan dari manajemen proyek adalah untuk mendapatkan metode atau cara teknis yang paling baik agar dengan sumber-sumber daya yang terbatas diperoleh hasil maksimal dalam hal ketepatan, kecepatan, penghematan dan keselamatan kerja secara komperhesif.

Menurut Soeharto (1997), adapun tujuan dari proses manajemen proyek adalah sebagai berikut :

a. Agar semua rangkaian kegiatan tersebut tepat waktu dalam hal ini tidak terjadi keterlambatan penyelesaian suatu proyek.

b. Biaya yang sesuai, maksudnya agar tidak ada biaya tambahan lagi diluar dari perencanaan biaya yang telah direncanakan.

(18)

c. Kualitas sesuai dengan persyaratan.

d. Proses kegiatan sesuai persyaratan.

2.3 Review Penelitian Sebelumnya

1. Judul : Analisi Faktor-faktor penyebab terjadinya pembengkakan biaya (Cost Overrun) pada proyek konstruksi gedung di kota ambon

Peneliti : 1. Tonny Sahusilawane1 2. Mohammad Bisri 3. Arif Rachmansyah

Abstrak : Unsur input dari proyek konstruksi diantaranya man (tenaga kerja), money (biaya), methods (metode),machines (peralatan), materials (bahan) dan market (pasar), semua unsur tersebut perlu diatur sedemikian rupa sehingga proporsi unsur unsur yang menjadi kebutuhan dalam proyek konstruksi tersebut dapat tepat dalam penggunaanya dan proyek dapat berjalan secara efisien.

Penelitian ini diarahkan untuk mengkaji Faktor-faktor apa saja yang paling dominan menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya (Cost Overrun) pada proyek konstruksi gedung di kota Ambon. Berdasarkan hasil analisis faktor, faktor-faktor dominan penyebab terjadinya Cost Overrun pada pelaksanaan proyek konstruksi gedung di kota Ambon adalah : Bagian perencanaan yaitu;

factor pelaksanaan hubungan kerja; dengan nilai loading factor sebesar 81.9 %.

Yang terdiri dari a)tingginya frekwensi perubahan pelaksanaan; b)terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek; c)terlalu banyak proyek yang ditangani dalam waktu yang sama; d) kurangnya koordinasi antara kontraktor utama dan sub kontraktor; e)kurangnya koorninasi antara Construction Manger – Perencana

(19)

Kontraktor; f) terjadi perbedaan/perselisihan pada proyek; g) Manajer proyek tidak kompeten/cakap.

Berdasarkan hasil analisis pada penelitian yang telah penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan hasil analisis factor, faktor-faktor dominan penyebab terjadinya Cost Overrun pada pelaksanaan proyek konstruksi gedung di kota Ambon adalah :

A. Bagian perencanaan yaitu; factor pelaksanaan hubungan kerja; dengan nilai loading factor sebesar 81.9 %. Yang terdiri dari a) tingginya frekwensi perubahan pelaksanaan; b) terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek; c) terlalu banyak proyek yang ditangani dalam waktu yang sama; d) kurangnya koordinasi antara kontraktor utama dan sub kontraktor; e) kurangnya koordninasi antara Construction Manager – Perencana – Kontraktor; f) terjadi perbedaan/perselisihan pada proyek; g) Manajer proyek tidak kompeten/cakap

B. Bagian koordinasi sumber daya yaitu faktor tenaga kerja; dengan nilai loading factor sebesar 86,6% yang terdiri dari : a) kekurangan tenaga kerja; b) tingginya upah tenaga kerja; c) kualitas tenaga kerja yang buruk.

C. Bagian kontrol : Faktor aspek keuangan dengan nilai loading sebesar 66,0% yang terdiri dari; a) cara pembayaran yang tidak tepat waktu; b) pengendalian/control keuangan yang jelek; c) tingginya suku bungan

(20)

pinjaman bank; d) kurangnya kemampuan sub kontraktor dalam hal pendanaan/financial.

2. Berdasarkan hasil analisa diskriminasi, terdapat perbedaan yang signifikan pada faktor dominan penyebab cost overrun biaya proyek konstruksi antara kontraktor golongan B (besar) dengan kontraktor golongan M (menengah).

Hal ini diindikasikan dengan nilai Wilks’ Lamda yang kurang dari 0.05.

3. Faktor tenaga kerja, faktor waktu pelaksanaan proyek dan faktor material merupakan faktor pembeda terkuat dengan nilai masing-masing adalah: faktor tenaga kerja sebesar 1.705, Faktor waktu pelaksanaan proyek sebesar 1.405 dan faktor material sebesar 1.315.

2. Judul : Identifikasi Penyebab Overrun Biaya Proyek Konstruksi Gedung Peneliti : Fahirah F.

Abstrak : Penelitian dilakukan terhadap kontraktor dengan kualifikasi perusahaan M (menengah) yang berkedudukan di Makassar dan pernah melaksanakan proyek konstruksi gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendistribusikan kuesioner. Hasil survey kuesioner terkumpul 16 responden dari 16 perusahaan kontraktor golongan M. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisa statistik deskriptif.

Hasil penelitian, menunjukkan bahwa faktor-faktor yang paling mempengaruhi terjadinya overrun pembengkakan) biaya pada proyek konstruksi gedung di Makassar adalah adanya kenaikan harga material, harga/sewa peralatan yang tinggi, kerusakan material, terjadi fluktuasi upah tenaga kerja, pengendalian biaya yang buruk di lapangan, ketidak

(21)

3. Judul : Faktor-faktor Penyebab terjadinya overrun biaya pada proyek konstruksi gedung di kota makassar

Peneliti : 1. Rianto B. Adihardjo 2 Tri Joko Wahyu Adi

Abstrak : Pembangunan suatu proyek konstruksi sangat unik dan kompleks, mempunyai resiko tinggi dan merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu sehingga banyak faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya pembengkakan biaya (overrun biaya). Proyek akan berhasil dengan baik apabila sesuai dengan biaya/anggaran yang telah direncanakan, tepat waktu dan sesuai spesifikasi. Penelitian tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya overrun biaya pada pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Makassar dilakukan terhadap kontraktor dengan kualifikasi perusahaan B (besar) yang menangani proyek yang bernilai >10 milyar dan M (menengah)yang menangani proyek bernilai 1 sampai 10 milyar yang berkedudukan di Makassar dan pernah melaksanakan proyek konstruksi gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendistribusikan kuesioner. Hasil survey kuesioner terkumpul 30 responden dari 23 perusahaan kontraktor. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisa statistik deskriptif, analisa faktor dan analisa diskriminan. Hasil akhir dari penelitian, menunjukkan bahwa faktor-faktor dominan penyebab overrun biaya pada proyek konstruksi gedung di Makassar terdiri dari: faktor estimasi biaya dan manajemen pelaksanaan, faktor mobilisasi sumber daya, dan faktor kontrol waktu pelaksanaan. Terdapat perbedaan yang signifikan faktor dominan penyebab overrun biaya proyek antara persepsi/opini perusahaan kontraktor golongan B dengan M. Faktor-faktor yang membedakan

(22)

adalah faktor dokumen kontrak yang tidak lengkap, terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek dan manager proyek

Berdasarkan hasil analisis pada penelitian yang telah penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa:

a. Responden dalam penelitian ini didominasi oleh mereka yang memiliki masa kerja dalam perusahaan antara 10 sampai 20 tahun sebesar 67%, telah memiliki pengalaman dalam menangani proyek gedung bertingkat kurang dari 5 kali sebesar 50%, bekerja pada perusahaan swasta sebesar 83% dan pengalaman perusahaan di bidang konstruksi / infrastruktur diatas 15 tahun sebesar 60%.

b. Berdasarkan hasil analisa faktor, faktor-faktor dominan penyebab terjadinya overrun biaya pada proyek konstruksi gedung yaitu:

1) Bagian perencanaan dan pelaksanaan berupa faktor estimasi biaya dan manajemen pelaksanaan dengan nilai keragaman total 41,4%

yang terdiri dari: manager proyek tidak kompeten / cakap, menggunakan teknik estimasi yang salah, hubungan kurang baik antara owner-perencana-kontraktor, konsultan kurang mampu dalam pengawasan proyek, kurangnya koordinasi antara construction managerperencana- kontraktor, terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek, tidak memperhitungkan biaya tak terduga (contingencies), tingginya frekuensi perubahan pelaksanaan, dokumen kontrak yang tidak lengkap, penunjukan subkontraktor dan suplier yang tidak tepat, dan ketidak tepatan estimasi biaya;

(23)

2) Bagian koordinasi sumber daya berupa faktor mobilisasi sumber daya dengan nilai keragaman total 36,4% yang terdiri dari: terjadi fluktuasi upah tenaga kerja, harga/sewa peralatan yang tinggi, pencurian bahan/material, biaya mobilisasi/demobilisasi peralatan yang tinggi dan kekurangan tenaga kerja;

3) Bagian kontrol berupa faktor waktu pelaksanaan dengan nilai keragaman total 47,4% yang terdiri dari: pengendalian biaya yang buruk di lapangan, keterlambatan jadwal karena pengaruh cuaca, sering terjadi penundaan pekerjaan, terjadi huruhara/kerusuhan di sekitar lokasi proyek dan adanya kebijakan keuangan yang baru dari pemerintah.

c. Berdasarkan hasil analisa diskriminan, terdapat perbedaan yang signifikan faktor dominan penyebab overrun biaya proyek konstruksi antara persepsi/opini perusahaan kontraktor golongan B (besar) dengan kontraktor golongan M (menengah) pada faktor dokumen kontrak yang tidak lengkap, terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek dan faktor manager proyek tidak kompeten/cakap. Responden perusahaan kontraktor golongan B lebih bersikap positif terhadap ketiga faktor dominan penyebab overrun biaya proyek. Fungsi diskriminan mempunyai ketepatan mengklasifikasi sebesar 93,3%.

(24)

2.4 Proyek Konstruksi

Kegiatan proyek konstruksi secara umum dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu untuk menghasilkan produk yang kiteria mutu telah digariskan dengan jelas. Dalam perkembangan proyek konstruksi untuk saat ini menjadi semakin kompleks sehubungan dengan standar-standar baru, teknologi canggih, material yang inovatif, harga kompetitif, dan keinginan pemilik proyek untuk melakukan penambahan ataupun perubahan lingkup pekerjaan.

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangkan waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, terdapat suatu prosesmengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung.

2.5 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan (Fahira. F 2005) yaitu:

1. Bangunan Gedung

Yang termasuk bangunan gedung adalah rumah, kantor, pabrik, dan lain- lain. Adapun ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah:

- Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal - Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relative sempit dan

kondisi pondasi sudah diketahui

- Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan.

(25)

2. Bangunan Sipil

Yang termasuk bangunan sipil adalah jalan, jembatan, bendungan, dan infrastruktur lainnya. Adapun ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah:

- Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna bagi kepentingan manusia

- Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan kondisi pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek - Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.

2.6 Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Proyek Konstruksi

Di dalam proses pembangunan konstruksi gedung (Santoso Setyo Prihatin, 2009) ada pihak-pihak yang terkait dan kebutuhan akan masing-masing pihak dalam suatu proyek dapat direalisasikan dalam suatu usaha bersama untuk pencapaian sasaran dan tujuan, perlu dilakukan identifikasi terhadap organisasi atau individu (stakeholder), baik dari internal maupun eksternal, yang akan berperan mempengaruhi proyek dan harus diantisipasi selama proyek berlangsung. Untuk proyek konstruksi dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pemilik proyek: seseorang atau perusahaan yang mempunyai dana, memberikan tugas kepada seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam melaksanakan pekerjaan agar hasil proyek sesuai sasaran dan tujuan yang ditetapakan.

2. Konsultan seseorang atau perusahaan yang ditunjuk oleh pemilik yang memiliki keahlian dan pengalaman membangun proyek konstruksi yang terdiri atas:

(26)

• Konsultan perencana: seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam merencanakan proyek konstruksi, seperti halnya perencana arsitektur, perencana struktur dan lain sebagainya.

• Konsultan pengawas: perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam pengawasan proyek

• Konsultan manajemen konstruksi: perusahaan yang mewakili pemilik dalam pengelolaan proyek, sejak awal hingga akhir proyek.

3. Kontraktor: perusahaan yang dipilih dan disetujui untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi yang direncanakan sesuai dengan keinginan pemilik proyek dan bertanggung jawab penuh terhadap pembangunan fisik proyek. Biasanya penentuan kontraktor dilakukan melalui lelang/tender atau dapat juga melalui penunjukan langsung dengan negosiasi penawaran harga

4. Subkontraktor: pihak yang ditunjuk oleh kontraktor dan disetujui oleh pemilik untuk mengerjakan sebagian pekerjaan kontraktor pada bagian fisik proyek yang memiliki keahlian khusus.

5. Pemasok (supplier): pihak yang ditunjuk oleh kontraktor untuk memasok material yang memiliki kualifikasi yang diinginkan oleh pemilik.

2.7 Manajemen Proyek Konstruksi

Manajemen proyek adalah suatu cara / metode untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan atau infrastruktur dengan menggunakan sumber daya yang efektif melalui tindakan-tindakan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,

(27)

dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu (Nurhayati, 2010).

Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang optimal sesuai dengan persyaratan (spesification) untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality Control), pengawasan biaya (cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (time control). Ketiga pengawasan ini harus dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan. Penyimpangan yang terjadi dari salah satu hasil kegiatan pengawasan dapat berakibat hasil pembangunan tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Manajemen konstruksi mempunyai ruang lingkup yang cukup luas, karena mencakup tahapan kegiatan sejak awal pelaksanaan pekerjaan sampai dengan akhir pelaksanaan yang berupa hasil pembangunan. Tahapan kegiatan tersebut pada umumnya dibagi menjadi empat tahapan, yaitu:

a. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya.

Perencanaan memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai alokasi sumber daya untuk melaksanakan kegiatan (Imam Soeharto, 1997). Secara garis besar,

(28)

perencanaan berfungsi untuk meletakkan dasar sasaran proyek, yaitu penjadwalan, anggaran dan mutu.

b. Pengorganisasian (organizing)

Organisasi merupakan alat yang vital dalam pengendalian dan pelaksanaan proyek. Organisasi proyek dikatakan berhasil jika mampu mengendalikan tiga hal utama yaitu mutu, waktu dan biaya. Suatu organisasi mempunyai ciri-ciri adanya sekelompok orang yang bekerja sama atas dasar hak, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing. Dalam organisasi suatu proyek dijelaskan batasan-batasan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kedudukan dan fungsi masing-masing.

Dengan adanya batasan-batasan tersebut dapat dihindari adanya tumpang tindih tugas, maupun pelemparan tanggung jawab, sehingga semua permasalahan yang timbul dapat ditanggulangi secara menyeluruh, terpadu dan tuntas.

c. Pelaksanaan (execution)

Kegiatan pelaksanaan meliputi kegiatan pelaksanaan pekerjaan di lapangan dalam rangka mewujudkan bangunan yang akan dibangun. Dalam kegiatan pelaksanaan ini, hubungan kerja antara unsur-unsur pelaksana pembangunan perlu diatur sehingga masing-masing unsur dapat bekerja sesuai dengan bidangnya dan selalu tunduk dan taat kepada peraturan dan ketentuan yang telah disepakati bersama.

d. Pengawasan (controlling)

Kegiatan pengawasan dilaksanakan dengan tujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan bangunan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk keperluan ini tugas pengawas sangat penting terutama dalam pembimbingan dan

(29)

pengarahan pelaksanaan pekerjaan. Hasil akhir dari pelaksanaan pembangunan pada umumnya ditentukan oleh hasil kegiatan pengawasan.

2.8 Komponen Penting dalam Estimasi Biaya Proyek

Proses pengendalian biaya proyek konstruksi melibatkan berbagai macam komponen diantaranya kontrak, material, unsur–unsur biaya proyek, change order, dan data proyek berupa gambar rencana. Oleh karena itu sangat diperlukan suatu manajemen proyek yang baik yang dapat mengatur, mengendalikan, dan mengkoordinasi kegiatan pelaksanaan proyek.

a. Estimasi biaya

Estimasi biaya adalah prediksi perhitungan atau perkiraan seluruh biaya proyek konstruksi yang dilakukan di tahap awal, dengan menganalisis setiap jenis pekerjaan, sumber daya, volume pekerjaan, dan harga satuan yang dipakai.

Estimasi biaya digunakan untuk mengetahui berapa besar total biaya proyek yang akan dikeluarkan, yang bertujuan untuk merencanakan dan mengendalikan sumber daya yang ada, untuk kepentingan kelangsungan proyek (Soeharto,1997).

b. Kontrak

Kontrak adalah persetujuan yang memuat aspek-aspek prinsipil yang bersifat mengikat dan harus dipenuhi oleh penyedia jasa dan kontraktor, dan didalam persetujuan itu juga harus memuat syarat atau kelengkapan aspek subjektif dan objektif (Fahira. F, 2005). Dalam proyek konstruksi, kontrak diartikan persetujuan dan merupakan dokumen yang harus dipatuhi dan dilaksanakan bersama antara pihak yang telah sepakat untuk saling terikat. Namun perlu diingat, tidak semua persetujuan dan transaksi akan dilanjutkan dalam

(30)

bentuk kontrak, kecuali telah memenuhi 2 (dua) aspek utama yakni saling menyetujui serta adanya permintaan dan penawaran.

c. Material Konstruksi

Material konstruksi adalah semua bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan konstruksi (Santoso Setyo Prihatin, 2009). Pada umumnya penyediaan material konstruksi di lapangan dilakukan bertahap, hal ini erat hubungannya dengan tersedianya gudang untuk menyimpan material, dan juga dari segi pembayarannya.

d. Unsur-unsur biaya proyek

Unsur-unsur biaya proyek merupakan keseluruhan dari biaya yang dikeluarkan dari pelaksanaan suatu proyek. Biaya yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi dibedakan atas biaya langsung dan biaya tidak langsung.

2.9 Biaya proyek

Biaya proyek adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk tiap pekerjaan dalam menyelesaikan suatu proyek. Secara garis besar biaya proyek dapat dibagi menjadi dua yaitu :

2.9.1 Biaya Langsung ( Direct Cost )

Biaya langsung merupakan biaya untuk segala sesuatu yang akan menjadi komponen permanen hasil akhir proyek (Soeharto, 1997). Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang langsung berhubungan dengan konstruksi ataupun suatu proyek tertentu, antara lain:

(31)

a. Biaya bahan/material

Yang termasuk di dalam komponen ini adalah pengeluaran biaya untuk pembelian dan sewa bahan, alat, perlengkapan ringan . Misalnya pembelian batu bata, pasir, besi beton, cangkul, sewa scaffolding dll.

b. Direct Labour Cost (biaya tenaga kerja langsung

Yang termasuk dalam komponen ini adalah : upah tukang langsung, misalnya tukang kayu, tukang batu, mandor dsb, yang bekerja di lapangan

c. Biaya peralatan

Pada proyek-proyek besar, biaya peralatan dipisahkan sebagai jenis biaya tersendiri. Tetapi kadang-kadang juga ada yang dimasukkan dalam pengeluaran butir 2.Yang termasuk dalam komponen ini adalah pembelian atau penyewaan alat berat dan besar, seperti tower crane, bulldozer, excavator dll.

d. Biaya subkontraktor

Pada suatu proyek seringkali terdapat pekerjaan tertentu yang dikerjakan atau di subkontrakkan pada pihak lain. Misalnya pekerjaan listrik, mekanikal, fire protection, elevator dll. Biaya yang dikeluarkan disebut sebagai biaya subkontraktor

2.9.2 Biaya Tidak Langsung ( Indirect Cost )

Biaya tidak langsung adalah pengeluaran untuk manajemen, supervisi dan pembayaran material serta jasa untuk pengadaan bagian proyek yang tidak akan menjadi instalasi atau produk permanen, tetapi diperlukan dalam rangka proses pembangunan proyek (Soeharto, 1997). Biaya tidak langsung terdiri dari:

(32)

a. Biaya overhead

Yang termasuk dalam komponen biaya ini adalah gaji para pelaksana proyek di lapangan, dan personil lain yang terkait langsung dengan proyek, biaya operasional dan perawatan kendaraan proyek, dan biaya kantor cabang (jika diperlukan yaitu: biaya kontrak, biaya listrik, biaya telepon, air dll.)

b. Biaya tak terduga

Adalah biaya untuk kejadian-kejadian yang mungkin bisa terjadi, mungkin tidak.

(contoh : Naiknya Muka Air Tanah, Banjir, Longsor Dsb).Semakin teliti kontraktor dalam memperhitungkan pelaksanaan konstruksi. Semakin kecil besarnya biaya tak terduga.

c. Keuntungan/profit

Semua jenis biaya diatas (tanpa keuntungan) adalah biaya yang mau tidak mau harus dike-luarkan. Jadi seyogyanya tidak dapat dikurangi (kecuali mengadakan pelanggaran), maka sa-tu-satunya biaya yang dapat kita tambah atau kurangi (bila diperlukan) adalah keuntungan)

Dalam suatu keadaan tertentu, penalti dan bonus dapat dianggap sebagai biaya tidak langsung yang dapat mempengaruhi biaya keseluruhan (Al Addiat, M.

Pandhu, 2015). Biaya langsung dan tidak langsung secara keseluruhan membentuk biaya proyek, sehingga pada pengendalian dan estimasi biaya, kedua jenis biaya ini perlu diperhatikan. Baik biaya langsung maupun biaya tak langsung akan berubah sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek. Meskipun tidak dapat

(33)

diperhitungkan dengan rumus tertentu, tapi pada umumnya makin lama proyek berjalan maka makin tinggi kumulatif biaya tak langsung diperlukan (Al Addiat, M. Pandhu, 2015).

2.10 Cost engineering

Cost Engineering adalah suatu bidang engineering yang meliputi penerapan prinsip-prinsip ilmiah dan teknik dengan menggunakan pengalaman dan pertimbangan-pertimbangan engineering dalam masalah-masalah estimasi biaya, pengendalian biaya dan ekonomi teknik (Fahira. F, 2005). Cost Engineering terbagi menjadi dua bidang besar yaitu :

a. Cost estimate (Estimasi biaya)

b. Cost Control (Pengendalian biaya)

Peran seorang cost engineer ada dua yaitu, memperkirakan biaya proyek dan mengendalikan (mengontrol) realisasi biaya sesuai batasan-batasan yang ada pada estimasi. Dalam proyek konstruksi, terutama pada proyek-proyek yang besar, peranan cost engineer penting sekali dalam pelaksanaan proyek agar tidak terjadi kekacauan keuangan (financial chaos) yang disebabkan oleh lemahnya estimasi maupun kontrol.

2.10.1 Estimasi Biaya (Cost Estimate)

Estimasi pada hakekatnya adalah upaya untuk menilai atau memperkirakan suatu nilai melalui analisis perhitungan dan berlandaskan pada pengalaman. Jika ditujukan untuk memperkirakan pembiayaan konstruksi, estimasi pada hakekatnya merupakan upaya penerapan konsep rekayasa berlandaskan pada dokumen pelelangan, kondisi lapangan, dan sumber daya

(34)

owner yang sering disebut Owner Estimate (OE) dan versi kontraktor yang disebut sebagai Bid Price (harga penawaran). (Santoso Setyo Prihatin, 2009).

a. Owner Estimate, yaitu estimate yang dibuat oleh cost engineer dari pihak owner, untuk dipergunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menilai penawaran yang diajukan kontraktor.

b. Bid price, yaitu estimate yang dibuat oleh cost engineer dari pihak kontraktor, yang akan diajukan oleh kontraktor sebagai harga penawaran dari proyek sesuai dokumen yang diberikan.

Bagi owner nilai kontrak proyek adalah merupakan biaya yang harus dibayar, sedangkan bagi kontraktor, nilai kontrak proyek merupakan pendapatan yang akan diterimanya. Kehandalan suatu estimasi tergantung pada kelengkapan informasi yang tersedia pada tahapan dimana estimasi dilakukan. Secara garis besarnya terdapat tiga kelompok informasi pokok yang diperlukan yaitu :

a. Informasi tentang proyek dan bagian-bagiannya lengkap dengan gambar- gambar dan spesifikasi teknis. Keseluruhan dokumen tersebut berguna untuk menghitung volume segenap pekerjaan dan menentukan metode konstruksinya.

b. Informasi tentang sumber daya, yang sangat diperlukan pada saat kontraktor mulai merencanakan operasinya di lapangan, yaitu informasi mengenai tenaga kerja serta sumber daya lain tersedia.

c. Informasi tentang harga, yang biasanya dikuasai dengan lebih baik oleh kontraktor yang berhasil. Kontraktor biasanya mempunyai

(35)

pengetahuan lebih baik mengenai harga layak terbaru untuk berbagai material dan sumber daya lain (Fahira. F, 2005).

Pemilihan metode estimasi tergantung pada mutu informasi yang tersedia.

Estimasi (taksiran) biaya akhir konstruksi berlangsung melalui empat langkah utama yaitu :

a. Estimasi pendahuluan yang digunakan dalam tahap brifing dan didasarkan atas catatan biaya untuk proyek serupa.

b. Estimasi terinci, disiapkan oleh kelompok manajer proyek menjelang tender, berdasarkan kuantitas akurat yang diukur dari gambar kerja serta harga dari dokumen proyek sebelumnya.

c. Jumlah kontrak, merupakan pedoman biaya yang baik untuk klien dalam kontrak harga tetap, tetapi kurang berarti dalam situasi lain.

d. Estimasi operasional, biasanya disiapkan oleh kontraktor, berdasarkan rencana pelaksanaan (Al Addiat, M. Pandhu, 2015).

2.10.2 Pengendalian Biaya ( Cost Control )

Biaya (cost) merupakan salah satu aspek yang penting dalam manajemen, dimana biaya yang mungkin timbul harus dikendalikan seminimum mungkin (soeharto ,1997). Pengendalian biaya harus memperhatikan faktor waktu, karena terdapat hubungan yang erat antara waktu penyelesaian proyek dengan biaya- biaya proyek yang bersangkutan atau aktivitas pendukungnya. Tujuan praktis dari kontrol biaya adalah untuk menekan biaya/pengeluaran serendah mungkin (to minimize cost). Secara umum ada 2 metode pengontrolan biaya (cost control)

(36)

a. Konsep Unit Produksi (Unit of Production Concept), metode ini memberikan gambaran sekilas mengapa dan dimana terjadi penyimpangan-penyimpangan biaya. Keunggulan metode ini mudah untuk mendapatkan biaya rencana, tetapi agak sulit untuk menghitung biaya kenyataan per pos pekerjaan.

b. Konsep Jenis Biaya (Trade Concept), memberikan gambaran bagian/unit manakah yang membuat masalah (regu yang mana dan sebagainya).

Pemakaian metode tergantung dari sistem yang dianut oleh perusahaan dan besarnya proyek. Untuk proyek yang besar biasanya menggunakan metode konsep unit produksi sedangkan untuk proyek yang kecil menggunakan metode konsep jenis biaya (Fahirah F, 2005)

2.11 Pelaksanaan Proyek Konstruksi

Pelaksanaann proyek konstruksi dimulai dari tahap perencananaan yang meliputi pengumpulan data, penelitian, studi kelayakan, perencanaan fisik pembuatan gambar rencana, penyusunan peraturan dan persyaratan), pengerjaan proyek konstruksi di lapangan, dan pengawasan pekerjaan. Didalam pelaksanaan proyek konstruksi, terdapat orang–orang atau badan yang melaksanakan pekerjaan tersebut.

1. Gambar rencana

Gambar rencana adalah gambar dari pekerjaan yang akan dilaksanakan secara lengkap, yang dapat memberikan informasi sedetail mungkin sehingga tidak terdapat keraguan dalam pelaksananannnya (Ervianto,2002). Gambar

(37)

rencana biasanya terdiri dari gambar situasi, gambar denah, gambar tampak, gambar potongan melintang, gambar potongan memanjang, gambar tambahan, dan gambar konstruksi yang dilengkapi dengan hitungan konstruksi.

2. Perubahan desain (Change order)

Change Order adalah usulan perubahan tertulis antara pemilik dan kontraktor untuk mengubah beberapa kondisi dari dokumen kontrak awal seperti menambah atau mengurangi pekerjaan. Adanya perubahan ini dapat mengubah spesifikasi biaya kontrak, jadwal pembayaran, dan jadwal proyek (Soeharto, 1997). Menurut Fahira. F (2005) Change order merupakan suatu kesepakatan antara pemilik dan kontraktor untuk menegaskan adanya revisi biaya dan jumlah kompensasi biaya kepada kontraktor yang terjadi pada saat pelaksanaan konstruksi, setelah penandatanganan kontrak kerja antara pemilik dan kontraktor.

3. Time schedule (Rencana Kerja)

Time schedule (Rencana Kerja) adalah suatu pembagian waktu terperinci yang disediakan untuk masing-masing bagian pekerjanan, mulai dari bagian awal sampai dengan bagian pekerjaan akhir (Soeharto, 1997). Sebelum menyusun Time schedule, hal–hal yang harus diperhatikan antara lain keadaan lapangan, kemampuan tenaga kerja, penyediaan bahan bangunan, gambar kerja, dan peralatan kerja.

4. Kontraktor

Kontraktor adalah orang atau badan yang menerima dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai biaya yang ditetapkan berdasarkan gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat kontrak (Fahira. F,

(38)

2005). Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan.

2.12 Cost Overrun

Cost overrun adalah biaya konstruksi suatu proyek yang pada saat tahap pelaksanaan, melebihi (budget) anggaran proyek yang ditetapkan di tahap awal (estimasi biaya), sehingga menimbulkan kerugian yang signifikan bagi pihak kontraktor (Fahira. F, 2005). Cost overrun yang terjadi pada suatu proyek konstruksi dapat disebabkan oleh faktor intern maupun factor ekstern dari proyek konstruksi itu sendiri. cost overrun itu sendiri dibagi dalam tiga tahap, yaitu:

a. Cost Overrun Pada Tahap Awal Proyek Konstruksi

b. Cost Overrun Pada Saat Proses Proyek Konstruksi

c. Cost Overrun Pasca Konstruksi

Dengan adanya manajemen proyek yang baik dimulai dari estimasi awal sampai tahap akhir proyek, maka Cost Overrun pada suatu proyek dapat dicegah atau dihindari.

2.12.1 Cost Overrun Pada Tahap Awal Proyek Konstruksi

Pada tahap awal sebelum dilaksanakannya proyek bisa terjadi pembengkakan biaya cost overrun, itu terjadi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti :

1. Faktor Material (Santoso Setyo Prihatin, 2009)

Dalam pelaksanaan proyek, material perlu dikontrol kualitasnya agar sesuai dengan permintaan pemilik (owner). Tidak adanya control kualitas material

(39)

dapat menyebabkan peningkatan frekuensi pekerjaan ulang karena tidak sesuai dengan spesifikasi material. Dalam hal ini, pekerjaan ulang yang diakibatkan kesalahan pemakaian material akan memerlukan tambahan biaya baik untuk tenaga kerja, material maupun biaya tidak langsung.

2. Faktor Informasi (Al Addiat, M. Pandhu, 2015)

Informasi proyek yang berupa kondisi lapangan, gambar, dan spesifikasi sangat menunjang ketelitian estimasi. Kondisi lapangan dapat berupa keadaan dan sifat tanah, bangunan dan fasilitas pendukung, perencanaan disain proyek yang meliputi arsitek, sipil, elektrik, maupun mekanik. Informasi yang kurang lengkap akan menimbulkan ketidak tepatan estimasi biaya sehingga berpeluang menimbulkan pembengkakan biaya.

3. Faktor Sumber Daya Manusia (Fahira. F, 2005)

Perencanaan penyediaan sumber daya manusia untuk tiap proyek tidak sesuai dengan kebutuhan akan berpengaruh terhadap biaya proyek, karena tahap dalam pelaksanaan proyek membutuhkan jumlah tenaga kerja yang berbeda.

4. Peralatan (Fahira. F, 2005)

Untuk kegiatan yang memerlukan peralatan pendukung harus dapat dideteksi secara jelas. Jenis, kapasitas, kemampuan dan kondisi peralatan harus sisesuaikan dengan kegiatannya. Estimasi harga/sewa peralatan yang tidak tepat akan mengakibatkan terjadinya pembengkakan biaya.

(40)

2.12.2 Cost Overrun Pada Saat Proses Proyek Konstruksi

Pada saat proses konstruksi berlangsung, banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Cost Overrun. Beberapa faktor tersebut antara lain:

1. Manajer proyek yang tidak kompeten/cakap (Al Addiat, M. Pandhu, 2015)

Manajer proyek sangat berpengaruh pada proses perencanaan, organisasi, dan memimpin serta mengendalikan pelaksanaan pekerjaan. Untuk itu diperlukan manajer yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam lingkup proyek yang menjadi tanggung jawabnya. Manajer harus memiliki kecakapan dalam mengatur pekerjaan dan mengatur tenaga kerja, yang mempengaruhi produktivitas pekerja.

2. Kualitas yang buruk dari pekerja kontraktor Santoso Setyo Prihatin, 2009) Kualitas yang uruk dari pekerja akan mempengaruhi produktivitas kerja yang dihasilkan. Akibat produktivitas yang rendah menyebabkan biaya proyek akan bertambah dari yang direncanakan.

3. Tidak memperhatikan faktor resiko pada proyek (Fahira. F, 2005)

Faktor ini bertujuan menutup kemungkinan adanya resiko yang dapat terjadi selama proses konstruksi, seperti terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat terjadi selama pelaksanaan proyek yang mengakibatkan cacat secara fisik, hilangnya semangat kerja, dan trauma. Hal ini akan memerlukan tambahan biaya untuk semua yang berhubungan dengan pengobatan. Tidak diperhitungkannya factor resiko akan mengakibatkan pembengkakan biaya apabila resiko benarbenar terjadi dilapangan.

(41)

4. Banyak hasil pekerjaan yang harus diulangi/diperbaiki karena cacat/salah (Santoso Setyo Prihatin, 2009)

Faktor ini lebih mengarah pada masalah mutu/kualitas pelaksanaan pekerjaan, baik secata struktur atau pelaksanaan akhir yang dipengaruhi gambar proyek, penjadwalan proyek, dan kualitas tenaga kerja. Pada dasarnya semua pengulangan/perbaikan akibat cacat/salah memerlukan tambahan biaya baik untuk material maupun tenaga kerja. Hal itu berarti proyek tersebut mengalami pembengkakan biaya.

5. Tidak adanya Project Statistic Report (Al Addiat, M. Pandhu, 2015)

Laporan dari berbagai hal yang ada dalam proyek dapat digunakan sebagai acuan dan dasar pertimbangan bagi pimpinan proyek yang sedang berlangsung, sehingga apabila terlihat ada indikasi terjadinya pembengkakan biaya dan waktu, maka dapat diantisipasi sedini mungkin.

6. Koordinasi dan komunikasi yang kurang baik dalam organisasi kontraktor (Fahira. F, 2005)

Komunikasi adalah kunci awal bagi keberhasilan kerja tim. Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, koordinasi memerlukan komunikasi yang baik agar masing-masing kelompok tidak terjadi pekerjaan yang tumpang tindih.

Sebagai contoh pengulangan pekerjaan atau kesalahan dalam spesifikasi material sehingga dapat menyebabkan pembengkakan biaya proyek.

(42)

2.12.3 Cost Overrun Pasca Konstruksi

Meskipun proyek sudah berakhir masa konstruksinya, bukan berarti tanggung jawab kontraktor selesai begitu saja. Demikian pula dengan Cost Overrun, pada saat pasca konstruksi masih ada peluang terjadinya pembengkakan biaya. Faktor penyebab terjadinya pembengkakan biaya pasca konstruksi menurut Imam Soeharto (1997) antara lain:

1. Adanya klaim dari pengembang karena produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan mutu yang diharapkan.

2. Adanya keluhan dari pemakai karena adanya cacat pada masa pemeliharaan.

2.13 Analisis Data Penelitian 2.13.1Data dan Pengukuran

Data ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta (Hasan, I, 2008). Sedangkan pengukuran ialah proses atau cara mengukur.

Pengukuran dapat berupa skala pengukuran yang dimaksudkan untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya.

2.13.2 Populasi

Menurut (Hidayat, 2009) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah para pekerja pada proyek A,B, dan C berjumlah 70 pekerja.

(43)

2.13.3 Sampel dan Tehnik Sampling

Menurut (Hidayat, 2009) sampel merupakan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Menurut (Hidayat, 2009) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Rumus sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus slovin, untuk menentukan jumlah populasi dalam sampling yaitu sebagai berikut:

n =

Keterangan : n =Jumlah sample N =Jumlah populasi

d = ketetapan relatif yang ditetapkan oleh peneliti (Ditetapkan 10%)

Tehnik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2009).

Tehnik sampling yang digunakan adalah stratified random sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan mempertimbangkan strata yang terdapat dalam populasi sehingga strata mewakili dalam penentuan sampel (Hidayat, 2009).

Formula yang digunakan dalam menentukan sampel dalam setiap strata : Jumlah sampel setiap strata

x jumlah sampel 2.13.4Statistik dalam Penelitian

Dalam arti sempit statistik dapat diartikan sebagai data, tetapi dalam arti luas statistik dapat diartikan sebagai alat. Alat untuk analisis dan alat untuk membuat keputusan. Menurut (Hasan, I, 2008), peranan statistik dalam penelitian adalah sebagai berikut:

(44)

1. Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang diambil dari suatu populasi. Dengan demikian jumlah sampel yang diperlukan lebih dapat dipertanggungjawabkan.

2. Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Sebelum instrument digunakan untuk penelitian, maka harus diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu.

3. Teknik-teknik untuk menyajikan data, sehingga data lebih komunikatif.

Teknik-teknik penyajian data ini antara lain: table, grafik, diagram lingkaran dan pictogram.

4. Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan.

Dalam hal ini statistik yang digunakan antara lain: korelasi, regresi, t-test, anova, dll.

2.13.5 Data Penelitian

Data hasil penelitian dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata, atau gambar. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.

Hal-hal yang dapat dikerjakan terhadap data hasil penelitian bergantung pada tingkat atau skala data itu sendiri. Menurut (Hidayat, 2009) dikemukakan 4 skala data yaitu skala nominal, ordinal, interval, dan rasio.

1. Skala nominal, merupakan skala data yang paling sederhana, dimana angka-angka digunakan semata-mata untuk mengklasifikasikan obyek.

(45)

2. Skala ordinal, angka-angka yang digunakan selain menunjukkan nama obyek juga menunjukkan urutan berdasarkan kriteria tertentu.

3. Skala interval, merupakan sakala data yang mempunyai sifat skala ordial, disamping itu jarak antara dua angka pada skala itu diketahui ukurannya.

4. Skala rasio, merupakan skala yang mempunyai semua sifat skala interval dan memiliki titik nol sejati.

2.13.6 Analisa Statistik Deskriptif

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komperatif (Al Addiat, M. Pandhu, 2015).

Analisa Statistik Deskriptif berguna untuk mendapatkan informasi yang bersifat deskriptif mengenai variabel-variabel penelitian. Statistik deskriptif adalah untuk menganalisa data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat suatu kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Sehingga analisa ini bersifat mendukung analisa data selanjutnya.

(46)

Deskripsi atau penggambaran sekumpulan data secara visual dapat dilakukan dalam 2 bagian yaitu :

a. Deskripsi dalam bentuk tulisan / teks. Deskripsi tulisan terdiri atas bagian-bagian yang penting yang menggambarkan isi data secara keseluruhan, seperti mean (rata-rata) data, standar deviasi, varians data, dan sebagainya.

b. Deskripsi dalam bentuk gambar/grafik. Grafik sebuah data biasanya disajikan untuk melengkapi deskripsi berupa teks, agar data tampak lebih impresif dan komunikatif.

2.13.7 Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid mempunyai produktivitas rendah.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.

Cara untuk menguji validitas adalah sebagai berikut :

1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur, yaitu dengan (1) mencari definisi dan merumuskan tentang konsep yang akan diukur yang telah ditulis para ahli dalam literatur, (2) kalau sekiranya tidak ditemukan dalam literatur maka untuk lebih mematangkan definisi dan rumusan konsep tersebut peneliti harus mendiskusikannya dengan para ahli. (3) menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspek-aspek konsep yang akan diukur. Dari jawaban yang diperoleh peneliti dapat

(47)

membuat kerangka konsep dan kemudian menyusun pertanyaan yang operasional.

2. Melakukan uji coba skala pengukuran yang dihasilkan dari langkah pertama kepada sejumlah responden. Responden diminta untuk menjawab apakah mereka setuju atau tidak setuju dari masing- masing pertanyaan. Sangat disarankan agar jumlah responden untuk uji coba, minimal 30 orang agar distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal.

3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban

4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi produk moment. Adapun rumusnya adalah :

Keterangan :

r : koefisien korelasi, Y : produktivitas pekerja Xi : elemen variabel bebas n : jumlah data

(Al Addiat, M. Pandhu, 2015)

(48)

Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat validitas adalah jika r hitung > r tabel dan taraf signifikannya sebesar 5% (Fahira. F, 2005).

b. Uji Reliabilitas

Pengukuran reliabilitas adalah pengukuran tentang stabilitas dan konsistensi dari alat pengukuran. Reabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen reliabel sebenarnya yang mengandung arti bahwa instrument tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa dipercaya. Untuk mengukur reliabilitas dapat digunakan analisis Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut :

(

) (

)

Keterangan :

r11 = Reliabilitas yang dicari

n = Jumlah item pertanyaan yang di uji Σ𝜎𝑡2 = Jumlah varians skor tiap-tiap item 𝜎𝑡2 = Varians total (Al Addiat, M. Pandhu, 2015)

Cara pengujian reliabilitas dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS versi 21, yang dilakukan dengan metode Cronbach Alpha, dimana suatu kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dibandingkan dengan nilai reliabilitas yang ditunjukkan pada table di bawah ini:

(49)

Tabel 2.1 Hubungan jumlah butir dengan reabilitas instrument

2.13.8 Uji Normalitas Data

Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.

Sebagai salah satu uji statistik parametrik, maka analisis regresi berganda dapat dilakukan jika sampel yang dipakai untuk analisis berdistribusi normal.

Penggunaan statistik parametrik dihindari jika data yang diteliti tidak berdistribusi normal. Uji normalitas data yang digunakan dalam uji penelitian ini adalah uji Smirnov Kolmogorov. Asumsi normalitas terpenuhi jika nilai Asymp.sig (2-tailed) lebih besar dari pada nilai probabilitas 0,05.

Jumlah Butir Reliabilitas

5 0,20

10 0,33

20 0,50

40 0,67

80 0,80

160 0,89

360 0,94

(50)

2.14 Uji SPSS

Pada dasarnya komputer berfungsi mengolah data menjadi informasi yang berarti. Data yang diolah dimasukkan sebagai input, kemudian dengan proses pengolahan data oleh komputer dihasilkan output berupa informasi untuk kegunaan lebih lanjut. Berikut sedikit gambaran tentang cara kerja komputer dengan program SPSS dalam mengolah data.

Gambar 2.1 Cara kerja SPSS

Data hasil penelitian atau data yang akan diproses dimasukkan lewat menu DATA EDITOR yang secara otomatis muncul di layar komputer.

1. Data yang telah diinput kemudian diproses, juga lewat menu DATA EDITOR.

2. Memilih menu yang akan digunakan pada SPSS 15.0 for windows grafik, statistik dan lain-lain.

3. Hasil pengolahan data muncul di layar windows yang lain dari SPSS yaitu VIEWER, output SPSS bisa berupa teks, tulisan, tabel atau grafik.

Pada VIEWER, informasi atau output statistik dapat ditampilkan secara:

Input Data Dengan

Data

Proses Dengan

Data

Output Data

Dengan

Viewer

(51)

a. Teks atau Tulisan

Pengerjaan (perubahan bentuk huruf, penambahan, pengurangan dan lainnya) yang berhubungan dengan output berbentuk tabel bisa dilakukan lewat menu text output editor.

b. Tabel

Pengerjaan (pivoting tabel, penambahan, pengurangan, dan lainnya) yang berhubungan dengan output data yang berbentuk tabel dilakukan lewat menu pivot table editor.

c. Chart atau grafik

Pengerjaan (perubahan tipe grafik dan lainnya) yang berhubungan dengan output data yang berbentuk grafis dapat dilakukan lewat menu chart editor.

Referensi

Dokumen terkait

Melihat adanya hubungan negatif antara kebe- basan berbisnis dengan harga saham, maka peme- rintah seharusnya lebih meningkatkan fundamental politik dan sosial yang

Hasil kualifikasi yang diharapkan adalah operator / teknisi Mikro Hardness Tester mampu mengoperasikan alat dengan kemampuan mengukur sangat baik, yaitu data uji yang

Pada empat Puskesmas dan satu Rumah Sakit yang kami teliti, ditemukan kasus terbanyak adalah pasien dengan diagnosa gangren pulpa, yaitu sebanyak 299 kasus (25%) dari total

melalui aplikasi LPSE kepada Pokja Bag ian Layanan Peng adaan Kabupaten Ponorog o SPRINT 24 dan tembusan secara off- line kepada PPK Pembang unan J alan Bidang

This research describes the use of politeness strategies in complaint in relation to relative power (P) and distance (D) by Indonesian EFL learners in

Lapisan kering produk yang berstruktur rongga (porous) mempunyai konduktivitas yang sangat rendah, sehingga penghantaran panas ke permukaan sublimasi sangat rendah Penelitian

Siswa mengamati gambar, siswa dapat mengelompokkan berbagai contoh kegiatan yang sesuai dengan tata tertib yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah dengan cermat..

(2005) menyebutkan bahwa pada tahun 1970an, Y.Syahdan dan Mudi pernah melaporkan tentang ‘batu Tenavak’, tetapi sebatas penyebutan arca-arca harimau, biawak, dan bayi