• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat materiil maupun immateriil. Dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat materiil maupun immateriil. Dari"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAH ULUAN

A. Latar Belakang M asalah

Dalam kehidupa n se hari-hari m anusia seba gai m akhluk sosia l selalu m elakukan hubungan denga n m anusia lainnya dalam rangka untuk m em enuhi kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat m ateriil m aupun im m ateriil. Dari sekian ba nyak hubungan yang dila kukan a ntar individu itu, salah satu berupa perjanjia n yang diatur dan diberi akibat ole h hukum .

Perjanjian, m erupakan sa lah satu hubungan hukum yang kerap kali dilakukan dalam pergaula n hidup di dalam m asyarakat. Ham pir segala kegiatan dan hubungan yang dilakukan antara orang yang satu denga n yang lain dalam m asyarakat adalah berupa perjanjian.

Hukum kontrak dikenal ada tiga asas yang sa tu denga n yang la innya saling berkaita n yakni asas konsensualism e (the princip le of consensualism), sedangka n asas kekuatan m engikatnya kontrak (the princ iple of the binding force of contrac t), dan asa s kebeba san berkontrak (the principle of freedom of contarct) seda ngkan yang dianut dalam sistem hukum perjanjian di

Indonesia ada lah asa s “Konsensual”, artinya perjanjian itu sudah terjadi (ada) sejak tercapainya ka ta sepakat antara para pihak. De ngan kata lain perjanjia n itu suda h dan m engikat serta m em punyai akibat hukum seja k saat tercapai kata sepakat antara pihak-pihak m engenai pokok perjanjian.

1

Jadi

1

Abdulkadir, M uhammad, 1982, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, Hlm. 85

(2)

2 yang m enjadi ukuran untuk m enentukan te lah terjadinya suatu perjanjian yang dila kukan oleh para piha k itu ialah adanya kata sepakat, buka n ukuran- ukuran yang lain.

Berdasarkan asas konsensua l tersebut dapat disim pulkan bahwa perjanjia n yang dibuat itu da pat dilakukan secara lisan dan dapat pula ditua ngka n dalam bentuk tulisan berupa akte, jika dikehendaki seba gai alat bukti.

2

Dengan dem ikia n, perjanjian yang dibuat m enurut sistem hukum perjanjia n di Indonesia tidak harus tertulis, kecuali perjanjian-perjanjian tertentu yang m em ang diwa jibkan oleh undang-unda ng untuk da lam bentuk tertulis m isa lnya perjanjian hibah, perjanjian perdam aian dan sebaga inya.

Nam un untuk perja njia n-perjanjian la innya, m isalnya jual-be li, sewa m enyewa, tukar-m enukar, pem beria n kuasa, dan lain-lainnya bisa dibuat secara lisan bisa juga dalam bentuk tulisan.

Asas ini sangat erat kaitannya denga n asas kebebasan m engadakan perjanjia n,

3

yang sering disebut denga n asas kebebasan berkontrak. asas kebebasan berkontrak setiap orang diakui m em iliki kebebasa n untuk m em buat kontrak de ngan siapapun juga, m enentuka n isi kontrak, m em ilih hukum ya ng berla ku bagi kontrak yang bersangkutan, a kan tetapi dalam perkem bangannya terutam a dalam kegiatan bisnis, pada um um nya perjanjian dilakukan secara tertulis, yang tentunya dim aksudka n untuk dijadikan a lat bukti bilam ana dikem udian hari terjadi sua tu perm asalahan ya ng berkenaan

2

Ibid.

3

M ariam Darus Badrulzaman, 1983, KUH Perdata- Buku III- Hukum Perikatan

Dengan Penjelasannya, Alumni, Bandung, Hlm. 113

(3)

3 dengan perjanjian ya ng bersangkutan. Bahkan bukan itu saja, tapi pada um um nya da lam dunia bisnis banyak seka li perjanjian ya ng dibuat secara tertulis yang isinya dite tapkan secara baku. D ikena l istilah perjanjian baku atau standar kontrak. Perjanjian baku terse but da lam praktik tidak ha nya digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar sa ja, tapi perusahaan - perusahaan kecil kecilpun m engguna kannya se perti bengkel, perusahaan laundry dan seba gainya.

Berangkat dari hal tersebut, berarti dewasa ini ada kecenderun gan m akin banyaknya perjanjian da lam transaksi bisnis yang dilakukan bukan berdasarkan adanya ne gosiasi ata u kesepaka tan antara kedua be lah pihak yang m elakukan transa ksi, tapi dibuat secara baku dan isinya te lah disiapkan dalam bentuk form ulir ole h sa lah sa tu piha k, utam anya pihak produsen a tau pengusaha. Pihak konsum en tinggal m enerim a atau m enolak isi perjanjian baku tersebut, ham pir-ham pir tidak ada kebe basan bagi konsum en d alam m enentukan isi perjanjian/form ulir tersebut. Le bih-lebih bilam ana tidak ada pilihan hubungan hukum yang lain lagi kecuali yang dita warkan oleh pelaku usaha.

Perjanjian baku secara tradisional sua tu perjanjian terjadi

berlandaskan asas kebebasan berkontrak dua pihak yang m em punyai

kedudukan yang seim bang da n kedua belah pihak beru saha untuk m encapai

kesepakatan yang diperlukan bagi terjadinya perjanjian itu m elalui suatu

proses ne goisasi di antara m ereka. nam un di dalam praktek perjanjian baku

tum buh sebagai perjanjian tertulis da lam bentuk form ulir perbua tan -perbua tan

(4)

4 hukum sejenis yang sela lu terjadi secara berulang-ulang dan teratur yang m elibatkan banyak orang m enim bulkan kebutuhan untuk m em persiapkan isi perjanjia n terlebih dahulu, dan kem udian dibakukan dan seterusnya dicetak dalam jum lah banyak sehingga m udah m enyediakannya s etia p saat jika m asyarakat m em butuhkannya

4

. Form ulir-form ulir yang berisi klausula ba ku tersebut diberlakukan kepada sem ua konsum en ya ng m engadakan hubungan hukum de ngan pe laku usaha yang bersangkuta n dalam pokok a tau obyek perjanjia n ya ng sam a. Adapun be berapa contoh m engena i penggunaan perjanjia n baku di dalam berbagai transa ksi a dalah polis asuransi, perjanjian jual-beli m obil, Perjanjian cre dit c ard, transaksi-transaksi perbanka n seperti perjanjia n rekening koran dan perjanjian kredit bank, perjanjian jual-beli rum ah dari perusahaan real estate, perjanjian sewa dan m asih banyak lagi contoh-contoh lainnya.

M asalah pem buatan perjanjian secara baku da lam kehidupan kita m aupun di dunia bisnis sudah lazim sebenarnya bukan hanya terjadi di Indonesia tapi juga terjadi di negara-negara lain. Berdasarkan hasil pene litian

M enurut F.A.J.Gras,

5

perjanjia n baku ditem ui dalam m asyarakat m odern yang m em pergunaka n perencanaan dalam m engatur hidupnya.

M asyarakat m odern tidak lagi m erupakan kum pula n individu, m elainkan m erupakan kum pulan ikatan kerjasam a (organisasi). Perjanjian baku

4

M ariam Darus Badrulzaman, 1980, Perjanjian Baku (standar), perkembangannya di Indonesia, M edan: Universitas Sumatera Utara. Hlm. 6

5

F.A.J. Gras, standaardcontracten, een Prechtssociologische Analyse, Kluwer Deventer,

1979, hal.8 dst.Dari M ariam Darus Badrulzaman, “Perlindungan TerhadapKonsumen Dilihat

Dari Sudut Perjanjian Baku”,Simposium aspek -aspek hukum M asalah PerlindunganKonsumen,

(Jakarta: Binacipta, 1986),H lm.67.

(5)

5 m erupakan rasionalisasi hubungan hokum yang terja di da lam m asyarakat dem ikian, dan laz im nya dibuat oleh organisasi perusah aan de ngan harapan agar apa yang dikehenda ki terwujud. Dem ikian panda ngan belia u yang m enjelaskan la hirnya perjanjia n baku dari sudut sosiologi hukum .

Berkaitan dengan keberadaan perja njia n baku terse but, a da sem entara orang berpendapa t hadirnya perjanjian baku dalam kegiatan bisnis m odern dewasa ini adalah m erupakan suatu hal yang wa jar. Dengan penggunaan perjanjian baku ini, m a ka pengusaha akan m em peroleh efisiensi dalam penggunaan biaya, te naga dan waktu. Jika diliha t dari segi praktis dan efisiensi m em ang dem ikian adanya. Nam un jika dilihat dari aspe k yuridis terutam a yang berkenaan hak-ha k dan kewajiban serta tanggung jawab para pihak, terutam a pihak konsum en m aka terliha t nyata ha l tersebut m enim bulka n perm asalahan hukum yang m em erlukan pem ecahan s ecara hukum . Dia nutnya asas ke bebasan berkontrak dalam hukum perjanjian dan keadaan sosial ekonom is serta tuntutan dari dunia bisnis ya ng selalu m enginginka n sesuatu yang serba praktis dan ef isie n, m em ungkinkan pihak pelaku usa ha m engguna kan perjanjian yang berbe ntuk tertulis da n dibuat suatu bentuk form ulir yang sifatnya baku, yang dikenal dengan istilah perjanjia n baku atau kontrak baku atau standar kontrak.

Perjanjian baku m erupakan m erupakan perjanjian yang dibua t dalam

bentuk tertulis yang telah diga ndakan berupa form ulir-form ulir, yang isinya

telah dista ndarisa sikan a tau dibakukan terle bih dahulu secara sepihak oleh

pihak yang m enawarkan (dalam hal ini pe laku usaha), serta ditawarkan secara

(6)

6 m assal, tanpa m em pertim bangkan perbe daan kondisi yang dim iliki kosum en.

6

Dengan dem ikian perjanjian baku itu isinya dibuat secara sepihak oleh sa lah satu pihak ya ng m engadaka n perjanjian ia lah bia sanya pihak yang m em punyai ke kuatan e konom is dan psikologis yang lebih kuat dari pihak lainnya. Dalam dunia perdaga ngan a tau bisnis pihak yang m em buat perjanjia n baku itu ada lah pihak pengusaha (produse n ) yang pada um um nya m em iliki ke kuatan ekonom is yang le bih be sar daripada konsum en. Sehingga tidak m ustahil jika isi klausula baku kerapkali dapat m erugika n pihak konsum en.

Klausula-kla usula baku yang ada dalam perjanjian ba ku pa da um um nya dilakukan secara sepihak oleh pengusaha, m aka tida k m ustahil kerap kali klausula-klausula baku banyak m em uat hak-ha k pelaku usaha dan kewajiba n-kewajiban konsum en, bahka n tidak jarang pula d alam klausula- klausula baku itu berisi penga lihan tanggung jawab yang seharusnya m enjadi tanggung jawa b pelaku usaha dialihkan m enjadi tanggung jawab pihak konsum en. Kalusula-klausula yang isinya m engalihkan tanggung jawab pelaku usaha kepada konsum en itu dike nal dengan istilah kla usula Eksone rasi (exoneration clause/exem ption cluse).

Gam baran tersebut dia tas m enunjukkan bahwa m unculnya perjanjian baku atau perjanjian standar dalam lalu linta s hukum dilandasi oleh kebutuhan akan pelayana n yang efisien dan efektif terhadap kegiata n bisnis atau transaksional. Ole h karena itu karakter utam a dari perjanjian baku ada lah

6

Johannes Gunawan 2003, “ Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia dan

Perdagangan Bebas, Dalam Aspek Hukum dari Perdagangan Bebas M enelaah Kesiapan Hukum

Indonesia Dalam M elaksanakan Perdagangan Bebas, P.T. Citra Aditya Bakti, Bandung, Hlm. 118

(7)

7 pelayanan yang cepa t terhadap kegiatan bisnis atau transaksional yang frekwensin ya tinggi nam un tetap dapat m em berikan kekuatan serta ke pastian hukum .

Secara ekonom is pem bua tan perjanjian baku dim aksudkan untuk m enunjang peningkatan efektifitas dan effisie nsi serta kelancaran kegia tan dalam dunia bisnis, nam un jika dilihat secara huku m khususnya dalam aspek hukum perjanjian, pem buatan perjanjian baku nam paknya tidak seja lan dengan a sas kesepakata n da lam perjanjian. Kecuali itu perjanjian baku sangat berpotensi untuk m erugikan pihak konsum en yang m enja di pihak dalam perjanjia n baku terse but.

Sehubungan dengan hal tersebut dia tas, m aka yang m enjadi perm asalahan antara lain adalah apa yang m enjadi dasar hukum keberadaan perjanjia n baku, dengan kata la in apakah keberadaan perjanjian ba ku ada sangkut pautnya dengan asas kebeba san berkontrak yang dikenal dalam hukum perja njia n Indonesia. Selain itu pertanyaan da n perm asalahan yang akan m uncul sehubungan dengan pe nggunaan perja njia n baku dalam transaksi bisnis antara pengusaha dengan konsum en adalah apakah dengan digunakannya perjanjian baku da pat m erugikan kepe ntingan piha k konsum en.

Hal ini perlu dipertanyakan a tau diperm asalahkan karena perja njia n baku

tersebut pada um um nya dibuat ole h pelaku usaha ya ng tentunya dia tur

sedem ikian rupa a gar dapat m enguntungkan dirinya yang sekaligus da pat

m erugikan pihak konsum en.

(8)

8 Lahirnya Undang-undang Nom or 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan K onsum en dim aksudkan untuk m em berikan perlindungan terhadap K onsum en dari tinda kkan-tinda kan ya ng dila kukan oleh produsen yang dapat m enim bulka n kerugia n bagi konsum en. Sa lah satu ketentuan dalam undang-undang ya ng m em berikan perlindungan ke pada konsum en lah ketentuan yang berkenaan de ngan larangan ba gi pe laku usaha untuk m em buat kalusula-klausula terte ntu dalam form ulir perjanjian baku yang dibua t oleh pelaku usaha. Nam un dem ikian yang m enjadi pertanyaan ialah apa kah ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Perlindungan Konsum en tersebvut dapat berpengaruh terhadap eksistensi perjanjian baku yang sudah m enjam u dalam kegiata n bisnis m odern.

M engenai ketentua n pencantum an klausula baku dalam Undang- Undang N om or 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsum en (se lanjutnya di sebut U UPK) di atur m engenai be berapa larangan untuk m em buat atau m encantum kan kla usala baku pada setiap dokum en dan/a tau perjanjian, antara lain;

(1) Pelaku usaha dalam m enawarka n barang da n/atau ja sa yang ditujukan untuk diperdaga ngkan dilarang m em bua t da n/atau m encantum ka n klausula baku pa da setiap dokum en dan/atau perja njia n apabila :

a. M enyatakan penga liha n tanggung jawab pelaku usaha;

b. M enyatakan bahwa pelaku usaha berhak m enolak m enyerahkan kem bali barang yang dibe li konsum en;

c. M enyatakan bahwa pelaku usaha berhak m enolak penyerahan kem bali uang yang di bayarka n atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsum en;

d. M enyatakan pem berian kuasa dari konsum en ke pada pelaku usa ha

baik secara langsung m aupun tida k langsung untuk m ela kukan

segala tindakan sepihak yang berkaita n denga n barang yang dibeli

oleh konsum en secara angsuran;

(9)

9 e. M engatur perihal pem buktian ata s hilangnya kegunaan barang atau

pem anfaatan jasa yang dibeli oleh konsum en;

f. M em beri hak kepada pelaku usa ha m engurangi m anfaat jasa atau m engurangi harta kekayaan konsum en yang m enja di objek jula beli jasa;

g. M enyatakan tunduknya konsum en kepa da peraturan yang berupa aturan baru, tam bahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam m asa konsum en m em anfaatkan jasa yang dibe linya;

h. M enyatakan bahwa konsum en m em beri kua sa ke pada pe laku usa ha pem bebanan hak tanggungan, hak ga dai, atau ha k jam ina n terhadap barang yang dibeli oleh konsum en secara angsuran.

(2) Pelaku usaha dilarang m encantum kan klausula baku yang le tak ata u bentuknya sulit terlihat atau tida k dapat dibaca secara jelas atau yang m engungkapkannya sulit dim engerti.

(3) Setiap klausula baku yang telah ditetapkan pelaku usaha pada dokum en atau perjanjian yang m em enuhi ketentuan seba gaim ana dim aksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinya takan batal dem i hukum .

(4) Pelaku usaha wajib m enyesuaikan klausula baku yang bertentang denga n undang-unda ng ini.

Ahm adi M iru m engatankan bahwa, praktek pem buata n kla usula baku yang sekarang bertentangan dengan pasal 18 ayat (1) huruf g tersebut sudah berlangsung se jak lam a, sehingga ketentuan pasa l 18 ayat (1) g tersebut tentu saja dim aksudkan untuk m elarang praktik pem buatan klausula sem acam itu. Hanya saja, jika tidak ada kem ungkinan pengecualian larangan tersebut dapa t di pastikan bahwa penjual jasa terte ntu, terutam a Bank tidak aka n m em atuhi tidak akan m em atuhi ketentuan tersebut ata u kalaupun ba nk m em atuhinya, m aka dalam kondisi tertentu bank terse but akan bangkrut.

7

Apabila dalam sua tu perjanjian, kedudukan para pihak tidak seim ba ng, m aka pihak ya ng ke dudukannya lem ah biasanya tida k berada dalam keadaan yang betul -betul bebas untuk m enentukan apa yang diinginkan dalam perja njia n. Hal

7

Ahmadi M iru, Larangan Penggunaan Klausula Baku tertentu d alam perjanjian antara

Konsumen dan pelaku usaha, JURNAL HUKUM . NO. 17 VOL. 8. JUNI 20 01, UII, Yogyakarta

Hlm. 116

(10)

10 yang dem ikia n, pihak yang m em iliki posisi lebih kuat bia sanya m enggunakan kesem patan tersebut untuk m enentuka n klausula-klusula terte ntu dalam perjanjian baku, se hingga perjanjian yang seharusnya dibuat atau dirancang oleh para pihak yang terlibat dalam perjanjian, tidak ditem ukan lagi da lam perjanjian baku, karena form at dan isi perjanjian dirancang oleh pihak y ang kedudukannya lebih kuat.

8

Perm asalahan tersebut m uncul karena unda ng-undang tersebut tela h kurang lebih 13 (tiga be las) ta hun berlaku, nam un perjanjian baku tetap a da dan bahkan tidak sedikit yang isinya bertentangan dengan ketentuan hukum yang diatur dalam U ndang-Unda ng Perlind unga n K onsum en. Padahal Unda ng-Undang Perlindungan Konsum en tela h secara te gas m em ber i sanksi terhadap pela nggaran ketentuan ya ng diatur dalam Unda ng-Undang Perlindungan K onsum en tersebut.

Selain itu pula, kendatipun Unda ng-Undang Perlindungan Konsum en (U UPK) m enyatakan bahwa.

Klausula-kla usula baku yang m elanggar larangan-larangan terse but di atas berakiba t batal dem i hukum , nam un se jak lahir dan berlakunya UUPK (Undang-U ndang Perlindungan Konsum en) tersebut hingga kini tidak se dikit perjanjia n baku yang m elanggar ketentuan tersebut, nam un tetap m engika t para pihak yang m elakukan perjanjian tersebut.

Berdasarkan uraian latar belaka ng m asalah yang sudah dikem ukaka n oleh penulis di atas , penulis tertarik untuk m eneliti dengan judul “TINJA UAN YURID IS M ENG ENAI K ETERK AITAN A SAS K EBEBASAN

8

Ahmadi M iru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta Hlm 114

(11)

11 BERK O NTRAK DENG AN PERJANJIAN BAK U DALAM PERSPEK TIF PERLINDU NG AN K O NSUM EN ”

B. Rumusan M asalah

Setelah kita liha t dari uraian latar belaka ng m asalah di atas, dapat dirum uskan m asalah sebaga i berikut :

a. Bagaim ana keterkaitan asa s kebeba san berkontrak de ngan keberadaan perjanjia n baku?

b. Bagaim ana keberadaan Perjanjian Baku ditinjau dari a spek perlindungan konsum en?

C. K easlian Penelitian

Sepanjang pengeta huan pe nulis, m ateri dan perm asalaha n pokok yang aka n sa ya teliti ini belum pernah diteliti ole h pihak lain. W alaupun ada beberapa penelitian yang secara um um m em bahas tentang perjanjian baku nam un pem bahasannya tida k sepenuhnya sam a denga n pokok perm asalahan yang akan dite liti ini. Dem ikian pula adanya tesis atau karya tulis yang di teliti oleh:

1. ASPEK H UK UM PEM BUATAN K O NTRAK BAK U AK TA PERJAN JIAN K REDIT BANK O LEH NO TARIS DI K O TA YO G YAK ARTA

9

dengan rum usan m asalah :

9

I Kadek Hadi Parwata, 2013, Aspek Hukum Pembuatan Kontrak Baku Akta Perjanjian Kredit Bank Oleh Notaris Di Kota Yogyakarta , Tesis, Program Pasca Sarjana M agister

Kenotariatan Fakultan Hukum Unive rsitas Gadjah M ada.

(12)

12 a. Bagaim ana notaris m enerapkan prinsip keseim bangan dalam suatu pem buatan kontrak baku akta perjanjian kredit notariil di kaitkan dengan kewenangan dan kewa jiban jabatan notaris.

b. Hal apa saja yang m enja di pertim bangan dalam m em buat kontrak baku akta perjanjian kredit notariil bank yang di te nggarai m enim bulkan bergaining position yang lebih m enguntungkan piha k bank?

c. Bagaim ana perlindungan hukum bagi nasaba h bank yang berada pada kedudukan lem ah akibat dari pem buata n kontrak baku akta perjanjian kredit notariil bank ya ngtidak se im bang.

2. PERLINDU NG AN K O NSUM EN TERH AD AP PENER APAN K LAUSULA BAK U DALAM PERJANJIAN STANDAR D ANTARA PELANG G AN K ARTU H ALLO DENG AN PT. TELK O M SEL DI K O TA PADANG

10

dengan rum usa n m asalah:

a. Bagaim ana keterkaita n rum usan klausula ba ku dengan perlindungan hukum bagi konsum en?

b. Bagaim ana Perlindungan Konsum en terhadap pe nerapan klausula baku pada perjanjian sta ndard antara Pelanggan de ngan PT.Telkom sel?

c. Bagaim ana Kendala-kendala Perlindungan konsum en dengan adanya Klausula baku Perjanjian antara Pelanggan dengan PT Telk om sel?

10

Fira Rosanti, 2012, Perlindungan Konsumen Terhadap P enerapan Klausula Baku dalam Perjanjian Standard antara P elanggan Kartu Hallo dengan PT. Telkomsel Di Kota

P adang, Tesis, Program Pasca Sarjana M agister Kenotariatan Fakultan Hukum Universitas Gadjah

M ada.

(13)

13 Sem entara penelitian yang sa ya te liti dengan judul T injauan Yuridis M engenai Ke terkaita n A sas Kebebasan Berkontrak dengan Perjanjian Baku Dalam Prespektif Hukum Perjanjian de ngan rum usa n m asalah:

a. Bagaim ana keterkaitan asa s kebeba san berkontrak de nga n keberadaan perjanjia n baku?

b. Bagaim ana keberadaan Perjanjian Baku ditinjau dari a spek perlindungan konsum en?

Dalam hal ini dapa t penulis tegaskan bahwa penelitia n ini adalah bersifat orisinil, m andiri serta aktua l da n belum pernah diteliti a tau dipublikasikan se bagai syarat untuk m em peroleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain.

D. M anfaat Penelitian

Penelitia n ini diharapkan dapat berm anfaat ba ik secara teoritis m aupun secara praktis :

1. Secara Teoritis

Penelitia n ini diharapkan dapat m enjadi bahan m asukan dalam

pengem bangan ilm u pengetahuan m engenai Perjanjian Baku da n perlindungan

konsum en, peraturan perundang-undangan m aupun yurisprude nsi m engenai

pem buatan perjanjian baku yang berka itan dengan asas ke bebasa n berkontrak di

tinjau dari perlindungan konsum en.

(14)

14 2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan :

a. Sebagai bahan inform asi bagi m asyarakat dalam m em aham i keterkaitan asas kebebasan berkontrak dengan perjanjian baku di tinjau dari perlindungan konsum en

b. Sebagai bahan m asukan dan sum banga n pem ikiran atau wacana kepa da piha k - pihak yang seringka li a da kaitannya dengan penelitian ini a tau pihak -pihak yang da lam praktik m enghadapi perm asalahan atau sengketa yang berkenaan dengan penggunaan perjanjian baku, m aupun bagi m asyarakat khusu snya para pelaku bisnis dalam m em aham i m asalah keterkaitan asas perjanjian baku di tinjau dari perlindungan konsum en.

c. Sebagai bahan m asukan bagi pem erintah dan DPR -RI dalam m em buat suatu aturan khusus m engenai a turan pem buatan perjanjian baku yang dapat m em berikan perlindungan bagi pihak konsum en .

.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai da lam penelitian ini adalah :

1. Untuk m enge tahui dan m endapat gam baran ya ng jelas tentang keterkaitan asas Kebebasan berkontrak dengan keberadaan perja njian ba ku.

2. Untuk m enge tahui keberadaan Perjanija n baku di tinjau dari aspek

perlindungan konsum en.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas maka akan dibuat sebuah media bermain sambil belajar yang berjudul “Rancang Bangun Game Edukasi Puzzle Anak Usia Dini Dengan

Karakteristik Lembah Fitness Center yang berada di sayap timur tennis indoor yang lokasinya jauh dari jalan raya, tetapi ditempat itu mempunyai member yang sangat banyak, Hal

Eiffel – merupakan bahasa yang juga mendukung OOP, lebih kecil dan lebih mudah dari C++, didesain oleh Bertrand Meyer tahun 1992... Java

Terdapat penambahan dua aplikasi, yaitu: Aplikasi MACAN (Manajemen Listrik Cadangan) yang berfungsi untuk pengelolaan listrik cadangan untuk pelanggan apabila terjadinya

(m.1343H) yang merupakan guru Sheikh Yasin al-Fadani sendiri), Maka saya mengumpulkan sebanyak empat puluh Hadith dari empat puluh kitab dengan sanad-sanadku dalam

Oleh karena itu, keterbaruan dalam penelitian ini adalah pembentukan semikonduktor lapis tipis dari serbuk Cu 2 O di atas kaca Fluorine Tin Oxide (FTO) yang

Analisis tiametoksam menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) menghasilkan kandungan residu pestisida yang terdapat pada sayur kubis di Desa Rurukan, Pasar

Yesus bertanya, ”Menurutmu siapakah dia?” Saya berkata, “Tuhan itu adalah isteriku\.” Saya berkata, “Tuhan tidakkah Kau dengar, saya punya dua anak laki-laki yang harus