• Tidak ada hasil yang ditemukan

"PERLINDUNGAN HAK CIPTA KARYA FILM TERHADAP WEBSITE PENYEDIA JASA DOWNLOAD/STREAMING FILM GRATIS DALAM MEDIA INTERNET" S K R I P S I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan ""PERLINDUNGAN HAK CIPTA KARYA FILM TERHADAP WEBSITE PENYEDIA JASA DOWNLOAD/STREAMING FILM GRATIS DALAM MEDIA INTERNET" S K R I P S I"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

"PERLINDUNGAN HAK CIPTA KARYA FILM TERHADAP WEBSITE PENYEDIA JASA DOWNLOAD/STREAMING FILM GRATIS DALAM

MEDIA INTERNET"

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

MUHAMMAD MUGHNI RAIS 120200527

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2 0 1 6

(2)

"PERLINDUNGAN HAK CIPTA KARYA FILM TERHADAP WEBSITE PENYEDIA JASA DOWNLOAD/STREAMING FILM GRATIS DALAM

MEDIA INTERNET"

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

MUHAMMAD MUGHNI RAIS 120200527

Disetujui Oleh :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

Prof. Dr. Hasim Purba, SH., M.Hum NIP : 196603031985081001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. OK Saidin, SH., M.Hum

NIP : 196202131990031002 NIP : 196402161989111001

Syamsul Rizal, SH., M.Hum

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala kemurahan dan rahmat-Nya yang diberikan kepada saya sehingga saya dapat mengikuti perkuliahan dan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini disusun guna melengkapi dan memenuhi tugas dan syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara, dimana hal tersebut merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/i yang ingin menyelesaikan perkuliahannya.

Adapun judul skripsi yang saya kemukakan adalah “Perlindungan Hak Cipta Karya Film Terhadap Website Penyedia Jasa Download/Streaming Film Gratis Dalam Media Internet” . Saya telah mencurahkan segenap hati, pikiran dan kerja keras dalam penyusunan skripsi ini. Namun saya menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya baik isi maupun kalimatnya.

Oleh sebab itu skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Di dalam penyusunan skripsi ini, saya mendapat bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak, berupa dukungan dan semangat. Untuk itu saya ingin

mengucapkan terima kasih kepada yang teristimewa yaitu kedua Orangtua saya,

Ayah saya Muhammad Naf’an, SH., dan ibu saya Sri Wahyuni, terima kasih atas

perhatian, dukungan, doa, serta cinta yang kalian curahkan kepada saya dan segala

hal yang telah diberikan selama ini sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini,

(4)

dan tak lupa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan saya bantuan, yaitu kepada :

1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. Prof. Dr. Hasim Purba, SH., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang juga banyak membantu dan mempermudah dalam penulisan skripsi ini;

3. Ibu Rabiatul Syahriah, SH., M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum Keperdataan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang juga banyak membantu dan mempermudah dalam penulisan skripsi ini;

4. Ibu Sinta Uli, SH., M.Hum, selaku Ketua Program Kekhususan Hukum Perdata Dagang yang telah membantu dan mempermudah dalam penulisan skripsi ini;

5. Bapak Dr. OK Saidin, SH, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bantuan, bimbingan dan arahan-arahan kepada penulis pada saat penulisan skripsi ini;

6. Bapak Syamsul Rizal, SH. M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah sabar dan banyak memberikan bantuan bimbingan dan arahan-arahan kepada penulis pada saat penulisan skripsi ini;

7. Seluruh Dosen dan Staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang telah mendidik dan membimbing saya selama menempuh

pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

(5)

8. Saudara-saudaraku tersayang, kakak Vendrista Yulia, abang Muhammad Arief, abang Muhammad Kharrazi, adikku Diah Kartika Sari, terima kasih atas doa, perhatian, bantuan dan tingkah-tingkah aneh kalian masing- masing.

9. Teman-teman di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara stambuk 2012, terutama agung, dika, anggi, arif, dan teman-teman lainnya yang tidak disebutkan, yang sudah memberikan dukungan, perhatian dan doanya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini;

Saya menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan dapat menyempurnakan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2016 Penulis,

Muhammad Mughni Rais

120200527

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 7

C. Tujuan Penulisan ... 7

D. Manfaat Penulisan ... 8

E. Keaslian Penulisan ... 8

F. Metode Penulisan ... 9

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II : TINJAUAN UMUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ... 13

A. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual ... 13

B. Latar Belakang Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ... 16

C. Cabang-cabang Utama dalam Hak Kekayaan Intelektual ... 22

D. Perwujudan Benda Hak Kekayaan Intelektual ... 28

BAB III : TINJAUAN UMUM MENGENAI HAK CIPTA DAN INTERNET ... 31

A. Hak Cipta ... 31

1. Pengertian Hak Cipta ... 31

2. Pencipta dan Pemegang Hak Cipta ... 34

3. Pendaftaran Hak Cipta ... 38

4. Ciptaan yang Dilindungi ... 40

5. Fungsi dan Sifat Hak Cipta ... 42

B. Hak Cipta Sinematografi ... 45

C. Perjanjian-perjanjian Internasional ... 50

1. Konvensi Bern ... 40

2. TRIPs dan Hak Cipta ... 53

D. Ruang Lingkup Internet ... 58

BAB IV : PERLINDUNGAN HAK CIPTA KARYA FILM TERHADAP WEBSITE PENYEDIA JASA DOWNLOAD/STREAMING FILM GRATIS DALAM MEDIA INTERNET ... 66

A. Efektivitas Peraturan Perundang-undangan Dalam Memberikan Perlindungan Hak Cipta Sinematografi di Media Internet ... 66

B. Penegakan Hukum Atas Pelanggaran Hak Cipta Sinematografi di Media Internet ... 75

C. Pertanggungjawaban Hukum Para Pelaku Download/Streaming Film Gratis di Media Internet Secara Keperdataan ... .81

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA

(7)

ABSTRAK

Muhammad Mughni Ra'is*

OK Saidin**

Syamsul Rizal***

Penulisan ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan mengenai upaya pemerintah dalam memberantas pembajakan film-film yang banyak beredar di Internet yang dapat diunduh dan ditonton dengan gratis. Seperti apa mekanisme perlindungan hukum Hak Cipta Karya Film/Sinematografi terhadap pelanggaran yang terjadi di Internet ini menggunakan peraturan perundang-undangan yang ada juga untuk menganalisis bagaimana jalannya pelaksanaan sanksi-sanksi terhadap banyaknya kasus pelanggaran hak cipta yang terjadi serta untuk mencari tahu bagaimana pertanggungjawaban hukum yang diberikan kepada para pelaku Pelanggaran Hak cipta Karya Film di Media Internet dari segi keperdataan.

Penulisan ini dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data- data melalui studi kepustakaan, dengan menganalisis secara sistematis buku-buku, peraturan perundang-undangan, makalah ilmiah dan bahan lain yang berhubungan dengan materi yang menjadi topik penulisan. Studi kepustakaan juga penulis lakukan terhadap literatur-literatur yang tidak terkait secara langsung dengan masalah yang dibahas dalam penulisan ini.

Setelah dilakukan penelitian, diketahui bahwa dalam Undang-undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 secara keseluruhan menjamin perlindungan Hak Cipta sinematografi dari segala bentuk pelanggaran seperti penggandaan yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan ekonomi dan juga penyiaran hak cipta film yang dilakukan dengan tanpa izin dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta.

Adapun dalam praktiknya penegakan hukum yang terjadi belum berjalan maksimal, pemerintah lebih cenderung melakukan tindakan pencegahan untuk meminimalkan terjadinya kerugian yang berkelanjutan. Selanjutnya dapat diketahui bahwa pertanggungjawaban hukum terhadap para pelaku pelanggaran Hak Cipta Film ini dapat dikenakan hukuman sesuai dengan perbuatannya yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan Hak Cipta, pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut haknya melalui pengadilan niaga untuk menuntut sejumlah ganti rugi dan penghentian segala aktifitas yang dinilai dapat membuat kerugian yang berkelanjutan, Pencipta, Pemegang Hak Cipta dan/atau Pemegang Hak Terkait atau ahli warisnya berhak memperoleh ganti rugi berdasarkan putusan pengadilan perkara perdata ataupun pidana.

Kata Kunci : Hak Cipta, Sinematografi, Internet _________________________________

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Dosen Pembimbing I

*** Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Dosen Pembimbing II

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Film adalah gambar yang bergerak atau lebih umumnya sering dikatakan oleh masyarakat sebagai sinema. Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media kominikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan seperti yang terdapat pada Pasal 1 Undang-undang (selanjutnya disingkat UU) Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman.

Sedangkan Sinematografi adalah "Kumpulan gambar-gambar visual yang dimasukkan dalam suatu benda atau barang sehingga dengan mempergunakan benda atau barang tersebut dapat diperlihatkan sebagai gambar bergerak atau dimasukkan dalam benda atau barang lain yang dengan mempergunakan benda tersebut dapat dipertunjukkan serangkaian suara yang terkandung ke dalam soundtrack yang dihubungkan dengan gambar hidup tersebut."

1

Sinematografi merupakan media komunikasi massa gambar gerak (moving images), antara lain, meliputi film dokumenter, film iklan, reportase, atau film cerita yang dibuat dengan skenario, dan film kartun. Arti gambar bergerak (moving pictures) tidak selalu sama dengan hasil akhir berupa film.

1 Rahmi Jened, Hukum Hak Cipta (Copyright's Law), P.T. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, hlm. 96

(9)

Karya Sinematografi dapat dibuat dalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram optik, dan/atau media lain yang memungkinkan untuk dipertunjukkan di bioskop, layar lebar, atau ditayangkan di televisi atau di media lainnya. karya serupa itu dibuat oleh perusahaan pembuat film, stasiun televisi, atau perorangan.

2

2 Ibid.

Dalam perkembangan zaman, perfilman memiliki sejarah dan pengaruh yang kuat dalam berbagai bidang, seperti perfilman Indonesia contohnya, sempat menjadi tuan di negaranya sendiri pada tahun 1980-an, ketika film Indonesia pada saat itu merajai bioskop-bioskop lokal. Begitu banyak deretan film-film yang sangat populer pada saat itu dan membuat perfilman Indonesia dengan rutin mengadakan acara Festival Film Indonesia setiap tahunnya guna memberikan apresiasi kepada para insan perfilman di Indonesia.

Namun kini kondisi perfilman baik di Indonesia maupun di mancanegara

sering mengalami permasalahan yang pada akibatnya menimbulkan masalah

dalam berbagai aspek perfilman itu sendiri. salah satu masalah yang sudah sering

sekali terjadi yaitu mengenai masalah pembajakan film. Masalah ini seakan sangat

akrab sekali di kehidupan kita. banyak macam produk-produk hasil dari

pembajakan film yang bisa kita jumpai seperti Digital Versatile Disc (selanjutnya

disingkat DVD), Compact Disc (selanjutnya disingkat CD), maupun konten yang

langsung dapat kita nikmati di laman internet atau yang pada umumnya disebut

website dengan cara streaming juga bisa melalui download.

(10)

Streaming sendiri berarti mengalir dalam bahasa inggris, streaming biasanya dilakukan untuk file yang pada dasarnya berbentuk audio atau video.

Saat user internet sedang melakukan streaming maka file tersebut akan terus mengalir atau berjalan tanpa harus menunggu proses download selesai, tetapi ketika melakukan proses streaming ini, koneksi internet yang stabil sangat dibutuhkan, karena selama proses berlangsungnya streaming koneksi internet harus tetap aktif agar file tersebut dapat terus dijalankan. sedangkan arti Download yaitu merupakan proses menerima. artinya saat kita melakukan proses download, kita menerima atau mengambil sebuah file dari suatu lokasi lalu kemudian menyimpannya ke dalam perangkat yang sedang kita gunakan, seperti Handphone, Notebook, ataupun Komputer. Kita bisa mendapatkan file tersebut melalui jaringan internet dari perangkat yang kita pakai, atau bersumber dari website dengan mengkoneksikannya dengan jaringan internet.

Film memiliki dampak positif dan negatif nya sendiri bagi masyarakat

yang menyaksikannya seperti sebagai media pengenalan budaya, sebagai hiburan

bagi masyarakat dan berguna untuk menyampaikan pesan dan bisa mempengaruhi

audiens yang menontonnya. Dampak negatifnya seperti film-film yang

mengandung konten dewasa yang berdampak negatif bagi anak dalam perilaku

dan mentalnya, lalu meningkatkan agresifitas orang yang menontonnya jika film

tersebut mengandung banyak adegan kekerasan, terutama untuk audiens yang

masih dibawah umur. Lalu terkikisnya nilai budaya lokal karena film luar yang

ditonton dapat mengubah pola fikir seseorang sehingga hal yang dianggap tidak

etis atau tidak patut malah dianggap baik dan ditiru oleh masyarakat.

(11)

Meningkatnya tingkat pembajakan konten film baik di media elektronik maupun yang berbentuk fisik, membuat perlindungan terhadap film ini terus ditingkatkan oleh para pemilik karya cipta tersebut untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pembajakan. karena film merupakan salah satu karya yang dilindungi menurut Undang-undang Hak Cipta Pasal 40 Ayat 1. Karya cipta yang dilindungi harus merupakan karya yang pertama kali dibuat oleh pencipta dan kemudian menjadi sumber bagi dihasilkannya karya cipta lain atau pengalihwujudan karya, seperti terjemahan sebuah buku, tafsir, saduran sebuah drama menjadi film, bungai rampai, database, dan karya lain.

3

Beberapa solusi yang dapat digunakan yaitu dengan membangun distributor lokal yang secara aktif bersaing dalam layanan dan juga harga terhadap para pelanggan mungkin dapat menjadi jalan keluar seperti Netflix, Apple,

Kesadaran masyarakat akan pentingnya kemajuan perfilman terutama perfilman di Indonesia masih sangat kurang, masyarakat cenderung memiliki alasan tertentu dan beraneka ragam terkait masalah mengapa lebih senang dengan konten yang sepenuhnya 'Gratis' berupa 'file' yang dapat diunduh dan dapat diputar berkali-kali dimanapun dan kapanpun, bisa juga dikatakan terlalu menahan pengeluaran untuk hal yang sekedar dianggap sebagai hiburan saja.

berbagai macam tindakan dan cara telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah pembajakan ini, dengan mempertegas dan memperketat peraturan-peraturan terkait masalah ini, tetapi usaha yang selama ini dilakukan nampaknya belum menampakkan hasil yang menjanjikan.

3 Yusran Isnaini, Buku Pintar HaKI, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hlm. 3

(12)

Microsoft adalah beberapa contoh penyedia penjualan konten legal yang aktif bersaing di pasar global. Alasan mengapa terjadinya pembajakan juga karena akibat permintaan pelanggan yang tidak terpenuhi, ini bisa menjadi suatu masukan bagi pemerintah Indonesia dalam mengatasi masalah pembajakan yang semakin maraknya.

Pemerintah Indonesia sendiri pada tahun 1982 mencabut pengaturan tentang hak cipta berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912 dan menetapkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta.

Undang-undang ini kemudian mengalami beberapa kali revisi yaitu dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 dan Undang-undang Hak Cipta baru yang berlaku saat ini, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014. Baik dari UUHC dan UU ITE juga mengatur tentang perlindungan hak cipta ini, seperti yang tertuang dalam Pasal 25 UU ITE Nomor 11 Tahun 2008, akan tetapi penerapan dan penegakan hukum-hukum yang sudah ada tersebut masih dijalankan setengah- setengah.

Untuk tercapainya penerapan hukum yang baik penulis ingin meneliti

dengan berpedoman pada hukum yang sudah dibuat dan berlaku di Indonesia

karena pada dasarnya para pelaku yang melakukan kegiatan melalui jaringan

telekomunikasi ini adalah manusia sebagai subyek hukum yang juga memiliki hak

dan kewajiban. Selain dari peraturan perundang-undangan tertulis kita juga dapat

menganalisis penerapan hukum dengan menggunakan etika dalam penggunaan

(13)

internet atau nama lainnya Netiquette

4

4 https://id.wikipedia.org/wiki/Netiquette (diakses 10 Oktober 2016)

sebagai aturan yang dapat dijadikan acuan bagi para pengguna internet.

Penulis ingin membahas bagaimana peran lembaga yang menangani permasalahan ini ataupun pihak aparat kepolisian dalam merespon dan menindak pelanggaran yang terjadi. Mengingat bahwa sekarang ini kasus pembajakan film yang diunggah ke internet merupakan kasus yang marak terjadi di era tahun 2000- an. Penelitian ini dirasa perlu dilakukan yaitu hal utamanya untuk mencari tahu bagaimana pemberlakuan sanksi dan penegakan hukum hak cipta film ini lebih khususnya di Indonesia mengapa sampai saat ini masih saja terjadi pelanggaran hak cipta film di internet dan seakan tidak ada habisnya. Apakah aktifitas seperti mengunduh dan menonton film di internet ini boleh dilakukan oleh pengguna internet ataukah bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia dan juga seperti apakah sanksi yang dikenakan terhadap pelaku pelanggaran hak cipta film di internet. Penulis juga ingin mencari tahu dan membahas bagaimana yang dikatakan sebagai pelanggaran hak cipta saat mengunggah maupun mengunduh film ke dalam internet dan bagaimana yang bukan pelanggaran.

Dengan melihat perkembangan zaman yang semakin canggih setiap

tahunnya, pembajakan pun semakin mudah untuk dilakukan bahkan untuk

masyrakat awam sekalipun. Penulis merasa penelitian ini penting dilakukan untuk

melihat seperti apa jadinya industri perfilman Indonesia di masa yang akan

datang.

(14)

B. Permasalahan

Permasalahan yaitu hal yang harus diselesaikan oleh peneliti dalam suatu penelitian. Dengan adanya permasalahan dapat memudahkan peneliti menelaah secara baik lingkup penelitian agar tidak mengarah pada hal-hal yang diluar permasalahan.

Adapun permasalahan yang dirumuskan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah pengaturan perlindungan hak cipta sinematografi tentang media internet yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang ada sudah cukup mampu memberi perlindungan?

2. Apakah sanksi terhadap pelanggaran hak cipta sinematografi di media internet sudah cukup mampu memberikan jawaban atas banyaknya peristiwa pelanggaran yang terjadi?

3. Bagaimana pertanggungjawaban hukum pelaku download/streaming film gratis di media internet secara keperdataan?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui efektivitas peraturan perundang-undangan yang ada dalam

memberikan perlindungan hak cipta film di media internet.

(15)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis penegakan hukum Indonesia terhadap pelanggaran hak cipta film yang terjadi di media internet.

3. Untuk mengetahui pertanggungjawaban hukum yang dijatuhkan kepada pihak penyedia website download/streaming film gratis di media internet dari segi keperdataan.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan skripsi yang akan penulis lakukan adalah:

1. Sebagai bahan masukan teoritis bagi pembaca untuk menambah pengetahuan dan pemahaman hukum hak cipta film khsusunya di media internet.

2. Untuk menerapkan pengetahuan penulis secara praktis agar pembaca dapat mengetahui Penerapan hukum hak cipta film di internet terhadap segala bentuk pelanggaran-pelanggaran yang terjadi ditinjau dari Undang-undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014, Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008 maupun peraturan tidak tertulis.

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari penelusuran literatur maupun

bahan pustaka lainnya, belum ada judul yang sama dengan judul skripsi yang

ditulis oleh penulis mengenai "Perlindungan Hak Cipta Karya Film Terhadap

Website Penyedia Jasa Download/Streaming Film Gratis Dalam Media

Internet".

(16)

Oleh sebab itu pada judul yang ditulis oleh penulis ini dapat dipertanggungjawabkan karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu rasional, jujur, terbuka dan objektif. Sehingga penelitian ini sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan keasliannya secara akademis.

F. Metode Penulisan 1. Sifat dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat hukum normatif yaitu penelitian dilakukan melalui kajian terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan diterapkan terhadap suatu permasalahan hukum tertentu.

Jenis Penelitian yang dipakai pada penulisan ini adalah penelitian deskriptif analisis yaitu dengan melakukan penelitian serta menganalisa dengan cara memahami pasal-perpasal secara jelas, terperinci dan sistematis sehingga diperoleh informasi atas suatu permasalahan yang belum sepenuhnya dimengerti.

2. Data Penelitian

Data yang diambil dan dikumpulkan dalam penelitian ini secara keseluruhan menggunakan proses penelitian dengan cara memanfaatkan berbagai macam pustaka yang relevan dengan fenomena sosial yang tengah dicermati. data yang digunakan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Bahan hukum primer yaitu norma-norma dalam peraturan perundang-

undangan yang mengikat, seperti Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

Tentang Hak Cipta, Undang-undang Nomor 33 Tahun 2009 Tentang

(17)

Perfilman, Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan peraturan terkait lainnya;

2. Bahan hukum sekunder yaitu buku-buku yang berkaitan dengan bahan hukum primer dan dapat membantu memahami bahan hukum primer.

3. Bahan hukum tersier yaitu bahan dari internet, kamus dan bahan-bahan hukum yang dapat membantu menganalisa tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu :

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier dari data yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan maupun peraturan hukum lain, juga melalui buku, makalah ilmiah, dan jurnal lalu mengumpulkan data dari peristiwa hukum yang terjadi terkait masalah penelitian melalui surat kabar elektronik, artikel internet dan sumber lainnya yang berhubungan dengan judul skripsi ini.

4. Teknik Analisis Data

Cara atau metode dalam menganalisis data yaitu menggunakan analisis kualitatif, yaitu dengan :

a. Mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang relevan

dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.

(18)

b. Melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut diatas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas.

c. Mengolah data guna mendapatkan kesimpulan dari permasalahan.

d. Memaparkan kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

G. Sistematika Penulisan

Pada penulisan skripsi ini dilakukan pembagian agar memudahkan pemahaman terhadap materi, pembagian ini dilakukan secara sistematis sesuai dengan tahapan urutan skripsi, sehingga berhubungan erat satu sama lain dan menjadi kesatuan yang menyeluruh.

Adapun isi dari tiap-tiap bab tersebut adalah sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan gambaran umum mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, cara-cara penelitian untuk memperoleh data sampai mengenai sistematika skripsi.

BAB II : Tinjauan Umum Hak Kekayaan Intelektual

Menguraikan tentang pengertian HaKI, latar belakang hukum HaKI di Indonesia, cabang-cabang HaKI sampai perwujudan benda dalam HaKI.

BAB III : Tinjauan Umum Mengenai Hak Cipta dan Internet

(19)

Bab ini menguraikan tentang mulai dari pengertian dasar dari hak cipta, pencipta dan pemegang hak cipta, pendaftaran hak cipta, ciptaan yang dilindungi dan fungsi serta sifat hak cipta, juga yang dimaksud dengan Hak cipta sinematografi/film, lalu dari konvensi- konvensi internasional seperti perjanjian TRIPs dan konvensi bern.

BAB IV : Perlindungan Hak Cipta Karya Film Terhadap Website Penyedia Jasa Download/Streaming Film Gratis Dalam Media Internet

Dalam bab ini membicarakan bagaimana efektivitas pengaturan perlindungan hak cipta film di media internet, bagaimana penegakan hukumnya dengan sanksi yang ada dan bagaimana pertanggungjawaban hukum pihak-pihak yang melakukan pelanggaran hak cipta terkait aktifitas download/streaming film gratis di internet ini secara keperdataan.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini memuat kesimpulan penulis tentang segala sesuatu

yang telah dijabarkan dan diuraikan pada bab-bab sebelumnya juga

saran yang mungkin dapat berguna untuk membangun ilmu

pengetahuan khususnya dibidang hak cipta ini.

(20)

BAB II

TINJAUAN UMUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

A. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual

Di dalam kehidupan manusia kekayaan dapat dibagi menjadi dua yakni, kekayaan real (real property) dan kekayaan intelektual (intelektual property) kekayaan ini dikenal dengan istilah hak kekayaan intelektual. Hak Kekayaan Intelektual yang disingkat HKI merupakan terjemahan dari Intellectual Property Right. Istilah HaKI sendiri merupakan terjemahan yang berasal dari bahasa inggris yaitu dari Intellectual Property Right (IPR), yang diatur dalam undang-undang no.

7 tahun 1994 tentang pengesahan WTO (Agreement Establishing The World Trade Organization). Pemahaman yang muncul mengenai hak atas kekayaan intelektual timbul dari kemampuan intelektual manusia, yang mempunyai hubungan dengan hak seseorang secara pribadi yaitu hak asasi manusia (Human Right) menjadi pengertian mendasar dari Intellectual Property Right itu sendiri.

5

Hak kekayaan intelektual akronimnya adalah HaKI dan singkatannya HKI merupakan suatu kekayaan berasal dari olah pikir intelektual manusia dari olah pikir intelektual manusia bersifat tidak berwujud dan dilindungi hukum sebagai suatu hak.

6

HKI sendiri dalam pemaknaannya dapat dilihat dari sisi ekonomi dan hukum. Dari segi ekonomi HKI diartikan aset, aset ini berupa aset tidak berwujud

5 Aunur Rohim Faqih, Budi Agus Riswandi, Shabhi Mahmashani, HKI, Hukum Islam & Fatwa MUI, (Yogyakarta : Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010, hlm. 5

6 Eddy Damian, Glosarium Hak Cipta dan Hak Terkait, P.T. Alumni, Bandung, 2012, hlm. 41

(21)

atau (intangable assets). Dengan memahami HKI sebagai aset tidak berwujud, maka HKI diperlakukan sama dengan aset lainnya, seperti aset berwujud (tangiable asset). Dari sisi hukum HKI, memiliki berbagai pengertian. WIPO Intellectual Property Handbook: Policy, Law and Use menegaskan bahwa intellectual property, very boardly, means the legal rights which result from intellectual activity in the industrial, scientific, literary and artistic fields.

Selanjutnya, pengertian HKI dari sisi hukum dinyatakan juga oleh David Bainbridge yang menyatakan : Intellectual Property Law is that are of law which concers legal rights associated with creative effort or commercial reputation and goodwill.

7

Jika dedefinisikan lebih detail sangatlah sulit, meskipun demikian uraian mengenai HaKI dapat digambarkan secara umum. sebagai contoh, hukum HaKI dapat melindungi karya sastra dan karya artistik serta invensi dari penggunaan atau peniruan yang dilakukan oleh pihak lain tanpa izin. Jika topiknya berkaitan dengan buku, hukum HaKI akan melindungi seorang pengarang buku dari perbuatan penjiplakan yang dilakukan orang lain tanpa izin. Jika buku tersebut dijiplak, selanjutnya pengarang buku yang bersangkutan dapat menuntut pihak yang menjiplak buku tersebut ke pengadilan dan memperoleh kompensasi atas kerugian yang dideritanya atau keuntungan yang telah dihasilkan oleh si pelanggar. Pengarang tersebut juga mungkin dapat meminta penetapan sementara

7 Aunur Rohim Faqih dkk, Op.cit., hlm. 6

(22)

pengadilan untuk mencegah penjualan lebih lanjut atas barang-barang yang berasal dari perbuatan yang dilakukan tanpa izin tersebut.

8

Pengertian HaKI menurut sarjana Adrian Sutedi adalah hak atau wewenang atau kekuasaan untuk berbuat sesuatu atas kekayaan intelektual tersebut dan hak tersebut diatur oleh norma-norma atau hukum-hukum yang berlaku. Kekayaan intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, sastra, seni, karya tulis, karikatur, pengarang lagu atau film dan seterusnya

9

Hak itu sendiri dapat dibagi menjadi dua .

10

1. Hak dasar (Asasi) yang merupakan hak mutlak yang tidak dapat digangu- gugat. Contohnya : hak untuk hidup, hak untuk mendapatkan keadilan dan sebagainya.

:

2. Hak amanat aturan atau perundangan yaitu hak karena diberikan atau diatur oleh masyarakat melalui peraturan atau perundangan. HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) merupakan amanat aturan, sehingga masyarakatlah yang menjadi penentu seberapa besar HAKI yang diberikan kepada individu dan kelompok.

Secara garis besar HKI dibagi menjadi dua bagian, yaitu hak cipta (copyright) dan hak kekayaan industri (industrial property rights) yang mencakup paten (patent), desain industri (industrial design), merek (trademark), penanggulangan praktik persaingan curang (repression of unfair competition), desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of intgrated circuit), dan rahasia

8 Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, P.T. Alumni, Bandung, 2006, hlm. 2

9 Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm. 4-5

10 Ibid.

(23)

dagang (trade secret). Sistem HKI merupakan hak privat (private rights). Di sinilah ciri khas HKI. Seseorang bebas mengajukan permohonan atau mendaftarkan karya intelektualnya atau tidak. Hak ekslusif yang diberikan negara kepada individu pelaku HKI (Inventor, Pencipta, atau pendesain) dimaksudkan sebagai penghargaan atas hasil karyanya dan agar orang lain tertarik untuk dapat lebih lanjut mengembangkannya lagi, sehingga dengan sistem HKI tersebut kepentingan masyarakat ditentukan melalui mekanisme pasar.

Disamping itu, sistem HKI juga menunjang diadakannya sistem dokumentasi yang baik atas segala bentuk kreativitas manusia sehingga kemungkinan munculnya teknologi atau hasil karya lain yang sama dapat dihindarkan. Dengan dukungan dokumentasi yang baik diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan secara maksimal untuk keperluan hidupnya atau mengembangkannya lebih lanjut agar memberikan nilai tambah yang lebih lagi.

11

B. Latar Belakang Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia

Peraturan perundang-undangan di bidang hak kekayaan intelektual (HKI) di Indonesia mulai ada pada dekade 1840-an, yakni ketika pemerintah kolonial belanda memperkenalkan undang-undang pertama mengenai perlindungan HKI pada tahun 1844. Selanjutnya, pemerintah belanda mengundangkan UU Merek pada tahun 1885, UU Paten pada tahun 1910, dan UU Hak Cipta pada tahun 1912.

Indonesia yang pada waktu itu masih bernama Netherlands East-Indie telah menjadi anggota Paris Convention for the Protection of Industrial Property sejak

11 Muhammad Firmansyah, Tata Cara Mengurus HaKI, Visimedia, Jakarta Selatan, 2008, hlm. 7-8

(24)

tahun 1888, anggota Madrid Convention dari tahun 1893-1936 dan anggota Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works sejak tahun 1913.

Pada zaman pendudukan Jepang (1942-1945), semua peraturan perundangan di bidang HKI tersebut tetap berlaku. Setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peralihan UUD 1945, peraturan perundang-undangan peninggalan kolonial belanda tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan UUD 1945. Dalam hal ini UU Hak Cipta dan UU Merek peninggalan belanda tetap berlaku. Namun, tidak demikian halnya dengan UU Paten karena dianggap bertentangan dengan pemerintah Indonesia. Dalam UU Paten Peninggalan Belanda disebutkan bahwa permohonan paten dapat diajukan ke kantor paten yang berada di Batavia (sekarang Jakarta) dan pemeriksaan atas permohonan paten dilakukan di Octrooiraad, Belanda.

12

Sebagai tembahan pada tahun 2001 World Intellectual Property Organization (WIPO) telah menetapkan tanggal 26 april sebagai Hari Hak Kekayaan Intelektual Sedunia. Setia tahun, negara-negara anggota WIPO termasuk Indonesia menyelenggarakan beragam kegiatan dalam rangka memeriahkan hari HKI sedunia sejak ditandatanganinya persetujuan umum tentang tarif dan perdagangan (GATT) pada tanggal 15 april 1994 di Marrakesh- Maroko, Indonesia sebagai salah satu negara yang telah sepakat untuk melaksanakan persetujuan tersebut dengan seluruh lampirannya melalui undang-

12 Ibid. hlm 1-2

(25)

undang no.7 tahun 1994 tentang Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

13

Sebelum Indonesia masuk sebagai negara anggota WTO, Indonesia telah memiliki beberapa ketentuan HKI yang merupakan warisan dari pemerintah Hindia Belanda. Ketentuan HKI yang dimaksudkan di antaranya, Auterwet 1912, Octorai Wet. Dalam sejarah perkembangannya, Indonesia dalam menerapkan ketentuan HKI cenderung mengalami fluktuasi. Hal ini tidak terlepas dari kondisi sosial politik bangsa Indonesia. Namun setelah Indonesia menyatakan ikut serta sebagai anggota dari organisasi perdagangan dunia nampak hal pengaturan HKI kecenderungannya dari masa ke masa mengalami penguatan. Hal ini dibuktikan dikala ketentuan-ketentuan HKI di Indonesia mengalami perubahan-perubahan.

Perubahan-perubahan yang terakhir nampak sangat dipengaruhi oleh hasil-hasil kesepakatan internasional yang terdapat di dalam organisasi perdagangan dunia.

14

Pada Tahun 1953, Menteri Kehakiman RI mengeluarkan pengumuman yang merupakan perangkat peraturan nasional pertama yang mengatur tentang paten, yaitu pengumuman Menteri Kehakiman No. J.S.5/41/4, yang mengatur tentang pengajuan sementara permintaan paten dalam negeri dan pengumuman Menteri Kehakiman No. J.G.1/2/17, yang mengatur tentang pengajuan sementara Mulai dari awal masa sebelum kemerdekaan hingga setelah proklamasi kemerdakaan pemerintah mulai mengesahkan banyak undang-undang baru sebagai pengganti undang-undang yang lama ataupun sebagai pengganti undang- undang peninggalan Belanda.

13 https://rifkymiafauziah.wordpress.com/2012/11/12/sejarah-singkat-latar-belakang-dan- perkembangan-haki-di-indonesia/ (diakses 10 Oktober 2016)

14 Aunur Rohim Faqih dkk, Op.cit., hlm. 10

(26)

permintaan paten luar negeri. Pada Tahun 11 Oktober 1961, pemerintah RI mengundangkan UU No. 21 tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan (UU Merek 1961) untuk mengganti UU Merek warisan kolonial Belanda. UU Merek 1961 yang merupakan undang-undang Indonesia pertama di bidang HKI mulai berlaku pada tanggal 11 november 1961. Penetapan UU Merek 1961 dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari barang-barang tiruan/bajakan.

Pada tanggal 10 Mei 1979, Indonesia meratifikasi Konvensi Paris (Paris Convention for the protection of industrial property/stockholm Revision 1967) berdasarkan keputusan presiden no.21 tahun 1979. Partisipasi Indonesia dalam Konvensi Paris saat itu belum penuh karena Indonesia membuat pengecualian (reservasi) terhadap sejumlah ketentuan, yaitu Pasal 1-12 dan Pasal 28 ayat 1.

Pada tanggal 12 April 1982 pemerintah mengesahkan UU No. 6 tahun 1982 tentang hak cipta (UU Hak cipta 1982) untuk menggantikan UU Hak Cipta peninggalan Belanda. Pengesahan UU Hak Cipta 1982 dimaksudkan untuk mendorong dan melindungi penciptaan, menyebarluaskan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu, seni, dan sastra; serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa.

Tahun 1986 dapat dikatakan sebagai awal era modern sistem HKI di

Indonesia. Pada tanggal 23 Juli 1986, Presiden RI membentuk sebuah tim khusus

di bidang HKI melalui keputusan No. 34/1986 (tim ini lebih dikenal dengan

sebutan Tim Keppres 34). Tugas utama Tim Keppres 34 adalah mencakup

penyusunan kebijakan nasional di bidang HKI; perancangan peraturan perundang-

(27)

undangan di bidang HKI; serta sosialisasi sistem HKI di kalangan instansi pemerintah terkait, aparat penegak hukum, dan masyarakat luas. Tim ini selanjutnya membuat sejumlah terobosan seperti mengambil inisiatif baru dalam menangani perdebatan nasional tentang perlunya sistem paten di tanah air. Setelah Tim Keppres 34 merevisi kembali RUU Paten yang diselesaikan pada tahun 1982, akhirnya pada tahun 1989 pemerintah mengesahkan UU Paten.

Pada tanggal 19 September 1987 pemerintah mengesahkan UU No.7 Tahun 1987 sebagai perubahan atas UU No. 12 tahun 1982 tentang Hak Cipta.

Dalam penjelasan UU No. 7 tahun 1987 secara jelas dinyatakan bahwa perubahan atas UU No. 12 tahun 1982 dilakukan karena semakin meningkatnya pelanggaran hak cipta yang dapat membahayakan kehidupan sosial dan menghancurkan kreativitas masyarakat.

Menyusul Pengesahan UU No. 7 tahun 1987, pemerintah menandatangani sejumlah kesepakatan bilateral di bidang hak cipta sebagai pelaksanaan dari UU tersebut. Pada tahun 1988 berdasarkan Keputusan Presiden No. 32 ditetapkan pembentukan Direktorat Jendral Hak Cipta, Paten, dan Merek (DJHCPM) untuk mengambil alih fungsi dan tugas Direktorat Paten dan Hak Cipta.

Selanjutnya, pada tanggal 13 oktober 1989, Dewan Perwakilan Rakyat

menyetujui RUU tentang Paten, yang selanjutnya disahkan menjadi UU no. 6

tahun 1989 (UU Paten 1989) oleh presiden RI pada tanggal 1 november 1989. UU

Paten 1989 ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Agustus 1991. Pengesahan UU Paten

1989 mengakhiri perdebatan panjang tentang seberapa penting sistem paten dan

manfaatnya bagi bangsa Indonesia. Sebagaimana dinyatakan dalam pertimbangan

(28)

UU Paten 1989, perangkat hukum di bidang paten diperlukan untuk memberikan perlindungan hukum dan mewujudkan suatu iklim yang lebih baik bagi kegiatan penemuan teknologi.

Hal ini disebabkan dalam pembangunan nasional secara umum dan khususnya di sektor industri, teknologi memiliki peranan yang sangat penting.

Pengesahan UU Paten 1989 juga dimaksudkan untuk menarik investasi asing dan mempermudah masuknya teknologi kedalam negeri. Meskipun demikian, ditegaskan pula bahwa upaya mengembangkan sistem HKI, termasuk paten, di Indonesia tidak semata-mata karena tekanan dunia internasional, tetapi juga karena kebutuhan nasional untuk menciptakan suatu sistem perlindungan HKI yang efektif.

Pemerintah mengesahkan UU no. 19 tahun 1992 pada tanggal 28 agustus 1992 tentang merek (UU Merek 1992), yang mulai berlaku tanggal 1 April 1993.

UU Merek 1992 ini menggantikan UU Merek 1961. Pada tanggal 15 April 1994 peerintah pun turut menandatangani Final Act Embodying the Result of the Uruguay Round of Multilateral Trade Negotiations, yang mencakup Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs).

Tiga tahun kemudian, pada tahun 1997 pemerintah RI merevisi perangkat peraturan perundang-undangan di bidang HKI, yaitu UU Hak Cipta 1987 jo. UU no.6 tahun 1982, UU Paten 1989, dan UU Merek 1992.

15

Pada akhir pada tahun 2000, disahkan tiga UU baru dibidang HKI, yaitu UU No.30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang , UU No. 31 tahun 2000 tentang

15 Muhammad Firmansyah, Op.cit., hlm. 2-5

(29)

Desain Industri, dan UU No. 32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

Dalam upaya menyelaraskan semua peraturan perundang-undangan dibidang HKI dengan persetujuan TRIPs, pada tahun 2001 pemerintah mengesahkan UU No. 14 tahun 2001 tentang Paten dan UU. No. 15 tahun 2001 tentang Merek. Kedua UU ini menggantikan UU yang lama di bidang terkait.

Selanjutnya pada pertengahan tahun 2002, disahkan UU No.19 tahun 2002 tentang Hak Cipta menggantikan UU lama dan berlaku efektif satu tahun sejak diundangkannya.

16

C. Cabang-cabang Utama dalam Hak Kekayaan Intelektual

Saat ini, HKI telah menjadi isu yang sangat penting dan mendpat perhatian, baik di forum nasional maupun internasional. Dimasukkannya TRIPs dalam paket persetujuan WTO pada tahun 1994 menandakan dimulainya era baru perkembangan HKI di seluruh dunia. Dengan demikian, permasalahan HKI tidak bisa dilepaskan dari dunia perdagangan dan investasi. Pentingnya HKI dalam pembangunan ekonomi dan perdagangan telah memacu dimulainya era baru pembangunan ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan.

Perjanjian internasional tentang Aspek-aspek perdagangan dari HaKI (The TRIPs Agreement), tidak memberikan definisi mengenai HaKI, tetapi pasal 1 ayat 2 menyatakan HaKI terdiri dari:

1. Hak Cipta dan Hak Terkait;

16 Ibid.

(30)

2. Merek dagang;

3. Indikasi geografis;

4. Desain Industri;

5. Paten

6. Tata letak (topografi) sirkuit terpadu;

7. Perlindungan informasi rahasia;

8. Kontrol terhadap praktek persaingan usaha tidak sehat dalam perjanjian lisensi.

Jadi, HaKI pada umumnya berhubungan dengan perlindungan penerapan ide dan informasi yang memiliki nilai komersial. HaKI adalah kekayaan pribadi yang dapat dimiliki dan diperlakukan sama dengan bentuk-bentuk kekayaan lainnya.

17

Negara Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman etnis, budaya, serta kekayaan di bidang seni dan sastra dengan pengembangan- pengembangannya yang memerlukan perlindungan hak cipta terhadap kekayaan intelektual yang lahir dari keanekaragaman tersebut. karenanya, sangat tepat jika Indonesia menjadi anggota berbagai konvensi/perjanjian internasional di bidang 1. Pengantar Cabang-cabang Utama HaKI

Hak Cipta

Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku.

17 Tim Lindsey, Op.cit., hlm. 3

(31)

hak kekayaan intelektual pada umumnya dan hak cipta pada khusunya yang memerlukan pengejawantahan lebih lanjut dalam sistem hukum nasionalnya.

Perkembangan di bidang perdagangan, industri dan investasi sangat pesat sehingga memerlukan peningkatan perlindungan bagi pencipta dan pemilik hak terkait dengan tetap memerhatikan kepentingan masyarakat luas. Mencermati pengalaman pelaksanaan undang-undang hak cipta yang ada, dipandang perlu menetapkan undang-undang hak cipta yang baru mengganti undang-undang no.6 tahun 1982 tentang Hak Cipta yang terakhir diubah menjadi undang-undang no 28 tahun 2014.

18

Dari Pengertian seperti diatas terlihat pada mulanya merek hanya diakui untuk barang, pengakuan untuk merek jasa barulah diakui Konvensi Paris pada perubahan di Lisabon 1958. Di Inggris pun merek jasa baru bisa didaftarkan dan mempunyai konsekuensi yang sama dengan merek barang, setelah adanya ketentuan yang baru diberlakukan pada Oktober 1986, yaitu Undang-undang hasil revisi pada tahun 1984 atas Undang-undang Trade Marks 1938. Mengenai merek Merek

Merek adalah alat untuk membedakan barang dan jasa yang diproduksi oleh sesuatu perusahaan. Menurut Molengraaf:

"Merek yaitu dengan mana dipribadikanlah sebuah barang tertentu, untuk menunjukkan asal barang, dan jaminan kualitasnya sehingga bisa dibandingkan dengan barang-barang sejenis yang dibuat, dan diperdagangkan oleh orang, atau perusahaan lain".

18 Muhammad Firmansyah, Op.cit., hlm. 9-10

(32)

jasa tersebut di Indonesia barulah dicantumkan pada Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek.

19

Dari pengertian diatas dapat kita lihat unsur penting dari Paten, yaitu bahwa hak Paten adalah hak yang diberikan oleh pemerintah dan bersifat eksklusif. Perbuatan-perbuatan yang merupakan hak eksklusif dari si pemegang hak paten adalah produksi dari Barang yang Dipatenkan (manufacturing), Indikasi Geografis

Berdasarkan ketentuan yang terdapat pada ketentuan umum Pasal 1 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2007 Tentang Indikasi-Geografis yaitu:

"Indikasi-Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan".

Paten

World Intellectual Property Organization (WIPO) memberi definisi paten sebagai berikut:

"A Patent is a legally enforceable right granted by virtue of a law to a person to exclude, for a limited time, others from certain acts in relation to describe new invention; the privilage is granted by a government authority as a matter of right to the person who is entitled to apply for it and who fulfils the prescribed condition".

19 Muhammad Djumhana, R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm. 164-165

(33)

Penggunaan (using), dan Penjualan (selling), dari barang tersebut, dan lain-lain perbuatan yang berkaitan dengan penjuaalan barang itu, seperti mengimpor dan menyimpan (stocking).

20

Sebuah Masalah yang telah mengacaukan banyak pembentuk undang- undang di seluruh dunia adalah berkaitan dengan tumpang tindihnya antara Hak Cipta dengan Desain Industri, karena kedua rezim tersebut melindungi karya- karya artistik.

Desain Industri

Desain Industri berhubungan dengan perwujudan secara visual dari produk-produk komersial dalam pola tiga atau dua dimensi. Desain Industri biasanya tidak melindungi fungsi dari suatu produk melainkan semata-mata melindungi penampakan luarnya.

Desain orisinal dari produk-produk komersial dilindungi setelah desain tersebut didaftarkan. Jangka waktu monopoli dari sebuah desain adalah sedikit di bawah jangka waktu untuk paten. Banyak negara-negara berkembang baru mampu mengembangkan industri-industrinya dalam waktu 50 tahun yang lalu, sehingga bagi negara-negara tersebut peraturan mengenai desain menjadi relevan, baru pada saat ini.

21

Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi atau bisnis, yang mempunyai nilai ekonomis karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang.

Rahasia Dagang

20 Ibid. hlm. 116

21 Tim Lindsey, Op.cit., hlm. 8

(34)

Hak Rahasia dagang adalah hak atas rahasia dagang yang timbul berdasarkan Undang-undang Rahasia Dagang. Lingkup Perlindungan rahasia dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum. Rahasia dagang mendapatkan perlindungan jika informasi tersebut bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga kerahasiaannya melalui upaya sebagaimana mestinya. Informasi dianggap memiliki nilai ekonomi jika sifat kerahasiaan informasi tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha atau usaha yang bersifat komersial atau dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomi.

22

Desain tata letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu sirkuit terpadu dan peletakan tiga dimensi trsebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan sirkuit terpadu.

Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Sirkuit terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik.

23

22 Muhammad Firmansyah, Op.cit., hlm. 65-66

23 Ibid. hlm. 69

(35)

D. Perwujudan Benda Hak Kekayaan Intelektual

Ditinjau dari cara perwujudannya, HaKI sebenarnya berbeda dari objek yang berwujud lainnya. Sebagai contoh, Hak Cipta di dalam sebuah lukisan adalah kekayaan yang terpisah dari kepemilikan kanvas lukisannya. Jika anda membeli sebuah buku, anda memiliki buku tersebut secara fisik, tetapi bukan Hak Cipta yang ada di dalam buku yang anda beli tersebut.

Hal ini dapat digambarkan dalam kasus yang melibatkan Charles Dickens, seorang pengarang terkenal. Sebelum dia meninggal, dia telah menulis sebuah buku untuk anak-anaknya dan memilih untuk tidak menerbitkannya. Di dalam surat wasiatnya, dia memberikan semua dokumen pribadinya kepada iparnya, dan sisa dari tanah-tanahnya diberikan kepada anak-anaknya. Buku yang ditulisnya tersebut ada diantara dokumen yang diberikan kepada iparnya. Iparnya berniat untuk menerbitkan buku dan mengambil royalti dari buku tersebut untuk dirinya sendiri. Anak-anak Charles Dickens menuntunya ke pengadilan, memohon royalti dari penjualan buku tersebut diberikan kepada mereka.

Pengadilan memutuskan bahwa ipar Charles Dickens memiliki dokumen yang diterimanya, tetapi bukan Hak Cipta dari dokumen-dokumen tersebut. Hak Ciptanyanya jatuh ketangan anak-anak Charles Dickens. Di dalam wasiatnya Charles Dickens tidak menjelaskan secara langsung bahwa Hak Cipta, yang terpisah dari dokumen-dokumen yang telah dikumpulkannnya, jatuh ke tangan iparnya. ini berarti bahwa keuntungan dari penjualan buku tersebut diterima oleh anak-anaknya, bukan iparnya.

24

24 Tim Lindsey, Op.cit., hlm 4-5

(36)

Kekayaan intelektual yang dilindungi oleh HAKI meliputi dua hal, yaitu perlindungan hak terhadap benda tidak berwujud seperti hak cipta suatu karya, hak paten, dan hak merk dagang tertentu serta perlindungan hak terhadap benda berwujud seperti informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan karya seni atau karya sastra.

25

HKI merupakan hak kebendaan (zakelijk recht) sebagai suatu:

26

Ada beberapa ciri pokok yang membedakan hak kebendaan yang bersifat absolut dengan hak perorangan yang bersifat relatif, yaitu

"Hak yang bersifat mutlak atas suatu benda di mana hak tersebut memberikan kekuasaan penuh dan langsung atas suatu benda dan dapat dipertahankan terhadap siapa pun."

27

Benda immateril yang berupa hak itu dapatlah kita contohkan seperti hak tagih, hak atas bunga uang, hak sewa, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak

:

1. Merupakan hak yang mutlak yang dapat dipertahankan terhadap siapapun.

2. Mempunyai zaaksgevolg atau droit de suite (hak yang mengikuti bendanya) kemanapun bendanya tersebut berada.

3. Memberikan kedudukan dan tingkat yang lebih tinggi bagi hak kebendaan yang lebih dahulu terjadi daripada yang terjadi kemudian.

4. Mempunyai sifat droit de preference, yakni hak untuk didahulukan.

5. Mempunyai hak gugat kebendaan.

6. Hak untuk memindahkan hak kebendaan yang penuh.

25 https://ikharetno.wordpress.com/2012/04/08/hak-kekayaan-intelektual-haki/ (diakses 12 Oktober 2016)

26 Sri Soedwi Majchoen Sofwan, Hukum Perdata, Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta, 1981, hlm.

24

27 Ibid., hlm. 25-27

(37)

atas benda berupa jaminan, hak kekayaan intelektual (Intelectual Property Right) dan lain sebagainya. Yang disebut terakhir ini adalah benda berwujud (benda materil).

Suatu contoh dapat dikemukakan misalnya hak cipta dalam bidang ilmu pengetahuan (berupa hak kekayaan intelektual) dan hasil material yang menjadi bentuk jelmaannya adalah buku, begitu pula temuan dalam bidang hak paten (hak kekayaan intelektual), dan hasil benda materil yang menjadi bentuk jelmaannya adalah minyak pelumas, misalnya. Jadi yang dilindungi dalam kerangka hak kekayaan intelektual adalah haknya, bukan jelmaan dari hak tersebut. Jelmaan dari hak tersebut dilindungi oleh hukum benda dalam kategori benda materil (benda berwujud).

28

28 Ibid. hlm. 8-9

(38)

BAB III

TINJAUAN UMUM MENGENAI HAK CIPTA DAN INTERNET

A. Hak Cipta

1. Pengertian Hak Cipta

Hak cipta menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2014 adalah Hak Ekslusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Hak Cipta di kalangan negara-negara yang mempergunakan sistem civil law, diartikan sebagai hak yang diberikan kepada pencipta dan hak ini harus dilindungi terhadap perbuatan-perbuatan yang melanggarnya. Berdasarkan hak ini, pencipta dapat mengeksploitasi ciptaannya atau memberi izin orang lain untuk mengeksploitasi. Dalam Hak Cipta terkandung dua jenis hak yaitu : Hak Ekonomi dan Hak Moral; disamping kedua hak ini terdapat juga hak lain seperti Hak Adaptasi, Hak Menterjemahkan, Hak Menyadur dan Hak Terkait bagi produser Fonogram, Performer Pertunjukan dan Lembaga Penyiaran.

29

Sebagai hak eksklusif (exclusive rights), yang mengandung dua esensi Hak,

30

29 Eddy Damian, Op.cit., hlm. 37

30 Hak adalah kewenangan atau kekuasaan untuk berbuat sesuatu yang telah ditentukan oleh Undang-undang atau aturan atau kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2007, hlm. 381-382

yaitu hak moral (moral rights) ialah hak-hak yang melindungi kepentingan

pribadi si Pencipta. Konsep hak moral ini berasal dari sistem hukum kontinental,

yaitu dari Prancis. Menurut konsep hukum kontinental hak pengarang (droit

(39)

d'auteur, author rights) terbagi menjadi hak ekonomi untuk mendapatkan keuntungan yang bernilai ekonomi seperti uang, dan hak moral yang menyangkut perlindungan atas reputasi si pencipta

31

dan hak ekonomi (economics rights) sebagai hak yang dipunyai oleh si Pencipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan pada umumnya di setiap negara meliputi berbagai jenis hak yaitu:

32

Hak Distribusi adalah hak yang dimiliki pencipta untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaannya. Penyebaran tersebut dapat berupa bentuk penjualan, penyewaan, atau bentuk lain yang maksudnya agar ciptaan tersebut dikenal oleh masyarakat. Dari hak distribusi itu dapat dimungkinkan timbul hak a. Hak Reproduksi atau Penggandaan

Hak Pencipta untuk menggandakan ciptaanya, ini merupakan penjabaran dari hak ekonomi si pencipta. Bentuk penggandaan atau perbanyakan ini dapat dilakukan secara tradisional maupun melalui peralatan modern. Hak Reproduksi ini juga mencakup perubahan bentuk ciptaan satu ke ciptaan lainnya, misalnya rekaman musik, pertunjukkan drama, juga pembuatan duplikasi dalam rekaman suara dan film.

b. Hak Adaptasi

Hak untuk mengadakan adaptasi, dapat berupa penerjemahan dari bahasa satu ke bahasa lain, aransemen musik, dramatisasi dari nondramatik, mengubah menjadi cerita fiksi dari karangan nonfiksi, atau sebaliknya. Hak ini diatur baik dalam Konvensi Berne maupun Konvensi Universal (Universal Copyright Convention).

c. Hak Distribusi

31 Budi Agus Riswandi, M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 3-4

32 Ibid. hlm. 5-7

(40)

baru berupa foreign right, yaitu suatu hak yang dilindungi diluar negaranya.

Misalnya satu karya cipta berupa buku, karena merupakan buku yang menarik, maka sangat digemari di negara lain, dengan demikian buku itu didistribusikan ke negara tersebut, sehingga mendapatkan perlindungan sebagai foreign right.

d. Hak Penampilan atau Performance Right

Hak untuk penyajian kuliah, pidato, khotbah, baik melalui visual atau presentasi suara, juga menyangkut penyiaran film, dan rekaman suara pada media televisi, radio, dan tempat lain yang menyajikan tampilan tersebut. Setiap orang atau badan yang menampilkan, atau mempertunjukkan sesuatu karya cipta, harus meminta izin pertunjukkan tersebut, untuk memudahkan hal tersebut maka diadakan suatu lembaga yang mengurus hak pertunjukkan itu yang dikenal sebagai Performing Right Society.

e. Hak Penyiaran atau Broadcasting Right

Hak untuk menyiarkan bentuknya berupa mentransmisikan suatu ciptaan oleh peralatan kabel. Hak Penyiaran ini meliputi penyiaran ulang dan mentransmisikan ulang. Ketentuan hak ini telah diatur dalam Konvensi Berne, maupun Konvensi Universal, juga Konvensi tersendiri misalnya Konvensi Roma 1961; dan Konvensi Brussel 1974 yang dikenal dengan Relating on the Distribution of Programme Carrying SIgnals transmitted by Satelite. Hanya saja di beberapa negara, Hak penyiaran ini masih merupakan cakupan dari hak pertunjukkan.

f. Hak Program Kabel

Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran hanya saja mentransmisikan melalui

kabel. Badan penyiaran televisi mempunyai suatu studio tertentu, dari sana

(41)

disiarkan program-program melalui kabel kepada pesawat para pelanggan. Jadi siaran sudah pasti bersifat komersial.

g. Droit de Suite

Droit de Suite adalah hak pencipta. Hak ini mulai diatur dalam Pasal 14 bis Konvensi Berne revisi Brussel 1948, yang kemudian ditambah lagi dengan Pasal 14 ter hasil revisi Stockholm 1967. Ketentuan droit de suite ini menurut petunjuk dari WIPO yang tercantum dalam buku Guide to the Berne convention, merupakan hak tambahan. Hak ini bersifat kebendaan.

h. Hak Pinjam Masyarakat atau Public Lending Right

Hak ini dimiliki oleh Pencipta yang karyanya tersimpan di perpustakaan, yaitu dia berhak atas suatu pembayaran dari pihak tertentu karena karya yang diciptakannya sering dipinjam oleh masyarakat dari perpustakaan milik pemerintah tersebut.

Menurut Patricia Loughlan, Pengertian Hak Cipta adalah bentuk kepemilikan yang memberikan pemegangnya hak eksklusif untuk mengawasi penggunaan dan memanfaatkan suatu kreasi intelektual, sebagaimana kreasi yang ditetapkan dalam kategori hak cipta, yaitu kesusastraan, drama, musik dan pekerjaan seni, serta rekaman suara, film, radio dan siaran televisi, serta karya tulis yang diperbanyak melalui penerbitan.

33

2. Pencipta dan Pemegang Hak Cipta

Menurut tradisi Civil Law System, berdasarkan author right system pada prinsipnya Pencipta (author) pertama dan utama (prima facie) haruslah orang alamiah (natural person) sesuai dengan dasar filosofis Hegel bahwa Hak Cipta

33 http://www.pengertianpakar.com/2015/04/pengertian-hak-cipta-menurut-pakar.html (diakses 14 Oktober 2016)

(42)

adalah kepribadian untuk mana seseorang manusia eksis. Bahkan, dalam EC Treaty sebagai aturan normatif harmonisasi Uni Eropa menentukan

34

Sebagai contoh, dalam perlindungan Hak Cipta atas film, maka pencipta film adalah sutradara (principal director), penulis naskah (script writer), dan pengambil gambar (cameraman). Pihak lain dapat bertindak sebagai pemegang hak cipta (copyright holder) jika ada anggapan hukum transfer hak eksploitasi (presumption of transfer of exploitation right) yang dilakukan dengan kontrak yang bersifat khusus yang diinterpretasikan untuk membantu Pencipta guna memperoleh remunerasi

:

" The Person who creates the work should be demmed the author" (section 7).

35

(remuneration). Sedangkan menurut Common Law System, melalui copyright system-nya secara normatif memungkinkan Pencipta orang alamiah (natural person) atau badan hukum (legal person). Sebagai contoh, Pencipta film adalah produser (producer) yang menginvestasikan dana untuk pembuatan film dan perusahaan filmnya, misalnya, Columbia Picture atau Paramount Picture.

36

Pencipta menurut Eddy Damian dalam arti yang sempit berarti seseorang yang berkontribusi kreatif menghasilkan suatu ciptaan. Dalam arti luas berarti seseorang (dapat merupakan individu atau badan hukum seperti korporasi) yang berdasarkan hukum nasionalnya ditetapkan sebagai Pencipta dari suatu ciptaan

34 Rahmi Jened, Op.cit., hlm. 115

35 Remunerasi adalah istilah yang sering digunakan di bidang ilmu hukum hak cipta dan hak terkait dalam artian pembayaran oleh pengguna suatu ciptaan dilindungi hak cipta atau hak terkait, kepada pencipta suatu ciptaan, performer pertunjukan, dan produser fonogram. Suatu remunerasi dapat dilakukan pembayaran royaltinya secara sekaligus kepada pencipta (one single

payment/lumpasum). Pembayarannya sebagai uang jasa kepada pencipta sering dilakukan dalam bentuk yang dinamakan royalti. Eddy Damian, Op.cit., hlm 92

36 Ibid.

(43)

yang bersifat sangat personal berasal dari egonya (alter ego).

37

Dengan kata lain, Pemegang Hak Cipta adalah seorang pencipta itu sendiri sebagai pemilik hak cipta, atau orang lain sebagai pihak kedua yang menerima hak tersebut dari pencipta, atau orang lain sebagai pihak ketiga yang menerima lebih lanjut Hak Cipta dari orang kedua. Peralihan Hak Cipta dari pencipta sebagai pihak pertama kepada orang lain yang adalah pihak kedua, dilakukan melalui proses penyerahan (assignment) atau pemberian lisensi (licensing).

Sedangkan Pemegang Hak Cipta adalah pencipta sebagai pemilik Hak Cipta atau pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta berdasarkan suatu perjanjian tertulis, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak menerima hak tersebut secara sah, juga berdasarkan perjanjian tertulis.

38

37 Eddy Damian, Op.Cit., hlm. 75

38 Ibid., hlm. 74

Yang digolongkan oleh UUHC No. 28 Tahun 2014 sebagai Pencipta dan Pemegang Hak Cipta dapat dirinci antara lain sebagai berikut:

Menurut Pasal 1 ayat 2 UUHC No. 28 Tahun 2014, Pencipta adalah seorang atau

beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan

suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi, sedangkan Pemegang Hak Cipta

adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak tersebut

adalah secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak

dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah (Pasal 1 ayat 4 UUHC No. 28

Tahun 2014).

(44)

Dengan kata lain, Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta itu sendiri sebagai pemilik Hak Cipta atau orang yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau orang lain yang menerima hak tersebut dari Pencipta.

39

Keadaan beralihnya Hak Cipta dari Pencipta kepada orang lain yang menerima hak tersebut dilakukan Pencipta melalui proses penyerahan (assignment) atau pemberian lisensi (licensing) kepada seseorang.

40

Per definisi, yang dimaksud dengan pencipta adalah seseorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk khas dan bersifat pribadi.

Secara singkat pemahaman awam akan menyatakan bahwa pencipta adalah orang yang menghasilkan ciptaan. Dengan menggunakan contoh ciptaan, pengertian mengenai siapa pencipta dapat dengan mudah dipahami. Namun dalam praktiknya, tidak mudah menentukan siapa yang dimaksud dengan pencipta.

Beberapa bentuk ciptaan dan proses pembuatan ciptaan memerlukan penegasan dalam norma-norma tersendiri. misalnya siapa yang dimaksud sebagai pencipta karya film. Siapa pula pencipta sampul atau cover buku atau perwajahan karya tulis atau typographical arrangement yang diterbitkan. Siapa pencipta jingle iklan, advertensi dan poster-poster promosi? Sungguh tidak mudah untuk menentukan.

41

39 Tim Lindsey, Op.cit., hlm. 110

40 Ibid.

41 Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm.

64-65

(45)

3. Pendaftaran Hak Cipta

Berbeda dengan merek dagang, di Indonesia tidak ada ketentuan yang mewajibkan pendaftaran ciptaan untuk mendapatkan Hak Cipta. Meskipun demikian, pendaftaran dapat dilakukan secara sukarela. Bagi Pencipta maupun pemegang Hak Cipta yang mendaftarkan Ciptaannya, dapat menjadikan surat pendaftaran ciptaaanya, sebagai alat bukti awal di pengadilan bila di kemudian hari timbul sengketa mengenai ciptaan tersebut.

42

Pada dasarnya, keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari pendaftaran dimaksudkan untuk membantu membuktikan kepemilikan. Adalah bijak

Anggota TRIPs dan negara-negara peserta konvensi Bern harus secara otomatis memberikan perlindungan terhadap ciptaan yang dilindungi hak cipta.

Sejumlah negara seperti Amerika Serikat memiliki sistem pendaftaran untuk hak cipta. Akan tetapi, guna memenuhi ketentuan TRIPs ditetapkan bahwa untuk memperoleh perlindungan atas hak cipta, pendaftaran tersebut haruslah bersifat sukarela dan tidak dianggap sebagai suatu kewajiban. Prinsip ini tercantum dalam UU Hak Cipta Indonesia.

Simbol Hak Cipta (©) biasanya digunakan untuk mengindentifikasi pemegang Hak Cipta dan mengingatkan masyarakat bahwa karya tersebut memperoleh perlindungan hak cipta. Pemegang hak cipta dapat mencantumkan tanda ini pada karya cipta mereka walaupun sama sekali tidak ada kewajiban mengenai hal ini.

42 Tim Lindsey, Op.cit., hlm. 107

Referensi

Dokumen terkait

Sekolah Alam tangerang Mekar Bakti sekolah pertama dan satu satunya yang berada di tangerang, sehingga memiliki cara pembelajaran yang sangat beda dari sekolah

Kedua Mad Far’iy yang terjadi karena adanya sebab seperti adanya hamzah atau sukun secara mutlak... Silahkan merujuk ke kitab-kitab syarah yang menjelaskan

Pengolahan data hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa motivasi membaca anak berkesulitan belajar kelas C IV dapat timbul dengan menggunakan metode bermain peran

pendataan keluarga yang anda lakukan. Asuhan keperawatan yang berkualitas sangat ditentukan atau bergantung kepada pengakajian keperawatan yang tepat. Pengkajian yang

Hasil perbandingan peta tersebut dapat terlihat bahwa secara umum peta bahaya banjir yang dihasilkan dari model matematik telah terjadi banjir setiap tahun dan

[r]

Pada da /ab /ab ini ini diura diuraika ikan n meto metode de k kerja erja K Konsu onsultan ltan %ang disesuai %ang disesuaikan kan dengan apa %ang ter,antum

Sebagai lembaga yang baru berdiri, LPPM Bina Mandiri selalu berupaya untuk melakukan  Sebagai lembaga yang baru berdiri, LPPM Bina Mandiri selalu berupaya untuk melakukan  yang